Anda di halaman 1dari 22

Tatap Muka 7 dan 8

METALURGI FISIK
(Pengujian Takik, FatiQue dan Soal)

Ftm. P2k. 03102020

1
III. PENGUJIAN TAKIK (IMPACT TEST)

Uji impak bertujuan untuk mengetahui ketangguhan logam akibat pembebanan


kejut pada beberapa macam kondisi suhu dan menentukan sifat perpatahan suatu logam,
keuletan maupun kegetasannya. umumnya pengujian impak menggunakan batang
bertakik. Berbagai jenis pengujian impak batang bertakik telah digunakan untuk
menentukan kecenderungan benda untuk bersifat getas. Dengan jenis uji ini dapat
diketahui perbedaan sifat benda yang tidak teramati dalam uji tarik. Hasil yang
diperoleh dari uji batang bertakik tidak dengan sekaligus memberikan besaran
rancangan yang dibutuhkan, karena tidak mungkin mengukur komponen tegangan tiga
sumbu pada takik.

3.1. Bentuk Benda Uji Takik (Lihat Gambar 1.)


1. Bentuk V
2. Bentuk U
3. Bentuk Lobang Kunci

Bahan Uji
(Standarisasi)

ISO-V

ISO-U

DVM-U

Gambar 1. Bentuk Takik

2
3.2. Metode Uji Takik (Lihat Gambar 2.)
Para peneliti kepatahan getas logam telah menggunakan bebagai bentuk benda
uji untuk pengujian impak bertakik, secara umum benda uji dikelompokkan ke dalam
dua golongan standar. Dikenal ada dua metoda percobaan impact, yaitu;
1. Metode Charpy (USA)
Batang impak biasa, banyak di gunakan di Amerika Serikat. Benda uji Charpy
mempunyai luas penampang lintang bujursangkar (10 x 10 mm) dan
mengandung takik V-45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm.
Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak
bertakik diberi beban impak dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 16
ft/detik). Benda uji akan melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi,
kia-kira 103 detik.
2. Metode Izod (Inggris)
Dengan batang impak kontiveler. Benda uji Izod lazim digunakan di Inggris,
namun saat ini jarang digunakan. Benda uji Izod mempunyai penampang lintang
bujursangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang dijepit.

Gambar 2. A. Charpy dan B. (Izod)


Peletakan spesimen berdasarkan metode charpy dan Izod

3
3.3. Alat Uji Takik ( Lihat Gambar 3a dan b)

Gambar 3a. Alat Uji Takik

3.4. Prosedur Kerja Pengujian Takik

Proses
kedudukan awal Prosedur
1. kedudukan awal dihitung
2. pemukul dilepas dari
kedudukan awal
kedudukan
H 3. pemukul membentur
akhir bahan uji

h 4. pemukul akan berhenti


pada kedudukan akhir

bahan uji 5. kedudukan akhir


dihitung
6. kecepatan pukulan dan
tenaga patah dihitung

Gambar 4. Prosedur Kerja Uji Takik

4
3.5. Harga Takik (Impact Value)

Gambar 5. Uji impak teknik izod dan charpy

                Gambar 6. Ilustrasi Skematis Pengujian Impak.

5
Apabila ingin mengetahui kekuatan impact strength (Is) maka energi impact tersebut
harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :

Is = ∆E/A
= W ℓ( cos β – cos α )/A……… (7)

Penampang spesimen uji standarnya adalah 10 mm x 10 mm dengan panjang 55 mm


untuk teknik charpy (spesimen tipe A,B dan C) dan panjang 75 mm untuk teknik izod
(spesimen tipe D). Bentuk takik spesimen uji ada tiga bentuk; V notch, U notch dan Key
hole notch. Ukuran spesimen dan bentuk takik sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
di bawah ini:

6
Gambar 7. Macam-macam Bentuk Takikan Pada Spesimen Uji Impact

Uji impak juga digunakan untuk mempelajari pola patahan spesimen uji, apakah
getas (brittle fracture) atau patah ulet (ductile fracture) atau kombinasi
keduanya. Granular fracture atau cleavage fracture adalah Permukaan patah
getas berkilat dan berbutir sedangkan patah ulet tampak lebih buram dan
berserabut disebut juga fibrous fracture atau shear fracture. Perbedaan
permukaan kedua jenis patahan sebagaimana ditunjukkan pada gambar
dibawah ini :

7
Gambar 8. Pola Patahan Pada Penampang Specimen Uji Impact

3.6. Temperatur Transisi


Pengujian impak juga dapat digunakan untuk menentukan ductile to brittle transition
temperature yaitu temperatur tertentu yang lebih rendah dimana logam berubah
menjadi getas. Temperatur transisi ini hanya dapat diperoleh jika pengujian impact
dilakukan pada temperatur yang bervariasi. Ada 5 kriteria dalam penentuan temperatur
transisi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 9.
1. Kriteria 1, yaitu T1 pada temperatur ini pola patahan adalah 100% fibrous.
FTP (Fracture Trasnsition Plastic), kriteria ini sangat konservatif karena pada
suhu ini spesimen patah ulet telah dianggap mengalami transisi.
2. Kriteria 2, yaitu T2 FATT (fracture Apperance Transition Temperature)
Temperatur pada saat menghasilkan pola patahan 50% cleavage fracture &
50% ductile fracture.
3. Kriteria 3, yaitu T3 rata-rata energi tertinggi dengan energi terendah yang
diserap, besarnya seringkali mirip dengan T2.
4. Kriteria 4, yaitu T4 temperatur yang dapat menghasilkan energi sebesar 20
joule (15 ft lb).
5. Kriteria 5, yaitu T5 temperatur yang menghasilkan pola patahan 100%
cleavage fracture disebut NDT (Nil Ductility Temperature).

8
Gambar 9 Grafik Temperatur Transisi

Penjelasan Kurva Suhu Peralihan


Pemanfaatan utama hasil uji Charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih
benda yang tahan terhadap patah getas dengan menggunakan kurva suhu peralihan.
Dasar pemikiran perancangan adalah memilih benda yang mempunyai ketangguhan
takik yang memadai untuk berbagai kondisi pembebanan yang berat sedemikian hingga
kemampuan dukung beban bagian konstruksi dapat dihitung dengan menggunakan
metode kekuatan standar, tanpa memperhatikan sifat-sifat patah dari benda atau efek
konsentrasi tegangan retak atau cacat.
Suhu peralihan benda dapat digolongkan menjadi 3 kategori, seperti tampak
pada gambar 5. Logam kps (FCC) berkekuatan menengah dan rendah dan sebagian
besar logam heksagonal tumpukan padat mempunyai ketangguhan takik yang demikian
tingginya sehingga kepatahan getas tidak merupakan persoalan, terkecuali dalam
lingkungan kimiawi khusus yang relatif.
Benda berkekuatan tinggi (σ0 > E/150) mempunyai ketangguhan takik demikian
rendahnya, sehingga patah getas dapat terjadi akibat beban nominal di daerah elastis

9
pada sembarang suhu dan laju regangan, apabila terdapat cacat (retakan). Baja
berkekuatan tinggi, paduan-paduan titanium dan aluminium termasuk dalam kategori
ini. Pada suhu rendah, terkadi patah pembelahan getas, sedangkan pada suhu yang
lebih tinggi terjadi perpatahan energi rendah. Pada kondisi seperti inilah, analisis
mekanika patahan merupakan hal yang berguna dan wajar. Ketangguhan takik logam
kubik pusat ruang (BCC) berkekuatan menengah dan rendah, Be, Zn dan benda
keramik sangat tergantung pada suhu. Pada suhu rendah, patah terjadi secara
pembelahan, sedangkan pada suhu tinggi terjadi perpatahan ulet. Jadi, terdapat
peralihan dari takik getas ke takik tangguh, apabila suhu naik.
Kriteria suhu peralihan demikian dinamakan plastik peralihan patah (fracture
transition plastic, FTP). FTP adalah suhu di mana perpatahan akan mengalami
perubenda dari ulet sempurna menjadi patah getas. Kemungkinan terjadinya patah
getas di atas FTP, dapat diabaikan. Penggunaan FTP dianggap tua dan pada berbagai
penerapan, kriteria FTP kurang praktis. Kriteria lain yang kurang konservatif adalah
berdasarkan suhu peralihan di mana terjadi perpatahan 50% pembelahan dan 50%
geseran, dan disebut T2. Kriteria ini dinamakan suhu peralihan penampilan patah
(fracture-appearance transition temperature, FATT). Hubungan antara hasil uji impak
Charpy dan kegagalan dalam pemakaian menunjukkan bahwa bila terjadi patah belah
pada batang Charpy kurang dari 70%, maka besar kemungkinan bahwa tidak terjadi
patah pada suhu peralihan atau diatasnya, jika tegangan tidak melebihi setengah
tegangan luluhnya. Secara garis besarnya, akan diperoleh serupa bila digunakan
definisi suhu peralihan T3. T3 adalah nilai rata-rata bagian atas dan bagian bawah.
Kriteria umum lainnya adalah definisi, suhu peralihan T4 berdasarkan sembarang
nilai energi serap yang rendah, CV. T4 ini sering disebut suhu peralihan keuletan
(ductility transition temperature). Sesuai dengan hasil pengujian pada pelat baja kapal
Perang Dunia II, terbukti pada pada pelat tidak akan mengalami patah getas apabila CV
sama dengan 15 ft-lb pada suhu uji. Suhu peralihan dimana CV = 15 ft-lb menjadi
kriteria umum yang diterima untuk baja kapal kekuatan rendah. Akan tetapi, perlu
ditegasakan di sini bahwa untuk benda lain, CV 15 tidak berlaku.
Kriteria yang didefinisikan dengan cermat adalah penentuan suhu transisi
berdasarkan suhu T5 dimana terjadi patah belah sempurna atau 100%. Titik ini dikenal

10
sebagai suhu tanpa keuletan atau NDT. NDT adalah suhu dimana patah mulai terjadi
tanpa didahului oleh deformasi plastik. Di bawah NDT, kemungkinan terjadinya patah
ulet dapat diabaikan.

Gambar 10. Grafik Brittle dan Ulet

11
3.7. Bentuk Perpatahan

Patahan Getas :

• permukaan rata dan


mengkilap
• potongan dapat
dipasangkan
kembali
• keretakan tidak
dibarengi deformasi
• nilai pukulan takik
rendah

Patahan Liat :

• permukaan tidak rata,


buram dan berserat
• pasangan potongan
tidak bisa untuk
dipasangkan lagi
• terdapat deformasi
pada keretakan
• nilai pukulan takik
tinggi

12
Patahan Campuran :

• gabungan patahan
getas dan patahan liat
• permukaan agak kusam
dan sedikit berserat
• potongan masih dapat
dipasangkan
• ada deformasi pada
retakan
• paling banyak terjadi

3.8. Contoh soal-soal


1.        Mencari luas penampang
Untuk pengujian benda uji BS 4360
Keterangan: A : luas penampang permukaan (mm2)
P : panjang benda uji (mm)
L : lebar benda uji (mm)

2.        Mencari harga impak


Untuk pengujian benda uji BS 4360 pada temperature 0 0C
Keterangan: A : luas penampang permukaan (mm2)
W : energi yang dibutuhkan (Joule)
HI : harga impak (Joule/mm2)

3. Apa yang dimaksud dengan temperatur transisi uji impak? Serta gambarkan dan
jelaskan diagram FATT?
Jawab :

13
Temperatur transisi adalah temperatur dimana terjadi perubahan sifat keuletan
dan ketangguhan pada material. Pada suatu material terjadi perubahan sifat
dari ulet menjadi getas akibat penurunan temperature. Terdapat pula material
yang tidak memiliki temperature transisi, material ini disebut chriogenic.

4. Dari grafik diatas pada diagram FATT dimana semakin besar temperatur maka
energi yang diserap semakin tinggi sehingga dihasilkan harga impak yang besar..

5. Gambarkan bentuk dan dimensi spesimen uji impak untuk metode charpy dan izod
berdasarkan standar ASTM?
Jawab :
a. Metode Charpy
b. Metode izot

6. Jelaskan perbedaan perpatahan ulet dan getas? Serta jelaskan hubungan antara
harga impak dengan jenis perpatahannya?
Jawab :
Getas:
Bentuk perpatahan dari meterial getas adalah berbentuk granular. Face
permukaan patahan belah datar memiliki daya pantul yang tinggi serta
penampilan yang berkilat.
Ulet:
Bentuk perpatahan dari meterial lunak adalah berserat yang berbentuk sampel
menyerap cahaya serta penampilannya buram. Harga impak paling kecil
mengalami patah getas, harga impak yang tinggi mengalmi patah ulet.

7. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi harga impak?


Jawab :
1.       Tegangan triaksial.
2.        Temperatur

14
Karena patah getas disebabkan oleh tempertur rendah (dibawah temperature
transisi), sedangkan patah ulet disebabkan oleh temperature tinggi (diatas
temperature transisi). Temperature transisi adalah rentang temperature yang
menjadi batasan dari sifat ulet dan gelas suatu material,
3. Laju regangan atau laju pembebanan
Semakin tinggi laju pembebanan maka energy yang diserap akan semakin
kecil sehingga mengakibatkan terjadinya patah getas.
4.    Kadar karbon
Semakin kecil kadar karbon yang terdapat pada suatu bahan, maka energi
impak yang dibutuhkan untuk mematahkan semakin besar, karena ikatan
molekul bahan tinggi
5. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perpatahan ulet dan getas?
Jawab :
1.   Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2.   Temperatur, temperature rendah akan terjadi patah ulet sedangkan
temperature tinggi akan patah getas.
3.   Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.

6.      Jelaskan hubungan antara temperatur dan bentuk perpatahan yang terjadi


serta harga impak dari masing-masing perpatahan? Berikan contohnya
Jawab :
Semakin besar nilai temperatur maka akan semakin ductile logam jadi
mengalami patah ulet, dan semakin kecil nilai maka akan semakin brittle
logam jadi mengalami patah getas. Harga impak patah ulet lebih besar
daripada patah getas.

15
IV. PENGUJIAN KELELAHAN ( FATIQUE TEST
PENYEBAB KELELAHAN:
1. Tegangan tarik maksimum yang cukup tinggi
2. Variasi atau fluktuasi tegangan yang cukup besar
3. Siklus penerapan tegangan yang cukup besar
Faktor-faktor lain: Kosentrasi tegangan, suhu, kelelahan bahan, struktur mikro,
metalurgi, tegangan sisa dan tegangan kombinasi
PENGUJIAN Fatique ada tiga pengujian, salah satu seperti gambar 2.6 hal 23. dan
gambar permukaan patah lelah akibat fatiq seperti pada gambar 2.4. dan akibat
pengujian lelah ada 3 jenis siklus tegangan yaitu:
1. Siklus tegangan terhadap waktu yang berflutuasi (Gbr 25.a)
2. Siklus tegangan sempurna (Gbr 25.b)
3. Siklus tegangan Acak (Gbr 25.c)

+
� σr σ a
σ maks
σ min σ m

Gambar 1. Siklus tegangan sempurna (Gbr 25.b)

σ r=teggangan daerah

σ m = tegangan rata-rata atau tegangan tetap

16
σ a = tegangan bolak-balik atau tegangan beragam

σ r= σ maks - σ min

σr σ −σ
q = = maks min
2 2

σ maks +σ min
σ m=
2

σ min
Perbandingan tegangan: R =
σ maks

σa 1−R
Perbandingan Amplitudo: A = σ = 1+ R
m

Contoh soal:

Suatu proses dengan lubang minyak melintang dibebani momen lentur yang
berfluktuasi sebesar ± 20 in lb ditambah beban aksial tetap sebesar 5000 lb.
Diameter poros adalah 0,5 in dan diameter lubang 0,05in, lihat gambar a/d = 0,10
dan Kt = 2,2. Poros dibuat dari baja dengan Su = 190 Ksi, maka dari tabel 12-1.

Tabel12.1. Beberapa nilai konstanta Neuber ρ’

Level Kekuatan Mpa (ksi)


Bahan ρ' mm (0,001 inci)
Baja 552 (80) 0,15(6)
  896(130) 0,07(3)
  1310(190) 0,01(0,4)
  150(22) 2(80)
     
Paduan Al 300 (43) 0,6 (25)
  600 (87) 0,4(15)

Jawab:

a. Faktor kosentrasi tegangan lelah : K f


K t = factor kosentrasi tegangan teoritis

r = jari-jari akar takik

17
ρ' = kostanta bahan berkaitan dengan kekuatan logam (tabel 12.1)
K t −1
K f =1 +
1+ √ ρ' /r

2,2−1
K f =1 + = 1,98
1+ √ 0,0004 /0,025

b. Kepekaan Takik suatu bahan terhadap kekuatan lelah yang dinyatakan


sebagai factor kepekaan takik = q
K f −1 0,98
q = K −1 = 1,2 = 0,82
t

c.Tegangan tetap atau tegangan rata-rata


5000
Pm
σ m=¿= = ( π )(0,5)2 = 25,471 psi
A
2

d.Tegangan lentur yang berubah-ubah adalah

0,5
σm =K
[ ]
f
M( )
I
D
2 = 1,98
[ ]
π
200(
2
( 0,50)$
64
)
= 65,561 psi

e.Tegangan maksimum efektif adalah


σ maks = σ a + σ m = 65,561 + 25,471 = 91,032 psi

σ min = σ a - σ m = 65,561 - 25,471 = 40,090 psi

Pendekatan yang cukup memedai untu batas fatik poros tak bertakik
adalah Su/2 = 95.000 psi. Kurva S – N adalah sebagai berikut:

18
1,0
 
               
0,8    
   
0,6    
   
0,4    
   
0,2    
   
0                  
1,40
0,02 0,04 0,06 0,08 1,00 1,200 0 1,600 2,00

1. baja yang di celup dan distemper


2. Baja yang dilunakan dan dinormalkan
3. Paduan Al

Dari garis Goodman, Persamaan 12-7 diperoleh


σe σm 95.000
σa =
Kf (
1−
σu )= 1,98
( 1−25,400¿¿ ¿190.000 ) = 41,500 psi

Nilai untuk σ a ini akan menghasilkan umur tak terbatas pada poros
dengan lubang, bila beban rata-rata adalah 25,471 psi. Karena tegangan
berubah-ubah yang sebenarnya besar dari nilai ini, poros akan patah
sesudah ± 105 siklus, sesuai dengan perkiraan berdasarkan diagram
diatas.

19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai