Anda di halaman 1dari 9

KONSEP CORONAVIRUS DISEASE (COVID 19)

Oleh
Inka Mawardi Putri
NIM 192311101109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEMAHASISWAAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
TINJAUAN KONSEP

1. Pengertian

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2


(SARS-CoV-2) merupakan virus yang menyerang system pernapasan, virus
tersebut dapat menyebabkan penyakit mulai gejala ringan sampai berat.
Terdapat 2 jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus Corona
merupakan jenis virus baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia. World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa virus
yang dapat menyebabkan COVID 19 ini dinamakan Sars-Cov 2 (Kemenkes
RI, 2020). Paa mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah
dapat melalui antara manusia-manusia. Pertama kali penyebaran virus corona
di Wuhan, jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu, selian itu,
terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien yang
dicurigai kasus Covid 19 (Channel News Asia, 2020). Akhirnya
dikonfirmasi bahwa transmisi tersebut dapat menular antara manusia dengan
manusia (Yuliana, 2020).
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovrales, keluarga
Coronaviridae. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus
dengan protein S berlokasi dipermukaan virus. Protein S atau spike protein
merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupkan struktur
utama untuk penulisan gen. protein virus ini berperan dalam penempelan dan
masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di
sel inang). Virus ini bersifat sensitive terhadap panas dan secara efektif dapat
diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu
56 derajat celcius selama (Yuliana, 2020).
2. Epidemiologi
Covid 19 pertama kali menyebar di Wuhan China dengan kasus
yang terus meningkat dan memuncak pada akhir Januari hingga awal
Febuari 2020. Pada awalnya kasus covid 19 menyebar di Wuhan, kemudian
dilaporkan semakin menambah dari Hubei dan terus bertambah di provinsi
sekitar lainnya diseluruh China. Pada tanggal 30 Januari 2020, telah
terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi Covid 19 di China, dan 86 kasus lain
dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam,
Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, ArabSaudi,
Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanan Finlandia, Prancis dan
Jerman (Susilo, 2020).
Sedangkan di Indonesia sendiri covid 19 pertama kali terjadi pada
tanggal 2 Maret 2020 sejumlah 2 kasus. Kasus tersebut semakin meningkat
hingga pada 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi
berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat mortalitas covid 19
di Indonesia sebesar 8,9 persen, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia
Tenggara (Susilo, 2020). Sedangkan saat pada bulan Juni 2020 kasus covid
19 di Indonesia semakin meningkat dengan data yang menunjukkan kasus
terkonfirmasi 32.033 kasus, dengan dinyatakan sembuh 10.904 dan 1.883
orang meninggal dunia.Saat ini Indonesia berada pada urutan ke 11 kasus
positif terbanyak di Asia dank e-2 di Asia Tenggara (CNN Indonesia,
2020).

3. Etiologi

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus
ini utamanya meginfeksi hewan termasuk kelelawar dan unta. Ada 6 jenis
coronavirus yang dapat mengineksi manusia, yaitu coronavirus 229E,
alphacoronavirus NL63, betacoronavirus 0C43, betacoronavirus HKU1,
Severe Acute Respiratory Illnes Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) (Susilo, 2020).
Coronavirus yang menjadi etiologi Covid 19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam yaitu
Sarbecovirus. Maka dari itu, International Committee in Taxonomy of Viruses
mengajukan nama SARS-CoV-2 (Susilo, 2020).

Transmisi penyebaran covid 19 dari manusia ke manusia menjadi sumber


transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih cepat. Transmisi covid 19
dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau
bersin. Selain itu, telah diteliti bahwa covid 19 dapat viable pada aerosol
(dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam. Selain itu covid 19
juga terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil biopsy pada sel
epitel gaster, duodenum, dan rectum. Stabilitas SARS-CoV menunjukkan
virus dapat bertahan pada benda dengan bahan plastic dan stainless steel (>72
jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). Studi lain
mengatakan pencemaran virus dapat terjadi pada lingkungan yang ekstensif
pada kamar dan toilet pasien covid 19 dengan gejala ringan. Virus dapat
dideteksi di gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela, lemari,
hingga kipas ventilasi,, namun tidak pada sampel udara (Susilo, 2020).

4. Patofisiologi

Patofisiologi dari SARS-CoV- 2 diduga tidak jauh berbeda dengan SARS-


CoV, pada dasarnya ketika terinfeksi pada tubuh manusia, virus tersebut akan
menginfeksi sel-sel pada saluran nafas yang melalui alveoli, yang kemudian
membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada
envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor seluler berupa ACE 2.
ACE- 2 dapat ditemukan pada mukosa oral nasofaring, paru, lambung, usus
halus halus, usus besar, kulit, sumsung tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel
epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel
otot polos. Kemudian sel SARS-CoV 2 akan melakukan duplikasi materi
genetic dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan, kemudian
membentuk virion baru yang muncul dipermukaan sel. Setelah sel masuk ke
dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan
ditranslasikan menjadi dua polyprotein dan protein structural (Susilo,2020).
Selanjutnya genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Setelah terjadi
transmisi, virus masuk ke saluran nafas atas kemudian bereplikasi di sel
epitel saluran nafas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar
ke seluruh nafas bawah. Pada infeksi akut terjadi transmisi, virus masuk
saluran nafas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel
gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul
penyakit sekitar 3-7 hari (Yuliana, 2020).

5. Manifestasi Klinis
Infeksi Covid 19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, dan
berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu dengan (suhu>38°C), batuk
dan kesulitan bernafas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,
fatigue, myalgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran
nafas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada
kasus berat akan memburuk secara cepat dan progesif, seperti ARDS, syok
septik, asidosismetabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau
disfungsi system koagulasi dalam beberapa hari. Sedangkan pada pasien
dengan gejala yang ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan memiliki prognosis baik dengan sebagian kecil dalam kondisi
kritis (Yuliana, 2020).
Gejala yang diakibatkan infeksi covid dapat menucul setelah masa
inkubasi sekitar 14 hari. Gejala yang ditimbulkan tergantung usia pasien
yang terinfeksi dan system kekebalan tubuh yang dimiliki . Pasien dengan
usia >70 tahun memiliki kemungkinan sembuh yang minimal dibandingan
dengan pasien >70 th. Gejala umum yang sering muncul seperti demam,
batuk, dan kelelahan, disertai gejala lain yang mengikuti seperti produksi
dahak berlebih, sakit kepala, hemoptysis, diare, dypsnoe dan limfopenia.
Sedangkan gambaran klinis yang dapat ditunjukkan dari hasil foto scan
berupa pneumonia (Rothan, 2020).
Berikut merupkan manifestasi klinis yang dapat mencul ketika terinfeksi
covid 19 (PDP1,2020):
a. Tidak berkomplikasi
Pada kondisi ini merupakan kondisi ringan, gejala yang akan muncul
tidak spesifik, hanya kana muncul gejala ringan seperti demam, batuk,
dapat disertai dengan nyeri tenggorokan kongesti hidung, malaise,
sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien
dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala
menjadi tidak khas atau atipikal.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia
berat ditandai dengan batuk atau susah bernafas
c. Pneumonia berat, pada pasien dewas a
Gejala yang muncul diantaranya demam atau infeksi saluran nafas,
selain itu akan muncul tanda takipnea (frekuensi nafas > 30x/menit),
distress pernafasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.

Istilah pada pasien dengan infeksi Covid 19 menurut Kemenkes RI


(2020):
1. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yaitu
demam (>38°C) atau riwayat demam, disertai salah satu gejala/
tanda penyakit pernafasan seperti:batuk/ sesak nafas/ sakit
tenggorokan/ pilek/pneumonia ringan hinga berat
b. Orang dengan demam (>38°C) atau riwayat demam atau ISPA
dan pada 14 har terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan tidak penyebab lain berdasarkan
gambaran klini yang meyakinkan
2. Orang Dengan Pemantauan (ODP)
a. Orang yang mengalami demam (>38°C) atau riwayat demam,
atau gejala gangguan system pernafasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/ batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
di negara/wilayah yang melaporkan transmisi local
b. Orang yang mengalami gejala gangguan system pernafasan
seperti pilek/ sakit tenggorokan/ batuk dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi Covid 19.
3. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Merupakan seseorang tang tidak bergejala dan memiliki risiko
tertular dari orang konfirmas Covid 19. Orang Tanpa Gejala (OTG)
merupakan kontak erat dengan kasus konfirmasi (Kemenkes RI,
2020)

6. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pertama kali yang akan dilakukan bagi Pasien Dalam
Pengawasan (PDP), Orang Dengan Pemantauan (ODP) dan Orang Tanpa
Gejala (OTG) dengan melakukan kegiatan Surveilans dan Karantina
kemudian akan dilakukan pengambilan specimen pada hari 1 dan ke 2
untuk dilakukan pemeriksaan RT PCR, namun jika tidak tersedia fasilitas
pemeriksaan RT PCR, dilakukan pemeriksaan Rapid Test. Apabila hasil
negative makan akan dilakukan penanganan sesua kondisi: ringan (isolasi
mandiri) sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS Rujukan)
pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang
positif, maka akan dilakukan pemeriksaan ulang RT PCR. Apabila hasil
positif tatalaksana selanjutnya adalah sesuai dengan kondisi ringan (isolasi
diri di rumah), sedang (rujuk ke RS darurat), berat (rujuk ke RS Rujukan)
pada pasien tersebut akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR
sebanyak 2x selama 2 hari berturut-turut, di laboratorium pemeriksaan
yang melakukan pemeriksaan RT PCR (Kemenkes RI, 2020):
Pelaksanaan umum pada pasien terkonfirmasi covid 19 berdasarkn
tinjauan literatu (Yuliana, 2020):
1. Melakukan isolasi pada semua kasus, sesuai dengan gejala klinis yang
muncul, baik ringan maupun sedang
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4. Suplementasi oksigen, pemberian terapi oksigen segera kepada pasien
dengan, distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama
sekitar 5L/menit dengan target SpO2 >90% pada pasien tidak hamil
dan > 92-95% pada pasien hamil
5. Kenali kegagalan nafas hipoksia berat
6. Terapi cairan, konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok Pasien
dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika
pemberian vairan terlalu berlebih dapat memperberat kondsi distress
napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Pemberian antibiotic empiris
8. Terapi Simptomatik, diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan
lainnya jika memang diperlukan
9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain
10. Observasi ketat
11. Pahami komorbid pasien

7. Masalah Keperawatan yang muncul


a. Hipertermi
b. Pola nafas tidak efektif
c. Gangguan ventilasi spontan
d. Risiko infeksi
e. Ansietas
f. Bersihan jalan nafas
DAFTAR PUSTAKA
Channel News Asia. 2020. Wuhan virus outbreak: 15 medical works infacted, 1 in
critical condition. (Homepage on the internet). Cited Jan 28th 2020.
Available on: https://www.channelnewsasia.com/news/asia/wuhan-
pneumonia-outbreak-health-workers-coronavirus-12294212
CNN Indonesia. 2020. Update Corona 8 Juni: 32.033 Positif, 10.904 Sembuh.
Diakses melalui web:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200608090659-20-
510874/update-corona-8-juni-32033-positif-10904-sembuh
Kementerian Kesehatan Replubik Indonesia. 2020. Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian CoronaVirus Disease (Covid 19). Gerakan Masyarakat
Sehat.
Yuliana. 2020. Wellness And Healthy Magazine. Tinjauan Literatur. 2(1): 1-6
Rothan, A. Hussin., N. Siddappa., Byrareddy. 2020. The Epidemiology and
Pathogenesis of Coronavirus Disease (Covid-19) Outbreak. Journal of
Autoimmunity: Elsevier.
Susilo, A., G. M. Rumende., G. W. Pitoyo., W. D. Santoso., dkk. 2020.
Coronavirus Dieseas 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia. 7(01: 45-67.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2020. Panduan Praktik Klinis: Pneomonia
2019-nCoV. PDPI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai