Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN DM (DIBETES MILLITUS)

DI SUSUN OLEH :

I GUSTI AYU DIAN ROSITA DEWI


2014901144

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2020-2021
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Diabetes militus adalah suatu penyakit kronis dimana organ
pankreas tidak memproduksi insulin atau ketika tidak efektif dalam
penggunaannya menurut WHO tahun 2016. Diabetes militus adalah
sebuah penyakit,yang mana kondisi kadar glukosa didalam darah melebihi
batas normal. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara ade kuat. Insulin adalah homon yang
dilepaskan oleh pankreas dan merupakan zat utama yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan kadar gula darah dalam tubuh agar tetap
dalam kondisi seimbang. Insulin berfungsi sebagai alat yang membantu
gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi ( Mahdiana, 2010).
Penyakit diabetes militus merupakan penyakit tidak menular yang
mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes
adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang
tinggi ( Hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin,
dan resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikimia yang berlangsung
lama ( kronik ) pada diabetes militus akan menyebabkan kerusakan
gangguan fungsi, kegagalam berbagai organ, terutama mata, organ ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah lainnya ( Swastika K; et al,2011 ).

2. Etiologi
Pada penderita diabetes militus pengaturan sistem kadar gula darah
terganggu, insulin tidak cukup mengatasi daan akibatnya kadar gula
dalam darah bertambah tinggi. Peningkatan kadar glukosa darah akan
menyumbatseluruh sistem energi dan tubuh berusaha kuat
mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarakan di dalam
air kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya.
Peningkatan kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin
tidak mencukupi jika ini terjadi maka terjadilah diabetes militus.
Ada beberapa paktor yang menyebabkan diabetes militus sebagai berikut :
a. Genetik atau faktor keturunan
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan diabetes
militus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks. Biasanya
kaum laki-laki memjadi penderita sesunggsungguhnya, sedangkan
kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk
diwariskaan kepada anak-anaknya.
b. Virus dan baykteri
Virus yang menyebabkan diabetes militus adalah rubela, mumps, dan
human coxrsackievirus.
c. Bahan toksin atau beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara
langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin
(produksi dari sejenis jamur)
d. Asupan makanan
Diabetes militus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan
asupan makanan, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan.
Asupan makanan yang berlebihan merupkan faktor resiko pertama
yang diketahui menyebabkan diabetes militus. Salah satu asupan
makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan
asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya diabetes
militus.

e. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau
obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak, juga ikut
gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan zat yang digolongkan
sebagai adipositokin yang jumblahnya lebih banyak dari keadaan
pada waktu tidak gemuk. Zat – zat itulah yang menyebabkan
resistensi terhadap insulin.

3. Patofisiologi
Diabetes militus adalah kumpulan penyakit metabolik yang
ditandai dengan heperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kinerja
insulin, atau keduanya. Diabetes tipe I adalah hasil interaksi genetik,
lingkungan, dan faktor imunologi yang pada akhirnya mengarah terhadap
kerusakan sel beta pankreas dan insulin defisiensi. Masa sel beta
kemudian menurun dan sekresi insulin menjadi semakin terganggu,
meskipun toleransi glukosa normal dipertahankan (Diabetes tipe I terjadi
karena ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel – sel
pankreas telaah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemi ( sesudah makan ). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaaring keluar akibatnya glikosa tersebut
diekresikan dalam urine ( glukosurya ). Ekresi ini akan disertai oleh
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini disebut
deuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
( poliuria ) dan rasa haus (polidipsi) ( ADA 2012 ).
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel.
Resitensi insulin dalam diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intra sel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus
dapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal ataau sedikit meningkat. namun, jika sel-sel tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjaddi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II, namun terdapat
jumblah insulin yag ade kuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton. Oleh karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemi hiperosmoler nonketotik. Alibat intolerasi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II
dapat bejalan tampa terdeteksi, gejalanya sering bersiftat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, polirulia, pilidipsia, luka pada kulit yang
tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
4. Manifestasi klinis
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin
adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin
memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi. Insulin dilepaskan setelah makan,
ketika kadar glukosa darah meningkat. Insulin bersikulasi dan
memengaruhi metabolisme, memungkinkan tubuh untuk menyimpan atau
menggunakan nutrisi dari makanan secara efektif. Akibat pelepasan
insulin, kadar glukosa darah menurun dan pelepasan insulin juga
menurun. Terkadang, jumlah insulin yang dilepaskan tidak mencukupi.
Hal ini dapat terjadi karena pankreas tidak cukup memproduksi insulin,
tempat reseptor insulin kehilangan sensitivitasnya terhadap insulin, atau
orang tersebut tidak memiliki tempat reseptor yang cukup untuk
mendukung ukuran tubuhnya seperti obesitas.
Jika jumla insulin yang dilepaskan tidak cukup, terjadi beberapa
perubahan metabolik, dimulai dengan hiperglikemia atau peningkatan gula
darah. Hiperglikemia menyebabkan glikosuria; gula adan dalam urine
karena konsentrasi glukosa di dalam darah terlalu tinggi untuk
direabsorpsi dengan lengkap. Karena urin yang mengandung gula
merupakan lingkungan yang ideal untuk bakteri, sistitis sering terjadi.
Pasien mengalami keletihan karena sel – sel tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa tersebut; tubuh menggunakan insulin untuk
memfasilitasi transpor glukosa ke dalam sel. Polifagi (peningkatan rasa
lapar) terjadi karena pusat hipotalamus tidak dapat mengambil glukosa
dan merasa bahwa sel lapar. Polidipsi (peningkatan ras haus) terjadi
karena tonisitas darah meningkat akibat peningkatan glukosa dan produk
sampah di dalam darah serta hilangnya cairan dengan glukosa di dalam
urine. (Sel hipotalamik yang sensitif terhadap kadar cairan merasakan
perlunya peningkatan cairan di dalam sistem tersebut dan pasien merasa
haus).
Lipolisis atau pemecahan lemak terjadi karena tubuh memecah
cadangan lemak untuk mendapatkan energi karena glukosa tidak dapat
digunakan. Pasien mengalami ketosis karena metabolisme berubah
menjadi menggunakan lemak dan sampah keton tidak dapat dibuang
secara efektif. Asidosis juga terjadi karena hati tidak dapat dibuang secara
efektif. Asidosis juga terjadi karena hati tidak dapat membuang semua
produk sisa (asam merupakan sampah produk yang utama) hasil
pemecahan glukosa, lemak dan protein. Otot melemah karena protein
tidak lagi terbentuk dan karena tubuh memecah protein untuk
mendapatkan asam amino esensialnya. Pemecahan protein menyebabkan
peningkatan sampah nitrogen, yang terlihat pada peningkatan konsentrasi
nitrogen urea darah (BUN) dan terkadang protein di dalam urine. Pasien
yang menderita hiperglikemia tidak dapat sembuh dengan cepat karena
pemecahan protein ini dan kurangnya stimulus untuk membentuk protein.
Semua aksi ini akhirnya menyebabkan terjadinya komplikasi yang
berhubungan dengan hiperglikemia kronis dan diabetes.
Diabetes memengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Tanda klinis diabetes yang paling sering terjadi adalah hiperglikemia (gula
darah puasa lebih besar dari 126 mg/dl) dan glikosuria (adanya gula dalam
urine). Perubahan kemampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein secara efektif dalam jangka panjang
menyebabkan penebalan membran dasar (lapisan tipis filamen kolagen
yang tepat berada di bawah lapisan endotelial pembuluh darah) dalam
pembuluh darah besar dan kecil. Penebalan ini menyebabkan perubahan
oksigenasi lapisan pembuluh darah, yang menyebabkan penyempitan dan
penurunan aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah tersebut;
dan ketidakmampuan oksigen untuk berdifusi secara cepat menembus
membran ke jaringan. Perubahan ini menyebabkan peningkatan insidensi
sejumlah gangguan termasuk aterosklerosis, retinopati, neuropati dan
nefropati.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena < 100 100-200 >200


- Darah kapiler
<80 80-200 >200

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena <110 110-120 >126

- Darah kapiler <90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan utama terapi Diabetes Militus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuannya
adalah memcapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tampa
terjadinya hipoglikimia dan gangguang serius pada pola aktivitas pasien.
a. Diet
Penatalaksanan nutrisi pada penderita diabetes disarankan untuk
mencapai tujuan berikut ini :
1) Memberikan semua ungsur makanan esensial (misalnya vitamin,
mineral).
2) Mencapai dan mempertahankan badan yang sesuai.
3) Memenuhi kebutuhanenergy
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat bagi
semua penderita diabetes, perencanaan makan harus
mempertimbangkan pula kegemayan pasien terhadap makanan
tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan
latar belakang etnik serta budayanya.
b. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor
resikokardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan dengan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga
diperbaiki dengan berolahraga, latihan dengancara melawan tahanan
dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah
laju metabolisme laju istirahat. Semua efek ini sangat bermanfaat
pada diabetes karena dapat menurunkan bera badan, mengurangi rasa
stres dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan
mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL-
kolestrol dan menurunkan kadar kolestrol total dan trigliseralida.
Semua manfaat ini sangat penting bagi penyandang diabetes
mengingat adanya peningkatan resiko untuk penyakit kadiopaskuler
pada diabetes. Meskipun demikian, penderita diabetes dengan kadar
glukosa darah lebih dari 250mg/dl (14mmol) dan menunjukkan adanya
keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan
keton urine memperlihatkan hasil negatif dan kadar glukosa darah
telah mendekati normal.latihan dengan kadar glukosa darah tinggi
akan meningkat sekresi glukagon, growth hormone dan katekolamin.
Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa
sehingga terjadinya kenaikan kadar glukosa darah.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
(SMBG: self monitoring of blood glucose)penderita diabetes kini
dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah
secara optimal. Cara ini memungkinkan seteksi dan pencegahan
hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan
kadar glukosa darah normal yang mungkin akan mengurangi
komplikasi diabetes jangka panjang.

d. Terapi insulin dan obat hiperglikemia


Pada diabetes tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk
memproduksi insulin. Dengan demikian, insulin harus diberikan dalam
jumblah tak terbatas. Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan
sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa
darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil
mengontrolnya. Di samping itu, sebagian pasien diabetes tipe II yang
biasanya mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet atau obat
oral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami
sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stres
lainnya.

B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian (Data Subjektif dan Data Objektif)
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

2) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

3) Pengkajian pola fungsi kesehatan menurut Gordon sebagai berikut:


a. Pola persepsi kesehatan yang pernah dialami klien,
Apa upaya dan dimana klien mendapatkan pertolongan kesehatan
lalu apa saja yang membuat status kesehatan klien menurun,
termasuk riwayat penggunaan obat-obatan. Pada pasien DM pola
ini mungkin mengalami perubahan, dimana salah satu
komplikasinya yaitu diabetic foot bisa menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecendrungan tidak mematuhi
prosedur pengobatan
b. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun, dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Keluhan
yang muncul seperti mual, muntah, berat badan menurun, turgor
kulit jelek.
c. Pola eliminasi
Pada pasien DM, adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya
diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing
(poliuri) dan pengeluaran glukosa dari urin (glukosauri). Pada
eliminsai alvi relatif tidak ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, takikardi atau
takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai
terjadi koma. Adanya luka ganggren dan kelemahan otot-otot
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh
polyuria dan nyeri pada kaki yang luka.
f. Pola persepsi kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap nyeri, selain itu adanya
komplikasi lain menyebabkan adanya gangguan penglihatan.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktut tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang
sukar sembuh, lamanya perawatan, biaya perawatan yang mahal
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran
pada keluarga
h. Pola peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan
i. Pola reproduksi seksual
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan seksual. Adanya
peradangan pada pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria, selain itu berisiko lebih tinggi terkena
kanker prostat berhubungan dengan nefropati.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi stress
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif seperti muda marah, kecemasan, dan lain-
lain yang dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan koping yang konstruktif atau adaptif.
k. Pola sistem kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
4) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Status neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
d. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
e. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
f. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi atau bradikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
g. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasI, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
h. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
i. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan terjadinya
pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan melalui urin
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tergangguunya metabolisme protein dan lemak dalam tubuh
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM)
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka ganggren pada
ekstremitas
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
dan penurunan sensasi
7. Keletihan berhubungan dengan kekurangan nutrisi pada sel
8. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran dan
penurunan suplai O2 ke otak
3. Perencanaan

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O
1 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Observasi tanda- 1. Untuk mengetahui adanya
cairan berhubungan tindakan keperawatan tanda vital Hipovolemia dapat
dengan terjadinya selama...x 24 jam 2. Kaji suhu, warna ditandai dengan hipotensi
pengeluaran cairan diharapkan kebutuhan kulit dan dan takikardi
dan elektrolit cairan pasien terpenuhi kelembaban 2. Untuk mengetahui keadaan
berlebihan melalui dengan kriteria hasil : 3. Pantau masukan dan pasien demam, kulit
urin 1. Tanda-tanda vital pengeluaran, catat kemerahan, kering karena
stabil berat jenis urin dehidrasi
2. Turgor kulit baik 4. Ukur BB setiap hari 3. Memberikan perkiraan
3. Haluan urin normal 5. Pertahankan cairan kebutuhan aka cairan
4. Kadar elektrolit ±2500 cc/hari jika pengganti, fungsi ginjal
dalam batas normal pemasukan secara dan keefektifan terapi
oral sudah diberikan 4. Memberikan hasil
6. Tingkatkan pengkajian yang terbaik
lingkungan yang dan status cairan yang
nyaman dengan sedang berlangsung dan
selimut tipis selanjutnya dalam
7. Catat hal-hal yang memberikan cairan
dilaporkan seperti pengganti
mual, muntah, nyeri 5. Mempertahankan hidrasi
abdomen, distensi atau sirkulasi
lambung 6. Menghindari pemanasan
8. Kolaborasi yang berlebihan pada
pemberian terapi pasien yang akan
cairan sesuai menimbulkan kehilangan
indikasi cairan
9. Kolaborasi 7. Kekurangan volume cairan
pemasangan NGT dan elektrolit mengubah
dan lakukan motilitas lambung, yang
penghisapan sesuai sering menimbulkan
indikasi muntah, sehingga terjadi
kekurangan cairan atau
elektrolit
8. Tipe dan jumlah cairan
tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan
respon pasien secara
individual
9. Medekompresi lambung
dan menghilangkan
muntah
2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Timbang BB setiap 1. Mengkaji pemasukan
kurang dari tindakan keperawatan hari makanan yang adekuat
kebutuhan tubuh selama …x 24 jam 2. Tentukan program 2. Mengidentifikasi
berhubungan dengan diharapkan nutrisi diet dan pola makan kekurangan dan
tergangguunya kebutuhan pasien pasien bandingkan penyimpangan dari
metabolisme protein terpenuhi dengan dengan makanan kebutuhan
dan lemak dalam kriteria hasil : yang dihabiskan 3. Untuk mengetahui adanya
tubuh 1. Berat badan pasien hiperglikemi karena dapat
membaik 3. Auskultasi bising menurunkan motalitas atau
2. Indeks masa tubuh usus, catat adanya fungsi lambung (distensi
(IMT) membaik nyeri abdomen, atau ileus paralitik) yang
3. Frekuensi makan mual, muntah akan mempengaruhi
membaik 4. Identifikasi makanan pilihan intervensi
4. Nafsu makan yang disukai 4. Jika makanan yang disukai
membaik 5. Libatkan keluarga dapat dimasukan dalam
pada perencanaan pencernaan makanan,
makan sesuai kerjasama ini dapat
indikasi diupayakan setelah pulang
6. Kolaborasi denga 5. Memberikan informasi
ahli gizi pada keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi pasien
6. Sangat bermanfaat dalam
perhitungan dan
penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan
pasien
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor Tanda-tanda 1. Mengetahui keadaan
perfusi jaringan tindakan keperawatan Vital dan Gula Darah umum dan perkembangan
perifer berhubungan selama…x 24 jam 2. Monitor adanya pasien
dengan hipoksia diharapkan sirkulasi paresthesia 2. Mempermudah
jaringan dan perifer tetap normal 3. Ajarkan teknik memberikan intervensi
penurunan kadar dengan kriteria hasil : senam diabetes selanjutya
oksigen dalam tubuh 1. Denyut nadi perifer 4. Instruksikan keluarga 3. Mengurangi rasa
teraba kuat dan untuk mengobservasi kesemutan
regular kulit jika terdapat 4. Mencegah timbulnya
2. Warna kulit tidak luka infeksi
pucat dan sianosis 5. Kolaborasi 5. Mengurangi peradangan
pemberian analgesic atau inflamasi
atau kortikosteroid
4 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji derajat 1. Pasien mungkin dibatasi
fisik berhubungan tindakan keperawatan… imobilitas oleh pandangan diri atau
dengan luka x 24 jam diharapkan 2. Bantu latihan rentan persepsi tentang
ganggren pada gangguan mobilitas gerak khusus untuk keterbatasan fisik
ekstremitas dapat berkurang dengan area yang sakit dan 2. Mencegah perubahan
kriteria hasil : yang tidak sakit bentuk
1. Menyatakan 3. Bantu atau dorong 3. Meningkatkan kekuatan
pemahaman pasien untuk otot dan sirkulasi
individual dan perawatan diri
tindakan keamanan
2. Menunjukan
keinginan untuk
berpartisipasi
dalam aktivitas
5 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk mengetahui
mengenai penyakit, tindakan keperawatan keluarga dan pasien pemahaman pasien dan
prognosis, kebutuhan selama…x 24 jam tentang penyakit keluarga tentang penyakit
pengobatan diharapkan masalah diabetes militus. diabetes militus.
berhubungan dengan keperawatan kurang 2. Jelaskan pada 2. Keluarga dan pasien
tidak mengenai pengetahuan dapat keluarga dan pasien mengerti tentang
teratasi dengan kriteria tentang pengertian, penyebab, tanda gejala
informasi hasil: penyebab, tanda dan diabetes militus.
1. Pasien dan keluarga gejala diabetes 3. Keluarga dan pasien
menyatakan militus. mampu menghindari hal-
pemahaman tentang 3. Motivasi keluarga hal yang dapat
penyakit, kondisi, dan pasien agar meningkatkan resiko
prognosis dan menghindari hal-hal terjadinya peningkatan
program yang dapat gula darah.
pengobatan. meningkatkan resiko
2. Pasien dan keluarga terjadinya
mampu peningkatan gula
melaksanakan darah.
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.
3. Pasien dan keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat
atau tim kesehatan.
6 Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji luka setiap 1. Memberikan informasi
kulit berhubungan tindakan keperawatan mengganti balutan tentang efektivitas terapi
dengan kerusakan selama…x 24 jam 2. Balut luka dengan dan mengidentifikasi
sirkulasi dan diharapkan gangguan kasa kering steril kebutuhan tambahan
penurunan sensasi integritas kulit dapat 2. Menjaga kebersihan luka
teratasi dengan kriteria atau meminimalkan
hasil : kontaminasi silang
1. Memperlihatkan
perbaikan status
metabolik yang
dibuktikan oleh
gula darah dalam
batas normal
7 Keletihan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengindikasikan tingkat
berhubungan dengan tindakan keperawatan sebelum dan sesudah aktivitas yang dapat
kekurangan nutrisi selama…x 24 jam melakukan aktivitas ditoleransi secara fisiologis
pada sel diharapkan kelelahan 2. Diskusikan 2. Pendidikan dapat
dapat teratasi dengan kebutuhan akan memberikan motivasi
kriteria hasil : aktivitas untuk meningkatkan
1. Mengungkapkan 3. Berikan aktivitas tingkat aktivitas
peningkatan energi alternatif dengan 3. Mencegah kelelahan yang
2. Menunjukan periode istirahat yang berlebihan
perbaikan cukup
kemampuan untuk
berpartisipasi
dalam aktivitas
yang digunakan
8 Risiko cedera Setelah dilakukan 1. Kaji adanya faktor- 1. Menentukan factor cedera
berhubungan dengan tindakan keperawatan faktor resiko cedera yang sesuai untuk pasien
penurunan kesadaran selama…x 24 jam pada pasien 2. Mempermudah mengingat
dan penurunan suplai diharapkan pasien 2. Tulis dan laporkan dan melaporkan kembali
O2 ke otak memperlihatkan upaya adanya factor-faktor atau mengevaluasi
menghindaricedera atau resiko 3. Lingkungan yang aman
cedera tidak terjadi 3. Modifikasi dan sesuai untuk pasien
dengan kriteria hasil : lingkungan agar dengan harapan
1. Melaporkan lebih aman meminimalkan resiko
penggunaan cara terjadinya cedera
yang tepat dalam
melindungi diri dari
cedera
9 Ketidakstabilan Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Pasien patuh dalam
kadar glukosa darah asuhan keperawatan kepatuhan pasien pengobatan.
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, dalam pengobatan. 2. Pasien mengetahui
faktor resiko risiko ketidakstabilan 2. Pendidikan pengobatan DM.
ketidakpatuhan kadar glukosa darah Kesehatantentang
dalam pengobatan teratasi pengobatan DM.
dengan kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan
bersedia patuh
dalam pengobatanb.
b. GDS <200 mg/dL
c. Pasien dapat
merubah pola hidup
DM.
1. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
Daftar Pustaka

Anani, S. 2012. Hubungan antara Perilaku Pengendalian Diabetes kadar Glukosa Darah
pasien Rawat jalan Diabetes mellitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon). Medicine Journal Indonesia Vol.20 No.4:466-478 . Arisman,
2011. Diabetes

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI, 2012

American Diabetes Association (ADA), 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 pp. 64-71.

Anda mungkin juga menyukai