Anda di halaman 1dari 23

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

PENERAPAN BELAJAR DALAM KONTEKS SOSIAL, EMOSIONAL


DAN MORAL

Oleh :

Kelompok 3

Annisa Apriani
Rumantir P
Theresia Merry C

Dosen Pengampu :

Dra. Rosdiana, M.Pd


Vidya Dwi Amalia Z,SS. M.Hum

PROGAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan kemudahan.

Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan. Saya
berterima kasih kepada Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd dan Ibu Vidya Dwi Amalia Z,SS. M.Hum
sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan
tugas ini dan membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah ini ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Ringkasan Buku..........................................................................................................................3
BAB III PENUTUP................................................................................................................................4
A. Kesimpulan................................................................................................................................4
B. Saran..........................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa sekarang khususnya dunia pendidikan, sudah sangat membutuhkan


peran psikologi untuk pembelajaran yang efektif. Terlihat dari beberapa masalah yang
sangat mempengaruhi siswa dalam dunia pendidikan. Beberapa masalah itu berawal dari
masa perkembangan siswa pada tiap jenjang pendidikan mulai dari prasekolah hingga
perguruan tinggi. Salah satu cabang psikologi yang sangat berperan dalam dunia
pendidikan ini adalah psikologi pendidikan.

Psikologi pendidikan membahas berbagai permasalahan yang ada dalam dunia


pendidikan, salah satunya aspek perkembangan peserta didik yang ada dalam jenjang
pendidikan tertentu. Perkembangan yang dialami setiap individu tentu tidak sama. Pada
setiap jenjang pendidikan, peserta didik mengalami bentuk dan tugas perkembangan
yang berbeda, baik itu dari aspek fisik, motorik, kognitif, moral, sosial, dan emosional.
Setiap proses perkembangan pada usia tertentu mempengaruhi keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Selain itu, perkembangan itu bersifat kontiniu dan selalu berubah
sepanjang kehidupan.

Pada makalah ini, akan membahas mengenai penerapan belajar dalam konteks
perkembangan sosial, emosional dan moral dalam dunia pendidikan beserta
penerapannya dalam proses pembelajaran. Moral merupakan ajaran tentang baik buruk
perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Dengan kata lain bahwa
moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan perbuatan yang benar dan yang
salah sebagai alat kendali dalam bertingkah laku. Moral sering dianggap sebagai prinsip
dan patokan yang berhubungan dengan benar dan salah oleh masyarakat tertentu, dapat
pula diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan norma benar atau salah tersebut.
Disamping nilai dan moral ada juga sikap, yang menurut Gerung sikap secara umum
diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal . Sikap merupakan
motif yang mendasari tingkah laku seseorang.

1
Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan sama dengan perkembangan moral,
karena perilaku moral pada umumnya merupakan unsur yang mendasari tingkah laku
sosial. Artinya, seorang siswa akan dapat berperilaku sosial secara tepat jika ia
mengetahui norma perilaku moral yang sesuai dengan situasi sosial tersebut. Adapun
emosi, selain dipengaruhi oleh pengindraan dan pikiran, perilaku manusia juga disertai
oleh perasaan atau emosi. Perasaan itu bisa positif (senang) dan bisa juga negatif (tidak
senang). Perasaan senang maupun tidak senang selalu mewarnai perilaku kita sehari-hari.
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena
keduanya merupakan sesuatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya.

Dengan adanya psikologi pendidikan diharapkan perkembangan sosial, emosional


dan moral siswa pada dunia pendidikan akan dapat membawa pengaruh positif dalam
proses pembelajaran, sehingga dapat memaksimalkam perkembangan anak dan proses
pembelajaran di kelas.

B. Tujuan Penulisan

Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
2. Bagaimana kedudukan metode dalam belajar mengajar?
3. Apa saja metode yang umum diterapkan guru didalam pembelajaran?
4. Pada saat microteahing metode apa yang diterapkan seorang guru pada mata
pelajaran perawatan kepala pada materi creambath di Kelas X SMK N 10 Medan?

C. Tujuan Penulisan

Sedangkan tujuan penulisan dari ini adalah :


1 Untuk mengetahui maksud metode pembelajaran.
2 Untuk mengetahui kedudukan metode dalam belajar mengajar.
3 Untuk mengetahui metode yang umum diterapkan guru didalam pembelajaran
4 Untuk mengetahui pada saat microteahing metode apa yang diterapkan seorang guru
pada mata pelajaran perawatan kepala pada materi creambath di Kelas X SMK N 10
Medan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penerapan Belajar Dalam Konteks Perkembangan Sosial

1. Pengertian Perkembangan Sosial

Hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling


membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari
oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi
kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi
amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja
memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung
maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah
berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya
kebutuhan hidup manusia.

Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk


menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan
diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.

Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang


saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas,
yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah
umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan
sosial juga berkembang amat kompleks.

Kaum empiris seperti John Locke, kaum behavioris seperti Watson dan
Skinner, memandang hakikat manusia seperti kertas kosong yang siap ditulis
masyarakat dan dipenuhi dengan pengalaman. Kaum empiris berpendapat bahwa
perilaku moral adalah perilaku baik dan benar yang ditetapkan oleh kelompok
masyarakat dan mereka juga yang menetapkan sanksi-sanksi sosialnya. Pendidikan
moral yang berdasarkan teori belajar social disebut pendidikan moral yang
berlandaskan penanaman nilai. Maka tugas sekolah adalah menanamkan nilai-nilai

3
moral yang berlaku dimasyarakat secara konkret kepada peserta didik, dengan
harapan dapat melahirkan tingkah laku yang prososial.
2. Karakteristik Perkembangan Sosial

Khairini(2013) mengatakan Karakteristik perkembangan sosial dalam ciri


tingkah laku sosial anak terdapat dalam setiap periode yaitu :

a. Periode Bayi
1) Usia 1- 2 bulan, anak belum mampu untuk membesarkan objek dan benda
2) Usia 3-4 bulan, mata sudah kuat melihat orang atau objek, tersenyum
dengan bayi lain
3) Usia 5-9 bulan, bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah atau tidak,
kadang-kadang agresif, memegang, melihat, mengikuti suara dan tingkah
laku yang sederhana
4) Usia 12 bulan, mengenal larangan
5) Usia 24 bulan, anak sudah membantu melakukan aktivitas sederhana

b. Periode Pra Sekolah


Adapun cirri-ciri sosialisasi periode pra sekolah adalah sebagai berikut :
1) Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya
2) Dikenal dengan istilah pregang age
3) Hubungan dengan orang dewasa
4) Hubungan dengan teman sebaya
5) 3-4 tahun mulai bermain bersama

c. Periode Usia Sekolah


Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi
keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Pengaruh yang timbul pada
keterampilan sosialisasi anak diantranya sebagai berikut:
1) Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah
laku yang dapat diterima oleh kelompok
2) Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial lain diluar nilainya
3) Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan
mendapatkan kepuasan emosional dari rasa dakwaan.

4
Harlock mengemukakan beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada
awal masa kanak-kanak yaitu sebagai berikut:
1) Kerjasama
2) Persaingan
3) Kemurahan hati
4) Hasrat akan penerimaan sosial
5) Simpati
6) Empati
7) Ketergantungan
8) Sikap ramah
9) Meniru
10) Prilaku kedekatan

Selain itu pada usia anak- anak mulai memilki kesanggupan


menyesuaikan diri sendiri (egosntris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja
sama) atau Sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya: keluarga,kematangan anak,status sosial ekonomi keluarga,tingkat
pendidikan,dan kemampuan mental terutama mental dan intelegensi.

a. Keluarga
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam
menetapkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan
dalam lingkungan keluarga.

b. Kematangan
Untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga
setiap fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

c. Status Sosial Ekonomi

5
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial
keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang
anak,bukan sebagai anak yang independent, tetapi akan dipandang konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. Secara tidak langsung pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di
dalam keluarganya. Sehingga anak akan menjaga status soisal dan ekonomi
keluarganya.

d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Karena pendidikan
merupakan proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang
akan datang. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan
dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma
kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

e. Kapasitas Mental, Emosi Dan Intelegensi.


Kemapuan berfikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memcahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat
berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara
baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa
baik,dan pengendalian emosi secara seimbang sangat menentukan keberhasilan
dalam perkembangan sosial anak.

4. Implikasi

5. Tahap Perkembangan Sosial

6
B. Penerapan Belajar Dalam Konteks Emosional

1. Pengertian Emosi

Perilaku atau perbuatan kita sehari-hari selalu disertai oleh perasaan-perasaan


tertentu, misalnya senang atau tidak senang. Perasaan-perasaan yang selalu
menyertai perbuatan kita tersebut disebut warna efektif. Warna efektif kadang-
kadang lemah, tetapi terkadang juga kuat. Jika warna efektif kuat, perasaan-perasaan
akan menjadi lebih dalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini
disebut emosi. Perasaan lainnya seperti gembira, takut, cemas, benci, dan lain
sebagainya.

Emosi dan perasaan adalah dua hak yang berbeda. Tetapi perbedaan antara
keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan
suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas
batasnya. Pada suatu saat warna efektif dapat dikatan sebagai perasaan, tetapi juga
dapat dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang akan ditunjukkan dalam
bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Jadi, emosi adalah
pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-
perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada
fisik, anatar lain berupa: peredaran darah akan bertambah cepat bila marah, pupil
mata membesar bila marah, bulu roma berdiri bila takut, dan lain sebagainya.

6. Karakteristik Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan. Ketegangan
emosi meninggi akibat perubahan fisik dan juga kelenjar. Rata-rata emosi para
remaja menjadi tinggi karena mereka sedang berada dibawah tekanan social dan
juga mereka sedang menghadapi kondisi baru, sedangkan selama anak-anak mereka
kurang mempersiapkan diri. Tetapi tidak semua remaja mengalami tekanan dan
badai dalam hidupnya.

Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak.
Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih saying, gembira, amarah,

7
takut dan cemas, cemburu sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam
dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola
pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.

Berikut ini akan dibahas beberapa kondisi emosional.

a. Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai
orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain.
Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk
memberinya.
Walaupun para remaja sudah banyak yang bergerak ke dalam dunia bebas,
tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja
membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya
dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting,
walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi.
Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap
permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta
dan dicintai yang tidak disadari.

b. Gembira

Individu pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman


yang menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai
cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan
emosional remaja.

Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang
sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)
oleh yang dicintai.

c. Kemarahan dan Permusuhan

8
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang
memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Rasa
marah juga penting dalam kehidupan, karena rasa marahnya seseorang
mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.

Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama,


tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan
kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya
penguasaan kendali emosional.

d. Ketakutan dan Kecemasan

Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian masa remaja, dia telah
mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang
surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah teratasi,
tetapi masih banyak yang tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul
karena adanya kecemasan-kecemasan – kecemasan dan rasa berani yang
bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.

Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa di antara mereeka
merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa
orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadiian dalam
kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi, atau karena pikiran-pikiran
mereka sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari
bahkan sampai berminggu-minggu.

Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk
mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari persoalan-persoalan kehidupan.
Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat tanpa
rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang
begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa ada sekarang atau masa
depan yang tidak menentu.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

9
Dalam sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh
faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor itu terjalin erat satu sama lain
dan akan mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu
kemampuan berpikir kritis, mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan
menjadi reaktif terhadap rangsangan.

Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode yang menunjang


perkembangan emosi. Diantaranya :

a. Belajar dengan coba-coba

Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk


perilaku yang dapat memberikan kepuasan sedikit atau bahkan tidak
memberikan kepuasan.

b. Belajar dengan cara meniru

Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat membangkitkan emosi
orang lain.

c. Belajar dengan cara mempersamakan diri


Anak akan menirukan reaksi emosional orang yang dikagumi dan mempunyai
ikatan emosional yang kuat.

d. Belajar melalui pengondisian


Objek atau situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian
berhasil melalui metode asosiasi.
e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Dapat melalui pelatihan maupun yang lainnya.

Banyak kondisi sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta


didik dalam hubungannya dengan orang lain yang membawa perubahan untuk
menyatakan emosi. Orang tua dan guru berhak menyadari perubahan ekspresi ini
karena tidak berarti emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan mereka. Mereka juga

10
tetap membutuhkan rangsangan dan respons untuk mengembangkan pengalaman
dan kemampuannya. Bertambahnya umur juga akan berpengaruh signifikan terhadap
perubahan irama emosional. Terutama faktor pengetahuan dan pengalaman.

8. Implikasi

9. Tahap Perkembangan Emosional

C. Penerapan Belajar Dalam Konteks Moral

1. Pengertian Perkembangan Moral

Istilah moral berasal dari kata latin mos (moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moralitas juga bisa
didefinisikan dengan berbagai cara, diantaranya moralitas dikatakan sebagai
kapasitas untuk membedakan yang benar dan yang salah bertindak stas perbedaan
tersebut dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan
merasa bersalah atau malu ketika malanggar standar tersebut.

Perilaku moral menurut sejumlah ahli seperti Kohlberg (1997) terkait dengan
perkembangan kognitif seseorang yang dibentuk oleh orang tua atau keluarga.
Kohlberg (1964) menyatakan bahwa perkembangan tingkat perkembangan
seseorang amat berhubungan dengan tingkat intelegensi, pengetahuan tentang moral
yang lebih tinggi dan kecakapan seseorang dalam memahami nilai-nilai kehidupan.
Secara empiris ditemukan bahwa anak yang memiliki skor intelegensi dan status
social ekonomi lebih tinggi, memiliki tingkat pertimbangan moral lebih tinggi dari
pada anak yang memiliki skor intelegensi dan status social yang lebih rendah
(Fitzgeral,1983).

Perilaku moral pada dasarnya sesuatu yang tersembunyi dalam pikiran


seseorang karena tersimpan dalam cara berpikirnya. Maka hanya melihat tampilan
seseorang tidak cukup untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan moral di
balik tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, perilaku moral hanya dianggap
bernilai moral jika perilaku itu dilakukan secara sadar atas kemauan sendiri dan
bersumber dari pemikiran moral yang bersifat otonom (Kohlberg,1971).
11
Perkembangan moral pada dasarnya merupakan interaksi, suatu hubungan
timbal balik antara anak dengan anak, anatara anak dengan orang tua, antara peserta
didik dengan pendidik, dan seterusnya. Dengan interaksi maka kesejajaran
perkembangan moral, kognitif, dan intelegensi akan terjadi secara harmonis.
Perkembangan moral merupakan proses dinamis yang umum dalam setiap budaya.
Kohlberg telah menunjukkan dengan penelitiannya bahwa tahap-tahap
perkembangan moral berlaku sama bagi setiap orang, tidak memandang lingkup
budaya, tempat, kelas dalam masyarakat, kasta dan agama. Ia menunjukkan tahap-
tahap perkembangan moral dengan suatu tingkatan sistematis, urutan bertahap, dari
tingkat prakonvensional sampai pascakonvensional. Itu berarti bahwa perkembangan
pengertian dan pertimbangan moral dibatasi oleh perkembangan umur dan tahapan.

Perkembangan moral itu bertahap, artinya kedewasaan moral seseorang


hanya dapat meningkat satu tahap lebih tinggi ke atasnya. Kedewasaan moral tahap
kedua hanya dapat memahami pertimbangan moral ketiga, dan tidak mungkin
memahami pertimbangan moral tahap keempat. Tiap tahap yang lebih tinggi selalu
lebih umum dan kurang berpusat pada diri sendiri serta menghendaki sedikit saja
rasionalisasi. Oleh sebab itu pendidikan moral tidak banyak artinya jika materi
tentang tahap-tahap kedwasaan moral disampaikan hanya dengan ceramah, tanpa
mengajak peserta didik mengalami sendiri tingkat kedewasaan tiap tahap dan
bagaimana dapat berkembang ke satu tingkat di atasnya (Cheppy, 1988).

Dalam pandangan Kohlberg, tindakan moral atau perilaku moral seseorang


terkait dengan tingkat perkembangan inteligensi seseorang, dan tingkat inteligensi
seseorang terkait dengan kesadaran moralnya. Oleh karena itu, seseorang yang
mempunyai tingkat inteligensi tinggi, diandaikan tindakan atau tingkah laku
moralnya sesuai dengan pertimbangan moral yang tinggi pula. Gilligan (1982)
menyatakan bahwa teori Kohlberg tentang perkembangan tingkat pertimbangan
moral dan karakteristiknya bias jender karena kenis kelamin yang berbeda.
Menurutnya pemikiran perempuan tentang konflik moral lebih representative dari
pada pemikiran laki-laki (Gilligan, 1986). Perempuan lebih dipengaruhi oleh
emosinya dalam mengambil keputusan dari pada laki-laki, padahal emosi itu
merupakan pengalaman subjektif yang berupa kesadaran untuk memahami suatu
struktur situasi.

12
10. Fase dan Karakteristik Perkembangan Moral

Lawrence Kohlberg mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang


dimunculkan kedalam enam tahap perkembangan moral yang berbeda antara lain di
sajikan dalam tabel berikut :

No Tingkat Umur Nama Karakteristik


1 Tingkat 1 0-9 Prakonvensional
thn
Tahap 1 Moralitas heteronomi Melekat pada aturan
(orientasi kepatuhan dan
hukuman)
Tahap 2 Individualisme/ Kepentingan nyata
individu. Menghargai
instrumentalisme
kepentingan oranglain
(orientasi minat pribadi)
2 Tingkat 2 9-15 Konvensional
thn
Tahap 3 Reksa interpersonal Mengharapkan hidup

 (orientasi keserasian yang terlihat baik oleh


dan orang lain dan
interpersonal
anak kemudian telah
konformitas (sikap
baik)). menganggap dirinya
baik.
Tahap 4 Sistem sosial dan hati nurani Memenuhi tugas
(orientasi otoritas dan sosial untuk menjaga
pemeliharaan aturan sosial sistem sosial yang
(moralitas hukum dan berlangsung.
aturan))
3. Tingkat 3 Diatas Pascakonvensional
15 thn
Tahap 5 Kontrak sosial Relatif menjungjung
tinggi aturan dalam
memihak kepantingan
dan kesejahteraan

13
untuk semua.
Tahap 6 Prinsip etika universal Prinsip etis yang
dipilih sendiri, bahkan
ketika ia bertentangan
dengan hukum

Perkembangan moral menurut Piaget terjadi dalam dua tahapan yang jelas.
Tahap pertama disebut “tahap realisme moral” atau “moralitas oleh pembatasan”
dan tahap kedua  disebut “tahap moralitas otonomi” atau “moralitas oleh kerjasama
atau hubungan timbal balik”.

Pada tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis


terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orang tua
dan semua orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan anak mengikuti
peraturan yang diberikan oleh mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya. 

Pada tahap kedua, anaka menilai perilaku atas dasar tujuan yang
mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 tahun dan berlanjut
hingga usia 12 tahun atau lebuh. Anak mulai mempertimbangkan keadaan tertentu
yang berkaitan dengan suatu pelanggaran moral.
11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada


kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani. arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi
pada kemampuan organ fisiologis dan Proses perkembangan akan berlangsung
sepanjang kehidupan manusia.

Dalam perkembangan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai


berikut:

a. Faktor Internal
Yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya
sendiri.
1) Faktor Genetika (Hereditas)

14
Hereditas merupakan “totalitas karakeristik individu yang diwariskan orang
tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen.
Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), seluruh bawaaan
hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx) dari ibu dan
23 kromosom (pasangan xy) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut
terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis
individu atau yang memnentukan potensi-potensi hereditasnya.
Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang kritis dalam
perkembangan kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat
pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan
kemampun-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu
terhadap kehidupan setelah kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung,
tetapi yang berpengaruh langsung dengan gen adalah kualitas sistem syaraf,
keseimbangan biokimia tubuh, dan struktur tubuh.

b. Faktor eksternal
Yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa/peserta didik yang
meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa
tersebut dengan lingkungan.
Diantara faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan moral
peserta didik adalah :
1) Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat
Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan moral peserta
didik, karena lingkungan terdapat berbagai macam karakter masyarakat,
sehingga berbagai macam karakter itu sangat berpengaruh pada
perkembangan moral.

2) Culture
Jika dihitung disekitar kita, ada berpuluh bahkan beratus kelompok
masyarakat yang masing-masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat,

15
dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh terhadap perkembangan
moral peserta didik.

3) Educatif
Etik pergaulan/moral  membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Melihat pendidikan adalah proses pengoperasian ilmu yang
normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Oleh karena
itu Faktor pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibandingkan
dengan faktor yang lain.

4) Religious
Proses pembentukan  prilaku seorang anak dengan agama merupakan faktor
penting yang mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh dan berperan penting sebagai media
kontrol dalam perkembangan peserta didik

12. Implikasi

13. Tahap Perkembangan Moral ( keknya uda termasuk di karakteristik cak


kau baca)

16
17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan
benar dan salah oleh masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai perilaku yang
sesuai dengan norma benar atau salah tersebut. Perkembangan moral pada dasarnya
merupakan interaksi, suatu hubungan timbal balik antara anak dengan anak, anatara anak
dengan orang tua, antara peserta didik dengan pendidik, dan seterusnya.

Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan sama dengan perkembangan


moral, karena perilaku moral pada umumnya merupakan unsur yang mendasari tingkah
laku sosial. Artinya, seorang siswa akan dapat berperilaku sosial secara tepat jika ia
mengetahui norma perilaku moral yang sesuai dengan situasi sosial tersebut. Adapun
emosi, selain dipengaruhi oleh pengindraan dan pikiran, perilaku manusia juga disertai
oleh perasaan atau emosi. Perasaan itu bisa positif (senang) dan bisa juga negatif (tidak
senang).

Perlunya pemahaman lebih bagi orang tua dan guru dalam menumbuh
kembangkan potensi – potensi anak dalam sosial, emosi maupun moral agar kelak ia
menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, bermoral dan religius serta fungsi
pengawasan yang diperlukan untuk mebingbing anak mencapai kedewasaannya dengan
baik.

D. Saran

Bagi orang tua dan guru harus bisa memahami perkembangan anak baik secara
sosial, emosional dan moral dan harus bisa membedakan apa anak tersebut berbuat salah
dengan sengaja atau tidak disengaja karena dengan hal tersebut kita dapat memberikan
tindakan yang benar-benar tepat baik itu pemberian hadiah ataupun pemberian hukuman.

Pada makalah ini penyusun mencoba menguraikan tentang penerapan belajar


dalam konteks sosial, emosional dan moral guna menambah pengetahuan sebagai calon
pendidik. Barangkali apa yang penulis uraikan dalam makalah ini belum mencapai

18
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, S. (2013). Pembelajaran Nilai Karakter (3rd ed.). Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Alkaz, M. (2012, March 29). Perkembangan Fisik, Intelektual, Sosial, Dan Bahasa Pada
Remaja [Web log post]. Retrieved from http://mooza-
alkaz.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-fisik-intelektual-sosial.html

Asdiana. (2014, August 17). Implikasi Perkembangan Sosial dalam Penyelenggaraan


Pendidikan [Web log post]. Retrieved from
https://galeryasdiana.wordpress.com/2014/08/17/implikasi-perkembangan-sosial-
dalam-penyelenggaraan-pendidikan/

Aufa. (2016, November 9). Perkembangan Moral Peserta Didik [Web log post]. Retrieved
from https://diaryofaufa.blogspot.co.id/2016/11/perkembangan-moral-peserta-
didik.html

Bengel, P. P. (2013, April 19). Karakteristik Perkembangan Moral Anak Usia SD [Web log
post]. Retrieved from
http://pendidikananakmulaidini.blogspot.co.id/2013/04/karakteristik-perkembangan-
moral-anak.html

Biosatudeumm. (2012, December 8). Aspek Perkembangan Sosial Peserta Didik (Kelompok
4) [Web log post]. Retrieved from
http://biosatudeumm.blogspot.co.id/2012/12/aspek-perkembangan-sosial-peserta-
didik.html

19
Jaya, N. (2013, July 5). "Ini Adalah Fakta Bahwa Murid Meneladani Tindakan Nyata Bukan
Kata-Kata": Karakteristik Perkembangan Moral Peserta Didik [Web log post].
Retrieved from https://sang-aktor.blogspot.co.id/2013/07/karakteristik-
perkembangan-moral.html

Milfayetty, S., Yus, A., dkk. (2018). Psikologi Pendidikan. Medan: PPs UNIMED

Sejawat, F. (2010, October 28). Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya Bagi
Pendidikan [Web log post]. Retrieved from
https://forumsejawat.wordpress.com/2010/10/28/mengembangkan-emosi-remaja-
dan-implikasinya-bagi-pendidikan/

20

Anda mungkin juga menyukai