PENDAHULUAN
1
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Tujuh Ulu adalah sebagai berikut:
Utara : Berbatasan dengan Kelurahan 8 Ulu
Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan 5 Ulu Laut
Timur : Berbatasan dengan Kelurahan 8 Ulu Laut
Barat : Berbatasan dengan Sungai Musi
Wilayah kerja Puskesmas ini terdiri dari dataran rendah, sebagian besar rawa-rawa
dan pinggiran sungai dan tidak terdapat desa tertinggal. Sebagian besar penduduk di
wilayah kerja puskesmas tujuh ulu memiliki pendidikan yang rendah dan tingkat ekonomi
menengah kebawah. Hal ini menyebabkan penduduk di wilayah kerja puskesmas tujuh
ulu ini masih banyak yang belum mengerti bagaimana pola hidup sehat, pemberian gizi
anak yang baik, ciri tumbuh kembang anak yang baik,dan kurangnya minat orang tua
untuk menimbang berat badan anaknya ke posyandu.
1.4 Manfaat
Menjadikan hasil evaluasi tersebut menjadi masukan dan rujukan untuk puskesmas tujuh
ulu dalam menjalankan program tersebut di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita. Pada tahun 2019, terdapat
296.777 Posyandu di seluruh Indonesia. Sebanyak 188.855 atau sekitar 63,6% posyandu
diantaranya merupakan posyandu aktif. Posyandu aktif adalah posyandu yang mampu
melaksanakan kegiatan utamanya secara rutin setiap bulan (KIA: ibu hamil, ibu nifas, bayi,
balita, KB, imunisasi, gizi, pencegahan, dan penanggulangan diare) dengan cakupan
masingmasing minimal 50% dan melakukan kegiatan tambahan.1
Tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah menurunkan angka kematian ibu dan anak,
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (Infant Mortality Rate) /
angka kematian bayi, mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan menunjang peningkatan hidup sehat, pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sehingga tercapai peningkatan cakupan pelayanan kesehatan,
menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan ibu,bayi, balita. Pelaksanaan kegiatan adalah anggota masyarakat yang
3
telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan Puskesmas. Pengelola
Posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh
masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada diwilayah tersebut. Peran
bidan dalam Posyandu adalah menginformasikan kepada masyarakat sasaran untuk datang ke
Posyandu, membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak balita,
membantu mengevaluasi kegiatan bersama kader dan tindak lanjutnya membantu kader
Posyandu, serta melakukan kunjungan rumah.2
Kontribusi Posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat
besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan Posyandu masih sangat perlu ditingkatkan.
Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan Posyandu.
Oleh karena itu keberadaan Posyandu harus tetap ditingkatan sehingga diklasifikasikan
menjadi 4 jenis yaitu Posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri. Posyandu
dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim penggerak PKK desa/kelurahan
serta petugas kesehatan dari Puskesmas, dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem lima
meja. Meja I (pendaftaran), meja II (penimbangan), meja III (pengisian KMS), meja IV
(penyuluhan perorangan berdasarkan KMS), meja V (pelayanan kesehatan seperti imunisasi,
pemberian vitamin A, dan pengobatan ringan). Petugas yang berada pada meja IV adalah
kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan paramedis (juru imunisasi), bidan
desa dan perawat. Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan dukungan yang sangat
kuat dari berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun finansial. Selain itu
diperlukan adanya kerjasama, terselenggara dengan baik akan memberikan kontribusi yang
besar, dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak balita.3
4
gizi kurang dari 19,6% menjadi 17,7%, penurunan prevalensi balita pendek dari 37,2%
menjadi 30,8% dan penurunan prevalensi balita gizi kurang (wasting) dari 12,1% menjadi
10,2%. Sehingga pembuatan laporan evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi belum
tercapaian program balita ditimbang di puskesmas tujuh ulu untuk mengetahui apa saja
penyebabnya dan bagaimana cara mengatasi penyebab masalah tersebut.4
5
3. Persentase balita Berat Badan Kurang adalah jumlah balita dengan kategori status
gizi Berat Badan Kurang terhadap jumlah seluruh balita yang ditimbang dikali
100%.
Ukuran Indikator Berat Badan Kurang dinilai bukan masalah kesehatan masyarakat
apabila prevalensi dibawah 10% .Rumus: Persentase Balita Underweight = Jumlah
balita underweight/ Jumlah balita yang ditimbang x 100%. Data yang dikumpulkan
berupa berat badan, usia, dan jenis kelamin.
1. Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari).
2. Baduta adalah anak yang berumur dibawah 2 tahun (0 sampai 23 bulan 29 hari).
3. Pendek adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) dengan z-score kurang dari -2 SD.
6
Ukuran indikator Pendek dinilai bukan masalah kesehatan masyarakat apabila
prevalensi dibawah 20%. Rumus presentase balita pendek = jumlah balita
pendek/jumlah balita yang diukur x 100%.
BAB III
METODE
7
untuk meningkatkan kinerja puskesmas agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
lagi. Penulis menemukan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya capaian program balita ditimbang di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang.
2. Rendahnya capaian program pemeriksaan IVA di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang.
3. Rendahnya capaian program kunjungan pasien TBC di Puskesmas Tujuh Ulu
Palembang.
Berikut deskripsi singkat mengenai isu yang timbul di Puskesmas Empat Ulu dan kondisi
ideal yang diharapkan terjadi:
1. Rendahnya capaian program balita ditimbang di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang.
8
tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker sudah
mulai menyebar ke oergan lain. Angka harapan hidup pada penderita kanker serviks
tergantung dari stadium yang dialami. Semakin dini kita mengetahui adanya kanker
serviks maka prognosisnya akan lebih baik.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks yaitu
dengan pemeriksaan IVA. Namun, di era pandemic covid-19 ini, jumlah kunjungan
pasien yang datang untuk melakukan screening IVA di puskesmas tujuh ulu
mengaLami penurunan. dengan beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah pasien
takut tertular COVID-19 dari tempat pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi masalah
yang penting mengingat prognosis yang buruk jika pasien terlambatnya mengetahui
dirinya menderita kanker serviks atau lesi prakanker.
9
Program Urgency Seriousness Growth Total Peringkat
(1-5) (1-5) (1-5)
Balita ditimbang 4 3 4 11 I
Pemeriksaan IVA 3 3 3 9 II
TBC 3 3 4 10 III
Keterangan:
Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)
5: Sangat mendesak 5: Sangat serius 5: Sangat berdampak
4: Mendesak 4: Serius 4: Berdampak
3: Cukup mendesak 3: Cukup Serius 3: Cukup berdampak
2: Tidak mendesak 2: Tidak serius 2: Tidak berdampak
1: Sangat tidak mendesak 1: Sangat tidak serius 1: Sangat tidak berdampak
Dari hasil analisis menggunakan alat USG diperoleh prioritas isu berupa “Rendahnya
capaian program balita ditimbang di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang”.
Perlu dilakukan analisis sebab-sebab rendahnya capaian program balita ditimbang
tersebut. Penulis akan mencari kemungkinan-kemungkinan akar permasalahan dari prioritas
isu terpilih menggunakan diagram Ishikawa/fishbone berikut ini.
10
3.3 Analisa Akar Penyebab Masalah
Man Material
Program balita
ditimbang belum
tercapai (53,90%)
11
BAB IV
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
12
terkait penimbangan berat badan terkait penimbangan berat badan
balita. balita.
13
BAB V
KESIMPULAN
Alternatif pemecahan masalah yang dapat menjadi masukan dan rujukan untuk
puskesmas tujuh ulu dalam melaksanakan program balita ditimbang di masa yang akan
datang adalah sebagai berikut:
1. Lakukan koordinasi lintas program.
2. Berikan pelatihan kepada petugas mengenai mekanisme perencatatan dan pengadaan
barang untuk posyandu.
3. Membuat SOP posyandu
4. Membuat format pencatatan dan pelaporan penimbangan berat badan balita.
5. Meminta timbangan baru ke kelurahan.
6. Berikan pelatihan kepada petugas mengenai cara membuat media promosi
7. Lakukan penyuluhan kesehatan terkait penimbangan berat badan balita.
8. Minta ketua RT mendaftarkan warganya yang miskin untuk mendapatkan bantuan
PKH (Program Keluarga Harapan), BLT (Bantuan Langsung Tunai), KKS (Kartu
Keluarga Sejahtera).
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019 (Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dan UBKM). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2. Saepudin, Encang., Edwin, R, dan Agus, R. 2017. Peran Posyandu Sebagai Pusat
Informasi Kesehatan Ibu dan Anak. Record And Library Journal 3(2) Juli – Desember
2017.
3. Hetty, M.I.S, dan Nursiti, R. 2017. Faktor Penyebab Penurunan Kunjungan Bayi Di
Posyandu Puskesmas Langsat Pekanbaru Tahun 2016. Journal Endurance 2(2) June 2017
(169).
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Pelaksanaan Teknis Surveilans
Gizi Nomor 14, Jakarta.
15