Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

PROTEKSI SISTEM TENAGA

DI SUSUN OLEH :

ANDRI GUNAWAN : 2212181001


DIKY RIZKI RAMDANI : 2212202003
YUSUF SETIAWAN : 2212171064

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
I

RELAY JARAK

Relay jarak (Distance Relay) merupakan proteksi pada SUTT/SUTET. Relai ini digunakan
sebagai pengaman utama (main protection) dan sebagai backup untuk seksi didepan. Relai jarak bekerja
dengan mengukur besaran impedansi (Z). Nilai impedansi didapat dari pengukuran nilai tegangan dan
arus.

Prinsip kerja relaY jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang terlihat
dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai titik terjadinya
gangguan dapat di tentukan. Perhitungan impedansi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :

Zf=Vf/If

Dimana : Zf=Impedansi (ohm)

Vf=Tegangan (Volt)

If=Arus gangguan (Ampere)

Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan yang terukur
dengan impedansi seting, dengan ketentuan :

• Bila harga impedansi ganguan lebih kecil dari pada impedansi seting relai maka relai akan trip.
• Bila harga impedansi ganguan lebih besar dari pada impedansi seting relai maka relai akan
tidak trip.

Daerah proteksi relay jarak dibagi menjadi beberapa daerah cakupan yaitu Zone-1, Zone-2,
Zone-3, serta dilengkapi juga dengan teleproteksi (TP) sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat
dan selektif di dalam daerah pengamanannya.

Gambar 1. Daerah Pengamanan Relai Jarak

Setting rele jarak berdasarkan pada derah atau zone dari saluran transmisi yang akan diproteksi.
Zone ini menggambarkan seberapa panjang saluran yang diproteksi oleh pengaman jarak. Secara
umum, zone pada proteksi rele jarak terdiri dari tiga zone, yaitu:

• Zone 1 : mengamankan saluran yang diproteksi (protected line)

Settingnya adalah 80 persen impedansi saluran yang diproteksi.

• Zone 2 : mengamankan saluran yang diproteksi (protected line) dan saluran


sebelahnya (adjacent line)
Settingnya adalah 120 persen impedansi saluran yang diproteksi.
• Zone 3 : mengamankan saluran sebelahnya (adjacent line)

Settingnya adalah saluran yang diproteksi ditambah 120 persen saluran sebelahnya
(adjacent line)

Relai jarak memiliki beberapa jenis pola yang berfungsi agar gangguan sepanjang SUTT dapat
ditripkan dengan seketika pada kedua sisi ujung saluran, maka relai jarak perlu dilengkapi fasilitas
teleproteksi.

a. Pola Dasar (Basic Scheme)

Ciri-ciri Pola dasar :

1. Tidak ada fasilitas sinyal PLC


2. Untuk lokasi gangguan antara 80 – 100 % relai akan bekerja zone-2 yang waktunya lebih lambat
(tertunda).

b. Pola PUTT (Permissive Underreach Transfer Trip)

Prinsip Kerja dari pola PUTT :

1. Pengiriman sinyal trip (carrier send) oleh relai jarak zone-1.


2. Trip seketika oleh teleproteksi akan terjadi bila relai jarak zone-2 bekerja disertai dengan
menerima sinyal. (carrier receipt).
3. Bila terjadi kegagalan sinyal PLC maka relai jarak kembali ke pola dasar.
4. Dapat menggunakan berbeda type dan relai jarak.

c. . Pola POTT (Permissive Overreach transfer Trip)

Prinsip Kerja dari pola POTT :

1. Pengiriman sinyal trip (carrier send) oleh relai jarak zone-2.


2. Trip seketika oleh teleproteksi akan terjadi bila relai jarak zone-2 bekerja disertai dengan
menerima sinyal (carrier receipt).
3. Bila terjadi kegagalan sinyal PLC maka relai jarak kembali ke pola dasar.
4. Dapat menggunakan berbeda type dan relai jarak.

d. Pola Blocking (Blocking Scheme)

Prinsip Kerja dari pola Blocking :

1. Pengiriman sinyal block (carrier send) oleh relai jarak zone-3 reverse.
2. Trip seketika oleh teleproteksi akan terjadi bila relai jarak zone-2 bekerja disertai dengan tidak
ada penerimaan sinyal block. (carrier receipt).
3. Bila terjadi kegagalan sinyal PLC maka relai jarak akan mengalami mala kerja.
4. Membutuhkan sinyal PLC cukup half duplex.
5. Relai jarak yang dibutuhkan merk dan typenya sejenis.
II

JURNAL

ARUS HUBUNG SINGKAT DIAMANKAN OLEH PENGARUH

KECEPATAN PMT

Wahyudin SN1),Tasdik Darmana2), Wahyu Yuliansyah3), Teknik Elektro, STT-PLN

Jurnal Sutet Vol. 5 No.2 Juni - Desember 2015

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna
untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke
konsumen. Fungsi dari distribusi tenaga listrik adalah pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke
beberapa tempat (pelanggan). Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan-gangguan
yang dapat mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. sistem distribusi
adalah salah satu komponen sistem tenaga listrik yang sering mengalami gangguan. Hal ini diakibatkan
karena letaknya yang berada di alam bebas. Penyebab gangguan ini misalnya petir, bencana alam, atau
rusaknya isolator. Dari bermacam gangguan pada saluran distribusi yang sering terjadi adalah gangguan
hubung singkat.

Komponen-komponen utama dalam suatu sistem tenaga listrik adalah pembangkit tenaga
listrik, sistem transmisi, sistem distribusi. Energi listrik umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit
tenaga listrik yang jauh dari perkotaan dimana para pelanggang umumnya berada kemudian di
transmisikan menuju sistem distribusi melalui sistem transmisi. sistem distribusi adalah salah satu
komponen sistem tenaga listrik yang sering mengalami gangguan karena letaknya yang berada di alam
bebas. Dibawah ini merupakan drawing proses pendistribusian energi listrik dari pembangkit hingga
konsumen.

Gambar 2 Proses penyaluran energi listrik


Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan-gangguan yang dapat
mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Dari bermacam gangguan pada
saluran distribusi yang sering terjadi adalah gangguan hubung singkat. Gangguan Hubung singkat pada
sistem tenaga listrik dapat terjadi antar fase atau fase ke tanah. Timbulnya gangguan dapat bersifat
sementara atau permanen. Pada gangguan yang bersifat sementara, gangguan tersebut akan hilang
dengan sendirinya atau memutus sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya kemudiaan
disusul dengan penutupan kembali peralatan hubung dan sistem tenaga listrik akan bekerja normal
kembali. Contoh gangguan sementara: timbul flash over antar penghantar dan tiang karena kegagalan
isolator, samabaran petir dan lain sebagainya.

a. Pengertian Sistem Proteksi

Sistem proteksi penyulang tegangan menengah ialah pengamanan yang terdapat pada sel-sel
tegangan menengah gardu induk dan pengamanan yang terdapat pada jaringan tegangan menengah.
Penyulang tegangan menegah sendiri bekerja pada rating 6 KV – 20 KV, dan terdiri dari :

• Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


• Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)

Adapun persyaratan pada sistem proteksi agar keandalan sistem tenaga listrik tetap terjaga adalah :

1. Kepekaan (Sensitivity), prinsipnya relay harus cukup peka sehingga dapat mendeteksi
gangguan dikawasan pengamanan-nya.
2. Keandalan (Realibility), persyaratan sitem proteksi untuk keandalan terdapat 3 aspek yang
perlu diperhatikan yaitu:
3. Dependability, Yaitu tingkat kepastian bekerja-nya (keandalan kemampuan bekerjanya).
4. Security, Yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah kerja (keandalan untuk tidak salah kerja).
5. Availability, Yaitu perbandingan antara waktu dimana pengamanan dalam keadaan
berfungsi/siap kerja dan waktu total dalam operasinya.
6. Selektifitas (Selectivity), Pengamanan harus dapat memisah-kan bagian sistem yang terganggu
sekecil mungkin yaitu hanya seksi atau peralatan yang terganggu saja yang termasuk dalam
kawasan utamanya.
7. Kecepatan (Speed), Untuk memperkecil kerugian/ kerusakan akibat gangguan, maka bagian
yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainya.

b. Metode Penelitian
1. Pengambilan data PMT

Tabel 1 Data PMT Pada beberapa penyulang


2. Pengambilan data OCR

Tabel 2 Data Over Curent Relay (OCR)

Gambar 3 Wiring Over Curent Relay

c. Perhitungan Arus Hubung Singkat

Jenis-jenis gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik adalah:

1. Gangguan hubung singkat tiga fasa.


2. Gangguan hubung singkat dua fasa.
3. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah.

Perhitungan arus gangguan hubung singkat adalah analisa suatu sistem tenaga listrik pada saat
dalam keadaan gangguan hubung singkat, dimana nantinya akan diperoleh besar nilai besaran-besaran
listrik yang dihasilkan sebagai akibat gangguan hubung singkat tersebut.

d. Menghitung arus gangguan

Perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan mengguna-kan rumus dasar,
impedansi ekivalen mana yang dimasukkan ke dalam rumus dasar tersebut adalah jenis gangguan
hubung singkat tiga fasa, dua fasa, atau satu fasa ke tanah.
I=V/Z

Rumus dasar hubung singkat

• hubung singkat 3 fasa


𝑉𝑝ℎ
𝐼 3𝑓𝑎𝑠𝑎 =
𝑍1 𝑒𝑞
𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ
Untuk 𝑉𝑝ℎ =
√3

Dimana : Vph-ph = Tegangan fasa netral

Vph = Tegangan fasa netral

I 3fasa = Arus gangguan 3 fasa

Z = impedansi urutan positif (Z1 eq)

• Hubung singkat 2 fasa


𝑉𝑝ℎ − 𝑝ℎ
𝐼 2𝑓𝑎𝑠𝑎 =
2𝑥𝑍1 𝑒𝑞

Dimana : Vph-ph = Tegangan fasa netral

I 2fasa = Arus gangguan 2 fasa

Z = impedansi urutan positif (Z1 eq / Z2 eq)

• Hubung singkat 1 fasa


3 𝑉𝑝ℎ
𝐼 1𝑓𝑎𝑠𝑎 =
𝑍1 𝑒𝑞 + 𝑍2 𝑒𝑞 + 𝑍0 𝑒𝑞

𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ
Untuk 𝑉𝑝ℎ =
√3

Dimana : Vph-ph = Tegangan fasa netral

Vph = Tegangan fasa netral

I 3fasa = Arus gangguan 3 fasa

Z = impedansi urutan positif (Z1 eq , Z2 eq, Z0 eq)


e. Hasil pembahasan
1. Spesifikasi Transformator Daya GI Cawang Lama

Dalam jurnal ini hanya akan membahas mengenai transformator daya #1 150/20 kV 60 MVA
dengan merk MEIDEN type BORSL-E. Data-data transformator adalah sebagai berikut:

Daya Pengenal : 60 MVA

Tegangan : 150/20 kV

Impedansi Trafo : 12.3%

Tegangan Pengenal Primer: 150 kV

Tegangan Pengenal Sekunder : 20 kV

Arus Pengenal : 1732,1 A

Frekuensi : 50 Hz

Rasio CT Trafo : 2000/5

Hubungan belitan : YNYn0 (d11)

Pendinginan : ONAN/ONAF

Pentanahan Netral Sisi Primer : Langsung

Pentanahan Netral Sisi Sekunder : 12 Ω

2. Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam jaringan ada 3, yaitu :

1. Gangguan hubung singkat 3 fasa


2. Gangguan hubung singkat 2 fasa
3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah

Perhitungan gangguan hubung singkat ini dihitung besarnya berdasarkan panjang penyulang,
yaitu diasumsikan di 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 % dari panjang penyulang Bima.

Gambar 4 Penyulang BIMA

3. Menghitung Arus Gangguan Hubung Singkat

Setelah mendapatkan nilai impedansi ekivalen yang sesuai dengan lokasi gangguan, selanjutnya
dilakukan perhi-tungan arus gangguan hubung singkat yang tergantung dari jenis gangguan hubung
singkatnya. Perhitungan arus gangguan hubung singkat berdasarkan panjang lokasi terjadinya gangguan
di 0%, 25%, 75%, dan 100% panjang penyulang.

Tabel 3 hasil perhitungan arus hubung singkat

Kurva arus gangguan hubung singkat

f. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa besarnya arus gangguan hubung singkat dipengaruhi
oleh jarak titik gangguan, semakin jauh jarak titik gangguan maka semakin kecil arus gangguan hubung
singkatnya dan begitu pula sebaliknya.
III

PROTEKSI PADA JARINGAN

TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Sistem transmisi merupakan suatu sisitem penyaluran energi dari satu tempatr ke tempat lain,
seperti dari suatu pembangkit listri ke substation ( Gardu Induk), atau juga dari satu substation ( Gardu
Induk) Ke substation (Gardu Induk) lainnya. Sitem transmisi tenaga listrik di indonesia menggunakan
tangan tinggi sampai tegangan ekstra tinggi dari mulai 70 Kv, 150 Kv, dan 500 Kv.Tujuan penggunaan
tegangan tinggi tersebut yaitu untuk mengurangi rugi-rugi akibat jatuh tegangan.

Gambar 5 Proses penyaluran energi listrik


Dalam sistem Trasmisi timbul masalah-masalah yang muncul pada saluran Transmisi, yaitu :
1. Pengaruh perubahan frekuensi pada jaringan.
2. Pengaruh dari ayunan daya pada sistem, yaitu pengaruh dari adanya gangguan atau lepasnya
sinkronisasi pada suatu pembangkit yang terganggu.
3. Pengaruh dari gangguan pada sistem transmisi.
Dari fakta-fakta diatas maka diperlukan sistem proteksi pada sistem transmisi tenaga listrik untuk
menjaga agar sistem transmisi bekerja dengan andal dan gangguan yang terjadi tidak menyebabkan
kerusakan pada sistem transmisi. Berikut ini peralatan pengaman atau proteksi pada sistem transmisi :
1. PMT
merupakan alat untuk memisahkan / menghubungkan satu bagian instalasi dengan bagian instalasi
lain, baik instalasi dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas dari bagian-bagian
instalasi tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebih.
2. Relay
Susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya adanya gangguan
atau mulai merasakan adanya ketidak normalan pada peralatan atau bagian sistem tenaga listrik.
Adapun relay yang digunakan yaitu relay arus lebih, relah hubung singkat, relay differential, dan relay
jarak.
a. Relay arus lebih / Over Curent Relay (OCR)
Relay ini adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, relay ini akan bekerja ketika arus yang
mengalir pada sistem melebihi nilai yang sudah dintetukan atau setting atau juga apabila terjadi
hubung singkat pada saluran transmisi. Cara kerjanya relai ini akan mendeteksi besaran arus yang
mengalir melalui trafo arus (CT) yang terpasang pada sistem.

Gambar 6 Contoh wiring dari OCR & Ground fault Relay

Gambar 7 Cara kerja dari OCR


b. Relay hubung tanah
Relay ini akan bekerja jika dalam jaringan transmisi terjadi hubung singkat antara fasa dengan
tanah. Relay akan bekerja dengan sangat singkat untuk memberi sinyal ke PMT untuk memutuskan
tegangan pada saluran sehingga sistem tetap aman dan tidak terjadi kerusakan pada peralatan.
Gambar 8 Cara kerja dari Ground Fault Relay
c. Relay Differential
Alat proteksi yang bekerja secara cepat dan selektif berdasarkan keseimbangan (balance), yaitu
bekerja dengan membandingkan arus yang terbaca dari trafo arus (CT) yang terpasan di dua sisi
daerah pengamanan.

Gambar 9 Contoh daerah pengamanan relay differential


Prinsip kerja dari relay ini yaitu dengan mengadopsi H.Khircof, dimana arus yang masuk dari
satu sisi harus sama dengan arus yang keluar. Merupakan alat proteksi yang paling penting pada
sistem transmisi. Relay jarak menggunakan pengukuran arus dan tegangan untuk mendapatkan nilai
impedansi yang harus diamankan.

3. Lightning Arrester
Suatu alat yang berfungsi untuk mengamankan peralatan dari tegangan lebih /abnormal yang
diakibatkan oleh sambaran petir (flash Over) dan juga surja hubung (switch surge). Cara kerja dari
arester sendiri yaitu menentralkan tegangan lebih abnormal dengan melewatkannya ke tanah.
Gambar 10 Arrester
4. Kawat tanah (Overhead Grounding)
Media pelindung penghantar fasa akibat sambaran petir. Pada umumnya overhead grounding
dipasang pada posisi paling tinggi dan di hubungkan ke grounding. Kawat tanah merupakan proteksi
pada sistem transmisi yang bersifat pasif. Ketika terjadi sambaran petir maka kawat ini akan
menyalurkan arus berlebih langsung ke tanah. Untuk besar ukuran tahanannya umumnya disarankan
kurang dari 4 ohm. Agar ketika terjadi flash over arus dapat langsung di salurkan ke tanah.

IV

PROTEKSI PETIR

Sambaran petir terbagi menjadi dua yaitu sambaran langsung dan sambaran tidak langsung.
Sambaran langsung terjadi karena arus impuls yang mengalir ke tanah, sedangkan sambaran tidak
langsung terjadi karena pancaran energi dari gelombang elektromagnetiknya atau lightning
electromagnetic pulse. Apabila petir ini menyambar sebuah gedung maka jumlah ratarata frekuensi
sambaran petir dapat dihitung:

1. Sambaran Langsung Nilai rata-rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun dapat digitung
dengan rumus:

Nd 4.10 2 .T 1.26 (ab 6 h ( a b) 9 h 2 )

Dimana: a = Panjang atap gedung (m)

b = Lebar atap gedung (m)

h = Tinggi atap gedung (m)

T = hari guruh pertahun

Nd = Jumlah rata-rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun

2. Sambaran Rata-rata frekuensi tahunan Nn dari kilat yang mengenai tanah dekat gedung dapat
dihitung dengan perkalian kerapatan kilat ke tanah pertahun Ng dengan cakupan daerah di
sekitar gedung yang disambar Ag Nn = Ng.Ag Daerah di sekitar sambaran petir (Ag) adalah
daerah disekitar gedung dimana suatu sambaran ke tanah menyebabkan suatu tambahan lokasi
potensial tanah yang dapat mempengaruhi gedung.
”SIX POINT PLAN”. Tujuan dari ”SIX POINT PLAN” ini adalah untuk menyiapkan sebuah
perlindungan yang efektif dan handal terhadap serangan sambaran petir. Keenam langkah tersebut yaitu,

1. Menangkap Petir Dengan cara menyediakan sistem penerimaan yang dapat dengan cepat
menyambut luncuran arus petir, lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat
dengan memperhitungkan besaran petir.
2. Menyalurkan Petir Luncuran petir yang telah ditangkap dilasurkan ke tanah/arde secara aman
tanpa mengakibatkan terjadinya loncatan listrik ke bangunan atau manusia.
3. Menampung Petir Dengan cara membuat sistem pentanahan sebaik mungkin.
4. Proteksi Grounding .
5. Proteksi Jalur Power.
6. Proteksi Jalur Data.

Sistem proteksi petir eksternal yang sering digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu Air Terminal,
Down Conductor dan Earthing Systems. Air Terminal merupakan bagian dari sistem proteksi petir
eksternal yang bertujuan untuk menangkap kilatan petir.

Air Terminal harus dipasang pada titik tertinggi dari suatu bangunan atau peralatan yang ingin
dilindungi dari sambaran petir. Sebagai contohnya, jika sistem proteksi petir diaplikasikan dalam
sebuah antena. Maka Air Terminal harus dipasang diatas bagian tertinggi dari antena tersebut, demikian
juga jika dipasang pada gedung atau rumah. Pemasangannya dipengaruhi oleh keadaan atap gedung
yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan yang memiliki selisih tinggi
antara bumbungan dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang sesuai adalah sistem faraday
yaitu sistem penangkal petir keliling atap datar. Sedangkan untuk atap runcing atau selisih antara tinggi
bumbungan dan lisplang lebih dari 1 meter, maka sistem yang sesuai adalah sistem franklin yaitu sistem
penangkal petir dengan elektroda batang (finial).

Air Terminal merupakan bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang bertujuan untuk
menangkap kilatan petir. Air Terminal harus dipasang pada titik tertinggi dari suatu bangunan atau
peralatan yang ingin dilindungi dari sambaran petir. Sebagai contohnya, jika sistem proteksi petir
diaplikasikan dalam sebuah antena. Maka Air Terminal harus dipasang diatas bagian tertinggi dari
antena tersebut, demikian juga jika dipasang pada gedung atau rumah. Pemasangannya dipengaruhi
oleh keadaan atap gedung yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan
yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang
sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem penangkal petir keliling atap datar. Sedangkan untuk atap
runcing atau selisih antara tinggi bumbungan dan lisplang lebih dari 1 meter, maka sistem yang sesuai
adalah sistem franklin yaitu sistem penangkal petir dengan elektroda batang (finial).

Air Terminal merupakan bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang bertujuan untuk
menangkap kilatan petir. Air Terminal harus dipasang pada titik tertinggi dari suatu bangunan atau
peralatan yang ingin dilindungi dari sambaran petir. Sebagai contohnya, jika sistem proteksi petir
diaplikasikan dalam sebuah antena. Maka Air Terminal harus dipasang diatas bagian tertinggi dari
antena tersebut, demikian juga jika dipasang pada gedung atau rumah. Pemasangannya dipengaruhi
oleh keadaan atap gedung yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan
yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang
sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem penangkal petir keliling atap datar. Sedangkan untuk atap
runcing atau selisih antara tinggi bumbungan dan lisplang lebih dari 1 meter, maka sistem yang sesuai
adalah sistem franklin yaitu sistem penangkal petir dengan elektroda batang (finial).
Earthing Systems yaitu bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang berfungsi untuk
mengalirkan arus dari petir ke tanah. Ujung Down Conductor dihubungkan dengan tahanan tanah yang
besarnya maksimum bernilai 5 ohm. Untuk mendapatkan tahanan pembumian yang kecil, diperlukan
elektroda pembumian. Prinsip dasar untuk memperoleh tahanan pembumian yang kecil adalah
denganmembuat permukaan elektroda bersentuhan dengan tanah sebesar mungkin, Sesuai dengan
rumus :

R = ῤ (L/A)

Dimana : R = tahanan pembumian [ ohm ]

ῤ = tahanan jenis tanah [ .m ]

L = panjang lintasan arus pada tanah [ m ]

A = luas penampanglintasan arus pada tanah [ m ]

Fungsi pengetanahan adalah untuk membatasi tegangan yang timbul diantara peralatan dengan
peralatan, peralatan dengan tanah dan meratakan gradien tegangan yang timbul pada permukaan tanah
akibat arus kesalahan yang mengalir dalam tanah.

➢ Sistem Proteksi Petir Internal.

Ada banyak sistem yang dapat digunakan sebagai proteksi petir internal, namun pada tulisan
ini penulis hanya akan membahas mengenai Arrester dan sangkar faraday. Arrester ini bekerja dengan
mengimplementasikan resistor nonlinier yang mempunyai nilai yang besar untuk peralatan listrik dari
tegangan yang berlebihan dari petir. Pada saat sparkover maka tegangan akan turun dan tegangan residu
arus discharge. Besarnya nilai sparkover dan tegangan residu arusnya tergantung dari karakteristik
arrester yang digunakan. Seperti dalam gambar dibawah ini, pada saat tegangan surjanya 51 kV maka
dalam waktu sepersekian detik nilai Sistem Proteksi Petir Internal dan Ekternal.

Sangkar faraday adalah suatu piranti yang dimanfaatkan menjaga agar medan listrik di dalam
ruangan tetap nol meskipun di sekelilingnya terdapat gelombang elektromagnetik dan arus listrik.
Piranti tersebut berupa konduktor yang dipasang sedemikian rupa sehingga ruangannya terlingkupi oleh
konduktor tersebut. Sangkar faraday ini diilhami oleh penemuan Michel Faraday, seorang ahli fisika
dan kimia berkebangsaan Inggris. Faraday menyatakan bahwa: “Muatan yang ada pada sangkar
konduktor hanya terkumpul pada bagian luar konduktor saja tidak berpengaruh terhadap bagian dalam”.

Efek sangkar Faraday adalah suatu fenomena kelistrikan yang disebabkan oleh adanya interaksi
partikel subatomik yang bermuatan (seperti : proton, elektron). Ketika ada medan listrik yang mengenai
sangkar konduktor maka akan ada gaya yang menyebabkan partikel bermuatan mengalami perpindahan
tempat, gerakan perpindahan tempat partikel bermuatan akan menghasilkan medan listrik yang
berlawanan dengan medan listrik yang mengenainya sehingga tidak ada medan listrik yang masuk
kedalam sangkar konduktor tersebut

Anda mungkin juga menyukai