1.1LATAR BELAKANG...1
1.2TUJUAN PENELITIAN...5
1.3KERANGKA BERFIKIR...5
1.4RUMUSAN MASALAH...9
1.5MANFAAT PENELITIAN...9
2.2DEFINISI EKOWISATA...12
3.2PENGGUNAN LAHAN...38
3.4KEPENDUDUKAN...41
(9)
4.2DESAIN PENELITIAN...44
4.4VARIABEL PENELITIAN...46
5.1PENDEKATAN SISTEM...56
(10)
6.4PARTISIPASI MASYARAKAT...103
6.6PERMINTAAN PASAR...108
8.1KESIMPULAN...157
(11)
kawasan konservasi
25
5 Hubungan karakteristik antara unsur ekowisata dan fungsi
30
6 Satuan landform 38
13 Matriks Prospektif 55
22 Kapasitas kendaraan 86
(12)
30 Hasil analisis dari kriteria dampak negatif minimum 102 31 Hasil analisis dari
konstribusi pada perekonomian lokal 104 32 Hasil analisis dari kriteria partisipasi
masyarakat 107 33 Hasil analisis dari kriteria pendidikan dan pembelajaran 108
34 Karakteristik wisatawan mancanegara 111
37 Indikator jenis tanah dan kemiringan lereng untuk faktor erosi 116
40 Keterkaitan antar faktor dan kondisi untuk analisis prospektif 122 41 Rencana
strategi pengembangan ekowisata 124
48 Karakteritik pengunjung dan unsur kegiatan dalam kawasan 147 49 Jenis jenis
sirkulasi di kawasan suaka margasatwa 156
(13)
11 Sub-model kelestarian 67
ekowisata
(14)
©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi
(15)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
(16)
Apabila kita merujuk pada permintaan pasar wisata dunia, terlihat perubahan
minat berwisata dari wisata massal (mass tourism) yang mengandalkan 5S (Sun,
Sea, Sand, Scenery and Sex) mengarah pada wisata yang berwawasan lingkungan
(environmentally sound tourism) dan wisata yang berkelanjutan (sustainable
tourism). Hal ini dibuktikan dengan berubahnya pangsa pasar wisata internasional,
mengarah pada kegiatan wisata berwawasan lingkungan pada kawasan kawasan
wisata alam di Afrika dan Asia Pasifik (Mysak, 2001; Rahman et al. 1997).
Perubahan tersebut terjadi (shifting trend) sebagai akibat tingginya overvisitasi
pada kawasan wisata yang telah terkenal sebelumnya di kawasan Eropa dan
Amerika serta munculnya kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi kawasan
wisata artifisial (artificial tourism zone) yang mengubah lansekap alam dan
merusak lingkungan alamiah.
Perubahan trend wisata dunia tersebut melahirkan sebuah konsep baru berwisata
yang dikenal dengan ekowisata atau ecotourism, yang dinyatakan sebagai konsep
pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan berwawasan lingkungan melalui
pariwisata (Bachri, 2004:3 ; Ditjen PKA dan JICA, 2000: 2). Walaupun dalam
kenyataan, bagi para pelaku bisnis wisata konsep tersebut masih saja diasosiasikan
sebagai wisata minat khusus (niche tourism) yang dikaitkan dengan
penelitian/petualangan untuk menginterpretasikan keindahan fenomena alam yang
unik. Konsep tersebut juga diharapkan dapat menciptakan image baru bagi obyek
dan daya tarik wisata (ODTW) untuk keluar dari persoalan menurunnya
kunjungan wisatawan. Hal inilah yang mendorong aktivitas bisnis wisata untuk
terus berusaha meningkatkan kualitas lingkungan dan memasarkan produk wisata
yang ramah lingkungan.
(17)
(18)
(19)
tujuan utama diatas maka, dijabarkan beberapa tujuan antara penelitian yaitu: 1.
Mengidentifikasi dan mengevaluasi kriteria ekowisata yang
(20)
Dengan merujuk pada definisi ekowisata yang dirumuskan pada Rencana Strategi
Pengembangan Ekowisata Nasional yang menyatakan bahwa ekowisata adalah
suatu konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata berbasis
pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan serta berintikan partisipasi aktif
masyarakat dengan penyajian produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran,
berdampak negatif terhadap lingkungan, memberikan konstribusi positif terhadap
pembangunan daerah dan diberlakukan pada kawasan lindung, kawasan terbuka,
kawasan binaan serta kawasan budaya (Sekartjakrarini, 2004). Sehingga model
pengembangan ekowisata pada kabupaten Polewali- mandar didasarkan pada
kriteria dari penerapan konsep ekowisata pada pengembangan kawasan yaitu:
(21)
(22)
Daerah
Daya Tarik Flora/ Fauna Nilai Budaya Pesisir Peninggalan Tradisional Keindahan
Alam
Stakeholder
Pemerintah Masyarakat
Swasta Wisatawan
Sub model kelestarian sumberdaya Sub model dampak minimum Sub model
partisipasi masyarakat Sub model wisatawan dan pendapatan lokal
Strategi Pengelolaan
(23)
Disisi lain, UU no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, memicu konflik
antar stakeholder dalam pemanfaatan kawasan khususnya pada kawasan
konservasi seperti suaka margasatwa Mampie- lampoko. Disatu sisi masyarakat
berusaha untuk dapat mengambil keuntungan ekonomis dari kawasan dengan
merambah daerah hutan mangrove dan membuka areal pertambakan dengan
mengatasnamakan hak kepemilikan adat menjadi sebuah fakta yang memilukan.
Di sisi lainnya pemerintah daerah juga berupaya untuk mendapat keuntungan
ekonomis dengan mencoba mengalih fungsikan kawasan tersebut menjadi
kawasan pemukiman penduduk dan kawasan yang mempunyai fungsi ekonomis
dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini tentunya bertentangan
dengan kewenangan dalam pengelolaan kawasan suaka margasatwa berada pada
pemerintah pusat. Tarik menarik kepentingan tersebut akhirnya menimbulkan
konflik yang tidak hanya menimbulkan degradasi lingkungan, akan tetapi
menimbulkan konflik sosial yang kemudian berujung pada kondisi status quo,
tanpa adanya upaya untuk menjaga kelestarian.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh oleh para stakeholder dari penelitian ini
adalah bahan masukan bagi pihak:
(24)
2. Industri pariwisata; diversifikasi obyek dan daya tarik wisata (ODTW) untuk
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
perlunya pelestarian lingkungan hidup dan strategi yang dapat dilakukan untuk
melestarikan kawasan konservasi.
(25)
Ekowisata merupakan sebuah terminologi baru yang masih mencari jati diri,
sebagai sebuah konsep pariwisata yang berkelanjutan, ekowisata telah merubah
paradigma berwisata secara gradual di berbagai belahan dunia dan telah menjadi
mode baru dalam pengembangan pariwisata (Epplerwood, 2004; UN EP, 2002).
Dengan didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan
oleh World Commission for Environmental and Development (WCED) (1984:36)
sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Sejalan
dengan konsep tersebut, Agenda 21 for the travel tourism industry; toward
sustainable development menjabarkan konsep pembangunan pariwisata yang
berkelanjutan, sebagai:
(26)
Padatnya visitasi
Perubahan pola migrasi hewan Perjalanan dalam jalur migrasi Flora dan Fauna
Polusi
terkendali
Api yang tidak terkendali Sumber : Soeriatmaja (1997) dan Heriawan (2004)
(27)
kisah perjalanan penjelajah dunia seperti Darwin, Humbolt, Bates, Wallace, Van
steins dan lain lain dalam mempelajari menemukan dunia baru (new frontier)
dengan berbagai kebudayaan kuno dan tradisional (Fandeli, 2000). Selanjutnya,
pada tahun 1966 hingga 1967 usaha wisata untuk mendukung konservasi mulai
digalakkan, sebagai contoh; wisata whale watching dijadikan sebagai alternatif
dari penghapusan kuota penangkapan ikan paus di laut Artic. Akan tetapi, pada
saat itu, konsep ekowisata belum dirumuskan sebagai bagian dari konsep
pembangunan berkelanjutan walaupun konsep wisata yang mendukung konservasi
terus berkembangan dengan cepat diberbagai negara terutama setelah
(28)
(29)
form of tourism inspired primary by the natural history of an area, including its
indegeniouse cultures, the ecotourist visit underdeveloped areas in the spirit of
the appreciation, participation and sensivity”. Dari berbagai definisi diatas
terlihat bahwa konsep ekowisata sangat menekankan kegiatan wisata pada
kawasan alami dengan upaya konservasi dalam penyelenggaraannya.
Apabila kita merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Fennels (2001) masih
memperlihatkan begitu banyak variasi definisi mengenai ekowisata. Akan tetapi
terdapat beberapa unsur utama yang paling dominan dari penelitian tersebut
seperti konservasi (41,2%) dan pada kawasan alami (44,7%) (lihat Tabel 2). Hal
ini membuktikan bahwa pengertian dasar yang telah dibangun oleh Lascurain
(1997) masih menjadi fokus utama dari konsep tersebut.
Konservasi 33 41,2
Ekonomi 1 1,2
Interpretasi 4 4,7
Pembelajaran 4 4,7
Penelitian 3 3,5
Tanggungjawab 6 7,1
Kesejahteraan 8 9,4
Sumberdaya 2 2,4
(30)
Akan tetapi dalam kenyataannya konsep ekowisata menjadi sangat bias terlebih
dalam operasional dilapangan. Konsep tesebut diatas umumnya ditafsirkan
sebagai wisata alam yang dikombinasikan dengan wisata budaya. Pada beberapa
kawasan wisata di Indonesia, konsep ekowisata lebih dispesialisasikan sebagai
kegiatan wisata minat khusus (niche turism) seperti;
trekking, hiking, penelusuran gua, arung jeram dan wisata out bound. Hal ini
tentunya akan memberikan bias karena kegiatan wisata alam di Indonesia belum
dapat menunjang usaha konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem,
dimana aspek perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari belum
dipertimbangkan sebagai bagian dala m perencanaan wisata (Ditjen PKA dan
JICA, 2000). Selanjutnya, pengembangan wisata pada kawasan konservasi
dianggap masih sangat beresiko, hal ini disebabkan penegakan hukum masih
sangat lemah ditambah dengan pengawasan pembangunan pada kawasan
konservasi yang belum sesuai dengan visi dan misi pembangunan berkelanjutan
(Benyamin, 1997; Mulyaningrum, 2004; Safri, 2003)
(31)
2. Pembentukan masyarakat madani dan sensitif terhadap tata nilai budaya dan
sosial masyarakat.
(32)
(1997)
2 M Yuwana
(2000)
Penelitian ini masih mengasumsikan ekowisata sama dengan wisata alam dengan
kajian difokuskan pada peran serta masyarakat.
ELSEVIER SCIENCE
Environmental marketing
Penelitian ini melihat dampak sosial ekonomi masyarakat sebagi akibat dari
pengembangan pariwisata alam
(2004)
(33)
(2004)
Analisis daya saing ekowisata Penelitian diarahkan untuk melihat daya saing
ekowisata secara ekonomis
(34)
(35)
pembangunan
eksplorasi keikutsertaaan waktu Gambar 2 Diagram hipotetikal (tourism area life
cycle- TALC)
Untuk dapat melihat dampak dari pengembangan ekowisata terlebih dahulu perlu
diperhatikan hal-hal yang telah teridentifikasi dari perencana pengembangan
ekowisata karena hal ini akan menyangkut kelangsungan pertumbuhan kawasan
wisata dan juga tentunya akan menyangkut kelangsungan para pelaku wisata yang
berada dalam kawasan tersebut, diantaranya :
3. Tipe dari aktifitas wisata yang dapat ditawarkan pada sebuah kawasan wisata
beserta dengan variasi wisata yang mungkin dilakukan.
(36)
8. Pengelolaan kawasan yang terpadu (Wall and Wright, 1995; Justiano 1998)
(37)
alam. Wujud pola pemanfaatan ruang di antaranya meliputi pola lokasi, sebaran
permukiman, tempat kerja, industri, dan pertanian, serta pola penggunaan tanah
perdesaan dan perkotaan. Hasil perencanaan tata ruang yang disebut sebagai
rencana tata ruang sesungguhnya adalah konsep, ide dan merupakan instrumen
pengendali pembangunan suatu wilayah pemerintahan yang menjadi pegangan
bersama segenap aktor pembangunan baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta. Idealnya suatu rencana tata ruang disusun berdasarkan aspirasi kebutuhan
masyarakat yang dirumuskan dan dianalisis dengan metode dan teknik
perencanaan.
(38)
perkotaan, kawasan binaan dan cultural heritage asal sesuai dengan indikator
ekowisata yang telah dikembangkan sebelumnya (Sekartjakrini, 2004b).
Berdasarkan UU no. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistem terdapat 3 kegiatan yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban
pemerintah dan masyarakat yaitu: perlindungan terhadap sistem kehidupan,
pengawetan keanekaragaman hayati jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Hal
ini tentunya akan berdampak terhadap kegiatan yang dapat dilakukan dan tidak
dapat dilakukan pada kawasan konservasi yang memiliki fungsi strategis dalam
mendukung kehidupan manusia. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dan tidak
dapat dilakukan dalam kawasan konservasi dapat dilihat dalam tabel 4.
Tabel 4. Kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada kawasan konservasi
No Jenis Kawasan
Kegiatan yang dapat mengakibat kan perubahan terhadap keutuhan kawasan cagar
alam dengan cara : melakukan perburuan terhadap satwa yang berada di dalam
kawasan; memasukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli ke dalam
kawasan; memotong, merusak, mengambil, menebang, dan memusnahkan
tumbuhan dan satwa dalam dan dari kawasan; menggali atau membuat lubang
pada tanah yang mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa dalam kawasan,
atau mengubah bentang alam kawasan yang mengusik atau mengganggu
kehidupan tumbuhan dan satwa
(39)
2 Suaka margasatwa
3 Taman Nasional
Kegiatan yang dapat mengakibat- kan perubahan terhadap keutuhan zona inti
Kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lainnya
Kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lainnya
(40)
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa perbedaan yang mendasar dari upaya
pemanfaatan jasa lingkungan, untuk sektor wisata, merupakan salah satu yang
sangat penting dalam pemanfaatan kawasan konervasi. Pada kawasan suaka alam,
kegiatan wisata yang sifatnya terbatas hanya dapat dilakukan pada blok rimba
dalam kawasan suaka margasatwa. Hal ini didukung oleh PP no. 18 tahun 1994
tentang Pengusahaan pariwisata alam di zona pemanfaatan taman nasional, taman
hutan raya, dan taman wisata alam. Dimana jenis jenis usaha wisata yang dapat
dilakukan yaitu akomodasi, makanan dan minuman, sarana wisata tirta, angkutan
wisata, cinderamata dan sarana budaya. Dimana dalam pelaksanaannya harus
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya:
1. Wisata darat yang meliputi: lintas alam, mendaki gunung, menelusuri gua,
berburu, fotografi, rekreasi pantai, berkemah, penelitian dan pendidikan.
(41)
pula dalam pengembangan wisata buru, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah no.
13 Tahun 1994 tentang perburuan.
Kawasan suaka margasatwa yang merupakan bagian dari kawasan suaka alam
didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman
dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan
pembinaan terhadap habitatnya. Merujuk PP no. 68 tahun 1998, penunj ukan
sebuah kawasan menjadi kawasan suaka margasatwa yang pengelolaannya
dikelola oleh pemerintah pusat dapat dilakukan apabila telah me menuhi kriteria
sebagai berikut ;
1. Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa yang perlu
dilakukan upaya konservasinya.
3. Merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dan atau dikhawatirkan akan
punah.
5. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
(42)
a. penelitian yang meliputi: penelitian dasar dan penelitian untuk dapat menunjang
pemanfaatan dan budidaya
Karenanya terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada kawasan suaka
maragasatwa dalam rangka pengawetan diantaranya: perlindungan dan
pengamanan kawasan, inventarisasi potensi kawasan, penelitian dan
pengembangan yang menunjang pengawetan. pembinaan habitat dan populasi
satwa , adapun pembinaan habitat dan populasi satwa, meliputi kegiatan :
b. Pembuatan fasilitas air minum dan atau tempat berkubang dan mandi satwa c.
Penanaman dan pemeliharaan pohon-pohon pelindung dan pohon-pohon
Berdasarkan definisi dan fungsinya maka kegiatan wisata alam terbatas dapat
dilakukan pada kawasan suaka margasatwa. Dimana wisata terbatas yang dapat
dikembangkan disesuaikan dengan unsur lain seperti usaha perlindungan kawasan,
pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan disamping memberikan
kesempatan kepada wisatawan untuk menikmati keunikan kawasan dengan
mempertahankan kelestariannya. Karenanya pengembangan kawasan suaka
margasatwa dengan konsep ekowisata sangatlah tepat dilakukan mengingat
beberapa definisi ekowisata yang terdapat dalam RENSTRA ekowisata
dinyatakan sebagai “Konsep pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan
pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan serta berintik an
partisipasi aktif masyarakat dan dengan penyajian produk bermuatan pendidikan
dan pembelajaran, berdampak negatif minimum terhadap lingkungan,
memberikan konstribusi positif terhadap pembangunan daerah dan diberlakukan
(43)
pada kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan binaan serta kawasan budaya ”
(Sekartjakrarini, 2004), akan dapat memberikan dampak positif bagi kelestarian
kawasan. Untuk dapat melihat secara utuh dapat dijabarkan dalam tabel berikut :
Tabel 5. Hubungan keterkaitan antara unsur ekowisata dan fungsi kawasan suaka
margasatwa.
Unsur Ekowisata dalam Renstra Fungsi dan kegiatan yang dapat dilakukan pada
kawasan suaka margasatwa
Adapun tujuan pokok dari penunjukan sebuah kawasan suaka margasatwa adalah
upaya perlindungan terhadap kelestarian dan keunikan kawasan yang mempunyai
ciri khas tertentu terutama satwa
Pendidikan Salah satu fungsi yang mungkin dilakukan dalam kawasan suaka
margasatwa adalah fungsi pendididkan dan
penelitian
Berdasarkan hasil tabel diatas terlihat bahwa konsep ekowisata dapat dilakukan
sebagai bagian dalam pengembangan kawasan suaka margasatwa, karena unsur
unsur ekowisata yang menjadi standar minimum dalam menjaga kelestarian
kawasan SM dapat dipenuhi.
(44)
perlindungan sumberdaya alam dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
disekitar kawasan.
Blok inti adalah bagian dari kawasan suaka margasatwa yang mutlak untuk
dilindungi. Kegiatan pengelolaan diarahkan untuk melindungi alam serta
memelihara proses-proses alamiah agar diperoleh contoh ekologis lingkungan
alam. Kegiatan yang dapat dilakukan di daerah ini adalah penjagaan dan kegiatan
pendidikan, penelitian yang dilakukan dengan izin khusus, dengan demikian
kegiatan pengelolaan kawasan ini adalah mutlak menjadi tanggung jawab balai
konservasi sumber daya alam (BKSDA).
(1)
http://www.globalwetlands.org/docs/5%20Papers%20&%20Paper
%20Abstracts/Mba iwa,%20Bernard,%20Orford%205.4.doc. [20 September
2006]
INDECON. 1999. Pelatihan Ekowisata ; Memperkuat Perspektif Pemahaman
Ekowisata di Indonesia. Yayasan Indecon. Jakarta.
http://www.mysack.com/community/northern/lifestyle/travel/ecotourism/shtml.
[23 Agustus 2004].
(2)
Saragih, B., and Satywan. S. 2001. Lake Toba; The Need for an Integrtaed
Management System. Annual Tourism Research 23 (1) : 110-121.
Shelly, R. and G, Wall. 2001. Evaluating Ecotourism; the Case North Sulawesi.
Annual Tourism Research 23 [1]: 122-132.
(3)
September 2006]
Widada. 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung
Halimun bagi Masyarakat . [disertasi]. Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Wright, K. 1993. Tapping into Market Potential for Ecotourism. Annual Tourism
Research ELSEVIER SCIENCE 45 (2) : 56-67
(4)
(5)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
(6)
Apabila kita merujuk pada permintaan pasar wisata dunia, terlihat perubahan
minat berwisata dari wisata massal (mass tourism) yang mengandalkan 5S (Sun,
Sea, Sand, Scenery and Sex) mengarah pada wisata yang berwawasan lingkungan
tourism). Hal ini dibuktikan dengan berubahnya pangsa pasar wisata internasional,
Perubahan trend wisata dunia tersebut melahirkan sebuah konsep baru berwisata
yang dikenal dengan ekowisata atau ecotourism, yang dinyatakan sebagai konsep
pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan berwawasan lingkungan melalui
pariwisata (Bachri, 2004:3 ; Ditjen PKA dan JICA, 2000: 2). Walaupun dalam
kenyataan, bagi para pelaku bisnis wisata konsep tersebut masih saja diasosiasikan
sebagai wisata minat khusus (niche tourism) yang dikaitkan dengan
penelitian/petualangan untuk menginterpretasikan keindahan fenomena alam yang
unik. Konsep tersebut juga diharapkan dapat menciptakan image baru bagi obyek
dan daya tarik wisata (ODTW) untuk keluar dari persoalan menurunnya
kunjungan wisatawan. Hal inilah yang mendorong aktivitas bisnis wisata untuk
terus berusaha meningkatkan kualitas lingkungan dan memasarkan produk wisata
yang ramah lingkungan.
Parts
» Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah merancang
strategi Kerangka Berfikir
Show more
0 23 9
0 18 10
0 3 157
0 2 147
1 26 196
0 0 113
0 1 11
0 3 125
STRATEGI PENGEMBANGAN SUAKA MARGASATWA PADANG
SUGIHAN SEBAGAI OBJEK WISATA ALAM DI KABUPATEN
BANYUASIN
0 0 14
o
o
o
Dukungan
info@id.123dok.com
Syarat penggunaan
Kebijakan tentang cara menjual dokumen
Links
Titles
Topics