Anda di halaman 1dari 18

Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 0

Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

HUBUNGAN GAYA HIDUP


DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHOLELITIASIS
DI RUANG RAWAT INAP RSI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

ARI PURWANTI
J 210.141.023
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 1
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
PENELITIAN

HUBUNGAN GAYA HIDUP


DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHOLELITIASIS
DI RUANG RAWAT INAP RSI SURAKARTA

Ari Purwanti*
Arina Maliya S.Kep, M. Si. Med **
Endang Zulaicha S.,Kp.,M.Kep **

Abstrak

Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena


frekuensinya tinggi dan menyebabkan beban finansial maupun beban sosial bagi
masyarakat. Cholelitiasis merupakan penyebab nomor lima perawatan di rumah
sakit. Berdasarkan banyaknya faktor yang dapat memicu terjadinya cholelitiasis
adalah gaya hidup masyarakat yang semakin meningkat, suka konsumsi
makanan cepat saji dengan tinggi kolesterol. Cholelitiasis banyak diderita oleh
wanita pada usia lebih dari 40 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara gaya hidup dengan kejadian penyakit cholelitiasis
di Ruangh rawat inap RSI Surakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif.
Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan case
control. Subyek penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat inap dengan
diagnosa cholelitiasis sebagai kasus dan keluarga dari pasien sebagai kontrol, 30
responden kasus dan 30 responden kontrol dengan menggunakan total
sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikansi (α
= 0,05) didapatkan P value 0,038(p <0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Simpulan yaitu adanya hubungan antara gaya hidup dengan tingkat kejadian
penyakit cholelitiasis di ruang rawat inap RSI Surakarta, dan nilai odd ratio/OR =
3,000 [95% CI(1,046 < OR < 8,603)], artinya orang yang memiliki gaya hidup
buruk 3 kali lebih beresiko untuk mengalami cholelitiasis, saran bagi masyarakat
khususnya para penderita cholelitiasis untuk meningkatkan gaya hidup sehat dan
menghindari makanan berlemak dan berkolesterol tinggi.

Kata kunci : Gaya Hidup, Cholelitiasis.


Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 2
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

THE RELATION LIFESTYLE


AND THE CHOLELITIASIS DISEASES
IN WARD AT ISLAMIC HOSPITAL OF SURAKARTA

By:

Ari Purwanti

Cholelitiasis currently a public health problem because of high frequency


and cause a financial burden and social burden to society. Cholelitiasis is the
number five cause of hospitalization. Based on the many factors that can trigger
people's lifestyles cholelitiasis is increasing, like the consumption of fast food with
high cholesterol. Cholelitiasis suffered by women at the age of 40 years. The
purpose of this study was to determine the relationship between gay life with the
incidence of the disease in Ruangh inpatient cholelitiasis RSI Surakarta. This
type of research is quantitative. The method used is descriptive analytical case
control approach. The subjects of this study were all patients who were
hospitalized with a diagnosis cholelitiasis as cases and family of patients as
controls, 30 cases and 30 respondents respondents control by using total
sampling. Data analysis using Chi Square test with significance level (α = 0.05)
obtained P value of 0,038 (p <0.05) so that Ho refused and Ha accepted.
Concluding that the relationship between lifestyle with an incidence rate of
disease in the inpatient unit cholelitiasis RSI Surakarta, odd ratio/OR is 3,000
[95% CI (1,046 < OR < 8,603)] it meant that respondents with worn out lifestyle
had 3,000 times to get cholelitiasis, advice for people, especially people with
cholelitiasis to improve healthy lifestyles and avoid fatty foods and high
cholesterol.

Keywords: Lifestyle,Cholelitiasis.
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 3
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

PENDAHULUAN tahun. Wanita berusia muda


memilikiresiko 2-6 kali lebih besar
Cholelitiasis saat ini menjadi mengalami cholelitiasis. Cholelitiasis
masalah kesehatan masyarakat mengalami peningkatan seiring
karena frekuensi kejadiannya tinggi meningkatnya usia seseorang.
yang menyebabkan beban finansial Sedangkan kejadian
maupun beban sosial bagi cholelitiasis di negara Asia 3%-15%
masyarakat. Sudah merupakan lebih rendah dibandingan negara
masalah kesehatan yang penting di barat. Di Indonesia, cholelitiasis
negara barat. Angka kejadian lebih kurang mendapat perhatian karena
dari 20% populasi dan insiden sering sekali asimtomatik sehingga
meningkat dengan bertambahnya sulit di deteksi atau sering terjadi
usia. Cholelitiasis sangat banyak kesalahan diagnosis. Penelitian di
ditemukan pada populasi umum dan Indonesia pada Rumah Sakit
laporan menunjukkan bahwa dari Columbia Asia Medan sepanjang
11.840 yang dilakukan otopsi tahun 2011 didapatkan 82 kasus
ditemukan 13,1% adalah pria dan cholelitiasis (Ginting, 2012).
33,7% adalah wanita yang Di Indonesia, cholelitiasis baru
menderita batu empedu.Di negara mendapat perhatiansetelah di klinis,
barat penderita cholelitiasis banyak sementara publikasi penelitian
ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi tentang cholelitiasis masih terbatas.
rata-rata usia tersering adalah 40–50 Berdasarkan studi kolesitografi oral
tahun dan meningkat saat usia 60 didapatkan laporan angka insidensi
tahun seiring bertambahnya usia, cholelitiasis terjadi pada wanita
dari 20 juta orang di negara barat sebesar 76% dan pada laki-laki
20% perempuan dan 8% laki-laki 36%dengan usia lebih dari 40 tahun.
menderita cholelitiasis dengan usia Sebagian besar pasien dengan batu
lebih dari 40 tahun (Cahyono, 2014). empedu tidak mempunyai keluhan.
Sekitar 12% dari total Risiko penyandang batu empedu
penduduk dewasa di negara barat untuk mengalami gejala dan
menderita cholelitiasis jadi sekitar 20 komplikasi relatif kecil. Walaupun
juta jiwa yang menderita demikian, sekali batu empedu mulai
cholelitiasis, disetiap tahunnya menimbulkan serangan nyeri kolik
ditemukan pasien cholelitiasis yang spesifik maka resiko untuk
sekitar 1 juta jiwa dan 500.000 jiwa mengalami masalah dan penyulit
menjalani operasi pengangkatan akan terus meningkat
batu empedu (cholesistektomi atau (Cahyono,2014).
laparoscopy chole). Cholelitiasis Kurang lebih 50% penderita
merupakan penyakit penting cholelitiasis tidak memiliki dan
dinegara barat (Sudoyo,2006). menunjukan keluhan, dan hampir
Cholelitiasis merupakan 30% penderita cholelitiasis
kondisi yang paling banyak mengalami gejala nyeri dan 20%
ditemukan. Kondisi ini menyebabkan berkembang menjadi komplikasi
90% penyakit empedu, dan penyakit. Tetapi saat penderita
merupakan penyebab nomor lima cholelitiasis mengalami serangan
perawatan di rumah sakit pada usia nyeri colic yang spesifik akan
muda. Choleltiaisis biasanya timbul beresiko menimbulkan masalah dan
pada orang dewasa, antara usia 20- penyakit (Sudoyo,2006).
50 tahun dan sekitar 20% dialami Menurut penelitian yang
oleh pasien yang berumur diatas 40 dilakukan oleh Ndraha (2014)
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 4
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

didapatkan hasil sebanyak 87 pasien kesehatan mereka(Haryono,2012).


didiagnosis cholelitiasis dengan Menurut data pelaporan dari
rentang usia 45,6. Prevalensi pada bidang rekam medis di RSI Yarsis
pasien perempuan lebih banyak Surakarta penyakit cholelitiasis
daripada laki-laki. (54,47) dengan masuk dalam daftar 10 besar,
usia rata-rata 40 tahun (80,46%). berdasarkan catatan bagian rekam
Sejumlah 68,97 merupakan pasien medis RS Surakarta pada bulan Mei
di ruang rawat inap. 2014 sampai dengan bulan
Saat ini penderita cholelitiasis Desember 2014 merawat 129
di Indonesia cenderung meningkat pasien, kemudian pada bulan
karena perubahan gaya hidup Januari 2015 sampai dengan bulan
seperti orang-orang barat yang suka Mei 2015 merawat 113 pasiendan
mengkonsumsi makanan cepat saji disemua ruang rawat inap hampir
yang dapat menyebabkan setiap bulan merawat pasien dengan
kegemukan karena timbunan lemak cholelitiasis dan beberapa
dan menjadikan pemicu terjadinya diantaranya menjalani pembedahan
cholelitiasis. Tetapi jumlah secara pengangkatan batu empedu (Kepala
pasti berapa banyaknya penderita Rekam Medis RSI Surakarta).
batu empedu belum diketahui Berdasarkan survey
karena belum ada studi mengenai pendahuluan terhadap 10 responden
hal tersebut (Djumhana, 2010). yang menjadi penderita cholelitiasis
Banyaknya faktor yang diruang rawat inap RSI Surakarta,
mempengaruhi terjadinya pada saat dilakukan wawancara oleh
cholelitiasis adalah faktor peneliti tentang riwayat gaya
keluarga,tingginya kadar estrogen, hidupnya, satu responden
insulin,dankolesterol, penggunaan merupakan penjual soto sehingga
pil KB, infeksi, obesitas, gangguan setiap hari mengkonsumsi soto, 4
pencernaan, penyakit arteri koroner, responden menjawab suka
kehamilan, tingginya kandung lemak mengkonsumsi soto dan bakso,
dan rendah serat, merokok, makanan berlemak dan tidak pernah
peminum alkohol, penurunan berat olahraga karena kesibukan
badan dalam waktu yang pekerjaan, 3 responden menjawab
singkat,dan kurang olahraga suka mengkonsumsi gorengan
(Djumhana, 2010). yangdibeli dari luar, 2 responden
Berdasarkan beberapa sering mengalami stres pekerjaan
banyaknya faktor yang dapat dan suka makan fast food karena
memicu atau menyebabkan kesibukan pekerjaan, tidak pernah
terjadinya cholelitiasis adalah gaya melakukan aktivitas olah raga dan
hidup masyarakat yang semakin merupakan perokok pasif baik
meningkat terutama masyarakat dirumah maupun ditempat kerja.
dengan ekonomi menengah keatas Berdasarkan fenomena
lebih suka mengkonsumsi makanan tersebut, penulis tertarik untuk
cepat saji dengan tinggi kolesterol melakukan penelitian tentang
sehingga kolesterol darah berlebihan hubungan antara gaya hidup dengan
dan mengendap dalam kandung kejadian penyakit cholelitiasis di
empedu dan menjadi kantung ruang rawat inap RSI Surakata.
empedu dan dengan kurangnya
pengetahuan dan kesadaran tentang
akibat dari salah konsumsi
makanan sangat berbahaya untuk
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 5
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

Tujuan Penelitian serta kemajuan teknologi yang


Mengetahui hubungan antara membuat gaya hidup masyarakat
gaya hidup dengan kejadian yang santai karena dapat melakukan
penyakit cholelitiasis di ruang rawat pekerjaan dengan lebih mudah
inap RSI Surakarta. sehingga kurang aktifitas fisik dan
adanya stress akibat dari pekerjaan
serta permasalaahan hidup yang
TINJAUAN PUSTAKA mereka alami menjadi permasalahan
yang sulit mereka hindari. Semua
kondisi tersebut dapat meningkatkan
Gaya Hidup
resiko terjadinya penyakit
Gaya hidup adalah pola
cholelitiasis dan jumlah penderita
hidup setiap orang diseluruh dunia
cholelitiasis meningkat karena
yang di ekspresikan dalam bentuk
perubahan gaya hidup, seperti
aktivitas, minat, dan opininya.
misalnya banyaknya makanan cepat
Secara umum gaya hidup dapat
saji yang dapat menyebabkan
diartikan sabagai suatu gaya hidup
kegemukan dan kegemukan
yang dikenali dengan cara
merupakan faktor terjadinya batu
bagaimana seseorang
empedu karena ketika makan,
menghabiskan waktunya (aktivitas),
kandung empedu akan berkontraksi
apa yang penting bagi orang untuk
dan mengeluarkan cairan empedu
menjadikan pertimbangan pada
ke di dalam usus halus dan cairan
lingkungan (minat), dan apa yang
empedu tersebut berguna untuk
orang selalu pikirkan tentang dirinya
menyerap lemak dan beberapa
sendiri dan dunia disekitarnya
vitamin diantaranya vitamin A, D, E,
(opini), serta faktor-faktor tertentu
K (Tjokropawiro, 2012).
yang mempengaruhi gaya hidup
Menurut Djumhana (2010),
sehat diantaranya adalah makanan
tentang gaya hidup yang tidak sehat
dan olahraga. Gaya hidup dapat
dengan merokok, mengkonsumsi
disimpulkan sebagai pola hidup
makanan tinggi kolesterol, dan
setiap orang yang dinyatakan dalam
rendah serat, peminum alkohol,
kegiatan, minat, dan pendapatnya
serta diet untuk menurunkan berat
dalam membelanjakan unagnya
badan dalam waktu yang singkat,
&bagaimana mengalokasikan
sedikit memakan ikan dan konsumsi
waktunya untuk kehidupan sehari-
rendah folat, kalsium dan vitamin
harinya.
merupakan penyebab terjadinya
penyakit cholelitiasis.
Gaya Hidup yang menjadi faktor Berdasarkan beberapa faktor
timbulnya penyakit cholelitiasis. lain yang menjadi penyebab
terjadinya pembentukan batu
Berkontraksi disebabkan tidak empedu adalah adanya infeksi atau
ada makanan yang Saat ini dengan radang pada kantung empedu,
semakin meningkatnya tuntutan Obesitas, gangguan pencernaan,
pekerjaan dan kebutuhan hidup penyakit arteri koroner, kehamilan,
setiap orang, membuat masyarakat tingginya kandungan lemak dan
Indonesia melakukan gaya hidup rendahnya serat, merokok, peminum
yang tidak sehat. Mereka banyak alkohol, serta penurunan berat
mengkonsumsi makanan yang cepat badan dalam waktu yang singkat,
saji (yang tinggi kalori dan tinggi riwayat keluarga, nutrisi intravena
lemak), waktu untuk melakukan dalam waktu yang lama karena
latihan fisik yang sangat terbatas,
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 6
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

nutrisi intravena dalam waktu yang peran dalam pembentukan batu


lama akan mengakibatkan kandung empedu (Rendi, 2012).
empedu tidak terstimulasi melewati Cholelitiasis merupakan
intestinal sehingga pembentukan endapan satu atau lebih
batu empedu meningkat dan komponen diantaranya empedu
beberapa obat-obatan juga dapat kolesterol, billirubin, garam,
menajdi pemicu terjadinya penyakit empedu, kalsium, protein, asam
cholelitiasis diantaranya adalah lemak, dan fosfolipid. Batu
clofibrate, octreotide, dan ceftriaxone empedu biasanya terbentuk dalam
(Yayan, 2008). kantung empedu terdiri dari unsur-
unsur padat yang membentuk
cairan empedu, batu empedu
Cholelitiasis. memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang sangat bervariasi.
Batu empedu yang tidak lazim
Cholelitiasis adalah 90% dijumpai pada anak-anak dan
batu kolesterol dengan komposisi dewasa muda tetapi insidenya
kolesterol lebih dari 50%, atau semakin sering pada individu yang
bentuk campuran 20-50% memiliki usia lebih diatas 40
berunsurkan kolesterol dan tahun. setelah itu insiden
predisposisi dari batu kolesterol cholelitiasis/batu empedu semakin
adalah orang dengan usia yang meningkat hingga sampai pada
lebih dari 40 tahun, wanita, suatu tingkat yang diperkirakan
obesitas, kehamilan, serta bahwa pada usia 75 tahun satu
penurunan berat badan yang dari 3 orang akan memiliki
terlalu cepat (Cahyono,2014). penyakit batu empedu, etiologi
Cholelitiasis adalah secara pastinya belum diketahui
terdapatnya batu di dalam akan tetapi ada faktor predisposisi
kandung empedu yang penyebab yang penting
secara pasti belum diketahui diantaranya:gangguan
sampai saat ini, akan tetapi metabolisme, yang menyebabkan
beberapa faktor predisposisi yang terjadinya perubahan komposisi
paling penting tampaknya adalah empedu, adanya statis empedu,
gangguan metabolisme yang dan infeksi atau radang pada
disebabkan oleh perubahan empedu. Perubahan yang terjadi
susunan empedu dan infeksi yang pada komposisi empedu sangat
terjadi pada kandung empedu mungkin menjadi faktor terpenting
serta kolesterol yang berlebihan dalam terjadinya pembentukan
yang mengendap di dalam batu empedu karena hati
kandung empedu tetapi penderita cholelitiasis kolesterol
mekanismenya belum diketahui mengekskresi empedu yang
secara pasti, faktor hormonal sangat jenuh dengan kolesterol.
selama proses kehamilan, dapat Kolesterol yang berlebihan
dikaitkan dengan lambatnya tersebut mengendap di dalam
pengosongan kandung empedu kandung empedu (dengan cara
dan merupakan salah satu yang belum diketahui secara
penyebab insiden kolelitiasis yang pasti) untuk membentuk batu
tinggi, serta terjadinya infeksi atau empedu, gangguan kontraksi
radang empedu memberikan kandung empedu atau spasme
spingterrodi, atau mungkin
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 7
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

keduanya dapat menyebabkan Menurut penelitian


statis empedu dalam kandung Gustawan (2007) pemberian obat
empedu. Faktor hormon (hormon antibiotik caftriaxone lebih dari 10
kolesistokinin dan sekretin) dapat hari dapat menyebabkan
dikaitkan dengan keterlambatan terjadinya cholelitiasis karena
pengosongan kandung empedu, ditemukan endapan didalam
infeksi bakteri atau radang kandung empedunya dilihat
empedu dapat menjadi penyebab berdasarkan hasil USG, akan
terbentuknya batu empedu. tetapi terjadinya cholelitiasis
Mukus dapat meningkatkan karena obat ceftriaxone bersifat
viskositas empedu dan unsur sel reversibel, tidak menunjukan
atau bakteri dapat berperan gelaja dan biasanya akan hilang
sebagai pusat pengendapan. secara spontan jika pengobatan
Infeksi lebih timbul akibat dari dihentikan.
terbentuknya batu, dibanding
penyebab terbentuknya Anatomi kandung empedu
cholelitiasis (Haryono,2012).
Cholelitiasis adalah batu Fisiologi kandung empedu
empedu yang terdapat Kandung empedu merupakan
disepanjang saluran empedu. organ yang berongga dan memiliki
Lebih dari 90% klien dengan ukuran panjang kurang lebih 10
penyakit radang empedu akan cm, bentunya menyerupai kantong
menyebabkan terjadinya penyakit dan terletak dalam fosa antara
cholelitiasis (Diyono, 2013). lobus hepar kanan dan kiri.
Banyak faktor yang memicu Kandung empedu memiliki fundus,
terjadinya pembentukan korpus, dan kolum. Fundus
cholelitiasis selain faktor keluarga, berbentuk bulat, merupakan ujung
tingginya kadar estrogen dan buntu dari empedu yang saling
pemakaian therapy insulin atau memanjang diatas tepi hati.
tinggi kadar kolesterol dapat Korpus merupakan bagian paling
meningkatkan resiko terjadinya besar. Kolum adalah bagian
pembentukan batu empedu atau paling sempit dari kandung
penyakit cholelitiasis, proses empedu yang terletak antara
kehamilan serta pengguna pil KB korpus dan daerah duktus sistika.
juga dapat memperlambat Empedu yang di terus menerus
aktivitas kandung empedu. diekskresi masuk ke dalam
Sehingga kondisi ini dapat saluran empedu yang kecil dalam
meningkatkan resiko terjadinya hati dan membentuk saluran yang
pembentukan batu empedu atau lebih besar yang keluar dari
penyakit cholelitiasis, inilah yang permukaan bawah hepar sebagai
menjadi alasan mengapa wanita duktus hepatikus.
yang berusia dewasa memiliki
resiko 2-6 kali lipat lebih besar jika Fisiologi kandung empedu
dibandingkan dengan pria
dewasa, dan pada masyarakat Kandung empedu dapat
Indonesia ditemukan komposisi menyimpan 40-60 ml empedu.
batu pigmen pada penderita batu Empedu disimpan dalam kantung
empedu sebanyak 73% pasein empedu selama periode
sementara batu kolesterol hanya interdifestif dan diantarkan ke
27%. duodenum setelah rangsangan
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 8
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

makanan. Aliran cairan empedu 2) Pembentukan inti


diatur 3 faktor, yaitu sekresi kolesterol
empedu oleh hati, kontraksi Kolesterol diangkut oleh
kandung empedu, dan tahanan misel (agregat/gumpalan yang
juga sfingter koledokus. Empedu berisi fosfolipid, garam empedu
memiliki fungsi, yaitu memmbantu dan kolesterol). Apabila saturasi,
pencernaan dan penyerapan Kolesterol lebih tinggi maka ia
lemak, juga berperan membantu akan diangkut oleh vesikel yang
pembuangan limbah tubuh, salah mana vesikel dapat digambarkan
satunya ialah haemoglobin yang sebagai sebuah lingkarandua
berasal dari penghancuran lapis. Apabila konsentrasi
eritrosit dan kolesterol yang kolesterol banyak dan dapat
berlebih, garam empedu diangkut, vesikel memperbanyak
meningkatkan kelarutan lapisan lingkarannya, pada
kolesterol, lemak, dan vitamin akhirnya dalam kandung empedu,
yang larut didalam lemak untuk pengangkut kolesterol, baik misel
membantu proses penyerapan, maupun vesikel bergabung
garam empedu melepas menjadi satu dan dengan adanya
pelepasan air oleh usus besar protein musin akan membentuk
untuk menggerakan billirubin kristal kolesterol, kristal kolesterol
(pigmen utama dari empedu) terfragmentasi pada akhirnya
dibuang kedalam empedu sebagai akan dilem atau disatukan.
limbah dari eritrosit yang 3) Penurunan Fungsi
dihancurkan, serta obat dan Kandung Empedu
limbah lainnya dibuang dalam Menurunnya kemampuan
empedu dan selanjutnya dibuang menyemprot dan kerusakan
dari tubuh. Garam empedu dinding kandung empedu
kembali diserap kedalam usus memudahkan seseorang
halus, disuling oleh hati dan menderota batu empedu,
dialirkan kembali kedalam kontraksi yang melemah akan
empedu. menyebabkan statis empedu dan
akan membuat musin yang
Etiologi cholelitiasis diproduksi dikandung empedu
terakumulasi seiring dengan
Menurut Cahyono 2014 lamanya cairan empedu
1) Supersaturasi kolesterol tertampung dalam kandung
Secara umum komposisi empedu. Musin tersebut akan
komposisi cairan empedu yang semakin kental dan semakin pekat
berpengaruh terhadap sehingga semakin menyukitkan
terbentuknya batu tergantung proses pengosongan cairan
keseimbangan kadar garam empedu. Beberapa keadaan yang
empedu, kolesterol dan lesitin. dapat mengganggu daya
Semakin tinggi kadar kolesterol kontraksnteril kandung empedu,
atau semakin rendah kandungan yaitu : hipomotilitas empedu,
garam empedu akan membuat parenteral total (menyebabkan
keadaan didalam kandung cairan asam empedu menjadi
empedu menjadi jenuh akan lambat), kehamilan, cedera
kolesterol (Supersaturasi medula spinalis, penyakit kencing
kolesterol). manis.
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 9
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

orang yang memiliki penyakit


METODELOGI PENELITIAN cholelitiasis sedangkan kelompok
kontrol adalah 30 orang sehat yang
Pendekatan Penelitian tidak memiliki penyakit cholelitiasis
Berdasarkan permasalahan dan merupakan suami, istri atau
dan tujuan yang hendak dicapai, keluarga dari orang yang menderita
penelitian ini menggunakan jenis cholelitiasis.
penelitian kuantitatif. Penelitian ini
memfokuskan dan menjelaskan Instrumen Penelitian
pada hubungan antara variabel dan Penelitian ini menggunakan alat
menganalisa hipotesa yang telah ukur berupa kuesioner untuk
dirumuskan. Metode penelitian mengukur gaya hidup dan checklist
yang digunakan adalah deskriptif untuk mengukur kejadian penyakit
analitik. Tujuan peneliti memilih cholelitiasis.
metode dengan menggunkan
deskriptif analitik ini karena peneliti Analisis Data
berusaha untuk menggambarkan Analisa data pada penelitian ini
kenyataan yang ada pada suatu adalah bivariat. Untuk dapat menguji
keadaan yang dijumpai secara dan menganalisa data digunakan
obyektif dan dilakukan analisa hasil tehnik Chi Square.
penelitian. Penelitian ini
menggunakan pendekatan case
control dimana penelitian dengan HASIL PENELITIAN DAN
cara melakukan pengukuran pada PEMBAHASAN
variabel dependen terlebih dahulu,
sedangkan variabel independennya Analisis Univariate
ditelusuri secara retrospektif untuk Deskripsi Gaya Hidup
menentukan ada tidaknya faktor
yang berperan (Nursalam, 2008) Tabel 1. Distribusi Frekuensi Gaya
Hidup
Populasi dan Sampel
Gaya Kasus Kontrol
Pada penelitian ini populasinya Hidup N % n %
adalah semua pasien yang Buruk 20 67 12 40
Baik 10 33 18 60
menderita penyakit yang sedang Jumlah 30 100 30 100
rawat inap di Rumah Sakit Islam
Surakarta dan jumlah populasinya Distribusi frekuensi gaya
sebanyak 113 orang yang dirawat hidup responden pada kelompok
inap karena penyakit cholelitiasis kasus menunjukkan sebagian besar
pada rentang waktu Januari-Mei adalah buruk yaitu sebanyak 20
2015. responden (67%) dan baik sebanyak
Dalam penelitian ini jumlah 10 responden (33%). Sedangkan
sampel adalah sampel minimum 30 pada kelompk kontrol sebagian
responden dimana pengambilan besar responden memiliki gaya
sampel berdasarkan responden di hidup yang baik yaitu sebanyak 18
ruang rawat inap RSI Yarsis responden (60%), buruk sebanyak
Surakarta yang sesuai dengan 12 responden (40%).
konteks penelitian tentang penderita
cholelitiasis, total sampel 60 orang
yang terdiri dari kelompok kasus dan
kontrol , kelompok kasus adalah 30
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 10
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

memiliki gaya hidup baik. CI


(Confident interval) 95% tidak
Analisis Bivariat mencakup angka 1 yaitu antara
1,046-8,603 yang berarti bahwa
Tabel 4 Hasil Chi Square gaya hidup merupakan faktor resiko
Kejadian terjadinya penyakit cholelitiasis.
Gaya Cholelitiasis P value OR CI
hidup Kasus Kontrol
n % n %
Buruk 20 66,7 12 40,0
Pembahasan
Baik 10 33,3 18 60.0 0,038 3,000 1,046-8,603
Jumlah 30 100 30 100
Gaya Hidup
Hasil penelitian
Distribusi frekuensi hubungan menunjukkan bahwa gaya hidup
gaya hidup dengan kejadian yang dimiliki oleh responden
penyakit cholelitiasis di Ruang penderita cholelitiasis sebagian
Rawat Inap RSI Surakarta besar cukup. Gaya hidup sehat dan
menunjukkan pada pada gaya hidup berkualitas tidak akan tecapai begitu
buruk sebagian besar responden saja melainkan seseorang tersebut
mengalami cholelitiasis yaitu harus dengan latihan dan
sebanyak 20 responden (66,7%) dan membiasakan diri setiap harinya.
tidak mengalami cholelitiasis Menurut Tjokropawiro (2012) gaya
sebanyak 12 responden (40,0%), hidup masyarakat Indonesia tidak
selanjutnya pada gaya hidup baik sehat seiring meningkatnya tuntutan
pada kedua kelompok adalah kasus pekerjaan dan kebutuhan hidup
10 responden (33,3%) mengalami setiap orang. Sehingga mereka
cholelitiasis, kontrol ada 18 banyak mengkonsumsi makanan
responden (60,0%) tidak mengalami cepat saji yang dapat menyebabkan
cholelitiasis. kegemukan dan kegemukan
Hasil uji Chi Square hubungan merupakan faktor terjadinya batu
antara gaya hidup dengan kejadian empedu. Penelitian yang dilakukan
penyakit cholelitiasis di Ruang oleh Ginting (2011) menunjukan
Rawat Inap RSI Surakarta diperoleh 50% lebih terjadi cholelitiasis karena
nilai 2hitung sebesar 4,286 dengan faktor kegemukan karena gaya
tingkat signifikansi (p-value) sebesar hidup yang tidak sehat karena
0,037. Keputusan uji adalah H0 mereka lebih banyak mencerna dan
ditolak karena nilai p-value lebih mensintesis kolesterol, sehingga
kecil dari 0,05 (0,038 < 0,05) mengeluarkan lebih banyak
sehingga disimpulkan bahwa kolesterol ke dalam empedu
terdapat hubungan antara gaya sehingga terjadilah penyakit
hidup dengan kejadian penyakit cholelitiasis.
cholelitiasis di Ruang Rawat Inap
RSI Surakarta, dimana semakin baik Hubungan antara Gaya Hidup
gaya hidup maka kejadian penyakit dengan Kejadian Penyakit
cholelitiasis semakin menurun, Cholelitiasis
selanjutnya nilai Odd Ratio (OR) Hasil uji analisis Chi-Square
sebesar 3,000 maka rasio prevalensi menunjukkan nilai p value = 0,038
kejadian penyakit cholelitiasis sehingga Ho ditolak (p<0,005), hal
berdsarkan gaya hidup buruk ini menunjukkan bahwa ada
memiliki resiko mengalami hubungan antara variabel gaya
cholelitiasis 3 kai lebih tinggi hidup dengan kejadian penyakit
dibandingkan dengan orang yang cholelitiasis. hasil penelitian ini
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 11
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

sejalan dengan hasil penelitian yang dengan merokok, mengkonsumsi


dilakukan oleh Ginting (2011) yang makanan tinggi kolesterol, dan
menyatakan bahwa faktor resiko rendah serat, peminum alkohol,
terjadinya penyakit cholelitiasis pada serta diet untuk menurunkan berat
pasien yang ada di Rumah sakit badan dalam waktu yang singkat,
Columbia Asia Medan yang tertinggi sedikit memakan ikan dankonsumsi
adalah pasien yang memilki berat rendah folat, kalsium dan vitamin
badan yang berlebih atau merupakan penyebab terjadinya
kegemukan karena tinggat kolesterol penyakit cholelitiasis.
yang tinngi dalam tubuh akibat dari Berdasarkan hasil penelitian
konsumsi makanan berlemak bahwa gaya hidup mempunyai
disebabkan oleh gaya hidup yang hubungan dengan kejadian penyakit
kurang baik. cholelitiasis dan pasien yang
Saat ini dengan semakin menjadi responden di ruang rawat
meningkatnya tuntutan pekerjaan inap RSI Surakarta terdapat 10
dan kebutuhan hidup setiap orang, responden yang terjadi penyakit
membuat masyarakat Indonesia cholelitiasis memiliki gaya hidup
melakukan gaya hidup yang tidak yang baik (33,3 %) dan tidak terjadi
sehat. Mereka banyak penyakit cholelitiasis dengan gaya
mengkonsumsi makanan yang cepat hidup yang buruk sebesar 12
saji (yang tinggi kalori dan tinggi responden (40,0%) hal tersebut
lemak), waktu untuk melakukan disebakan selain gaya hidup juga
latihan fisik yang sangat terbatas, karena faktor kehamilan, sindrom
serta kemajuan teknologi yang metabolik, faktor genetik (Ginting,
membuat gaya hidup masyarakat 2011).
yang sedenter (kurang aktifitas fisik) Penelitian lain dilakukan
dan adanya stress akibat dari oleh Sandra (2013) yang
pekerjaan serta permasalaahan menyimpulkan bahwa kasus
hidup yang mereka alami menjadi kolelitiasis yang dialami oleh klien
permasalahan yang sulit mereka dapat disimpulkan bahwa penyebab
hindari. Semua kondisi tersebut kolelitiasis klien adalah usia klien
dapat meningkatkan resiko yang berumur 65 tahun, riwayat
terjadinya penyakit cholelitiasis dan penggunaan kontrasepsi hormonal,
jumlah penderita cholelitiasis dan kebiasaan makan klien yang
meningkat karena perubahan gaya sering mengkonsumsi makanan
hidup, seperti misalnya banyaknya berlemak dan bersantan. Dari hasil
makanan cepat saji yang dapat data penelitian penyebab kolelitiasis
menyebabkan kegemukan dan yang dialami klien, batu empedu
kegemukan merupakan faktor yang mungkin dialami klien adalah
terjadinya batu empedu karena batu kolesterol. Batu kolesterol yang
ketika makan, kandung empedu terbentuk terjadi ketika konsentrasi
akan berkontraksi dan kolesterol dalam saluran empedu
mengeluarkan cairan empedu ke di melebihi kemampuan empedu untuk
dalam usus halus dan cairan mengikatnya dalam suatu pelarut,
empedu tersebut berguna untuk kemudian terbentuk kristal yang
menyerap lemak dan beberapa selanjutnya membentuk batu. Hal ini
vitamin diantaranya vitamin A, D, E, terjadi karena adanya peningkatan
K. (Tjokropawiro, 2012). sekresi kolesterol oleh hati dan
Menurut Djumhana (2010), penurunan sintesis asam empedu
tentang gaya hidup yang tidak sehat yang dapat mengakibatkan
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 12
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

supersaturasi getah empedu oleh batu empedu adalah adanya infeksi


kolesterol yang kemudian keluar dari atau radang pada kantung empedu,
getah empedu, mengendap, dan Obesitas, gangguan pencernaan,
membentuk batu. Cairan empedu penyakit arteri koroner, kehamilan,
yang berfungsi sebagai pembantu tingginya kandungan lemak dan
proses penyerapan lemak dengan rendahnya serat, merokok, peminum
cara emulsifikasi lemak tidak alkohol, serta penurunan berat
berfungsi secara optimal karena badan dalam waktu yang singkat,
kadar kolesterol yang tinggi. riwayat keluarga, nutrisi intravena
Responden yang memiliki dalam waktu yang lama karena
gaya hidup tidak baik di ruang rawat nutrisi intravena dalam waktu yang
Inap RSI Surakarta paling banyak lama akan mengakibatkan kandung
adalah wanita dan banyak terjadi empedu tidak terstimulasi
pada rentang usia 40-60 tahun, berkontraksi disebabkan tidak ada
pendidikan terbanyak adalah makanan yang melewati intestinal
perguruan tinggi. Hal tersebut sehingga pembentukan batu
menunjukan bahwa wanita dengan empedu meningkat dan beberapa
usia antara 40-60 tahun dan memiliki obat-obatan juga dapat menajdi
pendidikan tinggi banyak yang pemicu terjadinya penyakit
memilki gaya hidup yang kurang. hal cholelitiasis diantaranya adalah
ini sejalan dengan hasil penelitian clofibrate, octreotide, dan
yang dilakukan oleh Ndraha (2014) ceftriaxone.
yang mendapatkan hasil bahwa Hal tersebut didukung
perempuan didapatkan empat kali dalam sebuah penelitian yang
lebih besar menderita cholelitiasis melaporkan bahwa di Jakarta
dibandingkan dengan laki-laki, (2009) pada 51 pasien didapatkan
dengan usia lebih dari 40 tahun batu pigmen pasien wanita lebih
dikarenakan gaya hidup yang kurang berisiko mengalami batu empedu
baik dan ditambah oleh hormon karena pengaruh hormon estrogen.
estrogen berpengaruh terhadap Meski wanita dan usia 40 tahun
peningkatan eksresi kolesterol oleh tercatat sebagai faktor risiko batu
kandung empedu sehingga empedu, itu tidak berarti bahwa
menyebabkan penyakit cholelitiasis. wanita di bawah 40 tahun dan pria
Penelitian ini menunjukkan tidak mungkin terkena. Penderita
bahwa semakin baik gaya hidup diabetes mellitus (DM), baik wanita
seseorang, maka tingkat kejadian maupun pria, berisiko mengalami
penyakit cholelitiasisnya semakin komplikasi batu empedu akibat
menurun, namun dalam penelitian ini kolesterol tinggi (Divisi Hepatology,
terdapat 12 responden yang memiliki Departemen IPD, FKUI/RSCM
gaya hidup buruk namun tidak Jakarta, 2009).
mengalami penyakit cholelitiasis dan
10 responden yang memiliki gaya
hidup baik namun mengalami SIMPULAN DAN SARAN
penyakit cholelitiasis. Kondisi ini
disebabkan adanya faktor lain yang Simpulan
berhubungan dengan penyakit 1. Gaya hidup penderita
cholelitiasis sebagaimana cholelitiasis yang dirawat inap di
dikemukakan oleh Yayan (2008) RSI Surakarta sebagian besar
bahwa faktor lain yang menjadi adalah buruk.
penyebab terjadinya pembentukan 2. Ada hubungan antara gaya
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 13
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

hidup dengan kejadian penyakit pada Wanita Lebih


cholelitiasis di Ruang rawat Inap Besar.Bandung : Fakultas
RSI Surakarta. kedokteran Unpad-Rumah
Sakit Hasan Sadikin.
Saran
1. Bagi Masyarakat Gagola, P.C., Timban, J.F., & Ali,
Masyarakat, khusus nya Ramli. H. 2015. Gambaran
penderita cholelitiasis di Ruang Ultrasonografi Batu Empedu
Rawat Inap RSI Surakarta harus Pria dan Wanita di Bagian
meningkatkan gaya hidup sehat. Radiologi Fk Unsrat Blu
Mengurangi konsumsi makanan Rsup. Prof. DR. D. Kandau
berlemak khususnya yang Manado. Jurnal e- Clinic vol 3
berjenis kelamin wanita sehingga No. I.
dapat mengurangi resiko http://ejournal.unsrat.ac.id/ind
terjadinya penyakit cholelitiasis. ex.php/ eclinic/issue/view/837
2. Bagi institusi pendidikan diakses pada tanggal 09 Mei
khususnya mahasiswa 2015.
Diharapkan dapat dijadikan Ginting, S. 2012. A Description
sebagai acuan data dasar untuk Characteristic Risk Factor of
melakukan penelitian the Kolelitiasis disease in the
selanjutnya, dengan metode Colombia Asia Medan
yang berbeda, menambah Hospital. Jurnal penelitian
variabel, jumlah populasi dan Dharma Agung (J-DA).
sampel sehingga mendapat hasil Medan.http://repository.maran
yang lebih spesifik dan signifikan atha.edu/
12708/10/1110127_Journal.p
3. Bagi Teanaga Kesehatan, dfdiakses pada tanggal 10
khususnya RSI Surakarta Mei 2015.
Melakukan penyuluhan kepada Girsang, J.H., Hiswani & Jemadi.
masyarakat untuk mulai 2011. Karakteristik Penderita
menerapkan gaya hidup sehat Kolelitiasis yang di rawat Inap
dan edukasi kepada pasien di RS. SANTA ELISABETH
cholelitiasis mengenai faktor Medan. Jurnal Kesehatan.
resiko untuk mencegah Medan.http://repository.usu.a
terjadinya kekambuhan c.id/handle/123456789/34994
cholelitiasis dan mengarahkan diakses pada tanggal 12 Mei
untuk melakukan pemerikasaan 2015.
ultrasonografi (USG) jika Haryono, R. 2012. Keperawatan
didapatkan keluhan seperti sakit Medikal Bedah Sistem
maag. Pencernaan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Jing-Sen Shi,dkk., 2001. Studies on
DAFTAR PUSTAKA Gallstone in China. World
Journal of Gastroenterology.
Cahyono, B. S. 2014. Tatalaksana
Klinis di Bidang Gastro dan Michael,dkk., 2012. The relation of
Hepatologi. Jakarta : Sugeng Physical Activity to Risk for
Seto. Symptomatic Gallstone
Djumhana, A. 2010. Jurnal Disease in Men. Articel Annals
KedokteranBatu Empedu of Internal Medicine.
Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat 14
Inap RSI Surakarta (Ari Purwanti)

http://www.annals.org. Akses Masyarakat Perkotaan pada


28 April 2012 11. Pasien Kolelitiasis di Ruang
Bedah Lantai 5 RSPAD Gatot
Ndraha, Suzanna., Febiani, Subroto. Jurnal Publikasi.
Helena., Tannady, Tan, Jakarta: FAkultas Ilmu
Henny., & Tendean, Marshell. Keperawatan Program Ners.
2012. Profil Kolelitias pada Universitas Indonesia.
Hasil Ultrasonografi di Rumah Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu
Sakit Umum Daerah Koja. Penyakit Dalam. Jilid III. Edis
Jurnal Kedokteran Meditek IV. Jakarta : Penerbit Ilmu
Jakarta. Vol. 20. No. 53 Mei- Penyakit Dalam FKUI.
Agustus Tjokropawiro, I. 2012. Sepuluh
2014.http://ejournal.ukrida.ac. Petunjuk Pola Hidup Sehat.
id/ojs/index.php/ Jurnal Kedokteran Indonesia.
Ked/article/view/1014 diakses Jakarta : Medika.
pada tanggal 28 April 2015. Yayan. 2008. Kolelitiasis
Nursalam. 2008. Konsep dan (Gallblader stones), www.
Penerapan Metodologi FK_UR.com, diakses tanggal
Penelitian Ilmu Keperawatan: 09 september 2015
Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika. *Ari Purwanti: Mahasiswa S1
Proverawati,A &Rahmawati, Eni. Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
2012. Perilaku Hidup Bersih Tromol Post 1 Kartasura
dan Sehat. Yogyakarta : ** Arina Maliya S.Kep, M. Si. Med:
Mulia Medika. Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Puspita, M. R & Putro, Gurendro. Yani Tromol Post 1 Kartasura.
2008. Hubungan Gaya Hidup
** Endang Zulaicha S.,Kp.,M.Kep:
terhadap Kejadian Stroke di
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Rumah Sakit Umum Daerah
Yani Tromol Post 1 Kartasura
Gambiran Kediri. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan
Kediri. Jurnal keperawatan
Vol. 11. No. 3 Juli 2008. 263-
26.http://ejournal.litbang.depk
es.go.id/index.
php/hsr/article/view/1873diak
ses pada tanggal 03 Mei
2015.
Rendy, M. Clevo &TH, Margareth.
2012. Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam.Yogjakarta : Nuha
Medika.
Riwidakdo. 2010. Statistik
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Pres.
Sandra, A. 2013. Analisis Praktik
Klinik Keperawatan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai