Anda di halaman 1dari 28

Tatap Muka 9 d 10

METALURGI FISIK
1. Kristallografi Sinar X,
2. Kristalisasi,
3. Cacat kristal,
4. Deformasi Plastik pada Kristal
5. Pengaruh Pengerjaan Dingin
terhadap Sifat Mekanis

Ftm.P2k.17102020
3.5. Kristallografi Sinar X

Gambar 1.
Diagram Tabung Sinar X Mengarah sendiri maka Keluarlah Sinar X
dari Sasaran Tertentu
Gambar 2. Spektrum sinar X dari Sasaran Mo

Gambar 3. Gelombang Elektromagnit


Panjang Gelombang minimum dari sinar X tergantung dari Voltage yang diberikan.
Menurut Pers. Kuantum:

E=hϑ (1)

Dimana: e = muatan elektron

ϑ = Voltage yang diberikan antara kutub-kutub

h = konstanta Planks

= frekuensi dari radiasi

12,430
λ min = (2)
ϑ Angstrom

Gambar 4. Panjang Gelombang Vs Intensitas


dI
= μ dx (3)
I

I = I o e− μ x (4)
−μ
I = Io e ρ x (5)

Dimana:ρ = rapat massa dari bahan yang mengasorsi sinar x dan μ/ρ
disebut koefisien absorsi massa
I = koefisien absorsi linier
μ
= c z4 λ3 (6)
ρ

Dimana: z = nomor atom

λ = Panjang gelombang sinar x

c = konstanta

1 0,69
x2 = μ
(7)

x = tebal suatu bahan uang menyerap setengah dari intensitas

sinar x yang datang


Gambar 5. Difraksi dari Bidang-bidang Sejajar

Pers. Bragg:

nλ = 2 d sin θ (8)

dimana: n= 0,1,2,3, dan seterusnya

Cara Beberapa Pers. Bragg dipenuhi


Difraksi λ θ
Laue Berubah Tetap
Kristal Berputar Berubah Tetap
Bubuk (Powder) Tetap Berubah

Gambar 6. Cara laue


Gambar 7. Cara Powder

a
d hkl = ( h2 +k 2 +l2 ) (9)

3.6. KRISTALISASI

Gambar Proses Kritalisasi


3.7. Cacat Kristal (Imperfection)

Berdasarkan geometrinya, cacat/defect  pada material dapat dibagi dalam


4 (empat) katagori , yaitu:
1.        Cacat titik (cacat 0 dimensi   Point Defect)
2.        Cacat garis (cacat 1 dimensi  Line Defect / Diclocation)
3.        Cacat Bidang (cacat 2 diimensi  Planar/ Surface Defect)
        4.   Cacat Volume (cacat 3 dimensi  Volume Defect   (VOID)
1. CACAT TITIK

Cacat titik yang paling sederhana adalah kekosongan (vacancy)  disini ada
atom yang hilang dalam kristal.  Cacat titik ini merupakan hasil dari penumpukan
yang salah sewaktu kristalisasi atau juga dapat terjadi  pada suhu yang tinggi
oleh  karena energi thermal meningkat.  Bila energi thermal tinggi, ada
kemungkinan bagi atom-atom untuk melompat meninggalkan tempatnya (dimana
energi terendah akan ikut naik pula). Maka akan terdapat kekosongan tunggal saat
kristalisasi. Dan bila terdapat kekosongan ada 2 (dua) maka dapat disebut sebagai
kekosongan ganda .  Perhatikan gambar dibawah ini
Cacat titik (point defect) menyebabkan distorsi lokal  dalam
kristal. Misalnya : Vacancy dapat menyebabkan KOMPRESSIVE –
STRESS. Subsitusi oleh atom-atom yang lebih kecil atau besar
selalu dapat menyebabkan kompressive dan Tensile Stress.          
Intertisi menyebabkan strain di sekitar tempat yang diduduki dengan kata
lain, cacat titik menyebabkan meningkatnya energi dalam material secara
thermodinamik. (Cacat tidak akan menyebabkan peningkatan besaran 
ENTHALPY  (H)  Material).
Contoh Soal   :

Contoh study kasus :   


 Jika diketahui bahwa : Energi pembentukan vacancy/atom untuk element  
Cu = 0,90 eV  dimana , K = 8,63 . 10 -5eV/     ,        NAvogadro =  6,02 . 1023 
atom/mol. Ba Cu = 63,54 gr/mol                   Cu   =  8,96 gr/cc
 Tentukanlah :
a.     jumlah vacancy/cc pada kesetimbangan Cu murni T = 500C !
     b.  Fraksi vacancy pada temperatur =     500C tersebut !

2. Cacat garis (Dislocation)


Susunan Produksi cacat Dislokasi
Menghitung daerah batas Butir

Hitunglah jumlah cacat kekosongan tiap meter kubik dari tembaga pada T = 1000 C
Diketahui energi untuk pembentukan cacat 0,9 eV/atom, berat atom 63,5 g/mol dan
kerapatan 8,4 g/cm3. Kekosongan pasangan ion disebut cacat Schottky terjadi pada
senyawa yang harus mempunyai keseimbangan muatan Kekosongan tunggal dan
kekosongan pasangan ion dapat mempercepat difusi atom

DEFORMASI pLASTIK

Deformasi pada logam dapat terjadi karena dapat terjadi deformasi pada kristalnya
1. Bila kristal menerima gaya (gambar a), barisan atombagian atas akan terdorong ke kanan
sedang bagianbawah terdorong ke kiri
2. Bila gaya cukup kuat, barisan terdepan terdorong sedemikian hingga ikatan atom antara
baris atas dan bawah terputus. Baris tsb terdorong lebih jauh danbarisan berikutnya juga
terdorong sehingga ikatanatomnya terlepas, baris pertama atas akan berikatandengan
baris kedua bawah. Baris kedua atas tidakada sambungannya. Terjadi dislokasi  (gambar b)
Bila gaya terus bekerja maka dislokasi akan bergeser(gambar c)
3. Bila dislokasi bergeser sampai menyeberang butiranmaka dikatakan terjadi slip (gambar
d).
4. Bidang dimana terjadi slip ini dinamakan bidang slip.
5. Bila gaya masih terus bekerja maka slip-slip dapatterjadi pada bidang slip yang lain
6. Ini dapat digambarkan seperti mendorong tumpukankartu (gambar e dan f)
7. Bila terjadi banyak slip maka deformasi akan tampakpada bendanya
Edge Dislocation

Screw Dislocation
Bila logam dideformasi maka:

1. Tampak bahwa butir kristalnya jadi memanjang


2. Di dalam butir terdapat banyak bidang slip
3. Pada masing2 bidang slip terdapat banyak dislokasi
4. Pada masing2 dislokasi, di sekitar dislokasi terjaditegangan
5. Berarti logam yang terdeformasi kristalnya akanmenjadi lebih tegang
6. Karenanya sebagai akibat dari deformasi maka logamakan menjadi lebih keras, lebih
kuat, tetapi jugamenjadi lebih get
Bila logam yang terdeformasi dipanaskan kembali, seiring dengan naiknya
temperatur:

1. Atom2nya akan memiliki energi untuk mulai menata diri agar dapat bebas dari
tegangan, atom2 akan membentuk kristal baru yang tidak terdistorsi
(rekristalisasi)
2. Sejumlah atom (terutama di sekitar dislokasi danbatas butir) mulai
membentuk  inti kristal baru
3. Kemudian atom lain ikut bergabung, inti menjadimakin besar, kristal
mengalami pertumbuhan
4. Dengan terjadinya rekristalisasi akan terjadi penurunan kekerasan/ kekuatan
dan naiknya keuletan
Deformasi:

1. Deformasi elastis= Perubahan bentuk sementara yang terjadi pada material


yangdiberi gaya dari luar setelah gyadihilangkan material kembali kebentuk awal
2. Deformasi Plastis= Perubahan bentuk tetap yangterjadi pada material yang
diberigaya dari luar walaupunkemudian gaya itu dihilangkan
Deformasi plastis

Mekanisme deformasia. Mekanisme Kembaran ( terjadinya perubahan orientsi dari suatu bagian
kristal membentukkembaran yang simetris terhadap kisi semula )b. Mekanisme Slip ( pergeseran
atom berpindah menempati kedudukan yang baru

1. Dislokasi merupakan Cacat satu dimensi pada material dimana terjadinya


ketidakteraturan susunan atom
2. Dislokasi pada material menentukan kekuatan dari material, Jika dislokasi semakinsusah
berpindah maka berarti material semakin kuat
BAB IV. PERLAKUAN PANAS (HEAT-TREATMENT)
1. Heat treatment
Dari sebuah rangkuman yang ditulis oleh Avner (1974: 676) menyatakan bahwa perlakuan
panas (heat treatment) adalah: “Heating and cooling a solid metal or alloy in such away as to obtain
desired conditions or properties. Heating for the sole purpose of hot-working is excluded from the
meaning of this definition”.
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan
padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Baja dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan
kemampuan memotong meningkat atau dapat dilunakan untuk memudahkan proses pemesinan
lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, ukuran butir dapat
diperbesar atau diperkecil. Selain itu ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu
permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas tepat,
komposisi kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat
mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis.
2. Diagram Keseimbangan Besi Karbon (Fe-C)
Menurut George Krauss (1995: 1-4), diagram keseimbangan besi karbon dapat digunakan
sebagai dasar untuk melaksanakan perlakuan panas. Penggunaan diagram ini relatif terbatas karena
beberapa metode perlakuan panas digunakan untuk menghasilkan struktur yang non-equilibrium.
Akan tetapi pengetahuan mengenai perubahan fasa pada kondisi seimbang memberikan ilmu
pengetahuan dasar untuk melakukan perlakuan panas. Bagian diagram Fe-C yang mengandung
karbon dibawah 2 % menjadi perhatian utama untuk perlakuan panas baja.

Metode perlakuan panas baja didasarkan pada perubahan fasa austenit pada sistem Fe-C.
Transformasi austenit selama perlakuan panas ke fasa lain akan menentukan struktur mikro dan sifat
yang didapatkan pada baja.

Besi merupakan logam allotropik, artinya besi akan berada pada lebih dari bentuk kristal
tergantung dari temperaturnya. Pada suhu kurang dari 912 0C (1674 0F) berupa besi alfa (). Besi
gamma () pada suhu antara 912-1394 0C (1674-2541 0F). Besi delta () berada pada suhu 1394 oC –
1538 oC (2541 oF-1538 oF). Penambahan unsur karbon ke besi memberikan perubahan yang besar
pada fasa-fasa yang ditunjukan oleh diagram keseimbangan besi karbon. Selain Karbon pada baja
terkandung juga unsur-unsur lain seperti Si, Mn dan unsur pengotor lain seperti P, S dan sebagainya.
Unsur-unsur ini tidak memberikan pengaruh utama kepada diagram fasa sehingga diagram tersebut
dapat digunakan tanpa menghiraukan adanya unsur-unsur tersebut. (Surdia dan Saito, 1999: 69).

Gambar 1. Diagram keseimbangan besi karbon (Japrie, 1991: 380)

3. Pengerasan (Hardening)

Hardening atau pengerasan dan disebut juga penyepuhan merupakan salah satu proses
perlakuan panas yang sangat penting dalam produksi komponen-komponen mesin. Untuk
mendapatkan struktur baja yang halus, keuletan, kekerasan yang diinginkan, dapat diperoleh melalui
proses ini.
Menurut Kenneth Budinski (1999: 167), pengerasan baja membutuhkan perubahan struktur
kristal dari body-centered cubic (BCC) pada suhu ruangan ke struktur kristal face-centered cubic
(FCC). Dari diagram keseimbangan besi karbon dapat diketahui besarnya suhu pemanasan logam
yang mengandung karbon untuk mendapatkan struktur FCC. Logam tersebut harus dipanaskan
dengan sempurna sampai daerah austenit. Gambar 2 menunjukkan daerah temperatur pengerasan
untuk baja karbon.
Pengerasan meliputi pekerjaan pendinginan yang menyebabkan karbon terbentuk dalam
struktur kristal. Pendinginan dilakukan dengan mengeluarkan dengan cepat logam dari dapur
pemanas (setelah direndam selama waktu yang cukup untuk mendapatkan temperatur yang
dibutuhkan) dan mencelupkan kedalam media pendingin air atau oli.

4. Pelunakan (Annealing)

Selain untuk tujuan pengerasan perlakuan panas dapat dilakukan untuk tujuan pelunakan. Hal ini
diperlukan untuk perlakuan baja-baja yang keras, sehingga dapat dikerjakan dengan mesin.
Disamping itu juga pelunakan di lakukan untuk tujuan meningkatkan keuletan dan mengurangi
tegangan dalam yang menyebabkan material berperilaku getas. Secara umum proses pelunakan
dapat berupa proses normalizing, full annealing dan spheroidizing.
a. Normalizing.
Normalizing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan untuk memperhalus dan,
menyeragamkan ukuran serta distribusi ukuran butir logam. Proses ini diperlukan untuk
komponen atau material yang mengalami proses pembentukan seperti pengerolan dingin,
tempa dingin dan pengelasan.

Gambar 3. Diagram Phasa Fe-Fe3C pada daerah eutectoid

Proses normalizing yaitu dengan cara memanaskan material pada temperatur 55 sampai
85 0C diatas temperatur kritis. Kemudian ditahan untuk beberapa lama hingga fasa secara
penuh bertransformasi ke fasa austenit. Selanjutnya material didinginkan pada udara
terbuka hingga mencapai suhu kamar.

b. Full annealing.
Full annealing merupakan proses perlakuan panas yang bertujuan untuk melunakkan logam
yang keras sehingga mampu dikerjakan dengan mesin. Proses ini banyak dilakukan pada baja
medium. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan material baja pada temperatur 15
hingga 40 0C di atas temparatur A3 atau A1 tergantung kadar karbonnya. Pada temperatur
tersebut pemanasan ditahan untuk beberapa lama hingga mencapai kesetimbangan.
Selanjutnya material didinginkan dalam dapur pemanas secara perlahan-lahan hingga
mencapai temperatur kamar. Struktur mikro hasil full annealing berupa pearlit kasar yang
relatif lunak dan ulet.

c. Spheroidizing.
Baja karbon medium dan tinggi memiliki kekerasan yang tinggi dan sulit untuk dikerjakan
dengan mesin dan dideformasi. Untuk melunakkan baja ini dilakukan proses spheroidizing.
Proses spheroidizing dilakukan dengan cara memanaskan baja pada temperatur sedikit
dibawah temperatur eutectoid, yaitu sekitar 700 0C. Pada temperatur tersebut ditahan selama
15 hingga 25 jam. Kemudian didinginkan secara perlahan-lahan di dalam tungku pemanas
hingga mencapai temperatur kamar.

DIAGRAM TTT (Time Temperature Transformation)


DIAGRAM CCT

Anda mungkin juga menyukai