Anda di halaman 1dari 28

OBAT-OBAT ANALGETIK

Disusun Oleh:
Akbar Muhammad Ramadhan
H1AP13029

Pembimbing
dr. Zulki Maulub R, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK
RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU/ RS. BHAYANGKARA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
Obat-obat analgesik
• Obat adalah bentuk pengendalian nyeri yang paling
sering digunakan.
• Terdapat kelompok obat nyeri yaitu analgesik non
opioid, analgesik opioid dan adjuvan atau koanalgesik.
Farmakologi
MEKANISME KERJA OBAT ANALGETIK
• Golongan obat AINS bekerja diperifer
menghambat pelepasan mediator sehingga aktifitas
enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa
prostaglandin tidak terjadi.
• Analgetik opioid bekerja di sentral  menempati
reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga
terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan
perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.
WHO Three-step Analgesic Ladder.
• Pada mulanya, langkah pertama, hendaknya menggunakan obat
analgesik non opiat.
• Apabila masih tetap nyeri naik ke tangga/langkah kedua, yaitu
ditambahkan obat opioid lemah misalnya kodein.
• Apabila ternyata masih belum reda atau menetap maka, sebagai
langkah ketiga, disarankan untuk menggunakan opioid keras
yaitu morfin.
Analgesik non-opioid (obat anti
inflamasi non steroid/OAINS)
• OAINS  bekerja di tempat cedera melalui inhibisi
sintesis prostaglandin dari prekursor asam arakidonat.
• Prostaglandin mensensitisasi nosiseptor dan bekerja
secara sinergis dengan produk inflamatorik lain di
tempat cedera, misalnya bradikinin dan histamin,
untuk menimbulkan hiperalgesia.
• OAINS tidak menimbulkan ketergantungan atau
toleransi fisik.
• Penyulit yang tersering berkaitan dengan pemberian
OAINS adalah gangguan saluran cerna,
meningkatnya waktu pendarahan, pengelihatan kabur,
perubahan minor uji fungsi hati, dan berkurangnya
fungsi hati, dan berkurangnya fungsi ginjal.
(NSAID)

Salicylates p-Aminophenol Derivatives


• Aspirin • Acetaminophen (Tylenol)
adalah metabolit dari
• Hambat biosintesis fenasetin.
prostaglandin  • Hambat prostaglandin
jaringan perifer
hambat COX secara
ireversibel • Untuk nyeri ringan-sedang 
nyeri kepala, mialgia, nyeri
pasca persalinan.
• Efek samping 
gangguan lambung • Efek samping  pusing
Indoles and Related
Compounds (Derivat
as.asetat inden) Fenamates
• Indomethacin (Indocin) • Meclofenamate
• > efektif daripada aspirin (Meclomen), turunan asam
fenamat.
• Inhibitor prostaglandin
terkuat. • Obat ini meningkatkan
• Efek samping  nyeri efek antikoagulan oral.
abdomen, diare, • Kontraindikasi pada ibu
pendarahan saluran cerna, hamil
dan pancreatitis, serta
menimbulkan nyeri
kepala
Arylpropionic Acid Derivatives Pyrazolone Derivatives
(Derivat as.propionat) (Derivat Pirazolon)

• Ibuprofen • Phenylbutazone
(Butazolidin)  pengobatan
• KI  polip hidung, artristis rhematoid
angioedema, dan reaktivitas
bronkospastik terhadap
• Efek anti-inflamasi yang
kuat
aspirin.
• Efek samping: gejala saluran • Efek samping 
agranulositosis, anemia
cerna.
aplastik, anemia hemolitik,
dan nekrosis tubulus ginjal
Acetic Acid Derivatives
Derivat oksikam (Derivat as. Fenil asetat)
• Piroxicam • Diclovenac (Volatren)
• Waktu paruhnya panjang • Inhibiotr COX kuat dengan
untuk pengobatan artristis efek antiinflamasi , analgetik,
rematoid, dan berbagai dan antipiretik.
kelainan otot rangka. • Pengobatan arthritis
rheumatoid dan berbagai
• Efek sampingnya meliputi kelainan otot rangka.
tinitus, nyeri kepala, dan
rash. • ES: distress saluran cerna,
perdarahan saluran cerna
dan tukak lambung.
Efek samping golongan NSAID
• Gangguan saluran cerna
• Hipersensitivitas kulit
• Gangguan fungsi ginjal
• Gangguan fungsi hepar
• Gangguan sistem darah
• Gangguan kardiovaskuler
• Gangguan respirasi
• Keamanan belum terbukti pada wanita hamil, menyusui, proses
persalinan, anak kecil, manula.
Analgesik opioid
• Opioid saat ini adalah analgesik paling kuat yang tersedia
dan digunakan dalam pengobatan nyeri sedang sampai
berat.
• Obat-obat ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri
pasca operasi dan nyeri terkait kanker
Mekanisme kerja
• Mekanisme pasti kerja opioid telah semakin jelas sejak penemuan resptor-
reseptor opioid endogen di sistem limbik, talamus, PAG, substansia
gelatinosa, kornu dorsalis dan usus.

• Dengan mengikat reseptor opioid di nukleus modulasi-nyeri di batang otak,


morfin menimbulkan efek pada sistem-sistem desenden yang menghambat
nyeri.

• Selain itu, semua opioid berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan


dan ketagihan (adiksi).
Golongan Opioid
1. Opioid natural (morfin, kodein, pavaperin,
dan tebain)
2. Semisintetik (heroin, dihidro
morfin/morfinon, derivate tebain)
3. Sintetik (petidin, fentanil, alfentanil,
sufentanil dan remifentanil).
MORFIN
• Efek morfin tjd pd susunan • Indikasi  meredakan atau
syaraf pusat dan organ yg menghilangkan nyeri hebat,
mengandung otot polos. tidak dapat diobati dengan
analgesik non-opioid.
• Depresi  analgesia, sedasi,
perubahan emosi,
hipoventilasi alveolar.
• Stimulasi  stimulasi
parasimpatis, miosis, mual
muntah, hiperaktif reflek
spinal, konvulsi dan sekresi
hormon anti diuretika
(ADH).
Morfin
Efek samping Dosis dan sediaan
• Depresi pernafasan • Tablet, injeksi,
• Nausea, vomitus supositoria.
• Disforia, pruritus • Dosis nyeri sedang 
• Konstipasi kenaikkan 0,1-0,2 mg/ kg BB.
tekanan pada traktus bilier
• Untuk nyeri hebat  1-
• Retensi urin, dan 2 mg intravena, diulang
hipotensi. sesuai diperlukan.
Pethidin
• Seperti halnya morfin, • Efektivitasnya lebih rendah
meperidin (petidin) dibanding morfin, tetapi lebih
menimbulkan efek tinggi dari kodein.
analgesia, sedasi, euforia, • Durasi analgesinya pada
depresi nafas dan efek penggunaan klinis 3-5 jam.
sentral lainnya.
• Dibandingkan dengan morfin,
• Waktu paruh petidin meperidin lebih efektif
adalah 5 jam. terhadap nyeri neuropatik.
Pethidin
Indikasi dan dosis Efek samping
• Digunakan untuk • pusing, berkeringat
menimbulkan analgesia.
• Sediaan tablet 50 dan 100 mg
• euforia
• suntikan 10 mg/ml, 25 • mulut kering, mual-
mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml, muntah
100 mg/ml. ; • perasaan lemah, gangguan
• larutan oral 50 mg/ml. penglihatan
• Dosis bayi dan anak ; 1-1,8 • palpitasi, disforia, sinkop
mg/kg BB. dan sedasi.
Fentanil
Farmakodinamik Indikasi
• Turunan fenilpiperidin ini • Efek depresi > analgesi.
merupakan agonis opioid poten.
• Dosis 1-3 mg /kg BB
• Sebagai suatu analgesik, fentanil 75-
125 kali lebih poten dibandingkan (30 menit)
dengan morfin. • Sediaan suntikan 50
• Awitan yang cepat dan lama aksi mg/ml.
yang singkat mencerminkan
kelarutan lipid yang lebih besar pd EFEK  kekakuan otot
fentanil dibandingkan dengan punggung,
morfin.
Adjuvan atau koanalgesik
• Obat adjuvan atau koanalgetik  obat yang semula
dikembangkan untuk tujuan selain menghilangkan
nyeri tetapi kemudian ditemukan memilki sifat
analgetik atau efek komplementer dalam
penatalaksanaan pasien dengan nyeri.
• Sebagian dari obat ini sangat efektif dalam
mengendalikan nyeri neuropatik yang mungkin tidak
berespon terhadap opioid.
• Anti kejang, ex: karbamazepin atau fenitoin (dilantin)
Anti kejang ini efektif untuk nyeri neuropatik karena
obat golongan ini menstabilkan membran sel saraf
dan menekan respon akhir di saraf.
• Antidepresan trisiklik,ex: amitriptilin atau imipramin,
 analgetik yang sangat efektif untuk nyeri
neuropatik serta berbagai penyakit lain yang
menimbulkan nyeri.
• Obat adjuvan lain  adalah hidroksizin
(vistaril), yang memiliki efek analgetik pada
beberapa penyakit dan efek aditif apabila
diberikan bersama morfin;
• pelemas otot ex: diazepam (valium), yang
digunakan untuk mengobati kejang otot yang
berkaitan dengan nyeri;
Kesimpulan

• Tujuan keseluruhan dalam pengobatan nyeri adalah


mengurangi nyeri sebesar-besarnya dengan
kemungkinan efek samping paling kecil.
• Penanganan nyeri paska pembedahan yang efektif
harus mengetahui patofisiologi dan pain pathway
sehingga penanganan nyeri dapat dilakukan dengan
cara farmakoterapi (multimodal analgesia)serta
perawatan yang baik
REFERENSI
1. Charlton ED. Posooperative Pain Management. World Federation of Societies of
Anaesthesiologists http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u07/u07_009.htm
2. Conn D, Murdoch J. Manajemen Nyeri Akut. In : Kedokteran Perioperatif. Oxford University Press
; 2000. p.57-69.
3. Chelly JE, Gebhard R, Coupe K, et al. Local anesthetic delivered via a femoral catheter by patient-
controlled analgesia pump for pain relief after an anterior cruciate ligament outpatient procedure.
Am J Anesthesiol. 2001;28:192-4.
4. Gwirtz K. Single-dose intrathecal opioids in the management of acute postoperative pain. In:
Sinatra RS, Hord AH, Ginsberg B, Preble LM, eds. Acute Pain: Mechanisms & Management. St
Louis, Mo: Mosby-Year Book; 1992:253-68
5. Jensen MP, Martin SA, Cheung R. The meaning of pain relief in a clinical trial. The Journal of
Pain. 2005 ; 6 (6) : 400-6.
6. Jensen MP, Chen C, Brugger AM. Interpretation of visual analog scale ratings and change scores : a
reanalysis of two clinical trial of postoperative pain. The Journal of Pain. 2003 ; 4(7) : 401-7.
7. Mahajan R, Nathanson M. Anaesthesia. London ; Elsevier Churchill Livingstone. 2006
8. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Pain Managament. In : Morgan GE, editor. Clinical
Anesthesiology, 4thed. Lange Medical Books/McGraw-Hill ; 2006. p. 359-412.
9. Tanra AH. Pengelolaan Nyeri Paska Bedah. Pertemuan Ilmiah Berkala (PIB) IX IDSAI. Medan ;
2002 : 413.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai