Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen resiko merupakan suatu pendekatan terstruktur/metodogi
dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman suatu
rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi
untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain
adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi
efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko
tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul
oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian,
serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada
risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen
keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi
risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.
Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain
pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yangtersedia bagi
manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan
organisasi).

1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang di maksud dengan manajemen resiko ?
2. Apa Hubungan manajemen resiko dengan k3 ?
3. Bagaimana dalam pembentukan team ?
4. Bagaimana cara Identifikasi bahaya?
5. Bagaimana cara Penilaian resiko?
6. Bagaimana Resiko control

1
7. Bagaimana Jenis-jenis Resiko?
8. Bagaimana Derajat Resiko ?

1.3 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Mampu mengetahui, memahami, mengenai manajemen resiko

1.2.2 Tujuankhusus
1. Penulis maupun pembaca dapat mengetahui manajemen resiko
2. Penulis maupun pembaca dapat memahami manajemen resiko

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Manajemen risiko adalah istilah yang digunakan untuk metodelogis dan
sistematis untuk membangun suatu konteks, mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi, memperlakukan, memantauan dan mengkomunikasikan risiko
yang terdapat dalam suatu aktivitas, fungsi atau suatu proses.
Manajemen risiko juga suatu pendekatan terstruktur atau
metodologi dalam mengelola ketidakpastian yangberkaitan dengan ancaman;
suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan
strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil
antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko,
mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-
risiko yang timbul oleh penyebab fisik ataulegal (seperti bencana alam atau
kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi
lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-
instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi
risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.
Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain
pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi
manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan
organisasi).
Pada intinya, penerapan sistem manajemen apapun sama. Dimulai dari
komitmen top level managemen, perencanaan, penerapan, pemeriksaan sampai
pada tindak lanjut.Bedanya tentu pada fokus.Untuk sistem manajemen K3,

3
fokusnya adalah keselamatan dan kesehatan kerja.Berikut adalah 25 tahap yang
yang perlu dilakukan dalam penerapan sistem manajemen K3, lengkap dengan
penjelasan tentang maksud dan tujuan dari persyaratan-persyaratan yang
terkandung dalam OHSAS-18001. 25 Tahap Penerapan OHSAS-18001
Pada dasarnya, manusia sudah terbiasa menggunakan pemikiran
berbasis resiko. Misalnya, ketika seseorang menyebrang jalan di lalu lintas
yang cukup ramai. Tentu, ia sudah memikirkan resiko yang mungkin ia hadapi
ketika menyeberang jalan sehingga Ia akan mengambil sikap hati-hati ketika
menyebrang. Terkadang Kita juga dihadapkan oleh beberapa resiko sekaligus.
Misalkan, resiko telat dan resiko kecelakaan. Terlalu lama berpikir untuk
menyeberang bisa jadi akan menyebabkan Kita telat masuk kantor. Di saat
yang sama, tergesa-gesa dan tidak hati-hati dalam menyeberang bisa
menyebabkan Kita celaka.
Dalam kasus di atas, diperlukan adanya penilaian resiko dan seberapa
dampaknya. Bisa jadi, dalam suatu kondisi tertentu, telat lebih baik daripada
celaka. Inilah pentingnya untuk menilai resiko. Tentunya dalam kesempatan
lain, diperlukan upaya perbaikan agar bisa mencapai tujuan yang paling baik:
sampai di seberang tanpa celaka dan masuk kantor tepat waktu. Misalnya
dengan berupaya datang ke kantor tepat waktu.
Konsep semacam ini, sebetulnya sudah sering Kita temukan dalam ISO
9001:2008 dalam prinsip PDCA (Plan – Do -Check – Action). Hanya saja
memang, ISO 9001:2008 tidak secara spesifik mengatur tentang manajemen
resiko.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi
Manajemen risiko adalah istilah yang digunakan untuk metodelogis dan
sistematis untuk membangun suatu konteks, mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi, memperlakukan, memantauan dan mengkomunikasikan risiko
yang terdapat dalam suatu aktivitas, fungsi atau suatu proses.
Manajemen resiko juga merupakan suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan
ancamansuatu rangkaian aktivitas manusia termasuk Penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat
diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari
risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-
risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau
kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi
lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-
instrumen keuangan.

3.2 Jenis-jenis resiko


1. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).Istilah
possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol
dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif.
2. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).Uncertainty dapat
bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan
penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan
dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan
dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.

5
3. Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan
penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik
mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar
suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.
4. Risk is the probability of any outcome different from the one expected
(Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang
diharapkan). Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilita dari suatu
kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda
dari yang diharapkan.
5. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).Istilah
possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol
dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif.
6. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).Uncertainty dapat
bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan
penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan
dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan
dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.
7. Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan
penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik
mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar
suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.
8. Risk is the probability of any outcome different from the one expected
(Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang
diharapkan). Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilita dari suatu
kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda
dari yang diharapkan.

3.3 Hubungan manajemen resiko dengan k3 (kesehatan dan keselamatan


kerja)
Manajemen risiko merupakan elemen sentral dari manajemen K3 yang
diibaratkan sebagai mata uang dengan dua sisi.manajemen risiko memberikan

6
warna dan arah terhadap penerapan dan pengembangan system manajemen
K3.jika tidak ada bahaya dan tidak ada risiko,maka upaya K3 tentu tidak
diperlukan dan sebaliknya manjemen K3 diperlukan sebagai
antisipasiterhadapadanya bahaya dan risiko.
Oleh karena itu,sebelum mengembangkan program K3,terlebih dahulu
harus diketahui apa saja risiko dan potensi bahaya yang terdapat dalam kegiatan
organisasi.selanjutnya dikembangkan program pengendalian risiko yang tepat
melaluipendekatan sebagia berikut.
a. Manusia (human approach).
b. Teknis (engineering) seperti sarana,mesin peralatan atau material dan
lingkungan kerja.
c. System dan prosedur,yang berkaitan dengan pengoperasian,cara kerja
aman atau system 

Mengelolah risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui


pendekatanmanajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk management
standard AS/NZS 4360,yang meliputi:
1. Penentuan konteks,
2. Identifikasi risiko
3. Analisa risiko,
4. Evaluasi risiko,
5. Pengendalian risiko,
6. Komunikasi,dan
7. Pemantauan dan tinjaun ulang

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentuhkan


konteks yang diperluhkan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam
aplikasinya salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk
manajemen risiko K3 sendiri,juga diperluhkanpenentuan konteks yang akan
dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan
kerja,kebakaran,hygiene,industry,dan lainnya. Dari kontekstersebut masih
dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen risiko untuk aktivita

7
rumah sakit,industry kimia,kilang minyak,konstruksi,dan bidang
lainnya.Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi organisasi
serta sasaran yang ingin dicapai.Lebih lanjut ditetepkan pula criteria risiko yang
sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen risiko,langkah
berikutnya adalah melakukan identifikan bahaya,analisa dan evaluasi risiko
serta menentuhkan langkah atau strategi pengendalainnya.
Berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian.Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian
penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko
dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian
adalah pasti sehingga risiko tidak ada.Manajemen risiko sangat arat
hubungannya dengan K3. Timbulnya aspek K3 disebabkan katena adanya
risiko yang mengancam keselamatan pekerja, sarana dan lingkungan kerja
sehingga harus dikelola dengan baik.
Sebaliknya, keberadaan risko dalam kegiatan perusahaan mendorong
perlunya upaya keselamtan untuk mengendalikan semua risiko yang ada.
Dengan demikian, risiko adalah bagian tidak terpisahkan dengan manajemen
K3 yang diibaratkan mata uang dengan dua sisi.

3.4 Mengidentifikasi dan menilai resiko bahaya


Bahaya keselamatan biasa dating dari berbagai aktifitas yang dilakukan
organisasi, penggunaan peralatan ataupun elemen-elemen yang dating dari luar
organisasi.Semuanya harus dinilai untuk menentukan tingkat resikonya
terhadap pekerja.Tahap pertama adalah identifikasi bahaya.Untuk organisasi
yang sudah menerapkan ISO-9001 dan/atau 14001, akan lebih mudah bila
identifikasi bahaya dilakukan dengan melihat proses-proses yang dilakukan. Ini
tentunya ada dalam manual mutu.Hanyalangkahawal, untuk selanjutnya akan
ada pengembangan-pengembangan karena biasanya tidak semua proses dalam
organisasi dicantumkan dalam manual mutu. Selanjutnya, masih dalam tahap
identifikasi bahaya, perlu dilakukan penggalian secara lebih mendalam dari
proses-proses, bias dengan aktifitas semacam safety tour, melihat proses dari

8
dekat: alat yang digunakan, bagaimana melakukan, dalam kondisi apa
dilakukan dan sebagainya. Selain itu, perlu juga dilihat catatan-catatan
kecelakaan yang pernah terjadi, catatan-catatan nyaris celaka (near miss) dan
masukan-masukan dari karyawan terkait.Tahap kedua, setelah berbagai bahaya
teridentifikasi, dilakukan penilaian resiko dari setiap bahaya. Cara yang paling
sederhana adalah member skala kuantitatif untuk 2 parameter: tingkat bahaya
(severity): dari ‘tidak mengakibat kanapa-apa’ sampai ‘mengancam hilangnya
nyawa’ dan tingkat kemungkinan (probability): dari ‘tidak mungkin terjadi’
sampai ‘hampir pasti terjadi’. Kedua parameter tersebut lalu dikali kan untuk
membentuk angka resiko.
Metoda-metoda lain yang dapat digunakan dalam menilai resiko suatu
bahaya:
- What-if Analysis
- HAZOP (Hazard and Operability Study)
- FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
- FTA (Fault Tree Analysis)
- ETA (Event Tree Analysis

3.5 Penilaian risiko


Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau
keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak
dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua
perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan
impactatauconsequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian,
besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakanperkalian antara
likelihood dan consequence.Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik,
yaitu: (1) qualitative techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative
techniques menggunakan beberapa tools seperti self-assessment (low, medium,
high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative
techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability
based, non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan
benchmarking.

9
Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar
kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun,
bila digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang
mempengaruhi banyak business units perlu dikelompokkan dalam common
event categories, dan dinilai secara aggregate.

3.6 Resiko Control


Semua risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai tersebut harus
dikendalikan, khususnya jika risiko tersebut dinilai memiliki dampak signifikan
atau tidak dapat diterimaKomponen ini berperanan dalam penyusunan
kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk
response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan
lingkungan pengendalian yang meliputi:
- integritas dan nilai etika
- kompetensi
- kebijakan dan praktik-praktik SDM
- budaya organisasi
- filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen
- struktur organisasi

3.7 Monitoring risiko


Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing)
maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin
pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi,dan aktivitas rutin lainnya.Monitoring
terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada
monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi,
dokumentasi, dan action plan.Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya
kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau
bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor
seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan,
dan arahan bagi pelaporan.

10
3.8 Derajat Risiko
Derajat risiko – degree of risk adalah ukuran risiko lebih besar atau
risiko lebih kecil. Jika suatu risiko diartikan sebagai ketidakpastian, maka risiko
terbesar akan terjadi bila terdapat dua kemungkinan hasil yang masing-masing
mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadiKlasifikasi Risiko
- Risiko Dalam Manajemen RisikoKlasifikasikan Risiko yang dapat diukur
dan risiko yang tidak dapat diukur
- Risiko financial dan risiko non financial
- Risiko statis dan risiko dinamis
- Risiko fundamental dan risiko khusus
- Risiko murni dan risiko spekulatif
ke dalam:
- Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidakberfungsinya
sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem.
Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya
yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan
operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem
informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.
- Risiko hazard (BAHAYA) factor–faktor yang mempengaruhi akibat-akibat
yang ditimbulkan dari suatu peristiwa. Hazard menimbulkan kondisi yang
kondusif terhadp bencana yang menimbulkan kerugian. Dan kerugian
adalah penyimpangan yang tidak diharapkan. Walaupun ada beberapa
overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun sumber
penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial,
risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting
karena mempengaruhi cara penanganannya.
- Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat
dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban
pembayaran deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman. Risiko
strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga
yang dapat mengurangi kemampuan manajer untukmengimplementasikan
strateginya secara signifikan.

11
3.9 Pembentukkan team
Ada banyak pekerjaan dalam pengembangan sistem manajemen
keselamatan yang perlu dilakukan bersama-sama. Misalnya, dalam
mengidentifikasi proses-proses yang dilakukan organisasi, dalam
mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko bahaya, menentukan pengendalian
dan sebagainya. Aktifitas-aktifitas tersebut membutuhkan pengetahuan dan
pertimbangan dari beberapa pihak.Itulah perlunya team. Anggota team paling
tidak merepresentasikan semua fungsi dalam organisasi, perwakilan pihak
manajemen dan juga perwakilan dari karyawan .Baik sekali bila juga
melibatkan serikat pekerja.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Manajemen risiko adalah istilah yang digunakan untuk metode logis
dan sistematis untuk membangun suatu konteks, mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi, memperlakukan, memantauan dan
mengkomunikasikan risiko yang terdapat dalam suatu aktivitas, fungsi atau
suatu proses.

Memiliki beberapa tahapan :


1. Perncanaan 
2. Pelaksanaan
3. Pengendalian

Proses manajemen Risiko ada dimana-mana ,bisa datang kapan saja,


dan sulit dihindari. Jika risiko itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi
tersebut bias mengalami kerugaian yang signifikan. Dalam beberapa situasi,
risiko tersebut bias mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut.Karena itu
risiko penting untuk di kelola. Manajemen  risiko bertujuan untuk mengelola
risiko tersebut sehingga kita dapat memperoleh hasil yang optimal.

Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses beriku tini.


1. Identifikasirisiko. 
2. Evaluasidanpengukuranrisiko.
3. Pengelolaanrisiko.

13
DAFTAR PUSTAKA

www.definisi-pengertian.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
http://konsultaniso.web.id/iso-90012015/iso-90012015-dan-manajemen-resiko/

14

Anda mungkin juga menyukai