M DENGAN
HIPERTENSI DI RT 03 RW 04 DESA KRAPYAK, KECAMATAN
TAHUNAN, JEPARA
Diajukan Untuk Memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Keluarga, Kelompok
Khusus, dan Komunitas
Disusun oleh :
NIM. P1337420919067
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh
dunia. Joint Nation Committeon Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure VII (JNC VII) menyatakan hampir satu
miliar orang menderita hipertensi di dunia. Sedangkan prevalensi
hipertensi di Indonesia tahun 2011 adalah 31,7% dari populasi pada usia
18 tahun keatas. Sekitar 80% penderita hipertensi tersebut tergolong
hipertensi essensial (Azizah, 2014).
Sebagian besar pasien hipertensi menggunakan obat bahan alam
selain obat hipertensi konvensional. Seluruh pasien menggunakan obat
bahan alam yang secara teori memang terbukti menurunkan tekanan darah.
Namun demikian hanya 15,2% pasien yang menggunakan obat bahan alam
sesuai dengan peraturan BPOM tentang kriteria jamu. Hasil penelitian ini
menunjukkan masih perlunya edukasi penggunaan obat bahan alam di
masyarakat sebagai terapi komplementer untuk hipertensi (Paramita,
2017).
Pada lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah
satunya adalah kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang
sering dijumpai pada golongan lansia yang disebabkan karena kemunduran
fungsi kerja pembuluh darah yaitu salah satunya hipertensi atau tekanan
darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit
degenerative yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi.
Tekanan darah tinggi merupakan suatu penyakit akiba tmeningkatnya
tekanan darah arterial sistemik baik sistolik maupun diastolik (Arlita,
2014).
Data World Health Organization (WHO) 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di
antaranya yang minum obat. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5miliar
orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta
orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Di Indonesia,
berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 34,1%.
Kesehatan lansia bila tidak di tangani dengan baik, akan
menyebabkan penurunan fungsi fisik dan fisiologis sehingga terjadi
kerusakan tubuh yang lebih parah, menimbulkan banyak komplikasi dan
mempercepat kematian. Hipertensi pada lansia bila tidak segera diobati
dapat menyebabkan gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Potter dan
Perry, 2005). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu,
faktor yang dapat dikendalikan seperti obesitas, medikasi, gayahidup,
stress dan faktor yang tidak dapat di kenali seperti usia, riwayat keluarga,
jenis kelamin (Junaedi, E dkk, 2013).
Pemanfaatan herbal untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan
penyakit hingga saat ini sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan,
terutama dengan melonjaknya biaya pengobatan. Dengan maraknya
gerakan kembali ke alam (back to nature) kecenderungan penggunaan
bahan obat alam/herbal di dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut
dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan
perkembangan pola penyakit (Paulus, 2015). Obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
B. WOC
(Terlampir)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny.M DENGAN
HIPERTENSI DI RT 03 RW 04 DESA KRAPYAK, KECAMATAN
TAHUNAN, JEPARA
1. PENGKAJIAN KELUARGA
Hari/Tanggal : Selasa, 5 Mei 2020 pukul 09.00 WIB
A. Identitas Keluarga
Inisial Kepala Keluarga : Tn. A
Umur : 53 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Strata 1
Pekerjaan : PNS
Alamat : RT 3/ RW 4, Desa Krapyak, Kec.Tahunan, Jepara
Sumber Informasi : Klien dan keluarga
B. Data Umum
Ke
Status Imunisasi ada
an
Jenis Hub kel. Pendi
Nama Umur Ca
Kelamin KK dikan Hepatiti
Polio DPT mp Ket.
BCG s
ak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Tn. A Laki- KK 53th S-1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Leng Seh
laki kap at
Ny. T Peremp Istri 52th SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Leng Sak
uan kap it
An. FZ Peremp Anak 23th S-1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Leng Ane
uan kap mia
An. FN Laki- Anak 20th SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Leng Seh
laki kap at
An. FB Laki- Anak 20th SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Leng Seh
laki kap at
Ny.M Peremp Ibu 77th SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Leng Sak
uan kap it
(Hi
pert
ensi
)
1. Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Menikah
: Tinggal dalam satu rumah
: Pasien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
2. Tipe keluarga
Keluarga Tn. A merupakan keluarga yang termasuk tipe extended family
yang terdiri dari keluarga int dengan satu orang nenek. Tn. A tinggal
serumah dengan istri, anak dan ibunya (nenek).
3. Suku bangsa
Keluarga Tn. A merupakan keluarga suku Jawa. Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Tidak ada kebiasaan
keluarga yang dipengaruhi suku yang berpengaruh pada kesehatan
keluarga.
4. Agama
Keluarga Tn.A beragama Islam, tidak ada perbedaan antar anggota
keluarga dalam keyakinan dan praktiknya, keluarga aktif menjalankan
ibadah, agama dijalankan berdasarkan keyakinan atau nilai keluarga.Tn.A
meyakini kalau ada anggota keluarga yang sakit semua itu adalah cobaan
dari Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan.
5. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga Tn.A mengatakan penghasilan rata-rata perbulan > 4.000.000,00.
Keluarga merasa penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari
– hari (hanya terbatas dalam ruang lingkup kebutuhan makan sehari – hari,
tidak termasuk dalam pemenuhan kebutuhan lain yang tidak terduga).
Keluarga mengatakan mengikuti tabungan dan arisan di RT nya.
6. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.A mengatakan tidak terbiasa melakukan rekreasi karena hari
Senin-Jumat Tn.A dan Ny. T bekerja, jika hari libur Tn.A lebih senang
untuk istirahat. Keluarga Tn. A menganggap uangnya lebih baik disimpan
untuk kebutuhan anak-anak, maupun untuk kebutuhan yang mendesak.
Keterangan :
: Sekat antar ruangan
: Jendela/ventilasi
F. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn.A menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi sehari-hari. Hubungan Tn.A dengan anggota keluarganya
berjalan harmonis, pola komunikasi yang digunakan keluarga Tn.A adalah
komunikasi terbuka. Jika ada masalah dalam keluarga selalu dibicarakan
bersama.
2. Struktur dan kekuatan keluarga
Keluarga Tn.A terdiri dari 1 KK dan tambahan 1 orang yaitu ibunya yaitu
keluarga extended yang tinggal dalam satu rumah. Secara struktural
anggota keluarga yang paling aktif berperan yaitu Tn.A selaku kepala
keluarga. Dalam pengambilan keputusan, Tn.A selalu
memusyawarahkannya bersama istri serta ibunya.
3. Struktur peran (Formal dan Informal)
Tn.A berperan sebagai seorang suami dari Ny.T yang bertugas untuk
mencari nafkah, seorang ayah bagi ketiga anak dan ibunya. Sedangkan
Ny.T berperan sebagai istri dari Tn.A sekaligus sebagai ibu rumah tangga
yang mengurus rumah dan anak serta membantu suami mencari nafkah
dengan mengurus yayasan bersama mertuanya, Ny.M berperan sebagai
nenek dari ketiga cucunya, dan masih mengurus yayasan bersama menantu
dan menjabat sebagai ketua di sebuah yayasan di desanya.
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Anemia Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Hipertensi
J. Harapan keluarga
Keluarga Tn.A berharap untuk diberikan penanganan yang tepat sehingga Ny.M dan An.Fz dapat sembuh.
ANALISA DATA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
SKORING/ PRIORITAS
DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa Keperawatan :
Nyeri akut pada keluarga Tn.A khususnya Ny.M dan An.Fz berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit akibat Hipertensi
dan Anemia.
Diagnosa Keperawatan :
Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenai masalah Hipertensi pada Ny. M
Kriteria Nilai Bobot Skoring Pembenaran
Sifat masalah:
3
Aktual 1 3/3 X 1 Sifat masalah aktual karena keluarga
2
Resiko 1 =1 tidak tahu tentang penanganan masalah
Potensial kesehatan penyakit Hipertensi selain
minum obat
Kemungkinan Keluarga Tn.A mengatakan mau untuk
masalah untuk diubah belajar dan menerima informasi tentang
2
Mudah 1 2 ½X2 hipertensi (mengenai pencegahan dan
0
Sebagian =1 penanganan serta diet) untuk penderita
Tidak dapat hipertensi
Potensial masalah Ny.A mengatakan nyeri, pening pada
untuk dicegah kepala belakang, dan keluarga belum
3
Tinggi 2 1 2/3 X 1 mengetahui tentang penanganan
1
Cukup = 2/3 hipertensi secara jelas sehingga dengan
Rendah adanya pemberian informasi
kemungkinan masalah untuk dicegah
semakin baik
Menonjolnya masalah Keluarga mengangagap salah satu gejala
2
Segera diatasi 2 2/2 X 1 hipertensi (nyeri) yang diialami oleh
1
Tidak segera =1 Ny.M perlu segera ditangani
0
diatasi
Tidak dirasakan
adanya masalah
3 2/3
TOTAL
J. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Defisien pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah Hipertensi pada Ny.M
2. Nyeri kronik pada keluarga Tn.A khususnya Ny.M berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit
akibat Hipertensi.
INTERVENSI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
c. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi - Diskusikan dengan keluarga tanda dan gejala yang
terjadi pada Ny.M
- Anjurkan keluarga menyebutkan kembali tanda dan
gejala hipertensi
- Berikan pujian atas kemampuannya menjelaskan
kembali
Mengajarkan kepada klien dan keluarga - Beberapa kali klien mengajukan pertanyaan yang kritis
Mendiskusikan dengan keluarga tentang - Klien tampak menyimak saat diberi penjelasan
A. Analisa Kasus
Ny. M adalah seorang lansia berusia 77 tahun yang menderita hipertensi
menahun sejak 25 tahun yang lalu. Ny. M rutin mengkonsumsi obat hipertensi
setiap hari yng didapatnya dari kegiatan prolanis. Pada usia lanjut, hipertensi
terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan sistolik. Sedangkan
mnurut WHO memakai tekanan diastolik tekanan yang lebih tepat dipakai
dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan
dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding
pembuluh darah kaku, sebagai peningkatan pembuluh darah sistolik.
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik
90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan
systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum,
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50
tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovakuler,
aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.
Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya
hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress,
intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Menurut Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri
kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah
dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
Adapun diagnosa keperawatan utama yang kami temukan dan kami angkat
sebagai laporan asuhan keperawatan ini adalah:
a. Nyeri kronik berhubungan dengan agen cidera fisiologis (peningkatan
vasculer ceerebral). Diagnosa ini adalah masalah utama yang kami
temukan dimana ketika dilakukan pengkajian pada tanggal 30 Maret
2020, Ny. M mengatakan sering mengalami nyeri dan pusing setiap
kali beraktivitas. PM mengatakan dirinya memang sudah menderita
hipertensi sejak 25 tahun yang lalu. Kemudian kami memberikan
intervensi untuk mengurangi nyeri PM dengan distraksi yaitu PM
diminta untuk mengalihkan perhatiannya dengan mengobrol bersama
keluarga serta membayangkan hal-hal yang menyenangkan dengan
rileks sembari melakukan napas dalam yang telah diintervensikan. Ny.
M juga mendapatkan terapi tambahan atau terapi komplementer yaitu
berupa meminum seduhan teh hijau tanpa gula setiap pagi dan sore
hari. Ny.M juga telah membatasi aktivitas kesehariannya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian hingga evaluasi pada Ny. M dapat
disimpulkan bahwa perlu dilakukan pengkajian holistik sehingga dapat
menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat dan sesuai prioritas. Perawat
atau pekerja homecare perlu memahami hal-hal terkait dengan pasien. Selain
itu perlu secara berkesinambugan melakukan kerjasama dengan disiplin ilmu
lainnya untuk menangani masalah yang dihadapi penderita. Intervensi dengan
tambahan terapi lain seperti terapi komplementer pemberian seduhan teh hijau
untuk hipertensi ini tidak dapat dijadikan patokan penuh karena PM juga
mengkonsumsi obat rutin hipertensi yang didapat dari kegiatan prolanis.
B. Saran
1. Bagi penerima manfaat
Diharapkan bagi penerima manfaat untuk selalu memperhatikan
kesehatannya dengan melakukan intervensi yang telah diajarkan
sebelumnya, berikut kepatuhan minum obat secara teratur dan melakukan
terapi tambahan berupa meminum air seduhan teh hijau dengan madu
untuk menurunkan tekanan darah.
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menyusun kurikulum atau mendesain metode
pembelajaran bagaiamana melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
3. Bagi mahasiswa keperawatan
Diharapkan dapat mendapatkan ilmu dan keterampilan bagaimana
memberikan asuhan keperawatan pada klien lansia sehingga dapat
melatih dalam kemampuan menganalisa dan berpikir kritis dalam
menghadapi atau dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan hipertensi.
LAMPIRAN PELAKSANAAN KEGIATAN