PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan menjabarkan tentang latar belakang dan tujuan
penulisan yang terdiri dari tujuan umum penulisan, tujuan khusus penulisan,
metode penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan yang digunakan yang
menyusun karya tulis ilmiah.
1
2
2013 sebesar 14% dimana terjadi peningkatan pada tahun sebelumnya yaitu
sebesar 12,5%. Gagal ginjal kronik diperkirakan akan terus meningkat sebesar 20-
25% setiap tahunnya pada populasi di Amerika Serikat. Di tahun 2014, kejadian
dan prevalensi gagal ginjal meningkat sebanyak 50% . Data menunjukkan bahwa
setaip tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisis karena gangguan
ginjal kronik artinya 1.140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis.
Data tersebut menunjukkan kenaikan prevalensi penderita gagal ginjal kronik di
dunia khususnya di Amerika Serikat.
Global Burden of Disease (2010) menunjukkan, penyakit ginjal kronis
merupakan penyebab kematian ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi
urutan ke-18 pada tahun 2010. Lebih dari dua juta penduduk di dunia
mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transplantasi Ginjal dan hanya
sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut. Dan pada tahun
2015 mengalami kenaikan, bahwa penyakit ginjal kronik merupakan penyebab
kematian ke-12 yang paling sering yaitu sebanyak 1,1 juta kematian di dunia. Dari
data diatas menunjukkan kenaikan tentang penyebab kematian yang di sebabkan
oleh penyakit ginjal kronik di dunia.
Untuk negara berkembang di Asia prevalensi gagal ginjal juga terus
mengalami peningkatan di Taiwan (2.990/1.000.000 penduduk), jepang
(2.590/1.000.000 penduduk) dan Malaysia memiliki prevalensi gagal ginjal kronik
terjadi pada 680 orang per satu juta. Penyakit yang tercatat sebagai penyebab
gagal ginjal adalah diabetes melitus (37,47%), hipertensi (25,1%) dan
glomerulonefritis (16,34%). (National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) 2013).
RISKESDAS 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain
kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Prevalensi
kanker naik dari 1,4% menjadi 1,8%, prevalensi stroke naik dari 7% menjadi
10,9%, dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%, diabetes melitus
naik dari 6,9% menjadi 8,5%, dan hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%.
Tingginya kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan
pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik,
3
serta konsumsi buah dan sayur.Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja
(10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas
2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Data proporsi konsumsi minuman beralkohol
pun meningkat dari 3% menjadi 3,3%, demikian juga proporsi aktivitas fisik
kurang juga naik dari 26,1% menjadi 33,5% dan 0,8%. Hal lainnya adalah
proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk lima tahun, masih
sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5%. Dapat disimpulkan dari data diatas
adanya kenaikan angka prevalensi dan penyebab dari penyakit tidak menular.
Hasil data dari IRR 2017, menunjukkan angka gangguan ginjal akut atau
AKI berdasarkan penyakit penyerta di Indonesia, yaitu penyakit kardiovaskuler
sebesar 15%, penyakit serebrovaskuler sebesar 4%, penyakit saluran pencernaan
sebesar 8%, penyakit saluran kencing lain sebesar 10%, tuberkulosis 3%, hepatitis
B/HbSAg+ sebesar 2%, hepatitis C/HCV+ sebesar 2%, keganasan sebesar 21%,
lain-lain 35%. Disimpulkan angka tersebut merupakan penyakit penyerta dan
penyakit kardiovaskuler, keganasan,dan penyakit penyerta lainnya menempati
tempat terbanyak,
Hasil survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia tahun
2013, menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan prevalensi
penyakit gagal ginjal kronik yang cukup tinggi terjadi. Provinsi dengan prevalensi
penyakit gagal ginjal kronik tertinggi adalah Sulawesi tengah sebesar 0,5 %, lalu
diikuti oleh Aceh, Sulawesi utara dan Goraontalo masing-masing sebesar 0,4%
dan Lampung 0,3 %, Jawa barat, Jawa tengah masing-masing 0,3 %. Sedangkan
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun yang sama,
mengelompokkan prevalensi terjadi gagal ginjal kronik berdasarkan umur. Umur
15-34 tahun sebesar 0.1% umur 35-44 tahun sebesar 0,3%, umur 45-54 tahun
sebesar 0,4%, umur 54-74 tahun sebesar 0.5% dan 75 tahun ke atas sebesar 0,6%.
Dan pada tahun 2018, umur 15-24 tahun sebesar 1,33‰, umur 25-34 tahun
sebesar 2.28‰, umur 35-44 tahun sebesar 3,31‰, umur 45-54 tahun sebesar
5,64‰, umur 55-64 tahun sebesar 7,21‰, umur 65-74 tahun sebesar 8,23‰ dan
75 tahun keatas sebesar 7,48‰ Berdasarkan data diatas menunjukkan
peningakatan angka penderita dari tahun 2013 sampai 2018 berdasarkan usia.
4
c. Studi Dokumentasi
Membaca catatan baik perawat atau tim kesehatan lain, hasil
laboratorium dan pemeriksaan penunjang dari buku status klien.
d. Studi Kepustakaan
Dengan mempelajari buku dan jurnal sebagai referensi untuk dijadikan
sumber yang mencangkup masalah yang dialamai sehingga dapat
dibandingkan antara teori dan kasus.