Anda di halaman 1dari 25

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

INFEKSI POST PARTUM

Disusun oleh:

1. Adiningsih kurnia (0118002)


2. Fanny Okte Novita (0118015)
3. Putri Diah (0118032)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-
organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil.Masa ini membutuhkan
waktu sekitar 6 minggu (Varney, Helen, 2001:225). Dari definisi lain
menyebutkan, Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, Hanifa,1999:237).
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-
alat genitalia dalam masa nifas. (Adele Pillitteri, 2007). Salah satu infeksi
pada masa nifas adalah : Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan
pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis
cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena
kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut yang
menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas
bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Perlu dibutuhkan pemantauan khusus terhadap ibu nifas yang
mengalami keluhan-keluhan yang diperkirakan akan mengarah ke gejala
patologis masa nifas.

2
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian infeksi postpartum.
2. Mengetahui etiologi infesi postpartum.
3. Mengetahui manifestasi klinis infeksi postpartum.
4. Mengetahui cara terjadinya infeksi postpartum.
5. Mengetahui patofisiologi terjadinya infeksi postpartum.
6. Mengatahui Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
7. Mengetahui Jenis-jenis infeksi postpartum

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian Infeksi Nifas atau Postpartum
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. (Muchtar, 1998 : 115).
b. Periode postpartum (puerperium) adalah jangka waktu 6 minggu,
yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan. (Bobak, 2000 :
716).
c. Masa nifas atau postpartum adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Hanifa, 1999 : 237).
d. Postpartum adalah masa setelah melahirkan dimana masa ini
meliputi beberapa minggu pada waktu saluran reproduksi kembali
ke keadaan sebelum hamil yang normal. (Cuningham, 1995 : 281).
e. Pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa : “Masa nifas disebut juga postpartum atau
puerperium, adalah masa penyembuhan dan pulihnya kembali alat-
alat reproduksi sejak selesai melahirkan sampai pada keadaan
normal, seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6 minggu.
f. Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ).
g. Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam,
1998 : 413).

4
Jadi, yang dimaksud dengan infeksi postpartum adalah infeksi
bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai
dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

2. Periode Nifas atau Postpartum


a. Periode Immediate postpartum : terjadi dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan.
b. Periode Early postpartum : terjadi setelah 24 jam postpartum
sampai akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko
sering terjadi pada ibu postpartum, hampir seluruh sistem tubuh
mengalami perubahan secara drastic.
c. Periode late postpartum : terjadi mulai minggu kedua sampai
minggu keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara
bertahap.

3. Etiologi
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme
anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan
lahir atau mungkin juga dari luar.Penyebab yang terbanyak dan lebih dari
50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat
yang ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril ,
tangan penolong , dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit

5
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum ,
menyebabkan infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering
ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun
dari luar rumah sakit.

4. Faktor Predisposisi
a. Faktor predisposisi infeksi postpartum
1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh,
seperti perdarahan, dan  kurang gizi atau malnutrisi
2) Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
3) Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan
lahir.
4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
5) Anemia, higiene, kelelahan
6) Proses persalinan bermasalah :
Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik,
kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang
berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
b. Cara Terjadinya infeksi
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan
pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain
ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen,
berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi.
Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana
termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang

6
digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada
waktu nifas.
3) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi
penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
4) Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala
pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum
biasanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban
sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan
dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai
dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat
meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan
berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki
dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati
amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.

5. Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi
umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan
metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh
tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B).
Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus
berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma.
Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan
yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel
fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul
dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh
yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).
(Sjamsuhidajat, R, 1997 ).

7
6. Pathway infeksi postpartum.
Trauma persalinan,infeksi nosokomial

Daerah bekas insersio plasenta

Kuman tumbuh dalam tubuh wanita (serviks,vulva,perineum) lokhea


berbau busuk
Infeksi Postpartum

Peningkatan suhu Merangsang


tubuh pegeluaran
mediator kimia

Demam tinggi
Merangsang sel-
sel disekitar luka
Takikardi anoreksia

Mual, muntah Sensasi nyeri

Nutrisi kurang
dari kebutuhan

8
7. Manifestasi Klinis
a. Peningkatan suhu
b. Takikardie.
c. Nyeri pada pelvis
d. Demam tinggi
e. Nyeri tekan pada uterus
f. Lokhea berbau busuk/ menyengat
g. Penurunan uterus yang lambat
h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy

8. Pengobatan Infeksi Kala Nifas


Pengobataninfeksi pada masa nifas antara lain:
a. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka
operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika
yang tepat.
b. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
c. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
laboratorium.
d. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi
darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta
perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.

9. Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas


Infeksinifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:
a. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin
185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1
gr 4-6 jam kemudian peroral.
b. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM,
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam
IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.
c. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.

9
d. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
e. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

10. Komplikasi
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan
resiko terjadinya emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri
di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang
berat dan bahkan kematian.

11. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Masa Persalinan
a) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah
pecah.
b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat
harus suci hama.
d) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik
pervaginam maupun perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-
baiknya dan menjaga sterilitas.
e) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan
dengan penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.
f) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang
hilang harus segera diganti dengan transfusi darah.
g) Masa Nifas
h) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi,
begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan
dengan alat kndung kencing harus steril.

10
i) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam
ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
j) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2) Masa Kehamilan:
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi
seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati
penyakit-penyakit yang diderita ibu.Pemeriksaan dalam jangan
dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus
pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan
hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini
terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b. Pencegahan infeksi postpartum :
1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik.
Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan
trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan
penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat
persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu
dan atas indikasi yang tepat.
3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat
pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita
sehat yang berada dalam masa nifas.
c. Penanganan umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam
proses persalinan) yang dapat  berlanjut menjadi
penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang
mengalami infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau
infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.

11
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah
dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat
pertolongan dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir,
dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan
Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
d. Pengobatan secara umum
1) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina,
luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan
antibiotika yang tepat dalam pengobatan.,
2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan
antibiotika spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil
laboratorium.
4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan
komplikasi yang dijumpai.
e. Penanganan infeksi postpartum :
1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah
bila perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk
ke dalam rongga perineum.

12
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995 : 18).
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian untuk
mengumpulkan informasi tentang klien yang akan dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
kesehatan klien sehari-hari meliputi :
1) Identitas
a) Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan darah,
diagnosa medis, status marital, alamat.
b) Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur,
suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama,
hubungan dengan klien, alamat.
2) Status Kesehatan
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Biasanya klien akan mengeluh nyeri pada daerah
luka.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang
dirasakan klien. Biasanya nyeri akan bertambah bila
bergerak/mengubah posisi, nyeri berkurang jika klien
diam atau istirahat, nyeri dirasakan seperti diiris-
iris/disayat-sayat, skala nyeri bervsariasi dari 2-4 (0-5).
Dijabarkan dengan PQRST.

13
c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu ada apakah
pernah mengalami operasi sebelumnya, riwayat
penyakit infeksi, alergi obat-obatan, hypertensi,
penyakit system pernafasan, diabetes mellitus.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hypertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran
kembar dan riwayat penyakit mental.

3) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan ibu
 Keadaan Umum
Pada klien post operasi seksio sesarea hari
kedua biasanya klien masih lemah, tigkat kesadaran
pada umumnya compos mentis, tanda-tanda vital
biasanya sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil
dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB
biasanya mendekati BB sebelum hamil.
 Sistem Respirasi
Respirasi kemungkinan meningkat sebagai
respon tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas
terjadi apabila terdapat penumpukan secret akibat
anesthesi.
 Sistem Kardiovaskuler
Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan
darah biasanya mengalami penurunan.Bila terjadi
peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg
diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia dan
membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Observasi nadi

14
terhadap penurunan sehingga kurang dari 50x/menit
kemungkinan ada shock hypovolemik, kaji apakah
konjungtiva anemis sebagi akibat kehilangan darah
operasi, kaji apakah ada peningkatan JVP, kaji juga
fungsi jantung. Pada tungkai bawah kaji adanya
tanda-tanda tromboemboli periode post partum,
seperti kemerah-merahan, hangat dan sakit di
sekitar betis perasaan tidak nyaman pada
ekstremitas bawah, kaji ada tidaknya tanda-tanda
humans positif dorso fleksi pada kaki.
 Sistem Saraf
Kaji fungsi persarafan, kesadaran terutama
sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan
spinal anesthesi.
 Sistem Pencernaan
Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan
kedua keadaan mulut biasanya kering arena klien
puasa pada klien dengan anesthesi umum, fungsi
menelan baik, kecuali klien merasa tenggorokan
terasa kering.Berbeda pada klien dengan anesthesi
spinal tidak perlu puasa, kaji bising usus, apakah
ada tanda distensi pada saluran cerna, apakah klien
sudah BAB, atau flatus.
 Sistem Urinaria
Bagaimana pola berkemih klien, berapa kali
frekuensinya, kaji keadaan blass apakah ada
distensi, bagaimana pola BAK klien, kecuali
terpasang kateter, kaji warna urine, jumlah dan bau
urine.

15
 Sistem Reproduksi
Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah
simetris, adakah hyperpigmentasi pada areola,
putting susu menonjol, apakah ASI sudah keluar.
Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir
abdomen, karena pada bagian tengah abdomen
terdapat luka, kaji kontraksi uterus, perasaan mulas
adalah normal karena proses involusi. Tinggi fundus
uteri pada post partum seksio sesarea hari kedua
adalah 1-2 jari dibawah umbilicus atau pertengahan
antara sympisis dan umbilical.
Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna
da baunya. Biasanya lochea berwarna merah, bau
amis dan agak kental (lochea rubra). Kaji
pengetahua klien tentang cara membersihkannya,
berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
 Sistem Integumen
Kebersihan rambut biasanya kurang, karena
sejak post operasi klien belum melakukan aktivitas
seperti biasa, kaji muka apakah
adahyperpigmentasi, kloasma gravidarum, kaji
keadaan luka operasi, balutan dan kebersihannya,
luka balutan biasanya dibuka pada hari ke tiga.
 Sistem Muskuloskletal
Bagaimana keadaan klien apakah lemah,
adakah pergerakan klien kaku, apakah ekstremitas
simetris, apakah klien mampu melakukan
pergerakan ROM, tonus otot biasanya normal, tapi
kekuatan masih lemah, terutama karena klien
dipuasakan pada saat operasi. Pergerakan sendi-

16
sendi biasanya tidak ada keterbatasan.Kaji apakah
ada diastasis rektus abdominalis.
 Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran tyroid,
bagaimana produksi ASI, pada post partum akan
terjadi penurunan hormone estrogen dan
progesterone sehingga hormone prolaktin
meningkatyang menyebabkan terjadinya produksi
ASI dan hormone oksitosin yang merangsang
pengeluaran ASI. Sehingga pada masa ini akan
terjadi peningkatan produksi ASI dan akan terjadi
pembengkakan payudara bila bay tidak segera
diteteki.
4) Pola Aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah : sebelum
hamil, selama hamil, selama dirawat di rumah sakit.
a) Nutrisi
Kaji frekuensi makan, jenis makanan yang disukai dan
tidak disukai, apakah makanan pantangan atau alergi,
bagaimana nafsu makan klien, porsi makan (jumlah).
b) Eliminasi
Kaji frekuensi BAB, warna, bau dan kosistensi feses
serta masalah yang dihadapi klien saat BAB.Kaji
frekuensi BAK, warna, bau dan jumlah urine.
c) Pola tidur dan istirahat
Klien post partum seksio sesarea membutuhkan waktu
tidur yang cukup, tapi sering mengalami masalah tidur
karena perasaan yeri dan suasana rumah sakit.
d) Personal hygiene
Data yang perlu dikaji adalah mandi, gosok gigi,
keramas dan gunting kuku. Pada klien dengan post

17
partum seksio sesarea hari ke 1-2 masih memerlukan
bantuan dalam personal hygiene.
e) Ketergantungan fisik
Apakah klien suka merokok, minum-minuman keras,
serta kaji apakah klien mengkonsumsi obat-obatan
terlarang.
5) Aspek Psikososial
a) Pola pikir dan persepsi
Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi, respon
ibu mengenai kelahiran, kaji pengetahuan klien tentang
kondisi setelah melahirkan/setelah seksio sesarea. Dan
hal apa yang perlu dilakukan setelah operasi seksio
sesarea, kaji pengetahuan klien tentang laktasi,
perawatan payudara dan perawatan bayi.
b) Persepsi diri
Kaji tingkat kecemasan dan sumber yang menjadi
pencetus kecemasan, kaji rencana ibu setelah pulang
dari rumah sakit untuk merawat bayi dan siapa yang
membantunya dalam merawat bayi di rumah.
c) Konsep diri
Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga
diri dan ideal diri klien setelah menjalani seksio sesarea.
d) Hubungan komunikasi
Kesesuaian antara yang diucapakan dengan ekspresi,
kebiasaan bahasa dan adat yang dianut.
e) Kebiasaan seksual
Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum,
terutama setelah seksio sesarea. Biasanya dapat
dilakukan setelah melewatiperiode nifas (40 hari).

18
f) Sistem nilai dan kpercayaan
Kaji sumber kekuatan klien, kepercayaan klien terhadap
sumber kekuatan, kaji agama yang klien anut, apakah
klien suka menjalankan ibadah selama sakit.
g) Pemeriksaan penunjang
Klien post partum dengan seksio sesarea perlu
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan leukosit.
h) Therapi
Biasanya klien mendapatkan antibiotic, analgetik dan
vitamin.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah
atau status kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan
terjadi (resiko) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat.
Diagnosa yang mungkin muncul antara lain :
a. Nyeri Kronis berhubungan dengan merangsal sel di sekitar luka.
( SDKI D.0078)
b. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah. (SDKI D.0019)
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan
pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana
asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara
tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana
asuhan keperawatan pada klien post partum menurut (Dongoes, 1994 :
417).

19
a. Nyeri berhubungan dengan merangsal sel di sekitar luka
Kriteria Hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
4. Kesulitan tidur menurun
 Intervensi
Observasi
1. Identifikasi penurunana tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
3. identifikasi kesediaan kemampuan dan menggunakan
teknik sebelumnya.
4. periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, TD, suhu
sebelum dan sesudah latihan
5. monitor respons terhadap relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan denga
pencahayaan dan suhu ruag nyaman, jika memungkinkan
2. berikan infomasi tertulis tentag persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
3. gunakan pakaian longgar
4. gunakan nada suara lembut degan irama lambat dan
berirama
5. gunakan relaksaasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai.
Edukasi

20
1. jelaskan tujuan, manfaat, batasan , dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis. Musik, mediatasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. anjurkan mengambil posisi yag nyaman
4. anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang di
pilih
6. demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napaas
dalam, peregangan) (l.09326)

21
b. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah.
Kriteria Hasil:
1. Porsi makan yang dihabiskan membaik
2. Kekuatan otot mengunyah membaik
3. Kekuatan otot menelan membaik
4. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat membaik

Intervensi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi maknana yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan maknan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang di programkan

22
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetic) jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang di butuhkan (jikaperlu) (l.03119)

4. Evaluasi Keperawatan
2. 1. Nyeri kronis menurun
3. 2. Nutrisi terpenuhi

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman
anaerob.Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi
rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena
ketuban pecah.Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat
infeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui
vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium.Bila menyebar maka
manifestasi yang muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita.
Peristiwa terjadinya infeksi setelah persalinan yaitu dimana sewaktu
persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses ke
cairan amnion, dan postpartum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan
mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan
infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul.Hal ini dapat
disbabkan oleh penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik
atau insisi/ laserasi uterus yang terinfeksi. Dengan ini dapat mengakibatkan
berbagai masalah keperawatan seperti hipertemi dan nyeri, dan untuk
intervensi keperawatannya merujuk pada diagnose nanda, nic dan noc. .
B. Saran
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami
konsep teori beserta asuhan keperawatan pada infeksi postpartum, karena
infeksi postpartum rentan ditemui terutama pada wanita yang mengalami
gangguan pada sistem imun, sebagai tim medis harus berusaha semaksimal
mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi pada postpartum, sehingga secara
tidak langsung dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://webforum.plasa.com/archive/index.php/t-39873.html
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-ibu-dengan-
infeksi.html
http://www.scribd.com/doc/6502571/Infeksi-nifas

25

Anda mungkin juga menyukai