Anda di halaman 1dari 24

Tugas Mata Kuliah Profesi Pendidikan

SUPERVISI PENDIDIKAN
(PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN, PERMASALAHAN PADA SUPERVISI
PENDIDIKAN, PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN, TUGAS SUPERVISOR,
TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN, DAN SUPERVISI KLINIS)

Oleh :

Kelompok 4

Annisa Apriani
Rode Arnita
Theresia Merry C

Dosen Pengampu :

Edizal Hatmi, SE, M.Pd

PROGAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan kemudahan.

Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan dan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dalam mata kuliah Profesi Pendidikan. Saya
berterima kasih kepada Bapak Edizal Hatmi, SE, M.Pd sebagai dosen pengampu pada mata
kuliah Profesi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini dan membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini.

Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah ini ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.Terima kasih.

Medan, April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................5
A. Latar Belakang...........................................................................................................................5
B. Rumusan Penulisan....................................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................8
A. Pengembangan Karir Guru.........................................................................................................8
B. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan........................................................13
C. Perlindungan Profesi................................................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Supervisi pendidikan merupakan hal yang tak terpisahkan dalam penyelenggaran


satuan pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak atau PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini) hingga jenjang pendidikan tinggi setingkat Universitas. Supervisi bukan berarti
mencari kelemahan pada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, namun supervisi
pendidikan bersifat mengatur, mengarahkan, mengawasi, membina, serta memberikan
evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta hal-hal yang
berhubungan dengan sistem pendidikan yang terkait dengan kurikulum, sarana dan
prasarana, serta proses belajar mengajar yang berjalan di satuan pendidikan.

Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk


memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang tertuang
dalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah satunya tentang
kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam supervisi. Seorang supervisor
adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar
kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk menjalankan
supervisi diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan
dalam peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan
tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya bukan
masalah kongkrit yang tampak, melainkan memerlukan insight dan kepekaan mata batin.

Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungan


dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek akademis,
bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja dan
pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi
yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada kepala sekolah dalam mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan
dan memfasilitasi kepala sekolah agar dapat melakukan pengelolaan kelembagaan secara
efektif dan efisien.

iii
Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas
satuan pendidikan antara lain kegiatannya untuk melakukan suatu pengamatan secara
intensif terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan kelembagaan pendidikan
dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back, sebagaimana diadaptasi dari
Razik (1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan adaptasi dari L. Drake (1980: 278) yang
menyebutkan bahwa supervisi adalah sebagai suatu peristilahan yang sophisticated,
sebab memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses manajemen, administrasi,
evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreatifitas yang berhubungan
dengan pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.

Mengacu pada pemikiran di atas, maka bantuan berupa pengawasan profesional


oleh pengawas satuan tenaga kependidikan tentunya diarahkan pada upaya untuk
meningkatkan pelaksanaan kegiatan kepala sekolah dalam menetralisir, mengidentifikasi
serta menemukan peluang-peluang yang dapat diciptakan guna meningkatkan mutu
kelembagaan secara menyeluruh.

B. Rumusan Penulisan

Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:
1. Apa prinsip dari supervisi pendidikan ?
2. Apa permasalahan pada supervisi pendidikan ?
3. Apa pendekatan supervisi pendidikan ?
4. Apa tugas dari supervisor ?
5. Apa teknik supervisi pendidikan ?
6. Apa yang dimaksud supervisi klinis ?

C. Tujuan Penulisan

Sedangkan tujuan penulisan dari ini adalah :


1 Untuk mengetahui prinsip dari supervisi pendidikan.
2 Untuk mengetahui permasalahan pada supervisi pendidikan.
3 Untuk mengetahui pendekatan supervisi pendidikan.
4 Untuk mengetahui tugas dari supervisor.
5 Untuk mengetahui teknik supervisi pendidikan
6 Untuk mengetahui yang dimaksud supervisi klinis.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Supervisi Pendidikan

Menurut Sahertian (2008: 20), supervisi memiliki prinsip-prinsip yang harus


dilaksanakan sebagai berikut.

1. Prinsip Ilmiah (scientific). Prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut:


a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam
kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.
b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data.
c. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.

2. Prinsip Demokratis

Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat


guru, bukan berdasarkan atas bawahan, melainkan berdasarkan rasa kesejawatan.

3. Prinsip Kerja sama

Mengembangkan usaha bersama, atau menurut istilah supervisi sharing of


idea, sharing of experience, memberi support mendorong, dan menstimulasi guru
sehingga mereka merasa tumbuh bersama.

4. Prinsip konstruktif dan kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi


kreatifitas jika supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan,
bukan melalui cara-cara yang menakutkan.

Selain empat prinsip supervisi diatas, juga terdapat prinsip supervisi menurut
Gunawan (2002: 196).
1. Prinsip fundamental/dasar

v
Setiap pemikiran, sikap, dan tindakan seorang supervisor harus
berdasar/berlandaskan pada sesuatu yang kukuh, kuat serta dapat dipulangkan
kepadannya.
2. Prinsip praktis
Dalam pelaksanaan sehari-hari seorang supervisor berpedoman pada prinsip
positif dan prinsip negatif.
Prinsip positif seorang supervisor, antara lain sebagai berikut.
a. Supervisi harus konstruktif dan kreatif
b. Supervisi harus harus dilakukan berdasarkan hubungan profesional, bukan
berdasar hubungan pribadi.
c. Supervisi hendaknya progresif, tekun, sabar, tabah, dan tawakal.
d. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi, bakat, dan kesanggupan
untuk mencapai kemajuan.
e. Supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan dan hubungan
baik yang dinamik.

Sementara prinsip negatif seorang supervisor, antara lain sebagai berikut


a. Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya kepada orang-orang yang
disupervisi.
b. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi, keluarga,
pertemanan, dan sebagainya.
c. Supervisi hendaknya tidak menutup kemungkinan terhadap perkembangan dan
hasrat untuk maju bagi bawahannya dengan dalih apapun. Supervisi tidak boleh
terlalu cepat mengharapkan hasil dan mendesak bawahan.

Selain itu, menurut Arikunto (2004) prinsip-prinsip supervisi pendidikan ialah


sebagai berikut:
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan
staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan, dan bukan
mencari-cari kesalahan.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung.
3. Apabila pengawas atau kepala sekolah merencanaan akan memberikan saran atau
umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa.

vi
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya
hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau
terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat berisi hal-hal penting yang
diperlukan untuk membuat laporan.

Menurut Oteng Sutisna (1983), ada beberapa prinsip pokok tentang supervisi,
yaitu:
1. Supervisi hendaknya disesuaikan dengan kondisi setempat karna berguna untuk
memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil sekolah.
2. Pada dasarnya personil pelaksana pendidikan di sekolah memerlukan dan berhak atas
bantuan supervisi.
3. Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sasaran-sasarann
pendidikan.
4. Supervisi yang merupakan bantuan dan pembinaan untuk guru dan staf TU.
5. Supervisi hendaknya merupakan wahana untuk menjelaskan dan berdiskusi tentang
hasil-hasil penelitian pendidikan yang mutakhir.
6. Supervise hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari smua anggota
staf sekolah dengan orangtua siswa dan masyarakat setempat, serta pihak-pihak yang
terkait dengan kehidupan sekolah.
7. Dalam pendidikan yang berlangsung disekolah tampaknya kepala sekolah merupakan
penanggung jawab utama keberlangsungan pendidikan disekolah yang ia pimpin.
Selanjutnya pengawas merupakan pejabat yang berada lebih tinggi untuk melakukan
supervise.
8. Tanggung jawab program seperti berada pada dua pejabat, pertama supervise sekolah
menjadi tanggung jawab kepala sekolah sedangkan pengawas bertanggung jawab atas
supervise semua sekolah yang menjadi wewenang pembinaannya.

Dari prinsip tersebut dapat meningkat kinerja guru dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi dilingkungan
pendidikan ialah bagimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif
menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan
relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat
vii
berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang
obyektif.
Pelakasanaan supervisi pendidikan perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-
prinsip yang telah ditentukan. Dengan cara memahami dan menguasai dengan seksama
tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidikan profesional yang harus
melaksanakan kegiatan pengajaran dan pendidikan. Jika sikap supervisor memaksakan
kehendak, menakut-nakuti, perilaku negatif lainnya, maka akan menutup kreativitas bagi
guru. Jika sikap supervisor hanya seperti itu, maka ia belum mengetahui tugas pokok
fungsi sebagai seorang seorang supervisor.

B. Permasalahan pada Supervisi Pendidikan

Perilaku atau perbuatan kita sehari-ha

C. Pendekatan Supervisi Pendidikan

Pendekatan berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek
atau langkah-langkah menuju objek. Sudjana (2004) membagi pendekatan supervisi
menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung
(indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan
kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa,
media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga
pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu.
(Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2007).

Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan


pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan supervisi sangat bergantung
pada prototipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan oleh Glickman (1981)
dalam Piet A. Sahertian (2008: 44-52) untuk memilah-milah guru dalam
empat prototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar
yaitu berfikir abstrak dan komitmen.

Pendekatan dan teknik yang diterapkan dalam memberikan supervisi kepada


guru-guru berdasarkan prototipe guru tersebut berbeda-beda, antara lain:

viii
a. Apabila guru yang profesional, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
non-direktif. Teknik yang diterapkan berdialog dan mendengarkan secara aktif.
b. Apabila guru yang tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kolaboratif. Teknik yang diterapkan percakapan pribadi, dialog,
dan menjelaskan.
c. Apabila guru yang tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan direktif. Teknik yang diterapkan menjelaskan, berdialog, percakapan
pribadi, dan mendengarkan secara aktif.

Berdasarkan kategori paradigma tersebut, maka dapat diterapkan berbagai


pendekatan dan perilaku supervisor berdasarkan data mengenai guru yang sebenarnya
memerlukan pelayanan supervisi. Berikut ini akan disajikan beberapa pendekatan dan
perilaku supervisor dalam pelaksanaan supervisi pendidikan yaitu:

1. Pendekatan Langsung (Direktif)

Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang


bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan secara langsung kepada guru-guru
yang di supervisi, sehingga perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif
ini berdasarkan pada pemahaman terhadap psikologi behaviorisme yang dalam
prinsipnya menyatakan bahwa segala perbuatan berasal dari refleks yaitu respon
terhadap rangsangan  atau stimulus. Oleh karena itu guru yang mengalami
kekurangan, perlu diberikan rangsangan agar dia dapat bereaksi. Seorang supervisor
dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).

Perilaku supervisor dalam pendekatan direktif adalah sebagai berikut:


menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberikan contoh, menetapkan tolak
ukur, dan menguatkan. Perilaku supervisor dilakukan secara bertahap, mulai dari
percakapan awal sampai dengan percakapan akhir setelah dikemukakan
permasalahan yang diperoleh melalui observasi dan interview dengan guru.
Biasanya pendekatan ini diterapkan pada guru-guru yang tidak bermutu atau acuh
tak acuh.

2. Pendekatan Tidak Langsung (Non-Direktif)

ix
Pendekatan non-direktif adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung. Supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan guru-guru. Supervisor memberikan kesempatan yang sebanyak
mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologi humanistik
yang dalam prinsipnya menyatakan bahwa orang yang akan dibantu itu sangat
dihargai. Oleh karena itu pribadi guru yang dibina begitu dihormati, sehingga
supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan
mencoba mendengarkan serta memahami apa yang di alami guru-guru.

Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut:


mendengarkan, memberikan penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan
permasalahan. Perilaku supervisor dilakukan secara berkesinambungan, mulai dari
permasalahan yang di alami oleh para guru di lapangan dan kemudian dicari
pemecahan masalahnya (problem solving). Biasanya pendekatan ini diterapkan pada
guru-guru yang profesional.

3. Pendekatan Kolaboratif

Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara


pendekatan direktif dengan pendekatan non-direktif menjadi cara pendekatan baru.
Pada pendekatan ini, supervisor dan guru bersama-sama dan bersepakat untuk
menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan
terhadap masalah yang dihadapi oleh guru. Pendekatan kolaboratif didasarkan pada
psikologi kognitif yang dalam prinsipnya menyatakan bahwa belajar adalah hasil
paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan, yang pada gilirannya nanti akan
berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan
dalam supervisi berhubungan pada dua arah yaitu dari arah atas ke bawah (top
down) dan  dari arah bawah ke atas (bottom up).

Perilaku supervisor dalam pendekatan kolaboratif adalah sebagai berikut:


menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan permasalahan, dan
negosiasi. Perilaku supervisor dilakukan secara bertahap, mulai dari pertanyaan awal
sampai dengan mengemukakan permasalahan yang kemudian dinegosiasi bersama-

x
sama dan dicari pemecahan permasalahannya. Biasanya pendekatan ini diterapkan
pada guru-guru yang tukang kritik dan guru yang terlalu sibuk.

Ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh Wahyudi (2012), adalah


pendekatan kolegial, pendekatan individual, pendekatan klinis dan pendekatan artistik
dalam pengajaran.

1. Pendekatan Kolegial

Supervisi kolegial atau yang biasa disebut supervisi rekanan diistilahkan


dalam beberapa nama antara lain, peer supervision, cooperative professional
development dan bahkan sering dikatakan collaborative supervision. Supervisi
kolegial sebagai proses formal moderat dimana dua orang guru atau lebih
bekerjasama untuk kepentingan perkembangan profesional guru. Bentuk supervisi
kolegial menurut Kimbrough adalah :

a. Pertemuan guru-guru dengan agnda yang jelas dan membicarakan topik-topik


yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di sekolah;

b. Lokakarya (workshops) yaitu dengan kegiatan kelompok yang terdiri dari


Kepala Sekolah, Supervisor (Pengawas) dan guru untuk memecahkan masalah
yang dihadapi melalui percakapan dan bekerja secara kelompok;

c. Observasi sesama guru di kelas yaitu dengan melibatkan sesama rekan guru
secara bergantian untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran di Kelas
dengan keberhasilan dan kekurangannya.

2. Pendekatan Individual

Pendekatan ini disebut dengan wawancara individual yaitu kesempatan


yang diciptakan oleh pengawas atau kepala sekolah untuk bekerja secara individual
dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesionalnya. Pendekatan ini,
menekankan pada tanggung jawab pribadi guru terhadap prfesionalismenya. Bentuk
dari pendekatan ini adalah guru membuat rancangan pembelajaran, selanjutnya
disampaikan kepada supervisor, Kepala Sekolah atau pihak lain yang kompeten.

xi
Pada akhir semester, biasanya guru dan supervisor bertemu untuk membicarakan
kendala yang dihadapi selama melaksanakan program pembelajaran. Pendekaran ini
cocok bagi guru yang lebih suka bekerja sendiri.

3. Pendekatan Klinis

Pendekatan klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada


peningkatan pembelajaran dengan tahapan atau siklus yang sistematis dalam
perencanaan, pengamatan serta analisis yang logis dan intensif mengenai
penampilan mengajar yang nyata dalam mengadakan perubahan dengan cara yang
rasional. Ada beberapa tahapan perencanaan supervisi klinis:

a. Tahap pertemuan awal, merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu perlu
diciptakan suasana akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru sehingga
guru merasa percaya diri dan memahami tujuan diadakan pendekatan klinis;

b. Tahap obsevasi kelas, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman


dan prosedur yang disepakati pada tahap awal. Selanjutnya supervisor
melakukan observasi berdasarkan instrumen yang telah dibuat dan disepakati
dengan guru. Setelah observasi, sepervisor mengumpulkan informasi untuk
membantu guru dalam menganalisis pembelajaran;

c. Tahap pertemuan akhir atau balikan, supervisor mengevaluasi hal-hal yang


terjadi selama observasi dan seluruh siklus proses supevisi dengan tujuan
meningkatkan perfomansi guru. Pertemuan akhir ini merupakan diskusi umpan
balik antara suprvisor dan guru. Supervisor memaparkan data objektif sehingga
guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran
berlangsung. Dasar dari balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-
ite observasi yang telah dibuat sehingga guru menyadari tingkat prestasi yang
dicapai.

4. Pendekatan Artistik Dalam Supervisi Pengajaran

Menurut Good V. Carter, artistik adalah kegiatan manusia yang terarah


pada pencapaian suatu tujuan, tetapi dalam pemkaian umum terbatas pada kegiatan
yang melibatkan kemampuan kreatif kecerdikan pertimbangan dan keterampilan.

xii
Pendekatan artistik dalam supervisi pengajaran adalah setiap bentuk layanan bantuan
profesional kepada guru-guru secara individu maupun kelompok dalam rangka
perbaikan pengajaran dan perbaikan program kurikulum melalaui proses yang
memerlukan intuisi, kreatifitas, kecerdikan, keterampilan yang dilakukan oleh
supervisor dalam kegiatan supervisi yang belum disepakati secara tertulis dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan


di sekolah dengan cara berusaha menyingkap pengajaran sekaligus menjangkau latar
belakang guru. Pendekatan ini mempunyai ciri-ciri :

a. Menerima kenyataan bahwa supervisor dengan segala kelebihan dan


kekurangan, kepekaan dan pengalamannya merupakan instrumen pokok.
Dengak kata lain supervisor yang memberikan makna atas segala kegiatan
selama proses pembelajaran;

b. Memerlukan hubungan yang baik anatara supervisor dan guru.

5. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah dalam supervisi pembelajaran ini terkait erat dengan


pengupayaan efektivitas pembelajaran, artinya memberikan responsi atas
kekurangan-kekurangan dalam menilai efektivitas pembelajaran. Kekurang tersebut
dapat berupa :

a. kurang tegasnya dan kurang jelasnya standar-standar yang dipergunakan untuk


menilai efektif tidaknya pembelajaran dewasa ini.

b. Sulit menentukan metode-metode yang paling baik.

c. Sulit menentukan guru mana yang mengajar dan melaksanakan tugas yang
paling baik.

Dalam pandangan ilmiah, pembelajaran dipandang sebagai ilmu (science),


maka perbaikan pembelajaran dapat dilakukan Supervisor dengan menggunakan
metode-metode ilmiah, ada beberapa langkah dalam melaksanakan pendekatan
ilmiah ini, sebagai berikut:

a. Mengimplementasikan hasil penemuan para peneliti.

xiii
Dengan hasil temuan peneliti, akan diketahui mana pembelajaran yang efektif
dan yang tidak efektif, tentunya penemuan itu berdasarkan pada teori-teori
pembelajaran yang teruji. Sehingga Supervisor bisa mencapai sasaran dari
sepervisi.

b. Bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian di bidang pembelajaran


dan hal lainnya yang bersangkut paut dengannya.

Tindakan penelitian  harus dilakukan oleh Supervisor bersama-sama


pembelajaran dan Supervisor akan mendapat gambaran mengenai pembelajaran
yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswanya.

c. Menerapkan metode ilmiah dan mempunyai sikap ilmiah dalam menemukan


efektifitas pembelajaran.

Sikap ilmiah tersebut, antara lain : jernih dalam memandang persoalan tanpa ada
pertensi, menjaga jarak dalam hal yang diamati, obyektif serta menggunakan
kerangka-kerangka yang diakui dalam pendekatan ilmiah.

D. Tugas Supervisor

Istilah moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berarti adat istiadat,

E. Teknik Supervisi Pendidikan

Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan


tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam
mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-
masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

Menuru Suhardan (2010), teknik supervisi yang digunakan dapat dianalisis ke


dalam kegiatan yang berupa pertemuan kelompok dan individual, observasi kunjungan
kelas, rapat supervisi dan kegiatan di PKG gugus mutu. Sedangkan menurut Made
Pidarta, secara umum teknik supervisi pendidikan digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu
teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.

1. Teknik Supervisi Individual

xiv
Yang dimaksud teknik individual (perseorangan) dalam kegiatan supervisi
adalah bantuan yang dilakukan sendiri oleh petugas supervisi, baik yang terjadi di
dalam maupun di luar sekolah. Dalam hal ini, yang disupervisi mungkin juga
perseorangan, tetapi mungkin juga bukan hanya seorang. Maksudnya adalah
memberikan bimbingan perseorangan atau individu.
Jadi teknik individual merupakan pelaksanaan supervisi diberikan kepada
guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perseorangan.
Supervisor dan pengawas hanya berhadapan seorang guru yang dipandang memiliki
persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi dikelompokkan sebagai teknik individu
meliputi: kunungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar
sekolah
a. Kunjungan kelas (classroom visitation)
Kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh
supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat atau
mengamati pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diperoleh data untuk
tindak lanjut dalam pembinaan selanjutunya.
Tujuannya :
 Mengobservasi bagaimana guru mengajar.
 Menolong para guru untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka
hadapi.
Fungsi:
 Mengoptimalkan cara belajar mengajar yang dilaksanakan para guru.
 Membantu mereka untuk menumbuhkan profesi kerja secara optimal.

b. Observasi kelas ( classroom observation)


Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan ketika supervisor yang
secara aktif mengikuti jalannya kunjungn kelas ketika proses sedang
berlangsung.
Tujuannya:
 Memperoleh data yang subjektif mengenai aspek situasi dalam proses
pembelajaran yang diamati.
 Mempelajari praktek-praktek pembelajaran setiap pendidik dan
mengevaluasinya.

xv
 Menemukan kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap pendidik.
 Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan tugasnya.
 Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan program
supervise.
 Mempererat dan memupuk integritas sekolah.
Aspek-aspek yang diobservasi:
 Usaha dan aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.
 Cara penggunaan media pembelajaran.
 Reaksi mental para peserta didik dalam proses pembelajaran.
 Keadaan media yang digunakan.
 Lingkungan social, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas dan
factor-faktor penunjang lainnya.
Alat-alat Observasi:
Check-List, yakni alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
melengkapi keterangan-keterangan yang lebih obyektif terhadap situasi
pembelajaran dalam kelas.

c. Pertemuan Individu )Individual Conference(
Yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan seorang guru mengenai
usaha-usaha untuk memecahkan problematika yang dihadapi oleh seorang
pendidik.
Tujuannya:
 Memupuk dan mengembangkanpembelajaran yang lebih baik.
 Memperbaiki kelemahan dan kesalahan yang sering dialami.
Jenis-jenis Pertemuan Pribadi:
 Classroom Conference, percakapan di kelas ketika para peserta didik tidak
berada di dalam kelas.
 Office Conference, percakapan yang dilakukan di ruang kepala sekolah atau
ruang guru.
 Casual Conference, percakapan yang dlaksanakan secara kebetulan.

d. Saling Mengunjungi Kelas (Intervisitation)

xvi
Saling mengunjungi antar rekan guru yang satu dengan guru yang lain yang
sedang mengajar.
Keuntungan-keuntungan:
 Memberikan kesempatan pada guru untuk mengamati rekan lain yang
sedang mengajar.
 Membantu guru untuk mendapatkan pengalaman yang sangat berguna
mengenai teknik dan metode pembelajaran dalam kelas.
 Memberikan motivasi terhadap aktivitas mengajar.
 Menciptakan suasana kewajaran dalam berdiskusi mengenai masalah yang
dihadapi.
Jenis-jenis kunjungan antar kelas:
 Kunjungan intern, kunjungan yang berlangsung di sekolah yang sama.
 Kunjungan ekstern, kunjungan yang berlangsung antar sekolah lain.

e. Menyeleksi Berbagai Sumber Materi Untuk Mengajar.


Teknik pelakasanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek-aspek belajar
mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru,
sipervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek-aspek proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. Supervisor harus
mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang digunakan
guru untuk mengajar. Adapun cara untuk mengikuti perkembangan keguruan
kita, ialah dengan berusaha mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan
profesional.

f. Intervisitasi (Mengunjungi Sekolaha lain)


Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan
menyuruh beberapa orang untuk mengunjungi sekolah-sekolah yang ternama
dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil
sampai sekolah tersebut maju. Manfaat yang dapat diperoleh dari teknik
supervisi ini adalah dapat saling membandingkan dan belajar atas kelebihan dan
kekurangan berdasarkan pengalaman masing-masing.

g. Menilai diri sendiri (Self Evaluation)

xvii
Salah satu tindakan atau tugas yang paling sukar dilakukan oleh para pemimpin
terutama bagi seorang guru adalah melaksanakan penilaian terhadap dirinya
sendiri dengan melihat kemampuannya sendiri dalam menyajikan bahan
pelajaran. Untuk mengukur kemampuan pengajarannya, kita bisa melihat dari
kemampuan para peserta didiknya dan juga penilaian terhadap diri sendiri
merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam memaksimalkan
pengajarannya.

2. Teknik Supervisi Kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi


yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga sesuai dengan
analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan
yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan supervisi sesuai dengan
permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi. Teknik supervisi kelompok ada
beberapa diantaranya adalah: mengadakan pertemuan/rapat, mengadakan diskusi
kelompok, mengadakan penataran-penataran/, dan seminar. 

a. Pertemuan Orientasi Sekolah bagi Guru Baru (Orientation Meeting for


New Teacher)

Yakni pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki


suasana kerja yang baru. Beberapa hal yang disajikan adalah:

a.       System kerja sekolah yang dimaksud.

b.      Proses dan mekanisme administrasi organisasi sekolah.

b. Mengadakan pertemuan/rapat

Seorang kepla sekolah dapat memenuhi fungsinya dengan baik yaitu


fungsi pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating), dan
pengkomunikasian (communicating), apabila tidak segan-segan
menyelenggarakan pertemuan bersama dalam rapat dewan guru dan staf TU
secara rutin. Tentu saja berapa jangka waktu jarak antara pertemuan tergantung
pada pertimbangan dan kepentingan sekolah masing-masing.

xviii
Tujuan teknik ini memberikan bantuan umum, karena teknik ini melalui
rapat guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaran dan upaya
atau cara meningkatkan profesi guru. Adapun keuntungan teknik ini, bantuan
diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan melakukan pertukaran
pikiran secara  umum, sedangkan hambatannya, agak sulit menentukan dan
cukup menyita waktu.

c. Mengadakan Diskusi Kelompok (Group Discussion)

Diskusi kelompok sangat baik dilakukan sebagai metode untuk


mengumpulkana data. Tujuan dari teknik ini untuk mempertemukan pendapat
antar pimpinan dalam bentuk pertemuan khusus antar staf pimpinan saja.
Barangkali juga, sekolah dapat mengadakan semacam pertemuan khusus yang
dihadiri oleh guru-guru mata pelajaran tertentu atau kelompok dengan tugas
khusus, misalnya panitia pembangunan.

Teknik ini dapat memberikan bantuan untuk memecahkan masalah yang


ditemukan dalam tim, memecahkan masalah tentang jenis bantuan yang tepat
untuk diberikan. Keuntungannya, guru dapat menemukan secara langsung cara
yang dianggap baik dalam kegiatan belajar mengajar untuk diterapkan di
kelasnya masing-masing.

d. Mengadakan penataran-penataran (in-service training)

Salah satu wadah untuk meningkatkan kemampuan guru dan staf sekolah
adalah penataran. Dalam klasifikasi pendidikan, penataran dikategorikan
sebagai in-service training, sebagai jenis lain dari pre-service training yang
merupakan pendidikan sebelum yang bersangkutan diangkat jadi pengawas
yang resmi.

Tujuannya adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi guru


dalam rangka meningkatkan kopentensi mengajarnya. Keuntungannya dengan
penataran guru mendapat sejumlah pengetahuan dan keterampilan dalam waktu
yang cukup banyak dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru secara
menyeluruh.

xix
e. Lokakarya (Workshop)

Adalah suatu usaha untuk mengembangkan kesanggupan berpikir dan bekerja


bersama-sama menangani masalah teoritis maupun praktis untuk meningkatkan
kualitas serta profesionaliasme seorang pendidik.

Ciri-ciri workshop meliputi:

 Masalah yang dibahas bersifat “lefe centered” dan muncul dari peserta.
 Cara pemecahan masalahnya dengan “musyawarah dan penyelidikan”.
 Menggunakan  resource person dan resource materials yang memberi
bantuanyang besar dalam emncapai hasil yang maksimal.

Prosedur Pelaksanaan Workshop:

 Merumuskan tujuan workshop (out put yang dicapai).


 Merumuskan pokok masalah.
 Menentukan prosedur pemecahan masalah.
 Menentukan alat dan bahan perlengkapan workshop.
 Merumuskan kesulita-kesulitan yang dihadapi.
 Merumuskan kesimpulan dan saran-saran.

f. Symposium

Adalah suatu pertemuan untuk meninjau aspek-aspek suatu pokok


masalah untuk mengumpulkan beberapa sudut pandang mengenai suatu
masalah. Tujuaanya adalah untuk mengumpulkan dan membandingkan
beberapa sudut pandang yang berbeda-beda tentang suatu problema.

g. Seminar

Sejak diberlakukan kenaikan pangkat dengan jabatan fungsional, banyak


guru yang merasa membutuhkan sertifikat yang dapat diakui sebagai angka
kredit. Dan cara yang baik dalam mengikuti seminar adalah apabila dilakukan
dengan sungguh-sungguh, serius dan cermat mengikuti presentasi dam acara
tanya jawab. Tujuannya adalah memberi wawasan baru bagi guru-guru dalam
xx
rangka mensikapi/merespons kebijakan atau isu-isu yang hangat sedang
berkembang. Hambatannya, sulit untuk mendapatkan tenaga ahli yang menjadi
nara sumber.

F. Supervisi Klinis

Istilah moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moralitas juga bisa

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Moral sering dia

xxi
D. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi materi, isi materi, cara penulisan karya tulis ini, untuk itu
penulis meminta saran dari pembaca untuk bisa membantu memperbaiki makalah ini
agar lebih sempurna lagi untuk penulisan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2004). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bintang, C. (2016, April 30). Makalah Supervisi Pendidikan [Web log post]. Retrieved from

http://henadia.blogspot.co.id/2016/04/makalah-supervisi-pendidikan.html

Gunawan, Ary H,2002. Administrasi Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta.

xxii
Nahampun, J. (2010, April 20). Metode Dan Teknik Supervisi Pendidikan [Web log post].

Retrieved from https://jeperis.wordpress.com/2010/04/21/metode-dan-teknik-

supervisi-pendidikan/

Qowsiy, M. (2015, September 8). Tujuan, Prinsip, Fungsi Dan Obyek Supervisi Pendidikan

[Web log post]. Retrieved from

https://munafiahqowsiy.wordpress.com/2015/09/08/tujuan-prinsip-fungsi-dan-obyek-

supervisi-pendidikan/

Sahertian, Piet A, 2008.  Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Rineka Cipta,

Jakarta.

Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional (Layanan Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta.

Takesi, A. (2012, December 15). Makalah Prinsip Prinsip Supervisi Pendidikan [Web log

post]. Retrieved from http://aritakesi.blogspot.co.id/2012/12/makalah-prinsip-

prinsip-supervisi.html

Tanjong, M. (2017, April 3). Makalah Supervisi Pendidikan [Web log post]. Retrieved from

https://mustafatanjong.blogspot.co.id/2017/04/makalah-supervisi-pendidikan.html

Wahyudi, (2012). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning

Organization).  Bandung: CV. Alfabeta.

Widanti, S. (2012, October 16). Makalah Supervisi Pendidikan [Web log post]. Retrieved

from http://setiawidanti.blogspot.co.id/2012/10/makalah-supervisi-pendidikan.html

xxiii

Anda mungkin juga menyukai