Kuliah

Kerja
Lapangan
Desa Adat
Tradisional
Penglipuran

BALI
PUTRI SUCI
KURNIA
03420130049
MASYARAKAT DAN BUDAYA ARSITEKTUR
BALI
Masyarakat Bali menerapkan sendi-
sendi agama, adat istiadat, kepercayaan, dan
religi dalam segala aspek kehidupan sehari-
hari, termasuk juga dalam budaya arsitektur
mereka. Penerapan sendi-sendi agama, adat
istiadat, kepercayaan, dan religi masyarakat
tradisional Bali pada arsitektur mereka,
terangkum dalam kaidah dasar arsitektur
tradisional Bali atau yang biasa dikenal
dengan Asta Kosala Kosali.
Desa Adat
Penglipuran
Desa Adat Penglipuran termasuk dalam
batas administratif pemerintahan wilayah
Desa Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten
Bangli. Desa Adat Penglipuran memiliki
luas wilayah 113 Ha

Tata guna lahan di Desa Adat Penglipuran

dilandasi oleh filosofi Tri Angga (Tri : 3 dan
Angga : Fisik ) , yaitu Hulu (kepala), Antara
(badan), Teben (kaki) yang sekaligus menjadi
tata nilai utama, madya, dan nista (Tri
Mandala).
Lanskap dan Arsitektur
Desa Penglipuran

Desa Adat Penglipuran memanjang dari

utara sampai selatan termasuk dalam
desa dengan pola linier. Sumbu linier
pertama terlihat jelas berupa ruang
terbuka dan jalan pada bagian tengah
desa yang memanjang dari arah utara
hingga selatan desa (vertikal). Sumbu
linier ini membagi desa menjadi dua
bagian besar, yaitu barat dan timur
(horizontal). Sumbu linier kedua
merupakan pola memanjang (arah
barat-timur) dari kavling rumah tinggal
pada area inti desa
Site
Desa Adat
Penglipuran
Bagian utara merupakan tempat
paling suci pada desa. Bagian tengah
desa (madya/antara) merupakan area
pemukiman inti desa dimana terdapat
kebun atau tegalan, balai desa atau
balai banjar, dan kavling rumah tinggal
yang memanjang dari arah barat
sampai timur. Bagian ujung selatan
(Nista/Teben) yang merupakan tempat
terendah pada desa terdapat kuburan
desa, Pura Dalem (tempat memuja
Dewa Ciwa sebagai manifestasi Tuhan
selaku pelebur), Taman Makam
Pahlawan (monumen perjuangan untuk
mengenang leluhur), sekolah dasar,
kandang ternak (ayam, sapi, dan babi)
dan tegalan .
 Pura Penataran
Pura Penataran Desa (tempat
memuja Dewa Brahma sebagai
manifestasi Tuhan selaku
pencipta) dan Pura Puseh
(tempat memuja Dewa Wisnu
sebagai manifestasi Tuhan selaku
pemelihara)

Pura Puseh
Rekayasa Dahulu kawasan Desa Adat Penglipuran, di dominasi oleh hutan bamboo, kemudian
Lanskap masyarakat melakukan pengubahan bentuk lahan tersebut sehingga wilayah yang
dahulunya didominasi oleh hutan bambu tersebut dapat dijadikan area permukiman
warga.
Namun pengubahan bentuk lahan tersebut dilakukan dengan kaidah-kaidah adat yang
leluhur yang mereka percayai dapat menjaga kelestarian lingkungan disektarnya.
Salah satunya dengan melakukan rekayasa secara terasering atau berundag-undag
dengan arah tegak lurus lereng khusus pada wilayah permukiman.
Mereka percaya bahwa dengan melakukan terasering tegak lurus arah lereng juga
dapat mencegah bencana alam seperti longsor dan erosi.
Orientasi
Bangunan

Penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu
penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Pola tata ruang dan tata letak
bangunan rumah di Desa Adat Penglipuran pada umumnya mengikuti pola Tri Mandala, yaitu area tempat suci
keluarga (sanggah) sebagai zona utama pada bagian timur laut (kauh-kangin), area tempat tinggal (pawongan)
sebagai zona madya pada bagian tengah, dan area MCK, tempat sampah, serta kandang ternak terletak pada zona
terluar (nista) dari kavling tersebut.
Sanggah Loji
Tempat Sembahyang Rumah Tinggal

Bale Sake Enem

Paon
Dapur
Sirkulasi
Desa

Sirkulasi Desa Adat Penglipuran

terbagi menjadi dua, yaitu sirkulasi
khusus pejalan kaki dan sirkulasi untuk
kendaraan bermotor. Jalan yang
mengikuti pola linier pada bagian
tengah desa merupakan sirkulasi
khusus pejalan kaki dan menjadi jalur
utama desa yang berupa jalur
pedestrian. Jalur pedestrian ini
memanjang pada bagian inti desa dari
utara hingga selatan. Sirkulasi untuk
kendaraan bermotor melingkari
bagian terluar inti desa yang biasa
disebut oleh masyarakat desa sebagai
jalan lingkar. Setiap kavling rumah
tinggal pada area inti desa terhubung
pada jalan lingkar ini.
Fasilitas
Parkir
Fasilitas
Umum

Sekretariat
Pariwisata

Bale
Toilet Umum
SEKIAN