TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Bioenergi
Bioenergi merupakan energi terbarukan yang bersumber dari biomassa
materi organik. Berdasarkan asal sumbernya, bahan baku bioenergi dapat dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu:
Tanaman Penghasil Energi (dikhususkan untuk menghasilkan bahan bakar)
Biomassa (produk samping dari suatu kegiatan usaha).
Selanjutnya, melalui proses/teknologi tertentu, dari bahan baku tersebut dihasilkan
energi primer yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
Cair (Bahan Bakar Nabati),
Gas (Biogas) , dan
Padat (Biobriket).
4
5
Ketiga energi primer ini dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan bakar
(transportasi atau industri) atau dikonversi lagi menjadi energi sekunder yaitu
Listrik Nabati. Bahan baku untuk menghasilkan listrik nabati juga bisa berasal
dari biomassa/sampah kota, yang tanpa proses sebelumnya menghasilkan energi
primer. Bioenergi juga ramah lingkungan karena tidak menambah jumlah karbon
dioksida ke atmosfer – bahan mentahnya berasal dari organisme hidup yang
mendapatkan karbonnya dari atmosfer. Selain itu bahan bakar berbasis bioenergi
umumnya minim kandungan sulfur atau berbagai macam logam berat yang lazim
digunakan sebagai aditif pada bahan bakar berbasis fosil. Secara umum skema
pemanfaatan bioenergi dari bahan baku hingga menghasilkan energi terdapat pada
skema gambar 1.
2.3 Biodiesel
Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan). Biodiesel adalah senyawa alkil ester yang diproduksi
melalui proses alkoholisis (transesterifikasi) antara trigliserida dengan metanol
atau etanol dengan bantuan katalis basa menjadi alkil ester dan gliserol; atau
esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol dengan bantuan
katalis basa menjadi senyawa alkil ester dan air.
Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung
oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum
diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi
komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari
metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon.
Biodiesel bersifat ramah lingkungan dan dapat diperbaharui (renewable)
dapat terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan terhadap piston karena
termasuk kelompok minyak yang tidak mengering, mampu mengeliminasi efek
rumah kaca dan kontiunitas ketersediaan bahan baku terjamin. Biodiesel bersifat
ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik
dibandingkan minyak diesel/solat, yaitu sulfur, bilangan asap rendah dan angka
cetana antara 57-62, terbakar sempurna dan tidak beracun (Said, 2010). Biodiesel
tidak secara spontan meletup atau menyala dalam keadaan normal karena
mempunyai titik bakar yang tinggi, yaitu 150oC. Hal ini berbeda dengan bahan
bakar diesel minyak bumi yang titik bakarnya hanya 52oC. Sedangkan emisi
biodiesel jauh lebih rendah daripada emisi diesel minyak bumi. Biodiesel
mempunyai karakteristik emisi seperti berikut:
1. Emisi karbon dioksida netto (CO2) berkurang 100%.
2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100%.
3. Emisi debu berkurang 40-60%.
4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10-50%.
5. Emisi hidrokarbon berkurang 10-50%.
6. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) berkurang, terutama PAH yang
beracun, seperti : phenanthren berkurang 97%, benzofloroathen berkurang
7
standar baku mutu biodiesel. Selain itu, sifat aliran dingin dari minyak
nabatinya juga .
2. Mikroemulsifikasi
Mikroemulsifikasi disebut juga dengan proses penyabunan dengan
menambahkan katalis basa dalam jumlah banyak pada minyak nabati sehingga
terjadi penyabunan, kemudian memisahkan sabun dengan alkil ester/biodiiesel.
Selain itu, mikroemulsi merupakan pembentukan depresi stabil secara
termodinamis dari dua cairan yang biasanya tidak mudah larut. Proses ini
ditunjukkan untuk mengatasi tingginya nilai viskositas minyak nabati sehingga
mendekati viskositas bahan bakar diesel. Proses ini berlangsung dengan
menggunakan satu atau lebih surfaktan dengan penurunan diameter dalam
mikroemulsifikasi berkisar 100-1000 Å. Mikroemulsifikasi ini menggunakan
solvent seperti etanol, 1-butanol, atau metanol. Mikroemulsifikasi minyak nabati
dengan alkohol tidak dapat direkomendasikan untuk jangka panjang terutama
untuk mesin diesel karena biodiesel yang dihasilkan dari proses ini mempunyai
deposit karbon yang tinggi, pembakaran yang tidak sempurna, dan peningkatan
nilai viskositas pada pemberian minyak (lubricating oil) sehingga tidak
memenuhi standar mutu.
3. Esterifikasi
Esterifikasi merupakan tahap konversi dari asam lemak menjadi metil ester.
Proses ini mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis yang cocok
adalah asam kuat misalnya asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin
penukar anion asam kuat. Tetapi tidak direkomendasikan untuk penggunaan
katalis berkarakter asam kuat karena sifatnya korosif terhadap peralatan. Reaksi
dapat berlangsung lebih sempurna pada temperatur rendah (misalnya paling
tinggi 120⁰C ), reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat
berlebih (lebih besar dari 10 kali nisbah stoikiometrik) dan air produk ikutan
reaksi harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Dengan melalui
kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi reaksi dan metode penyingkiran
air, konversi yang sempurna dari asam-asam lemak menjadi metil ester dapat
dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi dari asam
lemak menjadi metil ester adalah :
10
katalis basa, namun katalis asam juga dapat digunakan terutama pada minyak
nabati yang kadar asam lemak bebasnya tinggi. Katalis basa dinilai lebih baik dari
katalis basa karena katalis basa mampu bereaksi dengan berjalan pada suhu lebih
rendah, bahkan suhu kamar. Adapun katalis basa yang digunakan adalah NaOH,
KOH, karbonat dan antioksida dari Natrium dan Kalsium.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendeman ester yang dihasilkan pada
reaksi transesterifikasi adalah :
1. Suhu reaksi
Reaksi transesterifikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai suhu,
tergantung dari jenis trigliserida yang digunakan. Pada umunya jika suhu
semakin tinggi, maka laju reaksi juga akan semakin cepat. Suhu konversi
trigliserida tidak terlalu berpengaruh dalam reaksi ini. Suhu reaksi yang sering
digunakan dalam berbagai penelitian diantara 20-80 ⁰C memberikan konversi
biodiesel sampai 94% kelarutan gliserida dalam alkohol. Dimana suhu reaksi
semakin tinggi, konstanta laju reaksi (k) semakin besar, sehingga laju reaksi
semakin besar. Semakin tinggi suhu reaksi, konversi reaksi semakin tinggi
karena molekul yang bergerak dalam larutan memiliki sejumlah energi potensial
dalam ikatan-ikatan dan sejumlah tambahan energi kinetik yang mana energi
kinetik akan bertumbukan dan menjadi energi potensial. Semakin besar energi
potensial maka semakin mudah molekul melewati keadaan transisi dan reaksi
terjadi semakin cepat.
2. Jenis katalis
Kecepatan reaksi pada proses transesterifikasi dapat dipengaruhi oleh
adanya penggunaan katalis asam atau basa. Katalis basa merupakan katalis yang
paling sering digunakan dalm proses ini. Penggunaan katalis NaOH 1 % (berat)
rasio molar minyak kedelai terhadap metanol 1:6 menghasilkan konversi
biodiesel 93-98% sedangkan menggunakan katalis asam H2SO41% (berat)
menghasilkan konversi 55-60%.
3. Kandungan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan
asam lemak bebas lebih kecil dari 0,5 %. Selain itu, semua bahan yang akan
12
digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis,
sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindat dari kontak
dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
4. Rasio perbandingan alkohol dengan minyak
Rasio molar antara alkohol dan minyak nabati dipengaruhi oleh metil ester
yang dihasilkan.Beberapa penelitian menganjurkan penggunaan metanol
berlebih untuk meningkatkan laju pembetukan metil ester sehingga reaksi
bergeser ke arah pembentukan. Perbandingan molar antara alkohol dan minyak
nabati yang biasa digunakan dalam proses industri adalah 6:1 dengan hasil metil
ester 98%. Agar reaksi transesterifikasi bergeser ke kanan maka diperlukan
alkoho berlebih.
Proses pembuatan biodiesel yang sering digunakan adalah proses esterifikasi
atau transesterifikasi karena hasil dari proses ini menghasilkan biodiesel yang
memilki karakteristik yang sama dengan minyak diesel. Pada perancangan pabrik
biodiesel ini akan menggunakan proses transesterifikasi yaitu dengan mereaksikan
trigliserida dari minyak jarak dengan methanol untuk menghasilkan produk metil
ester dan produk samping berupa gliserol dan dengan menggunakan katalis
NaOH.
Selain itu proses transesterifikasi ini banyak memiliki keuntungan,
diantaranya :
Dapat menggunakan katalis basa kuat yang lebih murah dan tidak korosif
sedangkan untuk proses esterifikasi menggunakan asam kuat yang bersifat
sangat korosif.
Produk yang dihasilkan tidak hanya berupa air tapi juga gliserol yang juga
digunakan sebagai bahan baku pada industri lain serta memiliki nilai
ekonomi yang tinggi.
Waktu reaksi relatif pendek sekitar 30-60 menit sedangkan untuk proses
esterifikasi waktu reaksinya lama berkisar 2 jam.
Konversi dan yield yang dihasilkan tinggi sedangkan untuk proses
esterifikasi rendah.
13
2.4 Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula
dari sumber karbohidrat yang menggunakan bantuan mikroorganisme. Dalam
perkembangannya, produksi alkohol yang paling banyak digunakan adalah
metode fermentasi dan distilasi. Bahan baku yang dapat digunakan pada
pembuatan etanol adalah nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum
manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari buah mete; bahan berpati: tepung-
tepung sorgum biji, sagu, singkong, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia; bahan
berselulosa (lignoselulosa): kayu, jerami, batang pisang, bagas dan lain-lain (LIPI,
2008).
Etanol dikategorikan dalam dua kelompok utama, yaitu:
1. Etanol 95-96%, disebut dengan “etanol berhidrat”, yang dibagai dalam:
a. Technical/raw spirit grade, digunakan untuk bahan bakar spiritua,
minuman, desinfektan, dan pelarut.
b. Industrial grade, digunakan untuk bahan baku industri dan pelarut.
c. Potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi.
2. Etanol > 99,5%, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan lebih lanjut
dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut di laboratorium
analisis. Etanol ini disebut dengan dengan Fuel Grade Ethanol (FGE) atau
anhydrous ethanol (etanol anhidrat) atau etanol kering, yakni etanol yang
bebas air atau hanya mengandung air minimal (Prihandana, 2007). Berikut
ini merupakan tabel sifat fisik dari etanol berdasarkan SNI 06-3565-1994:
2. Enzim Xylanase
Xylanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan
menghidrolisis hemiselulosa dalam hal ini ialah xilan atau polimer dari
xilosa dan xilo-oligosakarida. Xylanase dapat diklasifikasikan berdasarkan
substrat yang dihidrolisis, yaitu β-xilosidase, eksoxilanase, dan
endoxilanase. Xylanase umumnya merupakan protein kecil, aktif pada suhu
55oC dengan pH 9. Pada suhu 60oC dan pH normal, xylanase lebih stabil
(Richana, 2002).
teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Proses perpindahan massa merupakan salah satu proses yang cukup
penting (Lestari, 2010).
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar
adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78oC sedangkan air adalah
100oC (kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78o-
100oC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit
kondensasi, akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95% volume (LIPI,
2008).
2.5 Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan –bahan organik termasuk diantaranya : kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah
organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam
biogas adalah Metana dan Karbon Dioksida.
Biogas adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, menghasilkan api
biru di mirip dengan gas LPG. Nilai kalorinya adalah 20 Mega Joule (MJ) per m³
dan membakar dengan efisiensi 60 persen di dalam kompor biogas konvensional.
Komposisi utama biogas terdiri dari 50 sampai 70 persen Metana, 30 sampai
40 persen karbon dioksida 2 (CO ) dan sejumlah gas lainnya. Biogas 20 persen
lebih ringan dari udara dan memiliki temperatur pengapian di kisaran 650° sampai
750° C.
Biogas menyediakan bahan bakar hayati yang bersih berbentuk gas untuk
keperluan memasak dan untuk mengurangi penggunaan LPG serta bahan bakar
konvensional lainnya. Hasil samping dari proses ini adalah residu padat (serat)
dan setengah cair (semacam lumpur). Terminologi “whole digestate” adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan serat dan bahan setengah cair yang
tidak terpisahkan dan dapat digunakan sebagai pupuk.
Ketika pertanian, hewan, kotoran manusia terurai, mereka melepaskan gas
berbau yang disebut metana (biogas) ke udara. Metana menyebabkan kerusakan
lingkungan dalam bentuk polusi udara dan pencemaran air tanah. Namun, metana
19
dapat ditangkap oleh proses penguraian anaerobik yang dilakukan dalam sistem
tertutup.
Penguraian anaerobik adalah proses di mana mikroorganisme mencerna
bahan hayati tanpa melibatkan oksigen dalam prosenya. Metana yang dihasilkan
kemudian ditangkap dan digunakan untuk memasak, pemanas dan pembangkit
listrik. Sedang residu yang dihasilkan adalah biomassa tidak bergas yang dikenal
sebagai digestate. Ini adalah pupuk miskin energi dengan kandungan gizi tinggi
yang sangat berguna. Biasanya, limbah atau kotoran terurai akan melepas dua gas
utama Rumah Kaca yang memerangkap panas di atmosfer dan menyebabkan
pemanasan global yaitu Nitrogen Dioksida dan Metana. Nitrogen dioksida 310
kali lebih kuat dari Karbon Dioksida, sedangkan Metana 21 kali lebih kuat dari
Karbon Dioksida dan 110 kali lebih efektif dalam menjerat panas.
Penggunaan digestate sebagai pupuk mengurangi penggunaan pupuk kimia
dan pupuk kandang dalam pertanian. Salah satu dari banyak manfaat penggunaan
digestat dibandingkan penggunaan pupuk kimia adalah digestate bisa diproduksi
di tempat sehingga menurunkan biaya operasional. Berbeda dengan penggunaan
pupuk kandang sebagai pupuk, para petani telah melaporkan bahwa pertumbuhan
gulma jauh lebih sedikit dibanding dengan pupuk ampas biogas. Pada pupuk
kandang, benih gulma yang tertelan oleh hewan memamah biak diteruskan
melalui sistem pencernaannya ke dalam kotoran. Sedangkan proses penguraian
anaerob biogas menghancurkan benih gulma atau mengurangi kesuburannya.
Ampas biogas juga tidak berbau atau menarik lalat dan nyamuk, bahkan dapat
digunakan untuk menahan serangan rayap.
2.5.1 Bahan Baku Biogas
Bahan baku pembuatan biogas sangat melimpah di sekitar kita. Beragam
jenis limbah kotoran selalu tersedia, terutama di daerah pemukiman dan sentra
peternakan. Bahan baku juga dapat diperoleh dari limbah pertanian, berupa sisa
hasil panen dan tumbuhan-tumbuhan liar. Namun, setiap bahan baku memiliki
nilai tertentu yang mesti Anda tentukan jenisnya, baik berdasarkan nilai ekonomis
maupun kemampuannya dalam menghasilkan biogas. Berikut ini beberapa jenis
bahan baku yang bisa digunakan untuk biogas.
20
monomer yang larut dalam air). Senyawa kompleks ini, antara lain protein,
karbohidrat, dan lemak, dimana dengan bantuan eksoenzim dari bakteri anaerob,
senyawa ini akan diubah menjadi monomer.
Protein asam amino, dipecah oleh enzim protease
Selulosa glukosa, dipecah oleh enzim selulase
Lemak asam lemak rantai panjang, dipecah oleh enzim lipase
Reaksi selulosa menjadi glukosa adalah sebagai berikut :
(C6H10O5)n + n H2O → n C6H12O6
Selulosa Air Glukosa
b. Pengasaman/Asetogenesis
Pada tahap pengasaman, komponen monomer (gula sederhana) yang
terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri
pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula – gula sederhana tadi yaitu
asam asetat, propionate, format, laktat, alkohol dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan ammonia. Monomer yang dihasilkan dari tahap
hidrolisis akan didegradasi pada tahap ini. Pembentukan asamasam organik
tersebut terjadi dengan bantuan bakteri, seperti Pseudomonas, Eschericia,
Flavobacterium, dan Alcaligenes.
Asam organik rantai pendek yang dihasilkan dari tahap fermentasi dan asam
lemak yang berasal dari hidrolisis lemak akan difermentasi menjadi asam asetat,
H2, dan CO2 oleh bakteri asetogenik. Pada fase ini, mikroorganisme
homoasetogenik akan mengurangi H2 dan CO2 untuk diubah menjadi asam asetat.
Tahap asetogenesis berlangsung pada temperatur 25°C di dalam digester (Price
dan Cheremisinoff, 1981).
Reaksi :
n C6H12O6 → 2n (C2H5OH) + 2n CO2(g) + Kalor
glukosa etanol karbondioksida
2n (C2H5OH)(aq) + n CO2(g) → 2n (CH3COOH)(aq)+n CH4(g)
Etanol karbondioksida asam asetat metana
c. Pembentukan Gas Metan/Metanogenesis
Pada tahap metanogenesis, terjadi pembentukan gas metan. Bakteri
pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini yang akan mereduksi sulfat dan
22
komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida. Bakteri yang berperan dalam
proses ini, antara lain Methanococcus, Methanobacillus, Methanobacterium.
Terbentuknya gas metana terjadi karena adanya reaksi dekarboksilasi asetat dan
reduksi CO2.
Pada tahap ini, bakteri metana membentuk gas metana secara perlahan
secara anaerob. Proses ini berlangsung selama 14 hari dengan suhu 25 oC di dalam
digester.
Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4, 30 % CO2, sedikit H2 dan H2S
(Price dan Cheremisinoff, 1981).
Reaksi :
2n (CH3COOH) → 2n CH4(g) + 2n CO2(g)
asam asetat metana karbondioksida
Secara garis besar hasil degradasi dari proses awal akan berpengaruh
terhadap hasil proses degradasi selanjutnya sehingga hasil akhir produk dapat
ditentukan dari komposisi substrat awal. Skema proses pembentukan biogas dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
kandang, sampah dapur, biomasa yang berbentuk helaian dan buangan saniter.
Pembangkit biogas yang tersedia dipasaran berupa bahan polietilena berdensitas
tinggi (HDPE), plastik yang diperkuat serat kaca (FRP), dan coran semen yang
diperkuat (RCC).
Prinsip kerja dari semua tipe reaktor biogas kurang lebih sama, yaitu
menciptakan kondisi anaerobik (kedap udara) dengan mempertimbangkan
kemudahan sistem inlet dan outlet bahan baku dan kecukupan mikroorganisme di
dalam reaktor
2.6 Biobriket
Biobriket adalah arang dengan bentuk tertentu yang dibuat dengan teknik
pengepresan tertentu dan menggunakan bahan perekat tertentu sebagai bahan
pengeras. Biobriket merupakan bahan bakar briket yang dibuat dari arang
biomassa hasil pertanian (bagian tumbuhan), baik berupa bagian yang memang
sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa atau limbah proses produksi /
pengolahan agroindustri. Biomassa hasil pertanian, khususnya limbah agroindustri
merupakan bahan yang seringkali dianggap kurang atau tidak bernilai ekonomis,
sehingga murah dan bahkan pada taraf tertentu merupakan sumber pencemaran
bagi lingkungan. Dengan demikian pemanfaatannya akan berdampak positif, baik
bagi bisnis maupun bagi kualitas Lingkungan secara keseluruhan.
Biobriket adaiah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber
energi alternative yang mempunyai bentuk tertentu. Beberapa tipe/ bentuk briket
yang umum dikenal, antara lain : bantal ( Oval ), sarang tawon ( honey comb ) ,
silinder (cylinder ), telur (egg) dan Iain-lain.
Pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan
penggerusan,pencampuran bahan baku,pencetakan dan penggilingan pada kondisi
tertentu sehingga diperoleh briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat
kimia tertentu. Tujuan dari pembriketan adalah untuk meningkatkan kualitas
bahan bakar, kemudahan penanganan transportasi serta mengurangi kehilangan
bahan dalam bentuk debu pada proses pcngangkutan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembriketan adalah ukuran dan distribusi partikel, kekerasan
bahan dan sifat elastisitas bahan dan plastisitas bahan (Fachry dkk, 2010).
24
Syarat briket yang baik adaiah briket yang permukaannya halus dan tidak
meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mudah dinyalakan
2. Tidak mengeluarkan asap
3. Emisi gas basil pcmbakaran tidak mengandung racun
4. Kedap air dan hasil pcmbakaran tidak berjamur bila disimpan pada waklu
lama.
5. Menunjukkan upaya laju pcmbakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu
pembakaran) yang baik. (Fachry dkk, 2010)
Seiain itu briket dengan kualitas yang baik diantaranya juga memiliki sifat seperti
tekstur yang halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan
diantaranya adaiah mudah menyala, waktu nyala cukup lama, asap sedikit dan
cepat hilang serta nilai kalor yang cukup tinggi. Lama tidaknya menyala akan
mempengaruhi kualitas dan eflsiensi pembakaran, semakin lama menyala dengan
nyala api konstan akan semakin baik (Jamilatun, 2008).
2.6.1 Bahan Baku Biobriket
Biobriket disebut juga dengan 'arang batok' atau 'arang tempurung'.
Sebagian orang menggunakan arang tempurung secara langsung untuk
kebutuhan pembakaran. Namun sebenarnya tempurung dibakar secara
langsung, sehingga arang yang dihasilkan ketika dibakar masih menimbulkan
polusi dan secara ekonomi masih relatif rendah/murah.
Jenis arang ada bermacam-macam tergantung dari bahan yang
digunakan untuk membuat arang. Jenis-jenis arang sebagai berikut:
a) Arang kayu
Arang kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang
kayu paling banyak digunakan untuk pekerluan memasak seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Sedangkan penggunaan arang kayu yang lainnya
adalah sebagai penjernih air, penggunaan dalam bidang kesehatan, dan
masih banyak lagi. Bahan kayu yang digunakan untuk dibuat arang kayu
adalah kayu yang masih sehat,
25
yang sudah remuk. Sedangkan tempurung yang masih utuh tidak perlu
dijadikan briket arang.
f) Arang tempurung kelapa
Arang tempurung kelapa adalah arang yang berbahan dasar tempurung
kelapa. Pemanfaatan arang tempurung kelapa ini termasuk cukup strategis
sebagai sektor usaha. Hal ini karena jarang masyarakat yang
memanfaatkan tempurung kelapanya. Selain dimanfaatkan dengan dibakar
langsung, tempurung kelapa dapat dijadikan sabagai bahan dasar briket arang.
Tempurung kelapa yang akan dijadikan arang harus dari kelapa yang
sudah tua, karena lebih padat dan kandungan airnya lebih sedikit
dibandingkan dari kelapa yang masih muda. Harga jual arang
tempurung kelapa terbilang cukup tinggi. Karena selain berkualitas tinggi,
untuk mendapatkan tempurung kelapanya juga terbilang sulit dan harganya
cukup mahal.
2.6.2 Proses Pembuatan Biobriket