PORTOFOLIO
DISUSUN OLEH :
4A AKFAR
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1) Faktor Intrinsik
Psikologis dapat mencetuskan suatu serangan asma, karena rangsangan tersubut dapat
mengaktivasi sistem parasimpatis yang diaktifkan oleh emosi, rasa takut dan cemas.
Karena rangsangan parasimpatis ini juga dapat mengaktifkan otot polos bronkious,
maka apapun yang meningkatkan aktivitas parasimpatis dapat mencetuskkan asma.
Dengan demikian dapat mengalami asma mungkin serangan terjadi akkibat gangguan
emosi.
2) Kegiatan jasmani
Asma yang timbul karna bergerak badan atau olahraga terjadi bila seseorang
mengalami gejala-gejala asma selama atau setelah olahraga atau melakukan gerak
badan. Pada saat penderita sedang istirahat, ia bernafas melalui hidung. Sewaktu udara
masuk melalui hidung, udara dipanaskan dan akan menjadi lembab. Saat melakukan
gerak badan pernafasan terjadi melalui mulut, nafasnya semakin cepat dan volume
udara yang dihirup semakin banyak, hal ini lah yang menyebabkan otot yang peka
disaluran pernafasan mengencang sehingga sauran udara menjadi lebih sempit, yang
menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga terjadilah gejala asma.
3) Faktor Ekstrinsik
Merupakan faktor pencetus asma yang sering dijumpai. Seperti debu, bulu, polusi udara
dan sebagainya yang dapat menimbukan serangan asma pada penderita yang peka. Dan
juga terdapat pada obat-obatan yang sering mencetuskan serangan asma adalah reseptor
beta, atau biasanya disebut dengan beta-blocker.
4) Faktor Lingkungan
Sepeeti cuaca yang lembab serta hawa gunung sering mempengaruhi asma. Atmosfir
yang mendadak menjadi dingin sering merupakan faktor provokatif untuk serangan.
Kadang-kadang asma berhubungan dengan satu musim. Lingkungan lembab yang
disertai dengan banyaknya debu rumah atau berkembangnya virus infeksi saluran
pernafasan, merupakan pencetus serangan asma yang perlu diwaspadai (Hasdianah,
2014).
2.1.3 Gejala Penyakit Asma
Gejala klinis asma bronkhial yang khas adalah sesak napas yang berulang dan
suara mengi (wheezing). Gejala ini bervariasi pada tiap-tiap orang berdasarkan tingkat
keparahan dan frekuensi. Intermintten yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang
dari 1 kali dalam seminggu dan gejala asma bronchial malam berkurang dari 2 kali
dalam sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal paru masih baik.
Terdapat 3 paristen yaitu :
1) Persisten ringan yaitu gejala asma bronkhial lebih dari 1 kali dalam seminggu dan
serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam
lebih dari 2 kali dalam sebulan, semua ini membuat faal paru relatif menurun.
2) Persisten sedang yaitu gejala asma bronchial terjadi setiap hari dan serangan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma
malam lebih dari 1 kali dalam seminggu dan dapat membuat faal paru menurun.
3) Persisten berat yaitu gejala asma bronchial terjadi terus menerus. Gejala asma pada
malam hari dapat terjadi dan hampir setiap malam akibatnya faal paru sangat
menurun (WHO, 2014).
2.1.4 Akibat Penyakit Gastroenteritis
Asma ditandai dengan konstriksi spastik dari otot polos bronkiolus yang
menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma alergi diduga
terjadi dengan cara: seseorang alergi membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal.
Antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus pada penderita asma. Bila seseorang
terpapar alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrien), faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan
dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkiolus maupun
sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat (Smeltzer &
Bare, 2010).
Peningkatan permeabilitas dan sensitivitas terhadap alergen yang terhirup, iritan
dan mediator inflamasi merupakan konsekuensi dari adanya cedera pada epitel.
Inflamasi kronis pada saluran pernafasan dapat menyebabkan penebalan membran
dasar dan deposisi kolagen pada dinding bronkial. Perubahan ini dapat menyebabkan
sumbatan saluran nafas secara kronis seperti yang dijumpai pada penderita asma.
Pelepasan berbagai mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi, sumbatan
vaskuler, permeabilitas vaskuler, edema, produksi dahak yang kental dan gangguan
mukosiliar (Zullies, 2011).
Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zona memiliki spesifikasi
tertentu. Empat zona tersebut meliputi :
a. Unclassified Area
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) tetapi untuk
kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang dipantau. Termasuk didalamnya
adalah laboratorium kimia (suhu terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold
storage dan cool room), kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
b. Black area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang termasuk dalam kelas
ini adalah koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi,
area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder. Setiap karyawan wajib
mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala)
c. Grey area
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang masuk dalam kelas ini
adalah ruang produksi produk non steril, ruang pengemasan primer, ruang timbang,
laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang
sampling di gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib
mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area
dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock.
d. White area
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF). Ruangan yang masuk
dalam area ini adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku
produksi steril, ruang mixing untuk produksi steril, background ruang filling ,
laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki
area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas
partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti
pakaian white dan airlock.
Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan
yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas
kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan
CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas
memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara
dan air change rate.
2.4.2 Syarat Ruang Produksi
1. Semua bangunan dan fasilitas hendaklah, sedapat mungkin, didesain untuk mencegah
personalia yang melakukan pengawasan dan pengendalian masuk bila tidak diperlukan.
Area Kelas B hendaklah didesain sehingga semua kegiatan dapat diamati dari luar
2. Di area bersih, semua permukaan yang terpapar hendaklah halus, kedap air dan tidak
retak untuk mengurangi pelepasan atau akumulasi partikel atau mikroba dan untuk
memungkinkan penggunaan berulang bahan pembersih dan bahan disinfektan.
3. Untuk mengurangi akumulasi debu dan memudahkan pembersihan hendaklah tidak ada
bagian yang sukar dibersihkan dan lis yang menonjol, rak, lemari serta peralatan
hendaklah dalam jumlah terbatas. Pintu hendaklah didesain untuk menghindarkan
bagian yang tersembunyi dan sukar dibersihkan; pintu sorong hendaklah dihindarkan
karena alasan tersebut
4. False ceilings hendaklah disegel untuk mencegah pencemaran dari ruang di atasnya.
5. Pipa dan saluran serta sarana pendukung lain hendaklah dipasang dengan tepat
sehingga tidak menimbulkan tempat tersembunyi yang sukar dibersihkan.
6. Bak cuci dan drainase hendaklah dilarang di area Kelas A/B. Di area lain, penyekat
udara hendaklah dipasang di antara mesin atau bak cuci dan drainase. Saluran
pembuangan untuk daerah yang lebih rendah tingkat kebersihannya, jika dipasang,
hendaklah dilengkapi dengan jebakan yang efektif atau penutup air untuk mencegah
aliran balik. Semua saluran air hendaklah terbuka dan mudah dibersihkan serta
dihubungkan dengan drainase luar dengan tepat untuk mencegah cemaran
mikrobiologis masuk.
7. Ruang ganti pakaian hendaklah hanya digunakan untuk personalia dan tidak digunakan
untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan.
8. Ruang ganti pakaian hendaklah didesain seperti ruang penyangga dan digunakan
sebagai pembatas fisik untuk berbagai tahap penggantian pakaian dan memperkecil
cemaran mikroba dan partikulat terhadap pakaian pelindung. Ruang ganti tersebut
hendaklah dibilas secara efektif dengan udara yang telah tersaring. Tahap terakhir dari
ruang ganti hendaklah, pada kondisi “nonoperasional”, mempunyai tingkat kebersihan
yang sama dengan ruang berikutnya. Penggunaan ruang ganti terpisah untuk memasuki
dan meninggalkan daerah bersih kadangkadang diperlukan. Pada umumnya hendaklah
fasilitas pencucian tangan disediakan hanya pada tahap awal ruang ganti pakaian
9. Pintu-pintu ruang penyangga hendaklah tidak dibuka secara bersamaan. Sistem
interlock atau sistem peringatan visual dan/atau audio hendaklah dioperasikan untuk
mencegah lebih dari satu pintu terbuka pada saat yang bersamaan
10. Pasokan udara yang disaring hendaklah dapat menjaga perbedaan tekanan positif dan
aliran udara ke area sekelilingnya yang berkelas kebersihan lebih rendah pada seluruh
kondisi “operasional” dan hendaklah dapat membilas area tersebut dengan efektif.
Ruang bersebelahan dengan kelas kebersihan yang berbeda hendaklah mempunyai
perbedaan tekanan berkisar 10 - 15 pascal (nilai acuan). Perhatian khusus hendaklah
diberikan untuk perlindungan kepada zona yang mempunyai risiko tertinggi, yaitu,
daerah yang udaranya berhubungan langsung dengan produk dan komponen yang telah
dibersihkan yang akan bersentuhan dengan produk. Berbagai rekomendasi mengenai
pasokan udara dan perbedaan tekanan mungkin memerlukan modifikasi bila diperlukan
untuk menahan beberapa bahan, misal bahan yang bersifat patogenis, bertoksisitas
tinggi, radioaktif, bahan atau produk berupa virus atau berupa bakteri hidup.
Dekontaminasi fasilitas tersebut dan pengolahan udara yang keluar dari area bersih
mungkin diperlukan untuk beberapa kegiatan.
11. Hendaklah dibuktikan bahwa pola aliran udara tidak menimbulkan risiko pencemaran,
misal perhatian hendaklah diberikan untuk memastikan bahwa aliran udara tidak
menyebarkan partikel dari personalia yang menimbulkan partikel, kegiatan atau mesin
ke zona yang mempunyai risiko lebih tinggi terhadap produk.
12. Sistem peringatan hendaklah tersedia untuk mengindikasikan kegagalan pasokan udara.
Indikator perbedaan tekanan udara hendaklah dipasang di antara area di mana hal
tersebut sangat penting. Perbedaan tekanan udara ini hendaklah dicatat secara teratur
atau didokumentasikan.
13. Suhu dan kelembaban ruangan hendaklah dijaga pada tingkat yang tidak menyebabkan
personalia berkeringat secara berlebihan dalam pakaian kerjanya.
14. Sistem mekanis atau elektris untuk komunikasi lisan dari dan ke area kegiatan steril
hendaklah didesain dan dipasang dengan tepat sehingga mudah dibersihkan dan
didisinfeksi secara efektif
15. Area bersih untuk kegiatan produksi steril hendaklah tidak digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pengujian sterilitas dan pengujian mikrobiologis lain.
16. Pertimbangan perlu diberikan untuk membatasi akses yang tidak diperlukan ke area
pengisian kritis, misal zona pengisian Kelas A dengan memasang barier fisik.
4.2.3 Alat Dan Proses Pembuatan Tablet
1. Granulator
Mesin granulator berfungsi untuk membuat butiran pada proses pembuatan granul
tablet. Sistem kerja alat ini dengan piringan berputar, sehingga bahan bisa menggumpal
membuat butiran.
2. Timbangan Digital
Berfungsi untuk menimbang obat atau sediaan yang akan digunakan.
3. Alat uji kekerasan (Hardness Tester)
Alat hardness tester merupakan alat untuk menguji ketahanan/kekerasan tablet
4. Alat cetak tablet
Berfungsi untuk mencetak tablet, cara kerjanya adalah mesin ini digunakan untuk
membuat tablet, dari bahan yang berupa serbuk lembut yang akan dipadatkan. Cara
kerja dan pengoperasiannya cukup mudah & dapat dikerjakan secara manual meskipun
dengan tenaga kerja wanita. Kita tinggal menaruh serbuk yang akan dipadatkan pada
casing yang kita inginkan, kemudian kita tinggal menekan handlenya.
5. Alat uji waktu hancur
Cara kerja: Pengujian dilakukan terhadap 3 tablet secara acak. Panaskan air dalam
beaker glass sampai suhu 37oC. Masukkan tablet dalam tabung uji, kemudian ditutup
dengan menggunakan cakram. Letakkan alat pada mesin, kemudian nyalakan mesin
dan tunggu hingga semua tablet hancur. Kemudian catat waktu hancurnya. Waktu
hancur suatu tablet yang baik adalah tidak lebih dari 15 menit.
6. Alat uji alir
Untuk menguji aliran granul saat proses granulasi. Cara kerja: Uji ini dilakukan dengan
metode corong. Adapun caranya adalah sebagai berikut yaitu ditimbang 100g granul
yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan ke dalam corong dengan ukuran tertentu
yang bagian bawahnya tertutup. Alat dijalankan, kemuian dicatat waktu yang
diperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut dengan menggunakan
stopwatch. Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang lebih
atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram granul. Dengan demikian kecepatan alir
yang baik adalah lebh besar dari 100 gram/detik.
7. Uji alat disolusi
Alat disolusi berfungsi melepaskan dan melarutkan zat aktif dari sediaannya. Pada
dasarnya, alat ini berfungsi untuk mengekstraksi zat aktif dari sediaannya dalam satuan
waktu di bawah antar permukaan cairan-solid, suhu dan komposisi media yang
dibekukan.
8. Friability test
Friability test adalah sebuah metode untuk menentukan/mengukur kekuatan fisik non
tablet salut terhadap tekanan mekanik atau gesekan. Uji kerapuhan tablet menggunakan
friability test. Cara menggunakan yaitu tablet yang dibebasdebukan dan ditimbang,
dimasukkan ke dalam alat dan diputar selama 4 menit, 25 rpm.
9. Oven
Alat ini digunakan untuk memanasakan masa granul basah agar menjadi kering. Cara
kerjanya mudah, masa granul yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam oven dan
diatur suhu yang dikehendaki serta lama pemanasan.
4.2.4 Personalia
1. Sehat jasmani rohani
Seorang praktisi produksi hendaknya memiliki fisik dan psikis yang sehat. Jika tidak,
maka kemungkinan akan berpengaruh pada proses produksi yang sedang dilakukan.
2. Lebih diutamakan pria
Seorang praktisi lebih diutamakan pria karena pria cenderung sedikit kontak dengan zat
kimia.Berbeda dengan wanita yang setiap anggota tubuhnya kebanyakan mengandung
zat kimia seperti bedak, hand and body lotion, parfum dan lain-lain.
3. Kompeten
Pelaku produksi harus berkompeten, karena dalam produksi pelaku harus mengetahui
dengan benar cara produksi.
4. Menggunakan APD
Seorang praktisi harus menggunakan APD yang lengkap karena setiap bahan atau zat
kimia yang digunakan memiliki kandungan yang berbahaya yang dapat memberikan
dampak buruk bila terkena anggota tubuh.
5. Menguasai GLP(Good Laboratory Practices), GMP (Good Manufacturing Practices),
GSP (Good Supplay Practices).
Personal harus menguasaicara pengorganisasian laboratorium dalam proses
pelaksanaan pengujian, fasilitas, tenaga kerja dan kondisi yang dapat menjamin agar
pengujian dapat dilaksanakan, dimonitor, dicatat dan dilaporkan sesuai standar
nasional/internasional serta memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan.,
GMP(Good Manufacturing Practices)personal harus menguasai cara produksi yang
baik, GSP(Good Supplay Practices) personal produksi harus menguasai tata cara
pensuplaian yang baik.
6. Attitude baik
Pekerja harus memiliki attitude baik, agar proses produksi berjalan lancar tanpa adanya
kecelakaan kerja karena kecertobohan pekerja akibat attitude yang kurang baik.
2.5 Evaluasi
2.5.1 Definisi
Evaluasi adalah pemeriksaan terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah
dilakukan dan yang akan digunakan untuk memperhitungkan dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan kedepannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat
kedepan dari pada melihat kesalahan-kesalahan dan ditujukan untuk peningkatan
kesempatan demi keberhasilan kegiatan. Dengan demikian evaluasi adalah perbaikan
atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu kegiatan.
2.5.2 Prinsip Kerja
Uji evaluasi pada tablet dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
1. Uji tahap pertama (granul)
a. Kerapatan (Densitas)
Bobot per satuan volume dari partikel padat dinyatakan sebagai kerapatan sejati ρ.
Kebanyakan serbuk dalam farmasetik berukuran kecil dan jika ditempatkan memenuhi
1 cc pada gelas ukur maka diperoleh kerapatan sebenarnya. Jika serbuk tersebut
dimampatkan hingga memadat, akan didapatkan volume yang lebih kecil,
kerapatannya dihitung dari volume terkecil tersebut dan disebut kerapatan mampat.
Partikulat dapat berupa keadaan yang keras, lembut atau keadaan yang berpori.
Kesukaran akan timbul jika dilakukan percobaan untuk memeriksa volume partikel
yang mengandung retakan-retakan halus, pori internal dan rongga kapiler. Kerapatan
curah merupakan massa serbuk dibagi dengan volume ruah. Uji kerapatan dilakukan
dengan cara menimbang 100 g granul masukkan kedalam gelas ukur dan catat
volumenya. Kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat
uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (V0). Volume setelah dimampatkan dengan
pengetukan 500 kali (V).
b. Laju Alir
Bilamana aliran suatu serbuk dari dalam bejana melalui lubang kecil diamati,
akan terlihat dua kemungkinan jenis alir yang berbeda bentuk sifat alirnya yaitu: jenis
alir bebas atau jenis lengket.
Jenis alir bebas memungkinkan serbuk dapat mengalir dengan mantap dan
kontinyu, sedangkan jenis kohesif mengalami kesukaran untuk mengalir.
Sifat alir serbuk tersebut dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk, porositas dan
kerapatan dan susunan (tekstur) permukaan. Kebalikan dari sifat kohesif adalah
dustibility yaitu kemudahan serbuk untuk bertabur (Ansel, 1989).
Sudut istirahat adalah sudut yang terbentuk antara lereng suatu timbunan serbuk
dengan bidang horizontal. Sudut istirahat dipengaruhi fraksi antar partikel-partikel.
Makin kasar dan tidak beraturan permukaan partikel, akan semakin besar sudut
istirahatnya. Umumnya serbuk mempunyai sudut istirahat sekitar 34º sampai 48º.
Serbuk yang lebih mudah mengalir mempunyai sudut istirahat yang kecil.
W 0−W 1
dengan menggunakan rumus: x 100 %
W0
Dimana W0 = Bobot granul awal, W1 = bobot granul setalah pengeringan. Susut
pengeringan diukur dengan alat Moisture Balance. Kadar air yang baik untuk granul
tablet adalah 2 – 5%.
2. Evaluasi tahap ke-2 (tablet)
Pengujian ini betujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang
terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan
memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat
aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan
efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi (Syamsuni, 2007)
METODE PENELITIAN
3.1 Formulasi
1. Dosis 150 mg Theophillinum yang akan dibuat diperuntukan untuk :
(zat aktif)
PVA
(pengikat)
Amylum Tidak mengalami penurunan porositas
(penghancur) Memiliki sifat hidrofilik yaitu zat tertarik/suka dengan air
Miliki titik didih yang tinggi untuk memudahkan proses
pemanasan.
Mg stearat dan Talcum memiliki sifat pelumas,pelincir dan anti lengket, tetapi sifat
Talkum (pelicin) pelumas pada talcum kurang bagus maka diperlukan Mg stearate yang
memiliki sifat pelumas yang baik dan daya alir yang baik.
Memiliki ukuran partikel yang kecil agar dapat menyatu dengan
sediaan yang sudah dalam bentuk granul.
Memiliki gaya adesi dan kohesi yang rendah sehingga lebih
mudah keluar dari cetakan. Gaya adesi dan kohesi berperan
sebagai Antilekat bertujuan untuk mengurangi melengket atau
adhesi bubuk dan granul pada permukaan punch atau
dinding die. Antilekat yang efisien untuk permukaan punch
namun tidak larut air adalah DL-leusin.
15
- PVA x 500mg = 75 mg
100
5
- Amylum x 500mg = 25 mg
100
1
- Mg Stearat x 500mg = 5 mg
100
2
- Talcum x 500mg = 10 mg
100
- Essence 6 TETES
Perhitungan Tablet
Jadi untuk membuat 200 tablet Theophillinum membutuhkan bahan keseluruhan (zat aktif dan
zat tambahan ) 100.000 mg atau 100 g