Anda di halaman 1dari 18

Solusio Plasenta Pada Perempuan 38 Tahun

Rangga Eka Rama Supriatna


(102016155)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi menjadi trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai
minggu ke-12, trimester kedua dari minggu ke-13 sampai ke-27, dan trimester ketiga dari
minggu ke-28 sampai ke-40 Kehamilan normal dapat terjadi masalah yang berkembang menjadi
kehamilan patologis contohnya seperti perdaeahan antepartum. Penyebab perdarahan antepartum
bervariasi dan dapat dibagi menjadi faktor plasenta dan penyebab lokal. Faktor plasenta
menyumbang 50-70% kasus perdarahan antepartum terutama plasenta previa, solusio plasenta,
vasa previa, ruptur sinus marginal, dan plasenta sirkumvalata. Adapun penyebab lokal terutama
disebabkan oleh polip, ektopik, kanker serviks, varises vagina/vulva, vaginitis dan perdarahan
yang tidak dapat ditentukan penyebabnya. Komplikasi yang menyertai perdarahan antepartum
antara lain adalah syok, peningkatan resiko persalinan preterm, hipoksia janin, dan kematian
janin tiba-tiba.
Kata Kunci : Kehamilan, Perdarahan antepartum, plasenta previa, solusio plasenta.

Abstrack
The gestation period starts from conception until the birth of the fetus, the length of
normal pregnancy is 280 days (40 weeks or 9 months 7 days) counting from the first day of the
last menstruation. Pregnancy is divided into trimesters, namely the first trimester starting from
conception until the 12th week, the second trimester from the 13th to 27th week, and the third
trimester from the 28th to the 40th week. Normal pregnancy can occur problems that develop
into pathological pregnancies. examples such as antepartum hemorrhage. The causes of
antepartum bleeding are varied and can be divided into placental factors and local causes.
Placental factors account for 50-70% of cases of antepartum hemorrhage, especially placenta
previa, placental abruption, vasa previa, marginal sinus rupture, and circumvalate placenta.
The local causes are mainly caused by polyps, ectopic, cervical cancer, vaginal / vulvar varicose
veins, vaginitis and undetermined bleeding. Complications that accompany antepartum
hemorrhage include shock, increased risk of preterm delivery, fetal hypoxia, and sudden fetal
death.
Keywords: Pregnancy, antepartum hemorrhage, placenta previa, placental abruption.

ANAMNESIS
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk – petunjuk verbal dan non – verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Anamnesis dapat dilakukan pada pasien itu sendiri yang disebut dengan auto anamnesa apabila
pasien dalam kondisi sadar dan baik. Namun dapat juga dilakukan pada keluarga terdekat
ataupun orang yang bersama dengan pasien tersebut apabila pasien dalam kondisi tidak sadar
atau kesulitan berbicara yang disebut dengan allo – anamnesa. Dengan dilakukannya anamnesis.
Maka 70% diagnosis dapa ditegakkan.
Umumnya, hal – hal yang perlu ditanyakan dokter pada saat anamnesis seperti identitas,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, serta riwayat
sosial dan lingkungan. Namun, pada pasien yang sedang mengandung perlu juga ditanyakan
beberapa pertanyaan khusus. Pada skenario anamnesis yang didapatkan adalah:
RPS

a. Nyeri baru saja dirasakan, terus menerus, tidak seperti ingin BAB
b. Warna darah merah kecoklatan, jumlah tidak banyak
c. Tidak ada riwayat trauma

Riwayat Haid

a. HPHT: 7 September 2020, siklus haid teratur, 28 hari


b. Tanggal pemeriksaan: 31 Mei 2021
c. Usia kehamilan: 38 minggu

Riwayat kehamilan

a. G4P2A1 Abortus saat usia kehamilan 4 minggu, tidak ada komplikasi

RPD
a. Riwayat penyakit kronis: tidak ada kencing manis atau gula, ada hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu dan tidak minum obat teratur
b. Riwayat penyakit kronis pada keluarga (-)
c. Tidak ada riwayat kejang
d. Tidak ada pembengkakan (kaki/wajah), hanya kadang kaki pegal saat jalan jauh
e. Riwayat KB: (-)
f. Riwayat ANC: kontrol ke bidan 2x, terakhir 1 bulan yang lalu

Pada pasien yang mengalami abruptio plasenta atau solusio plasenta, dokter perlu
menanyakan mengenai riwayat prenatalnya, terutama apakah pernah mengalami abruptio
plasenta pada kehamilan sebelumnya atau tidak. Kemudian dokter juga perlu mengetahui apakah
pasien tersebut merokok, atau mungkin menggunakan obat – obatan karena hal – hal tersebut
merupakan suatu faktor risiko. Selain itu, perlu juga menanyakan tentang riwayat traumanya,
terutama pada bagian abdomen. Riwayat trauma pada bagian abdomen juga dapat dicurigai pada
pasien multipara, terkhususnya pada rentang waktu yang dekat.1
Pada hasil anamnesa dari skenario ini didapatkan, pasien seorang perempuan, berusia 38
tahun, hamil keempat. Datang dengan keluhan nyeri perut dan keluar darah dari jalan lahir sejak
6 jam yang lalu. Darah tersebut berwarna kecoklatan, jumlah tidak banyak. Nyeri perut dirasakan
terus menerus. Pasien merasa lemas. Riwayat trauma disangkal. Pada riwayat penyakit dahulu
didapatkan pasien mengalami hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, dan tidak minum obat dengan
teratur. Hari pertama haid terakhir pasien pada tanggal 7 September 2016, dengan tanggal
pemeriksaan 31 Mei 2017. Mens teratur, dengan siklus 28 hari. Pasien pernah mengalami abortus
satu kali, yang dimana berarti riwayat obstrtrinya adalah G4P2A1. Tidak didapatkan adanya
riwayat KB. Riwayat ante natal care, kontrol ke bidan dua kalli, terakhir satu bulan yang lalu.1

PEMERISKAAN FISIK
Inspeksi
Tujuannya melihat bagian tubuh dan menentukan apakah seseorang mengalami kondisi
tubuh normal atau abnormal. Itu sebabnya pemeriksa perlu mengetahui karakteristik normal dan
abnormal tiap usia. Kondisi tubuh abnormal pada orang dewasa muda adalah kulit keriput dan
tidak elastis karena kondisi ini umumnya dimiliki orang lanjut usia.
Inspeksi bisa dilakukan secara langsung (seperti penglihatan, pendengaran, dan
penciuman) dan tidak langsung (dengan alat bantu). Saat palpasi dilakukan, tubuh akan diperiksa
secara mendetail dan masing-masing sisi tubuh dibandingkan guna mendeteksi potensi kelainan.
Ikuti instruksi dokter untuk memudahkan proses inspeksi.
Pada inspeksi pasien mengalami solusio placenta dapat dilihatnya:

a. pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan


b. pucat, sianosis, dan berkeringat dingin
c. terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).2

Palpasi
Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan bersamaan dengan
inspeksi. Palpasi dilakukan hanya mengandalkan telapak tangan, jari, dan ujung jari. Tujuannya
untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran, kecepatan, dan kualitas
nadi perifer pada tubuh.
Palpasi pada pasien mengalami solusio plasenta dapat ditemukan:

a. tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan


b. uterus tegang dan keras seperti papan yag disebut uterus in bois (wooden uterus) baik
waktu his maupun diluar his
c. nyeri tekan ditempat plasenta terlepas bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus)
tegang.2

Auskultasi
Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan
abnormal menggunakan alat bantu stetoskop. Auskultasi pada kasus solusio plasenta sulit
dilakukan karena uterus tegang, bila detak jantung janin terdengar biasanya diatas 140, kemudian
turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta ang terlepas lebih dari 1/3 bagian.2
Pemeriksaan dalam
Internal examination atau periksa dalam adalah tindakan yang biasanya dilakukan dokter atau
bidan untuk memastikan perkembangan proses persalinan, dengan cara memasukkan jari tangan
ke dalam vagina dan leher rahim.

a. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup


b. Jika sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
c. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun
kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta.2

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan USG
Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound
(gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. Suara merupakan fenomena fisika untuk
mentransfer energi dari satu titik ke titik yang lainnya sehingga mendapatkan gambaran yang
jelas hampir semua bagian tubuh, kecuali bagian tubuh yang dipenuhi udara atau ditutupi tulang.3
Pemeriksaan USG betertujuan untuk menemukan adanya terlihat daerah terlepasnya
plasenta, janin dan kandung kemih ibu, darah, serta tepian plasenta.2

DIAGNOSIS BANDING
PLASENTA PREVIA
Menurut Depkes RI (1996), plasenta previa merupakan suatu keadaan dimana terjadinya
abnormalitas pada letak plasenta yaitu pada segmen bawah uterus atau ostium internum. Hal
tersebut menyebabkan tertutupnya sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Plasenta Previa
dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur, paritas dan riwayat endometrium yang
cacat (riwayat SC, riwayat keguguran dan plasenta manual). 4
Umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua menjadi faktor risiko terjadinya plasenta
previa. Umur ibu yang terlalu muda, seperti dibawah 20 tahun menjadi salah satu faktor
dikarenakan endometrium masih belum berkembang secara sempurna sebagai tempat
berkembangnya plasenta. Namun, bila umur ibu diatas 35 tahun juga merupakan faktor risiko
dikarenakan fungsi ovarium sudah mulai menurun yang berdampak pada sel – sel endometrium
dimana endometrium menjadi tipis, dan apabila terjadi implantasi plasenta akan selalu
mengadakan perluasan untuk dapat memberikan nutrisi pada bayi. 4
Riwayat abortus atau keguguran juga merupakan faktor risiko terjadinya plasenta previa
dikarenakan vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan
lampau sehingga menyebabkan aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas
permukaannya sehingga dapat menutupi jalan lahir. 4,5
Terdapat berbagai macam plasenta previa, antara lain4:

a. Plasenta Previa Totalis yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup pada jaringan plasenta.
b. Plasenta Previa Parsialis yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
c. Plasenta Previa Marginalis yaitu apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
d. Plasenta Letak Rendah yaitu plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus, namun belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.

Plasenta Previa memerlukan penanganan dan perhatian karena dampaknya sangat merugikan
janin serta ibu yang mengandung. Dampak yang ditimbulkan pada ibu dapat terjadi perdarahan
yang dapat menyebabkan anemia atau bahkan syok sampai dengan kematian, plasentitis, dan
endometritis pasca persalinan. Sedangkan pada janin, dampak dari plasenta previa menyebabkan
terjadinya persalinan premature serta komplilkasi asfiksia berat. Plasenta previa memerlukan
masa perawatan yang lama, dan dapat terjadi komplikasi seperti berisiko tinggi terjadinya solusio
plasenta, seksio sesarea, kelainan letak janin, perdarahan pasca persalinan, kematian maternal
akibat perdarahan dan disseminated intravascular coagulation (DIC). 4,5
PATOFISIOLOGI
Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian
desidua basalis yang bertumbuh. Seiring dengan perkembangan kehamilan, isthmus uteri akan
melebar menjadi segmen bawah rahim. Apabila plasenta berimplantasi pada segmen bawah
rahim, pergeseran ini akan mengakibatkan laserasi akibat pelepasan tapak plasenta. Demikian
pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation).6
Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta
previa betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan ini juga relatif mudah
dan banyak karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal. Perdarahan umunya akan berhenti karena
terjadi pembekuan, kecuali jika laserasi terjadi pada sinus yang besar, di mana perdarahan akan
berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Karena pembentukan segmen bawah rahim
berlangsung progresif dan bertahap, maka perdarahan akan berulang karena terjadi laserasi baru
tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri
(painless). Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum, perdarahan terjadi lebih
awal karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dulu di bagian terbawah. Sebaliknya, pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan.6

WORKING DIAGNOSIS
Abruptio placentae (AP) atau yang biasa dikenal dengan solusio plasenta adalah sebuah
komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. 2
Solusio plasenta dalam bahasa inggris disebut concealed hemorrhage atau yang diartikan
sebagai perdarahan tersembunyi dalam bahasa Indonesia. Pada solusio plasenta, darah tersimpan
dalam kavum uteri. Hal ini disebabkan oleh lepasnya plasenta. Plasenta dapat terlepas secara
komplit (20% kasus) maupun inkomplit (80% kasus).2
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir. 2
Pada skenario, perempuan usia 38 tahun, hamil keempat, datang ke IGD dengan keluhan
nyeri perut mengalami Solusio Placenta. Terdapatnya keluar darah merah kecoklatan pada jalan
lahir, dan jumlahnya tidak banyak. Pasien perempuan tersebut juga tidak memiliki riwayat
trauma.2
Pada Riwayat penyakit dahulu diketahui juga pasien memiliki hipertensi sejak 5 tahun
yang lalu dan tidak minum obat teratur. Pada penelitian di parkland ditemukan bahwa terdapat
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan.2
Pada solusio plasenta, ibu diatas 35 tahun merupakan faktor risiko dikarenakan fungsi
ovarium sudah mulai menurun yang berdampak pada sel – sel endometrium dimana
endometrium menjadi tipis, dan apabila terjadi implantasi plasenta akan selalu mengadakan
perluasan untuk dapat memberikan nutrisi pada bayi.2

PATOFISIOLOGI
Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula
dari suatu kaadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya
pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung
pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah di
desidua.2,7
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel atau apoktosis yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan thrombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vascular vili dapat berujung
kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel yang
mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis
terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada myometrium. Dengan demikian, pada
tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa menyebabkan
pelapasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta sekelilingnya yang
berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian
belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom
retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua hematoma retroplasenta
mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternan atau plasenta ke
sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih
luas atau banyak sampai kepinggir sehingga darah yang keluar merembes antara selaput ketuban
dan myometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina (revealed hemorrhage).
Perdarahan tidak bisa berhenti Karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi
untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan
tinggal terperangkap didalam uterus (choncealed hemorrhage).2,7

KLASIFIKASI
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta.
Solusio plasenta totalis (plasenta terlepas seluruhnya), solusio plasenta partialis (plasenta terlepas
sebagian), dan ruptura sinus marginalis (plasenta yang terlepas dari pinggirnya saja). Sedangkan
Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahannya, solusio plasenta dengan
perdarahan keluar, solusio plasenta dengan perdaharan tersembunyi yang membentuk hematoma
(retroplacenter), solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantung amnion (sebagian
kecil pinggir plasenta yang terlepas). 2

MANIFESTASI KLINIS
Solusio plasenta dapat dibagi kedalam berat ringannya gambaran klinik sesuai dengan
luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu :

1. Plasenta Tingkat Ringan


Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau kurang dari 1/6 bagian.
Jumlah darah yang keluar umumnya kurang dari 250 ml berwarna kecoklatan.
Komplikasi pada ibu dan janin masih belum ada. Pada keadaan yang sangat
ringan tidak didapati gejala kecuali hematoma yang berukuran beberapa
sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta. Rasa nyeri pada perut
masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit, tanda – tanda vital dan keadaan
umum ibu ataupun janin masih baik. Saat palpasi akan didapatkan sedikit rasa
nyeri lokal pada tempat terbentuknya hematoma, dan perut sedikit tegang namun
bagian – bagian janin masih dapat dikenal. 2

2. Plasenta Tingkat Sedang

Luas plasenta yang terlpeas telah melebihi 25%, namun belum separuhnya.
Jumlah darah yang keluar lebih dari 250ml, namun belum mencapai 1.000 ml dan
berwarna kehitaman. Tanda gan gejala pada tingkat sedang sudah jelas, seeprti
rasa nyeri pada perut terus menerus, denyut jantung janin biasanya telah
menunjukkan gawat janin, perdarahan tampak keluar lebih banyak, takikardia,
hipotensi, kulit dingin dan berkeringat, mulai didapatkan oliguria, nyeri dan
tegang pada perut ketika di palpasi, sulit menentukan bagian – bagian janin ketika
leopold, rasa nyeri datangnya akut kemudian menetap tidak bersifat hilang timbul
pada his yang normal. 2

3. Plasenta Tingkat Berat


Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 50%. Jumlah darah yang keluar
mencapai 1.000 ml atau lebih. Tanda dan gejala pada tingkat berat ini diantaranya
keadaan umum penderita buruk disertai syok, perut sangat nyeri dan tegang serta
keras seperti papan disertai perdahan berwarna hitam, Rahim terlihat membulat
dan kulit diatasnya kencang dan mengkilat, denyut jantung janin tidak terdengar,
hypofibrinogenemia dan oliguria. 2

EPIDEMIOLOGI SOLUSIO PLASENTA


Isidensi terjadinya solusio plasenta bervariasi di seluruh dunia. frekuensi terjadinya
solusio di Amerika Serikat dan di seluruh mendekati 1%. Saat ini, kematian maternal akibat
solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan
antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di
Indonesia.2,7

ETIOLOGI
Penyebab pasti solusio plasenta masih belum diketahui. Namun, terdapat sejumlah faktor
dikaitkan dengan kemunculannya. Faktor – faktor tersebut adalah riwayat kesehatan, riwayat
komplikasi pada kandungan sebelumnya, serta riwayat trauma yang tidak terduga. 2,7,8

a. Riwayat kesehatan, termasuk dengan perilaku pasien tersebut seperti apakah pasien
tersebut merupakan perokok, atau mungkin pengguna kokain selama kehamilan, usia ibu
diatas 35 tahun, hipertensi, dan apakah pasien mengalami solusio plasenta sebelumnya.
 Faktor Usia
Semakin tua usia ibu, maka semakin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
 Faktor kardio – reno – vascular
Glomurulonefritis kronik, hipertensi esensial, sindroma preeklampsia dan
eklampsia. Pada penelitian di Parkland, didapatkan bahwa terdapat hipertensi
pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut memiliki penyakit hipertensi kronik, dengan sisanya hipertensi yang
disebabkan oleh kehamilan
 Faktor Penggunaan Kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah atau


peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya
vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun,
hipotesis ini masih belum terbukti secara definititf.

 Faktor Kebiasaan Merokok

Ibu yang merokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio


plasenta sampai dengan 25% yaitu pada ibu yang merokok > 1 bungkus perhari.
Hal tersebut dappat diterangkan sebagai berikut, pada ibu yang perokok plasenta
akan menjadi tipis, diameter menjadi lebih luas, dan terdapat beberapa
abnormalitas pada mikrosirkulasinya.

 Riwayat Solusio Plasenta sebelumnya

Risiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio palsenta.

 Pengaruh lain

Seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena kava


inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan,
dan lain – lain.

b. Komplikasi pada kehamilan sebelumnya atau pada saat ini yang dapat memicu solusio
plasenta seperti kehamilan gestasi multiple, polihidramnion, preeklamsia, dekompresi
uterus mendadak, dan tali pusat yang pendek.
c. Terjadinya trauma tidak terduga seperti trauma pada perut.
 Dekompresi uterus pada hidramnion dan gemelli
 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak atau
bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
 Trauma langsung, seperti terjatuh, tindak kekerasan, ataupun yang lainnya.

KOMPLIKASI
Koagulopati konsumtif, nekrosis tubulus dan korteks ginjal, dan atonia uteri yang
menyebabkan perdarahan post-partum.7

a. Syok perdarahan
Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah,
kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan,
penderita belum bebas dari perdarahan post partum karena kontraksi uterus yang tidak
kuar untuk menghentikan perdarahan pada kala III. Pada solusio plasenta berat keadaan
syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yagn terlihat. 7
b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta,
pada dasarnyadisebabkan oleh hypovolemia karena perdarahan terjadi. Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan
penanganan yang baik. 7

c. Kelainan Pembekuan Darah


Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hypofibrinogenemia.7

d. Apoplexi Uteroplacenta (uterus Couvelaire)


Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot rahim dan dibawah
perimetrium kadang – kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan Gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau
ungu yang biasanya disebut uterus convelaire.7

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin antara lain, fetal distress, gangguan
pertumbuhan atau perkembangan, hipoksia, anemia, dan kematian.

TATALAKSANA
Pasien yang menderita solusio plasenta wajib dirajat inap dirumah sakit yang berfasilitas
memadai. Ketika pasien datang harus segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk
kadar HB dan golongan darah. 8
Pasien dengan kecurigaan solusio plasenta dirujuk ke spesialis obstetric dan ginekologi.
Pilihan metode kelahiran pada ksus ini bergantung oleh kondisi ibu serta janin. Partus
pervaginam dilakukan pada kondisi, derajat pemisahan plasenta sebagian serta hasil CTG
reassuring, derajat pemisahan plasenta luas namun janin sudah meninggal. 8

1. Solusio plasenta tingkat ringan

Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila terdapat perbaikan seperti
perdarahan berhenti, perut sakit, uterus tidak tegang, janin hidup dapat di lakukan dengan
tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala plasenta makin lama semakin
jelas, pada pemantauan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan
harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan section caesarea, bila janin mati lakukan
amniotomi kemudian infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.

2. Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan
dirumah sakit meliputi transfuse darah, amniotomy, infus oksitosin dan jika perlu SC.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi
sekurang – kurangnya 1.000 ml, maka transfuse darah harus segera diberikan, amniotomy
akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterine.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfuse darah kelainan
pembekuan darah dapat dicegah, persalinan diharapkan dalam 6 jam sejak
berlangsungnya solusio plasenta, tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun sudah
dilakukan amniotomyi dan infus oksitosin, maka salah satu caranya adalah SC.
Apoplexy uteroplacental tidak merupakan indikasi histerektomi. Tetapi jika
perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah SC maka histerektomi perlu dilakukan. 8

Terapi spefisik

a. Atasi syok
 Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15
menit pertama dalam 2 L dalam 2 jam pertama.
 Berikan transfuse dengan darah segar untuk memperbaiki faktor
pembekuan akibat koagulopati. 8
b. Atasi Anemia
 Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena
disampin mengandung butir – butir darah merah, juga mengandung unsur
pembekuan darah.
 Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam
kondisi anemia berat, berikan packed cell. 8
Tindakan Obstetrik

1. Seksio Cesarea

Dilakukan apabila :

a. Janin hidup dan pembukaan belum lengkap


b. Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan
dengan segera
c. Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan
d. Persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam jangka waktu yang singkat.
 Persiapan untuk seksio sesaera, cukp dilakukan penanggulangan awal
(stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena
operasi merupakan satu – satunya cara efektif untuk menghentikan
perdarahan
 Hematoma myometrium tidak mengganggu kontraksi uterus
 Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati)
2. PartusPervaginam
Partus pervaginam dilakukan apabila :
a. Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar
panggul
b. Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2cm
 Amniotomy bila ketuban belum pecah kemudian percepat kala II
dengan ekstraksi forceps atau vakum
 Lakukan aminotomi bila ketuban belum pecah kemudian akeselrasi
dengan 5 unir oksitosin dalam dekstrose 5% atau RL, tetesan diatur
sesuai dengan kondisi kontraksi uterus
 Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik
dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah
(perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari kemudian).8

PROGNOSIS
Prognosis solusio plasenta tergantung keadaan pasien saat tiba di rumah sakit. Jika
perdarahan terus berlanjut, prognosis ibu dan janin sangatlah buruk. pemisahan plasenta pasial
atau sebagian memiliki prognosis lebih bak dibandingkan dengan pemisahan penuh. Namun,
tanpa tindakan seksio caesarea kematian janin dapat terjadi. Belakangan ini, kondisi tersebut
sudah mencapai 5 – 8 % kematian ibu.7

KESIMPULAN
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur diatas 22
minggu. Penyebabnya antara lain placenta previa, solusio placenta, dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya. Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta dari tempat implantasi normalnya di rahim
sebelum kelahiran dan merupakan salah satu penyebab perdarahan ibu hamil pada trimester
ketiga yang terkait dengan kematian ibu dan janin. enyebab solusio plasenta seringkali tidak
ditemukan, tapi kemungkinan trauma atau cedera pada perut karena kecelakaan misalnya,
berperan dalam terjadinya kondisi tersebut. Untuk manifestasi klinisnya terbagi menjadi 3 yaitu;
Plasenta tingkat ringan,sedang, dan berat. . Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penyakit
ini terdiri dari terapi ekspektatif dan terapi aktif. Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya
anemia, pertumbuhan janin lambat, shock, serta infeksi. Prognosis penyakit ini tergantung dari
kecepatan penanganan terhadap penyakit ini.
Daftar Pustaka

1. Concealed Abruptio Placentae" presented as both oral and poster in The 1st ISMOAC
held by PERDATIN, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, Indonesia [Internet]. 2021 [cited 18
May 2021]. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/334624940_Concealed_Abruptio_Placentae_pr
esented_as_both_oral_and_poster_in_The_1st_ISMOAC_held_by_PERDATIN_RSUP_
Dr_Sardjito_Yogyakarta_Indonesia
2. Destyawati D. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. P DENGAN SOLUSIO
PLASENTA DI RSUD CIBINONG [Internet]. Repository.poltekkesbdg.info. 2021 [cited
18 May 2021]. Available from:
http://repository.poltekkesbdg.info/files/original/f31b994102aca462475ed1d6f583f19d.p
df
3. MANFAAT ULTRASONOGRAFI (USG) [Internet]. Integra.co.id. 2021 [cited 19 May
2021]. Available from: https://www.integra.co.id/wp-content/uploads/2016/01/January-
2016.pdf
4. Lestari I, Misbah N. Hubungan Antara Paritas Dan Umur Ibu Dengan Kejadian Plasenta
Previa [Internet]. Ejurnal.latansamashiro.ac.id. 2021 [cited 19 May 2021]. Available
from: https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/index.php/OBS/article/view/127
5. Maesaroh S, Oktarina Y. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KEJADIAN
PLASENTA PREVIA [Internet]. Media.neliti.com. 2021 [cited 19 May 2021]. Available
from: https://media.neliti.com/media/publications/195280-ID-faktor-faktor-yang-
berhubungan-kejadian.pdf
6. Placenta Previa: Practice Essentials, Pathophysiology, Etiology [Internet].
Emedicine.medscape.com. 2021 [cited 19 May 2021]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/262063-overview#a3
7. Schmidt P, Skelly C, Raines D. Placental Abruption [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021
[cited 19 May 2021]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482335/#:~:text=Placental%20abruption%20is
%20the%20early,the%20second%20stage%20of%20labor.
8. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. P DENGAN SOLUSIO PLASENTA DI RSUD
CIBINONG · Repository Poltekkes Bandung [Internet]. Repository.poltekkesbdg.info.
2021 [cited 20 May 2021]. Available from:
http://repository.poltekkesbdg.info/items/show/1630

Anda mungkin juga menyukai