Anda di halaman 1dari 21

TUGAS 3

SIFAT PARTIKEL DARI GELOMBANG

Diajukan sebagai tugas individual dalam mata kuliah


”Fisika Modern”

Disusun Oleh :

ADE SONNIE AGLESIA


17033074

Dosen Pengampu : Dr. FATNI MUFIT,S.Pd.,M.Si.

PRODI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA FMIPA UNVERSITAS NEGERI
PADANG
2019
BAB III
PRILAKU GELOMBANGNYA ZARAH

A. Fenomena Fisika
Fisika adalah ilmu yang terstruktur dan bersifat sistematis. Dalam fisika sering
dijumpai simetri atau kesetangkupan dan kesejajaran, seperti :
• Zat dan anti zat (matter dan anti matter )
• Pandangan bahwa ruang dan waktu terdapat pada sutu sistem ( koordinat x, y,
z)
• Bahan yang aktif secara optic, ada yanga memutar arah polarisasi ke-kanan dan
ada yang memutar ke-kiri.

• Arah spin elektron , “ke-kanan” atau”kebawah”.

Dan banyak contoh yang lain kesetangkupan sering dicari dan dalam
banyak hal memang dikemukakan.
Dalam Bab sebelumnya telah dibahas dengan dualism cahaya, yaitu bahwa cahaya
dalam beberapa proses fisika berprilaku sebagai gelombang dan beberapa proses
yang lain berprilaku sebagai zarah.

B. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang dapat diajukan sekarang adalah :
ADAKAH ADA KEMUNGKINAN BAHWA
ADA GEJALA FISIKA YANG MENYANGKUT
ZARAH YANG HANYA DAPAT
DITERANGKAN DENGAN MENGGANGGAP ZARAH ITU
BERPRILAKU SEBAGAI GELOMBANG ?

Ternyata bahwa hal itu memang ada, dan ini dibahas dalam butir – butir berikut.
Sebelum ada fakta eksperimental yang mendukung prilaku gelombang dari zarah
dipostulatkan di tahun 1925 oleh Louis Victor de Broglie, seorang ilmuan dari
Perancis, sebagi berikut .
Postulat de Broglie (1925)
Dualisme gelombang zarah yang berlaku untuk cahaya, juga berlaku untuk zarah.
Setiap zarah yang bergerak didampingi oleh suatu gelombang zat (matter waves) yang
mempresentasikan prilaku gelombang zarah itu.
Suatu zarah yang bergerak dengan momentum linear p, didampingi oleh gelombang
zat yang memiliki panjang gelombang :

Dengan h tetapan planck.

Sebelum meningkatkan lebih jauh kita kembali sejenak pada kuatisasi cahaya.
Menurut teori kuantum Einsten energi proton :

Sedangkan menurut teori kestabilan khusus, energi total dan momentum foton
mengikuti hubungan berikut :

Sehingga berlaku untuk foton bahwa dari mana diperoleh bahwa :

Jadi postulat de Broglie juga memberikan hubungan yang sama untuk suatu zarah.
Sesungguhnya ilham untuk postulatnya ini ditarik dari seperangkat postulat bohr
(teori atom menurut Bohr) yang dapat menerangkan pancaran spectrum Hidrogen.
Garis – garis edar tetap dengan mengelilingi inti atom hidrogen ternyata sesuai dengan
anggapan bahwa :
Keliling lintas edar electron yang
berputar mengelilingi inti atom hydrogen harus
merupakan kelipatan dari panjang gelombang elektron itu.
Hal ini akan disinggung dalam bab berikut tentang model atom.
Dalam kehidupan kita sehari – hari postulat de Broglie ini tidak banyak perannya,
karena menyangkut ukuran – ukuran yang sangat kecil.
Ambilah sekedar contoh :
Seorang dengan bobot badab 60 kg mengndarai
suatu sepeda motor dengan kecepatan 60
km/jam. Berat sepeda motor 100 kg. berapakah
panjang gelombang zatnya?
Momentum linear total p = (60 + 100) 60 kg
Km/jam
= 2,67x103 kg m/s

Panjang
gelomabng de broglienya :
=
m
= 2,5 x 10 - 37
Ukuran m tidak
bermakna dibandingkan dengan ukuran yang kita pakai dalam kehidupan sehari –
hari.
Ambil contoh dari tanbung sinar –X
Suatu elektron melampaui beda potensial 10 kv
antara katoda dan anoda.Berapa besarkah
panjang gelombang tepat sebelum mengenai
anoda tersebut.
Gunakan mekanika tak relativistiknya saja :

m /s

Jadi momentum liniernya :

P=

= 5,4 x kg m/s
Menurut de brogli panjang gelombang electron tersebut :
Ukuran ini cukup bermakna dalam lingkungan electron itu seperti
umpamanya struktur Kristal.
Jadi meskipun dalam kehidupan kita sehari – hari panjang gelombang de Broglie
kita kecil untuk diperhitungkan dalam proses – proses fisika dalam dunia atom dan
sub- atom.

Panjang gelombang zat tidak dapat di abaikan; artinya interaksi zat dengan system
fisika lain dimana aspek gelombangnya menonjol tidak dapat dikesampingkan.
Tentunya kalau postulat De Broglie memang benar!
Difraksi Zarah
Perilaku gelombang ditunjukkan oleh beberapa gejala, seperti DIFRAKSI dan
INTERFERENSI. Oleh karena itu kebenaran postulat De Broglie harus di uji melalui
bukti bahwa zarah yang bergerak memperlihatkan gejala-gejala tersebut di atas.

Andaikata kita menggunakan kisi suatu kristal sebagai untuk mendifraksi gelombang
zat yang bertautan dengan suatu berkas elektron yang bergerak. Artinya, suatu berkas
elektron yang bergerak ditujukan pada suatu kristal; andaikata postulat De Broglie
memang benar maka akan terlihat suatu pola difraksi pada berkas elektron yang
dipantul oleh permukaan x – zat itu.

Pola difraksi akan terlihat sebagai kenaikan intensitas berkas elektron untuk sudut-
sudut pantul tertentu.

Syarat pertama agar difraksi terjadi adalah bahwa panjang gelombang berkas elektron
sama tinggat kebesarannya dengan jarak antara atom-atom atau ion-ion dalam kristal.

Katakanlah bahwa jarak antar ion itu a 1A; berapa besarkah energi kinetik elektron

yang diperlukan untuk memperoleh difraksi?

Panjang gelombang a, jadi 1A


Dimana diperoleh bahwa:

p = h = 6,63X 10 34 6,63x10 24 kg m / s
10 10

Energi kinetik yang diperlukan:

p2 17
Ek = 2,41x10 joule 150 eV
2mo
C. Hasil Pengukuran
Davidson – Germer di tahun 1927 berhasil menunjukkan difraksi suatu berkas
elektron oleh suatu kisi kristal.

Pada awalnya Davidson – Germer yang pada saat itu bekerja di Bell –
Laboratories di Amerika Serikat, melakukan penelitian tentang hamburan suatu
berkas elektron oleh suatu permukaan logam. Logam yang dipergunakan adalah
nikel.

Berkas elektron yang sudah melalui suatu beda potensial tertentu diarahkan pada
permukaan suatu logam. Berkas itu kemudian dipantulkan oleh permukaan
logam tersebut. Suatu detektor elektron mengukur besarnya intensits elektron
yang dihamburkan dalam arah sudut . Bila intensitas berkas elektron yang
dihamburkan dinyatakan dengan I, dan sudut hamburnya adalah , maka dalam
percobaan ini dicari hubungan:

I=I
Grafik I vs dalam bentuk koordinat polar untuk percobaan Davidson – Germer
adalah sebagai yang tercantum di bawah. Sasarannya adalah nikel.

Davidson – Germer memperoleh difraksi elektron oleh kisi kristal secara tidak
disengaja.

Pada suatu hari dinding vakum yang terbuat dari kaca pecah, sehingga sasaran
nikel yang pada waktu itu tinggi suhunya teroksidasi olah udara yang masih
dalam ruangan vakum.

Untuk mengulang percobaannya itu peralatan yang rusak kemudian diperbaiki.


Demikian juga sasaran nikel yang telah teroksidasi perlu direduksi.

Proses reduksi ini dilakukan dalam rangka secara perlahan-lahan, sasaran nikel
dipanaskan dan kemudian diturunkan suhunya secara bertahap. Reduksi
menghilangkan oksidasi yang terdapat di permukaan sasaran nikel.

Ketika percobaan dilakukan lagi dengan peralatan yang telah diperbaiki, dan

sasaran nikel yang telah direduksikan, diperoleh hasil I = I yang sangat


berbeda dari yang diperoleh sebelumnya.
Grafik I = I di atas menunjukkan pola yang berbeda dari yang sebelumnya.
Lengkungnya menunjukkan suatu maksimum tambahan untuk hamburan (sudut )
tertentu.

Maksimum baru pada lengkung I = I yang menahan sistem koordinat polar


(koordinat kutub) itu kemudian diinterpretasikan sebagai hasil interaksi antara
berkas elektron yang berperilaku sebagai gelombang dan kisi kristal nikel.
Artinya, bahwa pola yang diperoleh disebabkan karena difraksi berkas elektron
oleh kisi kristal nikel.

Peristiwa ini dapat dijelaskan sebagai berikut :Logam yang tidak diolah secara
khusus biasanya menjadi polikristalin, artinya bahan ini terdiri dari kristal yang sangat
kecil dengan arah yang sebarang karena acaknya arah kristal ini, maka bila memang
ada pengaruh fisi dari kristal-kristal ini, maka arahnya yang acak akan saling
meniadakannya.
Sebaliknya dengan perlakuan yang khusus ( dan sering sangat mahal ) suatu
kepig logam dapat di buat menjadi kristal tunggal. Dalam struktur zat seperti
ituseluruh keping merupakansatu buah kristal, denga bidang-bidang kristal yang
meliputi seluruh kristal.
Jadi logam atau keping itu tidak lagi polikristalin, tidak lagi terdiri dari kristal-ristal
kecil yang mempunyai arah yang acak.
D. Kajian Teoritik
Keping nikkel yang menjadi sasaran dalam percobaan Davisson-Gemmer,
mulamula memang bersifat polikristalin. Berdasarkan elektron yang sampai
kepermukaannya berinteraksi dengan struktur yang polikristalin itu, berkas yang
dipantulkan merupakan superposisi dari pantulan-pantulan oleh berjuta permukaan
kristal kecil yang arahnya sebarang. Superposisi itu menghilangkan gejala yang
ditimbulkan oleh permukaan setiap kristal kecil itu, apabila memang ada atau memang
terjadi.
Karena harus direduksikan, maka keping nikkel harus diperlakukan secara
khusus. Mula-mula diturunkan suhunya secara bertahap dengan perlahan-lahan.
Perlakuan khusus inilah yang kemudian menjadi strutur keping itu. Permukaannya
menjadi permukaan kristal tunggal.
Perubahan sifat permukaan keping nikkel inilah yang menampilkan pola I=I(θ)
yang berbeda. Superposisi dari elektron yang di pantulkan sekarang saling
menguatkan, dan pola difraksi pun terlihat.

650
500

650

Dalam percobaan Davisson dan Gemmer elektron yang telah melewati beda
potensial tertentu di tembakkan secara tegak lurus pada permukaan suatu keping
nikkel yang merupakan X.
Ternyata bahwa maksimum tembakan terjadi dalam arah pantul 50°.
Maksimum ini paling jelas terjadi apabila kristal itu menumbuk kristal dengan energi
kinetik
Ek=54eV.
Suatu penilaian dengan nilai dengan sinar-X tentang bidang-bidang kristal
nikkel yang dipergunakan sebagai sasaran menunjukkan bahwa :
a Elektron dipantulkan oleh seperangat bidang dalam keping kristal nikkel yang
tidak sejajar dengan permukaan keping, melainkan miring terhadap permuaan
tersebut. Terhadap perangkat bidang kristal ini. Sudut pantul Bragg adalah 65°
(=θ) b Jarak antara bidang-bidang termasuk dalam butir a
adalah 0,91Å

Kesesuaian yang di peroleh sangat mendukung konsep bahwa elektron yang


mengenai permukaan logam nikkel dapat di anggap sebagai gelombang zat yang
mengalami difraksi bragg oleh bidang-bidang kristal nikkel.
Sebaliknya, konsep zarah tak dapat menerangkan mengapa pada sudut pantul
50° (terhadap permukaan keping, bukan bidang kristal) terhadap maksimum intensitas
elektron yang di pantulakan.
Ada beberapa fakta lain yang menunjukkan prilaku gelombang bagi zarah yang
bergerak. Dan semua ini mendukung kebenaran postulat de Brogglie tentang
gelombang zat yang mengikuti zarah yang bergerak dan pula bahwa:
Sebagaimana halnya cahaya. Maka juga zarah mengenal dualisme; artinya
bahwa untuk menerangkan beberapa hal tertentu zarah harus di aggap berprilaku
sebagai gelombang tetapi untu menerangkan beberapa gejala lain harus tetap di anggap
sebagai zarah.
Dualisme cahaya bersama degan dualisme zarah,
memberikan dulisme gelombang-zarah. Dualisme ini berlaku bagi kedua-
duanya.
Dengan demikian diuraikan hal yang paling fundamental dalam bab ini, yaitu
tentang postulat de Brogglie dan bukti eksperimentalnya yang ditemukan oleh
Davisson dan Germer.

Representasi Gelombang de Broglie


Zarah yang bergerak harus direpresentasikan dengan gelombang berjalan. Untuk
pembahasan selanjutnya, kita membatasi diri dalam uraian ini pada gerak zarah
dalam satu dimensi.
Gelombang berjalan dapat dinyatakan secara matematika dengan berbagai cara, seperti
umpamanya:

(x,t) A0 cos(kx t),

(x,t) A0 sin( kx t) ,

(x,t) A0ei(kx t) atau A0e i(kx t)


Kita gunakan saja (x,t) A0 cos(kx t), yang digambarkan dibawah ini pada saat

tertentu t = t0.

Pertanyaan berikutnya adalah: apabila gelombang diatas memeng mereprensentasikan


zarah pada saat t = t0, dimanakah dalam gambar diatas kedudukan zarah tersebut itu?
Artinya, bagaimanakah dapat kita nyatakan kedudukan zarah dalam ruang (d.u.i.
sumbu-x) dengan gelombang diatas yang meliputi daerah dari x sampai x ?
Jelaslah bahwa kita berhadapan dengan suatu dilema, yaitu bagaimana menunjukkan
dengan tepat kedudukan zarah dalam ruang dengan mempergunakan gelombang yang
memang tersebar dalam ruang.
salah satu cara yang dapat ditempuh dalam menyatakan kedudukan zarah dengan lebih
teliti adalah dengan melakukan superposisi beberapa gelombang harmonik yang
memiliki harga vektor gelombang, k , yang tidak banyak berbeda satu dengan lainya.
Untuk ilustrasi disertakan di bawah ini superposisi dua gelombang harmonik dalam
kedudukan dan waktu, masing-masing dengan vektor gelombang k dan (k k), serta

frekuensi dan ( ); dengan k k dan :

1(x,t) A0 cos(kx t)

2 (x,t) A0 cos[(k k)x ( )t]


Gelombang superposisi:

T (x,t) 1 (x,t) 2(x,t)


k
= 2A0 cos[( )x ( )t]cos(kx t)
2 2
Gelombang superposisi ini dapat dianggap sebagai suatu gelombang harmonik dengan
vektor gelombang k serta frekuensi , dengan amplitudo:
Dalam gambar diatas, maka gelombang dengan k dan merupakan pembawa
(currier wave). Satu titik dengan fasa yang tetap pada gelombang pembawa ini
memenuhi hubungan:
(kx t) tetap
Diferensiasi memberikan:

kdx dt 0
Darimana diperoleh bahwa

: dx

V dt k

Dimana kecepatan fasa gelombang pembawa merambat dalam ruang dinamakan


kecepatan fasa gelombang itu. Dalam gambar diatas, maka ”selubung” carrier wave
juga merupakan gelombang berjalan. Selubung ini mungkin dapat disamakan dengan
amplitudo yang dimodulasikan dalam teknik radio.
Suatu titik dengan fasa tetap pada selubung itu memenuhi hubungan:

k
[( )x ( )t] tetap
2 2
Diferensiasi memberikan:
k
( )dx ( )t 0
2 2
Darimana diperoleh bahwa:

dx d
Vg dt k dk
Vg adalah kecepatan rambat satu titik dengan tetap pada selubung. Kecepatan ini

dinamakan kecepatan kelompok (indeks g datang dari kata group).

Gelombang berjalan dengan dua k dan dua yang berdekatan tidak jauh lebih baik
daripada gelombang tunggal sebelumnya; tetapi secara potensial lebih baik, karena
meskipun disini masih belum jelas kedudukan zarah tetapi dalam ruang (dimensi satu)
amplitudo gelombang superposisi bervariasi dengan kedudukan. Hal ini akan ditinjau
lebih lanjut pada butir berikutnya.
Dalam gambar III.6 disertakan panjang gelombang dari carrier wave dan

panjang gelombang ( ) dari gelombang selubung. Disamping itu disertakan


panjang 2

( x) , yaitu lebar dari suatu ”paket” gelombang.


Geometri dan konsep gelombang, menunjukkan bahwa:

( x) ( )
Atau bahwa
1 1
( x)( )
2
Untuk gelombang selubung berlaku hubungan antara panjang gelombang (( ) dan

k
vektor gelombang ( ) sebagai berikut:
2

( k 2)

Hubungan ini memberikan:

( )
( k)
1 1
( ) ( k)
4
Subsitusi dalam ungkapan akan menghasilkan bahwa:
( x)( k) 2
Hubungan di atas menunjukkan bahwa makin kecil kita pilih ( k) , yaitu beda vektor

gelombang kedua gelombang yang disuperposisikan itu, makin besar harga ( x) , yaitu
lebar paket gelombang.

Apabila kita hanya menggunakan 1 gelombang saja, maka k 0 dan x . Dalam


hal ini kembali timbul dilema semula, bahwa dengan gelombang yang mempunyai
satu harga k saja, kita sam sekali tidak dapat mengatakan kedudukan zarah.
Dengan mengambil dua gelombang dengan beda vektor gelombang sebesar ( k) ,

2 diperoleh paket-
paket gelombang masing-masing selebar ( x) ( ) . Meskipun belum k
dapat dipergunakan untuk mengatakan kedudukan zarah dengan lebih teliti,
sekurangkurangnya metoda superposisi menunjukkan prospek bahwa hal ini
(menyatakan posisi) dapat dilakukan.
ternyata bahwa metoda superposisi dengan mempergunakan suatu spektrum harga
vektor gelombang di sekitar vektor gelombang dari gelombang de broglie:

2 p h
k 2 p , H
h H 2
Kita dapat menentukan dengan lebih teliti kedudukan zarah yang bergerak. Penetapan
kedudukan ini tidak dapat sempurna, artiny a dengan ketidak telitian sama dengan nol,
karena ini menyangkut hakekat dari gelombang.

Ternyata untuk bentuk gelombang superposisi yang optimum itu, hubungan antara
sebaran paket gelombang x dan lebar spectrum gelombang k memenuhi :

x k =

Semua superposisi yang lain tidak memberikan hubungan seperti itu, tetapi senantiasa:

x k >
Jadi secara umum dapat dikatakan, bahwa ketakpastian tentang kedudukan zarah
x , dan ketakpastian tentang harga vector gelombang k bagi suatu zarah
yang dipresentasikan dengan suatu gelombang superposisi dengan lebar spectrum
vector gelombang k , senantiasa memenuhi hubungan:

x k

hubungan di atas dapat dihubungkan lagi dengan momentum linear zarah. Menurut De
Brogl
i
e
:
h
= ,
jadi:
p
p
2
k= =
hberg

Sehingga:

= p
k
hb
erg

Sehingga hubungan itu menjadi :

hberg
x p
2
Ini dinamakan prinsip ketakpastian Hiessenberg.

Prinsip Ketakpastian Heinsenberg

Solusi diatas baru menggunakan satu gelombang dengan satu harga dan satu harga
saja, dimana panjang gelombang

o , sesuai dengan postulat De


Broglie. Po
Penyelesaian untuk mengatasi hal ini adalah menggunakan superposisi dari
beberapa gelombang dengan suatu spektrum harga k
diantara :

k ko <k < ko k .
2 2

Dengan demikian kedudukan zarah dapat lebih teliti dengan sebaran x , tetapi
informasi mengenai vektor gelombang menjadi agak kabur, ketaktelitiannya menjadi

k .


Ditemukan pula bahwa secara umum ada hubungan antara x k
2
Sesungguhnya hal tersebut harus dianggap sebagai sesuatu yang fundamental dalam
fisika modern, dan dinamakan prinsip ketakpastian Heinsenberg.

Prinsip Ketakpastian heinsenberg dirumuskan sebagai berikut (1927) :

a. Suatu percobaan terhadap suatu fiika tidak dapat sekaligus digunakan untuk
menenukan secara eksak momentum linier, Pxdan kedudukan suatu zarah x .

Ketelitian pengukuran secara hakiki dibatasi oleh proses pengukuran itu


sendiri, sehingga:

x Px ,
2

Dengan momentum linier Px diketahui dengan batas ketelitian Px , dan

kedudukan x dengan ketelitian x .


b. Hal tersebut diatas juga berlaku apabila kita mengukur energi E dan waktu t
yang menyatakan selang waktu perubahan sistem.
Ketelitian pengukuran yang dilakukan secara simultan secara hakik dibatasi oleh
hubungan :


E t >
2

Dengan E sebaran harga energi, dan t waktu perubahan sistem.

Kalau kita bekerja dalam 3 dimensi, tentunya bagian pertama dari prinsip Heinsenbeer
harus diperluas dengan :


Py y
2
Bagaimanakah prinsip Heinsenberg dakam kehidupan sehari hari, atau reakitas fisik
yang kita amati sehari-hari.
Ambil contoh pemuda (60 kg) mengendarai motor (100kg) dengan kecepatan
36 km/s.

Px = 160 kgm/ s 1600kgm/ s


Andaikan ketelitian mengukur Px 1%, maka Px 16kgm/ s

Ketelitian batas pada penentuan kedudukan adalah:

2
x  6.63 10 34 m 3,3 10 36m
Px 4 16
36
Batas ketelitian 3,3 10 m tidak bermakna dalam realitas fisik sehari-hari.

Andaikan kita berhadapan dengan elektron berenergi 100eV. Andaikan bahwa batas
ketelitian pengukuran momentum liniernya mencapai 2%. Berapakah kesalahan
inherent dalam x ?

P2
Ek

P2
Ek
2mo

1/ 2 31 19 1/ 2
Px 2moEk 2 9,1 10 100 1,6 10
24
5,39 10 kgm/ s

Px 2%Px
25
1,1 10 kgm/ s

Maka secara inherent, batas ketelitian dalam menentukan kedudukan adalah :

10
x Px/2 4 6 ,563,39 10 34
24 9,8 10 12
m

Atau
o o

x 0,098 A 0,1A
Suatu harga yang cukup bermakna dalam realitas fisik tingkat atom dan sub atom ;
serta tak dapat diabaikan.

Keterangan tentang gedanken experiment atau percobaan dalam pikiran oleh


heinsenberg untuk menerangkan prinsip ini merupakan sesuatu yang standard dan
dapat dapat ditemukan dalam buku teks, termasuk buku Concept of Modern Physics
karangan Arthur Beiser

Prinsip Korespondensi Jembatan Fisika Lama dan Baru


Dasar-dasar fisika baru yang berwujud teori kuantum lama cukup
menggoncangkan para ilmuwan fisika di tahun 1900-1925. fisika lama meskipun
rupanya tidak dapat di terapkan pada tingkat atom dan sub atom, sangat baik untuk
menguraikan sifat dan perilaku sistem fisika pada tingkat curah (non atom dan non sub
atom). Fisika klasik atau fisika lama itu sangat kokoh dalam menerangkan daerah
liputan tersebut di atas.
Disamping itu sukar ditolak kenyataan bahwa fisika baru dapat menerangkan gejala
sistem fisika tingkat atom dan sub atom, yang tak dapat diterangkan dengan fisika
klasik. Memang semacam daerah keberlakuan dapat membatasi masing-masing, tetapi
ada pula azas-azas da hukum dasar yang berlaku untuk kedua-duanya. Seperti
umpamanya kekekalan energi, kekekalan momentum linear, dan sebagainya.
Pertanyaan kemudian adalah: “apakah ada semacam jembatan yang menghubungkan
fisika baru dengan fisika lama”.
Hal sangat menonjol yang membedakan fisika baru dan fisika lama adalah kuantisasi.
Dalam fisika baru, zarah-zarah yang terikat oleh suatu potensial (artinya yang
energinya lebih rendah daripada potensial yang mengikatnya) memiliki energi
terkuantisasi, atau spektrum energinya diskrit. Dan batas kuantisasi untuk bilangan
kuantum yang sangat tinggilah rupanya merupakan jembatan yang dimaksudkan
diatas.
Dalam tahun 1923, Bohr membuat suatu postulat yang menjembatani kedua fisika
tersebut. Postulat itu dinamakan prinsip korespondensi. Korespondensi diambil dari
kata Correspondence dalam bahasa Inggris. Kata pokoknya adalah to correspond yang
berarti

“sesuai tujuan”. Prinsip korespondensi mengatakan bahwa

a) Ramalan teori kuantum tentang perilaku dan sifat suatu sistem


fisika sesuai dengan ramalan fisika klasiknya, pada harga bilangan
kuantum yangsangat tinggi. Bilangan kuantum yang dimaksud adalah
bilanganbilangan yang secara sepenuhnya menggambarkan keadaan
sistem fisika tersebut.
b) Suatu kaedah seleksi berlaku untuk seluruh spektrum bilangan-
bilangan kuantum. Jadi setiap kaedah seleksi yang berlaku pada batas
klasik (n tinggi) juga berlaku pada batas kuantum (n rendah).
Sebagai contoh untuk ilustrasi kita gunakan hasil teori Bohr tentang atom Hidrogen.
Ciri utamanya adalah spektrum garis yang dipancarkan oleh atom Hidrogen. Energi
sistem atom Hidrogen ditandai oleh bilangan kuantum n sebagai berikut
13,6
En n2 elektron volt

Kaedah seleksi yang menguaraikan pancaran energi elektromagnetik oleh atom adalah

1 1
Dif 3.28x1015 2 n 2f

Hertz

ni
Atau

1 1
Dif 3.28x1015 2 n i2

Hertz

nf
Dalam ungkapan di atas Dif adalah frekuensi gelombang radiasi elektromagnet yang
terpancar apabila ataom melakukan transisi dari keadaan kuantum yang ditandai oleh
bilangan ni kekeadaan lain yang ditandai oleh nf. Andaikanlah bahwa nf = n dan ni =
(n n) , maka:

1 1 1 1 2( n)
2 ni2 n2 (n n)2
n3 n
f

Apabila ( n) n
n)
Apabila n adalah suatu bilangan yang besar sekali, maka 2(n 3 adalah sangat

kecil, dan dengan demikian J pun sangat kecil. Dari daerah dengan n yang besar, maka

transisi dengan ( n) n akam menjadi transisi-transisi kontinu, terutama dalam limit

n→ .

Jadi untuk n→ transisi-transisi disekitar daerah n yang besar itu menjadi


transisitransisi yang bersifat kontinu.
Contoh kedua adalah teori tentang pancaran energi termal oleh benda sempurna hitam.
Menurut hipotesa Planck osilator-osilator pada permukaan benda sempurna hitam
memiliki energi sebesar

E nh
sehingga energi rata-rata osilator adalah

E nh
n
dengan harga rata-rata bilangan kuantum yang dimiliki osilator-osilator itu.
Rayleigh dan Jeans telah menunjukkan bahwa untuk aliran panjang gelombang yang
sangat besar, kesesuaian diperoleh antara pengamatan tentang spektrum radiasi benda
sempurna hitam dan teori apabila harga energi rata-ratanya diambil sebagai

E kT

panjang gelombang , sesuai dengan 0, jadi bilangan kuantum yang sangat

besar. Untuk n yang sangat besar berlaku :

kT nh
atau
kT

jadi apabila n , maka berlakulah teori klasik bahwa energi osilator sesuai dengan
ketentuan tentang ekipartisi energi

E kT

disini terlihat lagi bahwa apabila n , kaedah atau hipotesa fisika kuantum akan
mendekati konsep-konsep klasiknya.

Anda mungkin juga menyukai