DI SUSUN OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2020-2021
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Diabetes militus adalah suatu penyakit kronis dimana organ
pankreas tidak memproduksi insulin atau ketika tidak efektif dalam
penggunaannya menurut WHO tahun 2016. Diabetes militus adalah
sebuah penyakit,yang mana kondisi kadar glukosa didalam darah melebihi
batas normal. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara ade kuat. Insulin adalah homon yang
dilepaskan oleh pankreas dan merupakan zat utama yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan kadar gula darah dalam tubuh agar tetap
dalam kondisi seimbang. Insulin berfungsi sebagai alat yang membantu
gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi ( Mahdiana, 2010).
Penyakit diabetes militus merupakan penyakit tidak menular yang
mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes
adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang
tinggi ( Hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin,
dan resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikimia yang berlangsung
lama ( kronik ) pada diabetes militus akan menyebabkan kerusakan
gangguan fungsi, kegagalam berbagai organ, terutama mata, organ ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah lainnya ( Swastika K; et al,2011 ).
2. Etiologi
Pada penderita diabetes militus pengaturan sistem kadar gula darah
terganggu, insulin tidak cukup mengatasi daan akibatnya kadar gula
dalam darah bertambah tinggi. Peningkatan kadar glukosa darah akan
menyumbatseluruh sistem energi dan tubuh berusaha kuat
mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarakan di dalam
air kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya.
Peningkatan kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin
tidak mencukupi jika ini terjadi maka terjadilah diabetes militus.
Ada beberapa paktor yang menyebabkan diabetes militus sebagai berikut :
a. Genetik atau faktor keturunan
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan diabetes
militus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks. Biasanya
kaum laki-laki memjadi penderita sesunggsungguhnya, sedangkan
kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk
diwariskaan kepada anak-anaknya.
b. Virus dan baykteri
Virus yang menyebabkan diabetes militus adalah rubela, mumps, dan
human coxrsackievirus.
c. Bahan toksin atau beracun
Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara
langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin
(produksi dari sejenis jamur)
d. Asupan makanan
Diabetes militus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan
asupan makanan, baik sebagai faktor penyebab maupun pengobatan.
Asupan makanan yang berlebihan merupkan faktor resiko pertama
yang diketahui menyebabkan diabetes militus. Salah satu asupan
makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan
asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya diabetes
militus.
e. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau
obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak, juga ikut
gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan zat yang digolongkan
sebagai adipositokin yang jumblahnya lebih banyak dari keadaan
pada waktu tidak gemuk. Zat – zat itulah yang menyebabkan
resistensi terhadap insulin.
3. Patofisiologi
Diabetes militus adalah kumpulan penyakit metabolik yang
ditandai dengan heperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kinerja
insulin, atau keduanya. Diabetes tipe I adalah hasil interaksi genetik,
lingkungan, dan faktor imunologi yang pada akhirnya mengarah terhadap
kerusakan sel beta pankreas dan insulin defisiensi. Masa sel beta
kemudian menurun dan sekresi insulin menjadi semakin terganggu,
meskipun toleransi glukosa normal dipertahankan (Diabetes tipe I terjadi
karena ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel – sel
pankreas telaah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemi ( sesudah makan ). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaaring keluar akibatnya glikosa tersebut
diekresikan dalam urine ( glukosurya ). Ekresi ini akan disertai oleh
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini disebut
deuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
( poliuria ) dan rasa haus (polidipsi) ( ADA 2012 ).
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel.
Resitensi insulin dalam diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intra sel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus
dapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal ataau sedikit meningkat. namun, jika sel-sel tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjaddi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II, namun terdapat
jumblah insulin yag ade kuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton. Oleh karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemi hiperosmoler nonketotik. Alibat intolerasi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II
dapat bejalan tampa terdeteksi, gejalanya sering bersiftat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, polirulia, pilidipsia, luka pada kulit yang
tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
4. Manifestasi klinis
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin
adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin
memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi. Insulin dilepaskan setelah makan,
ketika kadar glukosa darah meningkat. Insulin bersikulasi dan
memengaruhi metabolisme, memungkinkan tubuh untuk menyimpan atau
menggunakan nutrisi dari makanan secara efektif. Akibat pelepasan
insulin, kadar glukosa darah menurun dan pelepasan insulin juga
menurun. Terkadang, jumlah insulin yang dilepaskan tidak mencukupi.
Hal ini dapat terjadi karena pankreas tidak cukup memproduksi insulin,
tempat reseptor insulin kehilangan sensitivitasnya terhadap insulin, atau
orang tersebut tidak memiliki tempat reseptor yang cukup untuk
mendukung ukuran tubuhnya seperti obesitas.
Jika jumla insulin yang dilepaskan tidak cukup, terjadi beberapa
perubahan metabolik, dimulai dengan hiperglikemia atau peningkatan gula
darah. Hiperglikemia menyebabkan glikosuria; gula adan dalam urine
karena konsentrasi glukosa di dalam darah terlalu tinggi untuk
direabsorpsi dengan lengkap. Karena urin yang mengandung gula
merupakan lingkungan yang ideal untuk bakteri, sistitis sering terjadi.
Pasien mengalami keletihan karena sel – sel tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa tersebut; tubuh menggunakan insulin untuk
memfasilitasi transpor glukosa ke dalam sel. Polifagi (peningkatan rasa
lapar) terjadi karena pusat hipotalamus tidak dapat mengambil glukosa
dan merasa bahwa sel lapar. Polidipsi (peningkatan ras haus) terjadi
karena tonisitas darah meningkat akibat peningkatan glukosa dan produk
sampah di dalam darah serta hilangnya cairan dengan glukosa di dalam
urine. (Sel hipotalamik yang sensitif terhadap kadar cairan merasakan
perlunya peningkatan cairan di dalam sistem tersebut dan pasien merasa
haus).
Lipolisis atau pemecahan lemak terjadi karena tubuh memecah
cadangan lemak untuk mendapatkan energi karena glukosa tidak dapat
digunakan. Pasien mengalami ketosis karena metabolisme berubah
menjadi menggunakan lemak dan sampah keton tidak dapat dibuang
secara efektif. Asidosis juga terjadi karena hati tidak dapat dibuang secara
efektif. Asidosis juga terjadi karena hati tidak dapat membuang semua
produk sisa (asam merupakan sampah produk yang utama) hasil
pemecahan glukosa, lemak dan protein. Otot melemah karena protein
tidak lagi terbentuk dan karena tubuh memecah protein untuk
mendapatkan asam amino esensialnya. Pemecahan protein menyebabkan
peningkatan sampah nitrogen, yang terlihat pada peningkatan konsentrasi
nitrogen urea darah (BUN) dan terkadang protein di dalam urine. Pasien
yang menderita hiperglikemia tidak dapat sembuh dengan cepat karena
pemecahan protein ini dan kurangnya stimulus untuk membentuk protein.
Semua aksi ini akhirnya menyebabkan terjadinya komplikasi yang
berhubungan dengan hiperglikemia kronis dan diabetes.
Diabetes memengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Tanda klinis diabetes yang paling sering terjadi adalah hiperglikemia (gula
darah puasa lebih besar dari 126 mg/dl) dan glikosuria (adanya gula dalam
urine). Perubahan kemampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein secara efektif dalam jangka panjang
menyebabkan penebalan membran dasar (lapisan tipis filamen kolagen
yang tepat berada di bawah lapisan endotelial pembuluh darah) dalam
pembuluh darah besar dan kecil. Penebalan ini menyebabkan perubahan
oksigenasi lapisan pembuluh darah, yang menyebabkan penyempitan dan
penurunan aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah tersebut;
dan ketidakmampuan oksigen untuk berdifusi secara cepat menembus
membran ke jaringan. Perubahan ini menyebabkan peningkatan insidensi
sejumlah gangguan termasuk aterosklerosis, retinopati, neuropati dan
nefropati.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan utama terapi Diabetes Militus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuannya
adalah memcapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tampa
terjadinya hipoglikimia dan gangguang serius pada pola aktivitas pasien.
a. Diet
Penatalaksanan nutrisi pada penderita diabetes disarankan untuk
mencapai tujuan berikut ini :
1) Memberikan semua ungsur makanan esensial (misalnya vitamin,
mineral).
2) Mencapai dan mempertahankan badan yang sesuai.
3) Memenuhi kebutuhanenergy
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat bagi
semua penderita diabetes, perencanaan makan harus
mempertimbangkan pula kegemayan pasien terhadap makanan
tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan
latar belakang etnik serta budayanya.
b. Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor
resikokardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan dengan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga
diperbaiki dengan berolahraga, latihan dengancara melawan tahanan
dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah
laju metabolisme laju istirahat. Semua efek ini sangat bermanfaat
pada diabetes karena dapat menurunkan bera badan, mengurangi rasa
stres dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan
mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL-
kolestrol dan menurunkan kadar kolestrol total dan trigliseralida.
Semua manfaat ini sangat penting bagi penyandang diabetes
mengingat adanya peningkatan resiko untuk penyakit kadiopaskuler
pada diabetes. Meskipun demikian, penderita diabetes dengan kadar
glukosa darah lebih dari 250mg/dl (14mmol) dan menunjukkan adanya
keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan
keton urine memperlihatkan hasil negatif dan kadar glukosa darah
telah mendekati normal.latihan dengan kadar glukosa darah tinggi
akan meningkat sekresi glukagon, growth hormone dan katekolamin.
Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa
sehingga terjadinya kenaikan kadar glukosa darah.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
(SMBG: self monitoring of blood glucose)penderita diabetes kini
dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah
secara optimal. Cara ini memungkinkan seteksi dan pencegahan
hipoglikemia serta hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan
kadar glukosa darah normal yang mungkin akan mengurangi
komplikasi diabetes jangka panjang.
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian (Data Subjektif dan Data Objektif)
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi,
jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
Anani, S. 2012. Hubungan antara Perilaku Pengendalian Diabetes kadar Glukosa Darah
pasien Rawat jalan Diabetes mellitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon). Medicine Journal Indonesia Vol.20 No.4:466-478 . Arisman,
2011. Diabetes