Oleh :
Kelompok 3
Annisa Apriani
Rumantir P
Theresia Merry C
Dosen Pengampu :
Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan kemudahan.
Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan. Saya
berterima kasih kepada Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd dan Ibu Vidya Dwi Amalia Z,SS. M.Hum
sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan
tugas ini dan membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah ini ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Ringkasan Buku..........................................................................................................................3
BAB III PENUTUP................................................................................................................................4
A. Kesimpulan................................................................................................................................4
B. Saran..........................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada makalah ini, akan membahas mengenai penerapan belajar dalam konteks
perkembangan sosial, emosional dan moral dalam dunia pendidikan beserta
penerapannya dalam proses pembelajaran. Moral merupakan ajaran tentang baik buruk
perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Dengan kata lain bahwa
moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan perbuatan yang benar dan yang
salah sebagai alat kendali dalam bertingkah laku. Moral sering dianggap sebagai prinsip
dan patokan yang berhubungan dengan benar dan salah oleh masyarakat tertentu, dapat
pula diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan norma benar atau salah tersebut.
Disamping nilai dan moral ada juga sikap, yang menurut Gerung sikap secara umum
diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal . Sikap merupakan
motif yang mendasari tingkah laku seseorang.
1
Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan sama dengan perkembangan moral,
karena perilaku moral pada umumnya merupakan unsur yang mendasari tingkah laku
sosial. Artinya, seorang siswa akan dapat berperilaku sosial secara tepat jika ia
mengetahui norma perilaku moral yang sesuai dengan situasi sosial tersebut. Adapun
emosi, selain dipengaruhi oleh pengindraan dan pikiran, perilaku manusia juga disertai
oleh perasaan atau emosi. Perasaan itu bisa positif (senang) dan bisa juga negatif (tidak
senang). Perasaan senang maupun tidak senang selalu mewarnai perilaku kita sehari-hari.
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena
keduanya merupakan sesuatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya.
B. Tujuan Penulisan
Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
2. Bagaimana kedudukan metode dalam belajar mengajar?
3. Apa saja metode yang umum diterapkan guru didalam pembelajaran?
4. Pada saat microteahing metode apa yang diterapkan seorang guru pada mata
pelajaran perawatan kepala pada materi creambath di Kelas X SMK N 10 Medan?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kaum empiris seperti John Locke, kaum behavioris seperti Watson dan
Skinner, memandang hakikat manusia seperti kertas kosong yang siap ditulis
masyarakat dan dipenuhi dengan pengalaman. Kaum empiris berpendapat bahwa
perilaku moral adalah perilaku baik dan benar yang ditetapkan oleh kelompok
masyarakat dan mereka juga yang menetapkan sanksi-sanksi sosialnya. Pendidikan
moral yang berdasarkan teori belajar social disebut pendidikan moral yang
berlandaskan penanaman nilai. Maka tugas sekolah adalah menanamkan nilai-nilai
3
moral yang berlaku dimasyarakat secara konkret kepada peserta didik, dengan
harapan dapat melahirkan tingkah laku yang prososial.
2. Karakteristik Perkembangan Sosial
a. Periode Bayi
1) Usia 1- 2 bulan, anak belum mampu untuk membesarkan objek dan benda
2) Usia 3-4 bulan, mata sudah kuat melihat orang atau objek, tersenyum
dengan bayi lain
3) Usia 5-9 bulan, bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah atau tidak,
kadang-kadang agresif, memegang, melihat, mengikuti suara dan tingkah
laku yang sederhana
4) Usia 12 bulan, mengenal larangan
5) Usia 24 bulan, anak sudah membantu melakukan aktivitas sederhana
4
Harlock mengemukakan beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada
awal masa kanak-kanak yaitu sebagai berikut:
1) Kerjasama
2) Persaingan
3) Kemurahan hati
4) Hasrat akan penerimaan sosial
5) Simpati
6) Empati
7) Ketergantungan
8) Sikap ramah
9) Meniru
10) Prilaku kedekatan
a. Keluarga
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menetapkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
dalam lingkungan keluarga.
b. Kematangan
Untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga
setiap fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
5
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial
keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang
anak,bukan sebagai anak yang independent, tetapi akan dipandang konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. Secara tidak langsung pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di
dalam keluarganya. Sehingga anak akan menjaga status soisal dan ekonomi
keluarganya.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Karena pendidikan
merupakan proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang
akan datang. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan
dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma
kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
4. Implikasi
6
B. Penerapan Belajar Dalam Konteks Emosional
1. Pengertian Emosi
Emosi dan perasaan adalah dua hak yang berbeda. Tetapi perbedaan antara
keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan
suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas
batasnya. Pada suatu saat warna efektif dapat dikatan sebagai perasaan, tetapi juga
dapat dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang akan ditunjukkan dalam
bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Jadi, emosi adalah
pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-
perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada
fisik, anatar lain berupa: peredaran darah akan bertambah cepat bila marah, pupil
mata membesar bila marah, bulu roma berdiri bila takut, dan lain sebagainya.
Masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan. Ketegangan
emosi meninggi akibat perubahan fisik dan juga kelenjar. Rata-rata emosi para
remaja menjadi tinggi karena mereka sedang berada dibawah tekanan social dan
juga mereka sedang menghadapi kondisi baru, sedangkan selama anak-anak mereka
kurang mempersiapkan diri. Tetapi tidak semua remaja mengalami tekanan dan
badai dalam hidupnya.
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak.
Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih saying, gembira, amarah,
7
takut dan cemas, cemburu sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam
dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola
pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
a. Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai
orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain.
Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk
memberinya.
Walaupun para remaja sudah banyak yang bergerak ke dalam dunia bebas,
tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja
membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya
dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting,
walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi.
Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap
permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta
dan dicintai yang tidak disadari.
b. Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang
sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)
oleh yang dicintai.
8
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang
memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Rasa
marah juga penting dalam kehidupan, karena rasa marahnya seseorang
mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian masa remaja, dia telah
mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang
surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah teratasi,
tetapi masih banyak yang tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul
karena adanya kecemasan-kecemasan – kecemasan dan rasa berani yang
bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa di antara mereeka
merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa
orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadiian dalam
kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi, atau karena pikiran-pikiran
mereka sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari
bahkan sampai berminggu-minggu.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk
mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari persoalan-persoalan kehidupan.
Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat tanpa
rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang
begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa ada sekarang atau masa
depan yang tidak menentu.
9
Dalam sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh
faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor itu terjalin erat satu sama lain
dan akan mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu
kemampuan berpikir kritis, mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan
menjadi reaktif terhadap rangsangan.
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat membangkitkan emosi
orang lain.
10
tetap membutuhkan rangsangan dan respons untuk mengembangkan pengalaman
dan kemampuannya. Bertambahnya umur juga akan berpengaruh signifikan terhadap
perubahan irama emosional. Terutama faktor pengetahuan dan pengalaman.
8. Implikasi
Istilah moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moralitas juga bisa
didefinisikan dengan berbagai cara, diantaranya moralitas dikatakan sebagai
kapasitas untuk membedakan yang benar dan yang salah bertindak stas perbedaan
tersebut dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan
merasa bersalah atau malu ketika malanggar standar tersebut.
Perilaku moral menurut sejumlah ahli seperti Kohlberg (1997) terkait dengan
perkembangan kognitif seseorang yang dibentuk oleh orang tua atau keluarga.
Kohlberg (1964) menyatakan bahwa perkembangan tingkat perkembangan
seseorang amat berhubungan dengan tingkat intelegensi, pengetahuan tentang moral
yang lebih tinggi dan kecakapan seseorang dalam memahami nilai-nilai kehidupan.
Secara empiris ditemukan bahwa anak yang memiliki skor intelegensi dan status
social ekonomi lebih tinggi, memiliki tingkat pertimbangan moral lebih tinggi dari
pada anak yang memiliki skor intelegensi dan status social yang lebih rendah
(Fitzgeral,1983).
12
10. Fase dan Karakteristik Perkembangan Moral
13
untuk semua.
Tahap 6 Prinsip etika universal Prinsip etis yang
dipilih sendiri, bahkan
ketika ia bertentangan
dengan hukum
Perkembangan moral menurut Piaget terjadi dalam dua tahapan yang jelas.
Tahap pertama disebut “tahap realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan”
dan tahap kedua disebut “tahap moralitas otonomi” atau “moralitas oleh kerjasama
atau hubungan timbal balik”.
Pada tahap kedua, anaka menilai perilaku atas dasar tujuan yang
mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut
hingga usia 12 tahun atau lebuh. Anak mulai mempertimbangkan keadaan tertentu
yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral.
11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
a. Faktor Internal
Yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya
sendiri.
1) Faktor Genetika (Hereditas)
14
Hereditas merupakan “totalitas karakeristik individu yang diwariskan orang
tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen.
Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), seluruh bawaaan
hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx) dari ibu dan
23 kromosom (pasangan xy) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut
terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis
individu atau yang memnentukan potensi-potensi hereditasnya.
Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang kritis dalam
perkembangan kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat
pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan
kemampun-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu
terhadap kehidupan setelah kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung,
tetapi yang berpengaruh langsung dengan gen adalah kualitas sistem syaraf,
keseimbangan biokimia tubuh, dan struktur tubuh.
b. Faktor eksternal
Yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang
meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa
tersebut dengan lingkungan.
Diantara faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan moral
peserta didik adalah :
1) Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat
Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan moral peserta
didik, karena lingkungan terdapat berbagai macam karakter masyarakat,
sehingga berbagai macam karakter itu sangat berpengaruh pada
perkembangan moral.
2) Culture
Jika dihitung disekitar kita, ada berpuluh bahkan beratus kelompok
masyarakat yang masing-masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat,
15
dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap perkembangan
moral peserta didik.
3) Educatif
Etik pergaulan/moral membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Melihat pendidikan adalah proses pengoperasian ilmu yang
normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Oleh karena
itu Faktor pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibandingkan
dengan faktor yang lain.
4) Religious
Proses pembentukan prilaku seorang anak dengan agama merupakan faktor
penting yang mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh dan berperan penting sebagai media
kontrol dalam perkembangan peserta didik
12. Implikasi
16
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan
benar dan salah oleh masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai perilaku yang
sesuai dengan norma benar atau salah tersebut. Perkembangan moral pada dasarnya
merupakan interaksi, suatu hubungan timbal balik antara anak dengan anak, anatara anak
dengan orang tua, antara peserta didik dengan pendidik, dan seterusnya.
Perlunya pemahaman lebih bagi orang tua dan guru dalam menumbuh
kembangkan potensi – potensi anak dalam sosial, emosi maupun moral agar kelak ia
menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, bermoral dan religius serta fungsi
pengawasan yang diperlukan untuk mebingbing anak mencapai kedewasaannya dengan
baik.
D. Saran
Bagi orang tua dan guru harus bisa memahami perkembangan anak baik secara
sosial, emosional dan moral dan harus bisa membedakan apa anak tersebut berbuat salah
dengan sengaja atau tidak disengaja karena dengan hal tersebut kita dapat memberikan
tindakan yang benar-benar tepat baik itu pemberian hadiah ataupun pemberian hukuman.
18
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alkaz, M. (2012, March 29). Perkembangan Fisik, Intelektual, Sosial, Dan Bahasa Pada
Remaja [Web log post]. Retrieved from http://mooza-
alkaz.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-fisik-intelektual-sosial.html
Aufa. (2016, November 9). Perkembangan Moral Peserta Didik [Web log post]. Retrieved
from https://diaryofaufa.blogspot.co.id/2016/11/perkembangan-moral-peserta-
didik.html
Bengel, P. P. (2013, April 19). Karakteristik Perkembangan Moral Anak Usia SD [Web log
post]. Retrieved from
http://pendidikananakmulaidini.blogspot.co.id/2013/04/karakteristik-perkembangan-
moral-anak.html
Biosatudeumm. (2012, December 8). Aspek Perkembangan Sosial Peserta Didik (Kelompok
4) [Web log post]. Retrieved from
http://biosatudeumm.blogspot.co.id/2012/12/aspek-perkembangan-sosial-peserta-
didik.html
19
Jaya, N. (2013, July 5). "Ini Adalah Fakta Bahwa Murid Meneladani Tindakan Nyata Bukan
Kata-Kata": Karakteristik Perkembangan Moral Peserta Didik [Web log post].
Retrieved from https://sang-aktor.blogspot.co.id/2013/07/karakteristik-
perkembangan-moral.html
Milfayetty, S., Yus, A., dkk. (2018). Psikologi Pendidikan. Medan: PPs UNIMED
Sejawat, F. (2010, October 28). Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya Bagi
Pendidikan [Web log post]. Retrieved from
https://forumsejawat.wordpress.com/2010/10/28/mengembangkan-emosi-remaja-
dan-implikasinya-bagi-pendidikan/
20