Tugas Uts Uas Keperawatan Anak
Tugas Uts Uas Keperawatan Anak
KEPERAWATAN ANAK
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Ns.Rifa Yanti.S.Kep.M.Biomed.
DISUSUN OLEH :
Nadia aufa (180101147)
Puji syukur kamiucapkan kepada Allah SWT karana atas rahmat dan hidayah-nya kami
dapat dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan penyakit
leokemia pada anak”sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Dalam penusunan
makalah ini,kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun
materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
pemyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul
makalah.
Nadia aufa
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang. Penyakit ini dijumpai pada anak dan dewasa, yang dapat terjadi jika terdapat
perubahan dalam proses pengaturan sel normal sehingga mengakibatkan proliferasi sel-sel
punca hematopoietik dalam sumsum tulang. Ada 4 subtipe leukemia yang ditemukan yaitu
leukemia limfositik akut, leukemia mieloid akut, leukemia limfositik kronik, dan leukemia
mieloid kronik. Suatu leukemia dikatakan akut atau kronik adalah tergantung pada
sebagian besar sel-sel abnormal yang dijumpai. Jika sel-sel lebih menyerupai sel punca
(imatur) maka dikatakan akut, sedangkan jika sel- sel lebih menyerupai sel normal (matur)
maka dikatakan kronik. Pada leukemia akut, sel-sel imatur terus memperbanyak diri dan
tidak dapat menjadi matur sebagaimana mestinya. Tanpa terapi, sebagian besar pasien
leukemia akut hanya hidup beberapa bulan. Berbeda halnya dengan sel-sel pada leukemia
kronik, pertumbuhannya lambat dan pasien dapat hidup lebih lama sebelum timbul gejala,
(Maulana Hidayatul, 2014).
LMA (Leukemia Myeloid Acute) adalah sejenis kanker ketika sumsum tulang belakang
selaku pabrik pembuat sel darah menghasilkan sel-sel darah yang tidak normal, baik sel
darah putih, sel darah merah, maupun platelet. Leukemia jenis ini dapat memburuk dengan
sangat cepat jika tidak dilakukan terapi, dan dapat mematikan hanya dalam hitungan bulan.
Sedangkan “myeloid” mengacu pada jenis sel yang mengalami kelainan (Pfizer, 2017).
Penyebab kanker leukemia tidak diketahui, tapi dimungkinkan karena interaksi terhadap
sejumlah faktor, yaitu neoplasma, infeksi, radiasi, keturunan, zat kimia, dan mutasi gen.
Klasifikasi besar dari leukemia adalah leukemia akut dan kronis. Leukemia akut, dimana
terdapat lebih 50% mieloblas atau limfoblas dalam sumsum tulang pada gambaran klinis,
lebih lanjutnya dibagi dalam leukemia mieloid (mieloblastik) akut (AML) dan leukemia
limfoblastik akut (ALL). Leukemia kronis mencakup dua tipe utama yaitu leukemia
granulositik (mieloid) kronis (CGL/CML) dan leukemia limfositik kronis (CLL). Tipe
Leukemia kronis lain termasuk leukemia sel berambut, leukemia prolimfositik, dan
berbagai sindroma mielodisplastik, yang sebagian dianggap sebagai bentuk leukemia
kronis dan lainnya sebagai “pre-leukemia” (Hoffbrand and Petit, 1996). Leukemia
limfositik disebabkan oleh produksi sel limfoid yang bersifat kanker, biasanya dimulai di
1
nodus limfe atau jaringan limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh lainnya. Leukemia
mielogenosa dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker di
sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga leukosit diproduksi di
banyak organ ekstramedular, terutama di nodus limfe, limpa, dan hati (Guyton and Hall,
2007).
Menurut World Health Organization (2016), prevelensi angka kejadian leukemia untuk
semua umur di dunia ditemukan sebanyak 3,7 per 100.000 penduduk pertahun, pada tahun
berikutnya angka kejadian leukemia meningkat menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun.
Berdasarkan jumlah kasus dan kematian pada tahun 2014 – 2016, diperkirakan pada tahun
2017 akan ada peningkatan sekitar 20.830 kasus baru leukemia di seluruh dunia.
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia (2017), prevelensi angka kejadian leukemia
di Indonesia, dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Didapatkan pada tahun 2014,
tercatat ada 144 kasus, sedangkan tahun 2015 menjadi 206 kasus baru. Jumlah tersebut
merangkak naik di tahun berikutnya. Tahun 2016, angka kejadian kanker leukemia di
Indonesia menjadi 252 kasus baru.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat (2017), prevelensi di Provinsi
Sumbar didapatkan bahwa, penyakit leukemia di sepanjang tahun 2017 meningkat 70%
sebelum adanya BPJS. Pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah pasien leukemia tidak
tercatat mengalami peningkatan, mungkin masalah ini diakibatkan oleh faktor ekonomi
yang ada pada masyarakat karena tidak mampu membayar biaya pengobatan. Setelah
keluarnya BPJS, masyarakat yang terkena leukemia banyak berdatangan ke Instansi
Rumah Sakit. Pasien umumnya datang dalam stadium lanjut. Sebab penyakit leukemia sulit
terdeteksi beda dengan kanker lain.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian leokemiapada anak?
2. Apa saja anatomi fisiologi leokemia pada anak?
3. Bagaimana etiologi dan prediposisi leokemia pada anak?
4. Bagaimana klasifikasi leokemia pada anak ?
5. Bagaimana manifestasi klinis leokemia pada anak?
6. Bagaimana patofisilogi leokemia pada anak ?
7. Bagaimana perjalan / WOC leokemia pada anak?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang leokemia pada anak?
2
9. Apa saja komplikasi leokemia pada anak?
10. Bagaimana asuhan keperawatan leokemia pada anak?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengerti serta memahami definisi dari leokemia
2. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi leokemia
3. Mahasiswa mengetahui etiologi leokemia
4. Mahasiswa mengetahui apa saja klasifikasi leokemia
5. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis
6. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi leokemia
7. Mahasiswa dapat memahami woc leokemia
8. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang leokemia
9. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi leokemia
10. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan asuhan keperawatan leokemia
secara teoritis
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertambahan
jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak terkendali serta
bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Pada pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi
terlihat sel darah putih muda, besar-besar dan selnya masih berinti (disebut megakariosit)
putih (neoplasma hematology).(Hidayat,2008)
Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai keganasan sel darah putih (neoplasma
hematology). Leukemia ini sering berakibat fatal meskipun leukemia limpositik yang
menahun (chronic lympocytic leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia yang bisa
bisa bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.
Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko anak-
anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan
kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala
kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan
mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak.
Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk
menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan perhatian
khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker
tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak
berbeda dari orang dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau
leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah putih-- secara
berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan
lama dengan pengobatan yang intensif.
Sebagai seorang perawat, sangat penting mengetahui tentang penyakit leukemia
ini. Melihat ruang lingkup pelaksanaan tindakan keperawatan salah satunya adalah
anak-anak, dengan mengetahui lebih jauh tentang apa dan bagaimana leukemia
ini membuat seorang perawat menjadi lebih percaya diri. maka dari itu kami bermaksud
menyusun makalah mengenai leukemia pada anak.
4
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel
leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang
berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombisitopenia (Hidayat, 2006).
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi) patologi
dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal, (Nursalam, 2005).
Leukemia merupakan kelompok kelainan yang ditandai dengan akumulasi leukosit ganas di
sumsum tulang dan darah tepi. Sel abnormal tersebut menyebabkan gejala:
1. Kegagalan sumsum tulang (mis. Anemia, neutropenia, trombositopenia); dan
2. Infiltrasi terhadap organ-organ (mis. Hati, limpa, kelenjer limfe, meningen, otak, kulit
atau testis), (A.V. Hoffbrand dan P.A. H. Moss, 2011).
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentukan darah. (Suardi, 2006). Leukemia, artinya “darah putih”, adalah proliferasi
neoplastik satu sel tertentu (granulosit, monosit, limfosit, atau megakariosit). Defek
deperkirkan berasal dari stem cell hematopoetik. (Arif Mutaqin, 2009). Leukemia adalah
penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik yang ditandai dengan penggantian
elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik. Salah satu
manifestasi klinis dari leukemia adalah perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kelainan
hemostasis. Kelainan hemostasis yang dapat terjadi pada leukimia berupa trombositopenia,
disfungsi trombosit, koagulasi intravaskuler diseminata, defek protein koagulasi,
fibrinolisis primer dan trombosis. Patogenesis dan patofisiologis kelainan hematosis pada
leukemia tersebut terjadi dengan berbagai mekanisme.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi
sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah yang
berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
B. Anatomi dan Fisiologi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh. Selain itu system sirkulasi merupakan sarana
untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang
merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.
Organ-organ system sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah dan darah :
1. Jantung
Adalah organ berongga, terletak di mediastinum diantara kedua paru- paru didalam
rongga dada diatas diafragma. Fungsinya adalah memompa darah kaya oksigen kedalam
5
system arteri (yang membawanya ke sel-sel) dan menampung darah dari system vena
dan meneruskannya ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena, dan
pembuluh limfe adalah membawa darah kedalam sel di seluruh tubuh.
2. Pembuluh Darah
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak nampak, kecuali dibawah mikroskop. Kapiler membentuk
anyaman diseluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi pembuluh darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
3. Darah
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen berbentuk yaitu
sel-sel darah dan trombosit dan suatu substansi interselular cair yaitu plasma darah. Ada
dua jenis utama sel-sel darah yang digambarkan menurut penampilannya dalam keadaan
segar tanpa pulasan yaitu sdarah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit), (Leeson,
1997).
Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat, yaitu :
1. Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
• Tulang vertebrae.
2. Hepar
Yaitu mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh, mengangkut CO2 dari jarinagan untuk dikeluarkan melalui paru-paru,
mengambil zat- zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh
jaringan tubuh atau alat tubuh, mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
Terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan
perantaraan leukosit, anti bodi, atau zat-zat anti racun.
1. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah berdiferensiasi jauh dan
mempunyai fungsi khusus untuk transpor oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram-
bikonkaf dan bila dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel darah merah
bersifat elastis dan mempunyai kemampuan berubah bentuk. Sel darah merah
berdiameter 7,6 mikrometer dan tebalnya 1,9 mikro meter. Jumlah eritrosit pada laki-
laki terdapat 5-5,5 juta per milimeter kubik, pada wanita 4,5-5 juta per millimeter kubik.
Eritrosit berwarna kuning kemerah- merahan karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak
mengandung O2. fungsi dari eritrosit adalah mengikat O2 dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh tubuh dan mengkat CO2 dsri jsringsn tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
9
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan hampir 90%
plasma darah terdiri dari :
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain yang berguna
dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
c. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga
menimbulkan tekanan osmotick untuk memelihara keseimbangan cairan dalam
tubuh.
d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin ).
e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f. Antibody atau anti toksin.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia sumsum tulang
belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T Leukemia
Virus )dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit
dan sejak itu diisolasi dari sample serum penderita leukemia sel T.
2. Faktor Endogen
b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang tidak
diturunkan.
10
D. Klasifikasi
Menurut (Price, 1999), Leukemia dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu :
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia granulositik akut (LGA)
yang dikarakteristikkan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi
pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi
sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai keterlibatan orang lain.
11
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan peningkatan jumlah
leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit biasanya jinak dan indikasi
pengobatan adalah hanya jika timbul gejala, (gambar 3).
(Gambar 4, LMK).
12
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura merupakan
hal yang umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan
saraf pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat beberapa
hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
1. Pucat.
2. Malaise.
3. Keletihan (letargi).
4. Perdarahan gusi.
5. Mudah memar.
9. Iritabilitas.
10.Muntah.
14
G. WOC
MK MK MK
I. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak ada pursed lips).
16
ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
5. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
6. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
7. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
8. Pantau selalu intake dan out put pasien.
9. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar pasien
merasa nyaman.
b. Medis
1. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia yang berat
dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse trombosit.
17
J. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu :
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang
memadai, yaitu berupa :
a. Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit).
b. Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih.
c. Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
2. Infeksi.
Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak
efektif.
3. Hepatomegali (Pembesaran Hati).
Membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal.
5. Limpadenopati.
6. Kematian.
K. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
18
a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif
2. Pencegahan Sekunder
19
ketidakmampuan. Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara
dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LEOKIMIA
I. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda pertama yang
menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang samar seperti perasaan letih, nyeri
pada ekstermitas, berkeringat dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan
perasaan tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia, (Wong‟s pediatric
nursing 2009).
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi :
1. Biodata
• Identitas klien : nama, umur, jen is kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
22
4. Kemampuan berbicara.
5. Fungsi Karnial :
➢ Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung, mengidentifikasi
dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).
➢ Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus, penglihatan perifer.
➢ Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh anak mengikuti cahaya.
➢ Nervus IV (Troklearis) :
Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan kearah dalam.
➢ Nervus V (trigemenus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien merapatkan giginya dengan
kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak dapat
merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh),
dekati dari samping, sentuh bagian mata yang berwarna dengan lembut dengan
sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks kornea.
➢ Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata secara lateral.
➢ Nervus IX (glosofharingeus) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa larutan pada lidah posterior.
➢ Nervus X (vagus) :
Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan menelan, sentuhkan spatel lidah ke
23
posterior faring untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf cranial IX dan
X mempengaruhi respon ini), jangan menstimulasi refleks muntah jika terdapat
kecurigaan epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi tengah.
➢ Nervus XI (aksesorius) :
Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan, minta anak untuk
mengangkat bahu ketika bahunya ditekan kebawah.
Minta Klien untuk mengeluarkan lidahnya. periksa lidah terhadap deviasi garis
tengah, (amati lidah bayi terhadap deviasi lateral ketika anak menangis dan
tertawa).dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan “r”. letakkan spatel lidah
di sisi lidah anak dan minta anak untuk menjauhkannya, kaji kekuatannya.
6. Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7. Funsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8. Funsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
25
III. Intervensi
27
3. Diagnosa : Tujuan : 1. Pertahankan teknik aseptif.
Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi 2. Batasi pengunjung bila
berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan Defisit perlu.
Pertahanan Sekunder Perawatn Diri pasien teratasi. 3. Cuci tangan setiap
Inadekuat (penurunan Hb). Sebelum dan sesudah
Kriteria Hasil : tindakan keperawatan.
Faktor-faktor resiko : 1. Klien bebas dari tanda dan 4. Gunakan baju, sarung
1. Prosedur Infasif. gejala infeksi. tangan sebagai alat
2. Kerusakan jaringan dan 2. Menunjukkan pelindung.
peningkatan paparan kemampuan untuk 5. Ganti letak IV perifer dan
lingkungan. mencegah timbulnya diressing sesuai dengan
3. Malnutrisi. infeksi. petunjuk umum.
4. Peningkatan paparan 3. Jumlah leukosit dalam 6. Gunakan kateter
lingkungan patogen. batas normal. intermiten untuk
5. Imonusupresi. 4. Menunjukkan perilaku menurunkan infeksi
hidup sehat.
6. Tidak adekuat kandung kencing.
5. Status imun,
pertahankan sekunder 7. Tingkatkan intake nutrisi.
gastrointestinal, genitouria
(penurunan Hb, dalam batas normal. 8. Berikan terapi antibiotik.
Leukopenia, penekanan 9. Monitor tanda dan gejala
respon inflamasi). infeksi sistemik dan lokal.
7. Penyakit kronik. 10. Pertahankan teknik isolasi
8. Imunosupresi. k/p.
Malnutrisi. 11. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
12. Monitor adanya luka.
13. Dorong masukan cairan.
14. Dorong istirahat.
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi.
16. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
28
4. Diagnosa : Tujuan : 1. Timbang popok/pembalut
Resiko Kurang Volume Setelah dilakukan intervensi jika diperlukan.
Cairan berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan 2. Pertahankan catatan
Kehilangan Berlebihan Volume cairan terpenuhi. intake dan output yang
(muntah, perdarahan, diare), akurat.
penurunan pemasukan cairan Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi
(mual, anoreksia). 1. Mempertahankan urine (kelembaban membran
output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat,
Faktor Risiko : dan BB, BJ urine normal, tekanan darah ortostatik),
1. Kehilangan volume cairan HT normal. jika diperlukan.
aktif. 2. Tekanan darah, nadi, 4. Monitor vital sign.
2. Kurang pengetahuan. 5. Monitor masukan
suhu tubuh dalam batas
3. Penyimpangan yang
mempengaruhi absorbs normal. makanan / cairan dan
cairan. 3. Tidak ada tanda-tanda hitung intake kalori
4. Penyimpangan yang dehidrasi, Elastisitas harian.
mempengaruhi akses turgor kulit baik, 6. Kolaborasikan pemberian
cairan. membran mukosa cairan IV.
5. Penyimpangan yang lembab, tidak ada rasa 7. Monitor status nutrisi.
mempengaruhi asupan 8. Berikan cairan IV pada
haus yang berlebihan.
cairan. suhu ruangan.
6. Kehilangan bertebihan
9. Dorong masukan oral.
melalui rute normal (mis,
diare). 10. Berikan penggantian
7. Usia lanjut. nesogatrik sesuai output.
Berat badan ekstrem. 11. Dorong keluarga untuk
membantu
pasien makan.
12. Tawarkan snack (jus buah,
buah segar).
13. Kolaborasi dengan dokter.
14. Atur kemungkinan
tranfusi.
15. Persiapan untuk tranfusi.
29
5. Diagnosa : Tujuan : 1. Observasi adanya
Intolenransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi pembatasan klien
berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan pasien dalam melakukan
Kelemahan. mampu beraktivitas dengan aktivitas.
normal. 2. Kaji adanya
DS : faktor yang
1. Melaporkan secara verbal Kriteria Hasil : menyebabkan kelelahan.
adanya kelelahan atau 1. Berpartisipasi dalam 3. Monitor nutrisi dan
kelemahan. aktivitas fisik tanpa sumber energi yang
2. Adanya Dyspnue atau disertai peningkatan adekuat.
ketidaknyamanan saat tekanan darah, nadi, dan 4. Monitor pasien akan
beraktivitas. RR. adanya kelelahan fisik dan
2. Mampu melakukan emosi secara berlebihan.
DO : aktivitas sehari-hari 5. Monitor respon
1. Respon abnormal dari (ADLS) secara mandiri. kardiovaskuler terhadap
tekanan darah atau nadi 3. Keseimbangan aktivitas aktivitas (tacikardi,
terhadap aktifitas. dan istirahat disritmia, sesak nafas,
Perubahan ECG : aritmia, diaporesis, pucat,
iskemia. perubahan hemodinamik).
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/ istirahat
pasien.
7. Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi medik
dalam merencanakan
program terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan.
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial.
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan.
11. Bantu untuk mendapatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda krek.
12. Bantu untuk
30
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai.
13. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
14. Bantu pasien/ keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
15. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas.
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.
17. Monitor respon fisik,
emosi, sosial, dan spiritual
31
6. Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan
Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan pasien dan keluarga.
berhubungan dengan Kurang intervensi 3x 24 jam, 2. Jelaskan patofisiologi dari
Informasi. diharapkan mengetahui penyakit dan bagaimana
tentang proses penyakit. hal ini berhubungan
Data Subjektif : dengan anatomi dan
Menyatakan secara verbal Kriteria Hasil : fisiologi, dengan cara
adanya masalah. 1. Pasien dan keluarga yang yepat.
menyatakan pemahaman 3. Gambarkan tanda dan
Data Objektif : tentang penyakit, kondisi, gejala yang biasa muncul
Ketidak akuratan mengikuti prognosis, dan program pada penyakit, dengan
instruksi, perilaku tidak sesuai. pengobatan. cara yang tepat.
2. Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses
mampu melaksanakan penyakit, dengan cara
prosedur yang dijelaskan yang tepat.
secara benar. 5. Identifikasi kemungkinan
3. Pasien dan keluarga penyebab, dengan cara
mampu menjelaskan yang tepat.
kembali apa yang 6. Sediakan informasi pada
dijelaskan perawat/ tim pasien tentang kondisi,
kesehatan lainnya. dengan cara yang tepat.
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat.
8. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat.
32
IV. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif daro rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing
oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan, dan dokumentasi
(Nursalam, 2009).
Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya mencapai
kebutuhan dasar seperti :
1) Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk mengidentifikasi
masalah baru atau memantau status dan masalah yang ada pada klien.
2) Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan baru
mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau penatalaksanaan
penyimpangan.
3) Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan kesehatannya.
4) Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar memperoleh
arahan yang tepat dan benar.
5) Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan pada klien.
6) Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
V. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, (Rohmah & Walid, 2012).
Evaluasi berisi Subjektif(S), Objektif(O), Analisis(A), dan Planning (P).
33
BAB IV
KESIMPUAN
A. Kesimpulan
Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak
terkendali serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Pada pemeriksaan
mikroskopis apus darah tepi terlihat sel darah putih muda, besar-besar dan selnya masih
berinti (disebut megakariosit) putih (neoplasma hematology).(Hidayat,2008)
Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko
anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian
dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan
gejala kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui
dan mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-
anak. Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu
untuk menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan
perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia,
kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada
anak-anak berbeda dari orang dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan.
Kanker darah atau leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah
putih-- secara berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh
sangat cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.
B. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Gibson J. (Penerjemah: Sugiarto B). 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk
Perawat.Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
Hillman R. S., K.A. Ault, Rinder H. M. 2005. Hematology in Clinical Pratice- A Guide to
Diagnosis and Management. 4th Ed. New York: McGraw-Hill.
Hudak, C.M. dan B.M. Gallo 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi ke-
6.Jakarta: EGC.
Nurarif .A. H. Dan Kusuma. H.. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jokjakarta: MediAction.
Nurilawati. 2012. Leukimia. Jurnal. Surabaya: Universitas USU. Nursalam. 2009. Manajemen
Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Konsep, proses dan praktik. Edisi ke-
4.Jakarta: EGC
Pratanu, Sunoto. 2000. Buku Pedoman Kursus Elektrokardiologi. Surabaya: Karya Pembina
Swajaya.
Smeltzer, Suzanne C. Dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth.. Edisi ke-8. Jakarta: EGC.
35