Anda di halaman 1dari 7

ANALISA HUKUM

Dalam hal ini berdasarkan putusan mahkamah agung yang memutuskan untuk menolak
permohonan kasasi yang di ajukan oleh pemohon KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA, DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR
WILAYAH DJP JAKARTA KHUSUS, yang diwakili oleh KANTOR PELAYANAN
PAJAK PENANAMAN MODAL ASING EMPAT berdasarkan Pasal 200 Ayat 1 dan
Ayat 2 Undang-Undang No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan yang di jadikan dasar hukum
bagi pemohon kasasi terhadap termohon KURATOR PT. ZONESTAR (Dalam Pailit)
yang berbunyi :
 Pasal 200 ayat 1
“Kreditor yang karena kelalaiannya baru mencocokkan setelah dilakukan
pembagian,, dapat di ambilkan pembayaran suatu jumlah yang di ambil lebih
dahuku dari uang yang masih ada, seimbang dengan apa yang telah di terima oleh
kreditor lain yang diakui”.
 Pasal 200 Ayat 2
“Dalam hal kerditor mempunyai hak untuk di dahulukan, mereka kehilangan hak
tersebut terhadap hasil penjualan benda yang bersangkutan , apabila hasil tersebut
dalam suatu daftar pembagian yang lebih dahulu telah diperuntukkan bagi
Kreditor lainnya secara menyeluruh”.
Merupakan tepat adanya majelis hakim mahkamah agung untuk menolak permohonan
kasasi yang di ajukan oleh pemohon pemohon KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA, DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR
WILAYAH DJP JAKARTA KHUSUS, yang diwakili oleh KANTOR PELAYANAN
PAJAK PENANAMAN MODAL ASING EMPAT. Hal tersebut di karenakan
berdasarkan kasus posisi yang sudah di jabarkan di atas tidak menyebutkan adanya
kelalaian dalam sebuah fakta hukumnya dari pihak pemohon/perlawan sesuai dengan
ketentuan Pasal 200 Ayat 1 dan Ayat 2 UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan,
berikut akan di paparkan analisa sesuai dengan majelis hakim Mahkamah Agung.
Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam
Renvoi Prosedur perkara Kepailitan Nomor 13/PKPU/2012/ PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 16
Juli 2013, telah salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku dalam memutus
perkara a quo:
1. Bahwa tidak benar pertimbangan hukum Majelis Hakim Judex Facti pada halaman
19 alinea 3 dan 4 yang menyatakan: "Menimbang, bahwa dengan demikian
pengajuan tagihan dari Pemohon Keberatan kepada Termohon Keberatan yang
berupa tagihan Bea Masuk dan Denda Administrasi sebagaimana di atas,...;
Menimbang, bahwa Pemohon Keberatan mendalilkan : Hak penagihan Pemohon
Keberatan diatur oleh Undang Undang No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan Jo. Undang Undang
No. 19 Tahun 1997…”
2. Bahwa tagihan pajak dari Pemohon Kasasi sebesar Rp3.916.882.146,00 (tiga miliar
sembilan ratus enam belas juta delapan ratus delapan puluh dua ribu seratus empat
puluh enam rupiah) adalah tagihan Pajak Surat Tagihan Pajak Pajak Penghasilan
(STP PPh) Pasal 22 Impor atas Impor/Perolehan dan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Pajak Pertambahan Nilai (SKPKB PPN) Barang dan Jasa atas Impor Barang
Kena Pajak (BKP) serta STP PPh Pasal 25/29 berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Perpajakan yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008, serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah
sebagaimana terakhir diubah dengan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009;
3. Bahwa Judex Facti dalam amar putusannya halaman 21 angka 2 menyatakan:
"2. Memerintahkan Termohon Keberatan melakukan verifikasi/ Pencocokan atas
tagihan yang diajukan Pemohon Keberatan sebesar Rp3.916.882.146,00 (tiga
miliar sembilan ratus enam belas juta delapan ratus delapan puluh dua ribu
seratus empat puluh enam rupiah), berdasarkan ketentuan Pasal 200 Undang-
Undang Rl No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang"
Bahwa pertimbangan hukum Judex Facti pada halaman 20 alinea pertama
menyatakan sebagai berikut:
"....akibat dari Pemohon Keberatan mengajukan tagihannya melampaui batas
waktu yang ditentukan maka atas tagihannya tersebut diberlakukan ketentuan
Pasal 200 ayat (2) Undang Undang No.37 Tahun 2004."
4. Bahwa ketentuan Pasal 200 ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Kepailitan
menyatakan:
 Pasal 200 ayat 1
“Kreditor yang karena kelalaiannya baru mencocokkan setelah dilakukan
pembagian,, dapat di ambilkan pembayaran suatu jumlah yang di ambil lebih
dahuku dari uang yang masih ada, seimbang dengan apa yang telah di terima
oleh kreditor lain yang diakui”.
 Pasal 200 Ayat 2
“Dalam hal kerditor mempunyai hak untuk di dahulukan, mereka kehilangan
hak tersebut terhadap hasil penjualan benda yang bersangkutan , apabila hasil
tersebut dalam suatu daftar pembagian yang lebih dahulu telah diperuntukkan
bagi Kreditor lainnya secara menyeluruh”.
5. Bahwa istilah "kelalaian" dan "lalai" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai:
> Kelalaian
"sifat (keadaan, perbuatan, dsb) lalai"
> Lalai
"kurang hati-hati; tidak mengindahkan (kewajiban, pekerjaan, dsb); lengah"
Oleh karena itu kelalaian dapat diartikan sebagai sifat (keadaan, perbuatan, dsb)
kurang hati-hati, tidak mengindahkan (kewajiban, pekerjaan, dsb);
6. Berdasarkan pengertian diatas, sangat jelas bahwa Tidak Ada Kelalaian Pemohon
Kasasi/Pemohon Perlawanan Dalam Mengajukan Tagihan Pajak Kepada Kurator
PT Zonestar (Dalam Pailit), sehingga Putusan Majelis Hakim dalam Renvoi
Prosedur Prosedur Nomor 13/PKPU/2012/PN.Niaga. Jkt.Pst, yang memerintahkan
Termohon Keberatan melakukan verifikasi/Pencocokan atas tagihan yang
diajukan Pemohon Keberatan sebesar Rp3.916.882.146,00 berdasarkan ketentuan
Pasal 200 Undang Undang Kepailitan, sama sekali tidak tepat, sebagaimana
telah dinyatakan dalam Replik kami atas Tanggapan Kurator PT Zonestar (dalam
Pailit), yang merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan memperbaiki
dengan Surat perlawanan/keberatan kami, sebagai berikut:
a) Bahwa pengajuan tambahan tagihan pajak oleh Pelawan sebesar
Rp3.916.882.146,00 setelah Daftar Piutang Tetap Diakui Kreditor PT
Zonestar (dalam Pailit) disahkan dan ditanda tangani, bukanlah karena
kelalaian Pemohon Kasasi/Pemohon Perlawanan;
b) Bahwa Pemohon Kasasi/Pemohon Perlawanan sebagai instansi
pemerintah penghimpun pajak telah mentaati tahapan-tahapan dalam
proses kepailitan PT Zonestar (Dalam Pailit) sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
c) Bahwa atas Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta pusat
Nomor 13/PKPU/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 6 Juni 2012, Pemohon
Kasasi/Pemohon Perlawanan segera menginventarisasi seluruh tunggakan
pajak yang belum dilunasi oleh PT Zonestar dan melalui Surat S-
1458/WPJ.07/KP.02/2012 tanggal 18 Juni 2012 Pemohon Kasasi/Pemohon
Perlawanan mengajukan tagihan pajak PT Zonestar (Dalam Pailit) sebesar
Rp3.404.239.645,48 sebelum batas akhir pendaftaran tagihan yaitu 22 Juni
2012;
d) Bahwa atas tagihan pajak sebesar Rp3.404.239.645,48 tersebut telah diakui
Kurator dalam Daftar Piutang Tetap Diakui Kreditor PT Zonestar (dalam
Pailit) yang telah ditanda-tangani oleh Hakim Pengawas, Kurator, Panitera
Pengganti dan Kreditor PT Zonestar (dalam Pailit) tanggal 3 Juli 2012;
e) Bahwa melalui surat nomor S-1455/WPJ.07/KP.05.8/2013 tanggal 26 Maret
2013 serta surat nomor S-1987/WPJ.07/KP.05/2013 tanggal 16 April 2013
terjadi penambahan tagihan pajak yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi/Pemohon Perlawanan sebesar Rp3.916.882.146,00 sebagai akibat
dari penerbitan STP PPh Pasal 22 Impor atas Impor/Perolehan dan SKPKB
PPN Barang dan Jasa atas Impor BKP serta penerbitan STP PPh Pasal
25/29;
f) Bahwa dengan demikian jelaslah, bahwa Pemohon Kasasi/Pemohon
Perlawanan tidak akan menerbitkan ketetapan-ketetapan pajak di atas
apabila tidak ada SP3DRI dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai Tipe Madya Pabean A Tangerang, atau dengan kata lain munculnya
tagihan pajak yang baru adalah telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagai tindak lanjut SP3DRI dimaksud, sehingga
tidak ada satupun kelalaian yang dilakukan oleh Pemohon
Kasasi/Pemohon Perlawanan dalam menyampaikan tagihan pajak.
g) Bahwa dari ketentuan Pasal 200 Undang Undang Kepailitan dapatlah
diartikan bahwa kreditor yang lalai sekalipun masih diberikan kesempatan
untuk mencocokkan piutangnya meskipun proses kepailitan telah mencapai
tahap pembagian boedel pailit. Sedangkan Pemohon Kasasi bukanlah pihak
kreditor yang lalai, penerbitan tagihan pajak terhadap PT Zonestar (Dalam
Pailit) pun karena perintah Undang-Undang untuk memperjuangkan hak atas
Kas Negara serta belum sampai pada tahap pembagian boedel pailit. Oleh
karenanya sangat beralasan, Pemohon Kasasi mohon kepada Majelis Hakim
Kasasi untuk menyatakan Pemohon Kasasi tidak lalai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 200 Undang Undang Kepailitan;
h) Menimbang bahwa pada dasarnya pemohon kasasi yang di ajukan oleh
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP
JAKARTA KHUSUS, yang diwakili oleh KANTOR PELAYANAN
PAJAK PENANAMAN MODAL ASING EMPAT adalah berdasarkan
atas penolakan tagihan pajak pihk Termohon PT. Zonestar (dalam
Pailit) oleh Kurator karena telah melewati batas waktu pengajuan tagihan
berdasarkan Pasal 133 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang
selanjutnya disebut dengan Undang Undang Kepailitan dan surat keberatan
pihak Termohon Nomor S-3050/WPJ.07/KP.05/2013, tanggal 23 Mei 2013
yang diterima di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tanggal 24 Mei 2013 yang dimana sesuai dengan ketentuan dasar hokum di
atas bahwa pada dasarnya pihak Pemohon Kasasi tidak dapat menagih suatu
pembayaran pajak baru yang apabila sebelumnya sudah di sepakati bersama
antara kurator yang mewakili beserta hakim pengawan dan pihak Termohon
PT. Zonestar (dalam Pailit) suatu pembayaran pajak.
Berdasarkan Analisa-analisa yang sudah di paparkan di atas yang berdasarkan
terhadap fakta-fakta hokum maupun alasan-alasan kasasi tersebut penulis berpendapat :
a. Bahwa alasan-alasan kasasi tidak dapat dibenarkan, karena setelah meneliti dengan
saksama alasan kasasi sebagaimana termuat dalam memori kasasi tanggal 24 Juli
2013 dan kontra memori kasasi tanggal 30 Juli 2013 dihubungkan dengan
pertimbangan Judex Facti dalam hal ini, yaitu putusan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat, ternyata Judex Facti tidak salah dalam menerapkan hukum dan telah memberi
pertimbangan yang cukup, karena dari fakta-fakta persidangan ternyata bahwa
tagihan dari Pemohon Keberatan diajukan sesudah melewati batas tenggang waktu
pengajuan tagihan sebagaimana yang telah ditetapkan;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata Putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
13/PKPU/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 16 Juli 2013 dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, sehingga permohonan kasasi
yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA, DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP
JAKARTA KHUSUS, KANTOR PELAYANAN PAJAK PENANAMAN
MODAL ASING EMPAT tersebut harus ditolak dan menjustifikasi bahwa putusan
yang di keluarkan oleh Mahkamah Agung ini sudah tepat adanya sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang No 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan.

Anda mungkin juga menyukai