Oleh :
Kelompok 2B
Oleh :
Kelompok 3B
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksama Penanggung Jawab ShiftJ, Amd. Kep
G, Amd. Kep F, Amd. Kep K, Amd. Kep
H, Amd. Kep L, Amd. Kep
Pekarya Tim 1
I, Amd. Kep M, Amd. Kep
Tn. X
Pekarya Tim 2
Tn. Z
Keterangan :
a) Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam satu hari, yaitu 5 + 4 + 2 =
11 orang
b) Jumlah tenaga lepas dinas per hari dihitung berdasarkan jumlah hari libur
dan efektif dalam 1 tahun serta jumlah kebutuhan total perawat dalam 1
hari, yaitu (86 x 11) : 279 = 3,39 ≈ 4 orang
c) Jumlah perawat cadangan yaitu 20% x jumlah kebutuhan perawat per-hari,
yaitu 20% x 11 = 2,2 ≈ 3 orang
d) Jumlah total perawat yang dibutuhkan di Ruang Melati adalah 11 + 4 + 3 =
18 orang
2. Menurut Gillies
Penghitungan kebutuhan tenaga kerja perawat dalam suatu ruangan
dengan menggunakan rumus Gillies, berikut ini:
a) Menentukan jam perawatan yang dibutuhkan pasien
1) Keperawatan langsung
Perawatan mandiri 17 orang = 17 x 2 jam = 32 jam
Perawatan parsial 4 orang = 4 x 3 jam = 12 jam
Perawatan total 2 orang = 2 x 6 Jam = 12 jam
Total = 56 jam
2) Keperawatan tidak langsung = 23 pasien x 1 jam = 23 jam
3) Penyuluhan kesehatan = 23 pasien x 0,25 jam = 5,75 jam
Total keseluruhan jam adalah 56 jam + 23 jam + 5,75 jam = 84,
75 jam.
Jumlah total jam perawatan yang dibutuhkan tiap pasien = 84,75 :
23 pasien = 3,68 jam
b) Jumlah hari tak kerja pertahun adalah:
Hari minggu dalam 1 tahun = 52 hari
Cuti tahunan = 12 hari
Hari besar dalam setahun = 12 hari
Cuti sakit dan ijin = 10 hari
Total = 86 hari
c) Jumlah hari kerja efektif pertahun
365– 86 hari = 279 hari
d) Jumlah tenaga yang diperlukan
= 3,68 x 23 x 365
( 365 – 86 ) x 8
= 3,68 x 23 x 365
(279) x 8
= 13,8 dibulatkan menjadi 14 orang
= 23 x 3,68
8
= 84,64
8 = 10, 58 = 11 orang
f) Jumlah tenaga yang bebas tugas perhari
= 86 x 11
279
= 964
279
= 3,45 orang dibulatkan menjadi 4 orang
g) Pembagian shift menggunakan rumus Gillies:
Shift pagi = 47% x 11 orang = 5,17 = 5 orang
Shift sore = 35% x 11 orang = 3,85 = 4 orang
Shift malam = 17% x 11 orang = 1,87 = 2 orang
c) Total care
= 47% x 21
= 9,7 ≈ 10 orang
2) Sore = 35% xjumlah perawat efektif
= 35% x 21 orang
= 7,35 ≈ 7 orang
3) Malam = 17% xjumlah perawat efektif
PENDAFTARAN
Pasien Umum :
Syarat : Pasien membawa KK/KTP bagi pasien baru dan untuk pasien
lama membawa kartu berobat
Pasien BPJS :
Syarat : Pasien membawa dan menunjukkan kartu BPJS, kartu identitas
dan surat rujukan online
e. Analisis Masalah
1) Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa tenaga kerja perawat di Ruang
Melati kurang menurut rata-rata perhitungan douglas, gillis, dan juga
depkes
2) Kurangnya perawat ners sesuai dengan perhitungan AIPNI (ruang
Melati memiliki 4 perawat ners dan 8 perawat vokasional sedangkan
dalam perhitungan AIPNI didapatkan 11 orang perawat vokasional).
3) Pelatihan bagi seluruh tenaga keperawatan belum terfasilitasi hanya
pada perawat berstatus PNS yang telah terfasilitasi.
3.2.1 Sarana Prasarana (Material/M2)
1. Lokasi dan denah ruangan
a. Lokasi Rumah Sakit
Ruang Melati adalah ruang bedah yang merupakan bagian dari
Rumah Sakit Universitas Jember. Lokasi Rumag Sakit Universitas Jember
berada di Jalan Kalimantan no. 37 Kecamatan Sumberasari, Kabupaten
Jember. Bangunan rumah sakit berada di sebelah barat Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Universitas Jember. Hal ini menjadikan Rumah sakit sangat
mudah di akses kerana terletak di jalan utama dan terdapat markah
petunjuk menuju di Rumah Sakit.
Ruang Melati sebagai salah satu instalasi di Rumah Sakit Universitas
Jember terletak di antara Ruang Kenanga dibagian barat dan Ruang
Anggrek disebelah timur. Adapun dibagian utara Ruang Melati adalah
instalasi bedah sentral dan bagian selatan Ruang Melati adalah Instalas
ICU.
b. Denah ruangan
Sebagai ruang rawat inap, Rungan Melati memiliki beberapa fasilitas
antara lain yaitu terdapat kepala ruang, musholah, kamar mandi, ruang
perawat, ruang obat dan ruang diskusi. Penataan ruangan di atur memusat
yaitu kantor terdiri dari ruang kepala rungan dan ruangan perawat.
Musholah terletak berdampingan dengan kamar mandi. Ruang obat
terletak disamping nurse station sedangkan ruang diskusi terletak samping
ruang line. Pengaturan ruang rawat inap mengikuti bentuk bangunan
berjajar lurus dan memiliki jumlah bed 23 bed. Alokasi bed disetiap
ruangan yaitu pada kelas 2 ada 3 ruangan (masing-masing terdiri 2 bed)
dan kelas 3 ada 4 ruangan (3 ruangan isi 4 dan ada yang isi 5 bed) dan
masing-masing ruang rawat inap dilengkapi kamar mandi di sudut
ruangan.
Gambar 3. 1 Denah Ruangan
2. Lingkungan Kerja
Ruang Melati merupakan kamar rawat inap di Rumah Sakit Universitas
Jember yang dikhususkan untuk ruang perawatan pasien penyakit dalam.
Namun ruangan ini juga masih bisa menerima pasien titipan dari ruangan lain.
Ruang Melati memiliki Nurse Station yang dekat dengan pintu masuk berada
di bagian tengah tepatnya di depan ruang perawat. Lokasi tersebut
memudahkan akses perawat dalam melakukan pemberian perawatan, pasien
dan keluarga yang memerlukan informasi ataupun kebutuhan lainnya juga
dapat dengan mudah untuk dilayani. Ruang Melati terdapat 2 kelas ruang
perawatan, yaitu 3 ruang kelas 2 berisi 2 bed, dan 4 ruang kelas 3 yang masing
memiliki kapasitas 4 dan 5 bed.
Ruang Melati memiliki fasilitas ruang kepala ruangan, musholah, kamar
mandi, ruang perawat, ruang obat, dan ruang diskusi. Di Ruang Melati terdapat
ruang administrasi yang menyatu dengan Nurse Station untuk mempermudah
komunikasi antara pasien, keluarga, perawat, dan adminitrasi. Dalam
memberikan edukasi, konsultasi, ataupun informasi penting kepada pasien
maupun keluarga, perawat dapat memanggil keluarga pasien ke ruang diskusi.
3. Gambaran Kapasitas Tempat Tidur Ruangan
Ruang Melati memiliki 23 bed pasien dan selalu full oleh pasien dengan
tingkat ketergantungan pasien rata-rata/hari: 2 bed total care, 4 bed partial care,
dan 17 bed minimal care. Pembagian bed berdasarkan kelasnya yaitu terdapat
kapasitas 17 bed di kelas 3 dan 6 bed kelas 2.
a. Peralatan
No J Kondisi
u
m R
Nama Barang Satuan
l Baik us
a ak
h
1 Tensimeter Buah 3
2 Stetoskop Buah 4 3 1
3 Timbang berat badan Buah 1
4 Termogun Buah 2
6 Reflek Hammer Buah 2
7 Nebulizer Buah 2
8 ECG Buah 1
9 Humidifier 1
Buah
5
10 Pispot 1
Buah
1
11 Eskap Buah 2
12 Baskom besar Buah 9
13 Standar bak mandi Buah 4
14 Tourniquet Buah 3
16 Tempat sampah medis Buah 4
17 Tempat sampah 4
Buah
non medis
18 Oksigen regulator 2 15 5
Buah
0
19 Safety box Buah 2
20 Apar Buah 3
21 Cucing kecil 1
Buah
0
22 Lemari linen Buah 2
23 Tempat cuci tangan Buah 2
24 Hand rub 1
Buah
5
26 Suction Buah 1
27 Pen light Buah 2
28 Ambu bag Buah 3 2 1
29 Juction rees Buah 2
30 Gunting verban Buah 6
31 Troli injeksi Buah 2
32 Lemari alkes Buah 2
34 Flow Meter 1
Buah
5
35 Inhalator Buah 2
36 Kulkas obat Buah 1
37 Oximetri Buah 2
38 Set perawatan luka Set 5
39 Lampu baca foto Buah 1
40 Bengkok Buah 5
Kondisi
R
Jumlah/
No Nama Barang u
Ruangan Baik
sa
k
Bed pasien 23 -
Standart infuse 23 -
Lemari dan meja makan
23 -
pasien
Televisi 1 -
Jam dinding 10 -
Kipas angin 10 -
Rak piring 2 -
Kursi penunggu 23 -
Toilet 8 -
Korden jendela 8 -
Korden 30 - -
Wastafel 7 -
Rak sepatu 0 - -
Keranjang obat 23 -
Tangga pasien 23
AC 0 - -
Washlap 3 -
Sprei 30 28 2
Sarung bantal 30 -
Selimut 30 -
Kursi roda 4 3 1
Brancard 2 -
Setrail 23 ü
Penanda Resiko Jatuh Merah 10 -
Penanda Resiko Jatuh
10
Kuning
Restrain 7 5 2
Pispot 15
Nurse
Pengunci
Side Rail Control Foot Board Handrub
No roda
Panel
J F T J F T J F T Ada Tidak Ada Tidak
1 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
3 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
4 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
5 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
6 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
7 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
8 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
9 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
10 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
11 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
12 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
13 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
14 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
15 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
16 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
17 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
18 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
19 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
20 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
21 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
22 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
23 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
Sumber: Data primer Ruang Melati Mei 2021
Keterangan:
J : Jumlah
F : Berfungsi
T : Tidak berfungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit,
standar sebuah bed pasien dikatakan layak apabila semua bagian tempat tidur
masih dapat digunakan sesuai fungsiannya. Maka dari itu dapat dinyatakan
bahwa semua bed pasien di Ruang Melati sudah memenuhi sesuai standart.
Kondisi
S
Baik R
a Ju
u
t m
Nama Barang s
u la
a
a h
k
n
1 Kulkas B 1 ü -
u
a
h
2 Meja tulis kepala B 1 -
unit u
ü
a
h
3 Meja tulis perawat B 3 ü -
u
a
h
4 Tempat tindakan B 0 -
u
-
a
h
5 Lemari arsip B 1 ü -
u
a
h
6 Lemari gantung B 0 - -
u
a
h
7 Kursi lipat B 0 - -
u
a
h
8 Kursi B 19 ü -
u
a
h
9 Komputer B 1 -
u
ü
a
h
10 Kalkulator B 2 ü -
u
a
h
11 Staples B 4 -
u
ü
a
h
12 Perforator B 2 ü -
u
a
h
13 White board B 1 üü-
u
ü
a
h
14 Spidol white board B 4 ü -
u
a
h
15 Pensil blue red B 4 -
u
ü
a
h
16 Penggaris B 4 ü -
u
a
h
17 Lem B 2 -
u
ü
a
h
18 Tip ex B 4 ü -
u
a
h
19 Daftar injeksi B 13 -
u
ü
a
h
20 Daftar infuse B 13 ü -
u
a
h
21 Form observasi B 13 -
pasien u
ü
a
h
22 Form cuti B 0 - -
u
a
h
23 Form absensi B 0 - -
u
a
h
24 Piring B 19 ü -
u
a
h
25 Kasur tindakan B 0 -
u
-
a
h
26 Kipas angin B 1 ü -
u
a
h
27 AC B 1 -
u
ü
a
h
28 TV B 1 ü -
u
a
h
29 Air Phone B 2 ü -
u
a
h
30 Toilet B 1 ü -
u
a
h
31 Dispenser B 1 -
u
ü
a
h
32 Rak Sepatu B 1 ü -
u
a
h
Bagian Gudangdan
Farmasi
a. Pengajuan ke
Ruang Melati Karu atau Katim
kekurangan stok
CSSD
2. Misi
a) Menyelenggarakan pelayanan berstandar nasional maupun internasional
yang mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan pasien
b) Melaksanakan pelayanan, pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dibidang kesehatan dalam rangka membangun SDM
melalui pemenuhan kebutuhan dasar pasien (bio, psiko, social dan
spiritual).
c) Menyelenggarakan penelitian kesehatan yang inovatif dan
pengembangan teknologi dibidang kesehatan yang visioner demi
kemaslahatan masyarakat
d) Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit yang produktif, profesional
dan berintegritas
e) Meningkatkan manajemen keperawatan yang berguna untuk
pengembangan pelayanan, pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
B. Visi, Misi, Motto Ruang Melati (Ruang Bedah) RS Universitas Jember
1. Visi
Menjadikan ruangan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan secara
profesional, bermutu dan holistic.
2. Misi Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember :
Kepala Ruangan
Pasien/Klien
Kelebihan :
Kepala Ruangan
Klien Klien
Gambar Model Asuhan Keperawatan Tim
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi
dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu)
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung
untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim akan
kacau
Tabel 3.8 Tanggung Jawab Peawat Ruangan Model Asuhan Keperawatan Tim
Tanggung Jawab 1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari
Kepala Ruangan staf
2. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
3. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan
keterampilan kepemimpinan dan managemen
4. Mengorientasikan tenaga baru
5. Menjadi narasumber bagi tim
6. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan
riset keperawatan
7. Menciptakan komunikasi terbuka
Kepala
Ruangan
Pasien
Pasien/Klien Pasien /Klien
/Klien
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
Perawat Primer
Pasien
PP pagi PP malam
PP siang
Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar
5. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Pasien
Model asuhan keperawatan ini merupakan pengorganisasian
pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu
perawat pada saat tugas/jaga seama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan
menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Kelebihan :
1) Fokus Keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
2) Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang
komprehensif
3) Memotivasi perawat selalu bersama klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh bukan perawat
4) Mendukung penerapan proses keperawatan
5) Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat dicapai
Kelemahan :
1) beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas yang
sederhana terlewatkan
2) peserta didik sulit untuk memperoleh ketrampilan khusus yang tidak
dilakukan pada klien yang menjadi kelolaannya : misal katerterisasi,
NGT dsb
3) pendelegasian tugas tertentu
4) kelanjutan perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas
Kepala Ruangan
D. Timbang Terima
Peneliatan yang dilakukan oleh Yulirocita, dkk (2018) mengatakan
bahwa pada tahap pelaksanaan timbang terima, unsur yang digunakan untuk
mengobservasi perawat dalam melakukan timbang terima terdiri dari 10 item
prosedur, yaitu melakukan timbang terima pasien dengan melakukan keliling
setiap pasien serta mengobservasi. Menyampaikan informasi terkait aspek
umum : jumlah pasien dan identitas pasien. Menyampaikan informasi terkait
diagnosa medis, keluhan utama, masalah keperawatan yang muncul.
Menyampaikan informasi terkait tindakan keperawatan yang telah dilakukan
baik mandiri maupun kolaborasi. Menyampaikan informasi terkait tindakan
yang akan dilakukan baik mandiri maupun kolaborasi. Menyampaikan
informasi terkait evaluasi dan perkembangan pasien. Menyampaikan informasi
terkait terapi medis, cairan, pemberian obat. Menyampaikan informasi terkait
kebersihan pasien dan lingkungan pasien, menyampaikan informasi terkait
peralatan medis-non medis.
Pada hasil pengkajian, timbang terima antar perawat setiap hari
dilakukan di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember
pada saat jam pergantian shift sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada
pukul 07.00 WIB, pukul 14.00 WIB dan pukul 21.00 WIB. Timbang terima
dilakukan di ruang rawat inap bedah dan di ruang pasien, selanjutnya hasil
kegiatan akan dicatat oleh perawat shift sebelumnya dalam melakukan
dokumentasi keperawatan.
E. Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan
kebutuhan, mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan
yang akan dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya (Darlina, 2012).
Pelaksanaan Discharge Planning Menurut Zwicker & Picariello, (2003),
ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan discharge
planning adalah
1. Discharge planning merupakan proses multidisiplin dalam memenuhi
kebutuhan pasien.
2. Prosedur discharge planning dilaksanakan secara konsisten untuk semua
pasien.
3. Pengkajian juga dilakukan terhadap keluarga sebagai orang yang akan
melanjutkan perawatan.
4. Meyakinkan bahwa pasien dipindahkan ke lingkungan yang aman dan
memadai.
5. Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari rumah
sakit.
6. Discharge planning dimulai saat kontak pertama dengan pasien.
7. Informasi tentang discharge planning disusun berdasarkan hasil diskusi
dan kesepakatan antara tenaga kesehatan dengan pasien atau keluarga.
8. Keyakinan/kepercayaan pasien harus dipertimbangkan dalam menyusun
discharge planning
Interpretasi :
Pelaksanaan Discharge planning di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit
Universitas Jember, setelah pasien mendapat persetujuan pulang dari dokter
maka ketua tim atau perawat pelaksana akan memberikan edukasi mengenai
anjuran pengobatan dirumah serta perawatan kepada pasien dan keluarga.
Dalam pendokumentasian di Ruang Melati pada saat discharge planning masih
dilakukan secara manual yaitu tertulis.
F. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan seluruh obat yang seluruhnya
dilakukan oleh perawat untuk administrasi ke pasien. Ketepatan pemberian
obat adalah proses pemberian ketepatan pemberian obat yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan 6 tepat obat, dan waspada terhadap efek samping. Proses
sentralisasi obat meliputi pembuatan strategi persiapan sentralisasi obat,
persiapan sarana yang dibutuhkan, membuat petunjuk teknis penyelenggaraan
sentralisasi obat, dan pendokumentasian hasil pelaksanaan (Nursalam, 2015).
Pelaksanaan sentralisasi obat secara optimal, dengan kepemimpinan kepala
ruangan, serta pengetahuan perawat dapat mempengaruhi proses ketepatan
pemberian obat oleh perawat dengan prinsip 6 T (tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat rute, tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W (waspada efek
samping), sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan pemberian obat selama
proses perawatan pasien (Kee & Hayes, 1996; Elliott & Liu, 2010).
1. Pengadaan obat
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan
proses pengadaan, dan pembayaran (Kemenkes, 2014). Pengadaan obat
dilakukan oleh perawat ruangan ketika persediaan obat yang ada di ruangan
telah habis. Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember
memiliki alur pengadaan obat sebagai berikut : Pengadaan obat di Ruang
Melati (Ruang Bedah) disesuaikan dengan resep yang diminta oleh dokter.
Pada alur pengadaan obat juga belum memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang baku dan jelas, sehingga secara umu apabila di etalase
obat telah kehabisan stok, kepala ruang atau perawat akan langsung
meminta obat tersebut pada bagian farmasi tanpa menuliskan surat
pengantar dari ruangan.
2. Penyimpanan obat
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Penyimpanan obat di Ruangan Melati (Ruang Bedah), biasanya
menggunakan Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral yang memiliki tugas
untuk melakukan pelayanan terhadap resep obat dan alat kesehatan yang
digunakan untuk operasi yang bersifat selektif dan terencana.
3. Penyiapan obat
Obat yang akan diberikan untuk pasien akan disiapkan maksimal 30-60
menit sebelumnya. Tindakan menyiapkan obat ini dilakukan diruangan oleh
perawat yang bertugas dengan menggunakan prinsip konsep steril agar
mencegah masuknya zat asing (bakteri, virus, kuman) ke dalam obat yang
akan diberikan pada pasien atau dimasukkan ke dalam tubuh pasien.
4. Pemberian atau penggunaan obat
Pelaksaanan pemberian obat, perawat di Ruang Melati (Ruang Bedah) harus
memperhatikan resep obat yang diberikan dengan tepat, hitungan yang tepat
pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 7
benar, yaitu sebagai berikut :
a) Benar Klien
b) Benar Obat
c) Benar Dosis Obat
d) Benar Waktu Pemberian
e) Benar Cara Pemberian (rute)
f) Benar Dokumentasi
g) Benar Informasi
G. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggungjawab perawat
untuk perawatan pasien. Catatan klinis memfasilitasi pemberian perawatan,
meningkatkan kontiunitas perawatan, dan membantu mengkoordinasikan
pengobatan dan evaluasi klien. Dokumentasi keperawatan dapat didefinisikan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat dimulai dari
proses pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan
keperawatan dan evaluasi yang dicatat baik berupa elektronik maupun manual
serta dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat. Dokumentasi baik berupa
kertas, elektronik, audio maupun visual dapat digunakan untuk memantau
kemajuan klien serta dapat dijadikan alat komunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya.
Dokumentasi keperawatan mempunyai tujuan yang sangat penting dalam
bidang keperawatan, yaitu mengkonfirmasikan data pada semua anggota tim
kesehatan, memberikan bukti untuk tujuan evaluasi asuhan keperawatan,
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat, sebagai metode pengembangan
ilmu keperawatan (Olfah dan Ghofur, 2016). Sedangkan menurut Hidayat
(2009) dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu catatan yang memuat
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan secara moral dan hokum, disamping itu dokumentasi asuhan
keperawatan juga merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk
kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan layanan
dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan
tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009 dalam Basri dkk, 2020). Dokumentasi
keperawatan mempunyai makna penting bisa dilihat dari berbagai aspek
(Nursalam, 2009), antara lain:
1. Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan
bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah (misconduct) yang
berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai
pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat
dipergunakan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu, data-data harus
diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh
tenaga kesehatan (perawat), diberi tanggal, dan perlu dihindari adanya
penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah.
2. Kualitas Pelayanan
Pendokumentasian data klien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien.
Untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa
jauh masalah dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi yang
akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan
keperawatan.
3. Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah
yang berkaitan dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan lain dapat
melihat dokumentasi yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai ekonomi, semua asuhan keperawatan yang
belum, sedang, dan telah diberikan dan didokumentasikan dengan lengkap
dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam perhitungan
biaya keperawatan bagi klien.
5. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena dokumentasi
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi peserta didik
atau profesi keperawatan.
6. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat
didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai tingkat
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan guna
pembinaan dan pengembangan tingkat lanjut. Hal ini selain bermanfaat
bagi peningkatan mutu kualitas pelayanan juga bagi individu perawat
dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.
Interpretasi :
Pada Ruang Melati (Ruang Bedah) Universitas Jember mekanisme
dokumentasi yang dilakukan masih belum terstruktur dan masih
menggunakan dokumentasi manual (tulis tangan). Hal ini memungkinkan
terjadinya misscomunication antar perawat atau ada informasi penting
yang terlewat sehingga nantinya dapat berdampak pada kualitas pelayanan
pasien. Sedangkan pendokumentasian sangat penting untuk digunakan
sebagai sumber informasi dan alat komunikasi yang dapat memberikan
informasi mengenai kondisi pasien baik untuk perawat, dokter maupun
pembuat kebijakan. Pendokumentasian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara manual akan membutuhkan banyak waktu, ketelitian,
ketelatenan dan motivasi yang kuat dari perawat (Olfah dan Ghofur, 2016).
Pendokumentasian secara manual (tertulis) mempunyai kelemahan yaitu
sering hilang. Pendokumentasian lembaran-lembaran kertas, besar
kemungkinan akan tercecer atau terselip. Pendokumentasian secara tertulis
memerlukan tempat penyimpanan sehingga menyulitkan untuk pencarian
kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan.
Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan
merugikan perawat. Perawat tidak dapat menunjukkan bukti legal, yang
menyebabkan perawat rentan terhadap gugatan hukum. Selain itu
pendokumentasian asuhan keperawatan secara manual membutuhkan
waktu yang lama dan sangat tidak efektif (Olfah dan Ghofur, 2016).
Berdasarkan pengalaman saat AKK, pendokumentasian masih dilakukan
secara manual dengan menggunakan check list dan beberapa bagian
diuraikan dengan kalimat. Format pendokumentasian yang panjang dan
kompleks terkadang menimbulkan rasa jenuh sehingga perawat yang telah
melaksanakan tindakan keperawatan tidak segera melakukan
pendokumentasian, melainkan pada saat akan pergantian shift dan akan
dilaporkan saat timbang terima.
1) Bed Occupac
Rumus :
BOR = Jumlah hari perawatan/ (Jumlah tempat tidur x jumlah hari per
satuan waktu) x 100 %.
Keterangan :
a) Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien di rawat dalam satu
hari kali jumlah hari dalam satuan waktu.
b) Jumlah hari per satuan waktu. Kalau di ukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
Interpretasi :
Bed Occupacy Rate (BOR) di Ruang Melati Rumah Sakit Universitas
Jember didapatkan hasil presentase dalam rentang ideal 60-85 %, yakni
pada bulan Juni, Juli, dan Agustus adalah 82,6%.
1. Kualitas produk atau jasa, dimana pasien akan merasakan puas jika
hasil evaluasi mereka didapati bahwa produk atau jasa yang digunakan
berkualitas. Persepsi pasien mengenai kualitas produk atau jasa
dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas produk atau jasa dan
komunikasi perusahaan, dalam hal ini rumah sakit dalam mengiklankan
tempatnya.
2. Mutu pelayanan yaitu pasien akan merasa puas jika mereka
memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diinginkan.
3. Faktor emosional yaitu pasien akan merasa bangga, puas dan kagum
terhadap rumah sakit yang dipandang “rumah sakit mahal”.
4. Harga yaitu semakin mahal harga perawatanyang diberikan kepada
pasien maka pasien memiliki harapan yang lebih besar. Sedangkan
rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai
yang lebih tinggi pada pasien.
5. Biaya yaitu pasien tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan
jasa pelayanan, tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau, maka
pasien cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
6. Lokasi yaitu meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan
lingkungannya. Lokasi merupakan salah satu aspek yang menentukan
pasien untuk mempertimbangkan dalam memilih rumah sakit. Biasanya
semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah
dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan
semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit
tersebut.
7. Fasilitas yaitu kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan
penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan
prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar
rawat inap.
8. Image yaitu reputasi, citra, dan kepedulian perawat terhadap
lingkungan.
9. Desain visual yaitu dekorasi dan penataan ruangan rumah sakit ikut
dalam menentukan kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu
desain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi
terhadap kepuasan pasien atau konsumen.
10. Suasana yaitu menciptakan suasana rumah sakit yang nayaman, tenang,
sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam
proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang
menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit
akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga
akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit tersebut.
11. Komunikasi yaitu cara agar keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh perawat
Kepuasan pasien dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur Statisfied
Patient Questionnare (Alwy, 2018), alat ukur ini mempunyai beberapa
indikator yang diisi oleh responden untuk menilai tingkat kepuasan.
Petunjuk Pengisian : Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda
sesuai, dengan cara memberikan ceklist / centang pada Jawaban yang
dipilih dengan keterangan sebagai berikut :
SB : Sangat Baik
B : Baik
TB : Tidak Baik
STB : Sangat Tidak Baik
Tabel 3.16 Kuesioner Penilaian Tingkat Kepuasan Pasien
N Item Pengkajian Opsi
o
Skoring :
a. Jumlah pertanyaan tiap variabel adalah 5 soal
b. Pertanyaan yang diskroring mempunyai 4 pilihan jawaban
menggunakan skala likert yaitu : Sangat Baik = 4; Baik = 3; Tidak Baik
=2 ; Sangat Tidak Baik = 1
c. Hasil Skoring pada Daya Tanggap 70% (Puas), Jaminan 75% (Puas),
Bukti Fisik 55% (Tidak Puas), Perhatian 60% (Tidak Puas),
Kehandalan 55% (Tidak Puas), dan Surviqual 60% (Tidak Puas).
STP TP CP S SP
No. Pernyataan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan
yang anda lakukan
2. Sistem penggajian yang institusi tempat anda
bekerja dilakukan
3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan
Anda
4. Pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau
kerja ekstra
5. Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang
mendukung pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi,
tempat parkir dan kantin
7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan
ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
8. Adanya jaminan atas kesehatan atau keselamatan
kerja
9. Perhatian insitusi rumah sakit terhadap anda
10. Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja
11. Kemampuan dalam bekerja sama antar karyawan
12. Sikap teman-teman kerja terhadap anda
13. Kesesuaian antara pekerjaan dana latar belakang
pendidikan
14. Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja
dengan penugasan yang diberikan
15. Kemampuan supervisi atau dalam membuat keputusan
pengawas
16. Perlakuan atasan selama anda bekerja disini
17. Kebebasan atasan selama anda bekerja disini
18. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
kerja melalui pelatihan dan pendidikan tambahan
19. Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
20. Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan
mendapatkan kenaikan tingkat
Keterangan :
a. Sangat Puas (SP) jika perawat sangat puas dengan pernyatan kuisioner
(skor 5).
b. Puas (P) jika perawat puas dengan pernyataan kuisioner (skor 4).
c. Cukup Puas (CP) jika perawat cukup puas dengan pernyataan kuisioner
(skor 3).
d. Tidak Puas (TP) jika perawat tidak puas dengan pernyataan kuisioner
(skor 2).
e. Sangat Tidak Puas (STP) jika perawat sangat tidak puas dengan
pernyataan kuisioner (skor 1)
Dengan kriteria penilaian :
Sangat Puas = (76-100%)
Puas = (51-75%)
Tidak Puas = (25-50%)
Sangat Tidak Puas = (<25%)
h. Analisa Masalah
1. Pada Ruang Melati (ruang bedah) Rumah Sakit Universitas Jember,
memiliki hasil perhitungan Bed Occuoacy Rate (BOR) dengan presentase
dalam rentang ideal, Bed Turn Over (BTO) berada di dalam rata-rata
ideal, dan Net Death Rate (NDR) hasilnya dalam batas nilai tolerir.
2. Hasil wawancara kepada 7 keluarga pasien yang dirawat di Ruang Melati
(ruang bedah) didapatkan bahwa 4 dari 7 keluarga pasien menyatakan
tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
3. Hasil pengkajian mengenai kepuasan perawat menunjukkan perawat
tidak puas dengan pekerjaannya berkaitan dengan fasilitas yang kurang
memadai, beban kerja tinggi, dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang baku dan jelas masih mimim untuk menunjang keselamatan kerja
baik fisiologis, psikologis, maupun profesionalitas.
4. Mekanisme dalam pengadaan barang pada ruang Melati kurang optimal
karena sulitnya birokrasi di rumah sakit. Serta mekanisme dalam
pendokumentasian masih secara manual (tulis tangan).
5. Jalur evakuasi rumah sakit telah terpasang di dinding.
6. Lokasi rumah sakit Universitas Jember relatif berdekatan dengan rumah
sakit beberapa lain, yang memungkinkan menjadi pesaing bagi Ruang
Melati (ruang bedah) rumah sakit Universitas Jember.
7. Jalinan kerjasama ruang Melati (ruang bedah) rumah sakit Universitas
Jember dinilai kurang luas, hal ini dapat dilihat berdasarkan dari institusi
pendidikan yang terikat kerjasama dengan Rumah Sakit hanya dalam
ruang lingkup fakultas kesehatan di Universitas Jember.
BAB 4. ANALISA SWOT
Kekuatan (Strength)
1. Ruang Melati memiliki Visi Misi 0,3 4 1,2
dan Motto yang kuat
2. Ruang Melati menggunakan model 0,2 4 0,8
Asuhan Keperawatan Tim
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan 0,15 3 0,45
di Ruang Melati mengacu pada
panduan SDKI, SLKI, dan SIKI
4. Karu, Katim dan Perawat 0,15 3 0,45
Pelaksana mayoritas berpendidikan
Ners
5. Perawat diruangan melati telah 0,2 4 0,8
melaksanakan tepat lokasi, tepat
pasien, tepat prosedur sebelum
menjalankan tindakan kepada
pasien
TOTAL 1 14 3,7
Kelemahan (Weakness)
1 Di Ruang Melati, pasien safety 0,3 2 0,50
belum berjalan maksimal karena
banyak kendala dalam
pelaksanaannya
2 Ruang melati memiliki sedikit 0,3 2 0,50
sekali mengenai SOP tindakan
medis atau keperawatan yang
sesuai
3. Mekanisme dokumentasi di ruang 0,2 2 0,30
melati masih belum terstruktur dan
masih menggunakan dokumentasi
manual dengan tulis tangan.
4. Pelaksanaan DRK dan supervisi 0,2 2 0,4
masih kurang sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan
berdasarkan SOP masih kurang
TOTAL 1 10 2
(O-T)
4 – 2,5 =
EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
1,5 (Y)
Peluang (Opportunity)
1. RS Universitas Jember sudah 1 4 4
menjadikan RS Pendidikan yang
menerima mahasiswa keperawatan
TOTAL 1 4 4
Ancaman (Treath)
1. Rumah Sakit lain memiliki fasilitas 0,15 2 0,30
yang lebih baik
2. Rumah Sakit lain memiliki SOP 0,25 3 0,75
yang lebih banyak dan up to date
3. Proses dokumentasi di RS lain 0,2 2 0,4
telah terstruktur dan dokumentasi
sudah menggunakan sistem
computer
4. Rumah Sakit lain lebih maksimal 0,25 3 0,75
dalam urusan patient safety
dikarenakan hal tersebut adalah hal
utama dan terpenting dalam
mengurus pasien
5. Rumah Sakit lain lebih maksimal 0,15 2 0,30
dalam menjalankan pengajuan
pengadaan barang disetiap ruangan
TOTAL 1 12 2,5
Ancaman Strategi ST
1. Meningkatkan tupoksi dan 1. Menambah relasi dengan
(Treath)
tanggung jawab dari masing- institusi pendidikan kesehatan
masing struktur organisasi atau rumah sakit lain untuk
perawat di ruang Melati guna mengupgrade dan menambah
mengurangi tingkat jumlah SOP tindakan
kesalahan selama melakukan keperawatan yang gunakan
pelayanan keperawatan untuk melakukan perawatan
2. Meningkatkan keselamatan sehingga dapat meingkatkan
selama bekerja dan pelayanan keperawatan.
meminimalisir kesalahan 2. Meningkatkan pencegahan
akibat kelelahan serta tidak pada pasien yang memiliki
memperlihatkan kesalahan risiko jatuh dengan
pada pasien menggunakan pengkajian
3. Menambahkan fasilitas yang resiko jatuh sehingga
menunjang pelayanan kecelakaan kerja dapat
kesehatan guna diminimalisir
meningkatkan kenyamanan
dan kepuasan pasien
No. Masalah
Ketenagaan (Man/M1)
1. Belum optimalnya jumlah perawat Ners dan Ahli Madya sesuai
dengan ketentuan AIPNI
2. Kurangnya jumlah perawat sesuai dengan banyaknya pasien yang
ada di Ruang Melati, menurut perhitungan dengan rumus Douglas,
Gilies, dan Depkes
3. Masih terdapat perbedaan jumlah perawat pada setiap shiftnya
karena keterbatasan jumlah perawat.
4. Kurangnya tenaga keperawatan yang dapat berisiko perawat terlalu
kelelahan sehingga terjadi kecelakaan kerja
5. Tidak ada ijin untuk menempuh pendidikan lanjut bagi tenaga
kesehatan di rumah sakit Universitas Jember
Sarana dan Prasarana (Material/M2)
6. Belum ada penggantian peralatan kesehatan yang sudah mulai rusak
di Ruang Melati
7. Kurangnya tempat penyimpanan barang di ruang melati
8. Tidak tersedianya tempat atau ruangan untuk menyimpan barang-
barang yang tidak terpakai
9. Tidak tersedianya ruangan khusus untuk dokter
10. Penuhnya kapasitas bed setiap hari beresiko terjadinya KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan) seperti bed yang tiba-tiba rusak.
Metode (Methods/M3)
11. Kurang optimalnya penerapan pasient safety di rumah sakit
12. Kurang memadainya SOP yang dimiliki Ruang Melati
mengakibatkan tindakan keperawatan yang menjadi kurang sesuai
13. Belum optimalnya proses dokumentasi keperawatan yang dilakukan
di Ruang melati dengan masih menggunakan metode manual
14. Kurang optimalnya proses supervisi di Ruang Melati
15. Belum memadainya SOP yang dimiliki rumah sakit mengakibatkan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) tidak dilaksanakan dengan baik
16. Belum tersedianya format penulisan discharge planning yang sesuai
sehingga berbeda-beda dalam penulisan
Sumber Keuangan (Money/M4)
17. Sulitnya mendapatkan keringanan biaya pengobatan dan perawatan
bagi pasien dengan status Non-BLUD cukup sulit untuk
18. Penghasilan perawat Non PNS hanya sesuai dengan honorarium RS
19. Kurang fleksibelnya Rumah Sakit dalam hal pendanaan untuk
kepentingan pengadaan barang yang dibutuhkan
20. Terlambatnya pencairan dana BPJS Kesehatan menyebabkan
masalah pada manajemen keuangan Rumah Sakit sehingga
berdampak kepada mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan
Rumah Sakit Universitas Jember.
21. Masih terpusatnya pengelolaan keuangan Rumah Sakit pada
pengelolaan kabupaten/kota sehingga mengakibatkan lama nya
proses dalam hal keuangan Rumah Sakit
Pemasaran Bangsal (Market/M5)
22. Dekatnya lokasi Rumah Sakit besar lain yang berdekatan dengan
lokasi Rumah Sakit Universitas Jember akan menjadikan RS lain
sebagai pesaing RS Universitas Jember
23. Minimnya kerjasama yang dilakukan Rumah Sakit Universitas
Jember dengan pihak institusi lain seperti institusi pemerintahan
maupun institusi pendidikan lain
5.2 Penampisan Prioritas Masalah
No. Skor
Prioritas Masalah Jumlah Prioritas
M S V C A
1 Latar belakang pendidikan yang masih belum seimbang antara perawat Ners 5 4 2 1 2 80 6
dengan Ahli Madya yang jumlahnya tidak sesuai dengan ketentuan AIPNI
2 Jumlah perawat kurang sesuai dengan banyaknya pasien yang ada di Ruang 4 4 3 2 1 96 4
Melati, menurut perhitungan dengan rumus Douglas, Gilies, dan Depkes
3 Terdapat perbedaan jumlah perawat pada setiap shiftnya, karena keterbatasan 1 2 3 3 4 72 7
jumlah perawat.
4 Kurangnya tenaga keperawatan akan berisiko terjadinya kecelakaan kerja, 5 4 3 2 1 120 3
akibatnya perawat berisiko terlalu kelelahan
5 Terdapat kesempatan untuk menempuh pendidikan lanjut, tetapi kondisi di 3 3 3 2 1 54 12
lapangan yang masih kekurangan tenaga keperawatan yang menjadikan
perawat harus menimbang ulang mengenai hal tersebut.
6 Beberapa perlatan kesehatan yang ada di Ruang Melati sudah mulai rusak 5 3 3 2 1 90 5
7 Tempat penyimpanan barang yang hanya tersedia 1 tempat 2 2 2 2 2 32 20
8 Tidak tersedianya tempat atau ruangan untuk menyimpan barang-barang yang 2 3 2 2 1 24 21
tidak terpakai
9 Tidak tersedianya ruangan khusus untuk dokter 3 4 2 2 1 48 14
10 Dari total bed yang tersedia dan kapasitas pasien yang selalu penuh, 3 4 2 2 1 48 13
menimbulkan resiko terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) seperti bed
yang tiba-tiba rusak.
11 Terkendala dalam melakukan patient safety karena banyak yang menghambat 4 2 3 3 1 72 8
dalam proses pelaksanaannya
12 SOP yang dimiliki Ruang Melati kurang memadai sehingga mengakibatkan 5 4 3 2 2 240 1
mengakibatkan tindakan keperawatan yang menjadi kurang sesuai tindakan
keperawatan yang menjadi kurang sesuai
13 Dokumentasi keperawatan yang dilakukan di Ruang melati masih 4 4 2 2 1 64 10
menggunakan metode manual dan belum terstruktur
14 Supervisi di Ruang Melati kurang berjalan dengan baik 3 3 3 2 1 54 11
15 Diskusi Refleksi Kasus (DRK) tidak dilaksanakan dengan baik karena SOP 3 3 3 3 2 162 2
yang dimiliki belum mencukupi
16 Belum tersedianya format penulisan discharge planning yang sesuai sehingga 4 4 2 2 1 64 9
berbeda-beda dalam penulisan
17 Pasien dengan status Non-BLUD cukup sulit untuk mendapatkan keringanan 2 2 2 2 2 32 19
biaya pengobatan dan perawatan
18 Penghasilan yang didapatkan oleh perawatan Non PNS hanya sesuai dengan 3 3 2 2 1 36 16
honorarium RS
19 Rumah Sakit tidak fleksibel dalam hal pendanaan untuk kepentingan 3 4 2 2 1 48 15
pengadaan barang yang dibutuhkan
20 Keterlambatan pencairan dana dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 3 3 2 2 1 36 17
(BPJS Kesehatan) menyebabkan masalah pada manajemen keuangan Rumah
Sakit sehingga berdampak kepada mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan
Rumah Sakit Universitas Jember.
21 Pengelolaan keuangan Rumah Sakit masih dipusatkan pada pengelolaan 2 2 2 2 2 32 18
kabupaten/kota, sehingga mengakibatkan lama nya proses dalam hal keuangan
Rumah Sakit
22 Letak Rumah Sakit Universitas Jember yang berdekatan dengan lokasi Rumah 2 3 2 2 1 24 22
Sakit besar lain, dengan begitu maka akan menjadikan RS lain pesaing RS
Universitas Jember
23 Rumah Sakit Universitas Jember cukup minim dalam hal menjalin kerjasama 1 2 2 2 2 16 23
dengan pihak institusi lain seperti institusi pemerintahan maupun institusi
pendidikan lain
24 Berdasarkan dari perhitungan yang telah dilakukan didapatka hasil bahwa 1 2 2 2 2 16 24
perhitungan Bed Occuoacy Rate (BOR) berada pada rentan ideal, Bed Turn
Over (BTO) rata-rata memiliki nilai yang ideal dan, Net Death Rate (NDR)
yang masin cukup tinggi pada dua bulan antara Juni-Agustus
Keterangan :
Magnitude (M) : Berapa banyak orang yang terkena dampak masalah tersebut
Severity (S) : Besarnya Kerugian yang timbul akibat dari masalah tersebut
Vulnerebility (V) : Menunjukkan ketersediaan sumber daya dalam mengatasi masalah tersebut
Community an Political Concern (C) : Kepedulilan/dukungan politis maupun masyarakat
Affordability (A) : Tingkat kemampuan dalam menyelesaikan masalah tersebut
Tabel 5.4 SOP yang dimiliki Ruang Melati kurang memadai sehingga mengakibatkan
tindakan keperawatan yang menjadi kurang
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi SOP tindakan medis 5 4 5 4 400 Total =
dan keperawatan yang ada di 1.328
ruangan guna untuk menunjang Prioritas
kesehatan dan keselamatan pasien 1
2. Anjurkan perawat ruangan 4 4 3 4 192
memiliki strategi dalam
pengembangan SOP
3. Koordinasi penggunaan SOP 5 4 3 3 180
tindakan medis dan keperawatan
dengan ruangan lain
4. Diskusikan terkait pentingnya 4 4 4 4 256
kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) mengenai pelaksanaan
SOP
5. Jadwalkan melakukan kegiatan 4 4 3 4 192
Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
antar kepala ruangan dan perawat
pelaksana
6. Monitor dan evaluasi terkait 4 3 3 3 108
penerapan dan pengembangan
SOP melalui kegiatan DRK
sehingga dapat memaksimalkan
tindakan kepada pasien
Tabel 5.5 Diskusi Refleksi Kasus (DRK) tidak dilaksanakan dengan baik karena SOP
yang dimiliki belum mencukupi
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi pelaksanaan kegiatan 3 4 3 3 108 Total =
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) 988
antar kepala ruangan dan perawat Prioritas
pelaksana diruangan 2
2. Jadwalkan melakukan kegiatan 4 4 3 4 192
Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
3. Diskusikan antar kepala ruangan 4 4 4 4 256
dan perawat pelaksaan terkait
kegiatan DRK guna untuk
meningkatkan penggunaan SOP
4. Fasilitasi ruangan untuk 4 4 3 3 144
melaksanakan kegiatan DRK
5. Dorong untuk mengungkapkan 4 4 3 3 144
permasalahan diruangan pada saat
pelaksanaan kegiatan DRK
6. Evaluasi terkait pelaksanaan 4 4 3 3 144
kegiatan DRK
Tabel 5.6 Kurangnya tenaga keperawatan akan berisiko terjadinya kecelakaan kerja
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi perawat yang dapat 4 4 3 3 144 Total =
mengalami resiko cedera karena 672
kecelakaan kerja Prioritas
2. Modifikasi lingkungan untuk 4 4 4 3 192 3
meminimalkan bahaya dan resiko
cedera pada perawat
3. Lakukan program skrining terkait 4 4 3 3 144
bahaya lingkungan
4. Anjurkan perawat mengenal 4 4 4 3 192
resiko tinggi terkait bahaya
lingkungan yang dapat
mengakibatkan resiko cedera
(mis. lantai licin)
Tabel 5.7 Jumlah perawat kurang sesuai dengan banyaknya pasien yang ada di Ruang
Melati, menurut perhitungan dengan rumus Douglas, Gilies, dan Depkes
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi jumlah perawat yang 3 4 3 3 108 Total =
bekerja dalam per shiftnya 516
2. Identifikasi jumlah hari kerja pada 3 4 3 3 108 Prioritas
perawat 4
3. Identifikasi jumlah tingkat 4 4 4 3 192
ketergantungan pasien per
harinya
4. Anjurkan menghitung jumlah 3 4 3 3 108
perawat dan pasien per harinya
Tabel 5.8 Beberapa peralatan kesehatan yang ada di Ruang Melati sudah mulai rusak
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi peralatan yang terlihat 3 4 3 3 108 Total =
tidak layak 486
2. Dorong perawat untuk mengganti 3 5 3 3 135 Prioritas
peralatan yang tidak layak dengan 5
yang baru
3. Fasilitasi peralatan yang baru 3 5 3 3 135
disetiap ruangan di rumah sakit
4. Anjurkan melaporkan peralatan 3 4 3 3 108
yang tidak layak pakai
Keterangan
Skala prioritas sebagai berikut:
Capability (C) : Kemampuan ruangan dalam mengatasi masalah
Accessible (A) : Kemudahan masalah untuk diatasi
Readliness (R) : Kesiapan ruangan dalam mengatasi masalah
Leverage (L) : Daya pendorong dalam mengatasi masalah
Adapun skor penilaian yang digunakan :
1 = Tidak mampu
2 = Kurang mampu
3 = Cukup mampu
4 = Mampu
5 = Sangat mampu
5.5 Planning of Action
Penanggung
No Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu
Jawab
1. SOP yang dimiliki Ruang 1. Identifikasi SOP tindakan medis 1. Pelaksanaan supervisi Ns. A 7-12
Melati kurang memadai dan keperawatan yang ada di dilakukan secara rutin dan Juni
sehingga mengakibatkan ruangan guna untuk menunjang komprehensif 2021
tindakan keperawatan yang kesehatan dan keselamatan pasien 2. Pembahasan dan tindak lanjut
menjadi kurang 2. Anjurkan perawat ruangan SOP dilakukan secara rutin
memiliki strategi dalam dan berkala
pengembangan SOP 3. Terbentuknya SOP baru yang
3. Koordinasi penggunaan SOP belum ada sesuai dengan hasil
tindakan medis dan keperawatan supervise yang telah
dengan ruangan lain dilakukan
4. Diskusikan terkait pentingnya 4. Perawat di ruang melati
kegiatan Diskusi Refleksi Kasus memahami SOP yang tersedia
(DRK) mengenai pelaksanaan untuk melakukan tindakan
SOP keperawatan
5. Jadwalkan melakukan kegiatan 5. Tindakan medis dan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) keperawatan berjalan secara
antar kepala ruangan dan perawat maksimal sesuai dengan SOP
pelaksana yang tersedia
6. Monitor dan evaluasi terkait
penerapan dan pengembangan
SOP melalui kegiatan DRK
sehingga dapat memaksimalkan
tindakan kepada pasien
2. Diskusi Refleksi Kasus 1. Identifikasi pelaksanaan kegiatan 1. Pelaksanaan Diskusi Refleksi Ns. A 7-12
(DRK) tidak dilaksanakan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) Kasus (DRK) di ruang Melati Juni
dengan baik karena SOP antar kepala ruangan dan perawat dilakukan secara rutin dan 2021
yang dimiliki belum pelaksana diruangan komprehensif
mencukupi 2. Jadwalkan melakukan kegiatan 2. Adanya jadwal terstruktur
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) untuk pelaksanaan Diskusi
3. Diskusikan antar kepala ruangan Refleksi Kasus (DRK) di
dan perawat pelaksaan terkait ruang Melati
kegiatan DRK guna untuk 3. Adanya feedback tindakan
meningkatkan penggunaan SOP keperawatan berdasarkan SOP
4. Fasilitasi ruangan untuk melalui DRK
melaksanakan kegiatan DRK 4. Adanya evaluasi terkait SOP
5. Dorong untuk mengungkapkan tindakan yang dilakukan
permasalahan diruangan pada saat melalui Diskusi Refleksi
pelaksanaan kegiatan DRK Kasus (DRK)
6. Evaluasi terkait pelaksanaan 5. Adanya keterbaharuan SOP
kegiatan DRK melalui Diskusi Refleksi
Kasus (DRK)
3. Kurangnya tenaga 1. Identifikasi perawat yang dapat 1. Risiko terjadinya kecelakaan Ns. A 7-12
keperawatan akan berisiko mengalami resiko cedera karena kerja di ruang Melati minimal Juni
terjadinya kecelakaan kerja kecelakaan kerja 2. Perawat memahami risiko 2021
2. Modifikasi lingkungan untuk tinggi terkait bahaya
meminimalkan bahaya dan resiko lingkungan yang dapat
cedera pada perawat mengakibatkan resiko cedera
3. Lakukan program skrining terkait 3. Edukasi dan pelatihan
bahaya lingkungan berkelanjutan kepada staf
4. Anjurkan perawat mengenal mengenai kecelakaan kerja
resiko tinggi terkait bahaya dilakukan secara berkala
lingkungan yang dapat 4. Skrining terkait bahaya
mengakibatkan resiko cedera lingkungan di ruang melati
(mis. lantai licin) dilakukan secara
berkesinambungan
4. Jumlah perawat kurang 1. Identifikasi jumlah perawat yang 1. Jumlah perawat yang ada di Ns. A 7-12
sesuai dengan banyaknya bekerja dalam per shiftnya ruang melati sesuai dengan Juni
pasien yang ada di Ruang 2. Identifikasi jumlah hari kerja pada standar perhitungan 2021
Melati, menurut perawat ketenagakerjaan
perhitungan dengan rumus 3. Identifikasi jumlah tingkat 2. Adanya kesesuaian antara
Douglas, Gilies, dan ketergantungan pasien per beban kerja perawat dengan
Depkes harinya jumlah pasien
4. Anjurkan menghitung jumlah 3. Perawat dapat melakukan
perawat dan pasien per harinya patent safety dengan
maksimal
5. Beberapa peralatan 1. Identifikasi peralatan yang terlihat 1. Pelaksanaan supervise Ns. A 7-12
kesehatan yang ada di tidak layak dilakukakn secara rutin dan Juni
Ruang Melati sudah mulai 2. Dorong perawat untuk mengganti komprehensif untuk 2021
rusak peralatan yang tidak layak dengan mengetahui adanya
yang baru kerusakan-kerusakan pada alat
3. Fasilitasi peralatan yang baru kesehatan
disetiap ruangan di rumah sakit 2. Pengecekan alat kesehatan
4. Anjurkan melaporkan peralatan dilakukan secara
yang tidak layak pakai berkesinambungan
3. Adanya evaluasi yang
berkesinambungan terkait
penggunaan alat dan
kelayakan pakai
4. Pelaporan peralatan yang
tidak layak pakai segera
dilakukan