Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, remaja cenderung membentuk suatu
budaya sendiri sesuai dengan keinginannya untuk mencari jati diri hasil
obsesi remaja itu. Masa remaja sebagai masa pencarian jati diri, lebih identik
didefinisikan dengan kehidupan yang glamor, trend mode, hiruk pikuk musik,
narkoba dan sekian macam kemerosotan moral, yang membuat kita
mempertanyakan keberadaan diri kita sebagai orang yang mempunyai dan
selalu menganut moral adat istiadat sebagai orang timur. (Remaja dan Budaya
Pop.www.penulis-indonesia.com)

Ditengah dunia yang terus berubah dan terkontaminasi oleh budaya


barat yang keras, dunia remaja memang sarat dengan ragam tantangan.
Pergaulan bebas, narkoba, tawuran, hingga seks bebas telah begitu dekat
dengan kehidupan remaja sekarang. Remaja selalu berusaha mencari cara
untuk menyalurkan keinginannya. Kebiasaan bolos dan berkeliaran
diberbagai fasilitas umum berlanjut pada pertikaian pelajar, penyalah gunaan
obat adalah bentuk pelampiasan dari tidak tercapainya apa yang menjadi
kebutuhan remaja. Kebutuhan remaja ini perlu disalurkan dalam bentuk
kegiatan agar terhindar dari pengaruh buruk lingkungan.

Di Kabupaten Sidrap sendiri, kasus penggunaan narkoba mulai marak


sejak tahun 2014 (www.sulselsatu.com) dan mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Kabupaten Sidenreng Rappang yang tadinya dikenal sebagai
daerah lumbung padi berubah menjadi lumbung narkoba, hal ini dikarenakan
begitu banyaknya kasus narkoba yang terjadi di kabupaten Sidenreng
Rappang. Satuan Narkoba Polres Sidrap mengungkap sedikitnya 140 kasus
peredaran narkotika di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel),

1
sepanjang 2017. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan data
hasil pengungkapan Satuan Narkoba Polres Sidrap pada 2016. Tahun 2018
tercatat lebih sari 0,3 atau 1,27 persen dengan representasi 133.509 orang
pelaku penggunaan obat terlarang. Bahkan dari pihak BNN (Badan
Narkotika nasional) menetapkan bahwa Kabupaten Sidenreng rappang
merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai zona
merah peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Isu narkoba
merupakan salah satu masalah yang masih menjadi pusat perhatian
pemerintahan kabupaten Sidenreng Rappang hingga saat ini.

Berdasarkan laporan kasus yang ada kebanyakan dari usia produktif


yang terlibat, mulai dari siswa-siswa SMP hingga SMA. Hal ini tentu sangat
memprihatinkan dan perlu upaya yang serius untuk menangani bahaya
dampak buruk dari penggunaan narkoba. Para remaja yang terlibat kasus
narkoba umumnya dikarenakan oleh pengaruh lingkungan yang buruk,
kurangnya wadah yang positif untuk remaja menyalurkan aspirasi dan
menghabiskan waktu luang untuk melakukan hal yang bermanfaat menjadi
salah satu penyebab maraknya remaja yang mudah tergiur untuk
menggunakan obat terlarang.

Remaja di Sidenreng Rappang memiliki karakter yang tidak jauh


beda dengan remaja di derah lain. Mereka gemar berkumpul dengan
teman-teman sebayanya. Pada umumnya mereka memiliki waktu luang
yang cukup untuk mengembangkan potensi yang dimiliki di luar pendidikan
formal sekolah, terutama yang berhubungan dengan kreatifitas dan olahraga.
Kegiatan-kegiatan positif diluar pendidikan formal sekolah yang biasa
dilakukan diantaranya yaitu olah raga berupa sepak bola (futsal), basket,
volly, bulu tangkis dll. Selain itu kegiatan lainya dibidang kreatifitas dan seni
yaitu seni peran (theatre), tari tradisional dan modern, dan musik.

Namun kegiatan-kegiatan tersebut biasanya hanya dilakukan di


sekolah dalam bentuk latihan untuk persiapan lomba dan biasanya hanya

2
beberapa siswa saja yang terpilih untuk mengikuti latihan tersebut.
Sedangkan tidak menutup kemungkinan ada dari siswa atau remaja lain yang
berkeinginan untuk bisa melatih kemampuan sesuai minat masing-masing.
Minimnya fasilitas yang spesifik diperuntukan bagi kegiatan pemuda,
membuat pemuda sebagian besar akhirnya lebih memilih untuk
menghabiskan waktu di cafe atau sekedar berkumpul di tempat-tempat
kumpul mereka.

Untuk ajang penyaluran minat dan bakat bagi para remaja, pihak
pemerintahan Kabupaten Sidenreng Rappang rutin dan sering mengadakan
berbagai macam perlombaan terkhusus dibidang olahraga dan seni.
Perlombaan rutin yang dilakukan setiap tahun yakni perlombaan dibidang
olahraga dan seni untuk merayakan HUT RI yang diikuti oleh hampir seluruh
siswa. Cabang olahraga yang menjadi favorit para siwa diantaranya bola
volly, sepak bola dan tenis meja. Untuk dibidang seni, perlombaan tari dan
musik tradisional menjadi pertunjukkan yang selalu mnarik bagi para siswa.
Tahun ini Kabupaten Sidenreng Rappang berkesempatan menjadi tuan rumah
Pekan Olahraga Seni dan Karya Ilmiah (POSKI). Ajang tersebut tersebut
melibatkan 1.539 orang dari 35 PTKIS. Itu terdiri dari 1.332 peserta
mahasiswa. Tiga cabang perlombaan yang dilaksanakan yakni olahraga, seni,
dan lomba karya ilmiah mahasiswa. Untuk cabang olahraga yaitu bola volly
putra putri, tenis meja, sepak takraw, bulu tangkis, futsal, dan pencak silat.
Selanjutnya, untuk perlombaan di bidang seni yaitu Musabaqah Tilawatil
Quran (MTQ), Musabaqah Hifdzil Al Quran (MHQ), Musabaqah Syahril
Quran (MSQ). Kemudian Kaligrafi, Pop Solo Islami, puitisasi terjemahan
Alquran dan Hadist, peragaan busana muslim, qasidah rebana klasik, lomba
pidato tiga bahasa (Indonesia, Inggris dan Arab), lomba bercerita Islami, dan
lomba mengarang Islami. Sedangkan lomba karya Ilmiah mahasiswa yaitu
debat ilmiah mahasiswa (Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia).
(parepos.fajar.co.id). Para atlet daerah Sidereng Rappang juga diketahui aktif
dan cukup berpretasi di ajang perlombaan tingkat daerah maupun provinsi.

3
Ajang perlombaan yang bisa diikuti seperti Pekan Olahraga Daerah (Porda) ,
DISPORA Cup dll.

Di Sidenreng Rappang sendiri belum tersedia fasilitas khusus bagi


para pemuda untuk bisa berkreasi dan menggali potensi dalam diri
mereka.Dala m Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD 2014-
2018) dikatakan bahwa pembangunan pemuda, olahraga, seni budaya dan
pariwisata adalah bidang pembangunan yang menjadi prioritas pemerintah
kabupaten Sidenreng Rappang. Untuk menjaga eksistensi organisasi kesenian
dan sarana pementasan senidan budaya masih perlu upaya yang lebih serius
dari pemerintahan daerah melalui SKPD terkait untuk melestarikan,
membimbing dan memelihara seni budaya tradisional dan sarana pementasan
yang ada. Beberapa fasilitas yang tersedia hanya berupa lapangan terbuka
dan beberapa gedung serba guna yang tersebar ditiap kecamatan, namun
keberadaanya masih kurang memadai dalam menyediakan sarana prasarana
untuk mewadahi kegiatan pemuda. Sehingga dalam pemanfaatannyapun
kurang maksimal karena kurang diminati para remaja yang akhirnya
menjadikan fasilitas yang ada kurang terurus dan terbengkalai. Keberadaan
fasilitas yang lengkap dan menarik pada satu tempat atau kawasan yang
stategis bisa menjadi solusi untuk menarik minat remaja utnuk datang dan
menggunakan fasilitas yang tersedia. Untuk fasilitas kegiatan kesenian sama
sekali belum tersedia fasilitas, sedangkan potensi dan prestasi remaja di
bidang kesenian cukup menjanjikan. Menurut salah satu pelatih Tim
Kesenian Sidrap diibandingkan dengan tim kesenian dari kabupaten lain, Tim
Kesenian Sidrap yang paling bertahan di tengah-tengah “gempuran” musik
pop saat ini. Tim Kesenian Sidrap sering melakukan pentas di berbagai
tempat, baik di Sulawesi Selatan ataupun di propinsi lain. Baru-baru ini,
tepatnya di bulan Maret 2019 Tim Kesenian Sidrap berkesempatan untuk
tampil di River Festival di Kamboja dan mendapatkan apreasiasi langsung
dari perdana menteri Kamboja.

4
Saat ini juga banyak terbentuk komunitas-komunitas remaja dengan
berbagai jenis kegiatan. Diantaranya, komunitas skate board, Sidrap Doodle
Art, koumunitas Muda Manfaat Sidrap, komunitas Sidrap Membaca, Sidrap
Creativity Network ( SCN ) yang terdiri dari subsektor kriya, Desain
Komunikasi Visual ( DKV ), youtuber, make up artis, film, dan blogger.
Biasanya mereka melakukan kegiatan kumpul komunitas di cafe-cafe,
fasilitas gedung pemerintahan dan taman kota.

Oleh karena itu, Gelanggang Remaja dengan fasilitas yang menarik


dan sesuai dengan kebutuhan remaja bisa menjadi wadah yang berfungsi
sebagai sarana pengembangan pemuda, untuk bisa mengembangkan bakat,
dan minatnya agar dapat berprestasi dalam bidangnya. Sehingga bakat dan
minat yang mereka miliki dapat berkembang menjadi kegiatan yang lebih
positif dan terarah. Gelanggang Remaja juga dapat sebagai wadah bagi
berkumpulnya berbagai komunitas yang berpotensi sebagai tempat bagi
pemuda untuk menemukan minat melalui perkumpulan komunitas tersebut.

Dengan adanya Gelanggang Remaja diharapkan remaja dapat


mengembangkan potensi diri, tidak hanya sebagai pusat pembinaan generasi
muda di luar kegiatan akademis (sekolah). Tetapi juga kegiatan-kegiatan yang
ada di dalamnya terkandung penanaman basic mentality seperti pendidikan,
kedisiplinan, kreatifitas, kebersamaan, kerjasama (total teamwork),
keikutsertaan (participation), problem solving dan lain –lain dalam
pencapaian yang positif.

Dalam perencanaannya, Gelanggang Remaja Di Sidenreng Rappang


ini akan berlandaskan pada karakteristik Arsitektur Tradisional lokal dan
Arsitektur Modern yang lebih diminati remaja masa kini. Menghadirkan
unsur tradisional pada desain bangunan bertujuan untuk mengajak para
remaja agar menghargai dan tidak melupakan budaya lokal yang ada. Adapun
pendekatan desain yang mengacu kepada hal tersebut adalah Arsitektur

5
Eklektik dimana pendekatan Arsitektur Ekletik merupakan suatu aliran
memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diuraikan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan lokasi dan site yang sesuai dengan fungsi
Gelanggang Remaja di Sidenreng Rappang ?
2. Bagaimana menentukan program ruang dan fasilitas-fasilitas penunjang
untuk sebuah Gelanggang Remaja di Sidenreng Rappang ?
3. Bagaimana menentukan bentuk dan penampilan bangunan yang
mencerminkan Arsitektur Tradisional Modern pada Gelanggang Remaja di
Sidenreng Rappang ?

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan


1. Tujuan
a. Menentukan Lokasi dan Site yang sesuai dengan fungsi Gelanggang
Remaja di Sidenreng Rappang.
b. Menentukan program ruang dan fasilitas – fasilitas penunjang untuk
Gelanggang Remaja di Sidenreng Rappang.
c. Menentukan bentuk dan tampilan bangunan yang mencerminkan
Arsitektur Tradisional Modern melalui pendekatan Arsitektur Eklektik.
2. Sasaran
Untuk menyusun landasan konseptual yang akan dijadikan sebagai
acuan perancangan Gelanggang Remaja di Sidenreng Rappang.

D. Lingkup Pembahasan
Pembahasan akan ditekankan pada rancangan program ruang dan konsep
bentuk dan penampilan bangunan, melalui pendekatan Arsitektur Eklektik
dengan menggabungkan karakteristik Arsitektur Tradisional lokal dan
Arsitektur Modern.

6
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang disusun sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang yang merupakan tahap dasar pendahuluan
yang memberikan gambaran secara umum dan garis besar
mengenai Gelanggang Remaja di Sidenreng Rappang, rumusan
masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, batasan dan lingkup
pembahasan, serta sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang data-data yang berdasarkan pada studi literatur,
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan tentang jenis metodologi penelitian yang digunakan,
tahapan penelitian (Studi pustaka, urvei lapangan, pengumpulan
data, analisis data)

Anda mungkin juga menyukai