Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional dilaksanakan


secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejateraan
rakyat secara menyeluruh.Sesuai dengan kebijakan pembangunan kesehatan saat ini,
dikenal dengan kebijakan paradigma sehat, untuk mewujudkan kesehatan masyarakat.
Seperti diketahui Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknik Dinas sebagai
penyelenggara pembangunan kesehatan yang bertanggung jawab terhadap wilayah kerja
dalam satu kecamatan. Puskesmas Tujuh Ulu terletak di Kecamatan seberang ulu satu
tepatnya di kelurahan tujuh ulu. Puskesmas 7 ulu merupakan puskesmas yang mempunyai
wilayah kerja di kelurahan tujuh ulu dengan luas wilayah 66 km2 yang terdiri dari 18.292
penduduk dengan 4747 kepala keluarga, jumlah keluarga miskin adalah 8686 jiwa.

Tabel 1. Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas Tujuh Ulu 2019


No Kelurahan
7 Ulu
.
1. Jumlah Penduduk 18.292
2. Jumlah KK Gakin 2.820
3. Jumlah Anggota Gakin 8.686
4. Jumlah Ibu Hamil 346
5. Jumlah Ibu Bersalin 337
6. Jumlah WUS 5.124
7. Jumlah Bayi 31
8. Jumlah Balita 1.247
9. Jumlah Posyandu 19
10. Jumlah Kader Posyandu 90
11. JumlahTK/PAUD 5
12. Jumlah SD/MI 5
13. Jumlah SMP/MI 2
14. Jumlah SMU/MA -
15. Jumlah Universitas 1
16. Jumlah Pasar 1
17. Jumlah Dokter Praktek Swasta 3
18. Jumlah Bidan Praktek Swasta 5
19. Jumlah Apotik 3

1
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Tujuh Ulu adalah sebagai berikut:
Utara : Berbatasan dengan Kelurahan 8 Ulu
Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan 5 Ulu Laut
Timur : Berbatasan dengan Kelurahan 8 Ulu Laut
Barat : Berbatasan dengan Sungai Musi
Wilayah kerja Puskesmas ini terdiri dari dataran rendah, sebagian besar rawa-rawa
dan pinggiran sungai dan tidak terdapat desa tertinggal. Sebagian besar penduduk di
wilayah kerja puskesmas tujuh ulu memiliki pendidikan yang rendah dan tingkat ekonomi
menengah kebawah. Hal ini menyebabkan penduduk di wilayah kerja puskesmas tujuh
ulu ini masih banyak yang belum mengerti bagaimana pola hidup sehat, pemberian gizi
anak yang baik, ciri tumbuh kembang anak yang baik,dan kurangnya minat orang tua
untuk menimbang berat badan anaknya ke posyandu.

1.2 Tujuan Umum


Menentukan alternatif pemecahan masalah program yang tidak tercapai di puskesmas
tujuh ulu.

1.3 Tujuan Khusus


- Menentukan prioritas masalah program yang tidak tercapai.
- Mengetahui penyebab masalah program yang tidak tercapai tersebut.

1.4 Manfaat
Menjadikan hasil evaluasi tersebut menjadi masukan dan rujukan untuk puskesmas tujuh
ulu dalam menjalankan program tersebut di masa yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (Ukbm)


Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama
masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna

2
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita. Pada tahun 2019, terdapat
296.777 Posyandu di seluruh Indonesia. Sebanyak 188.855 atau sekitar 63,6% posyandu
diantaranya merupakan posyandu aktif. Posyandu aktif adalah posyandu yang mampu
melaksanakan kegiatan utamanya secara rutin setiap bulan (KIA: ibu hamil, ibu nifas, bayi,
balita, KB, imunisasi, gizi, pencegahan, dan penanggulangan diare) dengan cakupan
masingmasing minimal 50% dan melakukan kegiatan tambahan.1

Gambar 1. Presentase Posyandu Aktif Per Provinsi di Indonesia Tahun 2019 1

Tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah menurunkan angka kematian ibu dan anak,
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (Infant Mortality Rate) /
angka kematian bayi, mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan menunjang peningkatan hidup sehat, pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sehingga tercapai peningkatan cakupan pelayanan kesehatan,
menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan ibu,bayi, balita. Pelaksanaan kegiatan adalah anggota masyarakat yang

3
telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan Puskesmas. Pengelola
Posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh
masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada diwilayah tersebut. Peran
bidan dalam Posyandu adalah menginformasikan kepada masyarakat sasaran untuk datang ke
Posyandu, membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak balita,
membantu mengevaluasi kegiatan bersama kader dan tindak lanjutnya membantu kader
Posyandu, serta melakukan kunjungan rumah.2
Kontribusi Posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat
besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan Posyandu masih sangat perlu ditingkatkan.
Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan Posyandu.
Oleh karena itu keberadaan Posyandu harus tetap ditingkatan sehingga diklasifikasikan
menjadi 4 jenis yaitu Posyandu pratama, madya, purnama, dan mandiri. Posyandu
dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh kader, tim penggerak PKK desa/kelurahan
serta petugas kesehatan dari Puskesmas, dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem lima
meja. Meja I (pendaftaran), meja II (penimbangan), meja III (pengisian KMS), meja IV
(penyuluhan perorangan berdasarkan KMS), meja V (pelayanan kesehatan seperti imunisasi,
pemberian vitamin A, dan pengobatan ringan). Petugas yang berada pada meja IV adalah
kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan paramedis (juru imunisasi), bidan
desa dan perawat. Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan dukungan yang sangat
kuat dari berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun finansial. Selain itu
diperlukan adanya kerjasama, terselenggara dengan baik akan memberikan kontribusi yang
besar, dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak balita.3

2.2. Upaya Perbaikan Gizi


Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan,
perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
2015, 2016, dan 2017 menunjukkan tidak terjadi banyak perubahan prevalensi balita gizi
kurang maupun balita pendek (stunting). Pada tahun 2015, 2016 dan 2017 prevalensi balita
gizi kurang (underweight) secara berturut-turut adalah 18,8%, 17,8% dan 17,8%. Sedangkan
prevalensi balita pendek berturut-turut sebesar 29,0%, 27,5% dan 29,6%. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan tahun 2018, terjadi penurunan prevalensi balita

4
gizi kurang dari 19,6% menjadi 17,7%, penurunan prevalensi balita pendek dari 37,2%
menjadi 30,8% dan penurunan prevalensi balita gizi kurang (wasting) dari 12,1% menjadi
10,2%. Sehingga pembuatan laporan evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi belum
tercapaian program balita ditimbang di puskesmas tujuh ulu untuk mengetahui apa saja
penyebabnya dan bagaimana cara mengatasi penyebab masalah tersebut.4

2.3 Cakupan Balita Yang Ditimbang Berat Badannya (D/S)4


Balita yang ditimbang berat badannya menggambarkan tingkat keberlangsungan
pemantauan pertumbuhan sebagai bentuk partisipasi masyarakat sekaligus menilai kinerja
tenaga kesehatan dalam mengedukasi masyarakat untuk melakukan pemantauan pertumbuhan
Definisi Operasional :
1. Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
2. S Balita adalah jumlah seluruh sasaran (S) balita yang ada di suatu wilayah.
3. D Balitaadalah jumlah balita yang ditimbang (D) di suatu wilayah.
4. Persentase D/S adalah jumlah balita yang ditimbang terhadap balita yang ada dikali
100%.
Alat dan Bahan yang dibutuhkan berupa timbangan berat badan, buku KIA/KMS
balita, kohort bayi, kohort balita dan anak prasekolah, formulir SIP.

2.4 Dampak Tidak Tercapainya Cakupan Balita Ditimbang4


Jika cakupan balita ditimbang tidak tercapai secara maksimal, maka akan sulit untuk
mendeteksi balita berat badan kurang (underweight), dan balita gizi kurang (wasting), dan
balita pendek (stunting).
A. Balita Berat Badan Kurang (Underweight)
Berat Badan Kurang merupakan masalah gizi yang bersifat umum dapat
disebabkan karena masalah kronis ataupun akut, sehingga perlu konfirmasi lebih
lanjut. Masalah Berat Badan Kurang yang terjadi lama akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak.
Definisi Operasional
1. Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari).
2. Berat Badan Kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) dengan Z-score kurang dari -2 SD.

5
3. Persentase balita Berat Badan Kurang adalah jumlah balita dengan kategori status
gizi Berat Badan Kurang terhadap jumlah seluruh balita yang ditimbang dikali
100%.
Ukuran Indikator Berat Badan Kurang dinilai bukan masalah kesehatan masyarakat
apabila prevalensi dibawah 10% .Rumus: Persentase Balita Underweight = Jumlah
balita underweight/ Jumlah balita yang ditimbang x 100%. Data yang dikumpulkan
berupa berat badan, usia, dan jenis kelamin.

B. Balita Gizi Kurang (Wasting)


Gizi kurang merupakan masalah gizi yang bersifat kronik terutama disebabkan
oleh asupan yang kurang atau penyakit infeksi. Gizi kurang berdampak pada
gangguan pertumbuhan pada anak.
Definisi Operasional
1. Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari).
2. Gizi kurang adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan z-score kurang dari -2 SD.
3. Persentase balita gizi kurang adalah jumlah balita dengan kategori status gizi
kurang terhadap jumlah seluruh balita diukur dikali 100%.
Ukuran Indikator Gizi kurang dinilai bukan masalah kesehatan masyarakat
apabila prevalensi dibawah 5%. Rumus: Persentase Balita Gizi Kurang = Jumlah
balita gizi kurang /Jumlah balita diukur x 100%. Data yang dikumpulkan Berat badan,
panjang/tinggi badan, umur, jenis kelamin.

C. Balita Pendek (Stunting)


Balita Pendek merupakan masalah gizi yang bersifat kronis yang disebabkan
oleh banyak faktor baik dari masalah kesehatan maupun di luar kesehatan dan
berlangsung lama. Balita Pendek berdampak pada gangguan kognitif dan risiko
menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa.
Definisi Operasional

1. Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0 sampai 59 bulan 29 hari).

2. Baduta adalah anak yang berumur dibawah 2 tahun (0 sampai 23 bulan 29 hari).

3. Pendek adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) dengan z-score kurang dari -2 SD.

6
Ukuran indikator Pendek dinilai bukan masalah kesehatan masyarakat apabila
prevalensi dibawah 20%. Rumus presentase balita pendek = jumlah balita
pendek/jumlah balita yang diukur x 100%.

2. 5 Data Capaian Balita Ditimbang di Puskesmas Tujuh Ulu


Tabel 2. Data Capaian Balita yang Ditimbang Berat Badan Tahun 2020

Capaian Balita Yang Ditimbang Berat Badan Tahun 2020


Bulan Target Capaian
Januari 100% 88,50%
Februari 100% 89%
Maret 100% 46%
April 100% 20,20%
Mei 100% 14,20%
Juni 100% 16,70%
Juli 100% 30%
Agustus 100% 70,60%
September 100% 41,50%
Oktober 100% 77,40%
November 100% 74,20%
Desember 100% 78,50%

BAB III
METODE

3.1 Identifikasi Masalah

Masalah mempresentasikan suatu kesenjangan antara praktik organisasi dengan


harapan-harapan para stakeholder. Berdasrkan definisi tersebut, masalah merupakan suatu hal
yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik
akan memberikan efek negatif terhadap organisasi bahkan dapat berlanjut pada tahap krisis.
Berkaitan dengan rancangan laporan evaluasi program ini, masalah yang diangkat berasal
dari hasil observasi serta data penilaian kerja puskesmas selama masa praktik program
internsip di Puskesamas Tujuh Ulu Palembang. Masalah yang muncul ini dapat digunakan

7
untuk meningkatkan kinerja puskesmas agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
lagi. Penulis menemukan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya capaian program balita ditimbang di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang.
2. Rendahnya capaian program pemeriksaan IVA di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang.
3. Rendahnya capaian program kunjungan pasien TBC di Puskesmas Tujuh Ulu
Palembang.

Berikut deskripsi singkat mengenai isu yang timbul di Puskesmas Empat Ulu dan kondisi
ideal yang diharapkan terjadi:
1. Rendahnya capaian program balita ditimbang di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang.

Balita yang ditimbang berat badannya menggambarkan tingkat keberlangsungan


pemantauan pertumbuhan sebagai bentuk partisipasi masyarakat sekaligus menilai
kinerja tenaga kesehatan dalam mengedukasi masyarakat untuk melakukan pemantauan
pertumbuhan balita. Jika cakupan balita ditimbang tidak tercapai secara maksimal,
maka akan sulit untuk mendeteksi gangguan proses pertumbuhan balita seperti berat
badan kurang (underweight), dan gizi kurang (wasting), dan balita pendek (stunting).
Gangguan pertumbuhan tersebut dapat mengganggu tingkat kecerdasan anak di masa
mendatang dan dapat mengakibatkan anak menjadi lebih rentan terkena penyakit akibat
imunitas tubuh yang kurang.
Oleh karena itu pemerintah membentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) salah satunya posyandu (Pos Layanan Terpadu) yang
dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan
bagi ibu, bayi, dan anak balita. Akan tetapi, jumlah kunjungan balita di posyandu
wilayah kerja Puskesmas Tujuh Ulu masih sedikit. Salah satu penyebabnya karena
orang tua tidak menganggap penting menimbang berat balita di posyandu secara rutin
setiap bulannya. Hal ini menjadi masalah karena proses pertumbuhan balita menjadi
tidak terpantau.
2. Rendahnya capaian program pemeriksaan IVA di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang.
Kanker serviks dan lesi prakanker merupakan permasalahan besar pada
Kesehatan wanita. Kanker serviks merupakan kanker nomor urut dua terbanyak pada
wanita di dunia dan merupakan kanker paling sering pada negara berkembang.
Kanker serviks adalah penyakit menular seksual dikarenakan adanya infeksi dari tipe
high risk onkogenik tertentu dari human papilloma virus. Umumnya, kanker serviks

8
tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker sudah
mulai menyebar ke oergan lain. Angka harapan hidup pada penderita kanker serviks
tergantung dari stadium yang dialami. Semakin dini kita mengetahui adanya kanker
serviks maka prognosisnya akan lebih baik.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks yaitu
dengan pemeriksaan IVA. Namun, di era pandemic covid-19 ini, jumlah kunjungan
pasien yang datang untuk melakukan screening IVA di puskesmas tujuh ulu
mengaLami penurunan. dengan beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah pasien
takut tertular COVID-19 dari tempat pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi masalah
yang penting mengingat prognosis yang buruk jika pasien terlambatnya mengetahui
dirinya menderita kanker serviks atau lesi prakanker.

3. Rendahnya capaian program kunjungan pasien TBC di Puskesmas Tujuh Ulu


Palembang.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Penanggulangan Tuberkulosis yang selanjutnya
disebut Penanggulangan TB adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang
ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan,
kecacatan atau kematian, memutuskan penularan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Pelaksanakan
Program Indonesia Sehat diselenggarakan melalui pendekatan keluarga, yang
mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan
data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga. Di masa pandemik ini, penderita
TB yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Tujuh Ulu mengalami penurunan
dengan beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah pasien takut tertular COVID-19
dari tempat pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi isu yang penting dikaji karena
dalam pengobatan penderita TB tidak boleh putus.

3.2 Prioritas Masalah

9
Program Urgency Seriousness Growth Total Peringkat
(1-5) (1-5) (1-5)
Balita ditimbang 4 3 4 11 I
Pemeriksaan IVA 3 3 3 9 II
TBC 3 3 4 10 III

Keterangan:
Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G)
5: Sangat mendesak 5: Sangat serius 5: Sangat berdampak
4: Mendesak 4: Serius 4: Berdampak
3: Cukup mendesak 3: Cukup Serius 3: Cukup berdampak
2: Tidak mendesak 2: Tidak serius 2: Tidak berdampak
1: Sangat tidak mendesak 1: Sangat tidak serius 1: Sangat tidak berdampak

Dari hasil analisis menggunakan alat USG diperoleh prioritas isu berupa “Rendahnya
capaian program balita ditimbang di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang”.
Perlu dilakukan analisis sebab-sebab rendahnya capaian program balita ditimbang
tersebut. Penulis akan mencari kemungkinan-kemungkinan akar permasalahan dari prioritas
isu terpilih menggunakan diagram Ishikawa/fishbone berikut ini.

10
3.3 Analisa Akar Penyebab Masalah

Man Material

Tidak semua Dana tidak


Penyuluhan
Koordinasi lintas Kurang balita memiliki terserap dengan
hanya dilakukan
program kurang penyuluhan KMS baik
petugas gizi
oleh
petugas
Petugas tidak memahami
mekanisme perencatatan dan
pengadaan barang untuk posyandu.

Program balita
ditimbang belum
tercapai (53,90%)

Belum ada SOP Jumlah timbangan kurang


Tempat posyandu
posyandu balita kurang memadai
Ortu tidak menganggap Orang tua
Media promosi penting menimbang BB Kurang
kurang menarik balita ke posyandu pengetahuan
Belum ada format Tidak ada bangunan
pencatatan dan pelaporan khusus posyandu
penimbangan yang baku
Petugas belum menguasai
cara pembuatan media Kunjungan Ibu balita sibuk
promosi Koordinator lintas posyandu bekerja membantu Kemiskinan
sektor kurang kurang suami mencari nafkah

Methode Alat Environment

11
BAB IV
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Tabel 3.Alternatif Pemecahan Masalah


Masalah Analisis Masalah Penyebab Masalah A;ternatif Pemecahan Masalah Alternatif Terpilih
Cakupan balita Man Koordinasi lintas program kurang Lakukan koordinasi lintas Lakukan koordinasi lintas program
ditimbang tidak program
tercapai Material Petugas tidak memahami mekanisme Berikan pelatihan kepada petugas Berikan pelatihan kepada petugas
perencatatan dan pengadaan barang
untuk posyandu.
Methode - Belum ada SOP posyandu Membuat SOP posyandu Membuat SOP posyandu

Membuat format pencatatan dan Membuat format pencatatan dan


- Belum ada format pencatatan dan pelaporan penimbangan pelaporan penimbangan
pelaporan penimbangan yang
baik
Alat - Timbangan di salah satu Meminta timbangan baru ke Meminta timbangan baru ke
kelurahan. kelurahan.
posyandu rusak.
Lakukan koordinasi lintas sektor. Lakukan koordinasi lintas sektor.
- Koordinasi lintas sektor kurang
Berikan pelatihan kepada petugas Berikan pelatihan kepada petugas
mengenai cara membuat media mengenai cara membuat media
- Petugas belum menguasai cara promosi. promosi.
membuat media promosi
Environment - Orang tua kurang pengetahuan Lakukan penyuluhan kesehatan Lakukan penyuluhan kesehatan

12
terkait penimbangan berat badan terkait penimbangan berat badan
balita. balita.

Minta ketua RT mendaftarkan


Minta ketua RT mendaftarkan
- Kemiskinan warganya yang miskin untuk
warganya yang miskin untuk
mendapatkan bantuan PKH
mendapatkan bantuan PKH
(Program Keluarga Harapan), BLT
(Program Keluarga Harapan),
(Bantuan Langsung Tunai), KKS
BLT (Bantuan Langsung Tunai),
(Kartu Keluarga Sejahtera).
KKS (Kartu Keluarga Sejahtera).

13
BAB V
KESIMPULAN

Alternatif pemecahan masalah yang dapat menjadi masukan dan rujukan untuk
puskesmas tujuh ulu dalam melaksanakan program balita ditimbang di masa yang akan
datang adalah sebagai berikut:
1. Lakukan koordinasi lintas program.
2. Berikan pelatihan kepada petugas mengenai mekanisme perencatatan dan pengadaan
barang untuk posyandu.
3. Membuat SOP posyandu
4. Membuat format pencatatan dan pelaporan penimbangan berat badan balita.
5. Meminta timbangan baru ke kelurahan.
6. Berikan pelatihan kepada petugas mengenai cara membuat media promosi
7. Lakukan penyuluhan kesehatan terkait penimbangan berat badan balita.
8. Minta ketua RT mendaftarkan warganya yang miskin untuk mendapatkan bantuan
PKH (Program Keluarga Harapan), BLT (Bantuan Langsung Tunai), KKS (Kartu
Keluarga Sejahtera).

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019 (Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dan UBKM). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2. Saepudin, Encang., Edwin, R, dan Agus, R. 2017. Peran Posyandu Sebagai Pusat
Informasi Kesehatan Ibu dan Anak. Record And Library Journal 3(2) Juli – Desember
2017.
3. Hetty, M.I.S, dan Nursiti, R. 2017. Faktor Penyebab Penurunan Kunjungan Bayi Di
Posyandu Puskesmas Langsat Pekanbaru Tahun 2016. Journal Endurance 2(2) June 2017
(169).
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Pelaksanaan Teknis Surveilans
Gizi Nomor 14, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai