Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada kehadiran Allah, yang telah memberikan penyusun
kesehatan jasmani dan rohani karena dengan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Konsep Seksualitas” . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikososial dan budaya dalam keperawatan.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Konsep Seksualitas.
Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dan berbagai sumber reverensi. Dalam
menyelesaikan makalah ini penyusun mengalami banyak hambatan dari segi pengetahuan dan
informasi .
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan , hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki . Maka dari itu penyusun mengharapkan
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 7 September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………………….….3
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………3
C. Tujuan………………………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian seksualitas………………………………………………………………..4
B. Fungsi seksualitas…………………………………………………………………….4
C. Kesehatan seksualitas………………………………………………………………...7
D. Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia……………………………………...7
E. Respon seksualitas…………………………………………………………………..10
F. Permasalahan seksualitas……………………………………………………………11
G. Penyimpangan-penyimpangan seksualitas…………………………………………..12
H. Faktor yang mempengaruhi seksualitas……………………………………………...15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………..17
B. Saran………………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seks adalah topik yang sudah lama dianggap tabuh oleh orang dewasa. Secara
bertahap, lebih dari 30-50 tahun, pengetahuan tentang seks dan pembicaraan tentang
masalah seksualitas telah dikenal sebagai hal yang penting dan perlu bagi
perkembangan manusia. Sejak pertengahan tahun 1960-an, tenaga perawat kesehatan
telah mengenali keterkaitan kesehatan seksual sebagai komponen kesejahteraan.
Meskipun demikian, banayak klien dewasa yang kurang pengetahuan tentang
seksualitas atau enggan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan
seksualitas. Misalnya, kekhawatiran mencakup hal tentang melakukan hubungan
seksual setelah melahirkan, kenormalan perkembangan, dan ansietas terhadap efek
medikasi anthiprensif pada fungsi seksual.
Dalam pendekatan holistik terhadap perawatan kesehatan klien, semua aspek
saling berintraksi. Oleh karna itu, seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
aspek biologis, psikologis, sosiologis, budaya, dan spiritual manusia. Kebutuhan untuk
mengetahui dan menghadapi isu seksualitas dalam praktek perawatan kesehatan tidak
dapat diabaikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan seksualitas?
2. Apa saja Fungsi seksualitas?
3. Apa saja Permasalahan seksualitas?
4. Apa saja Penyimpangan-penyimpangan seksualitas?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi seksualitas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu seksualitas?
2. Untuk mengetahui apa itu Fungsi seksualitas?
3. Untuk mengetahui apa saja Permasalahan seksualitas?
4. Untuk mengetahui apa saja Penyimpangan-penyimpangan seksualitas?
5. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi seksualitas?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan
yang berhubungan dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999). Sedangkan menurut WHO
dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang
kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual,
erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi.
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak
terpisahkan dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu.
Seksualitas tidak sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis,
psikologi personal, dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan
individu untuk memberi dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas
dan konsep diri seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu
tentang seksualitas seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita, dan
pembelajaran peran-peran maskulin atau feminin.
Nilai atau aturan sosio budaya membantu dalam membentuk individu
berhubungan dengan dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual
dengan orang lain. (Bobak: 2004)
2 aspek seksualitas:
1. Seksualitas dalam arti sempit
Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam kelamin adalah sebagai
berikut:
a) Alat kelamin itu sendiri
b) Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya
alat kelamin
c) Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan
perempuan
d) Hubungan kelamin

4
2. Seksualitas dalam arti luas
Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin antara lain:
a) Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll
b) Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll
c) Perbedaan peran. (Mardiana: 2012)

B. Fungsi Seksualitas
1. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya
keinginan yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia
sebenarnya belum menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini
adalah macam masyarakat yang secara tradisional wanita hanya dianggap layak
dinikahi apabila ia sanggup membuktikan kesuburannya.
2. Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan
atau kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan
kenikmatan khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
3. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-
sama hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini adalah esensi
dari keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat keintiman tersebut
berakar dari risiko psikologis yang terlibat; secara khusus, resiko ditolak,
ditertawakan, mendapati bahwa dirinya tidak menarik, atau kehilangan kendali
dapat memadamkan gairah pasangan.
4. Menegaskan maskulinitas atau feminitas
Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena
sebab lain (mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek penuaan),
kita mungkin menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.
5. Meningkatkan harga diri
Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual, secara
umum dapat meningkatkan harga diri.

5
6. Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan
Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek
maskulinitas, dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik, biasanya berada
dalam posisi dominan. Namun, seks dapat digunakan untuk mengendalikan
hubungan baik oleh pria dan wanita dan karenanya sering merupakan aspek
penting dalam dinamika hubungan. Kekuasaan tersebut mungkin dilakukan
dengan mengendalikan akses ke interaksi seksual, menentukan bentuk pertalian
seksual yang dilakukan, dan apakah proses menimbulkan efek positif pada harga
diri pasangan. Sementara dapat terus menjadi faktor dalam suatu hubungan yang
sudh berjalan, hal ini juga merupakan aspek yang penting dan menarik dalam
perilaku awal masa “berpacaran”.
7. Mengungkapkan permusuhan
Aspek penting dalam masalah “dominasi” pada interaksi seksual pria-wanita
adalah pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini paling
relevan dalam masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak kasus
penyerangan atau pemaksaan seksual dapat dipandang sebagai perluasan dari
dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh pria terhadap wanita. Juga terdapat
keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat dipahami sebagai suatu
ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau terhadap wanita itu
sebagai pengganti wanita lain.
8. Mengurangi ansietas atau ketegangan
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan
sebagai cara untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.
9. Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan,
misalnya ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual.
Adanya resiko tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan
terjadinya epidemi HIV dan AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya
resiko akan memadamkan respon seksual sehingga mereka mudah menghindari
resiko tersebut. Namun, bagi beberapa individu, gairah yang berkaitan dengan
persepsi resiko malah meningkatkan respons seksual. Untuk individu yang seperti
ini, resiko seksual menjadi salah satu bentuk kesenangan yang dicari.

6
10. Keuntungan materi
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh
keuntungan dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan,
sampai masa ini masih sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu
bentuk perlindungan dan bukan semata mata ikatan emosional komitmen untuk
hidup bersama.

C. Kesehatan Seksualitas
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik,
mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang
bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya
dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan
oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan,
penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual
individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN, 2006).

D. Pertumbuhan Dan Perkembangan Seks Manusia


Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari beberapa
tahap yaitu:
a. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks
dengan menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi
baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil menghisap
jarinya. Oleh karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
b. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air
besar, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya
tercapai.
c. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya.
d. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah
terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan
adanya pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas
tertidur, untuk siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.

7
e. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai
berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus
berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan dipuja
dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak.
Saat ini masa yang sangat berbahaya, sehingga memerlukan perhatian orang tua.
Pada wanita telah mulai dating bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah
sehingga dapat menyebabkan kehamilan atau hamil bila mereka melakukan
hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani belum mencapai tingkat
dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki, memberikan
dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :2009)
 Berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual
1. Remaja
Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan
penegasan identitas gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas terjadi
perubahan-perubahan di tubuh yang berlangsung tanpa dapat diduga
sementara perubahan-perubahan hormon menimbulkan dampak pada
reaktivitas emosi.
2. Pasangan dan awal perkawinan
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman
dalam pertalian seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh “pengalaman
barunya”. Pada tahap inilah membangun komunikasi yang baik menjadi
sangat penting untuk kelanjutan perkembangan pertalian seksual. Apabila
pasangan tidak mengembangkan cara-cara yang memungkinkan
pasangannya mengetahui apa yang mereka nikmati dan apa yang tidak
menyenangkan maka akan muncul masalah yang seharusnya dapat dihadapi
dan dipecahkan.

8
3. Awal menjadi orang tua
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan
lebih lanjut akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya
mengalami penurunan keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati
seks menjelang akhir kehamilnya karena terjadinya perubahan-perubahan
fisik dan mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai alasan merupakan
salah satu periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang apabila
pasangan obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai
untuk mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan.
Masalah jangka panjang yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya
gairah seksual pihak wanita.
4. Usia paruh baya
Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi
hambatan yang berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam
hubungan seksual telah lama hilang. Bagi banyakorang halini tidak
menimbulkan masalah. Mereka telah mengembangkan bentuk kenyamanan
intimasiseksual lain yang tetap menjadi bagian integral dari hubungan
mereka. Tetapi bagi yang lain, kualitas hubungan seksual yang rutin ini
akan memakan korban. Pada keadaan seperti ini stress di tempat kerja
misalnya akan mudah menyebabkan kelelahan dan memadamkan semua
antusiasme spontan untuk melakukan aktivitas seksual. Hubungan intim
menjadi jarang dilakukan dan sebagai konsekuensinya dapat timbul
ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut.
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi
terutama adalah masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada
wanita. Proses penuaan memang menimbulkan dampak pada seksualitas
tetapi tentu tidak selalu negatif. Pasangan pada usia ini lebih kecil
kemungkinannya meminta pertolongan dalam konteks keluarga berencana
atau kesehatan reproduksi.

9
E. Respon Seksualitas
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-turut. 
“Normal” pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil
bercinta yang memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual :
a) Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa
menit sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan
meliputi:
 Peningkatan ketegangan otot
 Peningkatan denyut jantung
 Perubahan warna kulit
 Aliran darah ke daerah genital
 Mulainya pelumasan Vagina
 Testis membengkak dan skrotum mengencang
b) Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa
perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi:
 Fase kegembiraan meningkat
 Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
 Klitoris menjadi sangat sensitive
 Testis naik ke dalam skrotum
 Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan
darah
 Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
c) Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase
terpendek, hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik
seperti berikut:
 Kontraksi otot tak sadar
 Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
 Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
 Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
 Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh

10
d) Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan
kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi,
keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan
fase resolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme,
sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum orgasme
selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori
akan sering meningkat.
F. Permasalahan Seksualitas
Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
1. Ketidaktahuan mengenai seks
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya
sendiri. Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh
banyak orang. Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat.
Ini berpangkal dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara
masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja.
Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan
pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di
sekolah atau lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks
didapatkannya dari berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan
pendidikan soal seks kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan
memisahkan anak-anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun,
sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya dengan
menghindarkan anak-anaknya mandi bersama keluarga atau juga teman-temannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-
jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si
anak. Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-
pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan
terjadi pada usia 13 – 15 tahun pada pria dan 12 – 14 tahun pada wanita. Saat
itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari masa anak-anak
menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.
2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini
dalam melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup,
sang wanita harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-
hari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan
11
pasangan yang sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik
minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur. Kelelahan bisa menyebabkan
bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lawan jenis
dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa memadamkan
gairah seks.
3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai
perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik
menjadi kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses
foreplay. Pasangan dapat mempertajam perselisihan mereka dengan menghindari
seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain,
yang sangat melukai perasaan pasangannya. Kemarahan dan kecemasan yang tidak
terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalah seksual antara lain masalah
ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan
antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan tidak juga buruk. Jadi
haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau
perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks.
4. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap
seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi
berlebihan sampai ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan
itu adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak
terpenuhi. Masalah ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah hidup
bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama untuk
jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan yang datang
ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang demikian
melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru.
G. Penyimpangan-penyimpangan seksualitas
Penyimpangan seksual atau kelainan seksual adalah tindakan atau perilaku seksual
yang tidak sewajarnya atau tidak selayaknya untuk dilakukan. Macam-macam
kelainan seksual sebagai berikut:
1. Sadisme Seksual an Masokhisme Seksual
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual
diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu
menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan
12
kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya
disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
2. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan
memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan
kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin
terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya
yang dilanjutkan denganmasturbasi hingga ejakulasi.
3. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni
vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan
seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang,
mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan
mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban
yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan
dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya.
Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan
seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para
penderita perilaku seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan
ataukonseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat
membantu mengatasi keadaan mereka.
4. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas
seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana
dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan
seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan
kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk
mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual
yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
5. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak fisik
yang merangsang dengan anak di bawah umur.
6. Bestially

13
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang
seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain
sebagainya.
7. Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri
seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengan anak laki-lakinya.
8. Necrophilia/Necrofil

Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah
menjadi mayat / orang mati.

9. Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan
hubungan seks dengan hewan.
10. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik
pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan
11. Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan
kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya
ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
12. Gerontopilia
Adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan
mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek
atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan
seksual, dari sekian banyak gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme,
sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme,
dan lain sebagainya. Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila menghadapi
istri/suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin
ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi
cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit
lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).
13. Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan
seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita
perempuan. Dalam DSM IV-TR, Homoseksual tidak termasuk gangguan seksual

14
lagi, tetapi hanya pada kelainan arah pemuasan seksual. Hal yang memprihatinkan
disini adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko
AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun
2000), kaum homoseksual yang "mencari" pasangannya melalui internet, terpapar
risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan
mereka yang tidak.
H. Faktor yang mempengaruhi seksualitas
Banyak faktor yang mempengaruhi seksualitas individu sebagai berikut :
1. Budaya
Seksualitas diatur oleh budaya individu. Sebagai contoh, budaya memengaruhi
cara berpakaian berdasarkan jenis kelamin, harapan prilaku peran dan tanggung
jawab sosial, dan praktik seks tertentu.
Sikap masyarakat bervariasi. Ada beberapa contoh seperti :
 poligami (memiliki beberapa pasangan ) atau monogami ( pasangan
menikah hanya satu dapat menjadi norma ). Peran pria dan wanita juga
beragam sebagai contoh, dalam budaya iran tradisional wanita tidak di
perkenankan bekerja di luar rumah.
 Praktik seks spesifik mencangkup ritual pubertas,memper canti tubuh dan
sirkumisi pada wanita serta memutilasi genetalia wanita. Ritual pubertas
pada remaja dalam budaya afrika dan australia, mencangkup sirkumsisi
( pengangkatan prepusium penis ).

Karena klien dapat berbeda dalam pendekatan mereka terhadap seksualitas,


perawat harus waspada dan mempertimbangkan faktor budaya saat melakukan
pendekatan terhadap masalah seksual dalam perawatan kesehatan.

2. Nilai keagamaan
Agama mempengaruhi ekspresi seksual. Agama memberikan pedoman untuk
perilaku seksual dan situasi yang dapat diterima untuk perilaku tersebut, juga
perilaku seksual yang dilarang dan konsekuensi melanggar peraturan seksual.
Pedoman atau peraturan tersebut dapat terperinci. Sebagai contoh contoh beberapa
agama memandang bentuk ekspresi seksual selain hubungan pria – wanita sebagai
sesuatu yang tidak alamiah dan mempertahankan keperawanan sebelum menikah
merupakan keharusan.Banyak agama menilai konflik nilai masyarakat yang lebih
fleksibel yang telah di kembangkan selama beberapa dekade terakhir ( seringkali

15
disebut revolusi seksual ) seperti penerimaan hubungan seksual pernikahan,
menjadi ibu tanpa menikah, homoseksualitas dan aborsi.
3. Etika Personal
Contohnya termasuk masturbasi, hubungan seksual oral atau anal dan pria
berpakaian wanita atau wanita berpakai pria. Banyak orang menerima ekspresi
seksual dalam beragam bentuk apabila ekspresi tersebut dilakukan dengan
persetujuan orang dewasa, di praktikan secara pribadi, dan tidak membahayakan.
4. Status Kesehatan
Pikiran tubuh dan emosi yang sehat sangat penting untuk kesejahteraan seksual.
Banyak faktor kesehatan yang dapat mengganggu ekspresi seksualitas. Berikut
adalah contoh gangguan umum yang dapat menggangu ekspresi seksual : Penyakit
jantung, Kanker Prostat, Histerektomi, Diabetes Melitus, Prosedur Bedah,
Penyakit Sendi, Nyeri kronik, Penyakit menular Seksual, Gangguan mental dan
Medikasi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kebutuhan seksual
yang dialami oleh orang dewasa merupakan kebutuhan seks yang mengalami
penurunan fungsi organ reproduksi mengakibatkan kecanggungan dalam hubungan
pasangan suami istri.
Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual
dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisi
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan kesehatan seksual.
Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko
mengalami perubahan fungsi seksual yang negatif yang di pandang sebagai tidak
berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan dan umumnya bagi ahli medis diharapakan
mampu memahami dan menerapkan keilmuan mengenai seksualitas dalam
keperawatan ini dalam asuhan keperawatan kepada klien dan diri sendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA
http://inirizamala.blogspot.com/2013/05/konsep-seksualitas-manusia.html

18

Anda mungkin juga menyukai