Anda di halaman 1dari 10

.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Saya Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih
dan anugrahnya begitu besar yang telah diberikan kepada Saya sehingga Saya bisa
menyelesaikan Tugas yang berupa makalah ini dengan baik dan benar.Adapun Tugas ini
diberikan kepada Mahasiswa dan Mahasiswi tingkat 1 Semester 2 di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Medistra Indonesia (Stikes Medistra Indonesia).
Adapun Tugas yang berupa makalah ini saya buat bertujuan untuk memenuhi
nilai penugasan yang diberikan oleh Dosen Pengajar Saya yang bernama Ibu Dinda Nur
Fajri hb,S.Kep,Ns,M.Kep dalam matakuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2 dengan Judul
Makalah Yaitu Jamur. Dan juga Saya memohon maaf apabila makalah yang saya buat ini
masih jauh dari kata sempurna dan terdapat kekurangan materi dalam makalah ini maka
Saya harap banyak kepada ibu Dinda dan teman – teman sekalian memberikan saran yang
membangun agar saya dapat menyelesaikan tugas yang berupa makalah ini dengan sebaik –
baiknya diminggu – minggu berikutnya.
Demikianlah Kata Pengantar yang Saya buat ini Harapan Saya adalah semoga
makalah yang telah Saya buat ini menjadi manfaat untuk kita semuanya dan Saya juga
berterimakasih sekiranya ada dari teman – teman ataupun Dosen Pengajar yaitu Ibu Dinda
Nur Fajri hb,S.Kep,Ns,M.Kep yang telah memberikan Saran yang membangun kepada
Saya agar Saya kedepannya jika diberikan penugasan bisa sesuai dengan apa yang
diinginkan.Sekian dari Saya dan Terimakasih.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………..

Daftar Isi………………………………………………………………………………

Bab 1 Pendahuluan

A.Latar Belakang Masalah………………………………………..

B.Rumusan Masalah…………………………………………..

C.Tujuan…………………………………………………..

Bab II Pembahasan

2.1 Struktur Jamur ………………………………………

2.2 Siklus Hidup Jamur…………………………………

2.3 Faktor yang mempengaruhi transmisi Jamur…………………….......

2.4 Proses Infeksi Jamur…………………………………………………

2.5 Proses Transmisi Jamur…………………………………………….

2.6 Pencegahan Transmisi Jamur…………………………………..

Bab III Penutup

3.1Kesimpulan………………………………………………

3.2Saran……………………………………………………

Daftar Pustaka……………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang
berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan dari organisme lain untuk
kebutuhan hidupnya. Pada umumnya jamur hidup pada sisa makhluk lain yang sudah mati,
misalnya pada tumpukan sampah, serbuk gergaji kayu, atau pada batang kayu yang sudah
lapuk (Suriawiria, 2006).
Lebih dari 70.000 jenis jamur yang sudah dikenal sejak lama umumnya masih hidup
liar di hutan, kebun atau pekarangan rumah. Walaupun jenis jamur yang memiliki nilai
ekonomi masih sedikit, tetapi potensi jamur di bidang pertanian, industri, lingkungan,
bahan makanan dan bahan obat sangat tinggi. Beberapa jenis jamur yang telah
dibudidayakan dan memiliki nilai bisnis besar diantaranya adalah jamur merang, jamur
kuping, shitake, champingnon, lingzi dan jamur tiram (Suriawiria, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

A.bagaimana struktur dari Jamur itu?

B.bagaimana siklus hidup dari Jamur itu?

C.faktor apa aja yang mempengaruhi transmisi Jamur?

D.bagaimana cara proses infeksi Jamur?

E.bagaimana proses transmisi Jamur?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum adalah untuk memenuhi nilai penugasan yang diberikan oleh Dosen
Pengajar yaitu Bu Dinda Nur Fajri,hb,S.Kep,Ns,M.Kep dalam matakuliah Ilmu Dasar
Keperawatan 2.

Tujuan Khususnya adalah sebagai berikut:

A.Untuk mengetahui struktur dari Jamur itu

B.Untuk mengetahui Siklus Hidup dari Jamur itu

C.Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi transmisi Jamur


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Tubuh Jamur

Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang berguna untuk mengenal
apakah suatu organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa
terdiri atas satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler),
misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae). Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel
banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur
mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki
ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus
sp. dan Penicillium sp. Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah
diamati dengan mata telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah
jamur merang (Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia polytricha).

Jamur merupakan organisme eukariotik (eu: sejati dan cariyon: inti), yaitu organisme
yang inti selnya memiliki selaput inti atau karioteka yang lengkap. Di dalam sel jamur
terdapat sitoplasma dan nucleus yang kecil. Jamur memiliki bentuk tubuh bervariasi, ada
yang bulat, bulat telur, maupun memanjang. Pada jamur bersel banyak (multiseluler) banyak
terdapat deretan sel yang membentuk benang, disebut hifa. Pada jamur yang sifat hidupnya
parasit, hifa mengalami modifi kasi, disebut haustoria. Haustoria merupakan organ untuk
menyerap makanan dari substrat tempat hidup jamur, dan organ ini memiliki kemampuan
untuk menembus jaringan substrat.

Beberapa jaringan hifa akan membentuk miselium. Miselium merupakan tempat


pembentukan spora dan juga sebagai alat reproduksi serta alat untuk mendapatkan makanan.
Hifa juga bisa membentuk struktur yang disebut badan buah. Badan buah merupakan
kumpulan hifa yang muncul dari dalam tanah atau kayu yang lapuk. Badan buah dijumpai
pada kelompok jamur tertentu.

Berdasarkan ada tidaknya sekat atau septa dikenal adanya hifa aseptat, hifa septat
uninukleus, dan hifa septat multinukleus. Beberapa jenis jamur memiliki hifa yang tidak
bersekat. Didalam hifa tersebut terdapat banyak intisel (multinukleus) yang menyebar
didalam sito- plasmanya. Bentuk hifa yang demikian disebut soenositik.. Hifa jamur
bercabang-cabang membentuk miselium. Kita mengenal ada 2 macam miselium, yaitu
miselium vegetatif (berfungsi sebagai alat penyerap makanan) dan miselium generatif
(berfungsi sebagai alat reproduksi).
a. Hifa aseptat atau hifa tidak bersepta

yaitu hifa yang tidak mempunyai sekat atau septum. Istilah lain dari hifa tipe ini
adalah soenositik. Hifa tersebut dapat dijumpai misalnya pada Rhizopus oryzae dan
Mucor mucedo.

b. Hifa septat uninukleus atau hifa bersepta berinti tunggal

yaitu hifa yang disusun oleh sel-sel berinti tunggal dan memiliki sekat yang
membagi hifa menjadi ruang-ruang, dan setiap ruang memiliki satu inti sel. Meskipun
demikian, inti sel dan sitoplasma dari ruang yang satu dapat berpindah ke ruang lainnya.
Hal ini dimungkinkan oleh adanya pori pada sekat-sekat tersebut. Hifa tipe ini dapat
dijumpai misalnya pada Puccinia graminis.

c. Hifa septat multinukleus atau hifa bersepta berinti banyak

yaitu hifa yang disusun oleh sel-sel berinti banyak dan memiliki sekat yang
membagi hifa menjadi ruang-ruang, dan setiap ruang memiliki inti sel lebih dari satu.
Nectria cinnabarina merupakan contoh jamur yang memiliki tipe hifa seperti ini.

2.2 Siklus Hidup Jamur

Siklus Hidup Jamur melewati beberapa tahap atau fase. Kehidupan jamur berawal
dari spora (Basidiospora) yang kemudian akan berkecambah membentuk hifa yang berupa
benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Kemudian dari
kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang yang
menandakan bahwa tubuh buah jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bundar
atau lonjong dan dikenal dengan stadia kepala jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini
akan membesar dan disebut ilah kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing
kecil akan terus membesar mencapai stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada
stadia ini yang tadinya tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal mulai
membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan
(volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pillueus) karena perpanjangan tangkai (stalk).
Stadia terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah.

Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang matang akan
memproduksi basidia dan Basidiospora, kemudian tudung membesar. Pada waktu itu,
selubung universal yang semula membungkus seluruh tubuh buah akan tercabik. Tudung
akan terangkat keatas karena memanjangnya batang, sedangkan selubung universal yang
sobek akan tertinggal di bawah dan disebut cawan. Tipe perkembangan tubuh buah seperti ini
disebut tipe angiocarpic.
Pada tipe perkembangan yang lain, yaitu gymnocarpic, lapisan universal tidak terbentuk.
Sisi dari pembesaran tudung dihubungkan dengan batang oleh selubung dalam. Pada waktu
bilah membesar, selubung dalam tercabik dan melekat melingkari batang membentuk cincin
atau anulus. Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan proses
fotosintetis seperti halnya tumbuh-tubuhan. Dengan demikian jamur tidak adapat
memanfaatkan langsung energi matahari. Jamur mendapat makanan dalam bentuk jadi
seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati. Bahan makanan ini tidak akan
diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa menjadi tumbuh senyawa yang
dapat diserap dan dignakan untuk tumbuh dan berkembang. Semua jamur yang edibel (dapat
dimakan) bersifat saprofit, yaitu hidup dari senyawa organik yang telah mati.

Jamur merupakan golongan fungi yang membentuk tubuh buah yang berdaging. Tubuh
buah ini umumnya berbentuk payung dan mempunyai akar semu (rhizoid), tangkai, tudung
serta terkadang disertai cincin dan cawan volva.

Ordo Agaricales dapat tumbuh dan menyebar luas pada berbagai habitat. Berdasarkan
habitat tumbuh dibedakan berbagai jamur yang termasuk spesies tropis atau spesies sub
tropis. Beberapa spesies menunjukkan kekhususan dalam memilih habitat tumbuh, misalnya
menyukai area yang terbuka dan cukup cahaya. Sementara spesies yang lain menyukai
habitat yang terlindung dan berkayu. Dalam satu habitat juga ada spesies yang menunjukkan
lebih menyukai media tumbuh atau substrat tertentu seperti substrat berkayu, daun-daun mati
atau kotoran binatang (coprophilous).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Transmisi Jamur

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a. Kelembaban

Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity). Rasio
aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di
lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air
dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas
permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan substrat (Carlile dan
Watkinson, 1995). Variasi suhu yang rendah dan kelembaban yang relative tinggi ini
sangat berkaitan dengan curah hujan yang tinggi (Bernes, et al., 1998).

b. Suhu

Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur
untuk tumbuh berkisar 30⁰C sampai 40⁰C dan optimalnya pada suhu 20⁰C sampai
30⁰C. Jamur- jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan
Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu 22⁰C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam
Panji (2004). Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu
25⁰C sampai 28⁰C (Kitomoro, et al., 1999).

c. Intensitas cahaya

Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap


pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses
reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya,
atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon
berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan
terbentuk dalam kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan
pileusnya (Purdy, 1956). Jamur dari famili polyporaceae tahan terhadap intensitas
cahaya matahari yang tinggi (Nugroho, 2004). Hal ini dimungkinkan karena
kebanyakan jamur family polyporaceae memiliki tubuh buah yang relatif besar. Jamur
dari famili polyporaceae merupakan jamur pembusuk kayu (Arora, 1996).

d. pH

Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada
kisaran pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa
mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap
ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel. Hal
ini memungkinkan nutrisi yang diperlukan jamur untuk tumbuh dengan baik cukup
tersedia. Kebanyakan jamur tumbuh dengan baik pada pH yang asam sampai netral
(Carlile dan Watkinson, 1995).

2.4 Proses Infeksi Jamur

Infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini dapat
dialami oleh siapa saja. Namun demikian, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah
lebih berisiko terserang infeksi jamur. Misalnya, penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi,
serta pasien pasca transplantasi organ. Jamur adalah organisme yang dapat hidup secara
alami di tanah atau tumbuhan. Bahkan jamur bisa hidup di kulit manusia. Meskipun
normalnya tidak berbahaya, namun beberapa jamur dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan serius.

Gejala infeksi jamur sangat beragam, tergantung bagian tubuh yang terinfeksi, yang meliputi:

 Bintik merah atau ungu di kulit


 Muncul ruam kulit
 Kulit pecah-pecah
 Luka melepuh atau bernanah
 Gatal-gatal
 Rasa sakit di bagian yang terinfeksi
 Pembengkakan di area yang terinfeksi
 Batuk disertai darah atau lendir
 Sesak napas
 Demam
 Penglihatan kabur
 Mata merah dan sensitif pada cahaya
 Air mata keluar berlebihan
 Sakit kepala
 Hidung tersumbat
 Mual dan muntah

2.5 Proses Transmisi Jamur

Jamur mudah tumbuh subur di daerah beriklim tropis dan hangat dengan kelembapan
yang tinggi, salah satunya Indonesia. Hal ini membuat penyakit infeksi jamur cukup banyak
ditemukan di Indonesia.

Beberapa contoh penyakit jamur yang sering terjadi adalah athlete’s foot atau infeksi
jamur kaki, infeksi jamur kulit, kuku, dan infeksi jamur pada vagina, histoplasmosis,
blastomycosis, candidiasis, dan aspergillosis. Sebagian jenis jamur juga dapat menyebabkan
meningitis dan pneumonia.

2.6 Pencegahan Transmisi Jamur

 Cuci tangan sering-sering.


Sering mencuci tangan adalah salah satu cara terbaik untuk menghentikan
penyebaran infeksi jamur.Pastikan untuk mencuci tangan setelah menyentuh infeksi
jamur atau setelah menyentuh benda atau permukaan yang mungkin terinfeksi. Misalnya,
setelah selesai menggunakan peralatan di pusat kebugaran, Anda harus segera mencuci
tangan.

 Jauhi tempat umum.


Jika Anda sedang terinfeksi jamur, Anda sebaiknya menjauhi tempat umum yang
memperbesar peluang Anda menyebarkan infeksi ini. Misalnya, peluang Anda
menyebarkan infeksi jamur akan lebih besar jika Anda mengunjungi pusat kebugaran
atau berenang di kolam renang umum karena infeksi ini menular melalui kontak
langsung. Jadi, jika Anda sedang terinfeksi jamur, hindarilah tempat-tempat umum yang
memungkinkan penyebaran infeksi jamur Anda ke orang lain.
 Jangan kunjungi pusat kebugaran, kolam renang umum, atau tempat pemandian
umum hingga infeksi Anda sembuh.

 Kenakan sepatu kemana saja Anda pergi.


Berjalan tanpa alas kaki dapat membuat Anda tertular infeksi jamur, jadi
mengenakan sepatu adalah cara yang ampuh untuk melindungi diri sendiri. Jika ada
infeksi jamur di telapak kaki Anda, berjalan tanpa alas kaki juga meningkatkan peluang
penyebaran infeksi yang Anda bawa.
 Pastikan untuk selalu mengenakan alas kaki di tempat umum, terutama di tempat
seperti ruang ganti yang sering dilalui orang-orang tanpa alas kaki.

 Beri tahukan atasan di kantor jika Anda mengalami infeksi jamur.


Pekerjaan tertentu mengharuskan Anda banyak bersentuhan langsung dengan
orang lain, dan hal ini membuat orang lain berisiko tertular infeksi jamur dari Anda. Jika
pekerjaan Anda mengharuskan Anda sering bersentuhan langsung dengan orang lain,
seperti perawat misalnya, Anda harus memberitahukan atasan di kantor mengenai infeksi
jamur yang Anda alami.

 Gunakan peralatan pribadi milik Anda sendiri. Jangan menggunakan peralatan pribadi
apa pun bersama orang lain, baik jika Anda terinfeksi jamur maupun tidak. Infeksi jamur
menular melalui sentuhan, jadi penggunaan peralatan pribadi bersama orang lain akan
meningkatkan risiko penyebaran spora jamur. Walaupun meminjamkan peralatan ke
orang lain mungkin tampak sebagai tindakan yang baik, hal ini dapat meningkatkan
risiko penyebaran dan penularan infeksi jamur.
 Jangan pinjamkan peralatan pribadi seperti pakaian, handuk, kaus kaki, riasan,
deodoran, atau semua yang Anda kenakan kepada orang lain.

 Tutupi bagian yang terinfeksi jamur. Jika Anda sedang terinfeksi jamur, Anda harus
menutupinya sebelum pergi ke tempat umum. Menyentuhkan bagian yang terinfeksi ke
orang lain tanpa sengaja dapat menyebabkan penyebaran infeksi. Jadi, tutupilah bagian
yang terinfeksi selama berada di tempat umum hingga sembuh.
 Anda tidak harus meliburkan anak-anak dari sekolah saat mereka terinfeksi jamur.
Namun, Anda harus menutup bagian yang terinfeksi dan memberitahukan
masalah ini ke pihak sekolah.
 Jangan tutup bagian yang terinfeksi terlalu rapat. Bagian itu tetap harus sejuk dan
kering selama perawatan infeksi jamur.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/book/422496136

https://www.e-jurnal.com/2013/04/siklus-hidup-jamur.html

http://ayusalsabillaputriaurely.blogspot.com/2017/12/agen-agen-infeksius.html

https://www.alodokter.com/penyebab-penyakit-infeksi-penyebaran-dan-tips-pencegahannya

https://www.ndhealth.gov/Disease/Documents/faqs/FungalInfections.pdf

Anda mungkin juga menyukai