NIM : 200205052
PERTANYAAN KELOMPOK 1
1. Bagaimana cara melindungi pasien dan masyarakat dari pengobatan yang tidak rasional
dalam rangka patient safety?
5. bagaimana apoteker memastikan mereka tidak memberikan obat yang salah kepada
pasien?
JAWAB
1. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak cukup besar dalam
penurunan mutu pelayanan kesehatan dan peningkatan anggaran pemerintah yang
dialokasikan untuk obat. Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara medik.Kementerian Kesehatan telah melakukan
berbagai strategi peningkatan penggunaan obat rasional. Dalam rangka pengendalian
resistensi antimikroba, misalnya, telah dilakukan pembatasan penyediaan antimikroba
(khususnya antibiotika) melalui kebijakan Formularium Nasional (Fornas), penetapan
standar dan pedoman terkait penggunaan antibiotika.Selain itu, telah dilakukan pula
edukasi dan pembinaan masyarakat melalui peningkatan peran tenaga kesehatan,
penyebaran informasi melalui berbagai media, workshop dan seminar.Kegiatan-
kegiatan tersebut didukung dengan advokasi kepada lintas sektor untuk meningkatkan
sinergisme terkait penggunaan obat rasional. Apoteker harus memahami dan
menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam
proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait
obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial
(sociopharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, apoteker harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan.
3. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh apotek untuk meningkatkan kualitas
pelayanan adalah
Papan nama apotek yang dapat terlihat dengan jelas, memuat nama apotek,
nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor izin apotek dan alamat apotek.
Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien yaitu bersih, ventilasi yang memadai,
cahaya yang cukup, tersedia tempat duduk dan ada tempat sampah.
Tersedianya tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat bebas terbatas serta
informasi bagi pasien berupa brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan.
Ruang peracikan.
b) Stabilitas
asumsikan pemastian pemberian obat di sini adalah saat menerima resep, terutama
resep yang ditulis tangan. Ketika mengelola resep (mulai dari menerima, meracik,
sampai memberikan obat ke pasien), TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) ataupun
Apoteker biasanya tidak benar-benar bekerja sendirian. Dalam artian (jika
mungkin), meminta teman sejawat atau teman yang bekerja dalam satu shift juga
membaca resep yang diterima untuk meminimalkan kesalahan pembacaan resep.
Salah membaca resep akan berdampak salah pemberian obat.
Biasanya, untuk Apoteker atau TTK yang sudah bekerja lama mereka akan
langsung tahu jika ada kejanggalan pada resep.
Jika pasien membeli obat tidak menggunakan resep, dapat dipastikan langsung
kepada pasien tersebut apakah benar obat yang diberikan adalah obat yang
dimaksud, atau melakukan konseling untuk memastikan obat apa yang
dibutuhkan pasien (kondisi pasien hanya meminta obat untuk penyakit tertentu
tanpa tahu merk atau nama obatnya).