SUPERVISI PENDIDIKAN
(PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN, PERMASALAHAN PADA SUPERVISI
PENDIDIKAN, PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN, TUGAS SUPERVISOR,
TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN, DAN SUPERVISI KLINIS)
Oleh :
Kelompok 4
Annisa Apriani
Rode Arnita
Theresia Merry C
Dosen Pengampu :
Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan kemudahan.
Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan dan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dalam mata kuliah Profesi Pendidikan. Saya
berterima kasih kepada Bapak Edizal Hatmi, SE, M.Pd sebagai dosen pengampu pada mata
kuliah Profesi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini dan membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah ini ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua.Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................5
A. Latar Belakang...........................................................................................................................5
B. Rumusan Penulisan....................................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................8
A. Pengembangan Karir Guru.........................................................................................................8
B. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan........................................................13
C. Perlindungan Profesi................................................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iii
Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas
satuan pendidikan antara lain kegiatannya untuk melakukan suatu pengamatan secara
intensif terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan kelembagaan pendidikan
dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back, sebagaimana diadaptasi dari
Razik (1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan adaptasi dari L. Drake (1980: 278) yang
menyebutkan bahwa supervisi adalah sebagai suatu peristilahan yang sophisticated,
sebab memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses manajemen, administrasi,
evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreatifitas yang berhubungan
dengan pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.
B. Rumusan Penulisan
Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:
1. Apa prinsip dari supervisi pendidikan ?
2. Apa permasalahan pada supervisi pendidikan ?
3. Apa pendekatan supervisi pendidikan ?
4. Apa tugas dari supervisor ?
5. Apa teknik supervisi pendidikan ?
6. Apa yang dimaksud supervisi klinis ?
C. Tujuan Penulisan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2. Prinsip Demokratis
Selain empat prinsip supervisi diatas, juga terdapat prinsip supervisi menurut
Gunawan (2002: 196).
1. Prinsip fundamental/dasar
v
Setiap pemikiran, sikap, dan tindakan seorang supervisor harus
berdasar/berlandaskan pada sesuatu yang kukuh, kuat serta dapat dipulangkan
kepadannya.
2. Prinsip praktis
Dalam pelaksanaan sehari-hari seorang supervisor berpedoman pada prinsip
positif dan prinsip negatif.
Prinsip positif seorang supervisor, antara lain sebagai berikut.
a. Supervisi harus konstruktif dan kreatif
b. Supervisi harus harus dilakukan berdasarkan hubungan profesional, bukan
berdasar hubungan pribadi.
c. Supervisi hendaknya progresif, tekun, sabar, tabah, dan tawakal.
d. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi, bakat, dan kesanggupan
untuk mencapai kemajuan.
e. Supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan dan hubungan
baik yang dinamik.
vi
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya
hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau
terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat berisi hal-hal penting yang
diperlukan untuk membuat laporan.
Menurut Oteng Sutisna (1983), ada beberapa prinsip pokok tentang supervisi,
yaitu:
1. Supervisi hendaknya disesuaikan dengan kondisi setempat karna berguna untuk
memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil sekolah.
2. Pada dasarnya personil pelaksana pendidikan di sekolah memerlukan dan berhak atas
bantuan supervisi.
3. Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sasaran-sasarann
pendidikan.
4. Supervisi yang merupakan bantuan dan pembinaan untuk guru dan staf TU.
5. Supervisi hendaknya merupakan wahana untuk menjelaskan dan berdiskusi tentang
hasil-hasil penelitian pendidikan yang mutakhir.
6. Supervise hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari smua anggota
staf sekolah dengan orangtua siswa dan masyarakat setempat, serta pihak-pihak yang
terkait dengan kehidupan sekolah.
7. Dalam pendidikan yang berlangsung disekolah tampaknya kepala sekolah merupakan
penanggung jawab utama keberlangsungan pendidikan disekolah yang ia pimpin.
Selanjutnya pengawas merupakan pejabat yang berada lebih tinggi untuk melakukan
supervise.
8. Tanggung jawab program seperti berada pada dua pejabat, pertama supervise sekolah
menjadi tanggung jawab kepala sekolah sedangkan pengawas bertanggung jawab atas
supervise semua sekolah yang menjadi wewenang pembinaannya.
Dari prinsip tersebut dapat meningkat kinerja guru dalam melaksanakan tugas-
tugasnya. Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi dilingkungan
pendidikan ialah bagimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif
menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan
relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat
vii
berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang
obyektif.
Pelakasanaan supervisi pendidikan perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-
prinsip yang telah ditentukan. Dengan cara memahami dan menguasai dengan seksama
tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidikan profesional yang harus
melaksanakan kegiatan pengajaran dan pendidikan. Jika sikap supervisor memaksakan
kehendak, menakut-nakuti, perilaku negatif lainnya, maka akan menutup kreativitas bagi
guru. Jika sikap supervisor hanya seperti itu, maka ia belum mengetahui tugas pokok
fungsi sebagai seorang seorang supervisor.
Pendekatan berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek
atau langkah-langkah menuju objek. Sudjana (2004) membagi pendekatan supervisi
menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung
(indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan pendekatan tatap muka dan
kedua pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa,
media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga
pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan itu.
(Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2007).
viii
a. Apabila guru yang profesional, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
non-direktif. Teknik yang diterapkan berdialog dan mendengarkan secara aktif.
b. Apabila guru yang tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kolaboratif. Teknik yang diterapkan percakapan pribadi, dialog,
dan menjelaskan.
c. Apabila guru yang tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan direktif. Teknik yang diterapkan menjelaskan, berdialog, percakapan
pribadi, dan mendengarkan secara aktif.
ix
Pendekatan non-direktif adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung. Supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan guru-guru. Supervisor memberikan kesempatan yang sebanyak
mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada pemahaman psikologi humanistik
yang dalam prinsipnya menyatakan bahwa orang yang akan dibantu itu sangat
dihargai. Oleh karena itu pribadi guru yang dibina begitu dihormati, sehingga
supervisor lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan
mencoba mendengarkan serta memahami apa yang di alami guru-guru.
3. Pendekatan Kolaboratif
x
sama dan dicari pemecahan permasalahannya. Biasanya pendekatan ini diterapkan
pada guru-guru yang tukang kritik dan guru yang terlalu sibuk.
1. Pendekatan Kolegial
c. Observasi sesama guru di kelas yaitu dengan melibatkan sesama rekan guru
secara bergantian untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran di Kelas
dengan keberhasilan dan kekurangannya.
2. Pendekatan Individual
xi
Pada akhir semester, biasanya guru dan supervisor bertemu untuk membicarakan
kendala yang dihadapi selama melaksanakan program pembelajaran. Pendekaran ini
cocok bagi guru yang lebih suka bekerja sendiri.
3. Pendekatan Klinis
a. Tahap pertemuan awal, merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu perlu
diciptakan suasana akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru sehingga
guru merasa percaya diri dan memahami tujuan diadakan pendekatan klinis;
xii
Pendekatan artistik dalam supervisi pengajaran adalah setiap bentuk layanan bantuan
profesional kepada guru-guru secara individu maupun kelompok dalam rangka
perbaikan pengajaran dan perbaikan program kurikulum melalaui proses yang
memerlukan intuisi, kreatifitas, kecerdikan, keterampilan yang dilakukan oleh
supervisor dalam kegiatan supervisi yang belum disepakati secara tertulis dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
5. Pendekatan Ilmiah
c. Sulit menentukan guru mana yang mengajar dan melaksanakan tugas yang
paling baik.
xiii
Dengan hasil temuan peneliti, akan diketahui mana pembelajaran yang efektif
dan yang tidak efektif, tentunya penemuan itu berdasarkan pada teori-teori
pembelajaran yang teruji. Sehingga Supervisor bisa mencapai sasaran dari
sepervisi.
Sikap ilmiah tersebut, antara lain : jernih dalam memandang persoalan tanpa ada
pertensi, menjaga jarak dalam hal yang diamati, obyektif serta menggunakan
kerangka-kerangka yang diakui dalam pendekatan ilmiah.
D. Tugas Supervisor
Istilah moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berarti adat istiadat,
xiv
Yang dimaksud teknik individual (perseorangan) dalam kegiatan supervisi
adalah bantuan yang dilakukan sendiri oleh petugas supervisi, baik yang terjadi di
dalam maupun di luar sekolah. Dalam hal ini, yang disupervisi mungkin juga
perseorangan, tetapi mungkin juga bukan hanya seorang. Maksudnya adalah
memberikan bimbingan perseorangan atau individu.
Jadi teknik individual merupakan pelaksanaan supervisi diberikan kepada
guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perseorangan.
Supervisor dan pengawas hanya berhadapan seorang guru yang dipandang memiliki
persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi dikelompokkan sebagai teknik individu
meliputi: kunungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar
sekolah
a. Kunjungan kelas (classroom visitation)
Kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh
supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat atau
mengamati pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diperoleh data untuk
tindak lanjut dalam pembinaan selanjutunya.
Tujuannya :
Mengobservasi bagaimana guru mengajar.
Menolong para guru untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka
hadapi.
Fungsi:
Mengoptimalkan cara belajar mengajar yang dilaksanakan para guru.
Membantu mereka untuk menumbuhkan profesi kerja secara optimal.
xv
Menemukan kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap pendidik.
Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan tugasnya.
Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan program
supervise.
Mempererat dan memupuk integritas sekolah.
Aspek-aspek yang diobservasi:
Usaha dan aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.
Cara penggunaan media pembelajaran.
Reaksi mental para peserta didik dalam proses pembelajaran.
Keadaan media yang digunakan.
Lingkungan social, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas dan
factor-faktor penunjang lainnya.
Alat-alat Observasi:
Check-List, yakni alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
melengkapi keterangan-keterangan yang lebih obyektif terhadap situasi
pembelajaran dalam kelas.
c. Pertemuan Individu )Individual Conference(
Yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan seorang guru mengenai
usaha-usaha untuk memecahkan problematika yang dihadapi oleh seorang
pendidik.
Tujuannya:
Memupuk dan mengembangkanpembelajaran yang lebih baik.
Memperbaiki kelemahan dan kesalahan yang sering dialami.
Jenis-jenis Pertemuan Pribadi:
Classroom Conference, percakapan di kelas ketika para peserta didik tidak
berada di dalam kelas.
Office Conference, percakapan yang dilakukan di ruang kepala sekolah atau
ruang guru.
Casual Conference, percakapan yang dlaksanakan secara kebetulan.
xvi
Saling mengunjungi antar rekan guru yang satu dengan guru yang lain yang
sedang mengajar.
Keuntungan-keuntungan:
Memberikan kesempatan pada guru untuk mengamati rekan lain yang
sedang mengajar.
Membantu guru untuk mendapatkan pengalaman yang sangat berguna
mengenai teknik dan metode pembelajaran dalam kelas.
Memberikan motivasi terhadap aktivitas mengajar.
Menciptakan suasana kewajaran dalam berdiskusi mengenai masalah yang
dihadapi.
Jenis-jenis kunjungan antar kelas:
Kunjungan intern, kunjungan yang berlangsung di sekolah yang sama.
Kunjungan ekstern, kunjungan yang berlangsung antar sekolah lain.
xvii
Salah satu tindakan atau tugas yang paling sukar dilakukan oleh para pemimpin
terutama bagi seorang guru adalah melaksanakan penilaian terhadap dirinya
sendiri dengan melihat kemampuannya sendiri dalam menyajikan bahan
pelajaran. Untuk mengukur kemampuan pengajarannya, kita bisa melihat dari
kemampuan para peserta didiknya dan juga penilaian terhadap diri sendiri
merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam memaksimalkan
pengajarannya.
b. Mengadakan pertemuan/rapat
xviii
Tujuan teknik ini memberikan bantuan umum, karena teknik ini melalui
rapat guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaran dan upaya
atau cara meningkatkan profesi guru. Adapun keuntungan teknik ini, bantuan
diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan melakukan pertukaran
pikiran secara umum, sedangkan hambatannya, agak sulit menentukan dan
cukup menyita waktu.
Salah satu wadah untuk meningkatkan kemampuan guru dan staf sekolah
adalah penataran. Dalam klasifikasi pendidikan, penataran dikategorikan
sebagai in-service training, sebagai jenis lain dari pre-service training yang
merupakan pendidikan sebelum yang bersangkutan diangkat jadi pengawas
yang resmi.
xix
e. Lokakarya (Workshop)
Masalah yang dibahas bersifat “lefe centered” dan muncul dari peserta.
Cara pemecahan masalahnya dengan “musyawarah dan penyelidikan”.
Menggunakan resource person dan resource materials yang memberi
bantuanyang besar dalam emncapai hasil yang maksimal.
f. Symposium
g. Seminar
F. Supervisi Klinis
Istilah moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moralitas juga bisa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
xxi
D. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi materi, isi materi, cara penulisan karya tulis ini, untuk itu
penulis meminta saran dari pembaca untuk bisa membantu memperbaiki makalah ini
agar lebih sempurna lagi untuk penulisan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, C. (2016, April 30). Makalah Supervisi Pendidikan [Web log post]. Retrieved from
http://henadia.blogspot.co.id/2016/04/makalah-supervisi-pendidikan.html
xxii
Nahampun, J. (2010, April 20). Metode Dan Teknik Supervisi Pendidikan [Web log post].
supervisi-pendidikan/
Qowsiy, M. (2015, September 8). Tujuan, Prinsip, Fungsi Dan Obyek Supervisi Pendidikan
https://munafiahqowsiy.wordpress.com/2015/09/08/tujuan-prinsip-fungsi-dan-obyek-
supervisi-pendidikan/
Sahertian, Piet A, 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Takesi, A. (2012, December 15). Makalah Prinsip Prinsip Supervisi Pendidikan [Web log
prinsip-supervisi.html
Tanjong, M. (2017, April 3). Makalah Supervisi Pendidikan [Web log post]. Retrieved from
https://mustafatanjong.blogspot.co.id/2017/04/makalah-supervisi-pendidikan.html
Widanti, S. (2012, October 16). Makalah Supervisi Pendidikan [Web log post]. Retrieved
from http://setiawidanti.blogspot.co.id/2012/10/makalah-supervisi-pendidikan.html
xxiii