Anda di halaman 1dari 106

LAPORAN AKHIR STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PERIODE DARING
07 Juni – 19 Juni 2021

Oleh :
Kelompok 2B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
LAPORAN AKHIR STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
PERIODE DARING
02 November –14 November 2020

Oleh :
Kelompok 3B

Dhita Rizky Amalia, S.Kep 202311101123


Vio Nadya Permatasari, S.Kep 202311101129
Alfin Nadlirotul Fatmalia, S.Kep 202311101131
Evi Rositah, S.Kep 202311101132
Ramayana Lestari Dewi, S.Kep 202311101133
Wirawan Ardi Riansyah, S.Kep 202311101136
Sofyan Nurdiansyah, S.Kep 202311101179

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
BAB 1. LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Menurut Permenkes RI Nomor 3 (2020) Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat. Setiap Rumah Sakit sudah seharusnya memiliki manajemennya
masing-masing, dalam bidang keperawatan sebuah Rumah Sakit pun memiliki
manajemen yang harus dilakukan dan diperlukan guna agar semua kegiatan
pelaksanaan perawatan yang diberikan pada pasien sesuai dan memenuhi
standar yang telah ditentukan. Pada Rumah Sakit Universitas Jember
menggunakan manajemen dan metode pendekatam yang pada komponen 5 M
(Ketenagaan, Keuangan, Sarana Prasaran, Metode dan Pemasaran) serta
pengarahan, perencanaa, kontroling, dan pengorganisasian yang terarah
dengan baik agar manajemen dapat berjalan seuai dengan perencanaan.
Rumah Sakit Universitas Jember pada Ruang Melati (Ruang Bedah)
memiliki proporsi ketenagakerjaan yaitu 12 orang tenaga keperawatan (4 Ners
dan 8 Ahli Madya Keperawatan), 2 orang pekarya kesehatan dan 1 orang
bagian administrasi. Ruang Melati (Ruang Bedah) selalu full dengan pasien
dengan tingkat ketergantungan pasien rata-rata per hari : 4 bed total care, 2
bed partial care dan 17 bed minimal care. Manajemen jadwal kerja perawat
setiap harinya sudah di atur sesuai dengan analisa beban kerja. Kompetensi
perawat yang bekerja di tandai dengan sertifikat-sertifikat pelatihan yang di
ikuti guna meningkatkan knowledge dan skill.
Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember merupakan
ruang rawat inap kelas 3 khusus untuk pasien bedah yaitu pasien yang akan
menjalankan operasi dan setelah melakukan operasi dengan kasus seperti
fraktur, kanker, dan lain sebagainya. Dengan kapasitas 23 bed menggunakan
pembagian ruangan sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. Nurse
Station di Ruang Melati (Ruang Bedah) berada di tengah ruangan rawat inap
sebelah selatan dekat dengan ruang perawat, ruang obat, ruang diskusi dan
ruang perawatan untuk pasien total care sehingga diharapkan lebih
memudahkan perawat untuk memberikan respon yang cepat dan tanggap
kepada pasien. Sarana dan prasarana lain yang tersedia antara lain : ruang
Kepala Ruang, ruang diskusi, musholla, ruang obat, ruang perawat dan kamar
mandi, peralatan medis dan non medis yang masih belum lengkap. Terkait
mekanisme pengajuan barang dan obat di Ruang Melati (Ruang Bedah)
kurang efektif dikarenakan birokrasi yang menyulitkan, sebab belum memiliki
Standar Operasional Prosedur (SOP) pengadaan obat dan barang yang baku
dan jelas dan juga letak gudang obat cukup jauh dengan ruang melati.
Ruang Melati (Ruang Bedah) di Rumah Sakit Universitas Jember
memiliki Visi, Misi dan Motto yang kuat dengan menggunakan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) metode TIM. Di Ruang Melati
(Ruang Bedah) dalam melaksanakan kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
dan pelaksanaan patient safety belum berjalan maksimal karena banyak
mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Di Ruang Melati (Ruang Bedah)
mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) tindakan medis dan
keperawatan masih ada yang belum sesuai serta kurang up to date untuk
digunakan kepada pasien. Dalam pendokumentasian memiliki mekanisme
yang belum terstruktur dan masih menggunakan dokumentasi manual atau
tulis tangan.
Rumah sakit Universitas Jember menyediakan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial),
Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan pelayanan kesehatan dengan status umum
atau mandiri. Sumber keuangan Rumah Sakit Universitas Jember bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau (DBH CHT). Rumah Sakit Univeritas Jember kurang fleksibel
dalam mengelola keuangannya untuk melakukan pengadaan barang yang
sifatnya penting atau segera di butuhkan dan membutuhkan waktu yang lama.
Sistem birokrasi di rumah sakit Universitas Jember juga cukup menyusahkan,
dengan status Non-BLUD dan terkadang mengalami keterlambatan dalam
pencairan dana dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan).
Ruang Melati (Ruang Bedah) di Rumah Sakit Universitas Jember
melakukan kerjasama untuk meningkatkan kualiatas mutu pelayanan
kesehatan, beberapa institusi yang menjalin kerjasama dengan RSUJ yaitu
Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Fakultas Keperawatan Universitas
Jember, Fakultas Farmasi Universitas Jember, dan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember. Selain itu, Rumah Sakit Universitas Jember
juga menjalin kerjasama dengan BPJS, Laboratorium luar dan Rumah Sakit
Daerah Kabupaten Jember. Pada ruang melati (ruang bedah) di rumah sakit
universitas jember memiliki official youtube chanel yang berisikan terkait
fasilitas dan mekanisme pelayanan di rumah sakit khususnya di ruang melati.
Media ini berguna sebagai sarana informasi kepada masyarakat tentang
fasilitas serta layanan kesehatan dan keperawatan yang tersedia diruangan
tersebut.
Beradasarkan analisa masalah tersebut, mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan universitas Jember ingin
melakukan analisa terkait bagaimana sistem manajemen keperawatan yang
sudah berjalan di Ruang Melati (Ruang Bedah) di Rumah Sakit Universitas
Jember dalam upaya pelaksanaan pelayanan kesehatan dan keperawatan yang
profesional dan berkualitas kepada masyarakat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang akan dicapai mahassiwa adalah mahasiswa pendidikan
profesi Ners mampu dan dapat menyelesaikan praktik keperawatan dan
menerapkan prinsip manajemen keperawatan yang telah disesuaikan dengan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Melati (Ruang
Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusu yang akan dicapai mahasiswa dalam melakukan praktik
Manajemen Keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi Rumah Sakit Universitas
Jember saat ini khususnya pada Ruang Melati (Ruang Bedah) dengan
menggunakan unsur 5 M (Man, Money, Material, Method and Market)
sebagai dasar dalam menyusun rencana strategi dan operasional;
b. Mahasiswa dapat melakukan analisa SWOT (strength, weakness,
opportunity, threath) dari pengkajian yang telah dilakuakn di Ruang
Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember;
c. Mahasiswa menyusun dan membuat POA (Planning, organizing,
actuating) yang dapat disusun setelah melakukan analisa SWOT dan
melakukan evaluasi pada implementasi yang telah dilaksanakan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Klien
a. Klien diharapkan akan menerima layanan kesehatan dan keperawatan yang
lebih oprimal dan berkualitas dengan sesuai perkembangan dan kebutuhan
klien pada saat itu di Ruang Melati (Ruang Bedah);
b. Klien diharapkan akan dapat menerima pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang aman dan nyaman yang telah disesuaikan dengan
prosedur perawatan yang memadai di Ruang Melati (Ruang Bedah);
c. Klien diharapkan merasa puas dengan pelayanan kesehatan dan
keperawatan yang telah dilakukan secara optimal dan efisien di Ruang
Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember
1.3.2 Bagi Perawat
a. Perawat diharapkan mampu dan dapat melaksanakan evaluasi terhadap
manajemen yang telah berjalan di Ruang Melati (Ruang Bedah) sehingga
perawat dapat memperbaiki dan melakukan perencanaan,
pengorganisasian dan tindakan lebih lanjut mengenai masalah yang ada;
b. Perawat diharapkan dapat memiliki hubungan baik antar interpersonal dan
interprofesional dengan menggunakan metode yang optimal melalui fungsi
manajemen keperawatan di Ruang Melati (Ruang Bedah);
c. Perawat diharapkan akan dapat meningkatkan sistem pelayanan kesehatan
dan keperawatan dengan beban kerja yang juga optimal.
1.3.3 Bagi Ruangan dan Rumah Sakit
a. Rumah Sakit Universitas Jember pada Ruang Melati (Ruang Bedah) dapat
mengatasi masalah yang terjadi seuai dengan hasil pengkajian yang telah
dilakukan dengan menggunakan metode 5 M (Man, Money, Material,
Method, and Market);
b. Rumah Sakit Universitas Jember di uang Melati (Ruang Bedah)
mendapatkan dampak yang cukup baik dari tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan dan keperawatan yang optimal dan
berkualitas;
c. Rumah Sakit Universitas Jember pada Ruang Melati (Ruang Bedah) dapat
melakukan persaingan yang sehat melalui fasilitas kesehatan yang dimiliki
dalam hal ini Rumah Sakit memiliki keunggulan dalam sistem manajemen
keperawatan.
BAB 2. KASUS MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kasus Manajemen Keperawatan Kelompok B


Pada Ruang Melati (Ruang Bedah) di Rumah Sakit Universitas Jember, terdapat
23 bed pasien yang semua nya masih layak digunakan. Fasilitas yang ada di ruang
melati terdapat ruang kepala ruangan, mushalla, kamar mandi, ruang perawat,
ruang obat, dan ruang diskusi. Perawat yang ada diruang melatis sejumlah 12
perawat (4 ners, 8 ahli madya keperawatan) sudah termasuk kepala ruangan,
terdapat juga 2 orang pekarya kesehatan dan 1 orang administrasi. Ruang melati
selalu full dengan pasien dengan tingkat ketergatungan pasien rata-rata per/hari: 2
bed total care, 4 bed partial care, dan 17 Bed minimal care. Pada ruang melatis
hanya sedikit sekali SOP tindakan medis atau keperawatan yang sesuai dan masih
up to date untuk digunakan. Mekanisme dokumentasi juga masih belum
terstruktur dan masih menggunakan dokumentasi manual (tulis tangan). Patient
safety juga belum maksimal berjalan karena banyak kendala dalam
pelaksanaanya. Terkait mekanisme pengajuan pengadaan barang pada ruang
melati juga kurang maksimal karena birokrasi yang dinilai cukup menyusahkan.
Ruang melati memiliki official youtube chanel yang berisikan terkait fasilitas dan
mekanisme pelayanan di rumah sakit khususnya di ruang melati.
Jobdesk:
1. Buatlah Analisis keperawatan secara sistematis dengan menggunakan M1-M5
(data tambahan dapat menyesuaikan seperti pengalamanan dirumah sakit
ketika AKK)
2. Buatlah analisis SWOT dari data yang sudah didapatkan
3. Buatlah perecanaan dari masalah yang sudah didapatkan
Keterangan Data Tambahan:
1. Bisa melalui pengalaman pribadi
2. Bisa melalui telaah literature
3. Bisa melalui komunikasi dengan senior (kakak kelas) yang sudah bekerja di
rumah sakit terkait pengalaman praktik.
BAB 3. PENGKAJIAN

3.1 Analisa Situasi


3.1.1 Ketenagaan (Man/M1)
a. Analisis Ketenagaan Jumlah Tenaga Keperawatan dan Non Keperawatan
Ruang Melati (Ruang Bedah) berada di Rumah Sakit Universitas Jember.
Ruang Melati (Ruang Bedah) memiliki 12 tenaga keperawatan, 2 orang
pekarya kesehatan, dan 1 orang pada bagian administrasi. Dalam tenaga
keperawatan terdiri dari 4 ners dan 8 orang ahli madya keperawatan yang
didalamnya termasuk kepala ruangan. Bed yang tersedia dalam ruang melati
selalu penuh dengan pasien yaitu sebanyak 23 bed pasien yang seluruhnya
masih layak digunakan dengan 2 bed total care, 4 bed patial care, dan 17 bed
minimal care.
b. Latar Belakang Pendidikan dan Kompetensi
Berdasarkan tabel dapat diketahui latar belakang pendidikan tenaga kerja
keperawatan di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas
Jember dengan pendidikan terakhir S1 keperawatan sebanyak 4 orang (30%)
dan D3 Keperawatan sebanyak 8 orang (70%). Dari segi pelatihan yang
sudah ditempuh oleh para tenaga kesehatan di Ruang Melati (Ruang Bedah)
sudah termasuk dalam kategori baik, dimana pelatihan merupakan salah satu
cara untuk mengembangkan kompetensi perawat dimana pelatihan sebagai
meningkatkan kompetensi dalam segi knowledge dan skill perawat yang pad
a dasarnya belum ada standart baku terkait pelatihan yang harus pernah di
ikuti oleh seorang perawat yang berada di sebuah instalasi rawat inap.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin
banyak pelatihan yang telah diikuti oleh tenaga keperawatan maka akan
semakin baik pula kompetensi yang diberikan dan dapat dimiliki oleh
perawat tersebut, sehingga pelayanan yang akan diberikan akan menjadi
semakin optimal.
Tabel 3.1 Daftar Tenaga Perawat Ruang Melati (Ruang Bedah)
No Nama Status Jabatan Pendidikan Jenjang Pelatihan
Terakhir Karir
1. Ns. A. S.Kep PNS Kepala Ruangan S1 PK 3 BTCLS, PPGD, Diklat Pim, APAR, PPI,
Komunikasi Efektif, Askep, Keselamatan
Pasien, CI.
2. Ns. B. S.Kep PNS Ka Tim 1 S1 PK 2 BCLS, CI, APAR, PPI, Askep, Komunikasi
Efektif, Keselamatan Pasien.
3. Ns. C. S.Kep PNS Ka Tim 2 S1 PK 2 BCLS, CI, APAR, PPI, Askep, Komunikasi
Efektif, Keselamatan Pasien.
4. Ns. D. S.Kep PNS Perawat S1 PK 2 BCLS, APAR, PPI, Askep, Komunikasi
Pelaksana Efektif, Keselamatan Pasien.
5. E, Amd. Kep PNS Perawat D3 PK 1 BCLS, APAR, PPI, Komunikasi Efektif,
Pelaksana Keselamatan Pasien.
6. F, Amd. Kep PNS Perawat D3 PK 1 BCLS, APAR, PPI, Komunikasi Efektif,
Pelaksana Keselamatan Pasien.
7. G, Amd. Kep Non Perawat D3 PK 1 BCLS, APAR, PPI, Komunikasi Efektif,
PNS Pelaksana Keselamatan Pasien.
8. H, Amd. Kep PNS Perawat D3 PK 1 BCLS, APAR, PPI, Komunikasi Efektif,
Pelaksana Keselamatan Pasien.
9. I, Amd. Kep PNS Perawat D3 PK 1 BCLS, APAR, PPI, Komunikasi Efektif,
Pelaksana Keselamatan Pasien.
10 J, Amd. Kep Non Perawat D3 PK 1 BCLS, APAR, PPI, Komunikasi Efektif,
PNS Pelaksana Keselamatan Pasien.
11 K, Amd. Kep PNS Perawat D3 PK 1 BCLS, APAR, PPI, Komunikasi Efektif,
. Pelaksana Keselamatan Pasien.
12 L, Amd. Kep PNS Perawat D3 PK 1 BCLS, APAR, PPI, Komunikasi Efektif,
. Pelaksana Keselamatan Pasien.
Pemberian ijin belajar atau melanjutkan studi bagi perawat ruangan juga
dilakukan oleh Rumah Sakit Universitas Jember namun tentunya harus mela
lui prosedur yang sebelumnya telah ditetapkan oleh rumah sakit, baik
program beasiswa ataupun mandiri. Hal ini dilakukan guna untuk
peningkatan dan update wawasan untuk pelayanan yang lebih baik lagi. Kes
epakatan Asosiasi Instusi Pendididikan Ners Indonesia (AIPNI) dengan kem
enterian RI dalam rapat RTA AIPNI pada 13 Oktober 2016 menyebutkan pe
rbandingan perawat profesi dan perawat vokasional dalam satu ruangan yait
u 40% untuk perawat profesi dan 60% untuk perawat vokasional. Namun
berdasarkan hasil pengkajian tenaga keperawatan di Ruang Melati (Ruang
Bedah) yang memiliki total 12 tenaga keperawatan yang memiliki
pendidikan terakhir S1 Ners berjumlah 4 orang dan pendidikan terakhir D3
keperawatan berjumlah 8 orang. Hal tersebut kurang sesuai dengan
peraturan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) (2016) dimana
perbandingan perawat profesi dan perawat vokasional dalam satu ruangan
yaitu 40 : 60 %. Berikut perhitungan tenaga perawat di Ruang Melati :
a. Perawat Profesi
Kebutuhan perawat profesi = 40% dari jumlah tenaga Kesehatan, namun
di Ruang Melati (Ruang Bedah) hanya terdapat 30%.
= 30 % X 12 = 4 orang
b. Perawat Vokasional
Kebutuhan perawat vokasional = 60% dari jumlah tenaga kesehatan,
namun di dalam Ruang Melati (Ruang Bedah) terdapat 70%.
= 70% X 12 = 8 orang
Interpretasi Hasil:
Berdasarkan hasil pengkajian tenaga keperawatan di Ruang Melati (Ruang
Bedah) dengan total tenaga keperawatan berjumlah 12 perawat jika
disesuaikan dengan peraturan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI)
(2016) jumlah yang diharapkan untuk kebutuhan perawat profesi ditambah
menjadi 5 orang dan kebutuhan perawat vokasional dikurangi jadi 7 orang.
c. Struktur Organisasi
Administrasi
Ny. O

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2


Penanggung Jawab Shift
Ns. B, S.Kep Ns. C, S.Kep
Ns. D, S.Kep

Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksama Penanggung Jawab ShiftJ, Amd. Kep
G, Amd. Kep F, Amd. Kep K, Amd. Kep
H, Amd. Kep L, Amd. Kep
Pekarya Tim 1
I, Amd. Kep M, Amd. Kep
Tn. X

Pekarya Tim 2
Tn. Z

Gambar 3. 1 Struktut Organisasi Ruang Melati (Ruang Bedah)


Rumah Sakit Universitas Jember
Struktur organisasi yang terdapat pada Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah
Sakit Universitas Jember menggunakan metode tim, yang terdiri dari Kepala
Ruangan dan dua ketua tim yang masing-masing dipimpin oleh perawat
profesional. Masing-masing ketua tim memiliki perawat pelaksana yang
terdiri dari perawat profesional dan perawat vokasional yang bertugas
menjalankan tugasnya sesuai tupoksi. Tugas pokok dari kepala ruang adalah
menyusun visi dan misi ruangan, menyusun struktur organisasi, dan dan
bertugas menyusun jadwal dinas yang dilakukan dengan kerja sama oleh
ketua tim. Kepala ruangan juga juga memiliki tanggung jawab terhadap
pelaksanaan dan perencanaan asuhan keperawatan. Ketua tim juga bertugas
melaksanakan tugasnya dengan baik, seperti menyusun daftar alokasi pasien
kepada perawat pelaksana, menyusun jadwal dinas bersama dengan kepala
ruang, memimpin pre conference dan post conference, mengatur pelaksaan
pendelegasian dalam tim, melakukan observasi terhadap pelaksaan asuhan
keperawatan kepada pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana, serta
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien. Dalam hal lain yang
bertuga menjalankan tugas asuhan keperawatan dan pendokumentasian
asuhan keperawatan dilakukan oleh ketua tim yang dibantu oleh perawat
pelaksana.
d. Tingkat Ketergantungan Pasien
Tingkat ketergantungan pasien yang dikaji di Ruang Melati (Ruang Bedah)
Rumah Sakit Universitas Jember rata-rata sebanyak 23 pasien setiap
harinya. Berikut kategorinya perawatan pada Ruang Melati (Ruang Bedah)
yaitu sebanyak 17 bed minimal care, 4 bed partial care, dan 2 bed total care.
Menurut Dorothea Orem kategori pemberian layanan keperawatan
berdasarkan kriteria berdasarkan kriterian kebutuhan pasien dibagi sebagai
berikut:
1. Self Care (minimal care) yaitu pasien mandiri atau hampir tidak
memerlukan bantuan, dengan perawatan minimal 1-2 jam/ hari. Kriteria :
a) Klien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan
- Mampu naik-turun tempat tidur
- Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
- Mampu makan dan minum sendiri
- Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
- Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
- Mampu berpakaian dan berdanda dengan sedikit bantuan
- Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
b) Status psikologis stabis
c) Klien dirawat untuk prsedur diagnostik
d) Operasi ringan
2. Partial Care yaitu pasien dengan membutuhkan sebagian bantuan peraw
at, dengan waktu perawatan membutuhkan waktu 3-4/ hari. Kriteria :
a) Klien memerlukan bantuan perawat sebagian
- Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur
- Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan
- Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
- Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
- Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
- Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
- Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat
tidur/kamar mandi)
b) Pasca operasi minor (24 jam)
c) Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor
d) Fase awal dari penyembuhan
e) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3. Total Care yaitu pasien dengan fokus bantuan perawat penuh dan memel
ukan perawat yang lebih lama minimal 5-6 jam/ hari. Kriteria :
a) Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan
waktu perawat yang lebih lama
- Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kursi roda
- Membutuhkan latihan pasif
- Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena
(infus) atau NGT (sonde)
- Membutuhkan bantuan kebersihan mulut
- Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
- Dimandikan perawat
- Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
b) Klien tidak sadar
c) Keadaan klien tidak stabil
d) Observasi TTV setiap kurang dari 8 jam
e) Perawatan luka bakar
f) Perawatan kolostomi
g) Menggunakan alat bantu pernapasan
h) Menggunakan WSD
i) Irigasi kandung kemih secara terus-menerus
j) Menggunakan alat traksi
k) Fraktur dan atau pascaoperasi tulang belakang/leher
l) Gangguan emosional berat, bingung, dan disorientasi
e. Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien

1. Menurut Douglas, untuk menetapkan jumlah tenaga perawat yang


dibutuhkan untuk suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien.
Pada setiap kategori tersebut memiliki standar per-shiftnya, seperti tabel
berikut:

Tabel 3.2 Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Pasien


Jumla Klasifikasi Pasien
h Mandiri Parsial Total
Pasien Pag Sore Malam Pagi Sor Malam Pagi Sor Malam
i e e
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Tabel 3.3 Jumlah Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
Jumlah
Jumlah
Klasifikasi Klien Perawat Total Jumlah Kebutuhan
Klien
Hari Tersedia
Ke Tota
Self Partia
l P S M P S M
Care l Care
Care
1 17 4 2 23 4 3 4 13 Self = 17 x Self = 17 x Self = 17 x
0,17 = 2,89 0,14 = 2,38 0,07 = 1,19

Partial = 4 x Partial = 4 x Partial = 4 x


0,27 = 1,08 0,15 = 0,6 0,10 = 0,4

Total = 2 x Total = 2 x Total = 2 x


0,36 = 0,72 0,30 = 0,6 0,20 = 0,4

Jumlah = Jumlah = Jumlah =


4,69 3,58 1,99
4,69 ≈ 5 3,58 ≈ 4 1,99 ≈ 2

Keterangan :
a) Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam satu hari, yaitu 5 + 4 + 2 =
11 orang
b) Jumlah tenaga lepas dinas per hari dihitung berdasarkan jumlah hari libur
dan efektif dalam 1 tahun serta jumlah kebutuhan total perawat dalam 1
hari, yaitu (86 x 11) : 279 = 3,39 ≈ 4 orang
c) Jumlah perawat cadangan yaitu 20% x jumlah kebutuhan perawat per-hari,
yaitu 20% x 11 = 2,2 ≈ 3 orang
d) Jumlah total perawat yang dibutuhkan di Ruang Melati adalah 11 + 4 + 3 =
18 orang
2. Menurut Gillies
Penghitungan kebutuhan tenaga kerja perawat dalam suatu ruangan
dengan menggunakan rumus Gillies, berikut ini:
a) Menentukan jam perawatan yang dibutuhkan pasien
1) Keperawatan langsung
Perawatan mandiri 17 orang = 17 x 2 jam = 32 jam
Perawatan parsial 4 orang = 4 x 3 jam = 12 jam
Perawatan total 2 orang = 2 x 6 Jam = 12 jam
Total = 56 jam
2) Keperawatan tidak langsung = 23 pasien x 1 jam = 23 jam
3) Penyuluhan kesehatan = 23 pasien x 0,25 jam = 5,75 jam
Total keseluruhan jam adalah 56 jam + 23 jam + 5,75 jam = 84,
75 jam.
Jumlah total jam perawatan yang dibutuhkan tiap pasien = 84,75 :
23 pasien = 3,68 jam
b) Jumlah hari tak kerja pertahun adalah:
Hari minggu dalam 1 tahun = 52 hari
Cuti tahunan = 12 hari
Hari besar dalam setahun = 12 hari
Cuti sakit dan ijin = 10 hari
Total = 86 hari
c) Jumlah hari kerja efektif pertahun
365– 86 hari = 279 hari
d) Jumlah tenaga yang diperlukan

= 3,68 x 23 x 365
( 365 – 86 ) x 8

= 3,68 x 23 x 365
(279) x 8
= 13,8 dibulatkan menjadi 14 orang

e) Jumlah yang bertugas setiap hari

= 23 x 3,68
8

= 84,64
8 = 10, 58 = 11 orang
f) Jumlah tenaga yang bebas tugas perhari

= 86 x 11
279

= 964
279
= 3,45 orang dibulatkan menjadi 4 orang
g) Pembagian shift menggunakan rumus Gillies:
Shift pagi = 47% x 11 orang = 5,17 = 5 orang
Shift sore = 35% x 11 orang = 3,85 = 4 orang
Shift malam = 17% x 11 orang = 1,87 = 2 orang

3. Menurut Depkes (2002)


a) Minimal care

= Jam perawatan x rata-rata pasien


Jam kerja
= 2 jam x 17 pasien
7 jam
= 4, 85 = 5 perawat
b) Partial care

= Jam perawatan x rata-rata pasien


Jam kerja
= 4 jam x 4 pasien
7 jam
= 2,28 = 3 perawat

c) Total care

= Jam perawatan x rata-rata pasien


Jam kerja
= 6 jam x 2 pasien
7 jam
= 1,71 = 2 perawat

d) Jumlah perawat lost day

= Hari libur/tahun x jumlah perawat


Jam kerja / tahun
= 108 hari x 12 perawat
257 hari
= 5,04 ≈ 5 perawat
Jadi, 5 perawat + 3 perawat + 2 perawat + 5 perawat = 15 perawat

Jumlah juru rawat :


= (Jumlah Perawat + lost day)x25
100
= ( 11 perawat + 6 perawat ) x 25
100
= 425 = 4,25 (4 juru perawat)
100

Jumlah perawat tenaga dalam ruangan :


= Jumlah perawat + lost day + juru rawat
= 11 + 6 + 4
= 21 perawat efektif

e) Jumlah perawat pershift


1) Pagi = 47% xjumlah tenaga efektif

= 47% x 21
= 9,7 ≈ 10 orang
2) Sore = 35% xjumlah perawat efektif

= 35% x 21 orang
= 7,35 ≈ 7 orang
3) Malam = 17% xjumlah perawat efektif

= 17% x21 orang


= 3,57 ≈ 4 orang

Tabel 2.3 Perbandingan Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat

Berdasarkan Douglas 18 orang


Berdasarkan Gillies 14 orang
Berdasarkan Depkes 21 Orang
Total 53/3 = 18
Rata-rata perawat yang dibutuhkan ruang melati 18 erawat
d. Alur Masuk Pasien
Pasien Datang

PENDAFTARAN
Pasien Umum :
Syarat : Pasien membawa KK/KTP bagi pasien baru dan untuk pasien
lama membawa kartu berobat
Pasien BPJS :
Syarat : Pasien membawa dan menunjukkan kartu BPJS, kartu identitas
dan surat rujukan online

Poliklinik Penunjang IGD

Dirujuk ke RS lain Rawat Inap Pulang

Gambar 3.2 Alur Masuk Pasien di RS Universitas Jember

e. Analisis Masalah
1) Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa tenaga kerja perawat di Ruang
Melati kurang menurut rata-rata perhitungan douglas, gillis, dan juga
depkes
2) Kurangnya perawat ners sesuai dengan perhitungan AIPNI (ruang
Melati memiliki 4 perawat ners dan 8 perawat vokasional sedangkan
dalam perhitungan AIPNI didapatkan 11 orang perawat vokasional).
3) Pelatihan bagi seluruh tenaga keperawatan belum terfasilitasi hanya
pada perawat berstatus PNS yang telah terfasilitasi.
3.2.1 Sarana Prasarana (Material/M2)
1. Lokasi dan denah ruangan
a. Lokasi Rumah Sakit
Ruang Melati adalah ruang bedah yang merupakan bagian dari
Rumah Sakit Universitas Jember. Lokasi Rumag Sakit Universitas Jember
berada di Jalan Kalimantan no. 37 Kecamatan Sumberasari, Kabupaten
Jember. Bangunan rumah sakit berada di sebelah barat Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Universitas Jember. Hal ini menjadikan Rumah sakit sangat
mudah di akses kerana terletak di jalan utama dan terdapat markah
petunjuk menuju di Rumah Sakit.
Ruang Melati sebagai salah satu instalasi di Rumah Sakit Universitas
Jember terletak di antara Ruang Kenanga dibagian barat dan Ruang
Anggrek disebelah timur. Adapun dibagian utara Ruang Melati adalah
instalasi bedah sentral dan bagian selatan Ruang Melati adalah Instalas
ICU.
b. Denah ruangan
Sebagai ruang rawat inap, Rungan Melati memiliki beberapa fasilitas
antara lain yaitu terdapat kepala ruang, musholah, kamar mandi, ruang
perawat, ruang obat dan ruang diskusi. Penataan ruangan di atur memusat
yaitu kantor terdiri dari ruang kepala rungan dan ruangan perawat.
Musholah terletak berdampingan dengan kamar mandi. Ruang obat
terletak disamping nurse station sedangkan ruang diskusi terletak samping
ruang line. Pengaturan ruang rawat inap mengikuti bentuk bangunan
berjajar lurus dan memiliki jumlah bed 23 bed. Alokasi bed disetiap
ruangan yaitu pada kelas 2 ada 3 ruangan (masing-masing terdiri 2 bed)
dan kelas 3 ada 4 ruangan (3 ruangan isi 4 dan ada yang isi 5 bed) dan
masing-masing ruang rawat inap dilengkapi kamar mandi di sudut
ruangan.
Gambar 3. 1 Denah Ruangan
2. Lingkungan Kerja
Ruang Melati merupakan kamar rawat inap di Rumah Sakit Universitas
Jember yang dikhususkan untuk ruang perawatan pasien penyakit dalam.
Namun ruangan ini juga masih bisa menerima pasien titipan dari ruangan lain.
Ruang Melati memiliki Nurse Station yang dekat dengan pintu masuk berada
di bagian tengah tepatnya di depan ruang perawat. Lokasi tersebut
memudahkan akses perawat dalam melakukan pemberian perawatan, pasien
dan keluarga yang memerlukan informasi ataupun kebutuhan lainnya juga
dapat dengan mudah untuk dilayani. Ruang Melati terdapat 2 kelas ruang
perawatan, yaitu 3 ruang kelas 2 berisi 2 bed, dan 4 ruang kelas 3 yang masing
memiliki kapasitas 4 dan 5 bed.
Ruang Melati memiliki fasilitas ruang kepala ruangan, musholah, kamar
mandi, ruang perawat, ruang obat, dan ruang diskusi. Di Ruang Melati terdapat
ruang administrasi yang menyatu dengan Nurse Station untuk mempermudah
komunikasi antara pasien, keluarga, perawat, dan adminitrasi. Dalam
memberikan edukasi, konsultasi, ataupun informasi penting kepada pasien
maupun keluarga, perawat dapat memanggil keluarga pasien ke ruang diskusi.
3. Gambaran Kapasitas Tempat Tidur Ruangan
Ruang Melati memiliki 23 bed pasien dan selalu full oleh pasien dengan
tingkat ketergantungan pasien rata-rata/hari: 2 bed total care, 4 bed partial care,
dan 17 bed minimal care. Pembagian bed berdasarkan kelasnya yaitu terdapat
kapasitas 17 bed di kelas 3 dan 6 bed kelas 2.

4. Fasilitas perawat dan pasien

a. Peralatan

Tabel 3.1 Jumlah Peralatan di Ruang Melati

No J Kondisi
u
m R
Nama Barang Satuan
l Baik us
a ak
h
1 Tensimeter Buah 3 
2 Stetoskop Buah 4 3 1
3 Timbang berat badan Buah 1 
4 Termogun Buah 2 
6 Reflek Hammer Buah 2 
7 Nebulizer Buah 2 
8 ECG Buah 1 
9 Humidifier 1 
Buah
5
10 Pispot 1 
Buah
1
11 Eskap Buah 2 
12 Baskom besar Buah 9 
13 Standar bak mandi Buah 4 
14 Tourniquet Buah 3 
16 Tempat sampah medis Buah 4 
17 Tempat sampah 4 
Buah
non medis
18 Oksigen regulator 2 15 5
Buah
0
19 Safety box Buah 2 
20 Apar Buah 3 
21 Cucing kecil 1 
Buah
0
22 Lemari linen Buah 2 
23 Tempat cuci tangan Buah 2 
24 Hand rub 1 
Buah
5
26 Suction Buah 1 
27 Pen light Buah 2 
28 Ambu bag Buah 3 2 1
29 Juction rees Buah 2 
30 Gunting verban Buah 6 
31 Troli injeksi Buah 2 
32 Lemari alkes Buah 2 
34 Flow Meter 1 
Buah
5
35 Inhalator Buah 2 
36 Kulkas obat Buah 1 
37 Oximetri Buah 2 
38 Set perawatan luka Set 5 
39 Lampu baca foto Buah 1 
40 Bengkok Buah 5 

Tabel 3.2 Fasilitas Barang Untuk Pasien di Ruang Melati

Kondisi
R
Jumlah/
No Nama Barang u
Ruangan Baik
sa
k
Bed pasien 23  -
Standart infuse 23  -
Lemari dan meja makan
23  -
pasien
Televisi 1 -
Jam dinding 10  -
Kipas angin 10 -
Rak piring 2 -
Kursi penunggu 23  -
Toilet 8  -
Korden jendela 8 -
Korden 30 - -
Wastafel 7  -
Rak sepatu 0 - -
Keranjang obat 23 -
Tangga pasien 23 
AC 0 - -
Washlap 3  -
Sprei 30 28 2
Sarung bantal 30  -
Selimut 30  -
Kursi roda 4 3 1
Brancard 2  -
Setrail 23 ü
Penanda Resiko Jatuh Merah 10  -
Penanda Resiko Jatuh
10 
Kuning
Restrain 7 5 2
Pispot 15 

Tabel 3.3 Gambaran Kondisi Bed Pasien Ruang Melati

Nurse
Pengunci
Side Rail Control Foot Board Handrub
No roda
Panel
J F T J F T J F T Ada Tidak Ada Tidak
1 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
2 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
3 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
4 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
5 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
6 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
7 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
8 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
9 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
10 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
11 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
12 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
13 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
14 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
15 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
16 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
17 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
18 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
19 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
20 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
21 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
22 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
23 2 2 0 2 2 0 2 2 0 √ √
Sumber: Data primer Ruang Melati Mei 2021
Keterangan:
J : Jumlah
F : Berfungsi
T : Tidak berfungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit,
standar sebuah bed pasien dikatakan layak apabila semua bagian tempat tidur
masih dapat digunakan sesuai fungsiannya. Maka dari itu dapat dinyatakan
bahwa semua bed pasien di Ruang Melati sudah memenuhi sesuai standart.

b. Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan

Tabel 3.4 Fasilitas untuk Petugas Kesehatan

Kondisi
S
Baik R
a Ju
u
t m
Nama Barang s
u la
a
a h
k
n
1 Kulkas B 1 ü -
u
a
h
2 Meja tulis kepala B 1 -
unit u
ü
a
h
3 Meja tulis perawat B 3 ü -
u
a
h
4 Tempat tindakan B 0 -
u
-
a
h
5 Lemari arsip B 1 ü -
u
a
h
6 Lemari gantung B 0 - -
u
a
h
7 Kursi lipat B 0 - -
u
a
h
8 Kursi B 19 ü -
u
a
h
9 Komputer B 1 -
u
ü
a
h
10 Kalkulator B 2 ü -
u
a
h
11 Staples B 4 -
u
ü
a
h
12 Perforator B 2 ü -
u
a
h
13 White board B 1 üü-
u
ü
a
h
14 Spidol white board B 4 ü -
u
a
h
15 Pensil blue red B 4 -
u
ü
a
h
16 Penggaris B 4 ü -
u
a
h
17 Lem B 2 -
u
ü
a
h
18 Tip ex B 4 ü -
u
a
h
19 Daftar injeksi B 13 -
u
ü
a
h
20 Daftar infuse B 13 ü -
u
a
h
21 Form observasi B 13 -
pasien u
ü
a
h
22 Form cuti B 0 - -
u
a
h
23 Form absensi B 0 - -
u
a
h
24 Piring B 19 ü -
u
a
h
25 Kasur tindakan B 0 -
u
-
a
h
26 Kipas angin B 1 ü -
u
a
h
27 AC B 1 -
u
ü
a
h
28 TV B 1 ü -
u
a
h
29 Air Phone B 2 ü -
u
a
h
30 Toilet B 1 ü -
u
a
h
31 Dispenser B 1 -
u
ü
a
h
32 Rak Sepatu B 1 ü -
u
a
h

5. Alur pengadaan barang


Pengadaan barang dan peralatan yang digunakan selama perawatan
umumnya disediakan oleh pihak farmasi. Alat alat yang umumnya disediakan
oleh pihak farmasi antara lain alat sekali pakai seperti handscoen, spuit,
alkohol swab, plester, dan lain lain. Adapun peralatan yang dipakai berulang
seperti set perawatan luka, set hecting, linen, dan peralatan lain yang
memerlukan sterilisasi disediakan oleh CSSD (Central Steril Supply
Department) Rumah Sakit Universitas Jember. Sistem pengadaan barang
diawali dengan pengisian form kebutuhan peralatan dan bahan yang
diperlukan. Pengisian form harus diketahui kepala tim atau kepala ruang.
Selanjutnya, form tersebut akan diserahkan ke bagian yang terkait atau petugas
di Ruang Melati dapat mengambil peralatan dan bahan yang dibutuhkan di
bagian farmasi dan depo CSSD. Adapun skema pengadaan barang sebagai
berikut :

Bagian Gudangdan
Farmasi
a. Pengajuan ke
Ruang Melati Karu atau Katim
kekurangan stok
CSSD

Barangditerima Petugaspengantar dari


kembali oleh masing-masing bagian
ruangan melati atau petugas ruangan
mengambil barang
Gambar 3.2 Alur pengandaan barang
Terkait dengan mekanisme pengajuan barang pada Ruang Melati juga
kurang maksimal karena birokrasi yang dinilai cukup susah. Ruang Melati
juga memiliki web site yang berisikan terkait fasilitas dan mekanisme
pelayanan rumah sakit khususnya di Ruang Melati.

6. Analisis masalah pada bagian sarana dan prasarana


a. Penyediaan fasilitas kesehatan di Ruang Melati belum lengkap atau
beberapa mengalami kerusakan seperti stetoskop, oksigen regulator, ambu
bag dll. Pada penyimpanan alat medis juga masih dicampur atau tidak
diberikan tanda atau label mana yang rusak dan mana yang masih bisa
digunakan sehingga perawat bingung jika akan mengambil alat medis
tersebut.
b. Mekanisme pengajuan pengadaan barang pada Ruang Melati juga kurang
maksimal karena birokrasi yang dinilai cukup menyusahkan.

3.3.1 Metode (Method/ M3)


A. Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Jember
1. Visi
Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dengan standar nasional maupun
internasional yang mencakup dalam aspek pendidikan, pelayanan dan
penelitian yang berorientasi pada keselamatan dan kepuasan pasien.

2. Misi
a) Menyelenggarakan pelayanan berstandar nasional maupun internasional
yang mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan pasien
b) Melaksanakan pelayanan, pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dibidang kesehatan dalam rangka membangun SDM
melalui pemenuhan kebutuhan dasar pasien (bio, psiko, social dan
spiritual).
c) Menyelenggarakan penelitian kesehatan yang inovatif dan
pengembangan teknologi dibidang kesehatan yang visioner demi
kemaslahatan masyarakat
d) Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit yang produktif, profesional
dan berintegritas
e) Meningkatkan manajemen keperawatan yang berguna untuk
pengembangan pelayanan, pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
B. Visi, Misi, Motto Ruang Melati (Ruang Bedah) RS Universitas Jember
1. Visi
Menjadikan ruangan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan secara
profesional, bermutu dan holistic.
2. Misi Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember :

a) Melaksanakan upaya pelayanan bedah sentral secara profesional dan


bermutu
b) Menggunakan komunikasi terapeutik untuk mencapai pemenuhan
kebutuhan dan kemandirian pasien
c) Bertanggung jawab, bekerja efektif dan efisien sesuai standar profesi
d) Menyelenggarakan manajemen rumah sakit berdasarkan psinsip-prinsip
rumah sakit yang professional sehingga dapat berkembang.
e) Memberikan pendidikan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan pasien
pulang
3. Motto Rumah Sakit Universitas Jember
Memberikan Pelayanan P E C A H (Profesional, Efektif, Cepat, Akurat,
Holistic)

C. Model Penugasan Asuhan Keperawatan


Menurut Windy (2010), pengorganisasian pelayanan di bangsal
perawatan dapat mengacu pada beberapa jenis model penugasan asuhan
keperawatan antara lain:
1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat
itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya
merawat luka kepada semua pasien di bangsal. Kepala Ruangan akan
menentukan apa yang menjadi tugas setiap perawat dalam suatu ruangan
nantinya perawat akan melaporkan tugas-tugas yang telah dikerjakan kepada
Kepala Ruangan. Kepala Ruangan bertanggung jawab dalam membuat
laporan klien, koordinasi antar perawat sangat kurang, model ini hanya
menekankan pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga pendekatan
secara holistik sukar dicapai efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas bila
jumlah staf sedikit, namun klien selalu tidak mendapat kepuasan dari asuhan
keperawatan yang diberikan.

Kepala Ruangan

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pengobatan Merawat Hygiene Administrasi
Luka

Pasien/Klien
Kelebihan :

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang


jelas dan pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman.
Kelemahan :

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.


2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja

2. Model Asuhan Keperawatan Tim


Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep
kooperatif & kolaboratif. Sekelompok tenaga keperawatan bekerja secara
bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif. Dua konsep utama yang
harus ada dalam metode tim, yaitu : kepemimpinan dan komunikasi yang
efektif. Ketua tim menetapkan anggota tim untuk merawat setiap klien.
Ketua tim harus mengetahui prinsip dasar admistrasi, supervisi, bimbingan
dan teknik mengajar agar dapat dilakukannya dalam bekerjasama dengan
anggota tim. Ketua tim juga harus mampu mengimplementasikan prinsip
dasar kepemimpinan.
Tujuan Metode Tim :
1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Konsep Metode Tim :
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik jika didukung oleh kepala ruang.

Kepala Ruangan

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2

Perawat 1 dan 2 Perawat 3 dan 4

Klien Klien
Gambar Model Asuhan Keperawatan Tim
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi
dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu)
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung
untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim akan
kacau

Tabel 3.8 Tanggung Jawab Peawat Ruangan Model Asuhan Keperawatan Tim
Tanggung Jawab 1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari
Kepala Ruangan staf
2. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
3. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan
keterampilan kepemimpinan dan managemen
4. Mengorientasikan tenaga baru
5. Menjadi narasumber bagi tim
6. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan
riset keperawatan
7. Menciptakan komunikasi terbuka

Tanggung Jawab 1. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga


Ketua Tim 2. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan
rencana keperawatan (renpra), menerapkan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi renpra
3. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
melalui komunikasi yang konsisten
4. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan
kontinuitas asuhan
keperawatan melalui konfrens
5. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan
keperawatan oleh anggota tim
6. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

Tanggung Jawab 1. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat


Anggota Tim katim
2. Memberikan perawatan total/komprehensif pada
sejumlah pasien
3. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama
katim tidak ada di tempat
4. Berkontribusi terhadap perawatan
a. observasi terus menerus
b. ikut ronde keperawatan
c. berinterkasi dgn pasien & keluarga
d. berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

3. Model Asuhan Keperawatan Metode Kasus


Model asuhan ini yaitu setiap pasien ditugaskan kepada semua
perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan
khusus seperti : isolasi, intensive care.

Kepala
Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Pasien
Pasien/Klien Pasien /Klien
/Klien

Gambar Model Asuhan Keperawatan Metode Kasus

Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama

4. Model Asuhan Keperawatan Primer


Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien
dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kepala Sarana
Ruangan Rumah Sakit
Dokter

Perawat Primer

Pasien

PP pagi PP malam
PP siang

Gambar Model Asuhan Keperawatan Primer

Kelebihannya :
1) Model praktek profesional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar
5. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Pasien
Model asuhan keperawatan ini merupakan pengorganisasian
pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu
perawat pada saat tugas/jaga seama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan
menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Kelebihan :
1) Fokus Keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
2) Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang
komprehensif
3) Memotivasi perawat selalu bersama klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh bukan perawat
4) Mendukung penerapan proses keperawatan
5) Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat dicapai
Kelemahan :
1) beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas yang
sederhana terlewatkan
2) peserta didik sulit untuk memperoleh ketrampilan khusus yang tidak
dilakukan pada klien yang menjadi kelolaannya : misal katerterisasi,
NGT dsb
3) pendelegasian tugas tertentu
4) kelanjutan perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien bertugas

Kepala Ruangan

Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Pasien Pasien Pasien

6. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan Asuhan Keperawatan


Primer dan Tim)
Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3
perawat bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan
beban kasus, sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan
lanjutan kembali ke rumah sakit. Agar model ini efektif maka Kepala
Ruangan secara seksama menyusun tenaga profesional dan non profesional
serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga tersebut saling mengisi dalam
kemampuan, kepribadian, terutama kepemimpinan. Dalam menerapkan
model modular, 2-3 tenaga keperawatan bisa bekerjasama dalam tim, serta
diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola 8-12 kasus. Seperti pada
model primer, tugas tim keperawatan ini harus tersedia juga selama tugas
gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur, namun tanggung jawab
terbesar dipegang oleh perawat profesional. Perawat profesional
bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik perawat non
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan. Konsekuensinya peran
perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit dibandingkan
dengan perawat primer. Model modular merupakan gabungan dari model
tim dan primary model.
Interpretasi :
Pada hasil pengkajian, di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit
Universitas Jember model asuhan keperawatan yang digunakan model Tim
sejumlah 12 perawat (4 ners dan 8 ahli madya keperawatan) sudah termasuk
kepala ruangan, terdapat juga 2 pekarya kesehatan dan 1 orang administrasi
(data dapat dilihat di M1/ Man).
Model tim merupakan model asuhan keperawatan yang tepat dalam
melaksanakan fungsi manajemen evaluasi oleh kepala ruangan sehingga
implementasi dapat berjalan dengan baik.Selain itu, pelaksanaan metode tim
yang baik dapat memberikan pengaruh pada kinerja perawat akan lebih
tinggi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya dapat terjadi kegagalan jika tidak
adanya koordinasi dan keseimbangan antar perawat dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan pasien (Oktary, 2020).

D. Timbang Terima
Peneliatan yang dilakukan oleh Yulirocita, dkk (2018) mengatakan
bahwa pada tahap pelaksanaan timbang terima, unsur yang digunakan untuk
mengobservasi perawat dalam melakukan timbang terima terdiri dari 10 item
prosedur, yaitu melakukan timbang terima pasien dengan melakukan keliling
setiap pasien serta mengobservasi. Menyampaikan informasi terkait aspek
umum : jumlah pasien dan identitas pasien. Menyampaikan informasi terkait
diagnosa medis, keluhan utama, masalah keperawatan yang muncul.
Menyampaikan informasi terkait tindakan keperawatan yang telah dilakukan
baik mandiri maupun kolaborasi. Menyampaikan informasi terkait tindakan
yang akan dilakukan baik mandiri maupun kolaborasi. Menyampaikan
informasi terkait evaluasi dan perkembangan pasien. Menyampaikan informasi
terkait terapi medis, cairan, pemberian obat. Menyampaikan informasi terkait
kebersihan pasien dan lingkungan pasien, menyampaikan informasi terkait
peralatan medis-non medis.
Pada hasil pengkajian, timbang terima antar perawat setiap hari
dilakukan di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember
pada saat jam pergantian shift sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada
pukul 07.00 WIB, pukul 14.00 WIB dan pukul 21.00 WIB. Timbang terima
dilakukan di ruang rawat inap bedah dan di ruang pasien, selanjutnya hasil
kegiatan akan dicatat oleh perawat shift sebelumnya dalam melakukan
dokumentasi keperawatan.

Tabel 3.9 Proses Timbang Terima Ruang Melati (Ruang Bedah)

TAHAP KEGIATAN WAKT TEMPAT PELAKSANA


U
Persiapan 1. Kedua kelompok dinas sudah 5 menit Nurse Stat Kepala ruang,
Timbang siap dan berkumpul d Nurse ion Ketua Tim, Per
Terima Station awat pelaksana
2. Kepala Ruangan mengecek
kesiapan timbang terima tiap
perawat pelaksana
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan catatan,
perawat pelaksana yang akan
mengoperkan, menyiapkan
buku timbang terima dan
nursing kit
4. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima dan
dilanjutkan dengan doa
Post timb Melakukan klarifikasi dari hasil 10 meni Nurse stati Kepala ruang,
ang terim validasi data oleh perawat yang t on Ketua Tim,
a akan bertugas selanjutnya Perawat pelaks
1. Mengkonfirmasi identitas ana
klien dan diagnosa medis
2. Mengkonfirmasi masalah
keperawatan yang masih
muncul
3. Mengkonfirmasi tindakan
keperawatan yang telah
dilaksanakan secara umum
4. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan
operatif, pemeriksaan
laboratorium/ pemeriksaan
penunjang lain / persiapan
untuk konsultasi
5. Penutup oleh kepala ruang d
engan salam dan doa.

E. Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan
kebutuhan, mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan
yang akan dilakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya (Darlina, 2012).
Pelaksanaan Discharge Planning Menurut Zwicker & Picariello, (2003),
ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan discharge
planning adalah
1. Discharge planning merupakan proses multidisiplin dalam memenuhi
kebutuhan pasien.
2. Prosedur discharge planning dilaksanakan secara konsisten untuk semua
pasien.
3. Pengkajian juga dilakukan terhadap keluarga sebagai orang yang akan
melanjutkan perawatan.
4. Meyakinkan bahwa pasien dipindahkan ke lingkungan yang aman dan
memadai.
5. Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari rumah
sakit.
6. Discharge planning dimulai saat kontak pertama dengan pasien.
7. Informasi tentang discharge planning disusun berdasarkan hasil diskusi
dan kesepakatan antara tenaga kesehatan dengan pasien atau keluarga.
8. Keyakinan/kepercayaan pasien harus dipertimbangkan dalam menyusun
discharge planning

Interpretasi :
Pelaksanaan Discharge planning di Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit
Universitas Jember, setelah pasien mendapat persetujuan pulang dari dokter
maka ketua tim atau perawat pelaksana akan memberikan edukasi mengenai
anjuran pengobatan dirumah serta perawatan kepada pasien dan keluarga.
Dalam pendokumentasian di Ruang Melati pada saat discharge planning masih
dilakukan secara manual yaitu tertulis.

F. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan seluruh obat yang seluruhnya
dilakukan oleh perawat untuk administrasi ke pasien. Ketepatan pemberian
obat adalah proses pemberian ketepatan pemberian obat yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan 6 tepat obat, dan waspada terhadap efek samping. Proses
sentralisasi obat meliputi pembuatan strategi persiapan sentralisasi obat,
persiapan sarana yang dibutuhkan, membuat petunjuk teknis penyelenggaraan
sentralisasi obat, dan pendokumentasian hasil pelaksanaan (Nursalam, 2015).
Pelaksanaan sentralisasi obat secara optimal, dengan kepemimpinan kepala
ruangan, serta pengetahuan perawat dapat mempengaruhi proses ketepatan
pemberian obat oleh perawat dengan prinsip 6 T (tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat rute, tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W (waspada efek
samping), sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan pemberian obat selama
proses perawatan pasien (Kee & Hayes, 1996; Elliott & Liu, 2010).

1. Pengadaan obat
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang
berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan
proses pengadaan, dan pembayaran (Kemenkes, 2014). Pengadaan obat
dilakukan oleh perawat ruangan ketika persediaan obat yang ada di ruangan
telah habis. Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember
memiliki alur pengadaan obat sebagai berikut : Pengadaan obat di Ruang
Melati (Ruang Bedah) disesuaikan dengan resep yang diminta oleh dokter.
Pada alur pengadaan obat juga belum memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang baku dan jelas, sehingga secara umu apabila di etalase
obat telah kehabisan stok, kepala ruang atau perawat akan langsung
meminta obat tersebut pada bagian farmasi tanpa menuliskan surat
pengantar dari ruangan.

2. Penyimpanan obat
Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Penyimpanan obat di Ruangan Melati (Ruang Bedah), biasanya
menggunakan Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral yang memiliki tugas
untuk melakukan pelayanan terhadap resep obat dan alat kesehatan yang
digunakan untuk operasi yang bersifat selektif dan terencana.
3. Penyiapan obat
Obat yang akan diberikan untuk pasien akan disiapkan maksimal 30-60
menit sebelumnya. Tindakan menyiapkan obat ini dilakukan diruangan oleh
perawat yang bertugas dengan menggunakan prinsip konsep steril agar
mencegah masuknya zat asing (bakteri, virus, kuman) ke dalam obat yang
akan diberikan pada pasien atau dimasukkan ke dalam tubuh pasien.
4. Pemberian atau penggunaan obat
Pelaksaanan pemberian obat, perawat di Ruang Melati (Ruang Bedah) harus
memperhatikan resep obat yang diberikan dengan tepat, hitungan yang tepat
pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 7
benar, yaitu sebagai berikut :
a) Benar Klien
b) Benar Obat
c) Benar Dosis Obat
d) Benar Waktu Pemberian
e) Benar Cara Pemberian (rute)
f) Benar Dokumentasi
g) Benar Informasi

G. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggungjawab perawat
untuk perawatan pasien. Catatan klinis memfasilitasi pemberian perawatan,
meningkatkan kontiunitas perawatan, dan membantu mengkoordinasikan
pengobatan dan evaluasi klien. Dokumentasi keperawatan dapat didefinisikan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat dimulai dari
proses pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan
keperawatan dan evaluasi yang dicatat baik berupa elektronik maupun manual
serta dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat. Dokumentasi baik berupa
kertas, elektronik, audio maupun visual dapat digunakan untuk memantau
kemajuan klien serta dapat dijadikan alat komunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya.
Dokumentasi keperawatan mempunyai tujuan yang sangat penting dalam
bidang keperawatan, yaitu mengkonfirmasikan data pada semua anggota tim
kesehatan, memberikan bukti untuk tujuan evaluasi asuhan keperawatan,
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat, sebagai metode pengembangan
ilmu keperawatan (Olfah dan Ghofur, 2016). Sedangkan menurut Hidayat
(2009) dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu catatan yang memuat
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan secara moral dan hokum, disamping itu dokumentasi asuhan
keperawatan juga merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk
kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan layanan
dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan
tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009 dalam Basri dkk, 2020). Dokumentasi
keperawatan mempunyai makna penting bisa dilihat dari berbagai aspek
(Nursalam, 2009), antara lain:

1. Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan
bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah (misconduct) yang
berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai
pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat
dipergunakan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu, data-data harus
diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh
tenaga kesehatan (perawat), diberi tanggal, dan perlu dihindari adanya
penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah.

2. Kualitas Pelayanan
Pendokumentasian data klien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien.
Untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa
jauh masalah dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi yang
akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan
keperawatan.

3. Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “perekam” terhadap masalah
yang berkaitan dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan lain dapat
melihat dokumentasi yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai ekonomi, semua asuhan keperawatan yang
belum, sedang, dan telah diberikan dan didokumentasikan dengan lengkap
dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam perhitungan
biaya keperawatan bagi klien.

5. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena dokumentasi
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi peserta didik
atau profesi keperawatan.

6. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat
didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.

7. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai tingkat
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan guna
pembinaan dan pengembangan tingkat lanjut. Hal ini selain bermanfaat
bagi peningkatan mutu kualitas pelayanan juga bagi individu perawat
dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.

Interpretasi :
Pada Ruang Melati (Ruang Bedah) Universitas Jember mekanisme
dokumentasi yang dilakukan masih belum terstruktur dan masih
menggunakan dokumentasi manual (tulis tangan). Hal ini memungkinkan
terjadinya misscomunication antar perawat atau ada informasi penting
yang terlewat sehingga nantinya dapat berdampak pada kualitas pelayanan
pasien. Sedangkan pendokumentasian sangat penting untuk digunakan
sebagai sumber informasi dan alat komunikasi yang dapat memberikan
informasi mengenai kondisi pasien baik untuk perawat, dokter maupun
pembuat kebijakan. Pendokumentasian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara manual akan membutuhkan banyak waktu, ketelitian,
ketelatenan dan motivasi yang kuat dari perawat (Olfah dan Ghofur, 2016).
Pendokumentasian secara manual (tertulis) mempunyai kelemahan yaitu
sering hilang. Pendokumentasian lembaran-lembaran kertas, besar
kemungkinan akan tercecer atau terselip. Pendokumentasian secara tertulis
memerlukan tempat penyimpanan sehingga menyulitkan untuk pencarian
kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan.
Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan
merugikan perawat. Perawat tidak dapat menunjukkan bukti legal, yang
menyebabkan perawat rentan terhadap gugatan hukum. Selain itu
pendokumentasian asuhan keperawatan secara manual membutuhkan
waktu yang lama dan sangat tidak efektif (Olfah dan Ghofur, 2016).
Berdasarkan pengalaman saat AKK, pendokumentasian masih dilakukan
secara manual dengan menggunakan check list dan beberapa bagian
diuraikan dengan kalimat. Format pendokumentasian yang panjang dan
kompleks terkadang menimbulkan rasa jenuh sehingga perawat yang telah
melaksanakan tindakan keperawatan tidak segera melakukan
pendokumentasian, melainkan pada saat akan pergantian shift dan akan
dilaporkan saat timbang terima.

H. Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan


Standart pelaksanaan asuhan keperawatan berfokus pada perawatan dan
pelayanan klien dimana tujuan dari tindakkan keperawatan adalah untuk
mencapai outcome dari asuhan keperawatan. SAK merupakan Standar Asuhan
Keperawatan yang ditetapkan oleh Depkes dan dijadikan sebagai pedoman di
rumah sakit. Di Indonesia secara legal telah ditetapkan SAK, hal ini
diberlakukan dan diterapkan di Rumah Sakit di seluruh Indoenesia melalui SK
Direktorat Pelayanan Medik No. YM 00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang
berlakunya SAK di rumah sakit sebagai salah satu kriteria asuhan profesional,
tolak ukur mutu asuhan keperawatan, dan salah satu dasar hukum asuhan
profesional. Selain itu peraturan tentang SAK juga diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan di Rumah Sakit Khusus yang dikembangkan dan dikomunikasikan
sebagai pedoman operasional dalam pelayanan keperawatan (Kemenkes,
2015). Terdapat 6 (enam) standar asuhan keperawatan yaitu: pengkajian,
diagnosa keperawatan, identifikasi hasil, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Berikut penjelasan dari setiap standar asuhan keperawatan (Olfah dan
Ghofur, 2016):
Standar I: Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu proses dinamis dimana perawat, melalui
interaksi dengan klien, orang lain yang signifikan, dan penyedia layanan
kesehatan, mengumpulkan dan menganalisis data tentang klien. Penilaian lebih
luas daripada mengamati dan mengumpulkan data. Ini mencakup penerapan
proses seperti berpikir kritis dan penilaian profesional yang digunakan dalam
memprioritaskan, mengidentifikasi kebutuhan yang mendesak dan diantisipasi,
menganalisa implementai medis dan keperawatan ditujukan untuk hasil yang
tepat, dan menyediakan kontinum perawatan holistik (ANA, 2008).
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dan
melibatkan pengumpulan sistematis dan disengaja informasi untuk menentukan
status fungsional dan kesehatan seseorang saat ini dan masa lalu. Selain itu,
selama pengkajian keperawatan, perawat mengevaluasi sekarang dan masa lalu
pola koping orang tersebut. Informasi untuk pengkajian keperawatan diperoleh
melalui wawancara dengan orang atau keluarga atau staf yang sesuai anggota,
pemeriksaan fisik, observasi, review catatan, dan kolaborasi dengan
profesional kesehatan lainnya.
Standar II: Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnostik adalah langkah ke dua dalam proses keperawatan
dan melibatkan analisis informasi yang diperoleh selama tahap penilaian dan
evaluasi atas status kesehatan seseorang berdasarkan informasi tersebut.
Diagnosa keperawatan sebagai komponen proses keperawatan adalah untuk
mencerminkan penilaian klinis perawat tentang respon seseorang untuk kondisi
kesehatan aktual atau potensial atau kesejahteraan.
Perawat menganalisis data pengkajian dalam menetapkan diagnosis
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Diagnosis berasal dari pengkajian.
b. Diagnosis divalidasi bersama pasien, keluarga, dan pemberi perawatan lain,
jika memungkinkan dan sesuai.
c. Diagnosis didokumentasikan dengan cara yang memudahkan penetapan
hasil yang diharapkan dan memudahkan rencana perawatan.
d. Pernyataan diagnosis keperawatan yang didokumentasikan terdiri dari
masalah, etiologi, serta tanda dan gejala yang mendukung masalah tersebut.
Contoh pernyataan diagnosis keperawatan adalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan tidak adekuat ditandai
dengan pasien menyatakan “saya tidak selera untuk makan”, porsi makan
tidak dihabiskan, berat badan turun 1 (satu) kilogram dalam 1 (satu) minggu
terakhir
Standar III: Identifikasi Hasil
Perawat mengidentifikasi hasil individual yang diharapkan pasien.
a. Hasil berasal dari diagnosis.
b. Hasil dirumuskan bersama pasien, keluarga, dan pemberi perawatan lain,
jika memungkinkan dan sesuai.
c. Hasil secara kultural sesuai dan realistik dalam hubungannya dengan
keberadaan dan potensi kemampuan pasien.
d. Hasil dapat dicapai dalam hubungannya dengan sumber yang tersedia untuk
pasien.
e. Hasil mencakup prediksi waktu untuk pencapaian tujuan.
f. Hasil memberi arahan untuk kontinuitas perawatan.
g. Hasil didokumentasikan sesuai tujuan yang dapat diukur.
h. Contoh pernyataan hasil yang didokumentasikan adalah “Dalam waktu 2 x
24 jam kekurangan nutrisi dapat diatasi” dengan kriteria hasil: Pasien
menyatakan mau makan untuk kesembuhan, porsi makan yang diberikan
selalu dihabiskan, berat badan meningkat 0,2 kilogram dalam waktu 1 (satu)
minggu.
Standar IV: Perencanaan
Rencana keperawatan merupakan dokumen perawatan terhadap pola
respon manusia yang akan ditangani oleh implementasi keperawatan, tujuan
dan panduan setiap perawat untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan memberikan kriteria hasil untuk pengukuran kemajuan
pasien. Atas dasar rencana ini, perawat berkontribusi secara efektif dengan
perumusan rencana perawatan interdisipliner dan implementasi terapeutik yang
kolaboratif. Perawat membuat rencana keperawatan yang menentukan
implementasi untuk mencapai hasil yang diharapkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Rencana perawatan individual pada pasien dan kondisi atau kebutuhan
pasien.
b. Rencana perawatan dikembangkan bersama pasien, keluarga, dan pemberi
perawatan lain, jika memungkinkan dan sesuai.
c. Rencana perawatan merefleksikan praktik keperawatan saat ini.
d. Rencana perawatan memungkinkan kontinuitas perawatan.
e. Prioritas keperawatan ditetapkan.
f. Rencana perawatan didokumentasikan.
g. Komponen perencanaan proses keperawatan adalah untuk membuat
perencanaan perawatan yang bertujuan untuk menentukan tujuan dan
implementasi yang akan diberikan kepada orang tersebut untuk
mempromosikan, memelihara, atau memulihkan kesehatan mereka,
mencegah penyakit.
h. Melibatkan pasien dan keluarga dalam rencana perawatan.
i. Mengelompokkan data berdasarkan permasalahan yang dikelompokkan
sesuai prioritas masalah, yang memberikan kontribusi pada identifikasi
tujuan yang realistis dan terukur.
j. Revisi/perbaikan dari dokumentasi yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan di tuliskan secara terpisah.
Standar V: Implementasi
Dalam melaksanakan rencana perawatan, perawat menggunakan berbagai
implementasi yang dirancang untuk mencegah masalah kesehatan mental dan
fisik serta mempromosikan, memelihara, dan memulihkan kesehatan mental
dan fisik. Perawat memilih implementasi sesuai dengan level praktik.
Standar VI: Evaluasi
Evaluasi adalah langkah ke lima dalam proses keperawatan. Dalam
langkah ini perawat menentukan kemajuan seseorang menuju tujuan pertemuan
kesehatan, nilai rencana keperawatan perawatan dalam mencapai tujuan
tersebut, dan kualitas keseluruhan perawatan yang diterima oleh orang tersebut.
Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dan tindakan yang mungkin hasil
dari langkah evaluasi. Asuhan keperawatan merupakan proses dinamis yang
melibatkan perubahan status kesehatan pasien dari waktu ke waktu, sehingga
menimbulkan kebutuhan akan data baru, diagnosa yang berbeda, dan
modifikasi dalam rencana perawatan. Oleh karena itu, evaluasi merupakan
proses yang berkesinambungan menilai pengaruh intervensi keperawatan
danrejimen pengobatan pada status kesehatan konsumen dan hasil kesehatan
yang diharapkan.
Pada Ruang Melati (Ruang Bedah) di Rumah Sakit Universitas Jember
dalam melakukan proses asuhan keperawatan berpedoman pada Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) untuk menentukan diagnosa
keperawatan, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk
menentukan outcome yang akan dicapai, dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.

I. Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO)


Sesuai dengan peraturan yang menyatakan bahwa setiap tenaga
kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien (pasal 13 ayat, UU RS, tahun 2009). Perawat sebagai
bagian dari tenaga kesehatan perlu memberikan pelayanan asuhan keperawatan
dengan memperhatikan mengikuti peraturan dan standar yang berlaku di rumah
sakit.
Pelaksanaan Standar Operasional Keperawatan di Ruang Melati (Ruang
Bedah) hanya sedikit sekali Standar Operasional Prosedur (SOP) tindakan
medis atau keperawatan yang sesuai dan masih up to date untuk digunakan.
Pelaksanaan asuhan keperawatan di Ruang Melati (Ruang Bedah) sudah sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh rumah sakit
meskipun hanya sedikit Standar Operasional Prosedur (SOP) tindakan yang
sesuai dan masih up to date. Berikut Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
tersedia di Ruang Melati (Ruang Bedah), antara lain :
1. SOP Pengukuran Tanda-tanda vital
2. SOP pemasangan infus
3. Pemberian obat per oral.
4. Pemberian obat bukal.
5. Pemberian obat topikal.
6. Pemberian obat rektal.
7. Pemberian obat sublingual.
8. Pemberian obat melalui infus.
9. SOP pemasangan, perawatan, dan pelepasan kateter Urine.
10. Injeksi intra muscular, intravena, intra kutan, sub kutan.
11. Pemberian oksigen melalui nasal kanul, RM dan NRM.
12. SOP pemberian posisi fowler, semi fowler, pronasi, supinasi,
trendelenburg, sim, dorsal recumben.
13. SOP nebulizer.
14. Cuci tangan bersih.
15. Pemasangan NGT (naso gastrik tube).
16. Pemberian makan melalui NGT.
17. SOP Persiapan pasien untuk operasi.
J. Supervisi
Supervisi merupakan kegiatan merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan secara menyeluruh
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota. Supervisi
dalam praktik keperawatan profesionalan merupakan proses memberikan
berbagai sumber yang dapat membantu perawat dalam menyelesaikan tugas
untuk mencapai tujuan organisasi. Kegiatan yang dilakukan berupa
pengawasan dan pembinaan secara berksenimbungan yang dilakukan oleh
supervisor meliputi masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan
peralatan dengan tujuan perawat dapat memberikan pelayanan yang bermutu
kepada pasien (Nursalam, 2014). Sedangkan menurut Mugiarti (2016)
supervisi merupakan kegiatan terencana yang dilakukan oleh seorang manajer
dengan aktifitas, pengarahan, bimbingan, observasi, memberikan motivasi dan
mengevaluasi staf dalam melakukan tugas atau kegiatan sehari-hari. Dalam
keperawatan supervisi dapat dilakukan misalnya kepada perawat pelaksana
terkait pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu dengan memberikan
pengarahan,bimbingan, observasi serta motivasi dan evaluasi.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan pelaksanaan supervisi yang
dilakukan oleh kepala ruangan di Ruang Melati Rumah Sakit Universitas
Jember dapat diklasifikasikan dalam keadaan kurang baik. Supervisor telah
malakukan supervisi secara langsung dan tidak langsung di Ruang Melati
Rumah Sakit Universitas Jember satu bulan sekali mengenai kinerja perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Saat supervise oleh
kepala ruang ditemukan adanya pelaksanaan yang tidak sesuai dengan standar
pendokumentasian yaitu dokumentasi yang dibuat oleh perawat belum
terstruktur dan perawat juga belum menjalankan patient safety. Pada saat
pelaksanaan supervisi jarang dilakukan dan saat pelaksanaannya kepala
ruangan sering kali lupa dalam memberikan bimbingan serta pengarahan dari
pengkajian sampai evaluasi pada perawat pelaksana sehingga perawat tidak
mengevaluasi dengan baik hasil dari pelaksaan supervise yang telah dilakukan.
K. Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan sistem atau metode yang
digunakan untuk merefleksikan pengalaman klinis pertugas kesehatan
khususnya perawat dan bidan dalam menerapkan standard dan uraian tugas.
Pengalaman yang direfleksikan berupa pengalaman klinis menarik dan aktual
seperti kegagalan maupun keberhasilan ketika memberikan pelayanan
keperawatan maupun kebidanan. Selain itu DRK juga dilaksanakan untuk
menemukan masalah dan menetapkan upaya penyelesaiannya seperti rencana
menyusun SOP yang terbaru sesuai dengan standar yang ada. Sedangkan
menurut Kurniasih dkk (2020) Diskusi refleksi kasus atau DRK merupakan
salah satu kegiatan yang bertujuan dalam memecahkan masalah yang muncul
dalam pelayanan kesehatan, jika kegiatan ini dilakukan secara konsisten dan
teratur maka hal ini dapat mendorong perawat untuk lebih memahami hubugan
antara standar dengan kegiatan tindakan keperawatan yang dilakukan sehingga
nantinya dapat mengembangkan mutu pelayanan keperawatan.
Hasil observasi di Ruang Melati (Ruang Bedah) terdapat patient safety
yang belum maksimal berjalan karena banyak kendala dalam pelaksanaanya.
Sehingga perlu dilakukan diskusi refleksi kasus untuk meminimalisir risiko
jatuh pada klien, namun belum ada diskusi atau pembahasan untuk
penyelesaian kendala dalam pelaksanaan patien safety yang kurang maksimal.
Selain itu, pelaksanaan DRK belum dilakukan secara rutin dibuktikan dengan
sedikitnya SOP tindakan medis atau keperawatan yang sesuai dan up to date
untuk digunakan. Ketidaksesuain SOP dikhawatirkan dapat mempengaruhi
kualitas pelayanan dan perawatan yang diberikan petugas kesehatan kepada
pasien.

L.Program Pengendalian Indikator Klinik


Standar indikator mutu merupakan kepuasan pasien, kenyamanan,
kecemasan, perawatan diri, pengetahuan, serta perilaku pasien. Peningkatan
mutu merupakan prioritas utama di rumah sakit. Upaya yang dilakukan yaitu
pembangunan sarana, prasarana, pengadaan peralatan, serta ketenagaan serta
perangkat lunak lainnya (Nursalam, 2014). Berikut adalah dasar upaya
peningkatan mutu medis di rumah sakit, yaitu:
1) Pengelolaan kesehatan terpadu harus dikembangkan supaya dapat
mendorong peran serta masyarakat, termasuk dalam pembangunan
kesehatan
2) Pada sistem pembangunan kesehatan nasional disebutkan bahwa dalam
waktu dekat harus ditetapkan metode akreditasi pelayanan rumah sakit agar
dapat dilakukan penilaian mutu serta jangkauan layanan rumah sakit secara
berkala yang dapat digunakan untuk menetapkan kebjaksanaan
pengembangan atau peningkatan mutu rumah sakit
3) Tujuan program kesehatan rujukan serta rumah sakit Repelita VI:
Peningkatan kemampuan sarana kesehatan rujukan dan rumah sakit untuk
mendukung pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan
pemanfaatan sarana dengan memberikan pelayanan yang lebih luas,
bermutu dan efisien (SNARS, 2018).

Pada pengendalian program indikator klinik terdapat keselamatan pasien


terkait kejadian infeksi nosocomial. Hal tersebut disebabkan oleh Bed pasien
yang selalu penuh, sehingga tidak ideal menurut ketentuan indikator Bed
Occupancy Rate (BOR). Bed tersebut dapat menjadi media penularan
penyakit/infeksi nosokomial dari satu pasien ke pasien lainnya karena bed
pasien butuh waktu untuk dapat digunkaan kembali setelah dibersihkan agar
kuman yang menempel pada ranjang/bed pasien Ruang Melati mati.
Selanjutnya standar kelayakan bed juga di bawah kategori baik, apabila
digunakan terus-menerus tanpa jeda berpengaruh terhadap kekuatan tekanan
bed, dapat menimbulkan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) seperti bed roboh
saat digunakan pasien sehingga berisiko pasien jatuh-cacat/ mati.
Berdasarkan pengkajian pada Ruang Melati pelaksanaan patient safety
yang belum maksimal berjalan karena banyak kendala dalam pelaksanaanya.
Sehingga, dapat disimpulkan program pengendalian indikator keselamatan
pasien belum berjalan dengan baik.
M. Analisis masalah
1. Pelaksanaan discharge planning yang dilakukan di ruang melati dalam
pendokumentasiannya dilakukan secara manual/tertulis dan masih belum
terstruktur
2. Ruang Melati (Ruang Bedah) belum memiliki Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang baku dan jelas dalam alur pengadaan obat.
3. Pada Ruang Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember masih
menggunakan mekanisme dokumentasi yang belum terstruktur,
dokumentasi yang dilakukan selama ini masih menggunakan dokumentasi
manual dengan tulis tangan.
4. Pelaksanaan Standar Operasional Keperawatan di Ruang Melati (Ruang
Bedah) hanya sedikit sekali Standar Operasional Prosedur (SOP) tindakan
medis atau keperawatan yang sesuai dan masih up to date untuk
digunakan.
5. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan di Ruang
Melati (Ruang Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember dilakukan dalam
sebulan sekali namun pelaksanaannya masih belum maksimal sehingga
dapat diklasifikasikan dalam keadaan kurang baik.
6. Pelaksanaan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Melati (Ruang
Bedah) belum berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan patient
safety yang belum maksimal dan belum ada diskusi atau pembahasan
untuk penyelesaian masalah tersebut. Selain itu DRK belum dilakukan
secara rutin dibuktikan dengan sedikitnya SOP tindakan medis atau
keperawatan yang sesuai dan up to date untuk digunakan. Program
pengendalian indikator Patient safety terkait KTD dan infeksi nosocomial
belum berjalan.
3.1.4 Sumber Keuangan (Money/ M4)
1. Manajemen Keuangan Ruang Melati
Sumber keuangan Rumah Sakit Universitas Jember berasal dari dua
sumber pendanaan yaitu pendanaan eksternal dan internal. Sumber pendanaan
eksternal yaitu yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Dana Bagi
Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT), kemudian dialirkan ke rumah sakit
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sedangkan sumber pendanaan
internal ini yaitu termasuk dana dari masyarakat yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan kartu BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan pelayanan kesehatan dengan
status umum atau mandiri. Pada pasien umum pembayarannya lebih mahal
karena tidak dibantu oleh pihak asuransi kesehatan.
Sumber dana yang berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
(DBH CHT) dengan pemerintah daerah kabupaten Jember Provinsi Jawa
Timur dan Permenkes Nomor 222/PMK.07/2017 tentang Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH
CHT), dengan alokasi dana paling sedikit 50% dapat dimanfaatkan sebagai
iuran jaminan kesehatan bagi masyarakat yang telah di daftarkan oleh
Pemerintah Daerah atau pembayaran iuran jaminan kesehatan pekerja yang
terkena pemutusan hubungan kerja, kegiatan pelayanan kesehatan baik
kegiatan promotif/ preventif maupun kuratif/ rehabilitatif, penyediaan/
peningkatan/ pemeliharaan sarana/ prasarana kesehatan dan pelatihan tenaga
administratif/ tenaga kesehatan yang bekerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan).
Rumah sakit Universitas Jember mengalami keterlambatan dalam
pencairan dana dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan),
hal ini menimbulkan masalah pada manajemen keuangan Rumah Sakit
sehingga berdampak kepada mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan
Rumah Sakit Universitas Jember.
2. Pengelolaan keuangan
Pendanaan yang bersumber dari dana eksternal yaitu Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT)
akan di proses terlebih dahulu oleh Dinas Kesehatan kabupaten/ kota kemudian
dilimpahkan oleh pihak Rumah Sakit. Sedangkan untuk dana internal seperti
masyarakat umum seperti pasien yang memililiki status Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS Kesehatan) atau Kartu Indonesia Sehat (KIS)
di kelola oleh pihak manajemen/ administrasi Rumah Sakit terlebih dahulu,
kemudian laporan di serahkan ke Dinas Kesehatan kabupaten/ kota setempat
dan dana akan dikembalikan sesuai alokasi kebutuhan Rumah Sakit pada pihak
manajemen keuangan Rumah Sakit sebelum akhirnya di limpahkan kepada
pihak administrasi ruang Melati (ruang Bedah).
Proses menejemen keuangan yang masih berpusat di Dinas Kesehatan
kabupaten/ kota sebelum nantinya akan di limpahkan kepada Manajemen
Keuangan Rumah Sakit menjadi masalah tersendiri terlebih Rumah Sakit
Universitas Jember belum berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dan memiliki fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan. Permasalahan yang terjadi yaitu terkait
mekanisme pengajuan pengadaan barang pada Ruang Melati (Ruang Bedah)
Rumah Sakit Universitas Jember juga kurang maksimal karena birokrasi yang
di nilai cukup menyusahkan, dengan status Non-BLUD maka pihak Rumah
Sakit tidak dapat secara fleksibel mengelola keuangannya untuk melakukan
pengadaan barang yang sifatnya penting atau segera di butuhkan.

3. Sumber Kesejahteraan Karyawan


Kesejahteraan yang diterima oleh karyawan di Ruang Melati (Ruang
Bedah) Rumah Sakit Universitas Jember yaitu bersumber dari gaji pokok serta
dana jasa pelayanan keperawatan dan kesehatan. Ketenagaan perawat dengan
status PNS dan Non-PNS menerima pendapatan yang berbeda. Kenagaan
perawat yang berstatus PNS dapat menerima gaji pokok yang bersumber dari
pemerintah, kemudian besaran gaji yang diterima disesuaikan dengan pangkat
dan golongan dari pegawai yang bersangkutan (PP No. 15 Tahun 2019 Tentang
Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil). Sedangkan tenaga perawat yang Non-
PNS mendapatkan gaji pokok dari honorarium Rumah Sakit. Dana tambahan
dari jasa pelayanan keperawatan dan kesehatan berasal dari Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS Kesehatan) dengan besaran
dana jasa pelayanan keperawatan dan kesehatan yang di terima oleh tenaga
perawat dengan status PNS dan Non-PNS di sesuaikan dengan jenjang karir
masing-masing perawat yang sudah di atur dalam Permenkes RI No. 40 Tahun
2017 Tentang Jenjang Karir Perawat Profesional Klinis.

4. Analisis Masalah pada Keuangan


a) Keterlambatan pencairan dana dari BPJS Kesehatan mengakibatkan
masalah pada manajemen keuangan Rumah Sakit yang mengakibatkan
penurunan mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan Rumah Sakit
Universitas Jember
b) Rumah sakit Universitas Jember belum berstatus Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) yang dapat membantu untuk mendapatkan keuntungan
dan fleksibilitas dalam pengolaan keuangan. Hal ini menyebabkan
pengelolaan menejemen keuangan membutuhkan waktu yang lama.
c) Rumah Sakit Universitas Jember tidak dapat secara fleksibel mengelola
keuangannya untuk melakukan pengadaan barang yang sifatnya penting
atau segera di butuhkan, karena birokrasi yang di nilai cukup
menyusahkan.
d) Ketenagaan perawat Non-PNS mendapatkan gaji pokok dari honorarium
Rumah Sakit, jika keuangan Rumah Sakit mendapatkan keuntungan kecil
maka gaji perawat akan semakin kecil.
3.1.5 Marketing (M5)
a. Jumlah Rata-Rata Pasien Per Hari di Ruang Melati Rumah Sakit Universitas
Jember

Bulan Juni Juli Agustus


Jumlah Pasien 570 pasien 589 pasien 589 pasien
Jumlah Hari 30 hari 31 hari 31 hari
Rata-Rata 19 pasien 19 pasien 19 pasien

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien di


ruang melati Rumah Sakit Universitas Jember terhitung pada bulan Juni-
Agustus 2021 didapatkan rata-rata setiap hari sebanyak 19 pasien,
kebutuhan bed pasien setiap hari penuh.
b. BOR, ALOS, TOI, BTO, NDR di Ruang Melati 2021

Kategor Juni Juli Agustus Standart


i Ideal
BOR 570 / (23x30) 589 / (23x31) 589 / (23x31) 60-85%
x 100% = x 100% = x 100% =
82,6% 82,6% 82,6%
ALOS 570 : 90 = 6,3 589 : 92 = 6,4 589 : 96 = 6,1 6-9 hari
hari hari hari
TOI 23x30-570 / 23x31-589 / 92 23x31-589 / 96 1-3 hari
90 = 1,33 / = 1,34 / hari = 1,29 / hari
hari
BTO 90 : 23 = 3,91 92 : 23 = 4 96 : 23 = 4,17 40-60
setahun
NDR 2 : 90 x1000% 1 : 92 x 1000% 2 : 96 x 1000% < 25 per
= 22,22 = 10,86 = 20,83 1000

1) Bed Occupac

1) Bed Occupacy Rate (BOR)


BOR adalah perhitungan tempat tidur yang terpakai). BOR merupakan
presentase dari pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu.
Indikator BOR untuk mengetahui gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang ada di rumah sakit. Standar internasional
BOR dikatakan dalam kategori baik adalah 80-90 % sedangkan standar
nasional BOR sekitar 70-80 % (Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam
Praktek Keperawatan, Kemenkes RI 2016). BOR ideal 60-85 % (Sistem
Informasi Kesehatan II, Kemenkes RI 2018)

Rumus :
BOR = Jumlah hari perawatan/ (Jumlah tempat tidur x jumlah hari per
satuan waktu) x 100 %.
Keterangan :
a) Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien di rawat dalam satu
hari kali jumlah hari dalam satuan waktu.
b) Jumlah hari per satuan waktu. Kalau di ukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
Interpretasi :
Bed Occupacy Rate (BOR) di Ruang Melati Rumah Sakit Universitas
Jember didapatkan hasil presentase dalam rentang ideal 60-85 %, yakni
pada bulan Juni, Juli, dan Agustus adalah 82,6%.

2) Average Length of Stay (ALOS)


ALOS adalah perhitungan rata-rata lama rawat. ALOS merupakan rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator ALOS untuk mengetahui gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu
pengamatan lebih lanjut) (Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek
Keperawatan, Kemenkes RI 2016). Standart ALOS yang ideal antara 6-9
hari. ALOS yaitu rata-rata lama rawat dari pasien keluar (hidup+mati) pada
periode tertentu (Sistem Informasi Kesehatan II, Kemenkes RI 2018).
Pengukuran ALOS dilakukan oleh Kepala Ruangan di ruang MPKP yang
dibuat setiap bulan dengan rumus, yaitu :
Rumus :
ALOS = Jumlah hari perawatan pasien keluar/ jumlah pasien keluar (hidup/ mati).
Keterangan :
a) Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
b) Jumlah pasien keluar (hidup/ mati) adalah jumlah pasien yang pulang
atau meninggal dalam satu periode waktu
Interpretasi hasil :
Average Lenght of Stay (ALOS) di Ruang Melati Rumah Sakit Universitas
Jember berada dalam rentang ideal antara 6-9 hari, yaitu yakni pada bulan
Juni 6,3 hari, pada bulan Juli 6,4 hari, dan pada bulan Agustus 6,1 hari.

3) Turn Over Interval (TOI)


TOI adalah tempat tidur tidak terisi). Turn Over Interval yaitu rata-rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati pada saat di isi ke saat terisi berikutnya.
Indikator TOI untuk mengetahui gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur (Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan,
Kemenkes RI 2016). Turn Over Interval merupakan rata-rata hari dimana
tempat tidur pada periode tertentu tidak terisi antara pasien keluar atau
meninggal dan pasien masuk berikutnya (Sistem Informasi Kesehatan II,
Kemenkes RI 2018). Standart TOI idealnya tempat tidur kosong sekitar 1-3
hari (Juknis SIRS, 2011). Pengukuran TOI di lakukan oleh Kepala Ruangan
di MPKP yang di buat setiap bulan dengan rumus, yaitu :
Rumus :
TOI = (Jumlah TT x hari) - hari perawatan RS/ jumlah pasien keluar (hidup/
mati).
Keterangan :
a) Jumlah TT adalah jumlah total kapasitas tempat tidur yang di miliki.
b) Hari perawatan adalah jumlah total hari perawatan pasien yang keluar
hidup dan mati.
c) Jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar
baik pulang, mutasi lari atau meninggal.
Interpretasi :
Turn Over Interval (TOI) di Ruang Melati Rumah Sakit Universitas Jember
berada dalam rentang ideal sekitar 1-3 hari, yaitu pada bulan Juni 1,33 hari,
bulan Juli 1,34 hari , dan bulan Agustus 1,29 hari.

4) Bed Turn Over (BTO)


BTO adalah angka perputaran tempat tidur. Bed Turn Over rate yaitu berapa
kali satu tempat tidur di pakai oleh pasien pada periode tertentu. Tingkat
perputaran pemakaian tempat tidur berguna karena dua periode waktu
mungkin memiliki presentase hunian yang sama, namun tingkat Turn Over
mungkin berbeda (Sistem Informasi Kesehatan II, Kemenkes RI
2018).Standart BTO idealnya satu tempat tidur rata-rata di pakai 40-50 kali
dalam setahun (Juknis SIRS, 2011). BTO digunakan untuk membandingkan
satu fasilitas dengan fasilitas yang lain atau membandingkan tingkat utilisasi
untuk periode waktu yang berbeda atau untuk unit yang berbeda dari
fasilitas yang sama. (Horton, 2017 dalam Sistem informasi Kesehatan II,
Kemenkes RI 2018). Perhitungan BTO dengan rumus sebagai berikut :
Rumus langsung (direct formula):
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) pada periode tertentu/ rata-rata
tempat tidur tersedia pada periode tertentu.
Rumus tidak langsung (indirect formula) :
BTO = BOR x jumlah hari pada periode tertentu/ rata-rata lama rawat.
Interpretasi hasil :
Bed Turn Over (BTO) di Ruang Melati Rumah Sakit Universitas Jember
pada bulan Juli-Agustus didapatkan rata-rata satu tempat tidur di pakai
sebanyak 4 kali pemakaian. Jika di akumulasi BTO dalam rentang ideal satu
tahun adalah 48 kali dan berada di atas rata-rata ideal yaitu 40-50 kali
menurut Juknis SIRS, 2011.

5) Net Death Rate (NDR)


NDR adalah angka kematian dalam 48 jam setelah di rawat untuk tiap-tiap
1000 penderita yang keluar. Indikator NDR untuk mengetahui gambaran
mutu pelayanan di Rumah Sakit. Nilai NDR yang masih bisa diterima yaitu
kurang dari 25 per 1000 (Juknis SIRS, 2011).
Rumus :
NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam di rawat / jumlah pasien keluar
(hidup+mati) x 1000 %.
Interpretasi hasil :
Net Death Rate (NDR) di Ruang Melati Rumah Sakit Universitas Jember
didapatkan hasil dalam batas nilai tolerir yaitu pada bulan Juni = 22,22
perMil, bulan Juli = 10,86 perMil dan bulan Agustus = 20,83 per Mil.

c. Tingkat Kepuasan Pasien


Tingkat Kepuasan pasien berkaitan dengan kesembuhan pasien dari rasa
sakit atau terluka dan/atau ketidaknyamanan, hal ini berhubungan dengan
konsekuensi sifat dari pelayanan kesehatan yang diperoleh pasien, sasaran,
dan hasil pelayanan. Kepuasan pasien yaitu respon evaluatif, afektif atau
emosional mengenai mutu suatu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit
serta harapan pasien terhadap pelayanan tersebut (Mumu, 2015). Faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu : (Nooria, 2008)

1. Kualitas produk atau jasa, dimana pasien akan merasakan puas jika
hasil evaluasi mereka didapati bahwa produk atau jasa yang digunakan
berkualitas. Persepsi pasien mengenai kualitas produk atau jasa
dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas produk atau jasa dan
komunikasi perusahaan, dalam hal ini rumah sakit dalam mengiklankan
tempatnya.
2. Mutu pelayanan yaitu pasien akan merasa puas jika mereka
memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diinginkan.
3. Faktor emosional yaitu pasien akan merasa bangga, puas dan kagum
terhadap rumah sakit yang dipandang “rumah sakit mahal”.
4. Harga yaitu semakin mahal harga perawatanyang diberikan kepada
pasien maka pasien memiliki harapan yang lebih besar. Sedangkan
rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai
yang lebih tinggi pada pasien.
5. Biaya yaitu pasien tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan
jasa pelayanan, tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau, maka
pasien cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
6. Lokasi yaitu meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan
lingkungannya. Lokasi merupakan salah satu aspek yang menentukan
pasien untuk mempertimbangkan dalam memilih rumah sakit. Biasanya
semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah
dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan
semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit
tersebut.
7. Fasilitas yaitu kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan
penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan
prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar
rawat inap.
8. Image yaitu reputasi, citra, dan kepedulian perawat terhadap
lingkungan.
9. Desain visual yaitu dekorasi dan penataan ruangan rumah sakit ikut
dalam menentukan kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu
desain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi
terhadap kepuasan pasien atau konsumen.
10. Suasana yaitu menciptakan suasana rumah sakit yang nayaman, tenang,
sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam
proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang
menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit
akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga
akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit tersebut.
11. Komunikasi yaitu cara agar keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh perawat
Kepuasan pasien dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur Statisfied
Patient Questionnare (Alwy, 2018), alat ukur ini mempunyai beberapa
indikator yang diisi oleh responden untuk menilai tingkat kepuasan.
Petunjuk Pengisian : Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda
sesuai, dengan cara memberikan ceklist / centang pada Jawaban yang
dipilih dengan keterangan sebagai berikut :
SB : Sangat Baik
B : Baik
TB : Tidak Baik
STB : Sangat Tidak Baik
Tabel 3.16 Kuesioner Penilaian Tingkat Kepuasan Pasien
N Item Pengkajian Opsi
o

Daya Tanggap (Responsiveness) SB B TB STB


1Petugas tanggap dalam menghadapi 
keluhan pasien
2Petugas tanggap cepat datang bila 
Dibutuhkan
3Waktu menunggu yang tidak terlalu 
Lama
4Petugas melakukan tindakan pelayanan 
yang tepat waktu
5Petugas tanggap terhadap kebutuhan 
pasien
S
S T
Jaminan (Assurance) B T
B B
B
Petugas teliti dalam memeberikan obat 
1.
kepada pasien
Petugas memberikan Informasi tentang 
2.
penyakit pasien
Petugas terampil tenaga medis dalam
3. 
bekerja
Petugas senantiasa memberikan
4. pengamatan secara teratur terhadap 
perkembangan pasien
5. Petugas teliti dalam memeriksa pasien 
Bukti Fisik (Tangible) SB B T STB
B
1Kebersihan dan keindahan ruangan 
2Kebersihan dan kerapihan petugas 
3Kelengkapan dan kesediaan alat-alat 
yang digunakan (seprei, kasur, lemari)
4Ketersediaan tempat sampah 
5Kebersihan kamar mandi 
Perhatian (Emphaty) SB B TB STB
1. Petugas memberikan pelayanan 
secara menyenangkan
2. Petugas bersikap sabar dalam 
menghadapi keluhan pasien
3. Petugas mampu memberikan
ketenangan dan ketentraman dalam 
hati pasien
4. Petugas senantiasa menjalin 
komunikasi yang baik dengan pasien.
5. Petugas sungguh-sungguh 
memperhatikan pasien
Kehandalan (reliability) SB B TB STB
1. Petugas menerima pasien dengan 
cepat dan tepat
2. Prosedur pelayanan yang cepat dan 
tidak menyusahkan pasien
3. Petugas bersikap adil dalam 
memberikan pelayanan
4. Petugas memberikan pelayanan sesuai 
prosedur
5. Petugas memberikan informasi dengan 
jelas sesuai kebutuhan pasien
Survqual S P K C
P P P
1Pelayanan petugas kesehatan dalam 
menerima pasien selama berobat
2Kebersihan lingkungan di rumah 
sakit
3Pelayanan tentang kejelasan 
informasi
4. Ketepatan waktu pelayanan selama 
berobat
5. Sikap petugas yang tanggap dan mau
mendengar keluhan pasien selama 
berobat

Skoring :
a. Jumlah pertanyaan tiap variabel adalah 5 soal
b. Pertanyaan yang diskroring mempunyai 4 pilihan jawaban
menggunakan skala likert yaitu : Sangat Baik = 4; Baik = 3; Tidak Baik
=2 ; Sangat Tidak Baik = 1
c. Hasil Skoring pada Daya Tanggap 70% (Puas), Jaminan 75% (Puas),
Bukti Fisik 55% (Tidak Puas), Perhatian 60% (Tidak Puas),
Kehandalan 55% (Tidak Puas), dan Surviqual 60% (Tidak Puas).

d. Kriteria objektif: Puas= jika presentasi nilai jawaban responden ≥ 62.5


%; Tidak Puas = jika presentasi jawaban responden < 62.5 %;
Dari hasil penilaian tingkat kepuasan pasien di Ruang Melati, Rumah
Sakit Universitas Jember selama 3 bulan terakhir yaitu Juli, Juni, dan
Agustus hampir mengatakan tidak puas. Hal ini di buktikan dari hasil
pengisisan kuesioner Statisfied Patient Questionnare paling banyak dengan
hasil skor <62,5%.
Tingkat kepuasan pasien dinilai dari tujuh komponen yaitu sebagai
berikut.
a. Pelayanan saat awal masuk rumah sakit.
b. Pelayanan ruang perawatan.
c. Pelayanan perawatan.
d. Pelayanan dokter.
e. Pelayanan makanan.
f. Pelayanan fasilitas pendukung.
g. Pelayanan keseluruhan yang dirasakan pasien
Jadwal rekapitulasi tingkat kepuasan pasien ditentukan untuk dilaksanakan
setiap bulan. Pengukuran tingkat kepuasan pasien dilaksanakan pada setiap
pasien yang pulang setiap hari kemudian dievaluasi setiap bulan.
Berdasarkan hasil wawancara kepada 7 keluarga pasien yang dirawat di
Ruang Melati didapatkan bahwa 4 dari 7 keluarga pasien menyatakan tidak
puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

d. Tingkat Kepuasan Perawat


Kepuasan kerja adalah sikap individu yang bersifat positif mengenai
perkerjaannya (Arifin, 2017). Tingkat kepuasan yang dimiliki tiap individu
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang dianut. Kepuasan kerja pada
perawat yaitu cerminan dari perawat tersebut dalam menyukai
pekerjaannya. Menurut Robbins (1996) dalam Arifin (2017), beberapa hal
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja yakni pekerjaan, rekan sejawat,
gaji, promosi, atasan, dan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut
merupakan bagian penting bagi rumah sakit untuk dilakukan evaluasi secara
rutin karena kepuasan pasien akan berdampak pada kepuasan pasien.
Perawat akan merasa puas pada pekerjaannya memungkinkan untuk
memiliki sifat loyal dan akan meningkatkan produktivitas kerjanya (Sirat
dkk, 2016).
Pada ruang melati (ruang bedah) di rumah sakit universitas jember
terdapat fasilirtas yang mendukung kepuasan kerja perawat sebanyak 12
perawat (4 ners dan 8 ahli madya keperawatan) berupa:

1. 23 bed pasien yang masih layak digunakan


2. Ruangan kepala ruangan
3. Mushola
4. Kamar mandi
5. Ruang perawat
6. Ruang obat
7. Ruang diskusi
Tingkat kepuasan kerja perawat dapat dihitung menggunakan kuesioner
tingkat kepuasan kerja perawat (Hidayat, 2014).
Tabel 3.17 Kuisioner Tingkat Kepuasan Kerja Perawat

STP TP CP S SP
No. Pernyataan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan
yang anda lakukan
2. Sistem penggajian yang institusi tempat anda
bekerja dilakukan
3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan
Anda
4. Pemberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau
kerja ekstra
5. Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang
mendukung pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi,
tempat parkir dan kantin
7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan
ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
8. Adanya jaminan atas kesehatan atau keselamatan
kerja
9. Perhatian insitusi rumah sakit terhadap anda
10. Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja
11. Kemampuan dalam bekerja sama antar karyawan
12. Sikap teman-teman kerja terhadap anda
13. Kesesuaian antara pekerjaan dana latar belakang
pendidikan
14. Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja
dengan penugasan yang diberikan
15. Kemampuan supervisi atau dalam membuat keputusan
pengawas
16. Perlakuan atasan selama anda bekerja disini
17. Kebebasan atasan selama anda bekerja disini
18. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
kerja melalui pelatihan dan pendidikan tambahan
19. Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
20. Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan
mendapatkan kenaikan tingkat

Sumber : (Hidayat, 2014)

Keterangan :
a. Sangat Puas (SP) jika perawat sangat puas dengan pernyatan kuisioner
(skor 5).
b. Puas (P) jika perawat puas dengan pernyataan kuisioner (skor 4).
c. Cukup Puas (CP) jika perawat cukup puas dengan pernyataan kuisioner
(skor 3).
d. Tidak Puas (TP) jika perawat tidak puas dengan pernyataan kuisioner
(skor 2).
e. Sangat Tidak Puas (STP) jika perawat sangat tidak puas dengan
pernyataan kuisioner (skor 1)
Dengan kriteria penilaian :
Sangat Puas = (76-100%)
Puas = (51-75%)
Tidak Puas = (25-50%)
Sangat Tidak Puas = (<25%)

e. Apakah ada arah penunjuk ruang, penunjuk tempat di ruangan


Letak tempat ruangan melati (ruang bedah) di rumah sakit Universitas
Jember ada dibagian kiri rumah sakit. Terdapat keterangan berupa tempat
penyimpanan obat dan 2 bed total care, 4 bed partial care dan 17 bed minimal
care. Akses menuju ruang Melati (ruang bedah) melewati lobi dan kearah kiri
lobi rumah sakit. Terdapat petunjuk letak dan arah menuju ruangan secara jelas
pada bagian dinding. Telah terpasang juga beberapa arah evakuasi pada
dinding jika terjadi keadaan darurat.

Gambar 3.1 Ruang Melati


f. Official Youtube Ruang melati( ruang bedah)
Pada ruang Melati (ruang bedah) di rumah sakit Universitas Jember
memiliki official youtube channel yang menjelaskan mengenai informasi
fasilitas dan mekanisme pelayanan di ruang Melati. Rumah Sakit Lain Sekitar
Rumah Sakit Universitas Jember.Youtube channel ruang Melati dikelola oleh
admin yang merupakan salah satu perawat Ners yang bekerja di ruang Melati.

e. Rumah Sakit Terdekat


Rumah sakit lain yang dekat lokasinya dengan Rumah Sakit Universitas
Jember yaitu RS Baladhika Husada (DKT) Jember (1,5 km arah barat RSUJ),
RSUD dr. Soebandi (2,5 km arah utara RSUJ), RS Paru Jember (1,8 km arah
selatan RSUJ), dan RS Jember Klinik (1,2 km km arah timur RSUJ).
g. Kerjasama
Rumah Sakit Universitas Jember (RSUJ) masih kurang dalam melakukan
kerjasama dengan rumah sakit lain dan masih bekerja sama dengan 1 instansi
pendidikan Universitas Jember meliputi Fakultas Kedokteran Universitas
Jember, Fakultas Keperawatan Universitas Jember, Fakultas Farmasi
Universitas Jember, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Selain itu. Namun ada kerja sama antara Rumah Sakit Universitas Jember
dengan BPJS dan laboratoriun luar.

h. Analisa Masalah
1. Pada Ruang Melati (ruang bedah) Rumah Sakit Universitas Jember,
memiliki hasil perhitungan Bed Occuoacy Rate (BOR) dengan presentase
dalam rentang ideal, Bed Turn Over (BTO) berada di dalam rata-rata
ideal, dan Net Death Rate (NDR) hasilnya dalam batas nilai tolerir.
2. Hasil wawancara kepada 7 keluarga pasien yang dirawat di Ruang Melati
(ruang bedah) didapatkan bahwa 4 dari 7 keluarga pasien menyatakan
tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
3. Hasil pengkajian mengenai kepuasan perawat menunjukkan perawat
tidak puas dengan pekerjaannya berkaitan dengan fasilitas yang kurang
memadai, beban kerja tinggi, dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang baku dan jelas masih mimim untuk menunjang keselamatan kerja
baik fisiologis, psikologis, maupun profesionalitas.
4. Mekanisme dalam pengadaan barang pada ruang Melati kurang optimal
karena sulitnya birokrasi di rumah sakit. Serta mekanisme dalam
pendokumentasian masih secara manual (tulis tangan).
5. Jalur evakuasi rumah sakit telah terpasang di dinding.
6. Lokasi rumah sakit Universitas Jember relatif berdekatan dengan rumah
sakit beberapa lain, yang memungkinkan menjadi pesaing bagi Ruang
Melati (ruang bedah) rumah sakit Universitas Jember.
7. Jalinan kerjasama ruang Melati (ruang bedah) rumah sakit Universitas
Jember dinilai kurang luas, hal ini dapat dilihat berdasarkan dari institusi
pendidikan yang terikat kerjasama dengan Rumah Sakit hanya dalam
ruang lingkup fakultas kesehatan di Universitas Jember.
BAB 4. ANALISA SWOT

4.1 Analisis SWOT


4.1.1 Analisis SWOT M1/Man
No Unsur Manajemen Bobot Rating Bobot x
Rating
INTERNAL FACTOR (IFAS) S-W =
3,1-2,1
=1
Kekuatan (Strength)
1. Lama masa kerja lebih dari 1 0,15 4 0,6
tahun dengan Kepala Ruang yang
memiliki masa kerja paling lama
yaitu 10 tahun
2. Latar Belakang pendidikan 0,2 3 0,6
masing-masing perawat sesuai
dengan komptensi yang harus
dilakukan
3. Kebanyakan perawat telah 0,2 2 0,4
melakukan dan mengikuti
pelatihan khusus
4. Tanggung jawab dan struktur 0,15 4 0,6
organisasi yang dijalankan sesuai
dengan tupoksi masing-masing
5. Alur masuk pasien cukup jelas 0,3 3 0,9
TOTAL 1 16 3,1
Kelemahan (Weakness)
1. Pelatihan khusus tenaga 0,15 2 0,3
keperawatan yang dilakukan
hanya kepada beberapa tenaga
perawat
2. Jumlah perawatan Ners dengan 0,3 1 0,3
perawat vokasi kurang sesuai
dengan ketentuan
3. Perbedaan jumlah tenaga perawat 0,15 2 0,3
pada setiap shift tidak sama
4. Jumlah total perawat belum 0,4 3 1,2
mencukupi dengan kebutuhan
sesuai dengan perhitungan yang
telah dilakukan sebelumnya
TOTAL 1 13 2,1
EKSTRENAL FACTOR O-T =
(EFAS) 3,5-1,6
= 1,9
Peluang (Opportunity)
1. Terdapat mahasiswa yang 0,5 3 1,5
melakukan pendidikan profesi
pada Ruang Melati
2. Tenaga keperawatan tidak 0,5 4 2
memiliki kesempatan untuk
melakukan pendidikan atau
pelatihan yang lebih tinggi
TOTAL 1 7 3,5
Ancaman (Threat)
1. Banyaknya masyarakat yang 0,4 2 0,8
menuntut perlakukan profesional
dari perawat
2. Banyak Rumah Sakit lain dengan 0,2 2 0,4
sumberdaya yang lebih memadai
3. Tidak terdapat izin untuk 0,10 1 0,1
melakukan pendidikan lebih tinggi
dari pihak RS
4. Resiko terjadi kecelakaan kerja 0,3 1 0,3
akibat kelelahan cukup tinggi
TOTAL 1 6 1,6

4.1.2 Analisis SWOT M2/Material


No. Unsur Manajemen Bobot Rating Bobot x Rating
INTERNAL FACTOR (IFAS)
Kekuatan (Strength)
1 Bed pasien dikelompokkan 0.35 4 1.4 (S-W)
sesuai dengan masalah 3.45-2.5
kesehatannya = 0.95
2 Perlengkapan kantor 0.1 4 0.4
dilengkapi dengan skema
struktur organisasi
3 Ruangan pasien dibagi menjadi 0.3 3 0.9
2 kelas
4 Ruang Melati memliki channel 0.1 3 0.3
Youtube yang bersisi terkait
fasilitas
5 Fasilitas kamar mandi 0.15 3 0.45
disediakan dalam ruangan
Total 1 3.45
Kelemahan (Weakness)
1 Alat kesehatan di Ruang Melati 0.4 3 1.2
sebagian telah rusak
2 Mekanisme pengajuan 0.3 2 0.6
pengadaan barang pada ruang
melati kurang maksimal karena
birokrasi kurang maksimal dan
cukup menyusahkan
3 Pasien safety belum berjalan 0.2 3 0.6
maksimal dalam
pelaksanaannya
4 Ruang dokter, dan gudang 0.1 1 0.1
belum tersedia
Total 1 2.5
EXTERNAL FACTOR (EFAS)
Kesempatan (Opportunity) (O-T)
1 Lokasi Rumah Sakit Uiversitas 0.3 4 1.2 3.75-
Jember mudah diakses 3.0
2 Ruang Melati mampu 0.25 3 0.75 = 0.75
memfasilitasi titipan pasien
dari ruangan lainnya
3 Tempat nurse station berada di 0.25 4 1
samping pintu masuk dan di
tenaga ruang perawat
4 Ruang Melati berada di tengah 0.2 4 0.8
antara intalasi bedah sentral
dan ICU
Total 1 3.75
Ancaman (Threath)
1 Keluarga pasien mengeluh 1 3 3
tentang sarana dan prasana
yang terdapat di ruang Melati
Total 1 3

4.3.3 Analisis SWOT M3/Method


No Unsur Manajemen Bobo Rating Bobot Total
t x
Rating
(S-W)
3,7-2
INTERNAL FACTOR (IFAS)
= 1,7 (X)

Kekuatan (Strength)
1. Ruang Melati memiliki Visi Misi 0,3 4 1,2
dan Motto yang kuat
2. Ruang Melati menggunakan model 0,2 4 0,8
Asuhan Keperawatan Tim
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan 0,15 3 0,45
di Ruang Melati mengacu pada
panduan SDKI, SLKI, dan SIKI
4. Karu, Katim dan Perawat 0,15 3 0,45
Pelaksana mayoritas berpendidikan
Ners
5. Perawat diruangan melati telah 0,2 4 0,8
melaksanakan tepat lokasi, tepat
pasien, tepat prosedur sebelum
menjalankan tindakan kepada
pasien
TOTAL 1 14 3,7
Kelemahan (Weakness)
1 Di Ruang Melati, pasien safety 0,3 2 0,50
belum berjalan maksimal karena
banyak kendala dalam
pelaksanaannya
2 Ruang melati memiliki sedikit 0,3 2 0,50
sekali mengenai SOP tindakan
medis atau keperawatan yang
sesuai
3. Mekanisme dokumentasi di ruang 0,2 2 0,30
melati masih belum terstruktur dan
masih menggunakan dokumentasi
manual dengan tulis tangan.
4. Pelaksanaan DRK dan supervisi 0,2 2 0,4
masih kurang sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan
berdasarkan SOP masih kurang
TOTAL 1 10 2
(O-T)
4 – 2,5 =
EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
1,5 (Y)

Peluang (Opportunity)
1. RS Universitas Jember sudah 1 4 4
menjadikan RS Pendidikan yang
menerima mahasiswa keperawatan
TOTAL 1 4 4

Ancaman (Treath)
1. Rumah Sakit lain memiliki fasilitas 0,15 2 0,30
yang lebih baik
2. Rumah Sakit lain memiliki SOP 0,25 3 0,75
yang lebih banyak dan up to date
3. Proses dokumentasi di RS lain 0,2 2 0,4
telah terstruktur dan dokumentasi
sudah menggunakan sistem
computer
4. Rumah Sakit lain lebih maksimal 0,25 3 0,75
dalam urusan patient safety
dikarenakan hal tersebut adalah hal
utama dan terpenting dalam
mengurus pasien
5. Rumah Sakit lain lebih maksimal 0,15 2 0,30
dalam menjalankan pengajuan
pengadaan barang disetiap ruangan
TOTAL 1 12 2,5

4.3.4 Analisis SWOT M4/Money


No Unsur Manajemen Bobot Ratin Bobot Total
g x
Rating
S-W=
INTERNAL FACTOR (IFAS) 3,5-1,7=
1,8
Kekuatan (Strength)
1. Rumah sakit menyediakan 0,5 4 2
pelayanan kesehatan dengan
menggunakan kartu BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial),
Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan
pelayanan kesehatan dengan status
umum atau mandiri
2. Tenaga perawat dengan status PNS 0,3 3 0,9
dan Non-PNS mendapatkan
fasilitas jaminan kesehatan (BPJS)
sesuai jenjang karir
3. Kesejahteraan karyawan di Ruang 0,2 3 0,6
Melati (Ruang Bedah) Rumah
Sakit Universitas Jember
bersumber dari gaji pokok serta
dana jasa pelayanan keperawatan
dan kesehatan.
TOTAL 1 10 3,5
Kelemahan (Weakness)
1 Tenaga perawat yang Non-PNS 0,15 1 0,15
mendapatkan gaji pokok yang
bersumber dari honorarium Rumah
Sakit.
2 Sistem birokrasi di rumah sakit 0,4 2 0,8
Universitas Jember di nilai cukup
menyusahkan, dengan status Non-
BLUD
3. Rumah Sakit tidak dapat secara 0,3 2 0,6
fleksibel mengelola keuangannya
untuk melakukan pengadaan
barang yang sifatnya penting atau
segera di butuhkan
4. Pengelolaan menejemen keuangan 0,15 1 0,15
membutuhkan waktu yang lama.
TOTAL 1 7 1,7
O-T=
EKSTERNAL FACTOR (EFAS) 3,6-
1,75=1,85
Peluang (Opportunity)
1. Sumber keuangan Rumah Sakit 0,6 4 2,4
Universitas Jember bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dan Dana Bagi Hasil
Cukai Hasil Tembakau (DBH
CHT)
2. Tenaga perawat PNS menerima 0,4 3 1,2
gaji pokok yang bersumber dari
pemerintah sesuai pangkat dan
golongan
TOTAL 1 7 3,6
Ancaman (Treath)
1. Proses menejemen keuangan yang 0,25 1 0,25
masih berpusat di Dinas Kesehatan
kabupaten/ kota
2. Pasien umum pembayarannya lebih 0,25 2 0,5
mahal karena tidak dibantu oleh
pihak asuransi kesehatan.
3. Rumah Sakit Universitas Jember 0,3 2 0,6
belum berstatus Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD)
4. Keterlambatan pencairan dana dari 0,2 2 0,4
BPJS Kesehatan mengakibatkan
masalah pada manajemen
keuangan
TOTAL 1 7 1,75
4.3.5 Analisis SWOT M5/Market
No Unsur Manajemen Bobot Rating Bobot x
Rating
INTERNAL FACTOR S-W =
(IFAS) 3,87-2,65 =
1,22 (X)
Kekuatan (Strength)
1. Terdapat petunjuk dan atau 0,25 4,5 1,12
denah arah yang cukup jelas,
begitu pula dengan jalur
evakuasi yang dapat
memudahkan mengenali
setiap ruangan yang akan
dicari
2. Untuk memudahkan 0,25 4 1
mengenali dan
mempublikasikan mengenai
fasilitas yang dimiliki oleh
Ruang Melati, pihak RS
menyediakan channel youtube
yang dapat diakses oleh
seluruh pihak
3. Rentan lama perawatan pasien 0,5 3,5 1,75
di Ruang Melati berada pada
rentan ideal antara 6-9 hari
TOTAL 1 12 3,87
Kelemahan (Weakness)
1. BOR pada bulan Juni- 0,2 2 0,4
Agustus tahun 2021 pada
Ruang Melati rata-rata 82,6%
sedangkan dari perhitungan
didapatkan pemakaian
standart ideal adalah 60-85%,
yang berati berada di rentan
ideal.
2. BTO bulan Juni-Agustus rata- 0,3 2,5 0,75
rata adalah 3-4 kali
pemakaian, apabila dilakukan
perhitungan BTO dalam
periode satu tahun adalah 48
kali yang berarti diatas rata-
rata penggunaan ideal yaitu
40-50 kali
3. NDR pada Ruang Melati 0,4 3 1,2
bulan Juni : 22,22 perMil, Juli
: 10,86 perMil, Agustus :
20,83 perMil, dengan
rumusan nilai diatas batas
ideal yaitu 25 per 1000. Maka
dapat diambil kesimpulan
bahwa pada Ruang Melati
masih cukup tinggi pada
bulan Juni dan Agustus.
4. Dalam hal melakukan kerja 0,1 3 0,3
sama dengan institusi lain
Rumah Sakit Universitas
Jember masih belum optimal
TOTAL 1 10,5 2,65
EKSTRENAL FACTOR O-T =
(EFAS) 3,35-2,9=
0,45 (Y)
Peluang (Opportunity)
1. Rumah Sakit Universitas 0,5 3 1,5
Jember yang merupakan RS
dibawah nauangan institusi
pendidikan memudahkan
mahasiswa Universitas
Jember dari beberapa
Fakultas Kesehatan untuk
melakukan praktik.
2. Lokasi Rumah Sakit 0,2 4 0,8
Universitas Jember yang
berada di tengah-tengah kota
memudahkan dalam hal
kegawat daruratan dan
rujukan
3. Rumah Sakit Universitas 0,3 3,5 1,05
Jember bekerjasama dengann
pelayanan sosial seperti BPJS,
dan memudahkan dalam hal
perawatan pasien
TOTAL 1 10,5 3.35
Ancaman (Threat)
1. Lokasi atau keberadaan 0,6 2,5 1,5
Rumah Sakit Universitas
Jember tidak berada jauh
dengan Rumah Sakit-Rumah
Sakit besar lain, sehingga
menimbulkan persaingan
yang cukup signifikan
2. Tingkat kepuasan pasien yang 0,4 3,5 1,4
telah diukur dengan survey
menggunakan kuesioner
Statisfied Patient Questionare
selama 3 bulan terakhir
didapatkan hasil bahwa masih
banyak yang merasa kurang
puas, dengan skor yang
didapatkan yaitu <62,5%
TOTAL 1 6 2,9

4.4 Diagram Layang

Berdasarkan diagram layang di atas, Ruang Melati Rumah Sakit Universitas


Jember menunjukkan bahwa berada pada posisi kuadran I yaitu agresif. Hal ini
dapat diinterpretasikan bahwasanya Ruang Melati RS Universitas Jember berada
pada keadaan menguntungkan berupa peluang dan kekuatan dalam meningkatkan
pelayanan. Sehingga ruang Melati RS Universitas jember dapat meningkatkan
pelayanannya dengan memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada.

4.5 Matriks SWOT dalam Rencana Strategi


Berdasarkan analisis yang diuraiakan, maka didapatkan kesimpulan
tentang keputusan yang diambil untuk melakukan pengembangan Ruang
Melati Rumah Sakit Universitas Jember yang dituangkan dalam matriks
SWOT berikut ini :

4.5.1 Men (M1)


IFAS Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
EFAS
Peluang Strategi SO Strategi WO
1. Mengoptimalkan kualitas 1. Menambah jumlah kebutuhan
(Opportunity
dan kompetensi yang perawat untuk melakukan
) dimiliki perawat di ruang asuhan keperawatan sehingga
Melati dengan bertukar dapat bekerja sama dalam
pikiran, berdiskusi mengenai kerja tim (shift) demi
pengembangan ilmu dalam meningkatkan kepuasan
tindakan pelayanan pasien terhadap pelayanan
keperawatan seperti mencari keperawatan
jurnal yang up to date 2. Mengikutsertakan semua
2. Mengoptimalkan bantuan perawat diruang Melati untuk
dari mahasiswa yang mengikuti diskusi dan
melakukan pendidikan bertukar pikiran untuk
profesi di ruang Melati untuk menambah keterampilan
meningkatkan kualitas guna meningkatkan
pelayanan keperawatan. pelayanan keperawatan

Ancaman Strategi ST
1. Meningkatkan tupoksi dan 1. Menambah relasi dengan
(Treath)
tanggung jawab dari masing- institusi pendidikan kesehatan
masing struktur organisasi atau rumah sakit lain untuk
perawat di ruang Melati guna mengupgrade dan menambah
mengurangi tingkat jumlah SOP tindakan
kesalahan selama melakukan keperawatan yang gunakan
pelayanan keperawatan untuk melakukan perawatan
2. Meningkatkan keselamatan sehingga dapat meingkatkan
selama bekerja dan pelayanan keperawatan.
meminimalisir kesalahan 2. Meningkatkan pencegahan
akibat kelelahan serta tidak pada pasien yang memiliki
memperlihatkan kesalahan risiko jatuh dengan
pada pasien menggunakan pengkajian
3. Menambahkan fasilitas yang resiko jatuh sehingga
menunjang pelayanan kecelakaan kerja dapat
kesehatan guna diminimalisir
meningkatkan kenyamanan
dan kepuasan pasien

4.5.2 Material (M2)


IFAS Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
EFAS
Peluang Strategi SO Strategi WO
1. Menambah sarana dan 1. Menambah jumlah SOP
(Opportunity
prasarana seperti bed dan tentang tindakan
) kebutuhan medis agar dapat keperawatan dengan study
lebih banyak menampung literatur jurnal yang up to
pasien yang datang dan date minimal 5 tahun terakhir
memaksimalkan pelayanan 2. Memperbarui alat-alat medis
2. Meningkatkan fasilitas lain dengan yang baru agar
di ruang Melati agar ruangan memudahkan dalam
terlihat tertata dengan baik melakukan tindakan medis
semakin tertata sehingga 3. Memperbaiki susunan,
pasien merasa puas dengan metode dokumentasi, dan
kenyamanan yang ada letak tempat
diruangan penyimpanannya agar tertata
3. Mengoptimalkan fasilitas dengan baik
channel youtube yang 4. Mengoptimalkan penggunaan
dimiliki untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang
informasi mengenai rumah ada di ruang Melati agar
sakit, fasilitas, dan kelebihan lebih efektif dan efisien
yang ditawarkan sehingga dalam pelayanan ksesehatan
pasien akan merasa yakin
dalam pelayanan kesehatan
Ancaman Strategi ST
1. Melakukan perbaikan 1. Meningkatkan ] fasilitas
(Treath)
megenai pengadaan barang, kebutuhan alat-alat medis
mengevaluasi kebutuhan yang dibutuhkan dalam
barang secara rutin dan pelayanan kesehatan
berkala dengan membuat list 2. Mengoptimalkan pengadaan
mengenai barang-barang barang dengan meningkatkan
yang diperlukan agar lebih SOP mengenai kelengkapan
maksimal dalam pengadaan sarana prasarana dan
barang di ruang Melati pengajuan barang sesuai
2. Meningkatkan keselamatan kebijakan RS
pasien selama bekerja untuk
meminimalisir adanya
kecelakaan dengan
mengadakan pengadaan
barang yang dibutuhkan
keterbaruan terkait bed dan
perlengkapan yang dipakai
dalam pelayanan
keperawatan.

4.5.3 Method (M3)


IFAS
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
EFAS
Opportunity Strategi SO Strategi WO
(Peluang) 1. Meningkatkan 1. Memberikan semangat
kemampuan tenaga untuk perawat khususnya di
perawat dalam melakukan ruangan Melati agar lebih
asuhan keperawatan yang disiplin terhadap tugas dan
mengacu pada panduan kewajibannya
SDKI, SLKI, dan SIKI di 2. Mengupgrade SOP tindakan
rumah sakit Universitas dan menambah SOP medis
Jember dengan atau keperawatan yang
mengadakan webinar atau sesuai dengan standar
pelatihan 3. Merubah sistem
2. Membuat jadwal tetap pendokumentasian manual
kegiatan supervisi setiap menjadi elektronik
bulannya (menggunakan komputer)
3. Pengembangan untuk mempermudah
proses verifikasi pra- perawat dalam melakukan
operasi untuk tindakan
meningkatkan
keselamatan pasien di
ruangan Melati (bedah) di
Rumah Sakit Universitas
Jember
4. Mengupdate kanal
youtube sebagai wadah
bagi masyarakat untuk
mempermudah akses
pelayanan kesehatan dan
sebagai upaya untuk
meningkatkan promosi
rumah sakit
Threatened Strategi ST Strategi WT
(Ancaman)
1. Memfasilitasi keperluan 1. Tenaga perawat melakukan
yang memadai sebagai pengajuan untuk mengikuti
tindakan pelatihan tambahan kepada
memaksimalkan pihak Rumah Sakit agar
pelayanan difasilitasi
2. Mengajukan penggunaan 2. Memudahkan birokrasi
teknologi dalam untuk melakukan
penyusunan asuhan penggandaan dan
keperawatan yang pembelanjaan kebutuhan
mengacu pada pedoman ruangan
SDKI, SIKI dan SLKI 3. Perawat perlu untuk
mengembangkan
pemahaman tentang
pencegahan risiko jatuh
pada pasien dengan
menggunakan pengkajian
resiko jatuh

4.5.4 Money (M4)


IFAS
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
EFAS
Opportunity Strategi SO Strategi WO
(Peluang)
1. Bekerjasama dengan pihak 1. Mengajukan pemangkasan
luar seperti instansi birokrasi agar pelayanan
pendidikan, BPJS dan KIS lebih maksimal
untuk mengembangkan 2. Menyusun
kualitas SDM prognosis/proyeksi keuangan
2. Meningkatkan promosi berupa laporan realisasi
ruang Melati dan Rumah anggaran dan laporan
Sakit Universitas Jember operasional untuk
melalui kanal youtube membangun sistem BLUD di
RS Universitas Jember
Threatened Strategi ST Strategi WT
(Ancaman) 1. Berkomunikasi dengan 1. Membuat laporan keuangan
pihak BPJS agar tidak dari setiap sarana, prasarana,
terjadi keterlambatan dalam dan dana yang masuk dan
pencairan dana dan. keluar dari ruangan Melati
Sehingga tidak menggangu 2. Memudahkan birokrasi untuk
manajemen keuangan melakukan penggandaan dan
rumah sakit pembelanjaan kebutuhan
2. Memperbaiki dan ruangan
meningkatkan kerjasama
dengan pihak luar seperti
rumah sakit lain, instansi
pendidikan, dan layanan
asuransi lain untuk
meningkatkan
pengembangan biaya untuk
kebutuhan RS

4.5.5 Marketing (M5)


IFAS
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
EFAS
Opportunity Strategi SO Strategi WO
(Peluang)
1.Ruang melati mempunyai 1. Meningkatkan kerjasama dengan
petunjuk arah dan jalur instasi pendidikan lain dan rumah
evakuasi yang jelas sehingga sakit lain guna menambah SOP
memudahkan memudahkan yang lebih up to date untuk
untuk mencari ruangan melakukan tindakan pelayanan.
2. Mengoptimalkan channel 2. Mengoptimalkan letak strategis
youtube untuk rumah sakit ditengah kota dengan
mempublikasikan terkait meningkatkan kerjasama dengan
informasi fasilitas, instansi lain seperti BPJS dan
mekanisme pelayanan di laboratorium.
ruang Melati agar dapat 3. Meningkatkan pelayanan rumah
meningkatkan jumlah sakit karena letak rumah sakit
kunjungan pasien yang ingin sangat trategis memudahkan
berobat sebagai rumah sakit rujukan dan
memudahkan ketika ada kondisi
kegawatdaruratan agar cepat
segera ditangani.
Threatened Strategi ST Strategi WT
(Ancaman) 1. Meningkatkan kualitas 1. Memperbaiki dan meningkatkan
pelayanan di rumah sakit kerjasama yang baik dengan
Universitas Jember untuk instansi lain
memberikan kepuasan pada 2. Mengoptimalkan pelayanan
pasien kesehatan untuk meningkatkan
2. Meningkatkan manajemen kualitas pelayanan secara
BOR, ALOS, serta TOI maksiamal dan meningkatkan
untuk mengetahui standar kepuasan pasien
ideal di Ruangan Melati
(Ruang Bedah), sehingga
rumah sakit mampu bersaing
dengan rumah sakit lain
BAB 5. PRIORITAS MASALAH DAN PERENCANAAN

5.1 Daftar Masalah

Tabel 5.1 Daftar Masalah

No. Masalah
Ketenagaan (Man/M1)
1. Belum optimalnya jumlah perawat Ners dan Ahli Madya sesuai
dengan ketentuan AIPNI
2. Kurangnya jumlah perawat sesuai dengan banyaknya pasien yang
ada di Ruang Melati, menurut perhitungan dengan rumus Douglas,
Gilies, dan Depkes
3. Masih terdapat perbedaan jumlah perawat pada setiap shiftnya
karena keterbatasan jumlah perawat.
4. Kurangnya tenaga keperawatan yang dapat berisiko perawat terlalu
kelelahan sehingga terjadi kecelakaan kerja
5. Tidak ada ijin untuk menempuh pendidikan lanjut bagi tenaga
kesehatan di rumah sakit Universitas Jember
Sarana dan Prasarana (Material/M2)
6. Belum ada penggantian peralatan kesehatan yang sudah mulai rusak
di Ruang Melati
7. Kurangnya tempat penyimpanan barang di ruang melati
8. Tidak tersedianya tempat atau ruangan untuk menyimpan barang-
barang yang tidak terpakai
9. Tidak tersedianya ruangan khusus untuk dokter
10. Penuhnya kapasitas bed setiap hari beresiko terjadinya KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan) seperti bed yang tiba-tiba rusak.
Metode (Methods/M3)
11. Kurang optimalnya penerapan pasient safety di rumah sakit
12. Kurang memadainya SOP yang dimiliki Ruang Melati
mengakibatkan tindakan keperawatan yang menjadi kurang sesuai
13. Belum optimalnya proses dokumentasi keperawatan yang dilakukan
di Ruang melati dengan masih menggunakan metode manual
14. Kurang optimalnya proses supervisi di Ruang Melati
15. Belum memadainya SOP yang dimiliki rumah sakit mengakibatkan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) tidak dilaksanakan dengan baik
16. Belum tersedianya format penulisan discharge planning yang sesuai
sehingga berbeda-beda dalam penulisan
Sumber Keuangan (Money/M4)
17. Sulitnya mendapatkan keringanan biaya pengobatan dan perawatan
bagi pasien dengan status Non-BLUD cukup sulit untuk
18. Penghasilan perawat Non PNS hanya sesuai dengan honorarium RS
19. Kurang fleksibelnya Rumah Sakit dalam hal pendanaan untuk
kepentingan pengadaan barang yang dibutuhkan
20. Terlambatnya pencairan dana BPJS Kesehatan menyebabkan
masalah pada manajemen keuangan Rumah Sakit sehingga
berdampak kepada mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan
Rumah Sakit Universitas Jember.
21. Masih terpusatnya pengelolaan keuangan Rumah Sakit pada
pengelolaan kabupaten/kota sehingga mengakibatkan lama nya
proses dalam hal keuangan Rumah Sakit
Pemasaran Bangsal (Market/M5)
22. Dekatnya lokasi Rumah Sakit besar lain yang berdekatan dengan
lokasi Rumah Sakit Universitas Jember akan menjadikan RS lain
sebagai pesaing RS Universitas Jember
23. Minimnya kerjasama yang dilakukan Rumah Sakit Universitas
Jember dengan pihak institusi lain seperti institusi pemerintahan
maupun institusi pendidikan lain
5.2 Penampisan Prioritas Masalah

Tabel 5. 1 Penampisan Prioritas Masalah

No. Skor
Prioritas Masalah Jumlah Prioritas
M S V C A
1 Latar belakang pendidikan yang masih belum seimbang antara perawat Ners 5 4 2 1 2 80 6
dengan Ahli Madya yang jumlahnya tidak sesuai dengan ketentuan AIPNI
2 Jumlah perawat kurang sesuai dengan banyaknya pasien yang ada di Ruang 4 4 3 2 1 96 4
Melati, menurut perhitungan dengan rumus Douglas, Gilies, dan Depkes
3 Terdapat perbedaan jumlah perawat pada setiap shiftnya, karena keterbatasan 1 2 3 3 4 72 7
jumlah perawat.
4 Kurangnya tenaga keperawatan akan berisiko terjadinya kecelakaan kerja, 5 4 3 2 1 120 3
akibatnya perawat berisiko terlalu kelelahan
5 Terdapat kesempatan untuk menempuh pendidikan lanjut, tetapi kondisi di 3 3 3 2 1 54 12
lapangan yang masih kekurangan tenaga keperawatan yang menjadikan
perawat harus menimbang ulang mengenai hal tersebut.
6 Beberapa perlatan kesehatan yang ada di Ruang Melati sudah mulai rusak 5 3 3 2 1 90 5
7 Tempat penyimpanan barang yang hanya tersedia 1 tempat 2 2 2 2 2 32 20
8 Tidak tersedianya tempat atau ruangan untuk menyimpan barang-barang yang 2 3 2 2 1 24 21
tidak terpakai
9 Tidak tersedianya ruangan khusus untuk dokter 3 4 2 2 1 48 14
10 Dari total bed yang tersedia dan kapasitas pasien yang selalu penuh, 3 4 2 2 1 48 13
menimbulkan resiko terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) seperti bed
yang tiba-tiba rusak.
11 Terkendala dalam melakukan patient safety karena banyak yang menghambat 4 2 3 3 1 72 8
dalam proses pelaksanaannya
12 SOP yang dimiliki Ruang Melati kurang memadai sehingga mengakibatkan 5 4 3 2 2 240 1
mengakibatkan tindakan keperawatan yang menjadi kurang sesuai tindakan
keperawatan yang menjadi kurang sesuai
13 Dokumentasi keperawatan yang dilakukan di Ruang melati masih 4 4 2 2 1 64 10
menggunakan metode manual dan belum terstruktur
14 Supervisi di Ruang Melati kurang berjalan dengan baik 3 3 3 2 1 54 11
15 Diskusi Refleksi Kasus (DRK) tidak dilaksanakan dengan baik karena SOP 3 3 3 3 2 162 2
yang dimiliki belum mencukupi
16 Belum tersedianya format penulisan discharge planning yang sesuai sehingga 4 4 2 2 1 64 9
berbeda-beda dalam penulisan
17 Pasien dengan status Non-BLUD cukup sulit untuk mendapatkan keringanan 2 2 2 2 2 32 19
biaya pengobatan dan perawatan
18 Penghasilan yang didapatkan oleh perawatan Non PNS hanya sesuai dengan 3 3 2 2 1 36 16
honorarium RS
19 Rumah Sakit tidak fleksibel dalam hal pendanaan untuk kepentingan 3 4 2 2 1 48 15
pengadaan barang yang dibutuhkan
20 Keterlambatan pencairan dana dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 3 3 2 2 1 36 17
(BPJS Kesehatan) menyebabkan masalah pada manajemen keuangan Rumah
Sakit sehingga berdampak kepada mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan
Rumah Sakit Universitas Jember.
21 Pengelolaan keuangan Rumah Sakit masih dipusatkan pada pengelolaan 2 2 2 2 2 32 18
kabupaten/kota, sehingga mengakibatkan lama nya proses dalam hal keuangan
Rumah Sakit
22 Letak Rumah Sakit Universitas Jember yang berdekatan dengan lokasi Rumah 2 3 2 2 1 24 22
Sakit besar lain, dengan begitu maka akan menjadikan RS lain pesaing RS
Universitas Jember
23 Rumah Sakit Universitas Jember cukup minim dalam hal menjalin kerjasama 1 2 2 2 2 16 23
dengan pihak institusi lain seperti institusi pemerintahan maupun institusi
pendidikan lain
24 Berdasarkan dari perhitungan yang telah dilakukan didapatka hasil bahwa 1 2 2 2 2 16 24
perhitungan Bed Occuoacy Rate (BOR) berada pada rentan ideal, Bed Turn
Over (BTO) rata-rata memiliki nilai yang ideal dan, Net Death Rate (NDR)
yang masin cukup tinggi pada dua bulan antara Juni-Agustus

Keterangan :
Magnitude (M) : Berapa banyak orang yang terkena dampak masalah tersebut
Severity (S) : Besarnya Kerugian yang timbul akibat dari masalah tersebut
Vulnerebility (V) : Menunjukkan ketersediaan sumber daya dalam mengatasi masalah tersebut
Community an Political Concern (C) : Kepedulilan/dukungan politis maupun masyarakat
Affordability (A) : Tingkat kemampuan dalam menyelesaikan masalah tersebut

Adapun skor penilaian yang digunakan adalah:


1: tidak ada 4: banyak
2: kurang 5: sangat banyak
3: cukup
5.3 Daftar Prioritas Masalah

Berdasarkan penapisan prioritas masalah, maka diperoleh masalah-


masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan, yaitu:

Tabel 5. 2 Prioritas Masalah


No Masalah
1 SOP yang dimiliki Ruang Melati kurang memadai sehingga
mengakibatkan mengakibatkan tindakan keperawatan yang menjadi
kurang sesuai tindakan keperawatan yang menjadi kurang sesuai
2 Diskusi Refleksi Kasus (DRK) tidak dilaksanakan dengan baik karena
SOP yang dimiliki belum mencukupi
3 Kurangnya tenaga keperawatan akan berisiko terjadinya kecelakaan kerja,
akibatnya perawat berisiko terlalu kelelahan
4 Jumlah perawat kurang sesuai dengan banyaknya pasien yang ada di
Ruang Melati, menurut perhitungan dengan rumus Douglas, Gilies, dan
Depkes
5 Beberapa peralatan kesehatan yang ada di Ruang Melati sudah mulai rusak

5.4 Penampisan Prioritas Tindakan

Tabel 5.4 SOP yang dimiliki Ruang Melati kurang memadai sehingga mengakibatkan
tindakan keperawatan yang menjadi kurang
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi SOP tindakan medis 5 4 5 4 400 Total =
dan keperawatan yang ada di 1.328
ruangan guna untuk menunjang Prioritas
kesehatan dan keselamatan pasien 1
2. Anjurkan perawat ruangan 4 4 3 4 192
memiliki strategi dalam
pengembangan SOP
3. Koordinasi penggunaan SOP 5 4 3 3 180
tindakan medis dan keperawatan
dengan ruangan lain
4. Diskusikan terkait pentingnya 4 4 4 4 256
kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) mengenai pelaksanaan
SOP
5. Jadwalkan melakukan kegiatan 4 4 3 4 192
Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
antar kepala ruangan dan perawat
pelaksana
6. Monitor dan evaluasi terkait 4 3 3 3 108
penerapan dan pengembangan
SOP melalui kegiatan DRK
sehingga dapat memaksimalkan
tindakan kepada pasien

Tabel 5.5 Diskusi Refleksi Kasus (DRK) tidak dilaksanakan dengan baik karena SOP
yang dimiliki belum mencukupi
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi pelaksanaan kegiatan 3 4 3 3 108 Total =
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) 988
antar kepala ruangan dan perawat Prioritas
pelaksana diruangan 2
2. Jadwalkan melakukan kegiatan 4 4 3 4 192
Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
3. Diskusikan antar kepala ruangan 4 4 4 4 256
dan perawat pelaksaan terkait
kegiatan DRK guna untuk
meningkatkan penggunaan SOP
4. Fasilitasi ruangan untuk 4 4 3 3 144
melaksanakan kegiatan DRK
5. Dorong untuk mengungkapkan 4 4 3 3 144
permasalahan diruangan pada saat
pelaksanaan kegiatan DRK
6. Evaluasi terkait pelaksanaan 4 4 3 3 144
kegiatan DRK

Tabel 5.6 Kurangnya tenaga keperawatan akan berisiko terjadinya kecelakaan kerja
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi perawat yang dapat 4 4 3 3 144 Total =
mengalami resiko cedera karena 672
kecelakaan kerja Prioritas
2. Modifikasi lingkungan untuk 4 4 4 3 192 3
meminimalkan bahaya dan resiko
cedera pada perawat
3. Lakukan program skrining terkait 4 4 3 3 144
bahaya lingkungan
4. Anjurkan perawat mengenal 4 4 4 3 192
resiko tinggi terkait bahaya
lingkungan yang dapat
mengakibatkan resiko cedera
(mis. lantai licin)

Tabel 5.7 Jumlah perawat kurang sesuai dengan banyaknya pasien yang ada di Ruang
Melati, menurut perhitungan dengan rumus Douglas, Gilies, dan Depkes
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi jumlah perawat yang 3 4 3 3 108 Total =
bekerja dalam per shiftnya 516
2. Identifikasi jumlah hari kerja pada 3 4 3 3 108 Prioritas
perawat 4
3. Identifikasi jumlah tingkat 4 4 4 3 192
ketergantungan pasien per
harinya
4. Anjurkan menghitung jumlah 3 4 3 3 108
perawat dan pasien per harinya

Tabel 5.8 Beberapa peralatan kesehatan yang ada di Ruang Melati sudah mulai rusak
No. Prioritas Tindakan Skor Jumlah Prioritas
C A R L
1. Identifikasi peralatan yang terlihat 3 4 3 3 108 Total =
tidak layak 486
2. Dorong perawat untuk mengganti 3 5 3 3 135 Prioritas
peralatan yang tidak layak dengan 5
yang baru
3. Fasilitasi peralatan yang baru 3 5 3 3 135
disetiap ruangan di rumah sakit
4. Anjurkan melaporkan peralatan 3 4 3 3 108
yang tidak layak pakai

Keterangan
Skala prioritas sebagai berikut:
Capability (C) : Kemampuan ruangan dalam mengatasi masalah
Accessible (A) : Kemudahan masalah untuk diatasi
Readliness (R) : Kesiapan ruangan dalam mengatasi masalah
Leverage (L) : Daya pendorong dalam mengatasi masalah
Adapun skor penilaian yang digunakan :
1 = Tidak mampu
2 = Kurang mampu
3 = Cukup mampu
4 = Mampu
5 = Sangat mampu
5.5 Planning of Action

Tabel 5.9 Planning of Action (PoA)

Penanggung
No Masalah Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu
Jawab
1. SOP yang dimiliki Ruang 1. Identifikasi SOP tindakan medis 1. Pelaksanaan supervisi Ns. A 7-12
Melati kurang memadai dan keperawatan yang ada di dilakukan secara rutin dan Juni
sehingga mengakibatkan ruangan guna untuk menunjang komprehensif 2021
tindakan keperawatan yang kesehatan dan keselamatan pasien 2. Pembahasan dan tindak lanjut
menjadi kurang 2. Anjurkan perawat ruangan SOP dilakukan secara rutin
memiliki strategi dalam dan berkala
pengembangan SOP 3. Terbentuknya SOP baru yang
3. Koordinasi penggunaan SOP belum ada sesuai dengan hasil
tindakan medis dan keperawatan supervise yang telah
dengan ruangan lain dilakukan
4. Diskusikan terkait pentingnya 4. Perawat di ruang melati
kegiatan Diskusi Refleksi Kasus memahami SOP yang tersedia
(DRK) mengenai pelaksanaan untuk melakukan tindakan
SOP keperawatan
5. Jadwalkan melakukan kegiatan 5. Tindakan medis dan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) keperawatan berjalan secara
antar kepala ruangan dan perawat maksimal sesuai dengan SOP
pelaksana yang tersedia
6. Monitor dan evaluasi terkait
penerapan dan pengembangan
SOP melalui kegiatan DRK
sehingga dapat memaksimalkan
tindakan kepada pasien
2. Diskusi Refleksi Kasus 1. Identifikasi pelaksanaan kegiatan 1. Pelaksanaan Diskusi Refleksi Ns. A 7-12
(DRK) tidak dilaksanakan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) Kasus (DRK) di ruang Melati Juni
dengan baik karena SOP antar kepala ruangan dan perawat dilakukan secara rutin dan 2021
yang dimiliki belum pelaksana diruangan komprehensif
mencukupi 2. Jadwalkan melakukan kegiatan 2. Adanya jadwal terstruktur
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) untuk pelaksanaan Diskusi
3. Diskusikan antar kepala ruangan Refleksi Kasus (DRK) di
dan perawat pelaksaan terkait ruang Melati
kegiatan DRK guna untuk 3. Adanya feedback tindakan
meningkatkan penggunaan SOP keperawatan berdasarkan SOP
4. Fasilitasi ruangan untuk melalui DRK
melaksanakan kegiatan DRK 4. Adanya evaluasi terkait SOP
5. Dorong untuk mengungkapkan tindakan yang dilakukan
permasalahan diruangan pada saat melalui Diskusi Refleksi
pelaksanaan kegiatan DRK Kasus (DRK)
6. Evaluasi terkait pelaksanaan 5. Adanya keterbaharuan SOP
kegiatan DRK melalui Diskusi Refleksi
Kasus (DRK)

3. Kurangnya tenaga 1. Identifikasi perawat yang dapat 1. Risiko terjadinya kecelakaan Ns. A 7-12
keperawatan akan berisiko mengalami resiko cedera karena kerja di ruang Melati minimal Juni
terjadinya kecelakaan kerja kecelakaan kerja 2. Perawat memahami risiko 2021
2. Modifikasi lingkungan untuk tinggi terkait bahaya
meminimalkan bahaya dan resiko lingkungan yang dapat
cedera pada perawat mengakibatkan resiko cedera
3. Lakukan program skrining terkait 3. Edukasi dan pelatihan
bahaya lingkungan berkelanjutan kepada staf
4. Anjurkan perawat mengenal mengenai kecelakaan kerja
resiko tinggi terkait bahaya dilakukan secara berkala
lingkungan yang dapat 4. Skrining terkait bahaya
mengakibatkan resiko cedera lingkungan di ruang melati
(mis. lantai licin) dilakukan secara
berkesinambungan
4. Jumlah perawat kurang 1. Identifikasi jumlah perawat yang 1. Jumlah perawat yang ada di Ns. A 7-12
sesuai dengan banyaknya bekerja dalam per shiftnya ruang melati sesuai dengan Juni
pasien yang ada di Ruang 2. Identifikasi jumlah hari kerja pada standar perhitungan 2021
Melati, menurut perawat ketenagakerjaan
perhitungan dengan rumus 3. Identifikasi jumlah tingkat 2. Adanya kesesuaian antara
Douglas, Gilies, dan ketergantungan pasien per beban kerja perawat dengan
Depkes harinya jumlah pasien
4. Anjurkan menghitung jumlah 3. Perawat dapat melakukan
perawat dan pasien per harinya patent safety dengan
maksimal
5. Beberapa peralatan 1. Identifikasi peralatan yang terlihat 1. Pelaksanaan supervise Ns. A 7-12
kesehatan yang ada di tidak layak dilakukakn secara rutin dan Juni
Ruang Melati sudah mulai 2. Dorong perawat untuk mengganti komprehensif untuk 2021
rusak peralatan yang tidak layak dengan mengetahui adanya
yang baru kerusakan-kerusakan pada alat
3. Fasilitasi peralatan yang baru kesehatan
disetiap ruangan di rumah sakit 2. Pengecekan alat kesehatan
4. Anjurkan melaporkan peralatan dilakukan secara
yang tidak layak pakai berkesinambungan
3. Adanya evaluasi yang
berkesinambungan terkait
penggunaan alat dan
kelayakan pakai
4. Pelaporan peralatan yang
tidak layak pakai segera
dilakukan

Anda mungkin juga menyukai