Anda di halaman 1dari 24

Paper Program Pemuliaan Tanaman

Peningkatan Kualitas Produk Sorgum


dengan Perbaikan Sifat Agronomi

Oleh :

Nama :

NIM

POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan paper tentang Program
Pemuliaan Tanaman Sorgum yang berjudul Perbaikan Sifat Agronomi dan
Kualitas Produk Sorgum, yang merupakan tugas dari mata kuliah Dasar Genetika
dan Pemuliaan Tanaman.

Paper ini disusun secara sistimatis yang menyajikan tentang program


pemuliaan tanaman sorgum untuk memperbaiki sifat agronomi dan kualitas
produk sorgum untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pangan dan pakan
ternak alternatif.

Dalam penulisan paper ini, tak luput dari kesalahan serta masih banyak
hal yang perlu diperbaiki, oleh karena itu saya mohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan paper ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan dapat diterapkan untuk budidaya tanaman sorgum.

Yogyakarta , 19 Mei 2013

Hormat saya,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................

PENDAHULUAN ......................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................


B. Tujuan .....................................................................................
PEMULIAAN SORGUM ...........................................................................

 Penentuan Idiotipe Varietas ....................................................


 Metode Pemuliaan Tanaman ..................................................
 Metode Seleksi .......................................................................
 Metode Pengujian ...................................................................
 Bagan Alir Kegiatan Pemuliaan dan Seleksi ...........................
 Proses Pelepasan Varietas.....................................................
PENUTUP ................................................................................................

 Kesimpulan .............................................................................
 Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sorgum merupakan salah satu tanaman bahan pangan penting di dunia.


Tanaman sorgum mempunyai keunggulan yang tak kalah dengan tanaman
pangan lain seperti, daya adaptasi luas, tahan terhadap kekeringan, dapat
diratun, dan sangat cocok dikembangkan di daerah marginal. Seluruh bagian
tanaman mempunyai nilai ekonomis. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga
mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan
baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang
(mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya.
Pengembangan komoditi sorgum sebagai bahan makanan dirasa sangat perlu,
terutama dalam usaha penganekaragaman bahan pangan. Dipandang dari segi
kegunaannya, sorgum dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai sumber kalori.
Mengingat hal tersebut di atas, sebenarnya sorgum merupakan salah satu
komoditi nonberas yang dapat diharapkan menjadi bahan pangan baru. Dengan
demikian dapat mengurangi kebutuhan beras. Ditinjau dari nilai gizinya, sorgum
mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, yaitu mengandung karbohidrat 83
persen, protein 11 persen, lemak 3.3 persen, serta vitamin B 1, mineral-mineral
seperti Fe, P, dan Ca dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan tubuh. Dalam
berat tiap satuan penukar yang sama (50 gram), sorgum giling dapat
menggantikan kedudukan beras sebagai bahan makanan sumber karbohidrat
dengan mengandung kira-kira 181 kalori dan 4 gram protein. Ternyata nilai gizi
sorgum giling juga tidak lebih rendah dari pada jenis serelia lainnya.

Pada konsumsi dan produksi nasional sampai sekarang sangat


ditekankan pada beras. Ketergantungan kita pada beras akan merupakan
bahaya besar. Perlu segera dikembangkan usaha-usaha diversifikasi pertanian
serta usaha penganekaragaman pangan. Maka perhatian yang sungguh-
sungguh harus dicurahkan pada komoditi lain sebagai sumber kalori. Dalam
keadaan rawan pangan diharapkan sorgum dapat dipakai sebagai bahan pangan
untuk campuran beras, bahkan dapat menggantikan sementara kedudukan
beras. Hal ini dapat diharapkan pula mengingat beras dan sorgum giling
(nonwaxy) mempunyai beberapa sifat zat pati yang hampir sama. Dalam
pengolahannya sangat sederhana dan tidak memerlukan perlakuan tambahan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari program pemuliaan tanaman sorgum adalah untuk


memperbaiki sifat agronomi (tanaman pendek, umur genjah, tahan rebah) dan
kualitas produk sorgum untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pangan dan
pakan ternak alternatif di daerah kering khususnya selama musim kemarau .
PROGRAM PEMULIAAN SORGUM

Penentuan Idiotipe Varietas

Varietas unggul dari sorgum anjuran yang digunakan dalam program


pemuliaan tanaman sorgum yaitu: Varietas Ketengu, varietas No. 6C, varietas
keris . Ciri dan karakteristik varietas tersebut yaitu :

a) Varietas Ketengu

 Asal : Afrika
 No. Silsilah : 183
 Umur berbunga : 63-73 hari
 Umur panen : 110-115 hari
 Ukuran batang : Sedang
 Sifat tanaman : Tidak beranak dan tidak bercabang
 Tinggi tanaman : 200-300 cm
 Bentuk daun : Sedang
 Jumlah daun : 10-12 helai
 Sifat malai : Kompak
 Bentuk malai : Elip
 Sifat sekam : Menutup sepertiga bagian biji
 Warna sekam : Putih
 Warna biji : Putih
 Kandungan protein : 10.4 %
 Kandungan tanin :-
 Hasil : ± 3.5 ton/ha
 Ketahanan terhadap penyakit utama : Tahan

b) Varietas No. 6C

 Asal : Amerika
 No. Silsilah : 548
 Umur berbunga : 60-70 hari
 Umur panen : 96-106 hari
 Ukuran batang : Sedang
 Tinggi tanaman : 165-240 cm
 Bentuk daun : Sedang
 Jumlah daun : 10-14 helai
 Sifat malai : Setengah kompak
 Bentuk malai : Bulat telur
 Warna biji : Cokelat
 Kandungan protein : 9.6 %
 Kandungan tanin : 0.119 %
 Hasil : 3-5 ton/ha
 Ketahanan terhadap penyakit utama : Tahan

c) Varietas Keris

 Asal : Banglades
 No. Silsilah : 142 B
 Umur berbunga : 45-50 hari
 Umur panen : 70-80 hari
 Ukuran batang : Kecil
 Sifat tanaman : Kadang-kadang beranak dan
bercabang
 Tinggi tanaman : 80-125 cm
 Bentuk daun : Sempit
 Jumlah daun : 8-120 helai
 Sifat malai : Agak mencar
 Bentuk malai : Piramid
 Warna sekam : Hitam
 Warna biji : Putih kapur (kuning)
 Kandungan protein : 8.38 %
 Hasil : 2-3 ton/ha
 Ketahanan terhadap penyakit utama : Agak peka
Pemilihan Material Genetik ( Bahan Tetua )

Adapun masing-masing sifat dari bahan tetua yang akan di silangkan yaitu :

1. Varietas Ketengu

Varietas ini mempunyai daya produksi ± 3.5 ton/ha, berbiji putih,


kandungan protein 10.4 % dengan rasa sebagai nasi cukup enak. Namun
tinggi tanaman 200-300 cm dengan ukuran batang sedang, umurnya relatif
lebih panjang sehingga resiko kegagalan panen akan lebih besar karena
rentan terhadap kekeringan serta resisten terhadap hama dan penyakit.

2. Varietas No. 6C

Varietas ini mempunyai daya produksi lebih baik dari pada varietas
Ketengu yaitu 3-5 ton/ha, tinggi tanaman 165-240 cm dengan ukuran batang
sedang, umurnya pendek atau genjah. Namun pada varietas No. 6C ini
kandungan proteinnya 9.6 % dan biji berwarna kecokelatan resisten terhadap
hama dan penyakit.

3. Varietas Keris

Varietas ini mempunyai daya produksi 2-3 ton/ha, kandungan protein 8.34
%. Varietas ini berbiji putih kapur (kuning), umurnya genjah, dan tinggi
tanaman 80-125 cm sehingga lebih mempermudah pemanenan serta agak
resisten terhadap penyakit.
Metode Pemuliaan Tanaman

Sorgum bersifat penyerbukan silang. Untuk suatu satuan pertanaman ,


biasanya dianjurkan agar menanam 3 varietas. Sebab apabila terlalu banyak
jenis yang di tanam , maka pertanaman dan produksinya menjadi kurang
seragam. Sebaliknya tidak boleh hanya menanam 2 jenis varietas, karena
komposisi semacam itu mengandung banyak resiko bagi tercapainya produksi
yang memuaskan.

Adapun metode pemuliaan tanaman sorgum yang dilakukan adalah


dengan penyerbukan silang buatan, awalnya sorgum varietas ketengu
disilangkan dengan varietas No 6C, masing-masing tetua memiliki sifat unggul,
diharapkan pada persilangan antara 2 varietas ini akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dengan rasa nasi yang enak dan memiliki kandungan
protein yang tinggi, serta memiliki sifat-sifat agronomi yang baik ( berbiji putih,
tanaman pendek, umur genjah, tahan rebah ) serta resisten terhadap hama Ulat
Ostrinia ( Oatrinia spp ).

Langkah-langkah penyerbukan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan seluruh alat breeding ( seperti : pisau, kantong , skalet halus ,


gunting , spidol , tali rafia ) .
2. Memilih dan menyeleksi tanaman sorgum yang layak digunakan untuk
persilangan yang memiliki waktu pembungaan yang sama ( dipilih tanaman
yang tidak cacat secara fisik dan sehat atau tidak sedang terserang hama
dan penyakit ) .
3. Memberikan tanda pada batang dan kantung ( misal untuk varietas
Ketengu: Varietas Ketengu Inbreeding 1 dan untuk varietas No 6C :
Varietas No 6C Inbreeding 1 ) lalu menentukan tetua mana yang akan kita
gunakan pejantan dan betina .
4. Memotong benang sari yang akan digunakan sebagai tetua betina untuk
mencegah kerjadinya selfing, lalu menutup bunga sorgum tersebut dengan
kantung untuk mencegah terjadinya penyerbukan oleh tanaman lain,
setelah itu dibuka bila ingin melakukan penyerbukan dan setelah bunga
masak ( benang sari telah siap untuk membuahi dan putik telah siap untuk
dibuahi ), lalu menggunakan skalet untuk mengambil serbuk sari, dan
mengoleskannya secara perlahan ke kepala putik. Setelah itu ditutup
dengan menggunakan kantung.
5. Menunggu hingga terjadi proses pembuahan .

Metode Seleksi

Setelah hibrid varietas unggul didapat melalui inbreeding ,maka langkah


selanjutnya dilakukan seleksi kombinasi (pedigree) ;
 Pencatatan dilakukan pada setiap anggota populasi bersegregasi dari hasil
persilangan. Persilangan dimulai dari sepasang tetua homosigot yang
berbeda dan diperoleh F1 yang seragam, terjadi selfing dihasilkan F2
kemudian diseleksi.
 F1 6-8 biji akan dihasilkan 1000 biji F2 ( 500 ditanam, hanya 10 % diseleksi =
50 tanaman untuk F3 ).
 Perbandingan seleksi 10 : 1 F2 ke F3 ( tergantung banyaknya sifat ).
 Generasi F3 penting untuk mengetahui heterosigot ( AA, Aa ), ditanam 30
tanaman/baris. Seleksi individu pada tanaman terbaik pada barisan.
 F4 seperti F3, tetapi dari famili terbaik. Seleksi famili efisien karena diketahui
barisan yang lebih seragam ( dipilih 2 atau lebih tanaman/famili ).
 F5-F7 tiga baris per petak ( seleksi individu pada famili terbaik )
 F8 pengujian pendahuluan ( beberapa lokasi dan musim )
 F9 pengujian lanjutan ( galur harapan menjadi varietas unggul baru )
Varietas A X Varietas B

Th ( 2 ) : F1 VVVVVV

Th ( 3 ) : F2
V V V V V V V V
Seleksi
V V V V V V V V Individu
Tanaman

v v v v v v
v v v v v v Baris Famili

v v v v v v

Th ( 5 - 6 ) :
v v v v v v
F4 - F5 Baris Famili
v v v v v v
v v v v v v

Th ( 7 - 8 ) : v v v v v Uji Pendahuluan
v v v v v
v v v v v

v v v v v
Th ( 9 ) : Uji Lanjutan
v v v v v
v v v v v
Metode Pengujian

Parental 1

Varietas Ketengu Varietas No 6C

AAbb AaBb

A= Berbiji putih a= Berbiji coklat

b= Produktivitas B= Produktivitas
rendah tinggi

F1 : AABb : AAbb : AaBb : Aabb

1 : 1 : 1 : 1

AABb= Berbiji putih dan produktivitas


tinggi

AAbb= Berbiji putih dan produktivitas


rendah

AaBb= Berbiji putih kecoklatan dan


produktivitas tinggi

Aabb= Berbiji putih kecoklatan dan


produktivitas rendah
Setelah persilangan dilakukan, didapat hasil keturunan F1 yang unggul
yaitu AABb (Berbiji putih dan produktivitas tinggi) kita misalkan nama
varietas ini adalah A1, lalu langkah selanjutnya menyilangkan tanaman sorgum
tersebut dengan varietas Ketengu, sehingga diharapkan tanaman yang berbiji
putih, produktivitas tinggi.

Parental 2

Varietas A1 Varietas Keris

AABb AaBB

A= Berbiji putih a= Berbiji kuning

b= Produktivitas B= Produktivitas
tinggi sedang

F2

AABB : AaBB : AABb : AaBb

1 : 1 : 1 : 1

AABB= Berbiji putih dan produktivitas


tinggi

AaBb = Berbiji putih kekuningan dan


produktivitas tinggi

AABb = Berbiji putih dan produktivitas


sedang

AaBb = Berbiji putih kekuningan dan


produktivitas sedang
Didapat hasil persilangan klon unggul yang memiliki sifat genotipe dan fenotipe
AABB = Berbiji putih dan produktivitas tinggi .

Parental 3

VARIETAS HIBRID VARIETAS HIBRID

AABB AABB

F3

AABB

AABB = Berbiji putih dan produktivitas tinggi

Proses Pelepasan Varietas

Berdasarkan UU No. 12/92 pasal 1,2,3 bahwa benih dari varietas hasil
pemuliaan sebelum diedarkan terlebih dahulu harus dilepas oleh pemerintah.
Benih dari varietas baru yang belum dilepas dilarang diedarkan. Ketentuan
mengenai persyaratan pelepasan varietas diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah. Selanjutnya pasal 13 ayat 1 dan 2 UU 12/1992 menyebutkan bahwa
benih dari varietas unggul yang telah dilepas merupakan benih bina yang
peredarannya harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang
ditetapkan pemerintah. Pada bagian lain PP No. 44/95 pasal 18 menegaskan
bahwa keunggulan varieatas ditentukan berdasarkan potensi hasil tinggi yang
dibuktikan dari hasil pengujian adaptasi dan observasi. Persyaratan uji adaptasi
dan observasi dilakukan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk atau
penyelenggaraan pemuliaan yang memenuhi persyaratan tertentu. Terhadap
hasil uji adaptasi dan observasi harus dilakukan penilaian oleh para ahli yang
ditunjuk oleh Menteri. Bagi varietas yang sangat dipengaruhi oleh selera
konsumen, Menteri Pertanian dapat mengecualikan dari keharusan uji adaptasi
atau observasi. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
37/Permentan/OT.140/8/2006, tentang Pengujian, Penilaian Pelepasan, dan
Penarikan varietas. Dari ketentuan tersebut, hal yang paling penting untuk
diketahui oleh para pemulia tanaman ialah persyaratan prosedur pelepasan
varietas :

1. Pengusulan pelepasan varietas dilakukan oleh lembaga berbadan hukum


atau perorangan;
2. Varietas tersebut dapat berupa galur, komposit, kultivar, klon, mutan, hibrida,
transgenik atau teknik pemulian lainnya
3. Penyediaan informasi tentang silsilah dan cara mendapatkan varietas,
deskripsi, keunggulan, seragam, stabil dan mudah dibedakan dengan
varietas yang sudah dikenal serta penyediaan benih sumber. Kriteria-kriteria
yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Varietas unggul dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami


perubahan setelah ditanam berulang – ulang, atau untuk yang
diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus , tidak mengalami
perubahan pada setiap akhir siklus tersebut.

b. Varietas unggul dianggap seragam apabila sifat-sifat utama / penting


pada varietas tersebut telah terbukti seragam meskipun bervariasi
sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan yang berbeda-beda

c. Varietas dianggap memilki keunggulan apabila mempunyai satu atau


lebih sifat yang lebih baik daripada varietas unggul yang telah ada.

Persyaratan Pelepasan Varietas


Sesuai dengan UU No, 12/92 pasal 11 dan 12, PP 44/95 pasal 18 – 24,
SK Mentan No. 37/Permentan/OT.140/8/2006 Bab IV pasal 9 – 16 ditetapkan
persyaratan pelepasan varietas yang mencakup : penyiapan informasi tentang
silsilah perakitan Varitas, keunggulan yang dibuktikan dari uji adaptasi dan uji
observasi, deskripsi varietas yang lengkap dan jelas, penyediaan foto varietas,
penyediaan contoh tanaman dan benihnya pada sidang pelepasan varietas,
tersedianya benih penjenis, surat jaminan akan dproduksi didalam negeri
khususnya bagi benih ipor, dan surat jaminan pengembangan varietas
khususnya bagi varietas lokal.

1. Silsilah perakitan varietas


Silsilah perakitan varietas merupakan uraian sistematis tentang proses
diperolehnya varietas unggul dengan metode pemuliaan baku. Proses
mendapatkan varietas unggul baru agar dijelaskan secara lengkap dalam
usulan pelepasan varietas disertai dengan bagan alir proses pemuliaan
tanaman dan materi genetik yang dihasilkan pada tiap tahapan kegiatan
pemuliaan tersebut. Bagi calon varietas hortikultura uraian asal-asul varietas
perlu dilengkapi dengan penyediaan informasi tentang nama tetua jantan
dan tetua betina khususnya bagi varietas yang dihasilkan dari proses
hibridisasi disertai dengan deskripsi varietas masing-masing tetua dan
foto, nama varietas asal bagi varietas turunan esensial, daerah asal
kultivar bagi varietas unggulan daerah disertai dengan penyebutan nama
pemilik atau penemunya, umur perkiraan tanaman tahunan atau awal
penemuan varietas bagi tanaman semusim.

2. Menunjukkan keunggulan bagi varietas pembanding


Keunggulan varietas dapat dinilai berdasarkan data karakter kuantitatif
maupun kualitatif sesuai dengan karakteristik species tanaman. Bagi varietas
yang dipengaruhi oleh selera konsumen dibebaskan dari uji adaptasi dan uji
observasi. Keunggulan varietas juga dapat dinyatakan dalam bentuk keunikan
karakteristik morfologi yang mencirikan kekhasan varietas tersebut.

Berbagai keunggulan varietas dapat dinyatakan dalam bentuk ukuran-ukuran


standar karakter sebagai berikut :

a. Daya hasil tinggi (rata-rata produksi per tanaman per satuan waktu atau
pertanaman perluas area par satuan waktu);
b. Ketahanan terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama
(tingkat ketahanan terhadap OPT ditentukan dengan rumusan baku yang
merujuk pada literatur);
c. Ketahanan terhadap cekaman lingkungan (tingkat ketahanan terhadap
cekaman lingkungan ditentukan dengan rumusan baku yang merujuk
pada literatur);
d. Umur dan musim panen yang spesifik (ditentukan sesuai tingkat fisiologi
kematangan tertentu, tergantung jenis tanaman);
e. Mutu hasil (mengikuti standar mutu tertentu);
f. Ketahanan simpan (menggunakan prosedur standar tertentu);
g. Toleran terhadap kerusakan mekanis (menggunakan prosedur standar
tertentu);
h. Bentuk tanaman ideal (mengikuti konsep idiotipe);
i. Keunikan organ vegetatif dan generatif (berdasarkan karakter kualitatif);
j. Mempunyai nilai pasar yang spesifik (berdasarkan hasil pengujian
preferensi konsumen);
k. Khusus untuk batang bawah, keunggulan varietas dapat dinyatakan
dalam bentuk ketahanan terhadap penyakit tular tanah dan atau,
terhadap cekaman lingkungan serta tingkat kompatibilitas dengan
beberapa varietas batang atas yang sudah dilepas.

3. Tersedia deskripsi yang lengkap dan jelas


Deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter kuantitatif dan kualitatif
yang disusun menurut prosedur baku sesuai ketentuan yang berlaku. Tiap
karakter yang tercantum di dalam daftar deskripsi varietas diamati dari hasil
pengujian pada waktu ekspresi karakter tersebut secara optimum dengan
menggunakan metode pengukuran yang baku. Ketentuan lebih lanjut terkait
dengandeskripsi varietas diuraikan sebagai berikut :

a. Deskripsi varietas digunakan sebagai penciri varietas yang


memungkinkan identifikasi dan pengenalan varietas yang dimaksud,
sebagai acuan dalam proses sertifikasi dan pemurnian varietas pada
masa yang akan datang.
b. Deskripsi dibuat secara tertulis berdasarkan data hasil pengujian dan
dilengkapi dengan foto berwarna dari varietas yang dimaksud (foto
diambil dari hasil pengujian di Indonesia dan tidak direkayasa, serta
bukan dibuat melalui scener computer).
c. Bagi varietas yang diunggulkan ketahanan terhadap OPT atau cekaman
lingkungan, maka harus dicantumkan hasil pengujian ketahanan
dilaboratorium, lapangan atau pun rumah kaca.
d. Data ketahanan simpan diperoleh dari pengujian laboratorium dengan
menggunakan metode standar pada lingkungan terkendali.
e. Data penunjang lain yang perlu dilaporkan ialah hasil uji rasa secra
organoleptik, dan data agroklimat tempat uji adaptasi atau uji observasi
dilakukan (suhu, kelembaban, curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir dan
pada saat pengujian dilaksanakan).
f. Data karakter kuantitatif menggunakan satuan standar, seperti panjang
(mm atau cm), lebar (mm atau cm), diameter (mm atau cm), berat (gram
atau kg), kandungan gula (obrix), kandungan vitamin C (mg/100 g), serat
(%), dsb. Data-data tersebut dinyatakan dalam kisaran dengan diikuti
dengan satuan misalnya panjang daun 4,0 – 4,5 cm.

4. Menyediakan contoh varietas yang diusulkan pelepasannya pada waktu


sidang pelepasan varietas

Contoh varietas yang dibawa harus berada dalam kondisi optimum sesuai
dengan keunggulan varietas yang diusulkan pelepasnnya. Apabila saat
sidang TP2V tidak sesuai dengan musim panen, maka pengusul wajib
mengirimkan contoh produk sebelum sidang ke Sekretariat TP2V untuk
diserahkan ke anggota TP2V sebanyak minimal 5 panelis (sejumlah yang
mecukupi untuk mewakili uji keunggulan varietas).

5. Foto pengujian, produk dan tanaman


Di dalam usulan pelepasan varietas harus dilampirkan foto pengujian dari
setiap plot yang diambil dari sudut yang sama pada fase vegetatif, generatif,
dan menjelang panen. Pada setiap pengambilan gambar obyek (produk
atau tanaman) perlu disertakan alat pengukur dimensi.

6. Tersedia benih penjenis


Pengusul harus menyatakan ketersediaan benih penjenis sebagai materi
dasar untuk perbanayakn lebih lanjut menjadi benih dari kelas-kelas di
bawahnya dengan proses produksi mengikuti prosedur baku. Diajurkan agar
pengusul memberikan skema produksi benih secara jelas dan lengkap
dengan menyatakan target produksi benih per satuan waktu. Di dalam
memproduksi benih penjenis, pengusul harus menjelaskan tempat, nama
dan alamat produsen benih yang bersangkutan dan rencana penyaluran
benih tersebut.

7. Surat jaminan akan diproduksi di Indonesia


Khusus untuk calon varietas hibrida hasil introduksi yang benihnya dapat
diproduksi di Indonesia, harus melampirkan surat pernyataan jaminan dari
pengusul bahwa dalam jangka waktu paling lama 2 tahun sejak pelepasan,
benih tersebut harus diproduksi di dalam negeri.

8. Surat jaminan dari Pemerindah daerah pengusul


Untuk varietas lokal harus ada jaminan pengembangannya oleh
Pemerintah Daerah setempat, yang dituangkan dalam surat pernyataan
Kepala Pemerintah Daerah yang dilengkapi dengan skema produksi, jumlah
benih, specifikasi kualitas benih dan rencana penyalurannya.

9. Jumlah maksimal calon varietas tanaman yang diusulkan


Setiap pengusul diperkenakan mengusulkan plepasan varietas tanaman
maximum 5 calon varietas dari jenis tanaman yang berbeda untuk setiap kali
sidang TP2V. Khusus bagi varietas dari satu jenis tanaman yang sama,
pengusul hanya dapat mengusulkan pelepasan varietas maksimum 2 calon
varietas pada tiap kali sidang TP2V.

Prosedur Pelepasan Varietas

1. Pendaftaran rencana pengujian


Pendaftaran pengujian calon varietas diajukan sebelum dilaksanakan
pengujian secara tertulis oleh pemilik calon varietas kepada ketua TP2V
dengan melampirkan proposal pengujian berupa dard copy dan soft copy.

2.Supervisi pengujian
Pengujian calon varietas akan disupervisi oleh anggota TP2V sesuai
dengan kebutuhan. Sekretariat TP2V akan memberitahu kepada pengusul
calon varietas tentang peleksanaan supervisi tersebut.
3. Permohonan Pelepasan
a. Permohonan pelepasan diajukan secara tertulis oleh calon pemilik
varietas kepada Menteri Pertanian melalui Ketua Badan Benih Nasional
(BBN) u/p Ketua Tim Penilaian dan Pelepasan Varietas. Permohonan
disertai dengan makalah usulan pelepasan calon varietas.

b. Permohonan disertai dengan makalah usulan pelepasan calon varietas


yang dimaksud, satu makalah usulan untk satu calon varietas atau satu
makalah untuk dua calo varietas dari satu jenis tanaman. Makalah
desertai dengan foto berwarna terutama pada bagian yang menunjukkan
keunggulannya. Jumlah perbanyakan makalah yang diparlukan untuk
setiap usulan sebanyak 16 (enam belas) eksemplar.

Penilaian oleh Tim Penilai dan Pelepas Varietas


a. Usulan pelepasan varietas dinilai melalui sidang TP2V yang dihadiri oleh
pemohon

b. Pengusul mempresentasikan uslan pelepasan varietas yang berisi hasil


uji adaptasi dan uji observasi. Di dalam presentasi, pengusul
mengemukakan tentang keunggulan calon varietas dibendingkan dengan
varietas pembanding.

c. Hasil sidang pelepasan varietas disampaikan kepada ketua BBN; yang


diklasifikasikan sebagai berikut :

1). Direkomendasikan : diusulkan kepada Menteri Pertanian untuk


dilepas sebagai varietas unggul.

2). Dievaluasi ulang : pengusul perlu memperbaiki penulisan, penyajian,


pengolahan data atau menambahkan kelengkapan data an informasi
untuk selanjutnya apabila telah memenuhi persyaratan, diusulkan
kepada Menteri Pertanian untuk dilepas sebagai varietas unggul.

3). Disidang ulang : pengusul perlu melakukan perbaikan dalam


pengujian dan atau melengkapi data yang mendukung keunggulan,
selanjutnya disidangkan kembali.
4). Tidak direkomendasikan untuk dilepas sebagai varietas unggul dan
tidak dapat diusulkan kembali.

d. Usulan yang tidak memenuhi syarat dan ditolak permohonannya, akan


disertai dengan alasan yang kuat. Surat penolakan ditanda tangani oleh
ketua TP2V

e. Varietas yang memenuhi syarat, diusulkan oleh ketua BBN kepada Menteri
Pertanian untuk disyahkan pelepasannya sebagai varietas baru.

f. Varietas yang disetujui oleh Menteri Pertanian untuk dilepas akan


dituangkan dalam Keputuan Menteri Prtanian;

g. Sekretariat TP2V mengirimkan Keputusan Menteri Pertanian tentang


pelepasan varietas kepada pengusul dan menyebarluaskan informasi ke
instansi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman di setiap provinsi.

Tata Cara pelaporan Pengujian

Hasil pengujian harus disusun secara sistematis dalam sebuah laporan


dengan format sebagai berikut :

1. Pendahuluan

2. Silsilah (asal usul calon varietas, deskripsi tetua calon varietas)

3. Bahan, lokasi, waktu, dan metode pengujian

4. Hasil pengujian

5. Keunggulan calon varietas yang diusulkan

6. Preferensi konsumen atau masyarakat

7. Teknik budidaya calon varietas

8. Ketersediaan benih penjenis

9. Nama, alamat peneliti dan pengusul

10. Usulan nama calon varietas


11. Deskripsi calon varietas

12. Surat jaminan akan diproduksi di Indonesia (untuk varietas introduksi),


Surat jaminan Pemerintah Daerah akan dikembangkan (untuk varietas
lokal)

13. Kesimpulan

14. Daftar Pustaka

15. Daftar Lampiran.


5. Skema prosedur pelepasan varietas sebagai berikut :

Galur/Hibrida/Mutan yang berasal dari pemulia/Litbang/Pemerintah / Swasta

Uji Adaptasi /Multilokasi & Observasi

Proposal Usulan Pelepasan Varietas

Analisa Kelayakan Proposal

Sidang Tim Penilai dan Pelepas Varietas

Hasil Sidang TP2V

 Evaluasi ulang dipresentasikan kembali


 Perbaikan proposal tanpa presentasi
 Calon varietas direkomendasikan untuk
dilepas

Laporan Hasil Sidang TP2V kepada Ketua BBN

Masukan Ketua BBN ke Mentri Pertanian RI

Pelepasan varietas oleh Mentri Pertanian RI


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Mudjisihono Rob, M.S., dan Ir. Suprapto Hs. 1987. Budidaya dan

Pengolahan Sorgum. Jakarta: Penebar Swadaya

Allard, R.W. 1960. Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Bina Aksara

Direktorat Gizi,Departemen Kesehatan RI (1992).

Pusat Penelitian Tanaman Sorgum

Anda mungkin juga menyukai