Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

METALOGRAFI

Disusun oleh :
Miiftakhudin Assidik
(3.21.14.06.14)
ME-2G

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan
sebagai sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kegiatan belajar
mengajar.

Laporan ini berisikan informasi tentang “Metalografi” atau yang lebih khususnya membahas
proses pembentukan fasa apa saja yang terjadi. Selama penyusunan makalah ini, kami telah
mendapat banyak bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali
ini dengan kerendahan hati, kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan penelitian ini, diantaranya
adalah:

1. Pak Dewin Purnama,M.T. selaku dosen dan pembimbing teknik yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Para anggota kelompok yang telah memberikan ide dan meluangkan waktu untuk
bersama-sama mengerjakan laporan ini.

Akhir kata, kami meminta maaf jika ada kesalahan kata dalam penulisan karena kami ini jauh
dari kesempurnaan. Segala kekurangan yang ada disebabkan karena keterbatasan kami baik dalam
kemampuan, pengetahuan maupun pengalaman dalam menyusun laporan ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar kami dapat
mengevaluasi segala kesalahan.

Depok, 1 Juni2015

Penyusun

2
PENDAHULUAN

 Dasar Teori

 Pengertian Metalografi

Metalografi berasal dari dua kata yaitu “metal” (logam) “grafi”(mikroskopi dari
karakteristik struktur logam ataupun paduan).
Metalografi membahas tentang studi mikroskopi dari karakteristik struktur
logam (Material) maupun paduannya. Pengamatan metalografi dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis, yaitu pengamatan makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan
makroskopik merupakan pengamatan untuk struktur yang besar, dapat di lihat dengan
mata telanjang atau dilihat dengan pembesaran kurang dari 10x. sedangkan
pengamatan mikroskopik merupakan pengamatan yang lebih halus, dapat dilihat
dengan pembesaran lebih dari 10x.
Pengamatan mikroskopik dapat dilakukan menggunakan alat mikroskop optic
(pembesaran mencapai 2.000x), scanning electron microscope (pembesaran mencapai
50.000x), atau transmission electron microscope (pembesaran mencapai 500.000x).
Secara umum informasi yang kita dapat dengan pengamatan metalografi secara
mikroskopis adalah mengenai komposit material, perlakuan pada material, dan sifat
material. Informasi khusus yang dapat kitaa ketahui antara lain : bentuk butir, fasa
yang terbentuk, homogenitas kimia, distribusi fasa, porositas, retak, bahkan proses
perpatahan.
Berdasarkan informasi-informasi tersebut, metalografi dapat dijadikan alat
analisis yang baik. Sebagai contoh, jika material A menunjukan mikrostruktur yang
lebih halus dan homogen di bandingkan dengan material B maka material A akan
memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan material B khususnya
temperature ruang. Sifat mekanis tergantung dari bentuk butir, ukuran butir, jumlah
butir, dan distribusi fasa. Oleh karena itu, metalografi dapat dijadikan alat untuk
mempredisikan sifat mekanis material dan dapat menentukan apakah material telah
diproses dengan tepat. Dalam melakukan pengamatan sangatlah penting mmpelajari
langkah-langkah.

3
DIAGRAM FASA
 Diagram Fasa Umum
Diagram fasa addalah diagram yang menampilkan hubungan antara
temperature dengan tekanan dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendingan
dengan pemanasan yang terjadi. Diagram ini merupakan dasar pemahaman untuk
semua operasi-operasi perlakuan panas. Berikut diagram fasa yang umum.

Grafik diatas menunjukan diagram fasa umum yang terdiri dari diagram dan
tekanan dari zat tunggal seperti air. Sumbu-sumbu diagram berkoresponden dengan
tekanan dan temperature. Diagram fasa pada ruangan temperature-tekan menunjukan
garis kesetimbangan antara tiga fase padat, cair, dan gas.
Pada diagram fasa diatas garis titik-titik merupakan sifat anomaly air, garis
berwarna hijau menandakan titik beku dan garis biru menandakan titik didih yang
berubah-rubah ssuai dengan tekanan. Penandaan diagram fasa menunjukan titik-titik
dimana energy bebas bersifat non analitis. Fase-fase dipisahkan dengan sebuah garis
non-analitis, dimana transisi fase terjadi, dan disebut sebagai sempadan fase.

4
Pada diagram diatas, sempadan fase antara cair gas tidak berlanjut sampai tak
terhingga. Ia akan berhenti pada sebuah titik pada diagram fasa yang disebut sebagai
titik kritis. Ini menunjukan bahwa temperature dan tekanan yang sangat tinggi, fase
cair dan gas menjadi tidak dapat dibedakan, yang dikenal sebagai fluida super kritis.
Pada air, titik kritis ada sekitar 647[K] dan 22,064 [Mpa] (3.200,1 [Psi]).
Keberadaan titik kritis cair-gas menunjukan ambiguitas pada definisi diatas. Ketika
cair menjadi gas, biasanya akanmelewati sempadan fase, namun adalah mungkin
untuk memilih lajur yang tidak melewati sempadan dengan berjalan menuju fase
super kritis.
Oleh karena itu, fase cair dan gas dapat dicampur terus-menerus. Sempadan
padat-cair pada diagram fase kebanyakan zat memiliki gradient yang positif. Hal ini
dikarenakan fase padat memiliki densitas yang lebih tinggi dari pada fase cair,
sehingga peningkatan tekanan akan meningkat titik leleh. Pada beberapa bagian
diagram fase air, sempadan padat-cair air memiliki gradient yang negatif, menunjukan
bahwa es mempunyai densitas lebih kecil dari pada air.

 Diagram Fasa Fe-Fe3C


Pengujian metalografi yang kami lakukan ini didasarkan pada diagram fasa Fe-
Fe3C. diagram ini sangat penting guna mengetahui sifat-sifat logam baja karena dalam
diagram ini dapat diketahui adanya fasa-fasa tertentu yang mempunyai hubungan
langsung dengan sifat-sifat tertentu dari baja tersebut.

5
Gambar.Diagram fasa

 Penjelasan Diagram
 Pada kandungan karbon mencapai 6,67% terbentuk struktur mikro dinamakan
sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan)
 Sifat-sifat sementit diantaranya sangat keras dan getas
 Pada sisi diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada
suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.
 Pada baja karbon 0,83%, struktur mikro yang terbentuk adalah perlit, kondisi
suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik eutectoid.
 Pada baja dengan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid, struktur
mikro yang terbentuk adalah campuran antara feri dan perlit.
 Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6,67%, struktur
mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit
 Pada saat pendinginan dari suhu lelet baja dengan kadar karbon rendah, akan
terbentuk struktur mikro ferit delta lalu menjadi sruktur mikro austenite.
 Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan
naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi austenite

6
 Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan
perubahan-perubahan pada struktur Kristal dan struktur mikro sangat
bergantung pada komposisi kimia.

 Fase Yang Terbentuk


a. Ferit
Ferit adalah larutan padat karbon dalam besi dan kandungan karbon dalam
besi maksimum 0,025% pada temperatur 723 oC. pada temperatur kamar, kandungan
karbonnya 0,008%. Sifat ferit adalah lunak, ulet dan tahan korosi.

b. Cementite
Merupakan senyawa logam yang mempunyai kekerasan tinggi atau mengeras
diantara fasa-fasanya yang mungkin terjadi pada baja yang mengandung 6,67% kadar
karbon, walaupun sangat keras tapi bersifat getas

c. Austenite

7
Merupakan larutan padat interstisi antara karbon dan besi yang mempunyai sel
satuan BCC yang stabil pada temperatur 912oC dengan siaft yang lunak tapi ulet.

d. Pearlite
Merupakan elekttroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu ferit dan cementite. Kedua
fasa ini tersusun dari bentuk yang halus. Perlit hanya dapat terjadi dibawah 723oC.
Sifatnya kuat dan tahan terhadap korosi serta kandungan karbonnya 0.83%.

e. Martensit
Merupakan fasa metastable, artinya tidak bisa melihat fasa. Fasa martensite
bisa dihasilkan dengan pendinginan cepat (quenching) dengan media air atau oli.
Terminologi pendinginan cepat sepertinya lebih objektif jikalau parameter yang
dilihat adalah sifat mampu kerasnya (hardenability), karena dengan kadar paduan
(alloy) yang bisa meningkatkan sifat mampu keras seperti nikel, molybdenum, dan
mangan, maka suatu baja maupun besi bisa didapat fasa martensit hanya dengan
pendingin udara.

8
f. Bainit
Bainit adalah zat kebanyakan logam yang ada dalam perawatan steelheat.
Hasil pendinginan melewati temperatur kritis 723oC (1333oC). Fasa ini berupa
struktur non-lamellar, umumnya terdiri atas ferrite, carbide, dan sisa austenite. Dari
segi komposisi relative dengan pearlite, namun terbentuk dengan metode displacative
mechanism.
Seperti halnya martensit, yang kemudian diikuti dengan komposisi karbida. Selain itu,
bainit lebih cepat dari pembentukan pearlite dan lebih rendah dari martensite untuk
baja komposisi yang sama.

 Praktek Pengujian Metalografi


1. Alat dan Bahan
a. Peralatan yang digunakan :
 Rotary grinder
 Mikroskop optic
 Televisi berwarna
 Kamera digital
 Hair dryer

9
 Kain poles
b. Bahan yang digunakan :
 Alkohol
 Kertas amplas (grit : 100,200,300,400,600,800,1000, dan 1200)
 Alumina
 Air
 Nital (HNO3 + alkohol)
 Sampel uji berupa logam yang dimounting

2. Langkah pengerjaan
Adapun langkah-langkah penting untuk mempersiapkan sampel
metalografi sebelum kita melakukan pengamatan metalografi adalah :

a. Pemotongan sampel
Dalam beberapa contoh, sampel untuk pengamatan metalografi sudah benar
bentuk dan ukurannya, sehingga kita dapat langsung melakukan persiapan sampel
selanjutnya. Namun, apabila sampel sangat diperlukan untuk memudahkan
penanganan sampel. Pemotongan sampel adalah pengambilan daerah representatif
dari material induk. Alat yang pada umumnya digunakan untuk melakukan proses
pemotongan sampel adalah : abrasive cutting (untuk logam dan metal matrix
composites), diamond wafer cutting (untuk keramik, elektronik, biomaterial,
mineral), atau pemotongan tipis menggunakan microtome (untuk plastik).
Dalam proses pemotongan sampel, kerusakan dan perubahan mikrostruktur
dari sampel tersebut tidak boleh terjadi, karena akan menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam karakteristik material. Sehingga dapat terjadi kesalahan analisa
metalografi. Proses pemotongan yang sesuai membutuhkan pemilihan jenis
abrasif, ikatan, dan ukuran yang tepat.

Dalam proses pemotongan sampel, daerah atau bagian dimana material induk
akan dipotong untuk sampel metalografi ditentukan berdasarkan proses
manufaktur, bentuk material induk, dan lokasi pada material yang akan dipelajari
lebih jauh. Pada umumnya, pemotongan sampel untuk sheet, kawat dan tube
dilakukan tegak lurus terhadap arah rolling atau drawing yang biasa disebut
pemotongan transversal. Pemotongan transversal digunakan untuk melihat variasi
mikrostruktur material dari permukaan tengah, kedalaman cacat permukaan,
kedalaman korosi, ketebalan lapisan, dan retak. Sebaliknya, pemotongan sampel
yang sejajar dengan arah rolling dan drawing disebut dengan pemotongan
longitudinal. Pemotongan jenis ini umumnya oleh distorsi butir dan untuk
memonitoring dari perlakuan panas yang anil..

b. Amplas (grinding)
Sampe yang baru dipotong atau sampel yang telah terkorosi akan memilik
permukaan yang kasa. Permukaan yang kasar tadi harus diratakan lagi agar
pengamatan struktur dapat mudah dilakukan. Pengamplasan dilakukan dengan
menggunakan kertas amplas yang ukuran abrasivenya dinyatakan dengan mesh.

10
Pengamplasan merupakan langkah yang penting saat mempersiapkan sampel
metalografi. Apabila terjadi kesalahan dalam proses ini, akan terus berlanjut pada
tahap selanjutnya sehingga mengakibatkan kesalahan interpretasi mikrostruktur.
Terdapat beberapa cara untuk melakukan proses pengamplasan, mulai dari
menggosokan sampel pada tempat yang statis (manual grinding) sehingga yang
otomatis (automatic grinding).
Manual grinding merupakan metode pengamplasan yang paling murah, namun
memiliki kelmahan yaitu prosesnya yang sangat lama dan sulit. Metode yang saat
ini sering digunakan adalah proses pengamplasan menggunakan rotating disk.
Pada metode ini, kertas amplas abrasive berbentuk lingkaran diletakan di atas roda
alumunium/kuningan yang dapat bergerak otomatis, kemudian sampel ditahan di
atas roda yang berputar tersebut.
Semua metode pengamplasan memiliki urutan pengerjaan yang sama, yaitu :
proses pengamplasan dimulai dari grit yang paling kasar (100 cw,400cw) agar
dapat membuat sampel menjadi rata dan menghilangkan efek deformasi dari
pengerjaan sebelumnya, seperrti pemotongan. Ukuran grit pertama yang dipakai
tergantung pada kekerasan permukaan dan kedalaman kerusakan yang
ditimbulkan oleh pemotongan.
Setelah itu dilanjutkan dengan kertas amplas dengan grit yang lebih halus
(600cw,800cw) guna menghilangkan goresan akibat amplas sebelumnya. Proses
penggantian kertas amplas dengan grit yang paling halus (1000cw,1200cw)
dilakukan beberapa kali hingga sampel menjadi rata dan memiliki satu goresan.
Terdapat beberapa hal penting dalam melakukan pengamplasan yaitu :
mengucurkan air secara kontinyu agar sampel tidak mengalami kerusakan
(perubahan fasa). Selain itu perubahan arah pengamplasan harus tetap konstan
antara 45-90 derajat.

c. Poles (polishing)
Poles merupakan langkah persiapan sampel metalografi yang untuk
menghilangkan bekas goresan pada sampel akibat proses pengamplasan. Pada
proses ini di dapatkan permukaan sampel yang bebas gores dan mengkilap karena
dapet menghilangkan ketidakaturan sampel hingga orde 0,01𝜇m. Permukaan
sampel yang akan diamati di bawah mikroskop harus benar benar rata. Jika
permukaan sampel kasar atau bergelombang, maka pengamatan struktur mikro

11
akan sulit karena cahaya yang datang dari mikro dipantulkan secara acak oleh
perumkaan sampel.
Terdapat beberapa teknik dalam proses poles , yaitu: attack polishing,
chemical polishing, electromechanical polishing dan mechanical polishing.
Mechanical polishing merupakan teknik yang paling banyak digunakan mengingat
metodenya yang mudah dan cocok untuk banyak jenis material .cara penggunaan
mechanical polishing tidak berbeda jauh dengan pengamplasan hanya saja kertas
abrasive diganti dengan kain abrasive yang diberikan suspensi alumina dan
diamond serta air.
Urutan proses poles diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu poles kasar dan
poles halus , poles kasar menggunakan abrasive dengan rentang 30 - 3 mikron
pada kain low nap atau napless, sedangkan poles halus menggunakan abrasive
dengan rentang 1 mikron atau kurang pada kain low medium atau high nap.
Pergerkan sampel yang kostan akan mencegah terjadinya cacat ekor komet
dan cacat lainya yang berkaitan dengan arah poles .proses poles akan terus
berlanjut hingga goresan hasil pengamplasan hilang, sampel hasil poles
dibersihkan dengan air yang mengalir, kemudian dilap dengan kain katun lalu di
keringkan.
d. Etsa (ethcing)
Sampel yang berhasil diamplas dan dipoles, pada dasarnya siap untuk
langsung dilakukan pengamataan mikrostruktur. Namun , jika sampel terdiri dari
beberapa lapisan paduan yang memiliki warna yang sama, ukuran butir atau
munculnya fasa tertentu yang harus diamati, maka harus dilakukan proses data.
Etsa merupakan suatu proses pengikisan batas butir secara selektif dan
terkendali dengan pencelupan ke dalam lautan pengetsa baik menggunakan listrik
maupun tidak ke permukaan sampel sehingga detil struktur yang akan diamati
akan terlihat dengan jelas dan tajam. Untuk berberapa jenis material,
mikrostruktur baru muncul ketika diberi zat etsa , sehingga perlu pengetahuan
yang tepat untuk memilih zat etsa yang tepat pula. Ada dua jenis penggolongan
etsa, yaitu :
 Etsa kimia (yang kita gunakan)
Etsa kimia merupakan proses pengetsaan dengan menggunakan larutan
kimia dimana etsa yang digunakan ini memiliki karakteristik tersendiri
sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati
contohnya antara lain: nitrit acid (asam nitirit+alkohol 95%), pictral (asam
picric + alkohol) dll. Perlu diingat bahwa waktu etsa jangan telalu lama
(umumnya sekitar 3 – 30 detik) , dan setelah dietsa segera di cuci dengan air
mangalir lalu di beri alkohol dan di keringkan. Etsa kimia merupakan etsa yang
paling sering digunakan karena aplikasinya cukup muda.

 Elektro etsa
Pada dasarnya etsa elektrolitik, potensial yang digunakan berperan
terhadap pengoksidasi yang diguanakan pada larutan kimia. Larutan tersebut
12
hampir selalu merupakan anoda, walupun ada berberapa larutan etsa elektrolitik
yang bersifat katodik. Etsa elektrolitik sering di gunakan untuk etsa selektif.

 Langkah – langkah yang dilakukan dalam proses etsa:


- Benda kerja yang telah dipoles dicuci dengan air bersih yang mengalir dan
dikeringkan dengan kain atau sejenisnya.
- Stelah permukaan bersing dan kering, teteskan larutan etsa secukupnya.
- Amati reaksinya yang terjadi, akan terjadi perubahan kimia yag ditandai
dengan perubahan warna abu- abu atau kehitaman.
- Kemudian cuci dengan air.
- Setalah itu bilas benda uji dengan menggunakan alcohol
- Terakhir keringkan dengan menggunakan uap pansa dari hair dryer

e. Mikroskop Metalografi
Mikroskop metalografi berbeda pada cara penyinaran pada specimen jika di
bandingkan dengan mikroskop biologi. Benda yang diiuji tidak tembus cahaya,
sampel tersebut diberi sinar. Sorotan cahayamendatar dari sumber cahaya
dipantulkan oleh reflector/cermin datar, kemudian turun melewati lnsa objektif
menuju benda uji. Sebagian dari sinar dipantulkan oleh permukaan, dan melewati
lensa –lensa yang ada didalamnya akibatnya terjadi pembesaran dengan
pembesaran maksimum 100%. Mikroskop tersebut lalu di hubngkan dengan
kabel konektor menuju TV untuk memudahkan proses penganalisaan dan
pemotretan. Caranya yaitu setelah permukaan benda uji yang dietsa dikeringkan
kemudian langsung amati gambar struktur mikro pada layar TV dengan cara
memutar fakus mikroskop.
f. Dokumentasi
Setelah dambar struktur mikro terlihat pada layar monitor dengan hasil yang
basgu kemudian dilakukan pemotretan dengan kamrea digital atau handphone.
Pemortetan dimaksudkan untuk menganalisa data dari gambartersebut.
Tujuan Preparasi sampel.

3. Tujuan Preparasi Sampel

o Cutting

13
Mengetahui prosedur proses pemotongan sampel dan
menentukan teknik pemotongan yang tepat dalam pengambilan sampel
metalografi, sehingga di dapat banda uji yang representative.
o Grinding
Meratakan dan menghaluskan permukaan sampel dengan cara
menggosokkan sampel pada kain abrasive/ amplas
o Pemolesan / Polishing
1. Mendapatkan permukaan sampel yang halus dan mengkilat
seperti kaca tanpa gores.
2. Memperoleh permukaan sample yang halus bebas goresan dan
mengkilap seperti cermin.
3. Menghilangkan ketidakteraturan sampel orde 0,01.

o -Etsa / etching
1. Mengamati dan mengidentifikasi detil dtruktur logam dengan
bantuan mikroskop optic setelah terlebih dahulu dilakukan
proses etsa pada sampel.
2. Mengetahui perbedaan antara etsa kimia dengan eletro etsa serta
aplikasinya.
3. Dapat melakukan preparaso sampel metalografi secara baik dan
benar.

o Tujuan pengamatan Struktur Makro dan Mikro


1. Menganalisa struktur mikro dan sifat – sifatnya.
2. Mengenali fasa – fasa dalam struktur mikro.
3. Mengetahui proses pengambilan foto mikrostruktur.

4. Tabel Hasil Pemotretan Spesimen dan Pembandingnya

14
No Nama Perakitan Gambar struktur mikro Analisa

Gambar disamping
menunjukan bahwa
1 Fitri Nurjayanti dalam bahan ST 80
terdapat pearlite dan
ferrite yang
berbentuk butir –
butir

Gambar disamping
menunjukan bahwa
2 Gagat Radityo dalam bahan ST 45
terdapat pearlite dan
ferrite yang
berbentuk butir -
butir

Gambar disamping
menunjukan bahwa
3 Handy Putra dalam bahan Besi
Cor terdapat pearlite
dan ferrite yang
berbentuk butir -
butir

15
Gambar disamping
menunjukan bahwa
4 Hariansyah dalam bahan ST 37
terdapat pearlite dan
ferrite yang
berbentuk butir –
butir

Gambar disamping
menunjukan bahwa
5 Heri Alfianto dalam bahan ST 80
terdapat pearlite dan
ferrite yang
berbentuk butir-
butir

Gambar disamping
menunjukan bahwa
6 Ikhsan Maulana dalam bahan Besi
Cor terdapat pearlite
dan ferrite yang
berbentuk butir -
butir

16
Gambar disamping
menunjukan bahwa
7 Imam Taufik dalam bahan Besi
Cor terdapat pearlite
dan ferrite yang
berbentuk butir-
butir

Gambar disamping
menunjukan bahwa
8 Indra Lesmana dalam bahan ST 37
terdapat pearlite dan
ferrite yang
berbentuk butir –
butir seperti garis

Gambar disamping
menunjukan bahwa
9 Kurnianto Joko dalam bahan
Amuktit terdapat
pearlite yang
berbentuk seperti
garis

17
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
 Proses etsa yang terlalu lama mengakibatkan benda uji menjadi gosong/gelap dan
sulit utuk diamati.
 Kadar karbon dapat diketahui melalui hasil pengamatan.
 Pada proses pengampelasan, jika benda uji tidak rata maka akan sulit diamati pada
proses pembesaran.
 Ukuran dan bentuk butir dari tiap-tiap logam berbeda-beda.
 Kandungan karbon tiap logam berbeda-beda.
 Besi cor mempunyai karbon lebih besar dari pada baja.
 Menganalisa struktur mikro dan sifat-sifatnya.
 Menganalisa fasa-fasa alam struktur mikro.
 Mengetahui proses pengambilan foto mikrostruktur.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Modul Pengujian Logam 1, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta, 2010
 George F. Vandervot, Metallography Principles and Practice, McGraw-Hill, 1984
 http://www.google.com

19

Anda mungkin juga menyukai