Arachis Arumawati - F18025 - Semester 5 - Makalah UTS
Arachis Arumawati - F18025 - Semester 5 - Makalah UTS
MAKALAH
PERHITUNGAN UNIT COST PADA PELAYANAN UNIT
LABORATORIUM DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
(ABC)
Dibuat untuk Memenuhi Ulangan Tengah Semester Mata Kuliah Perencanaan Anggaran
Disusun oleh :
Arachis Arumawati (F18025)
Semester 5
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah perencanaan anggaran untuk
memenuhi Ulangan Tengah Semester dengan judul “Perhitungan Unit Cost Unit Pelayanan
Laboratorium dengan Metode Activity Based Costing (ABC)”.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................3
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pimpinan rumah sakit harus mampu menyediakan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat dengan kualitas yang baik dan harga yang masuk akal, oleh
karena itu dibutuhkan informasi mengenai biaya aktual dari pelayanan yang mereka
sediakan. Rumah sakit menggunakan akuntansi biaya untuk memperkirakan biaya unit
layanan yang disediakan. Informasi tersebut dapat membantu rumah sakit dalam
merancang anggaran dan harga yang realistis, mengidentifikasi biaya yang tidak efisien
dan memproyeksikan efeknya terhadap sumber daya yang dimiliki. Saat ini terdapat dua
metode akuntansi biaya, yaitu metode tradisional dan metode activity based costing.
Kekurangan dari akuntansi biaya tradisional yaitu hanya membebankan biaya produksi
ke produk, sehingga dapat mengakibatkan tidak akuratnya tarif yang harus dibayar oleh
pemakai jasa, dimana tarif bisa menjadi lebih murah (undercosting) atau lebih mahal
(overcosting) dari beban biaya yang seharusnya dikonsumsi. Sedangkan perhitungan
harga pokok produk berbasis aktivitas, atau activity-based costing (ABC),
mengalokasikan sumber biaya kepada objek biaya seperti produk, pelayanan, atau
pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan.
Menurut UU No. 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Salah satu
unit yang mempunyai beban kerja yang banyak pada rumah sakit adalah laboratorium
karena unit ini menyediakan pelayanan diagnostik dengan berbagai variasi pemeriksaan.
Dalam hal ini, activity-based costing (ABC) dapat menganalisis hubungan antara biaya
dan aktivitas yang lebih tepat dibandingkan penghitungan biaya tradisional.
Langkah-langkah analisis data kuantitatif adalah sebagai berikut :
(1) Mengidentifikasi dan menggolongkan semua biaya ke dalam aktivitas;
(2) Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai level aktivitas yang terdiri dari
aktivitas berlevel unit, batch, produk, dan fasilitas;
(3) Mengidentifikasi cost driver;
(4) Menentukan tarif per unit cost driver;
(5) Melakukan penelusuran dan pembebanan biaya ke produk;
(6) Menghitung tarif pelayanan laboratorium;
(7) Membandingkan hasil tarif layanan laboratorium dengan menggunakan metode
activity based costing dan metode tradisional.
1
Beberapa uraian di atas menjadi latar belakang untuk membuat makalah dengan judul
“Perhitungan Unit Cost Pada Pelayanan Unit Laboratorium dengan Metode Activity
Based Costing (ABC)”.
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode ABC merupakan sebuah metode yang dikembangkan dengan kelebihan bahwa
metode ABC dapat mengidentifikasi biaya tidak langsung dari kegiatan manajemen. Strategi
penetapan tarif sebuah perusahaan hendaknya menggunakan metode costplus, yaitu dengan
menghitung unit cost dengan metode ABC lalu menetapkan target keuntungan perusahaan.
Unit cost yang tinggi dapat mengakibatkan tarif yang tinggi pula, namun berefek pada
hilangnya sifat kompetitif pasar.
A. Menentukan Cost Per Unit Berdasarkan Metode ABC
Tabel 1. Menentukan Cost Per Unit Berdasarkan Metode ABC
Aktivitas Driver Total Cost Cost Per
Driver Unit
Unit Level Activity Cost
a. Biaya gaji analis Jml pemeriksaan Rp. 89.948.116 11.179 Rp. 8.046
labor
1. Hematologi Jml pemeriksaan 2587
rutin
2. Gula darah Jml pemeriksaan 2238
random
3. Waktu pemb & Jml pemeriksaan 1077
pend
b. Biaya gaji spPK Jml pemeriksaan Rp. 73.342.851 11.179 Rp. 6.561
1. Hematologi Jml pemeriksaan 2.587
rutin
2. Gula darah Jml pemeriksaan 2.238
random
3. Waktu pemb & Jml pemeriksaan 1.077
pend
c. Biaya listrik, air dan Luas lantai Rp. 410.526.317 1.524 Rp. 269.374
telepon
1. Hematologi Luas lantai 3,8
rutin
2. Gula darah Luas lantai 3,3
random
3. Waktu pemb & Luas lantai 1,6
pend
Batch Related Activity Cost
a. Biaya administrasi Jml pemeriksaan Rp. 22.358.000 11.179 Rp. 2.000
1. Hematologi Jml pemeriksaan 2.587
rutin
3
2. Gula darah Jml pemeriksaan 2.238
random
3. Waktu pemb & Jml pemeriksaan 1.077
pend
b. Biaya kebersihan Luas lantai Rp. 444.921.724 1.524 Rp. 91.943
dan keamanan
1. Hematologi Luas lantai 3,8
rutin
2. Gula darah Luas lantai 3,3
random
3. Waktu pemb & Luas lantai 1,6
pend
c. Biaya bahan medis Jml pemeriksaan Rp. 83.504.512 11.179 Rp. 7.470
habis pakai
1. Hematologi Jml pemeriksaan 2.587
rutin
2. Gula darah Jml pemeriksaan 2.238
random
3. Waktu pemb & Jml pemeriksaan 1.077
pend
d. Biaya ATK Jml pemeriksaan Rp. 3.730.500 11.179 Rp. 334
1. Hematologi Jml pemeriksaan 2.587
rutin
2. Gula darah Jml pemeriksaan 2.238
random
3. Waktu pemb & Jml pemeriksaan 1.077
pend
Facility Sustaining Activity Cost
a. Biaya depresiasi Luas lantai Rp. 360.450.000 1.524 Rp. 236.516
gedung
1. Hematologi Luas lantai 3,8
rutin
2. Gula darah Luas lantai 3,3
random
3. Waktu pemb & Luas lantai 1,6
pend
b. Biaya depresiasi Jml pemeriksaan Rp. 5.500.000 11.179 Rp. 492
fasilitas
1. Hematologi Jml pemeriksaan 2.587
rutin
2. Gula darah Jml pemeriksaan 2.238
random
3. Waktu pemb & Jml pemeriksaan 1.077
4
pend
Untuk menghitung cost per unit berdasarkan tabel tersebut yaitu dengan cara
membagi antara total biaya per unit dengan cost drivernya
Berdasarkan Tabel 1. terdapat 3 aktivitas untuk membuat dan menjual suatu produk,
antara lain:
1. Unit level activity cost adalah biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit
produk yang dihasilkan. Berdasarkan tabel diatas yang termasuk yaitu biaya tenaga
kerja yang terdiri dari biaya gaji analis laboratorium dan biaya gaji spPK serta biaya
air, listrik dan telepon. Untuk cost per unit yang tertinggi terdapat pada biaya air,
listrik dan telepon yaitu sebesar Rp. 269.374 karena cost drivernya rendah sedangkan
total biayanya tinggi.
2. Batch related activity cost adalah biaya yang berkaitan dengan jumlah batch produk
yang diproduksi. Misalkan pada tabel diatas yaitu termasuk biaya administrasi, biaya
kebersihan dan keamanan, biaya bahan medis habis pakai dan biaya ATK.
Berdasarkan tabel cost per unit yang tertinggi ada pada biaya kebersihan dan
keamanan yaitu sebesar Rp. 91.943, karena cost drivernya rendah dan cost per unit
yang terendah yaitu terdapat pada biaya ATK sebesar Rp. 334, karena total biayanya
rendah dan cost drivernya tinggi.
3. Facility sustaining activity cost adalah biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki suatu perusahaan. Untuk tabel diatas yang
ternasuk yaitu biaya depresiasi gedung dan biaya depresiasi fasilitas. Berdasarkan
tabel 1. cost per unit yang tinggi terdapat pada biaya depresiasi gedung yaitu sebesar
Rp. 236.516 karena total biayanya besar dan cost drivernya rendah.
5
Biaya ATK Rp. 334 2.587 Rp. 863.298
Biaya depresiasi gedung Rp. 236.516 3,8 Rp. 898.780
Biaya depresiasi fasilitas Rp 492 2.587 Rp. 1.272.788
Total biaya untuk pelayanan hematologi rutin Rp. 90.324.159
Jumlah pasien 2.587
Unit cost per pasien Rp. 34.915
Berdasarkan tabel 2. untuk menghitung unit cost per pasien disetiap pelayanan
laboratorium yaitu dengan cara tarif per unit di masing masing aktivitas dikali dengan
driver masing masing aktivitas sehingga menghasilkan total biaya untuk pelayanan
hematologi rutin yaitu sebesar Rp. 90.324.159 dan dibagi dengan jumlah pasien pada
pelayanan hematologi rutin sebanyak 2.587 pasien sehingga akan menghasilkan hasil
akhir berupa unit cost per pasien pada pelayanan hematologi rutin sebesar Rp. 34.915.
Berdasarkan tabel 3. untuk menghitung unit cost per pasien disetiap pelayanan
laboratorium yaitu dengan cara tarif per unit di masing masing aktivitas dikali dengan
driver masing masing aktivitas sehingga menghasilkan total biaya untuk pelayanan
pemeriksaan gula darah random yaitu sebesar Rp. 58.367.022 dan dibagi dengan jumlah
pasien pada pelayanan pemeriksaan gula darah random sebanyak 2.238 pasien sehingga
6
akan menghasilkan hasil akhir berupa unit cost per pasien pada pelayanan pemeriksaan
gula darah random sebesar Rp. 26.080.
Berdasarkan tabel 4. untuk menghitung unit cost per pasien disetiap pelayanan
laboratorium yaitu dengan cara tarif per unit di masing masing aktivitas dikali dengan
driver masing masing aktivitas sehingga menghasilkan total biaya untuk pelayanan
pemeriksaan waktu pembekuan dan pendarahan yaitu sebesar Rp. 28.088.151 dan dibagi
dengan jumlah pasien pada pelayanan pemeriksaan waktu pembekuan dan pendarahan
sebanyak 1.077 pasien sehingga akan menghasilkan hasil akhir berupa unit cost per
pasien pada pelayanan pemeriksaan waktu pembekuan dan pendarahan sebesar Rp.
26.080.
7
BAB III
KESIMPULAN
Untuk membuat dan menjual suatu produk terdapat 3 aktivitas yaitu unit level activity
cost, batch related activity cost dan facility sustaining activity cost. Dari tabel 1. yang
termasuk unit level activity cost yaitu biaya gaji analis laboratorium, biaya gaji spPK dan
biaya air, listrik dan telepon. Kemudian yang termasuk kedalam batch related activity cost
yaitu biaya administrasi, biaya kebersihan dan keamanan, biaya bahan medis habis pakai
serta biaya ATK. Sedangkan yang termasuk dalam facility sustaining activity cost yaitu
biaya depresiasi gedung dan biaya depresiasi fasilitas. Jumlah cost per unit terbesar ada pada
biaya air, listrik dan telepon yaitu sebesar Rp. 269.374, sedangkan yang terkecil terdapat pada
biaya ATK sebesar Rp. 334. Berdasarkan pengolahan data dengan metode ABC, unit cost per
pasien untuk pemeriksaan hematologi rutin sebesar Rp. 34.915, pemeriksaan gula darah
random sebesar Rp. 26.080, dan pemeriksaan waktu pembekuan dan waktu pendarahan juga
sebesar Rp. 26.080. Unit cost yang terbesar ada pada pemeriksaan hematologi rutin
sedangkan untuk hasil unit cost pemeriksaan gula darah random dan pemeriksaan waktu
pembekuan dan pendarahan adalah sama.
8
DAFTAR PUSTAKA
Oasthttamadea, R., Manjas, M., & Yurniwati, Y. (2019). Analisis Unit Cost Pelayanan Unit
Laboratorium Rumah Sakit Naili DBS Tahun 2017 dengan Metode Activity Based
Costing (ABC). Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2S), 8.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i2s.952