Anda di halaman 1dari 10

RESUME

STRUKTUR BETON 1

Dosen Pengampu:

Paksi Dwiyanto Wibowo,


ST, MT

Disusun Oleh :

Widya Tri Lestari –


41118110029

PROGRAM STUDI
FAKULTAS TEKNIK - TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERCU BUANA 2020
1. Filosofi Struktur Beton Bertulang
Beton merupakan perpaduan antara material konstruksi pasir, kerikil/ batu
pecah, semen dan air. Meskipun terkadang terdapat beberapa material
tambahan yang dicampur untuk memerbaiki sifat-sifat beton seperti
meningkatkan workability, durability dan waktu perkerasan beton. Campuran
beton tersebut seiring berjalannya waktu akan mengeras sehingga memiliki
kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik yang rendah.
Beton bertulang adalah kombinasi antara beton dan tulangan baja yang bekerja
bersamasama memikul beban yang ada. Kehadiran tulangan baja di dalam
beton memberikan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. Tidak hanya
kuat tarik, tulangan baja juga mampu memikul beban tekan seperti yang
digunakan pada elemen kolom. Sejarah beton bertulang dapat dilihat pada
gambar 1. di bawah ini:
2. Analisis Struktur Balok
Dalam proses disain suatu balok beton bertulang dengan metode kekuatan
(Strength Design Method) atau yang dikenal pula dengan metode ultimit,
mengambil beberapa asumsi sebagai berikut:
• Regangan yang terjadi pada beton dan tulangan baja adalah sama
• Regangan pada beton berbanding lurus terhadap jaraknya ke sumbu
netral penampang
• Modulus Elastistisitas baja, Es = 200.000 MPa, dan tegangan yang
timbul pada tulangan baja dalam daerah elastis sama dengan nilai
regangan dikalikan dengan Es (s = e.Es)
• Penampang datar akan tetap datar setelah terjadi lentur
• Kuat tarik dari beton diabaikan
• Kada kondisi keruntuhan regangan maksimum yang terjadi pada
serat tekan beton terluar, besarnya adalah sama dengan ecu = 0,003
• Untuk perhitungan kuat rencana, bentuk dari distribusi tegangan
tekan beton diasumsikan berupa persegi empat, sesuai dengan
asumsi dalam SNI 2847:2013 pasal 10.2
Ketentuan mengenai perencanaan beton bertulang biasa maupun beton
prategang dalam SNI 2847:2013 pasal 10.3, didasarkan pada konsep regangan
yang terjadi pada penampang beton dan tulangan baja. Secara umum ada 3
(tiga) macam jenis penampang yang dapat didefinisikan :
• Kondisi regangan seimbang (balanced strain condition)
• Penampang dominasi tekan (compression controlled section)
• Penampang dominan tarik (tension controlled section)

Penampang lain yang berada di antara penampang dominan tekan dan


dominan tarik, dinamakan berada pada daerah transisi. Di samping itu
ditambahkan pula bahwa regangan tarik, Ɛt, pada kuat nominal di daerah
transisi, tidak boleh kurang dari 0,004 untuk setiap komponen struktur lentur
tanpa beban aksial, ataupun bila ada beban aksial tidak melebihi 0,10∙f /c ∙Ag.
Dengan Ag adalah luas gross penampang beton.
Kondisi regangan seimbang (balanced strain condition), terjadi pada suatu
penampang ketika tulangan baja tarik mencapai regangan luluh, Ɛy, sedangkan
beton yang tertekan mencapai regangan ultimitnya sebesar 0,003. Penampang
demikian dinamakan sebagai penampang seimbang.

Penampang dominasi tekan (compression controlled section), terjadi apabila


regangan tulangan tarik terluar sama atau kurang dari batasan regangan yang
diijinkan, sedangkan beton mencapai regangan ultimit sebesar 0,003. Untuk
tulangan baja dengan fy = 400 MPa, maka batasan regangan tekan tersebut
adalah sama dengan 0,002. Kasus ini pada umumnya terjadi pada komponen
struktur kolom yang menerima gaya aksial dan momen lentur

Penampang dominan tarik (tension controlled section), terjadi ketika


regangan baja mencapai 0,005 atau lebih, yang terjadi ketika beton mencapai
regangan ultimitnya sebesar 0,003
Distribusi Tegangan Tekan Ekuivalen
Hubungan antara tegangan dan regangan tekan beton dapat dihitung berdasarkan kurva
pengujian tegangan-regangan, atau dapat diasumsikan berbentuk persegi empat, trapesium,
parabola atau bentuk lain yang dapat merepresentasikan kuat lentur dari penampang. Guna
penyederhanaan dalam analisis maupun disain penampang beton, maka dalam SNI
2847:2013 pasal 10.2.7, diijinkan untuk menggunakan distribusi blok tegangan ekuivalen
berbentuk empat persegi panjang untuk perhitungan kuat lentur nominal. Model blok
tegangan tersebut sering juga dikenal sebagai Blok Tegangan Whitney, yang pertama kali
diperkenalkan dalam jurnal ACI di tahun 1937.

Blok tegangan merupakan tegangan tekan merata sebesar 0,85f’c diasumsikan terdistribusi
merata pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus
yang sejajar sumbu netral sejarak a = β1.c dari serat beton yang mengalami regangan tekan
maksimum Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus
diukur tegak lurus sumbu tersebut. Faktor β1 dapat dihitung sebagai berikut:
3. Desain Struktur Balok
Perencanaan struktur bertugas untuk menentukan dimensi penampang balok serta luas
tulangan baja yang dibutuhkan agar struktur tersebut kuat dan juga ekonomis. Proses ini
disebut sebagai proses desain yang merupakan kebalikan dari proses analisis.

a. Balok lentur
b. Diagram momen lentur
c. Posisi tulangan baja
Gambar 1. Balok beton tertumpu sederhana
Karena momen lentur timbul dalam arah positif, maka pada sisi bawah balok akan muncul
tegangan lentur tarik serta reta-retak minor. Tulangan memanjang dibutuhkan untuk
memikul tegangan tarik ini dan harus diletakkan pada sisi bawah balok seperti gambar 1.(c).
Karena momen ditengah bentang lebih besar daripada di daerah sekitar tumpuannya , maka
di daerah tengah bentang dibutuhkan tulangan yang lebih banyak.
a. Balok lentur

b. Diagram momen lentur

c. Posisi tulangan baja

Gambar 2. Balok beton kantilever

Lain halnya pada balok kantilever yang memikul beban merata akan timbul momen
negatif pada seluruh bentang balok. Balok akan melengkung ke sisi atas, sehingga
tegangan lentur tarik dan retak akan muncul di sisi atas balok. Pada kasus ini tulangan baja
harus diletakkan di sisi atas. Karena momen lentur negatif terbesar terjadi pada sekitar
daerah tumpuan, maka pada daerah tumpuan diberi tulangan lebih banyak daripada
daerah lainnya.

Pada umumnya balok beton bertulang berupa balok menerus di atas beberapa tumpuan yang
memikul beban gravitasi. Bentuk balok setelah mengalami defleksi diperlihatkan pada gambar 3.
Dengan konsep yang sama seperti balok tertumpu sederhana dan balok kantilever, maka tulangan
baja dibutuhkan pada sisi tarik dari balok. Atau dengan kata lain tulangan diletakkan di sisi atas
balok pada lokasi momen negatif, yaitu sekitar tumpuan dan tulangan diletakkan di sisi bawah
balok pada lokasi momen positif yang terjadi pada daerah tengah bentang.
Gambar 3. Balok beton menerus

Sebenarnya selain tulangan memanjang yang berfungsi memikul momen lentur balok,
hendaknya dipasang pula tulangan dalam arah transversal (sering disebut tulangan
sengkang atau tulangan geser, atau dalam istilah asing disebut stirrup). Tulangan geser
dipasang untuk memikul gaya geser yang terjadi pada balok.

4. Detailing Pekerjaan Struktur Balok


• Pada suatu balok beton bertulang, gaya tekan yang timbul akibat lentur akan dipikul
oleh beton sedangkan gaya tarik akan ditahan oleh tulangan baja
• Agar proses tersebut dapat terjadi, maka harus ada transfer gaya atau lekatan di antara
kedua material tersebut.
• Tegangan lekatan muncul agar tulangan baja berada dalam kesetimbangan.
• Apabila tegangan lekatan ini hilang, tulangan baja akan tercabut dari beton, dan gaya
tarik T akan hilang pula yang selanjutnya berakibat pada keruntuhan dari balok
tersebut.
Panjang penyaluran tulangan pada kondisi tekan, yang diambil dari nilai terbesar
antara:

Nilai yang diperoleh dari kedua persamaan tersebut tidak boleh lebih kecil
daripada 200 mm. Panjang penyaluran boleh direduksi dengan mengalikan ldc
dan faktor kelebihan tulangan,
Rs = 𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝐴𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
Sedangkan untuk elemen struktur tekan dengan tulangan spiral diameter 6 mm
atau lebih dengan jarak minimal 100 mm, panjang penyaluran yang dihitung dari
persamaan di atas masih boleh direduksi dengan mengalikannya dengan faktor
0,75.

Anda mungkin juga menyukai