Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN PROSES PEMBUATAN

ALAT PENYANGGA TENGAH OTOMATIS PADA SEPEDA

MOTOR YANG MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK

4.1 Membuat Desain Sirkuit Sistem Hidrolik Penyangga Tengah dan Cara

Kerjanya

Seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa konsep yang dipilih

adalah konsep pada prinsip solusi 3 dimana pada sistem hidrolik penyangga

tengah menggunakan 3 silinder hidrolik. Komponen-komponen yang dibutuhkan

pada konsep ini adalah; motor penggerak, pompa hidrolik, relief valve, selang

hidrolik, tangki penampungan, katup kontrol arah, check valve, check valve

bertekanan, silinder hidrolik pengungkit dan silinder hidrolik pengangkat. Berikut

adalah desain sirkuit hidrolik penyangga tengah yang akan dilakukan

pembuatannya.

69
70

14

13
7
6

1 10
2 4 12
8
5

9 11

Gambar 4.1 Sirkuit Hidrolik

Komponen-komponen dari sistem hidrolik diatas adalah sebagai berikut;

1. Motor Penggerak

2. Pompa Hidrolik

3. Tangki Penampung

4. Relief Valve

5. Saringan Fluida

6. Selang Hidrolik

7. Katup Kontrol Arah

8. Check Valve 1

9. Check Valve bertekanan 1

10. Silinder Hidrolik Penyangga sebelah kiri

11. Silinder Hidrolik Penyangga sebelah Kanan

12. Check Valve 2


71

13. Check Valve bertekanan 2

14. Silinder Hidrolik Pengungkit

Cara kerja sirkuit:

Pada saat katup kontrol arah diposisi netral tidak ada fluida yang mengalir

ke sililnder hidrolik dan sistem valve. Pada kondisi ini pompa tetap berputar

karena terhubung langsung dengan putaran mesin, fluida yang mengalir dialirkan

ke katup kontrol arah dan kembali ke tangki penampung.

14

13
7
6

1 10
2 4 12
8
5

9 11

A B

P T

Gambar 4.2 Posisi netral pada sirkuit hidrolik

Pada saat katup kontrol arah diputar ke arah kanan aliran fluida mengalir

dari lubang P ke lubang A pada katup kontrol arah, kemudian fluida mengalir ke

silinder pengungkit dan silinder pengungkit bekerja. Dikarenakan ruang di bawah

piston silinder pengungkit menyempit hal ini mengakibatkan fluida yang ada di

bawah piston tertekan keluar dan mengalir ke check valve nomor 13, lubang B dan

T kemudian ke tangki penampung yang terlebih dahulu melaui filter.


72

14

13
7
6

1 10
2 4 12
8
5

9 11

A B

P T

Gambar 4.3 Sirkuit hidrolik ketika katup kontrol arah diputar ke kanan

Pada saat tekanan dalam system mencapai tekanan kerja check valve

nomor 9, check valve nomor 9 akan terbuka dan fluida mengalir ke silinder

hidrolik nomor 10 dan 11 dan mengakibatkan piston terdorong dan rod

memanjang.
14

13
7
6

1 10
2 4 12
8
5

7 bar

9 11

Gambar 4.4 Sirkuit Hidrolik ketika tekanan mencapai tekanan kerja check valve

Ketika katup kontrol arah diputar ke kiri fluida mengalir dari pompa

hidrolik ke lubang P lalu ke lubang B, kemudian fluida mengalir ke silinder


73

hidrolik nomor 10 dan nomor 11, menekan piston dan membuat rod bergerak ke

arah memendek. Fluida yang berada di atas piston akan tertekan keluar dan

mengalir ke check valve nomor 8, lubang A lalu ke lubang T pada kontrol arah

kemudian mengalir ke tangki penampung.


14

13
7
6

1 10
2 4 12
8
5

9 11

A B

P T

Gambar 4.5 Sirkuit hidrolik ketika katup kontrol arah diputar ke kiri

Ketika tekanan dalam system mencapai tekanan kerja check valve nomor

12, check valve nomor 12 akan terbuka fluida akan mengalir melalui check valve

ke dalam ruangan di bawah piston silinder hidrolik nomor 14 dan akan

menggerakkan piston dan rod ke arah memendek, dikarenakan ruangan di atas

piston menyempit fluida tertekan dan keluar mengalir ke lubang A dan T pada

katup kontrol arah kemudian fluida mengalir ke tangki penampung.


74

14

13
7
6

1 10 7 bar
2 4 12
8
5

9 11

Gambar 4.6 Sirkuit hidrolik ketika tekanan mencapai tekanan kerja check valve

4.2 Menentukan Fluida Yang Digunakan

Fluida yang digunakan pada sistem hidrolik ini adalah oli dengan SAE 10

yang biasa digunakan untuk power steering kendaraan dan sistem hidrolik lainnya.

Temperatur fluida (T), Massa jenis (ρ), berat jenis (γ), viskositas dinamik (μ) dan

viskositas kinematik (ν) dari fluida ini perlu diketahui untuk dilakukannya analisa

terhadap kerja sistem. Temperatur fluida telah diukur dan mencapai 600C karena

pengaruh panas mesin.

Gambar 4.7 Termometer yang menunjukkan temperature 600C pada fluida


75

4.2.1 Viskositas Dinamik

Untuk mengetahui besarnya viskositas dinamik dapat dilihat dari grafik di

bawah ini.

1,55 x 10-2 N.s/m2

Gambar 5.8 Grafik viskositas dinamik


( Munson, Bruce., F. Young, Donald., & H. Okiishi Theodore., Mekanika Fluida, 525)

Berdasarkan grafik diatas maka viskositas dinamik minyak SAE 10 pada

temperatur 600C adalah 1,55 x 10-2 N.s/m2.

4.2.2 Viskositas Kinematik

Untuk mengetahui viskositas kinematik dapat dilihat dari grafik di bawah

ini.
76

Gambar 4.9 Grafik viskositas kinematik

( Munson, Bruce., F. Young, Donald., & H. Okiishi Theodore., Mekanika Fluida, 525)

Berdasarkan grafik di atas maka viskositas kinematik dari oli SAE 10 pada

temperatur 60oC adalah 1,7 x 10-5 m2/s.

4.2.3 Massa Jenis Dan Berat Jenis Oli SAE 10

Dari data viskoisitas dinamik dan kinematik maka dapat diketahui massa

jenis (ρ) dan berat jenis (γ) oli SAE 10 pada temperatur 60oC. Dimana :

Viskositas Dinamik
Massa Jenis =
Viskositas Kinematik

Berat Jenis = Massa Jenis x Gravitasi

Jadi besarnya massa jenis dan berat jenis oli SAE 10 adalah sebagai

berikut:
77

1. Massa Jenis

μ
ρ =
ν

-2
1,55 x 10
ρ = -5
1,7 x 10
= 0,912 x 103

= 912 kg/m3

2. Berat Jenis

γ = ρ.g

γ = (912)(9,8)

= 8937,6 N/m3

4.3 Perhitungan Hidrostatis

Direncanakan sistem hidrolik penyangga tengah ini dapat mengangkat

beban 250 kgf dengan asumsi beban tersebut adalah beban sepeda motor

ditambah dengan beban pengendara dan penumpang, silinder hirolik yang

digunakan adalah silinder yang berdiameter 26 mm atau 2,6 cm, jadi tekanan yang

bekerja pada sistem ini jika silinder bekerja mengangkat beban adalah:

Diketahui: F (beban) = 250 kgf

D (diameter) = 2,6 cm

1
A (Luas Penampang) = πD2
4
. 3,14 . (2,6 cm)2
= 1
4
= 5,31 cm2
78

F
P (Tekanan) =
A
182 kgf
=
5,31 cm2
= 34,27 kgf/cm2

Berdasarkan perhitungan di atas diperlukan tekanan balik sebesar 34,27

kgf/cm2 untuk dapat mengangkat sepeda motor dan beban pengendara. Pada

rancangan mekanisme hidrolik ini digunakan 2 silinder hidrolik untuk

mengangkat beban yang ditetapkan itu artinya masing-masing silinder bekerja

pada tekanan 17,14 kgf/cm2.

4.4 Pemilihan Pompa Hidrolik

Seperti sudah dijelaskan pompa hidrolik pada sistem hidrolik ini

digunakan pompa hidrolik tipe roda gigi. Pompa hidrolik ini menggunakan pompa

bekas dengan sedikit modifikasi pada tingginya untuk mengurangi ruang

pemasangan pada sistem. Berikut adalah proses pemilihan pompa, modifikasi dan

uji kemampuan pompa.

1. Mencari pompa hidrolik tipe roda gigi bekas yang masih baik kondisinya

karena pertimbangan faktor ekonomis pembuatan alat.

2. Menentukan tempat pemasangan pompa.

3. Mengukur dimensi pompa dan ruang pemasangannya.

4. Memodifikasi tinggi pompa.

5. Membuat penghubung putaran mesin ke pompa hidrolik.

6. Memodifikasi tutup mesin untuk dudukan pompa hidrolik.

7. Melakukan uji kemampuan pompa.


79

4.3.1 Tempat Pemasangan Pompa.

Pompa hidrolik akan dipasangan pada sebelah kiri cylilnder head mesin

sepeda motor, terpasang pada cover sprocket camshaft. Pompa akan mendapatkan

putaran dari cover sprocket camshaft. Putaran yang dihasilkan adalah ½ dari

putaran poros engkol (crankshaft). Perlu dilakukan modifikasi cover sprocket

camshaft agar pompa dapat terpasang dan membuat penghubung putaran dari

sprocket ke pompa. Dan berikut adalah hasil modifikasi dan pembuatannya;

Cover Sprocket
Camshaft

Gambar 4.10 Cover sprocket camshaft yang sudah dimodifikasi

Gambar 4.11 Penghubung putaran mesin ke pompa


80

Tempat Pemasangan
Penghubung Putaran

Gambar 4.12 Tempat pemasangan penghubung putaran mesin ke pompa

4.3.2 Memodifikasi Tinggi Pompa.

Tinggi keseluruhan pompa sebelumnya adalah 120 cm dan dikurangi

menjadi 8,8 cm dengan mengurangi tinggi dari bodi tengah pompa. Modifikasi

pompa ini dilakukan di bengkel bubut.

Cover Head
Camshaft

Drive Gear
Driven Gear Body Tengah
Body Atas Body Bawah

Gambar 4.13 Pompa hidrolik yang sudah di modifikasi


81

Pompa hidrolik yang


sudah terpasang
pada mesin

Gambar 4.14 Pompa hidrolik yang sudah terpasang pada mesin sepeda motor

4.3.3 Pengujian dan Pengukuran Kemampuan Pompa

Setelah terpasang pada mesin sepeda motor, dilakukan pengujian dan

pengukuran pompa. Yang akan dilakukan uji dan pengukuran adalah pada

kapasitas output fluida yang dikeluarkan dan tekanan yang dihasilkan pompa pada

rpm tertentu. Alat yang digunakan adalah gelas ukur, rpm analog, pressure gauge

dan timer.

Gelas Ukur Pressure Gauge

Timer

Rpm Analog

Gambar 4.15 Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran


82

Dari hasil uji dan pengukuran didapat data sebagai berikut:

1. Kapasitas pompa

Tabel 4.1 Hasil pengukuran kapasitas pompa


Kapasitas Pompa Waktu Yang
Tes RPM Mesin RPM Pompa
Yang Diukur (cc) Dibutuhkan (s)
1 1000 500 250 11,33
2 2000 1000 250 10,17
3 3000 1500 250 9,32
4 4000 2000 250 8,66
5 5000 2500 250 7,85
6 6000 3000 250 7,56
7 7000 3500 250 7,29

2. Tekanan Pompa

Tabel 4.2 Hasil pengukuran tekanan pompa


Tekanan Yang
Tes RPM Mesin RPM Pompa
Dihasilkan (kgf/cm2)
1 1000 500 4
2 2000 1000 5,5
3 3000 1500 7
4 4000 2000 10
5 5000 2500 12,5
6 6000 3000 15
7 7000 3500 17
8 8000 4000 20

Berdasarkan perhitungan hidrostatis diperlukan tekanan 17,14 kgf/cm2

agar silinder hidrolik dapat mengangkat sepeda motor dan bebannya, itu berarti

diperlukan rpm 7000 pada mesin atau 3500 pada pompa agar dapat mengangkat

sepeda motor dan beban.

4.4 Perhitungan Motor Penggerak

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pada sistem hidrolik ini akan

digunakan mesin sepeda motor itu sendiri untuk memutar pompa hidrolik. Sepeda

motor yang digunakan adalah sepeda motor jenis bebek merk Kawasaki Kaze R
83

tahun 2012. Adapun spesifikasi sepeda motor Kawasaki Kaze R adalah sebagai

berikut;

4.4.1 Spesifikasi Teknik Sepeda Motor

Tabel 4.3 Spesifikasi teknik sepeda motor Kawasaki Kaze R


Spesifikasi Teknik Kawasaki Kaze R
Mesin
Tipe Mesin 4 Langkah, SOHC 2 Katup
Diameter x Langkah 56.0 mm x 50.6
Jumlah Silinder 1
Isi Silinder 124.6 cc
Pebandingan Kompresi 9.5 : 1
Daya Maksimum 9.9 PS / 8.000 rpm
Torsi Maksimum 10.64 Nm / 4.000 rpm
Karburator Keihin PB 18
Jumlah Transmisi 4 Speed
Kopling Centrifugal, Multiple Wet Disk
Rasio Gigi 1 3.000
Rasio Gigi 2 1.938
Rasio Gigi 3 1.350
Rasio Gigi 4 1.087
Tipe Sistem Final Gear Chain Drive
Final Gear 2.600
Drive Rasio Keseluruhan 9.634
Kelistrikan dan Pelumasan
Sistem Pengapian DC-CDI
Sistem Pelumasan Oli Forced Lubrication (Wet Sump)
Sistem Pendingin Pendinginan Udara
Sistem Penyaringan Oli DFLS (Double Filter Lubrication System) Filter Ganda
Kapasitas Pelumas Mesin 1.1 Liter
Tipe Oli Mesin SAE 10W-40
Kapasitas Tangki Bahan Bakar 4.5 Liter
Busi NGK C6HSA
Dimensi
Panjang x Lebar x Tinggi 1915 mm x 700 mm x 1040 mm
Tinggi Tempat Duduk 750 mm
Jarak Poros Roda 1.240 mm
Jarak Terendah Ke Tanah 130 mm
Berat Kosong 102 kg
Suspensi
Tipe Rangka Full Frame
Suspensi Depan Teleskopik
Suspensi Belakang Swing Arm
Tipe & Ukuran Ban Depan 2.50 - 17 4PR
Tipe % Ukuran Ban Belakang 2.75 - 17 4PR
Rem Depan Cakram Twin Pot
Rem Belakang Drum / Tromol
Pelek Roda Spoke-Kaze R, Cast Wheel Kaze R
84

4.4.2 Menghitung Daya Mesin Sepeda Motor

Pada rancangan hidrolik ini digunakan mesin sepeda motor untuk memutar

pompa hidrolik dan diperlukan daya pada mesin untuk menghasilkan tekanan

pompa sebesar 17,14 kgf/cm2. Untuk menghitung daya mesin kita haru

mengetahui kapasitas dan tekanan pompa. Dan kita ketahui sebelumnya pada rpm

mesin 7000 rpm tekanan pompa dapat mencapai 17 kgf/cm2 dan kapasitasnya atau

laju aliran mencapai 250 cc dalam waktu 7,29 detik. Untuk menghitung daya

mesin dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Laju aliran (lpm) x Tekanan (bar)


Daya = (kW)
600

Diketahui:

 Laju Aliran atau Kapasitas Pompa

250 cc
Laju Aliran =
7,29 s

= 34,29 cc/s

= 2057,40 cc/menit

= 2,057 l/menit

 Tekanan = 17 kgf/cm2

Maka daya pada mesin sepeda motor adalah:

2,057 x 17
Daya =
600

= 0,058 kW

= 0,078 HP
85

Daya mesin yang dihasilkan pada rpm 7000 adalah 0,078 HP.

4.5 Pembuatan Silinder Hidrolik

Karena pertimbangan ekonomis dimana lebih sedikit biaya yang

dikeluarkan untuk membuat silinder hidrolik daripada membelinya di pasaran,

untuk itu perancang memilih untuk membuatnya. Untuk melakukan pembuatan

silinder hidrolik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut;

1. Bahan yang digunakan.

2. Seal yang akan digunakan

3. Luas penampang piston

4. Panjang langkah rod

Pada sistem hidrolik ini digunakan 3 silinder hidrolik, 1 silinder hidrolik

pengungkit dan 2 silinder hidrolik pengangkat. 2 silinder hidrolik pengangkat

mempunyai dimensi yang sama karena akan bekerja bersama mengangkat sepeda

motor dan beban.

4.5.1 Silinder Pengungkit

Silinder pengungkit ini fungsinya untuk mengungkit 2 silinder pengangkat

ke posisi siap mengangkat dan mempunyai ukuran diameter dalamnya 18 mm,

diameter poros 10 mm dan panjang langkah rodnya 100 mm.


86

Silinder
Pengungkit

Gambar 4.16 Silinder Pengungkit yang terpasang pada sepeda motor

4.5.2 Silinder Pengangkat

Silinder pengangkat ini mempunyai ukuran diameter dalamnya 26 mm,

diameter poros 18 mm dan panjang langkah rodnya 80 mm. Ada dua buah silinder

pengangkat dan dua-duanya mempunyai dimensi yang sama.

Seal

Silinder
Silinder

Tutup Silinder
Tutup Silinder Poros atau rod

Gambar 4.17 Silinder hidrolik pengangkat setelah proses pembuatan


87

Silinder Pengangkat

Gambar 4.19 Silinder hidrolik pengangkat yang terpasang pada sepeda motor

4.5.3 Menghitung Kecepatan Silinder

Kecepatan silinder perlu dihitung untuk mengetahui lamanya silinder

bekerja, silinder hidrolik bekerja tidak boleh terlalu lama jika dibanding pemilik

motor mengoperasikan penyangga tengah manual. Kecepatan silinder dapat

dihitung dengan rumus;

Q
v =
A

Dimana : Q = Debit aliran (m3/s)

v = Kecepatan silinder (m/s)

A = Luas penampang silinder hidrolik (m2)

4.5.3.1 Kecepatan Silinder Hidrolik Pengungkit

1. Saat poros memanjang

Diketahui : Q = 2,057 l/menit = 0,0000343 m3/s

D = 18 mm = 0,018 m

2 2
πD (3,14)(0,018)
A = = = 0,000254 m2
4 4
88

Jadi kecepatan silinder hidrolik pengungkit pada saat poros memanjang

adalah:

0,0000343
v =
0,000254
= 0,097 m/s

2. Saat poros memendek

Diketahui : Q = 2,057 l/menit = 0,0000343 m3/s

D = 10 mm = 0,010 m

A = Asilinder - Aporos

2
(3,14)(0,010)
A = (0,000254) -
4
= (0,000254) - (0,0000785)

= 0,000176 m2

Jadi kecepatan silinder hidrolik pengungkit pada saat poros memendek

adalah:

0,0000343
v =
0,000176

= 0,19 m/s

4.5.3.2 Kecepatan silinder hidrolik pengangkat

Dikarenakan 2 silinder hidrolik bekerja secara bersamaan maka luas

penampangnya adalah jumlah dari luas penampang kedua silinder.

1. Saat poros memanjang

Diketahui: Q = 2,057 l/menit = 0,0000343 m3/s


89

Dsilinder = 26 mm = 0,026 m

πD2 (3,14)(0,026)2
A = = = 0,000531 m2
4 4

Jadi kecepatan silinder hidrolik pengungkit pada saat poros memanjang

adalah:

Q
v =
2A

0,0000343
v =
(2)(0,000531)
0,000343
=
0,001062

= 0,032 m/s

2. Saat poros memendek

Diketahui: Q = 2,057 l/menit = 0,0000343 m3/s

Dporos = 18 mm = 0,018 m

A = Asilinder - Aporos

2
(3,14)(0,018)
A = (0,000531) -
4

= (0,000531) - (0,000254)

= 0,000277 m2

Jadi kecepatan silinder hidrolik pengungkit pada saat poros memendek

adalah:

Q
v =
2A
90

0,0000343
v =
(2)(0,000277)
0,000343
=
0,000554

= 0,62 m/s

4.5.3.3 Kecepatan Seluruh Operasi Silinder

Dikarenakan silinder pengungkit dan pengangkat bekerja berurutan maka

kecepatan keseluruhan sistem harus dihitung dan berikut hasil perhitungannya;

Q
v =
A1 + A2 + A2

1. Saat silinder hidrolik bekerja mengangkat

Diketahui : Q = 2,057 l/menit = 0,0000343 m3/s

Atotal = Apengungkit + Apengangkat

= 0,000254 + 0,001062

= 0,001316 m2

Jadi kecepatan seluruh operasi silinder saat mengangkat adalah;

0,0000343
v =
0,001316

= 0,026 m/s

2. Saat silinder hidrolik bekerja turun

Diketahui : Q = 2,057 l/menit = 0,0000343 m3/s

Atotal = Apengungkit + Apengangkat

= 0,000176 + 0,000277

= 0,000453

Jadi kecepatan seluruh operasi silinder saat mengangkat adalah;


91

0,0000343
v =
0,000453

= 0,076 m/s

4.6 Pemilihan Katup Kontrol Arah

Pada sistem hidrolik ini digunakan katup kontorl arah tipe rotary valve

yang digerakkan manual oleh tangan atau digerakan secara mechanical, katup ini

adalah jenis katup 4/3 yaitu katup yang mempunyai 4 lubang dan 3 posisi kerja.

Gambar 4.20 Katup kontrol arah tipe rotary valve

A B

P T

Silinder Hidrolik Memendek Silinder Hidrolik Memendek


(B) (B)

Dari Pompa (P) (T) Ke Tangki Dari Pompa (P) (T) Ke Tangki
Hidrolik Penampung Hidrolik Penampung

(A) (A)
Silinder Hidrolik Memanjang Silinder Hidrolik Memanjang
Fixed Gate Rotary Gate

Gambar 4.21 Gate pada katup kontrol arah


92

Cara kerja rotary valve terbagi dalam 3 bagian yaitu posisi 1, 2 dan 3.

Berikut adalah penjelasan cara kerjanya:

1. Posisi 1

Pada posisi 1 atau pada posisi rotary valve belum digerakkan aliran fluida

mengalir ke lubang P lalu keluar melalui lubang T kemudian aliran fluida

mengalir ke tangki penampung.

Gambar 4.22 Saat katup kontrol posisi netral

A B

P T

Fixed Gate

Pompa Hidrolik (P) (T) Tangki


Penampung

Rotary Gate

Gambar 4.23 Posisi ke-1 rotary valve


93

2. Posisi 2

Ketika rotary valve diputar ke arah kanan fluida mengalir dari lubang P ke

lubang A mengakibatkan silinder hidrolik bekerja memanjang. Lubang B

akan terhubung dengan lubang T dan fluida akan mengalir dari lubang

saluran silinder hidrolik bagian bawah ke tangki penampung.

Gambar 4.24 Saat Katup kontrol arah diputar ke kanan

A B

P T

Saluran Bawah Silinder Hidrolik


(B)
Fixed Gate

Pompa Hidrolik (P) (T) Ke Tangki


Penampung

Rotary Gate

(A)
Silinder Hidrolik Memanjang

Gambar 4.25 Posisi ke-2 rotary valve


94

3. Posisi 3

Ketika rotary valve diputar ke arah kiri aliran fluida mengalir dari lubang

P ke lubang B dan mengakibatkan silinder memendek. Lubang A akan

terhubung denga lubang T, fluida akan mengalir dari saluran silinder

hidrolik bagian atas ke tangki penampung.

Gambar 4.26 Saat katup kontrol arah diputar ke arah kiri

A B

P T

Silinder Hidrolik Memendek


(B)
Fixed Gate

Pompa Hidrolik (P) (T) Ke Tangki


Penampung

Rotary Gate

(A)
Saluran Atas Silinder Hidrolik

Gambar 4.27 Posisi ke-3 rotary valve


95

4.7 Check Valve

Pada rangkaian hidrolik ini menggunakan 4 buah check valve, 2 check

valve bertekanan dan 2 check valve tak bertekanan. 2 check valve bertekanan

selain berfungsi untuk mengalirkan fluida pada satu arah juga berfungsi untuk

membuat urutan kerja dari silinder pengungkit dan silinder pengangkat,

sedangkan check valve hanya berfungsi untuk mengalirkan fluida pada satu arah

saja. Seumumnya yang tersedia dipasaran adalah check valve yang mempunyai

tekanan spring yang kecil, untuk itu karena dibutuhkan 2 check valve yang

bertekanan agak besar 4 – 10 kgf/cm2, perancang memodifikasinya dengan

mengganti spring dengan yang lebi keras.

Snap Ring Valve Body


Spring

Spring Holder Valve

Gambar 4.26 Komponen-komponen check valve

4.6.1 Nama dan Fungsi Komponen

1. Body Valve

Body Vavle berfungsi sebagai rumah dari valve dan saluran fluida.

2. Valve

Valve berfungsi untuk membuka dan menutup saluran.


96

3. Spring

Spring berfungsi untuk membalikkan valve pada posis menutup dan

menahan valve untuk membuka sampai tekanan tertentu.

4. Spring Holder

Spring holder berfungsi sebagai dudukan spring dan menahan spring

pada posisi terkunci.

5. Snap Ring

Snap ring berfungsi untuk mengunci spring pada posisinya.

check valve

Gambar 4.29 Check valve yang sudah terpasang pada sepeda motor

4.6.2 Mengukur Tekanan Spring Pada Check Valve

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pressure gauge, diukur

sampai pada tekanan berapa check valve tersebut terbuka dan mengalirkan fluida.

Berikut adalah cara pengukurannya;

1. Menyambungkan output pompa dengan sambungan T.

2. Sambungkan input check valve dengan salah satu lubang pada sambungan

T.
97

3. Sambungan pressure gauge dengan lubang sambungan yang tersisa pada

sambungan T.

4. Nyalakan mesin sepeda motor dan lihat hasil ukuran dari pressure gauge.

Pressure gauge

Tangki penampung
check valve Sambungan T

Pompa

Gambar 4.30 Pengukuran tekanan spring check valve

Ada dua buah check valve yang bertekanan yang akan digunakan, satu

check yang beroperasi saat poros silinder memanjang dan satu lagi saat poros

silinder memendek. Kedua check valve mempunyai tekanan yang berbeda,

tekanan pada check valve saat silinder memendek lebih besar dari pada check

valve pada posisi silinder memanjang hal ini karenan luas penampang silinder

hidrolik lebih kecil pada saat poros memendek untuk itu diperlukan tekanan yang

lebih besar. Berikut adalah hasil pengukurannya;


98

Gambar 4.31 Hasil pengukuran check valve pertama

Terlihat pada gambar hasil pengukuran check valve pertama adalah check

valve terbuka pada tekanan 4 kgf/cm2.

Gambar 4.32 Hasil pengukuran check valve kedua

Terlihat pada gambar hasil pengukuran check valve kedua adalah check

valve terbuka pada tekanan 7 kgf/cm2.

4.8 Selang Hidrolik

Pada sisitem hidrolik ini menggunakan selang hidrolik untuk mengalirkan

fluida. Selang ini dapat menahah tekanan sampai pada tekanan 150 kgf/cm2.

Diameter dalam selang adalah sebesar 7 mm.

Selang Hidrolik

Gambar 4.33 Selang hidrolik yang sudah terpasang pada sepeda motor
99

Dari data diameter selang yang diketahui kita dapat menghitung kecepatan

aliran fluida, untuk perhitungannya dapat dihitung dengan menggunakan rumus;

Q
v =
A

Dimana : v = Kecepatan aliran fluida (m/s)

Q = Debit aliran fluida (m3/s)

A = Luas penampang selang (m2/s)

Diketahui : Q = 2,057 l/menit = 0,0000343 m3/s

D = 7 mm = 0,007 m

πD2 (3,14)(0,007)2
A = = = 0,0000385 m2
4 4

Maka kecepatan aliran fluida adalah;

0,0000343
v =
0,0000385

= 0,89 m/s

4.9 Perhitungan Head Loss Major Dan Head Loss Minor

4.9.1 Head loss Major

Head loss major dapat dicari dengan persamaan darcy, yaitu:

λ x L x v2
HL =
D x 2g

Dimana : λ : faktor gesekan

L : panjang pipa (m)

D : diameter dalam pipa (m)

v : kecepatan rata-rata fluida (m/s)


100

g : gravitasi (m/s2)

Untuk mengetahui head loss major perlu dicari terlebih menentukan

dahulu besarnya bilangan Reynold, dan menentukan koofisien gesek. Dari hasil

pengujian diperoleh data sebagai berikut:

1. Mencari bilangan Reynolds

Mencari bilangan Reynolds digunakan rumus di bawah ini:

νD
Re =
v

Dimana: Re = Bilangan Reynolds

v = Kecepatan aliran fluida (m/s)

D = Diameter selang (m)

ν = Viskositas kinmatik

Diketahui, v = 0,89 m/s

D = 0,007 m

ν = 1,7 x 10-5 m2/s

Maka Bilangan Reynolds yang di dapat adalah;

(0,89)(0,007)
Re =
1,7 x 10-5
0,00623
= -5
1,7 x 10
= 0,00366 x 105

= 366

2. Menghitung koofisien gesek


101

Karena bilangan Reynolds < 2300 maka aliran fluida bersifat laminer,

untuk aliran laminer koofisien gesek pada pipa atau selang dapat dicari

dengan rumus:

64
λ =
Re

Jadi koofisien gesek yang terjadi adalah :

64
λ =
366
= 0,17

3. Menghitung Head Loss Major

Diketahui :

 Koofisien gesekan (λ) : 0,17

 Panjang pipa atau selang (L) : 90 cm atau 0,9 m

 Diameter selang (D) : 7 mm atau 0,007 m

 Kecepatan aliran fluida (v) : 0,89 m/s

λ x L x v2
HL =
D x 2g

(0,17)(0,9)(0,89)2
HL =
(0,07)(2 x 9,8)
0,121
=
1,372
= 0,088 m

4.9.2 Head Loss Minor

Kerugian perpipaan akibat penggunaan aksesoris pipa dan terbagi menjadi

diantaranya :
102

o Akibat sambungan tee 2 buah

o Akibat gate valve

o Check valve 2 buah

v2
Hlminor = k
2g

v2
= (2tee + gate valve + 2check valve)
2g

2
(0,89)
= ((2 x 1,8) + 4,5 + (2 x 4))
(2 x 9,8)
= (3,6 + 4,5 + 8)( 0,040)

= 0,644 m

4.9.3 Head Loss Total

Hloss Total = Hloss major + Hlminor

= 0,088 + 0,644

= 0,732 m

4.9.4 Menghitung Head Pompa yang dibutuhkan

Head pompa dapat dihitung dengan menggunakan rumus;

P v2
HP = + + Z+Hloss total
γ g

Diketahui :

P = 17,14 kgf/cm2 atau 171400 kgf/m2

γ = 8937,6 N/m3

v = 0,89 m/s
103

g = 9,8 m/s2

z = 60 cm atau 0,6 m

Hloss total = 0,732 m

Maka Head pompa yang dibutuhkan adalah

HP = 171400 + (0,89)2
+ (0,6 + 0,732)
8937,6 9,8
= 19,18 + 0,081 + 1,332

= 20,593 m

4.9.5 Menghitung daya pompa

Daya pompa dapat dihitung dengan rumus:

W = Hp.γ.Qs

Dimana :

Hp = Head Pompa

γ = Berat Jenis Fluida

Qs = Kapasitas Silinder

Diketahui:

Hp = 20,57 m

γ = 8937,6 N/m3

Qs = v.(Asilinder1 + A silinder 2 + A silinder 3)

Diketahui : v = 0,022 m/s

A1 = 0,000254 m2

A2 = 0,000531 m2

A3 = 0,000531 m2
104

Qs = (0,89) ( 0,000254 + 0,000531 + 0,000531 )


= (0,89) (0,001316)

= 0,00117 m3/s

Maka Daya Pompa yang dibutuhkan adalah:

W = Hp.γ.Qs

= (20,593)( 8937,6)(0,00117)

= 215,34 Watt

= 0,289 HP

Gambar 4.34 Gambar 3 dimensi hasil rancangan dan pembuatan

Anda mungkin juga menyukai