Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN ATRIAL FIBRILASI DI RUANG INTENSIVE CORONARY CARE


UNIT (ICCU) RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh
Putri Hidayatur Rochmah, S.Kep.
NIM 192311101111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. KONSEP PENYAKIT

1.1 Review Anatomi Fisiologi

Gambar 1. Anatomi Jantung

Gambar 2. Letak Jantung Dalam Rongga Dada


Gambar 3. Dinding Jantung

Menurut Ramli dan Karani (2018) jantung merupakan organ penting yang
berfungsi untuk mengalirkan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke seluruh
jaringan dan organ tubuh guna untuk proses metabolisme. Jantung terletak di rongga
toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum dan tulang punggung (vetebra).
Bagian depan dibatasi oleh sternum dan costae 3, 4, dan 5. Jantung terletak di atas
diafragma, miring ke depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga
thorax. Dinding jantung terbagi menjadi 3 lapisan yaitu pericardium, miokardium dan
endocardium. Jantung terdiri dari 4 ruang yaitu artrium pada 2 ruang jantung atas dan
ventrikel pada 2 ruang jantung bawah. Atrium berfungsi untuk menerima darah yang
kembali ke jantung dan memindahkannya ke ruang di bawahnya, sedangkan ventrikel
memompa darah dari jantung. Atrium dan ventrikel dipisahkan menjadi bagian kanan
dan kiri oleh septum. Pemisahan ini sangat penting, karena bagian kanan jantung
menerima dan memompa darah beroksigen rendah dan sisi kiri jantung menerima dan
memompa darah beroksigen tinggi. Menurut Wahyuningsih dan Kusmiyati (2017)
katub jantung dibagi menjadi 2 yaitu katub atrioventikuler dan katub semilunar.
Katub atrrioventikuler terletak antara atrium dan ventrikel, katub yang terletak di
antara atrium kanan dan ventrikel kanan yang mempunyai tiga katub disebut katub
trikuspidalis, sedangkan katub yang letaknya diantara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua katub yang disebut katub mitral (bikuspidalis). Katub seminular
terletak pada arteri pulmonalis yang memisahkan pembuluh dari ventrikel kanan.
Katub aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Adanya katub semilunar ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-maing ventrikel ke arteri pulmonalis atau
aorta selama sistole ventrikel, dan mencegah aliran balik waktu diastole ventrikel
(Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017).

Gambar 4. Anatomi Arteri Koroner

Suplai darah pada otot-otot jantung diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri.
Darah mengalir dari pembuluh darah epicardial menuju endocardial. Setelah perfusi
myocard, darah kembali ke atrium kanan melalui sinus koronaria dan vena anterior
jantung. Sejumlah kecil aliran darah yang kembali secara langsung masuk ke dalam
ruang-ruang jantung melalui vena Thebessy (Sofyan, 2016).
Arteri koroner kanan (RCA) secara normal menyuplai arteri kanan, sebagian besar
ventrikel kanan dan dalam jumla bervariasi pada ventrikel kiri (dinding inferior).
Arteri descent posterior (PDA) adalah cabang dari arteri koroner kiri dimana sirkulasi
di kiri lebih dominan (Sofyan, 2016).
Arteri koroner kiri secara normal mensuplai atrium kiri dan sebagian besar septum
interventrikuler dari ventrikel kiri (septum anterior dan dinding lateral). Setelah
perjalanan pendek dari bifurcatio arteri koroner utama kiri ke dalam arteri descent
anterior kiri (LAD) dan arteri sirkumfleksi (CX); bentuk ini menyuplai septum dan
dinding anterior. Pada sirkulasi diminan kri, CX sepanjang AV dan berlanjut kembali
sebagai PDA untuk mensuplai juga sebagian besar septum posterior dari dinding
anterior (Sofyan, 2016).
Arteri menyuplai simpul AV yang dapat berasal dari RCA (60 % dari individu)
atau yang lainnya (sisanya 40 %). Simpul AV biasanya melalui RCA (85 %-90 %)
atau sering tidak ada, dari derivat PDA dan LAD. Dinding anterior dari katup mitral
juga memiliki daerah yang ganda yang memberikan suplai melalui cabang diagonal
dari LAD dan berasal dari cabang CX. Sebaliknya, postkapiler dari katup mitral
biasanya disuplai dari PDA sangat banyak memiliki disfungsi iskemik di daerah-
daerah yang berharga (Sofyan, 2016).

1.2 Definisi
Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan yang terjadi pada ritme jantung yang
ditandai dengan basis osilasi beramplitudo rendah (gelombang f atau fibrilasi) dan
irama ventrikel denyut jantung yang irregular tanpa irama dasar. Laju gelombang f
dapat mencapai 300-600 x/menit dan memiliki variasi pada amplitudo, bentuk dan
waktu (Andrianto, 2020). Pada dasarnya atrial fibrilasi merupakan suatu takikardi
supraventrikuler dengan aktivasi atrial yang tidak terkoordinasi sehingga terjadi
gangguan fungsi mekanik atrium. Keadaan ini menyebabkan tidak efektifnya proses
mekanik atau pompa darah jantung (Yuniadi, 2014).
Menurut PERKI (2014) fibrilasi atrium merupakan takikardi supraventricular
yang khas, dengan aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan
perburukan fungsi mekanis atrium. Pada elektrokardiogram (EKG), ciri dari Atrial
Fibrilasi (AF) yaitu tidak adanya konsistensi gelombang P, yang digantikan oleh
gelombang getar (fibrilasi) yang memiliki variasi amplitudo, bentuk dan durasinya.
Pada fungsi nodus AV yang normal, Atrial Fibrilasi (AF) biasanya disusul oleh
respons ventrikel yang juga ireguler, dan seringkali cepat.

Gambar 5. Atrial Fibrilasi

Ciri-ciri gambaran EKG atrium fibrilasi umumnya sebagai berikut:


1. EKG permukaan menunjukkan pola interval RR yang irregular
2. Tidak adanya gelombang P yang jelas pada EKG. Kadang dapat terlihat aktivitas
atrium yang irregular pada beberapa sedapan EKG dan yang paling sering pada
sedapan V1
3. Interval antara dua gelombang aktivasi atrium biasanya bervariasi, umumnya
kecepatannya melebihi 450x/ menit (Camm, 2010).

1.3 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan atrial fibrilasi diantaranya (Sudoyo dkk., 2006;
ACCF dan AHA, 2011):
a. Peningkatan tekanan atau resistensi atrium
1. Penyakit katup jantung
2. Kelainan pengisian dan pengosongan ruang atrium
3. Hipertrofi jantung
4. Kardiomiopati
5. Hipertensi pulmo (chronic obstructive pulmonary disease dan cor pulmonal
chronic)
6. Tumor intracardiac
b. Proses infiltrasi dan inflamasi
1. Pericarditis atau myocarditis
2. Amyloidosis dan sarcoidosis
3. Faktor peningkatan usia
c. Proses infeksi
1) Demam dan segala macam infeksi
d. Kelainan endokrin
1. Hipertiroid
2. feokromositoma
e. Neurogenic
1. Stroke
2. Pendarahan subarachnoid
f. Iskemik atrium (infark myocard)
g. Obat-obatan
1. Alkohol
2. kafein
h. Keturunan atau genetic

1.4 Klasifikasi
Menurut Sudoyo dkk., (2006) berdasarkan laju respon ventrikel, atrial fibrilasi
dibagi menjadi :
1. AF respon cepat (rapid response) dimana laju ventrikel lebih dari 100 kali
permenit
2. AF respon lambat (slow response) dimana laju ventrikel lebih kurang dari 60 kali
permenit
3. AF respon normal (normo response) dimana laju ventrikel antara 60-100 kali
permenit
Klasifikasi menurut American Heart Assoiation (AHA), (2011) atrial fibriasi
(AF) dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
1. AF deteksi pertama yaitu tahap dimana belum pernah terdeteksi AF sebelumnya
dan baru pertama kali terdeteksi.
2. AF paroksimal bila atrial fibrilasi berlangsung kurang dari 7 hari. Kurang lebih
50% atrial fibrilasi paroksimal akan kembali ke irama sinus secara spontan dalam
waktu 24 jam. Atrium fibrilasi yang episode pertamanya kurang dari 48 jam juga
disebut AF Paroksimal.
3. AF persisten bila atrial fibrilasi menetap lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 7
hari. Pada AF persisten diperlukan kardioversi untuk mengembalikan ke irama
sinus.
4. AF kronik atau permanen bila atrial fibrilasi berlangsung lebih dari 7 hari.
Biasanya meskipun dengan kardioversi tetap akan sulit untuk mengembalikan ke
irama sinus (resisten).
Selain itu, menurut (2009) klasifikasi atrial fibrilasi berdasarkan ada tidaknya
penyakit lain yang mendasari yaitu AF primer dan AF sekunder. Disebut AF primer
jika tidak disertai penyakit jantung lain atau penyakit sistemik lainnya. Dan disebut
AF sekunder jika disertai dengan penyakit jantung lain atau penyakit sistemik lain
seperti diabetes, hipertensi, gangguan katub mitral dan lain-lain. Sedangkan
klasifikasi lain adalah berdasarkan bentuk gelombang P yaitu dibedakan atas Coarse
AF dan Fine AF. Coarse AF jika bentuk gelombang P nya kasar dan masih bisa
dikenali. Sedangkan Fine AF jika bentuk gelombang P halus hampir seperti garis
lurus.

1.5 Manifestasi Klinis


Atrial Fibrilasi dapat simptomatik dapat pula asimptomatik. Gejala-gejala AF
sangat bervariasi tergantung dari kecepatan laju irama ventrikel, lamanya AF,
penyakit yang mendasarinya. Atrial Fibrilasi (AF) biasanya menyebabkan ventrikel
berkontraksi lebih cepat dari biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki
cukup waktu untuk mengisi sepenuhnya darah untuk memompa ke paru-paru dan
tubuh. Atrial fibrilasi sering tanpa disertai gejala, tapi kebanyakan penderita
mengalami palpitasi (perasaan yang kuat dari denyut jantung yang cepat atau
berdebar dalam dada), nyeri dada terutama saat beraktivitas, pusing atau pingsan,
sesak napas, cepat lelah, laju denyut jantung meningkat, intoleransi terhadap
olahraga, sinkop atau gejala tromboemboli, atau dapat disertai gejala-gejala gagal
jantung (seperti rasa lemah, sakit kepala berat, dan sesak nafas), terutama jika denyut
ventrikel yang sangat cepat (sering 140-160 denyutan/menit) (Wattigney, 2002).
Pasien dapat juga disertai tanda dan gejala stroke akut atau kerusakan organ tubuh
lainnya yang berkaitan dengan emboli systemic. AF dapat mencetuskan gejala
iskemik pada AF dengan dasar penyakit jantung koroner. Fungsi kontraksi atrial yang
sangat berkurang pada AF akan menurunkan curah jantung dan dapat menyebabkan
terjadi gagal jantung kongestif pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri (Sudoyo,
2007).

1.6 Patofisiologi
Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu proses aktivasi lokal dan multiple
wavelet reentry. Proses aktivasi lokal bisa melibatkan proses depolarisasi tunggal atau
depolarisasi berulang. Pada proses aktivasi lokal, fokus ektopik yang dominan adalah
berasal dari vena pulmonalis superior. Selain itu, fokus ektopik bisa juga berasal dari
atrium kanan, vena cava superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik ini
menimbulkan sinyal elektrik yang mempengaruhi potensial aksi pada atrium dan
menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus SA (Harrison, 2000).
Sedangkan multiple wavelet reentry, merupakan proses potensial aksi yang berulang
dan melibatkan sirkuit/jalur depolarisasi. Mekanisme multiple wavelet reentry tidak
tergantung pada adanya fokus ektopik seperti pada proses aktivasi lokal, tetapi lebih
tergantung pada sedikit banyaknya sinyal elektrik yang mempengaruhi depolarisasi.
Pada multiple wavelet reentry, sedikit banyaknya sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu periode refractory, besarnya ruang atrium dan kecepatan konduksi. Hal
ini bisa dianalogikan, bahwa pada pembesaran atrium biasanya akan disertai dengan
pemendekan periode refractory dan penurunan kecepatan konduksi. Ketiga faktor
tersebutlah yang akan meningkatkan sinyal elektrik dan menimbulkan peningkatan
depolarisasi serta mencetuskan terjadinya AF (Harrison, 2000).
Aktivasi fokal fokus biasanya di awali dari daerah vena pulmonalis timbulnya
gelombang yang menetap dari Multiple wavelet reentry depolarisasi atrial atau
wavelets yang dipicu oleh depolarisasi atrial premature atau aktivitas aritmogenik
dari fokus yang tercetus secara cepat. Mekanisme AF identik dengan mekanisme
fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata hanya di massa otot atrium dan
bukan di massa otot ventrikel. Penyebab yang sering menimbulkan AF adalah
pembesaran atrium akibat lesi katup jantung yang mencegah atrium mengosongkan
isinya secara adekuat ke dalam ventrikel, atau akibat kegagalan ventrikel dengan
pembendungan darah yang banyak di dalam atrium. Dinding atrium yang berdilatasi
akan menyediakan kondisi yang tepat untuk sebuah jalur konduksi yang panjang
demikian juga konduksi lambat, yang keduanya merupakan faktor predisposisi bagi
AF. AF dapat juga disebabkan oleh gangguan katup jantung pada demam reumatik,
atau gangguan aliran darah seperti yang terjadi pada penderita aterosklerosis
(Yuniadi, 2014).
Pada AF aktivitas sitolik pada atrium kiri tidak teratur, terjadi penurunan atrial
flow velocities yang menyebabkan statis pada atrium kiri dan memudahkan
terbentuknya trombus. Pada pemeriksaan TEE, trombus pada atrium kiri lebih banyak
dijumpai pada pasien AF dengan stroke emboli dibandingkan dengan AF tanpa stroke
emboli. 2/3 sampai ¾ stroke iskemik yang terjadi pada pasien dengan AF non
valvular karena stroke emboli. Beberapa penelitian menghubungkan AF dengan
gangguan hemostasis dan thrombosis. Kelainan tersebut mungkin akibat dari statis
atrial tetapi mungkin juga sebagai kofaktor terjadinya tromboemboli pada AF
(Sudoyono, 2007).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada Atrial fibrilasi (AF) yaiku
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, ureum, kreatinin serum
untuk menunjukkan apakah pasien menderita gangguan elektrolit atau gagal
ginjal. Pemeriksaan enzim jantung seperti CKMB dan troponin. Dari
pemeriksaan ini dapat ditemukan tanda-tanda infark miokard sebagai pencetus
FA. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan yaitu pemeriksaan D-dimer (bila
pasien memiliki risiko emboli paru), pemeriksaan Fungsi tiroid untuk melihat
apakah pasien memiliki gangguan tiroid seperti tirotoksikosis, serta
pemeriksaan kadar digoksin untuk mengevaluasi level subterapeutik dan atau
toksisitas (Yuniadi, 2014).
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pada penderita AF gambaran EKG umum nya sebagai berikut:
a. Pola interval RR yang irreguler.
b. Tidak dijumpainya gelombang P yang jelas. Gelombang P menjadi fibrilasi
dengan amplitudo, bentuk dan durasi yang bervariasi, hal ini berhubungan
dengan respon ventrikel yang irreguler dan cepat pada sistem konduksi AV
yang utuh. Dan paling sering terjadi pada sadapan V1.
c. Laju jantung umumnya berkisar 110-140x/menit, tetapi jarang melebihi
160- 170x/menit.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan adalah foto toraks, uji latih
atau uji berjalan selama enam menit, ekokardiografi, Computed Tomography (CT)
scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), monitor holter atau event recording,
studi elektrofisiologi (Yuniadi, 2014).
1.8 Penatalaksanaan
Sasaran utama pada penatalaksanaan AF adalah mengontrol ketidakteraturan
irama jantung, menurunkan peningkatan denyut jantung dan menghindari atau
mencegah adanya komplikasi tromboembolisme. Kardioversi merupakan salah satu
penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk AF. Kardioversi adalah suatu tata
laksana yang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan
denyut jantung (Dinanti, 2009).
Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan farmakologi
(Pharmacological Cardioversion) dan pengobatan elektrik (Electrical
Cardioversion). Kontrol irama atau kardioversi mengacu pada upaya untuk
mempertahankan irama sinus dalam waktu panjang. Agen farmakologik yang
merupakan rekomendasi kelas 1 sebagai kontrol irama jantung sesuai dengan
Guidelines of the American College of Cardiology, American Heart Association and
European Society of Cardiology 2006 (ACC/AHA/ESC 2006) adalah flecainide,
dofetilide, propafenone, dan ibutilide. Sedangkan amiodaron, agen anti-aritmia yang
paling umum digunakan, dimasukkan ke dalam kelas 2A. Agar efektivitasnya lebih
baik, sebaiknya kardioversi farmakologik dimulai kurang dari 7 hari setelah onset
Atrial Fibrilasi (Dinanti, 2009).
Terapi antitrombotik yang digunakan untuk mencegahan stroke pada pasien AF
meliputi antikoagulan antagonis vitamin K yaitu warfarin dan coumadin dan
antikoagulan baru yaitu dabigatran etexilate, rivaroxaban, apixaban juga
menggunakan antiplatelet. Jenis antitrombolitik tidak digunakan untuk pencegahan
stroke pada pasien AF (Yuniadi, 2014).
1.10 Pathway
Kardiomiopati, Pericarditis,
Faktor usia, obat-obatan (akohol), tumor miocarditis
keturunan

Kelainan katup atrium

Resistensi atrium dextra

Vol. Atrium meningkat

Pengosongan atrium
inadekuat

Atrial Fibrilasi (AF)

AF dengan normo AF dengan slow AF dengan rapid


ventricel respons ventricel respons ventricel respons
HR 60-100x/menit HR <60x/menit HR >100x/menit

CHF (Coengestiv Heart Brakikardia Tachicardia


Failure) Supraventrike dextra

EKG menunjukan
Aritmia saat atau Tekanan Pengisian darah ke paru-
Forward Failure
setelah aktivitas Atrium paru menurun
sinistra
meningkat
Curah Jantung Menurun Atrial flow velocities
Suplai Oksigen
menurun menurun
Tekanan
Renal Flow menurun Atrium
Lemas, lemah, dan sinistra Trombus atrium sinistra
kurang bersemangat meningkat
Pelepasan RAA (Renin
Agiotensin dan Disfungsi ventrikel
Aldosteron) Intoleransi Hipertensi sinistra
Aktivitas kapiler paru

Retensi Natrium dan Air Penurunan Curah


Edema paru Jantung

Edema
Gangguan
Pertukaran Gas
Hipervolemia
Penjelasan:
Atrial fibrilasi disebabkan oleh beberapa faktor seperti usia, obat obatan
(alkohol), dan keturunan. Selain itu juga disebabkan oleh penyakit penyerta seperti
kardiomiopati, tumor, perikarditis, dan juga miokarditis. Keadaan semacam ini
memiliki dampak terjadinya kelainan katup atrium. Katup atrium akan mengalami
resistensi dan kemudian menimbulkan pengosongan terhadap volume atrium itu
sendiri. Berdasarkan laju respon ventrikel, atrial fibrilasi di bedakan menjadi 3 yaitu
AF dengan normo ventricel respons HR 60-100x/menit, AF dengan slow ventricel
respons HR <60x/menit, dan AF dengan rapid ventricel respons HR >100x/menit.
AF rapid ventricel respons HR >100x/menit ditandai dengan terjadinya takikardi
supraventrikel yang merupakan suatu keadaan detak jantung yang cepat yang terjadi
ketika impuls listrik normal jantung terganggu. Gejala dapat berupa jantung berdebar-
debar, atau tidak ada gejala sama sekali. Takikardi supraventrikel menimbulkan
beberapa masalah, seperti peningkatan terhadap tekanan antrium kiri dan peningkatan
tekanan vena pulmonal dan penurunan pengisian darah. Peningkatan tekanan antrium
kiri dan peningkatan tekanan vena pulmonal ini kemudian menyebabkan hipertensi
kapiler paru sehingga akan terjadi pembengkakan paru yang merupakan suatu
keadaan yang disebabkan kelebihan cairan di paru-paru. Dengan keadaan tersebut,
proses pertukaran gas yang seharusnya bisa terjadi di paru-paru akan mengalami
gangguan sehingga akan memimbulkan masalah keperawatan Gangguan
Pertukaran Gas (D.0003).
Penurunan pengisian darah oleh karena takikardi supraventrikel menimbulkan
beberapa masalah seperti penurunan kecepatan aliran darah, penurunan suplasi darah
ke jaringan, penurunan suplasi oksigen ke otak, dan juga peningkatam aliran ginjal.
Penurunan kecepatan aliran darah akan menyebakan trombus pada atrium dan
disfungsi vetrikel sehingga muncul masalah keperawatan Penurunan Curah
Jantung (D.0008).
AF slow ventricel respons HR <60x/menit dapat menyebabkan terjadinya
brakikardi dan gambaran EKG aritmia saat beraktivitas maupun setelah beraktifitas.
Suplai oksigen terhambat karena karena jantung tidak cukup kuat untuk memompa
dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Sehingga pasien menjadi lemas, mudah
lelah, dan tidak bersemangat dan muncul masalah keperawatan Intoleransi Aktivitas
(D.0056).
AF dengan normo ventricel respons HR 60-100x/menit dapat menyebabkan
CHF. Akibatnya terjadi forward failure sehingga curah jantung menurun maka renal
flow juga menurun sehingga terjadi pelepasan RAA (Renin Angiotensin dan
Aldosteron), kemudian terjadi retensi natrium dan air yang mengakibatkan edema
sehingga muncul masalah keperawatan Hipervolemia (D.0022).
BAB. 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengumpulan data pasien baik subyektif atau obyektif pada klien dengan kasus
atrial fibrilasi adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab)
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat,
golongan darah, pendidikan, pekerjaan, hubungan pasien dengan penanggung
jawab, dll.
b. Status Kesehatan Saat Ini
Pasien datang dengan keluhan jantung berdebar-debar, mudah lelah saat aktivitas
fisik, dan pusing.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien mengatakan jantung terasa berdebar-debar, mudah lelah saat aktivitas fisik,
dan pusing
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Haruslah diketahui penyakit atau masalah kesehatan yang pernah dialami pasien
sebelumnya baik yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler maupun
penyakit sistem sistemik lainnya (penyakit kronis). Hal ini sebagai data dasar
dalam memberikan terapi pada pasien dan dapat mempengaruhi prognosa pasien.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah anggota keluarga/generasi sebelumnya yang mengalami penyakit seperti
yang dialami pasien dan/atau penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat
dikaji dari pasien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti
karena dapat mempengaruhi prognosa pasien.
f. Pola aktivitas/istirahat
Pada pasien ini terjadi keluhan kelemahan fisik secara umum dan keletihan yang
berlebihan. Temuan fisik berupa disritmia, perubahan tekanan darah dan denyut
jantung saat beraktivitas
g. Pola eliminasi
Urine yang dikeluarkan biasanya mengalami penurunan jika terjadi penurunan
curah jantung yang berat
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pengukuran laju nadi, tekanan darah, kecepatan napas dan saturasi oksigen
sangan penting dalam evaluasi stabilitas hemodinamik dan kendali laju yang
adekuat pada FA. Pada pemeriksaan fisik, denyut nadi umumnya irregular dan
cepat sekitar 110-140 x/menit, pasien dengan hipotermia atau dengan toksisitas
obat jantung (digitalis) dapat mengalami brakikardi
2) Kepala dan leher
Pemeriksaan kepala dan leher dapat menunjukkan eksoftalmus, pembesaran
tiroid, peningkatan tekanan vena jugular atau sianosis. Bruit pada arteri karotis
mengindikasikan penyakit arteri perifer dan kemungkinan adanya
komorbiditas penyakit jantung koroner.
3) Thoraks dan Dada
- Jantung
pemeriksaan jantung sangat penting dalam pemeriksaan fisik pada pasien
dengan atrial fibrilasi. Palpasi da auskultasi yang menyeluruh sangat penting
untuk mengevaluasi penyakit katup atau kardiomiopati. Pergeseran pinctum
maximum atau adanya bunti jantung tambahan (S3) mengindikasikan
pembesaran ventrikel dan peningkatan tekanan ventrikel kiri. Bunyi II (P2)
yang mengeras dapat menandakan adanya hipertensi pulmonal. Pulsus
defisit, dimana terdapat istilah jumlah nadi yang teraba dengan auskultasi
jantung dapat ditemukan pada pasien dengan atrial fibrilasi.
- Paru
Pemeriksaan paru dapat mengungkap tanda-tanda gagal jantung (misalnya
ronki, efusi pleura). Mengi atau pemanjangan ekspirasi mengindikasikan
adanya penyakit paru kronik yang mungkin mendasari terjadinya FA
(misalnya PPOK,asma)
4) Abdomen
Adanya asites, hepatomegali atau kapsul hepar yang teraba mengencang dapat
mengindikasikan gagal jantung kanan atau penyakit hati intrinsik. Nyeri
kuadran kiri atas, mungkin disebabkan infark limpa akibat embili perifer
5) Sistem neurosensori
Tanda-tanda Transient Ischemic Attack (TIA) atau kejadian serebrovaskular
terkadang dapat ditemukan pada pasien dengan FA. Peningkatan reflek dapat
ditemukan pada hipertiroidisme.
6) Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas bawah dapat ditemukan sianosis, jari tabu atau
edema. Ekstremitas yang dingin dan tanpa nadi mungkin mengindikasikan
embolisaasi perifer. Melemahnya nadi perifer dapat mengindikasikan penyakit
aterial perifer atau penurunan curah jantung
i. Data sosial
Data sosial yang diperlukan adalah bagaimana pasien berhubungan dengan orang-
orang terdekat dan yang lainnya, kemampuan berkomunikasi dan peranannya
dalam keluarga. Serta pandangan pasien terhadap dirinya setelah mengalami
trauma kepala dan rasa aman.
j. Data spiritual
Data spiritual yang diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan
falsafah hidup pasien serta ke-Tuhanan yang diyakininya. Tentu saja data yang
dikumpulkan bila tidak ada penurunan kesadaran.
k. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG
2) Pemeriksaan labolatorium
3) Foto rontgen toraks
4) Ekokardiogenik
5) Pemeriksaan fungsi tiroid
6) Uji latih

2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Penurunan curah jantung (D.0008) berhubungan dengan perubahan irama
jantung dan disfungsi ventrikel sinistra
2) Gangguan Pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan edema paru
3) Hipervolemia (D.0022) berhubungan dengan retensi natrium dan air
4) Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan dan suplai
oksigen menurun
2.3 Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Penurunan Curah Tujuan: Setelah Perawatan Jantung (1.02075) Observasi
Jantung (D.0008) dilakukan Observasi 1. Untuk menentukan diagnosa
tindakan keperawatan 1 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan keperawatan risiko penurunan curah
x 8 jam curah jantung curah jantung (meliputi dyspnea, jantung diperlukan diperlukan
membaik. kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal pemeriksaan tanda dan gejala secara
Curah Jantung nocturnal dyspnea, peningkatan CVP) berkala
(L.02008) 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder 2. Untuk menentukan diagnosa
Kriteria hasil: penurunan curah jantung (Meliputi keperawatan risiko penurunan curah
1. Kekuatan nadi peningkatan berat badan, hepatomegaly, jantung diperlukan diperlukan
perifer (meningkat) distensi vena jugularis, palpitasi, rochi pemeriksaan tanda dan gejala secara
2. Gambaran EKG basah, oliguria, batuk, kulit pucat) berkala
aritmia (menurun) 3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan 3. Pada gagal jantung kongestis (GJK)
3. Edema (menurun) darah ostostatik,jika perlu) dini, sedang atau kronis tekanan
4. Tekanan darah 4. Monitor intake dan output cairan darah dapat meningkat. Pada HCF
(membaik) 5. Monitor saturasi oksigen lanjut tubuh tidak mampu lagi
5. Pengisian kapiler 6. Monitor keluhan nyeri dada (misal. mengkompensasi dan hipotensi tidak
(membaik) Intensitas, lokasi, radiasi, duarasi, dapat normal lagi.
presivitasi yang mengurangi nyeri) 4. Karena adanya peningkatan tekanan
7. Monitor aritmia (kelainan irama dan ventrikel kiri, pasien tidak dapat
frekuensi) mentoleransi peningkatan volume
8. Monitor EKG 12 Sadapan cairan (preload). Pasien GJK juga
mengeluarkan sedikit natrium yang
Terapeutik menyebabkan retensi cairan dan
1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler meningkatkan kerja miokard
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman 5. Untuk meningkatkn sediaan oksigen
2. Berikan diet jantung yang sesuai (misal untuk kebutuhan miokard untuk
batasi asupan kaferin, natrium, kolesterol, melawan efek hipoksia/iskemia.
dan makanan tinggi lemak) 6. Nyeri dapat terjadi karena penurunan
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk curah jantung
modifikasi gaya hidup sehat 7. S1 dan S2 mungkin lemah karena
4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi menurunnya kerja pompa. Irama
stress, jika perlu Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
5. Berikan oksigen untuk mempertahankan sebagai aliran darah ke serambi yang
saturasi oksigen >94% distensi. Murmur dapat
menunjukkan inkompetensi/ stenosis
Edukasi katup
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi 8. Depresi segmen ST dan datarnya
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap gelombang T dapat terjadi karena
3. Anjurkan berhenti merokok peningkatan kebutuhan oksigen
4. Anjurkan pasien dan keluarga mengukur miokard, meskipun tak ada penyakit
berat badan harian arteri koroner. Foto dada dapat
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur menunjukan pembesaran jantung
intake dan output cairan harian
Terapeutik
Kolaborasi 1. Untuk meningkatkan rasa nyaman
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika pada pasien
perlu 2. Untuk membantu pemenuhan nutrisi
2. Rujuk ke progam rehabilitasi jantung yang cukup dan mempercepat proses
pemulihan
Perawatan Jantung Akut (1.02076) 3. Gaya hidup sehat dapat mencegah
Observasi kekambuhan penyakit
1. Identifikasi karakteristik nyeri dada 4. Relaksasi dapat membuat tubuh
(meliputi faktor pemicu dan pereda, lebih nyaman dan meningkatkan
kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi, dan
frekuensi) proses kesembuhan
2. Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan 5. Untuk melatih kemandirian pasien
ST dan T dan keluarga
3. Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi) Edukasi
4. Monitor elektrolit yang dapat 1. Untuk mengetahui karakteristik nyeri
meningkatkan resiko aritmia (misal yang dikeluhkan pasien
kalium, magnesium serum) 2. Mengetahui fungsi kerja jantung
5. Monitor saturasi oksigen 3. Untuk mencegah keparahan penyakit
4. Untuk mengontrol kenaikan berat
Terapeutik badan yang dapat memperparah
1. Pertahankan tirah baring minimal 12 jam penyakit
2. Pasang akses intervena 5. Guna mencegah penumpukan cairan
3. Puasakan hingga bebas nyeri yang dapat memperburuk keadaan
4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi pasien
ansietas dan stress
5. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk Kolaborasi
beristirahat dan pemulihan 1. Obat antiaritmia berfungsi untuk
6. Siapakan menjalani intervensi koroner mengatasi irama jantung yang tidak
perkutan,j ika perlu teratur
7. Berikan dukungan emosional dan spiritual 2. Untuk mempercepat proses
pemulihan pasien
Edukasi
1. Anjurkan segera melaporkan nyeri dada Perawatan Jantung Akut (1.02076)
2. Anjurkan menghidari maneuver valsava Observasi
(misal mengedan saat BAB Atau batuk) 1. Identifikasi dapat menunjukkan
3. Jelaskan tindakan yang dijalani pasien penyebab nyeri dan dapat
4. Ajarkan teknik menurunkan kecemaskan memberikan pengobatan yang tepat
dan ketakutan 2. Untuk mengetahui kondisi dan
perubahan irama jantung
Kolaborasi 3. Untuk mempertahankan irama
1. Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika jantung yang normal
perlu 4. Untuk mempertahankan elektrolit
2. Kolaborasi pemberian antiangina (misal yang dibutuhkan oleh tubuh
nitrogliserin,beta blocker, calcium channel 5. Untuk mempertahankan kecukupan
blocker) oksigen yang dibutuhkan otak
3. Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
4. Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu Terapeutik
5. Kolaborasi pemberian obat maneuver 1. Untuk mengistirahatkan pasien dan
valsava (misal pelunak tinja,antiemetik) menjaga kondisi fisik pasien
6. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, bila 2. Untuk mempertahankan kelancaran
perlu darah
3. Keluhan nyeri pasien hilang
4. Memberikan kenyamanan bagi
pasien dan meminimalkan faktor
lain yang memperburuk kondisi
pasien
5. Mendukung kesembuhan dengan
memberikan rasa nyaman
6. Untuk mempersiapkan terjadinya
resiko buruk pada pasien
7. Mempertahankan kestabilan kondisi
psikologis pasien.

Edukasi
1. Agar pasien memahami tindakan
yang dapat dilakukan sehingga
mencegah keparahan berlanjut pada
kondisi pasien
2. Menghindari keadaan tekanan
berlebih pada dada
3. Pasien mampu dan memahami
proses intervensi yang sedang dan
akan dilakukan
4. Pasien paham dan mmpu
mengontrol kecemasan dan menjaga
kondisi psikologis secara mandiri

Kolaborasi
1. Mengencerkan darah guna
mencegah terjadinya trombus atau
penggumpalan darah
2. Mengurangi dan mengobati rasa
nyeri pada dada pasien jika terjadi
3. Untuk mengurangi rasa nyeri jika
terjadi
4. Untuk mempertahankan kemampuan
kontraksi otot sehingga diharapkan
dapat mempertahankan proses
pompa darah
5. Guna mencegah terjadinya
gangguan defekasi jika terjadi
6. Guna mengetahui kelainan pada
dada jika terjadi keluhan

2 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi Observasi


pertukaran gas tindakan keperawatan 1 Observasi 1. Berguna dalam evaluasi derajat
(D.0003) x 8 jam gangguan 1. Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan distress pernafasan dan kronisnya
pertukaran gas membaik. upaya napas proses penyaki
Pertukaran Gas 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, 2. Dapat menunjukkan efek
(L.01003) takipnea,hiperventilasi,kussmaul, hipoksemia sistemik pada fungsi
Kriteria hasil: cheynestokes,biot,ataksik) jantung serta PaCO2 biasanya
1. Dispnea menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif meningkat, dan PaO2 menurun
2. Bunyi nafas 4. Monitor adanya produksi sputum sehingga hipoksia terjadi derajat
tambahan menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas lebih besar/kecil.
3. Nafas cuping 6. Palpasi kesimestrian ekspansi paru 3. Untuk memastikan kepatenan jalan
hidung menurun 7. Auskultasi bunyi napas nafas
4. PCO2 membaik 8. Monitor saturasi oksigen 4. Untuk memastikan kepatenan jalan
5. PO2 membaik 9. Monitor hasil x-ray toraks nafas
6. pH arteri membaik 5. Untuk memastikan kepatenan jalan
7. Pola nafas membaik Terapeutik nafas
8. Sianosis membaik 1. Atur interval pemantuan respirasi sesuai 6. Dada yang tidak simetris sering
9. Tingkat kesadaran kondisi pasien terjadi karena ketidaknyamanan
meningkat 2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan gerakan dinding dada san cairan
3. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu paru
7. Untuk memastikan kepatenan jalan
Edukasi nafas
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara 8. Untuk memantau kebutuhan
menggunakan oksigen dirumah oksigen dalam darah dalam batas
normal
Kolaborasi 9. Untuk melihat cairan paru
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat Terapeutik
aktivitas dan tidur 1. Menyesuaikan kebutuhan pasien
2. Agar tindakan therapeutic dapat
berjalan dengan nyaman
3. Agar pasien dapat melihat
perkembangan kesehatannya

Edukasi
1. Melatih kemandirian pasien dan
keluarga saat pulang RS

Kolaborasi
1. Untuk memenuhi kecukupan dosis
yang dibutuhkan pasien
2. Untuk menghindari adanya
gangguan pertukaran gas saat
istirahat

3 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia Observasi


(D.0022) tindakan keperawatan 1 Observasi 1. Untuk menentukan diagnosa
x 8 jam volume cairan 1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. keperawatan hypervolemia perlu
dalam batas normal. Ortopnea, dyspnea, edema, JVP meningkat) untuk memastikan tanda dan gejala
Curah Jantung 2. Identifikasi penyebab hypervolemia yang pasti
(L.02008) 3. Monitor status hemodinamik (mis. 2. Untuk memvalidasi faktor
Kriteria hasil: Frekuensi jantung, tekanan darah, MAP) penyebab hypervolemia
1. Kekuatan nadi perifer 4. Monitor intake dan output cairan 3. Hipertensi dan peningkatan CVP
meningkat 5. Monitor efek samping diuretic menunjukkan kelebihan cairan dan
2. Ejection fraction (EF) dapat menunjukkan terjadinya
meningkat Terapeutik peningkatan kongesti paru, gagal
3. Cardiac Index (CI) 1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu jantung
meningkat yang sama 4. Pengeluaran urine mungkin sedikit
4. Left Ventricular 2. Batasi asupan cairan dan garam dan pekat karena penurunan perfusi
Stroke Work Index 3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o ginjal. Posisi terlentang membantu
(LVSWI) meningkat diuresis sehingga pengeluaran urine
5. Stroke Volume Index Edukasi dapat ditingkatkan selama tirah
(SVI) meningkat 1. Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 baring
6. Palpitasi menurun mL/kg/jam dalam 6 jam 5. Terapi diuretic dapat disebabkan
7. Bradikardia menurun 2. Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 oleh kehilangan cairan tiba-
8. Takikardia menurun kg dalam sehari tiba/berlebihan (hipovolemia)
9. Gambaran EKG 3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat meskipun edema/asites masih ada
aritmia menurun asupan dan haluaran cairan
10. Lelah menurun 4. Ajarkan cara membatasi cairan Terapeutik
11. Edema menurun 1. Untuk melihat perubahan volume
12. Distensi vena Kolaborasi cairan pasien
jugularis menurun 1. Kolaborasi pemberian diuretic 2. Untuk mencegah penambahan
13. Dispnea menurun 2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium volume cairan di dalam tubuh
14. Oliguria menurun akibat diuretic 3. Agar tidak terjadi penumpukan
cairan pada jantung dan paru-paru

Edukasi
1. Haluaran urin menunjukkan proses
peningkatan volume cairan
2. BB menunjukkan penambahan
volume cairan
3. Memandirikan pasien
4. Menambah pemahaman pasien
tentang pembatasan cairan

Kolaborasi
1. Untuk meningkatkan pengeluaran
urin
2. Untuk menjaga kecukupan kalium
dalam tubuh

4 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi Observasi


Aktivitas (D.0056) tindakan keperawatan 1 Observasi 1. Untuk menggali penyebab
x 8 jam terjadi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang kelelahan
peningkatan pada menyebabkan kelelahan 2. Untuk memantau seberapa besar
aktifitas pasien. 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional kelelahan yang di alami pasien
Tolerasi Aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur 3. Pola tidur yang kurang dapat
(L.03032) 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan memperparah kelelahan
Kriteria hasil: selama melakukan aktivitas 4. Ketidaknyamanan dalam
1. Kemudahan beraktivitas dapat memperburuk
melakukan aktivitas Terapeutik kelelahan
sehari-hari
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
meningkat Terapeutik
stimulus
2. Kecepatan berjalan 1. Lingkungan yang nyaman dapat
2. Lakukan latihan rentan gerak pasif dan
meningkat membuat tubuh lebih rilex sehingga
aktif
3. Jarak berjalan dapat mengurangi kelelahan
3. Berikan aktifitas distraksi yang
meningkat 2. Untuk meningkatkan masa otot
menenangkan
4. Kekuatan tubuh akibat tirah baring yang disebabkan
4. Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika tidak
bagian atas kelelahan
dapat berpindah atau berjalan
meningkat 3. Untuk melatih kemampuan
5. Kekuatan tubuh aktivitas pasien
Edukasi
bagian bawah 4. Untuk membantu pasien berpindah
meningkat 1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara tempat
6. Toleransi menaiki
tangga meningkat bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda Edukasi
7. Keluhan lelah
dan gejala kelelahan tidak berkurang 1. Tirah baring dapat membantu
menurun
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi menurunkan kelelahan
8. Dispnea saat
kelelahan 2. Untuk mencegah terjadinya
beraktivitas kelelahan yang berkepanjangan
menurun Kolaborasi 3. Untuk menilai perkembangan
9. Dispnea setelah 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara penyakit
beraktivitas meningkatkan asupan makanan 4. Strategi koping dapat membantu
menurun pasien merasa nyaman
10. Aritmia saat
beraktivitas Kolaborasi
menurun 1. Asupan makanan dapat menambah
11. Frekuensi nadi energy tubuh dalam beraktivitas
membaik
12. Tekanan darah
membaik
13. Frekuensi napas
membaik
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. 2020. Buku Ajar Kegawatdaruratan Kardiovaskuler: Berbasis Standar


Nasional Pendidikan Profesi Dokter 2019. Airlangga University Press:
Surabaya.

ACCF and AHA. 2011. Management of Patients With Atrial Fibrillation.


American: American College of Cardiology Foundation and American
Heart Association. www.heart.org

Bonow, R. O., Man Dl., Zipesdp. 2012. Braunwald’s Heart Disease : Textboox Of
Cardiovascular Medicine 9th Edition. Philadephia: Elsevier Saunders. Pp
107-124, 126-163, 277-291.

Camm, A.j, Kirchhof P, Lip Gyh, et al. 2010. Guidelines For The Management Of
Atrial Fibrillation: The Task Force For The Management Ofatrial
Fibrillation Of The European Society Of Cardiology (Esc). Europace :
European Pacing,Arrhythmias, And Cardiac Electrophysiology : Journal Of
The Working Groups On Cardiacpacing, Arrhythmias, And Cardiac Cellular
Electrophysiology Of The European Society Of Cardiology.1360-420.

Dinarti, L. K dan Suciadi L. P. 2009. Stratifikasi Risiko Dan Strategi Manajemen


Pasien Dengan Fibrilasi Atrium. Maj Kedokt Indon. 6;59(6):277-284.

Fuster, V., Walsh Ra., Harrington Ra. 2011. Hurst’s The Heart, Thirteenth
Edition. China : The Mcgrew-Hill Companies.1721-1744.

Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 Edisi 13. EGC:
Jakarta. 1418-87.

Irmalita, Nani, H., Ismoyono, Indriwanto, S., Hananto, A., Iwan, D., Daniel, P. L.
T., Dafsah, A. J., Surya, D., Isman, F. 2009. Standar Pelayanan Medik
(SPM) Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Edisi III.
Jakarta: RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta.
Ismail D dan Nasution S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4. Jakarta.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia..1522-1527

PERKI. 2014. Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium. 1st Ed. Jakarta: Centra
Communications.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II. Edisi V. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Wattigney, W. A, Mensah G. A, dan Croft J. B. 2002. Increased Atrial Fibrillation


Mortality: United States, 1980-1998. Am. J. Epidemiol. 155 (9): 819–26.

Yulita. 2016. Karakteristik Pasien Fibrilasi Atriumyang Dirawat Inap Di Rumah


Sakit Umum Pusat Haji Adam Maliktahun 2015. Medan: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Yuniadi Y, Tondas Ae, Hanafy Da, Hermanto Dy, Maharani E, Munawar M, et al.
2014. Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium. 1. Jakarta: Centra
Communication. 1-82.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIET JANTUNG DI RUANG
INTENSIVE CORONARY CARE UNIT (ICCU)
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh
Putri Hidayatur Rochmah, S.Kep
NIM 192311101111

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diet Jantung


Sasaran : Pasien dan Keluarga
Waktu : 15-30 menit
Hari/Tanggal : Sabtu, 06 November 2020
Tempat : ICCU RSD dr. Soebandi Jember

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, diharapkan sasaran dapat mengerti


dan memahami tentang Diet Jantung dan menerapkan Diet Jantung
1. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit sasaran akan
mampu:
a. Memahami tujuan Diet Jantung
b. Memahami syarat Diet Jantung
c. Memahami makanan yang dianjurkan, makanan yang dibatasi, dan
makanan yang dihindari untuk Diet Jantung
2. Pokok Bahasan
Konsep Diet Jantung
3. Sub pokok Bahasan
a. Pengertian covid 19
b. Tanda dan gejala
c. Cara pencegahan
d. Upaya yang harus dilakukan
4. Waktu
1 x 30 menit
5. Bahan/Alat yang diperlukan :
Materi & Leaflet
6. Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran : Ceramah
b. Landasan teori : Diskusi dan tanya jawab
c. Landasan pokok :
1) Menciptakan suasana ruangan yang baik
2) Mengidentifikasi pilihan tindakan
3) Menetapkan tindak lanjut
8. Persiapan
Penyuluh mencari referensi terkait Diet Jantung

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Salam pembuka Memperhatikan 5 menit
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan
khusus
Penyajian 1. Menjelaskan materi Memperhatikan 20 menit
tentang:
a. Tujuan Diet
Jantung
b. Syarat Diet Memberikan
Jantung pertanyaan
c. Makanan yang
dianjurkan, Memperhatikan
dibatasi, dan dan menanggapi
dihindari untuk
Diet Jantung
2. Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk bertanya
3. Menjawab
pertanyaan
4. Memberikan
kesempatan untuk
menjelaskan kembali
dan mempraktikkan
materi yang sudah
disampaikan
Penutup 1. Menyimpulkan materi Memperhatikan 5 Menit
yang telah diberikan dan menanggapi
2. Mengevaluasi hasil Memperhatikan
pendidikan kesehatan dan menanggapi
3. Salam penutup Mengucapkan
salam

10 Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat
a. Apa tujuan Diet Jantung?
b. Apa syarat Diet Jantung?
c. Apa saja makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari untuk Diet
Jantung?
Materi

Diet Jantung

1. Tujuan Diet Jantung


Tujuan dari penatalaksanaan Diet Jantung adalah untuk pengobatan/terapi diet
dengan memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung,
menurunkan berat badan pada penderita kegemukan, mencegah/
menghilangkan penimbunan garam/air, menurunkan kadar kolesterol LDL dan
kadar kolesterol total, mengubah jenis dan asupan lemak makanan,
menurunkan asupan kolesterol, meningkatkan asupan karbohidrat kompleks
dan menurunkan asupan karbohidrat sederhana (Instalasi Gizi RSUP
Persahabatan, 2019).

2. Syarat diet jantung


a. Energi cukup , untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
b. Protein cukup 0,8 g/kg BB
c. Lemak sedang 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak
jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh.
d. Kolesterol rendah
e. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalsium, kalium
dan magnesium jika dibutuhkan.
f. Garam rendah 2-3 g/hari jika disertai hipertensi atau edema
g. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
h. Serat cukup untuk menghindari kesulitan buang air besar (konstipasi)
i. Cairan cukup sesuai dengan kebutuhan atau anjuran.
j. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan porsi
kecil.
k. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi (Instalasi
Gizi RSUP Persahabatan, 2019).
3. Bahan makanan yang dianjurkan untuk Diet Jantung
Makanan pokok : Nasi, roti, kentang, pasta, mie, tepung-tepungan
Lauk hewani : Ikan, ayam tanpa kulit, susu rendah lemak, putih telur
Lauk nabati : Kacang hijau, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti
tahu, tempe
Sayuran : Sayuran yang tidak mengandung gas seperti buncis, kacang
panjang, labu siam, wortel, tomat, toge, ketimun, oyong
Buah buahan : Buah buahan segar seperti pisang, apel, papaya, jeruk,
melon, semangka, alpukat.
Lemak : Minyak yang mengandung lemak tak jenuh seperti, minyak
jagung, minyak kedelai, minyak zaitun
Minuman : Teh encer, sirup, youghurt
Bumbu dan lain2 : Semua bumbu segar, gula pasir, madu (Instalasi Gizi
RSUP Persahabatan, 2019).

4. Makanan yang dibatasi untuk Diet Jantung


Makanan pokok : Bolu, roti manis, biskuit
Lauk hewani : Daging tanpa lemak, kuning telur.
Lauk nabati : Kacang merah, kacang tanah, kacang mede
Sayuran : Asparagus, bayam, bit
Lemak : Minyak kelapa, santan encer
Minuman : Coklat
Bumbu : Cabe, lada (Instalasi Gizi RSUP Persahabatan, 2019).

5. Makanan yang di hindari untuk Diet Jantung


Makanan pokok : Kue yang mengandung lemak tinggi (cake, pastry), ketan,
mie instan, bahan makanan yang mengandung gas atau
alkohol seperti ubi, singkong, tape.
Lauk hewani : Daging berlemak, ayam dengan kulit, sosis, ham, limpa,
babat, otak, udang, cumi, kerang keju, susu full cream
Sayuran : Sayuran yang bergas kol, sawi, nangka muda, lobak.
Buah : Buah yang menimbulkan gas seperti nangka, durian, nanas
Lemak : Mentega, santan kental
Minuman : Teh kental, yang mengandung soda dan minuman beralkohol
Bumbu : Bumbu olahan yang mengandung natrium seperti penyedap,
kaldu instan (Instalasi Gizi RSUP Persahabatan, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Instalasi Gizi RSUP Persahabatan. 2019. Penatalaksanaan Diet Jantung. Jakarta:


Instalasi Gizi RSUP Persahabatan.
Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN T.A 2019/2020

BERITA ACARA

Pada hari Sabtu, 07 November 2020 pukul 11.00 WIB s.d selesai di ICCU RSD
dr. Soebandi Jember telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang
Diet Jantung oleh Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas
Jember. Kegiatan ini diikuti oleh orang (daftar hadir terlampir)

Jember, 07 November 2020


Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Keperawatan Gadar dan Kritis
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Ns. Rismawan Adi Y, S.Kep., M.Kep.


NRP. 760018003
Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN T.A 2019/2020

DAFTAR HADIR
Kegiatan Pendidikan Kesehatan terkait Diet Jantung. Pada hari Sabtu, 07 November
2020 pukul 11.00 –WIB s.d selesai di ICCU RSD dr. Soebandi Jember dihadiri oleh :

No. NAMA ALAMAT TANDA


TANGAN

Jember, 07 November 2020


Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Keperawatan Gadar dan Kritis
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Ns. Rismawan Adi Y, S.Kep., M.Kep.


NRP. 760018003
Lampiran 3: Media Penyuluhan

Syarat Diet Jantung


Energi cukup

a. Protein cukup 0,8 g/kg BB


b. Lemak sedang 25-30% dari kebutuhan Batasi makanan yang berkuah
energi total, 10% berasal dari lemak jenuh
dan 10-15% lemak tidak jenuh.
dan minumlah sesuai DIET
kebutuhan serta memasak
c. Kolesterol rendah
a. Vitamin dan mineral cukup
b. Garam rendah 2-3 g/hari jika disertai
makanan sebaiknya dengan
cara di tim, di kukus, di pepes,
JANTUNG
Pagi Siang Mala
hipertensi atau edema di rebusNasidan
Tim
dipanggang
Nasi Tim
Oleh

Putri Hidayatur Rochmah

NIM 192311101111

Nasi Tim
g. Makanan mudah cerna dan tidak Ikan Pindang Daging bumbu tomat Ayammpanggang
Oseng-oseng tempe bumbu kecap
menimbulkan gas Orak-arik wortel Sayur Bening Bayam Pepes Tahu
Teh manis encer Buah : Jeruk Manis Cah Sayuran
h. Serat cukup untuk menghindari kesulitan
buang air besar (konstipasi) Selingan Selingan Buah : Pisang
Ambon

i. Cairan cukup sesuai dengan kebutuhan atau Juice : Pepaya Slada Pepaya

anjuran.
j. Bentuk makanan disesuaikan dengan
keadaan penyakit.
k. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi
Oleh
melalui makanan dapat diberikan tambahan Putri Hidayatur Rochmah
berupa maka nan enteral, parenteral atau NIM 192311101111

suplemen gizi

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

l.
Pengaturan
Makanan
BAHAN DIANJURKAN DIBATASI DIHINDARI
MAKANAN
Tujuan Diet Jantung : MAKANAN Nasi, roti, kentang, pasta, Bolu, roti manis, biskuit Kue yang mengandung
POKOK mie, tepung-tepungan lemak tinggi (cake,
 Mengurangi beban kerja jantung pastry), ketan, mie instan,
bahan makanan yang
 Menormalkan berat badan mengandung gas atau
alkohol seperti ubi,
 Memenuhi kebutuhan gizi pasien
singkong, tape.
 Mencegah atau menghilangkan LAUK Ikan, ayam tanpa kulit, susu Daging tanpa lemak, kuning Daging berlemak, ayam
HEWANI rendah lemak, putih telur telur. dengan kulit, sosis, jeroan,
penimbunan garam atau air dalam tubuh
limpa, babat, otak, udang,
 Menurunkan kadar kolesterol cumi, kerang keju, susu full
cream
 Menurunkan asupan kolesterol

LAUK Kacang hijau, kacang Kacang merah, kacang -


NABATI kedelai dan hasil olahannya tanah, kacang mede
seperti tahu, tempe

SAYURAN DAN Kacang hijau, kacang Asparagus, bayam, bit Sayuran yang bergas
BUAH-BUAHAN kedelai dan hasil olahannya seperti kol, sawi, nangka
seperti tahu, tempe muda, lobak.
Buah buahan segar seperti Buah yang menimbulkan
pisang, apel, papaya, jeruk,
melon, semangka, alpukat. gas seperti nangka, durian,
nanas
LEMAK Minyak yang mengandung Minyak kelapa, santan encer Mentega, santan kental
lemak tak jenuh seperti,
minyak jagung, minyak
kedelai, minyak zaitun

MINUMAN Teh encer, sirup, youghurt Coklat Teh kental, yang


mengandung soda dan
minuman beralkohol

BUMBU DAN Semua bumbu segar, gula Cabe, lada Berbumbu tajam (pedas,
LAIN-LAIN pasir, madu asin, asam), bumbu olahan
yang mengandung natrium

Anda mungkin juga menyukai