Anda di halaman 1dari 25

ANALGETIK

Dosen Pengampu : Apt. Tri Nova Lovena,S.Farm,M.Si


KELOMPOK 5 PENGANTAR FARMAKOLOGI :
1. RIZKA AZMI
2. NURUL IHKSANI
3. SITI RAHMAH
Pengertian
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada pengguna.

Analgetik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang
digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk obat anti radang non
steroid (NSAID) seperti salisilat, obat narkotika seperti morfin dan obat sintesis
bersifat narkotik seperti tramadol.
Lanjutan...
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran
akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan
sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap
perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses
pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit,
sedangkan narkotik menckan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh
rangsangan sakit.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar
kita sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi,
salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgetik
atau pereda nyeri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek
antipiretik.
Macam - Macam
Obat Analgetik
ANALGETIK OPIOID
ANALGETIK NON-
ATAU ANALGETIK
NARKOTIK
NARKOTIKA

Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain
berdasarkan struktur kimianya, pembagian diatas juga didasarkan pada nyeri
yang dapat dihilangkan.
1. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika

Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan


Papever somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk
meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ
viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan
toleransi dan ketergantungan.
Toleransi ialah adanya penurunan efek, sehingga untuk mendapatkan efek
seperti semula perlu peningkatan dosis. Karena dapat menimbulkan
ketergantungan, obat golongan ini diawasi secara ketat dan hanya untuk nyeri
yang tidak dapat diredakan oleh AINS.
a. Morfin HCI
Morfin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk
nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di indonesia
tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupaan standar yang digunakan
Analgetik sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain menghilangkan
nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental. Meskipun
narkotikmorfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih mudah
yang sampai dan menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papaver somniferum.
sekarang Morfin paling mudah larut dalam air dibandingkan golongan opioid lain dan
masih kerja analgesinya cukup panjang (long acting).
digunakan di
Indonesia b. Kodein
Kodein mempunyai analgesic yang kurang poten dibanding morphin.
tetapi mempunyai kemanjuran peroral yang lebih tinggi. Obat ini mempunyai
potensi penyalahgunaan yang lebih rendah daripada morfin. Kodein sering
digunakan dalam kombinasi aspirin atau asetaminofen..

c Fentanil HCI
Fentanil adalah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100 x
Analgetik morfin. Fentanil merupakan opioid sintetik dari kelompok fenilpiperedin.
narkotik Lebih larut dalam lemak dan lebih mudah menembus sawar jaringan.
yang sampai
sekarang d. Petidin
masih Petidin (meperidin, demerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat
digunakan di berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang
Indonesia mendekati sama. Secara kimia petidin adalah etil-Imetil-fenilpiperidin-4
karboksilat.
e. Tramadol
Tramadol adalah analgesik yang bekerja sentral, agonis terhadap
reseptor serta mempunyai afinitas yang lemah pada reseptor k dan d.
Analgetik Melalui reseptor tramadol meningkatkan efek inhibisi descending spinal
narkotik melalui penurunan reuptake norepinefrin dan serotonin. Efek tramadol
yang sampai hanya bisa diantagonis oleh nalokson sebesar 30%. Tramadol dibuat
sekarang sebagai rasemik yaitu campuran antara enansiomer dimana enansiomer
masih yang satu berfungsi menghambat reuptake norepinefrin sedangkan yang
digunakan di satu lagi bekerja menghambat reuptake serotonin. Tramadol
dimetabolisme di hepar melalui enzim P-450 menjadi O-dismetiltramadol
Indonesia
dan di sekresikan oleh ginjal dalam bentuk metabolic aktif sehingga pada
seseorang yang mengalami gangguan hati dan ginjal harus dikurangi
dosisnya.
2. Analgetik Non Narkotik

Obat Analgesik Non-Narkotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal


dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non
narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek
menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik Obat Analgesik
Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda
halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi
yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu
Macam - hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.
Macam

b. Paracetamol/acetaminophen
Analgetik
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
Non parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
Narkotik penggunaan salisilat. Sebagai analgesik. parasetamol sebaiknya tidak
digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika
dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak
menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang
berfungsi meningkatkan efektifitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
c. Asam Mefenamat
Macam -
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat
Macam sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan
Analgetik obat antikoagulan harus diperhatikan Efek samping terhadap saluran
Non cema sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap
mukosa lambung.
Narkotik

Cara Kerja Obat Analgetik

1.Mekanisme kerja Analgetik Narkotik


Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam
pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek
sampingnya. Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang
oleh fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme
supreaditif ini tidak diketahui dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam
kecepatan biotransformasi opioid yang berperan dalam kerja opioid. Beberapa
fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat
analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napus akibat morfin akan diperberat
oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.

Cara Kerja Obat Analgetik

2.Mekanisme kerja Analgetik Non Narkotik


Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan
temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan
penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer
(vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh. Efek analgetik timbul
karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera
umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan
histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls
nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat
terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik
dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol).
1.Analgetik Narkotika :
a. Morfin dan Alkaloid Opium
Indikasi Dan 1) Indikasi
Kontraindikasi a) Meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat
diobati dengan dengan analgesic non-opioid.
Obat b) Mengurangi atau menghilangkan sesak napas akibat edema
Analgetik pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri.


c) Mengehentikan diare

2) Kontraindikasi
Orang lanjut usia dan pasien penyakit berat, emfisem,
kifoskoliosis, korpulmonarale kronik dan obesitas yang ekstrim.
b. Meperidin dan Derivat Fenilpiperidin Lain
1) Indikasi
a) Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia.
Indikasi Dan b) Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan analgesia
Kontraindikasi obstetric dan sebagai obat praanestetik.

Obat 2) Kontraindikasi
Analgetik Pada pasien penyakit hati dan orang tua dosis obat harus


dikurangi karena terjadinya perubahan pada disposisi obat.
Selain itu dosis meperidin perlu dikurangi bila diberikan bersama
antisipkosis, hipnotif sedative dan obat-obat lain penekan SSP.
Pada pasien yang sedang mendapat MAO inhibitor pemberian
meperidin dapat menimbulkan kegelisahan, gejala eksitasi dan
demam.
2. Analgetik Non-narkotik
a.Salisilat
1) Indikasi
Indikasi Dan a. Mengobati nyeri tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi,
Kontraindikasi nyeri haid, neuralgia dan myalgia.
Obat b. Demam reumatik akut
Analgetik 2) Kontraindikasi

Anak dan remaja di bawah usia 16 tahun dan ibu menyusui
(Sindrom Reye; lihat bawah); riwayat maupun sedang menderita
tukak saluran cerna; hemofilia; tidak untuk pengobatan gout.
b.Parasetamol
1) Indikasi
Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesic dan
Indikasi Dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
Kontraindikasi analgesic lainnya, parasetamol sebaiknya tidka diberikan terlalu
lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati analgesic.
Obat
Analgetik
2) Kontraindikasi

Penggunaan semua jenis analgesic dosis besar secara menahun
terutama dalam analgesic. kombinasi berpotensi menyebabkan
nefropati
c.Asam mefenamat.

1) Indikasi
Sebagai analgesic, sebagai anti-inflamasi,
Indikasi Dan
Kontraindikasi 2) Kontraindikasi
Tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak dibawah 14 tahun
Obat
dan wanita hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari. Penelitian
Analgetik klinis. menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid

mengurangi kehilangan darah secara bermakna.
d) Ibuprofen

1) Indikasi
Indikasi Dan Bersifat analgesic dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu
Kontraindikasi kuat.
Obat 2) Kontraindikasi
Analgetik Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan


menyusui karena ibuprofen relative lebih lama dikenal dan tidak
menimbulkan efek samping serius pada dosis analgesic.
Dosis dan Sediaan Obat
Analgetik
1. Analgetik Opioid atau Analgetik Narkotika
a. Morfin
Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan
diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau
mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa
1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yang diperlukan.

b. Fentanil
Dosis 1-3 /kg BB analgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya
dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis
besar 50-150 mg/kg BB digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan
anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada bedah
jantung. Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50 mg/ml.
Dosis dan Sediaan Obat
Analgetik

c. Petidin
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg: suntikan 10 mg/ml. 25 mg/ml, 50
mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml.; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong
dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak 1-1,8 mg/kg BB.

d. Tramadol
Dosis tramadol 3mg/kgBB oral, IM, maupun IV efektif untuk penanganan nyeri sedang
hingga berat. Selain itu tramadol juga dapat digunakan sebagai agent anti menggigil
postoperative.
Dosis dan Sediaan Obat
Analgetik
1. Analgetik Non Narkotika

a. Paracetamol
Dosis : Untuk nyen dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g. maksimum 4 g/hari,pada penggunaan
kronis maksimum 2.5g/hari. Anak-anak:4 6 dd 10mg/kg.yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60
mg, 1-4 thn 120 180mg.4-6 thn 180mg.7-12 thn 240-360mg 4-6x sehari. Rektal 20mg/kg
setiap kali.dewasa 4 dd 0.5-1 g. anak-anak usia 3-12 bln 2-3 dd 120mg, 1-4 thn 2-3 dd 240
mg,4-6 thn 4 dd 240 mg,dan 7 12 thn 2-3 dd 0,5 g.
Sediaan : Parasetamol (generik) siruf 120 mg/5 ml, Tablet 100 mg, 500 mg.

b. Asam mefenamat.
Dosis : Permulaan 500 mg.lalu3-4 dd 250 mg p.c.
Sediaan : Asam mefenamat (generik) kaptab 250 mg. 500 mg
Dosis dan Sediaan Obat
Analgetik
c. Acetosal/asam asetil salisilat
Dosis : Pada nyeri dan demam oral 4 dd 0,5-1gp.c.maksimum 4 g sehari, anak-anak
sampai 1 tahun 10mg/kg 3-4 kali sehari, 1-12 tahun 4-6 dd, diatas 12 tahun 4 dd 320-
500mg, maksimum 2g/hari. Rectal dewasa 4 dd 0,5-1 g. anak-anak sampai 2tahun 2 dd
20mg/kg, diatas 2 tahun 3 dd 20mg/kg pc. pada rema oral dan rectal 6 dd 1g.
maksimum 8g/hari, pada serangan migren single dose dari lg. 15 30 menit sesudah
minum domperidon atau metoklopramida. Untuk prevensi sekuder infark jantung 1 dd
100mg dan setelah TIA 1 dd 40-100mg dengan loading-dose dari 100mg.
Sediaan: Acetosal (generik) tablet 100mg, 500 mg.

d. Fenilbutazon (butazolidin, new skelan, pehazon forte)


Dosis : Pada serangan rema atau encok oral dan rectal 2-3 dd 200 mg.
Sediaan : Phenylbutazone (generik) kaplet 200 mg
Efek
Samping
Dalam penggunaan yang tidak rasional, analgetik non-opioid dapat
menimbulkan efek samping seperti gangguan saluran cerna, meningkatnya waktu
perdarahan, penglihatan kabur, perubahan minor uji fungsi hati. Penggunaan
dengan dosis yang berlebihan mengakibatkan berkurangnya fungsi ginjal.

Efek samping obat-obat analgetik golongan opioid memiliki pola yang sangat
mirip, termasuk depresi pernafasan, mual, dan muntah, sedasi dan konstipasi. Selain
itu, semua opioid berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan dan ketagihan.
Toleransi adalah kebutuhan fisiologik untuk dosis yang lebih tinggi untuk
mempertahankan efek analgetik obat. Adiksi atau ketergantungan psikologik
mengacu kepada sindrom perilaku berupa hilangnya kekhawatiran berkaitan dengan
penggunaan dan akuisisi obat, yang menyebabkan perilaku menimbun obat dan
peningkatan dosis tanpa pengawasan.
1. Anief. Moh. 2000. Prinsip Umum dan Dasar
Farmakologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada University Press.

2. Gunawan.G.Sulistia, 2007. Farmakologi dan


Terapi. Balai Penerbit FKUI Jakarta
3. Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan
Daftar Klinik buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Pustaka 4. Muhtadi. A, 2011, Penuntun Praktikum


Farmakologi. Jatinangor: Laboratorium
Farmakologi, Fakultas Farmasi UNPAD.

5.Priyanto, Apt, M. Biomed. 2008. Farmakologi


Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan

6.Keperawatan. Liskonfi, Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai