Anda di halaman 1dari 6

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN TOPIK

FENOMENA LSL DAN HIV/AIDS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. EMA ULUL AZMI (019.01.3629)


2. HARDIANA SABARIAH (019,01.3630)
3. HENDRA PEBERYANTO ADENA (019.013631)
4. NI AYU RATNA YULIANA (019.01.3642)
5. SYAIDATUL NISA (019.01.3653)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. ANALISIS JURNAL 1
1. Judul penelitian
Faktor Risiko Kejadian HIV pada Komunitas LSL (Lelaki Seks dengan
Lelaki) Mitra Yayasan Lantera Minangkabau Sumatera Barat

2. Peneliti
Said firdaus, Helfi agustin
3. Metode penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik dengan jenis desain case control
yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko
dipelajari dengan pendekatan retrospective. Desain penelitian case control bertujuan
untuk melihat derajat keterpaparan antara kasus dan kontrol (Notoatmodjo, 2005 :
150).
4. Tujuan penelitian
Tujuan jurnal dengan judul “FAKTOR KEJADIAN HIV PADA KOMUNITAS LSL
(LELAKI SEKS DENGAN LELAKI) MITRA YAYASAN LANTERA
MINANGKABAU SUMATERA BARAT” Untuk mengidentifikasi variabel
dependen yaitu kelompok kasus (LSL yang terinfeksi HIV) dan kelompok kontrol
(LSL yang tidak terinfeksi HIV) Yayasan Lantera Minangkabau Sumatera
P = Population ( populasi)

Populasi pada penelitian ini adalah 621 LSL yang menjadi mitra Yayasan Lantera
Minangkabau Sumatera Barat. Sampel kasus berjumlah 24 LSL yang merupakan
mitra Yayasan Lantera Minangkabau Sumatera Barat dan hingga Desember 2011
teridentifikasi terinfeksi HIV. Sedangkan sampel kontrol diambil dengan jumlah
sama dengan kasus terdiri dari 24 LSL mitra Yayasan Lantera Minangkabau yang
tidak terinfeksi HIV berdasarkan diagnosis dokter di RSUP. DR. M. Djamil Padang.

1. I = Intervention ( intervensi )
Tidak terdapat intervensi
2. C = Comparisson ( perbandingan )

Dalam jurnal utama Faktor Risiko Kejadian HIV pada Komunitas LSL (Lelaki Seks dengan
Lelaki) Mitra Yayasan Lantera Minangkabau Sumatera Barat pada komunitas LSL ini Tingkat
risiko perilaku seksual LSL diukur melalui frekuensi penggunaan kondom, perilaku membersihkan
organ reproduksi, penggunaan pelumas, bahan dasar pelumas, perilaku berganti pasangan, perilaku
membeli seks dari lelaki, perilaku membeli seks dari wanita, perilaku menjual seks dari lelaki dan
menjual seks dari wanita. Pada penelitian ini meskipun frekuensi penggunaan kondom relatif lebih
tinggi pada kontrol, namun baru mencapai 58.6%
artinya lebih dari sepertiga kelompok kontrol lainnya belum menggunakan kondom dalam
berhubungan seks. Sehingga, kelompok kontrol tetap berpeluang untuk tertular HIV karena
secara teoritis risiko penularan HIV lebih tinggi melalui hubungan seks tanpa menggunakan
kondom (KPAN, 2010). Hasil penelitian juga ditemui bahwa kelompok kasus memiliki
perilaku buruk dalam menjaga kebersihan organ reproduksi. Perilaku pemeliharaan organ
reproduksi yang buruk dapat menyebabkan infeksi menular seksual (IMS). IMS akan menjadi
pintu masuk bagi penularan HIV karena adanya cairan tubuh atau darah pada luka akibat IMS
(Kemenkes RI, 2011)

3. O = Outcomes ( hasil )
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Hartono (2009) bahwa terdapat hubungan
antara perilaku seksual dengan kejadian penyakit menular seksual (PMS) pada
komunitas Gay mitra PKBI Yogyakarta dengan p = 0.009 dan OR = 9.067. Di
Amerika kira-kira 91% diantara LSL yang berusia 1319 tahun, didiagnosa terinfeksi
HIV -/AIDS melalui kontak seks lelaki dengan lelaki. Hasil penelitian juga ditemui
bahwa kelompok kasus memiliki perilaku buruk dalam menjaga kebersihan organ
reproduksi. Perilaku pemeliharaan organ reproduksi yang buruk dapat menyebabkan
infeksi menular seksual (IMS). IMS akan menjadi pintu masuk bagi penularan HIV
karena adanya cairan tubuh atau darah pada luka akibat IMS (Kemenkes RI, 2011).
Penelitian Hartono (2009) membuktikan perilaku pemeliharaan organ reproduksi
yang buruk berisiko 2,5 kali lipat terkena IMS. Meskipun penggunaan pelumas
secara proporsi lebih tinggi pada kasus, namun selisih antara kasus dan kontrol hanya
2.4%, artinya tingkat penggunaan kondom antara kedua kelompok tidak jauh
berbeda.
4. T = Times ( waktu )
Penelitian dilakukan di Yayasan Lantera Minangkabau Sumatera Barat pada Bulan
Februari-Agustus 2012.

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN JURNAL 1

KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Jurnal memaparkan secara jelas 1. Tidak memiliki intervensi
dan lengkap mulai dari
pendahuluan sampai kesimpulan
2. Penulisan jurnal Ini teratur dan
sesuai dengan kaidah pembuatan
penulisan jurnal
3. Jurnal memiliki waktu penelitian
dilakukan
4. Menyertakan daftar pustaka

B. ANALISIS JURNAL 2
1. Judul penelitian
Respon Remaja Lelaki Suka Lelaki (LSL) dengan Status HIV Positif terhadap
Pencegahan Penularan HIV kepada Pasangan.

2. Peneliti
Fauziyah, Zahroh Shaluhiyah , Priyadi Nugraha P Alumni Magister Promosi
Kesehatan, Universitas Diponegoro
3. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode qualitative dengan desain studi kasus untuk
memahami respon LSL remaja dengan HIV positif terhadap pencegahan
penularan kepada pasangan di Kabupaten Kota Jambi.
4. Tujuan penelitian
Tujuan peneliti yaitu Perlunya memberikan informasi kepada remaja LSL dan
mengubah cara pandang penderita HIV positif yang selama ini dianggap negatif,
menjadi pandangan yang positif meningkatkan pengetahuan, memberikan dukungan
moril agar dapat menerima status sebagai penderita HIV, memberikan motivasi serta
pendampingan bagi mereka yang sudah HIV terutama yang belum mendapatkan
dukungan dari pasangan agar dapat mencegah penularan HIV kepada pasangannya
menghilangkan stigma agarmudah mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Dinkes
Perlu ada program yang melibatkan lintas program yang terkait.

C. ANALISIS JURNAL 2 MENGGUNAKAN METODE PICOT


1. P = Populasi
. kasus HIV positif pada LSL mengalami peningkatan yang berusia antara 19-24 tahun
sebanyak 35,1%. yang berdampak pada pencegahan penularan HIV remaja LSL yang sudah
HIV positif 7 orang. Informan triangulasi kepada ketua Yayasan Kanti Sehati, Ketua
kelompok Komunitas, Penjangkau lapangan di Kota Jambi.
2. . I = Intervensi
Tidak Terdapat Intervensi

3. C = Comparisson
Perbandingan dengan penelitian sebelumnya yaitu hasil penelitian Berdasarkan data Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional tahun 2013, sekitar 77% penularan HIV dan AIDS terjadi
melalui hubungan seks. Hubungan seks baik heteroseksual maupun homoseksual adalah
model utama penularan HIV.(Widyastuti, 2009)

Tidak dapat dipungkiri perilaku seksual dikelompok resiko tinggi komunitas


homoseksual memberikan kontribusi penularan HIV dan AIDS yang signifikan. Penularan
HIV melalui seks anal dilaporkan memiliki 10 kali lebih tinggi dari seks vaginal. Menurut
yayasan Riset AIDS Amerika Amfar menyimpulkan kelompok homoseksual ternyata
berisiko 19 kali lebih besar tertular penyakit HIV dibandingkan masyarakat umum. (Ridwan,
2010)

Masalah psikologis juga merupakan hal yang tidak mudah bagi ODHA. Umumnya ODHA mengalami
stress dan depresi, perasaan tertekan dan merasa tidak berguna, bahkan ada yang memiliki keinginan
untuk bunuh diri.

4. O = Outcome
Respon Menolak Terhadap HIV/AIDS Pada penelitian ini didapatkan respon
yang beragam dari partisipan saat mengetahui dirinya terdiagnosis HIV/AIDS
Semua informan saat pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS berespon menolak
terhadap keadaannya tersebut. Menolaknya informan didiagnosis HIV/AIDS
dapat berupa menyangkal (tidak percaya, kaget/Shock, takut, dan marah), tawar
menawar (pengandaian), maupun depresi (menarik diri, khawatir akan masa
depan dan perasaan sedih terhadap keadaan yang dialami). seperti yang dialami
oleh informan.
Hal tersebut terjadi karena informan merasa belum siap dan merasa tidak mungkin
menderita penyakit HIV/AIDS serta tidak percaya hal ini bisa terjadi pada dirinya,
walaupun sebelumnya tiga dari informan sudah mengetahui bahwa dirinya memiliki
faktor resiko.
5. T = Time
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN JURNAL 2

KELEBIHAN KEKURANGAN
1. jurnal menyertai daftar pustaka 1. Tidak memiliki intervensi
2. jurnal memiliki waktu penelitian
dilakukan
3. menyertakan daftar pustaka

KESIMPULAN
JURNAL 1

Separuh (50.0%) dari responden melakukan perilaku seksual yang berisiko


terhadap kejadian HIV dan sebagian kecil (10.4%) responden menggunakan narkoba
suntik. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku seksual dengan kejadian HIV
(p = 0.009 dan OR = 5.898) sedangkan antara penggunaan narkoba suntik dengan
kejadian HIV tidak ada hubungan yang signifikan (p = 1.000 dan OR = 1.571).

JURNAL 2
Respon saat pertama mengetahui HIV positif sebagian besar informan
menunjukkan respon yang sama yaitu kagek,terkejut dan shock,tidak percaya dan
menolak terhadap hasil tes HIV bentuk penolakan seperti stres, depresi, setelah
didiagnosa HIV positif. Seiring berjalannya waktu informan menerima dirinya
sebagai penderita HIV positif dalam bentuk pasrah dan tegar. Sebagian besar belum
mengungkapkan status HIV terutama kepada pasangan dan keluarga karena takut
terhadap penolakan dan stigma.

Anda mungkin juga menyukai