Anda di halaman 1dari 654

101-200

101. A. DPT

• Anak 11 tahun dengan sesak napas, demam,


sulit menelan, dan nyeri tenggorokan
• Suhu 38,7oC, RR 30x/menit  demam, sesak
• Tonsil T3/T3 hiperemis  tonsilitis
• Tonsil tertutup membrane keabuan mudah
berdarah, bullneck  difteri
• Retraksi iga sternal  masalah airway dan
breathing
Imunisasi yang seharusnya diberikan?
Tonsilitis Difteri
• Radang tonsil e.c. infeksi
Corynebacterium diphetriae (Gram
positif, basil)

• Gejala: Demam, nyeri tenggorok,


disfagia, sesak
• PF: Pseudomembran putih/abu,
mudah berdarah jika dikerok;
Bull’s neck (KGB membesar)

• Tx: Penisilin, Eritromisin (jika alergi


dengan penisilin), anti-difteri
serum (ADS), dan tatalaksana
suportif
Difteria
Patogenesis Difteria tonsil-faring
• Et.: Corynebacterium
diphteriae (basil, gram +,
imotil, tidak berkapsul,
tidak berspora,
pleomorfik)
• Gram +  eksotoksin
• Menyebar melalui limfe
dan vaskular
• Penularan:
• Kontak dengan
pasien/karier melalui
droplet (sekresi
nasofaring), jarang melalui
benda-benda
Tatalaksana Difteri
• Umum • Khusus
• Isolasi (sampai masa • Anti-difteri serum (ADS)
• Uji kulit terlebih dahulu
akut)
• Dosis: 20.000 – 120.000 U
• Tirah baring sampai (tergantung tipe difteri, misal:
difteri dengan bullneck
dengan 3 minggu memerlukan 80.000 U)
• Cairan adekuat • Antibiotik
• Diet adekuat • Penisilin prokain 50.000 –
100.000 U/kgBB/hari, 10 hari
• Jika alergi penisilin:
ertiromisin 40 mg/kgBB/hari
• Kortikosteroid
• Prendnison 2 mg/kgBB/hari,
jika terdapat
• Obstruksi saluran
napas atas
• Miokarditis
Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, IDAI, 2012
Jadwal Imunisasi IDAI 2014

DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus): diberikan 3x (usia 2, 4, dan 6 bulan)


Dosis: 0,5 cc secara IM/SC
Jawaban Lainnya
• B. BCG  imunisasi untuk TB paru, diberikan 1x
(usia 0-2 bulan) 0,5 cc secara intrakutan di lengan
kanan
• C. Campak  imunisasi untuk campak/morbili,
diberikan 1x (usia 9 bulan) 0,5 cc secara IM/SC di
lengan kiri atas
• D. Polio  imunisasi untuk polio, diberikan 4x
(lahir, usia 2, 4, 6, bulan) 2 tetes secara oral
• E. MMR  imunisasi lanjutan untuk Mumps,
Measles, Rubella. Diberikan pada umur 15 bulan,
diulang umur 5-6 tahun.
Jadi, imunisasi pasien ini adalah…

101 A. DPT
102 D. Intubasi endotrakea

• Kasus difteri sebelumnya

• Tatalaksana non-farmakologi yang paling


tepat diberikan untuk pasien?
https://www.cdc.gov/diphtheria/about/complications.html
Jawaban Lainnya
• A. Sungkup oksigen  kurang tepat karena masalah
utama pasien adalah airway, dapat
dipertimbangkan jika masalah jalan napas teratasi,
dapat membuat pasien menjadi kurang nyaman
• B. Face mask  serupa dengan sungkup oksigen
• C. Kanula nasal  kurang nyaman dan kurang
terindikasikan
• E. Cairan intravena  kurang tepat sebagai
tatalaksana awal utama
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

102 D. Intubasi endotrakea


103 D. Atresia Ani

• Bayi laki-laki usia 2 hari


• Belum keluar mekonium, muntah setiap
diberi ASI
• Distensi abdomen
• Tidak terdapat lubang anus

• Diagnosis?
ANUS IMPERFORATA

DEFEK KONGENITAL:
= ANUS IMPERFORATA (TIDAK ADA LUBANG ANUS)
• GEJALA ATRESIA ANI:
• Mekonium tidak keluar dalam > 24-48 jam
• Perut kembung  lama-kelamaan muntah jika
disusui
• Inspeksi daerah anus  TIDAK ADA anus, mungkin
dijumpai FISTULA
• Pada atresia ani tipe letak tinggi  perineum datar
(rocker bottom appearance)
• DIAGNOSIS: Foto invertogram (Wangenstein Rice)
• TATALAKSANA: bedah
• Invertogram: bayi
diletakkan
terbalik (kepala di
bawah) atau
telungkup (prone)
 dilihat jarak
puntung distal
rectum dengan
marka anus di
kulit.
Atresia Duodenum
Volvulus
• ANAK, KEMBUNG, MUNTAH HIJAU (BILIER)
• TANDA OBSTRUKSI:
• BAB, flatus tidak bisa
• Bising usus meningkat, perkusi timpani

• USUS TERPUNTIR MELEBIHI 180O DARI MESENTERIUM.


• Pada anak: tersering berkaitan dengan sindrom
down, atresia duodenum
• Letak volvulus tersering: dibawah ampula vater 
muntah bilier
• KOMPLIKASI  NEKROSIS-GANGGREN
• RADIOLOGI foto polos  coffee bean sign (volvulus
sigmoid), kidney sign (volvulus sigmoid)
• TATALAKSANA: BEDAH
Jawaban Lainnya
• A. Atresia duodenum  gejala obstruktif seperti
muntah bilier (kuning-kehijauan), double bubble
sign
• B. Atresia rektum  masih bisa BAB
• C. Atresia jejunum  sangat jarang, bisa autosomal
resesif, gejala mirip seperti atresia duodenum
• E. Volvulus  gejala obstruktif seperti muntah
bilier, terdapat pseudokidney/coffee-bean sign
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

103 D. Atresia ani


104 D. GNAPS

• Anak laki-laki 10 tahun, BAK sedikit sejak 2


hari dan tampak berwarna gelap
• Riwayat batuk dan nyeri tenggorokan 
infeksi streptococcus
• PF: TD 130/90, edema palpebra
• Lab: peningkatan protein dan eritrosit, tes
ASTO (+)

• Diagnosis?
• Sindrom nefritik akut:
• Azotemia, hipertensi, edema, hematuria
• Sindrom nefrotik:
• Proteinuria, hipoalbuminemia, edema
Glomerulonefritis akut pasca-
streptokokus
• GNAPS merupakan salah satu sindrom nefritik yang
ditandai oleh timbulnya hematuria, edema, hipertensi
dan penurunan fungsi ginjal
• GNAPS terjadi akibat deposisi kompleks imun (reaksi
hipersensitivitas tipe 3) pada GBM dan atau mesangium
sehingga terjadi reaksi inflamasi  gangguan fungsi ginjal
 komplikasi: ensefalopati hipertensif, gagal jantung,
edema paru, dan gagal ginjal
• Didahului oleh infeksi SBGA nefritogenik (tipe 4, 12, 16,
25, dan 49) di saluran napas atas, maupun infeksi kulit
• Reaksi Ag-Ab terjadi setelah infeksi saluran napas dan infeksi
kulit selesai
Tatalaksana
• Fokus:
• Eradikasi kuman
• Dengan antibiotik, seperti penisilin fase akut.
• Tidak lagi dianjurkan pemberian profilaksis.
• Suportif terhadap gagal ginjal akut dan komplikasi
lainnya
• Tirah baring
• Diuretik jika sembab
• Antihipertensi
• Restriksi cairan, pengaturan nutrisi rendah natium dan kalium,
rendah protein (sementara)
Jawaban Lainnya
• A. Pielonefritis  nyeri kolik, demam menggigil,
nyeri ketok CVA +/+, leukositosis, leukosit esterase
(+)
• B. Sindrom nefritik  GNAPS termasuk di
dalamnya, namun kurang tepat
• C. SN  hiperkolesterolemia, hipoalbumuria,
proteinuria massif, dislipidemia
• E. Sistitis  biasa pada wanita, anyang-anyangan,
disuria, nyeri tekan suprapubik,
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

104 D. GNAPS
105 B. Anal swab

• An. perempuan, 4 tahun, gatal pada dubur


terutama malam hari
• BB/TB di bawah garis merah  gizi buruk
• PF: laserasi anus  bekas garukan

• Penunjang?
Enterobius vermicularis = Oxyuris
vermicularis
(Cacing Kremi = Pinworm)
Adhesive (Scotch Tape Test)
Jawaban Lainnya
• A. RT  kurang tepat untuk mendiagnosis
• C. Kultur tinja  kurang tepat
• D. Analisis feses  kurang tepat
• E. Darah samar tinja  kurang tepat
Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

105 B. Anal Swab


106 A. RL
• An. Didi, 8 tahun, penurunan kesadaran
• Demam tinggi mendadak, bintik-bitnik
seluruh lengan dan tungkai  infeksi
dengue
• PF: somnolen, TD 80/60, suhu 39
• Penunjang: Hb 14, Ht 54, trombosit 40.000

• Dx: DHF grade III


• Tatalaksana?
Panduan WHO
Demam Dengue
• Demam tinggi mendadak
• Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:
• Nyeri kepala
• Nyeri retro orbita
• Nyeri otot dan tulang
• Ruam kulit
• Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan
• Leukopenia
• Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif
• Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma
(hemokonsentrasi, efusi pleura, asites, hipoproteinemia)

Sumber : WHO SEARO


Kriteria DBD
1. Klinis
• Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
– Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari
• Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
– uji bendung positif
– petekie, ekimosis, purpura
– perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
– hematemesis dan atau melena
• Pembesaran hati
• Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba,
penyempitan tekanan nadi (20 mmHg), hipotensi sampai tidak
terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time
memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
Kriteria DBD
2. Laboratorium
• Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
• Adanya kebocoran plasma karena peningkatan
permeabilitas kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut:
– Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
– Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi
cairan
– Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.

• Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria


laboratorium (atau hanya peningkatan hematokrit) cukup
untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
Patogenesis Dengue
Dengue case management algorithm

Dengue Case Management


Presumptive Diagnosis:
Live in / travel to endemic area plus
Fever and two of the following:
Assessment

• Anorexia and nausea


Warning signs:
• Rash
• Abdominal pain or tenderness
• Aches an pains
• Persistent vomiting
• Leucopenia
• Clinical fluid accumulation
• Tourniquent test positive
• Mucosal bleed
• Lethargy; restlessness
Lab. Confirmed dengue • Liver enlargement >2cm
• Laboratory: Increase in HCT concurrent with rapid
decrease of platelet count

negative positive
Classification

Co-existing conditions Social


circumstances positive

negative

Dengue without Dengue with Dengue Shock


plasma lekage plasma leakage syndrome

Group A Group B Group C


May be sent home Referred for in-hospital care Require emergency treatment

next ....
Group A Group B Group C
May be sent home Referred for in-hopistal care Require emergency treatment
Group criteria Group criteria OR Group criteria
Patients who do no t have Patients with any of the Existing warning signs: Patients with any of the following features:
warning signs following features: o Abdominal pain or tenderness o Severe plasma leakage with shock and/or fluid accumulation with respiratory distress
AND o Co-existing conditions such o Persistent vomiting o Severe bleeding
who are able: as infancy, o Clinical fluid accumulation o Severe organ impairment
o To tolerate aduquate volumes of o Social circumtances such o Mucosal bleeding
oral fluids living far from hospital o Lethargyl restlessness
o To pass urine at least every 6 o Liver enlargement > 2cm
hour o Laboratory: increase in Hct
Laboratory tests Laboratory tests Laboratory tests
o Full blood Count (FBC) o Full blood Count (FBC) o Full blood Count (FBC)
o Haematocrit (Hct) o Haematocrit (Hct) o Haematocrit (Hct)
o Other organ function test as indicated
Treatmen Treatment Treatment Treatment of compensated shock:
Advice for: o Encouragement for oral o Obtain reference Hct before fluid therapy o Start I.V. fluid resuscitation with isotonic crystalloid solutions at 5-10 ml/kg/hr over 1 hr
o Adequate bed rest fluids Ringer lactate, start with 5-7 ml/kg/hr for 1- o Reassess patient’s condition,
o Adequate fluid intake o If not tolerated, start
Management

2 hours, then reduce to 3-5 ml/kg/hr for 2-4 If patient improves:


o Paracetamol intravenous fluid therapy hr, and then reduce to 2-3 ml/kg/hr or less o I . V. fluids should be reduced gradually to 5-7 ml/kg/hr for 1-2 hr, then to 3-5 ml/kg/hr for 2-4 hr,
Ringer Lactate at according to clinical response then to 2-3 ml/kg/hr for 2-4 hr and then reduced further depending on haemodynamic status
Patients with stable Hct can be sent maintenance rate Reasess clinical status and repeat Hct o I . V. fluids can be maintained for up to 24 - 48 hours
home o If Hct remains the same or rises only If patient still unstable:
minimally- continue with 2-3 ml/kg/hr o Check Hct after first bolus
for another 2-4 hours o If Hc t increases/ still high (>50%), repeat a second bolus of crystalloid solution at 10-20
o If worsening of Vital signs and rapidly ml/kg/hr for 1 hr. o r I f i mprovement after second bolus, reduce rate to 7-10 ml/kg/hr for 1-2
rising Hcti ncrease rate to 5-10 ml/kg/hr hr, continue to reduce as above.
for 1-2 hours o If Hct decreases, this indicates bleeding and need to cross-match and transfuse blood as
Reasses clinical status, repeat Hct and soon as possible
review fluid infusion rates accordingly Treatment of hypotensive shock
o Reduce intravenous fluids gradually when o Initiate I.V. fluid resuscitation with crystalloid or colloid solution at 20 ml/kg as a bolus for 15
the rate of plasma leakage decreases min
towards the end of the critical phase If patient improves
This is indicated by: o Give a crystalloid / colloid solution of 10 ml/kg/hr for 1 hr, then reduce gradually as above
o Adequate urine output and/or fluid intake If patient still unstable
o Hct decrease below the baseline value in a o Review the Hct taken before the first bolus
stable patient o If Hct was low (<40% in children s,) this indicates bleeding, the need to crossmatch and transfuse
(see above)
Monitoring Monitoring Monitoring
o If HCT was high compared to the baseline value, change to I.V. colloids at 10-20 ml/kg as a
o Daily review for disease o Temperature pattern o V ital signs and peripheral perfusion (1-4
second bolus over to 1 hour; reassess after second bolus
progression: o Volume of fluid intake and hourly until patient is out of critical phase
o If improving reduce the rate to 7-10 ml/kgt/hr for 1-2 hours, then back to I.V. crystalloids and
• Decreasing WBC losses o Urine output (4-6 hourly)
reduce rates as above
• Defervescence o Urine output – volume and o Hct (before and after fluid replacement, then
o If condition still unstable, repeat Hct after second bolus
• Warning signs (until out of frequency 6-12 hourly)
o If Hct decreases, this indicates bleeding, see above
critical period) o Warning signs o B l o o d glucose
o If Hct increases/ remains high (> 50%), continue colloid infusion at 10-20 ml/kg as a third bolus
o Advice for immediate return to o Hct, white blood cell and o Other organ functions (renal profile, liver
over 1 hr, then reduce to 7-10 ml/kg /hr for 1-2 hours, then change back to crystalloid solution and
hospital if development of any platelet counts profile, coagulation profile, as indicated)
reduce rate as above
warning signs
Treatment of haemorrhagic complications:
o Written advice of management
o Give 5-10 ml/kg of fresh packed red cells or 10-20 ml/kg fresh whole blood
(e.g. home care card for dengue)
Discharge criteria: o No fever for 48 hours o Increasing trend of platelet count o o Stable hematocrit without intravenous fluids
-> all of the following criteria must be present o Improvement in clinical o No respiratory distress
picture
Treatment (Group B)
Obtain reference Hct before fluid therapy Ringer lactate, start
with 5-7 ml/kg/hr for 1-2 hours
• then reduce to 3-5 ml/kg/hr for 2-4 hr
• then reduce to 2-3 ml/kg/hr or less according to clinical
response

Reasess clinical status and repeat Hct


• If Hct remains the same or rises only minimally  continue with 2-3 ml/kg/hr
for another 2-4 hours
• If worsening of Vital signs and rapidly rising Hctincrease rate to 5-10
ml/kg/hr for 1-2 hours
Reasses clinical status, repeat Hct and review fluid infusion rates accordingly
• Reduce intravenous fluids gradually when the rate of plasma leakage decreases
towards the end of the critical phase
Jawaban Lainnya
• B. Dekstrose 5%  kurang tepat karena
mengandung glukosa
• C. Albumin 40%  koloid, dipertimbangkan jika
dengan kristaloid tidak ada perbaikan klinis
• D. NaCl 3%  cairan hipertonik, kurang tepat
• E. Infus trombosit  kurang tepat, indikasi jika
trombosit < 20.000
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

106 A. RL
107 D. Hemoroid interna gr IV

• Tn. Doni, 35 tahun, BAB berdarah


• Darah menetes, nyeri, pasien jarang makan
buah dan sayur
• PF: benjolan di anus, yang keluar dari dalam,
tidak bisa masuk meski didorong dengan
tangan

• Diagnosis?
Jenis Hemoroid
Anatomi anal canal
Transisi epitel gepeng
(kulit) ke epitel
kolumnar (saluran
cerna)

Bila benjolan berasal dari


atas linea dentata 
hemoroid interna

Pada biopsi ditemukan


epitel gepeng, artinya
benjolan berasal dari
bawah linea dentata 
hemoroid eksterna
Manajemen Hemorrhoid
• Simptomatik (nyeri)
• Sitz baths (duduk di air hangat, 10-20 menit, dapat
mengurangi nyeri)
• Perubahan gaya hidup (serat tinggi, hindari
menahan BAB/BAB mengejan)
• Tindakan operatif
Algoritma tatalaksana hemoroid

Lowry SF, Eisenstat TE. Perianal complaints. In: Lowry SF, Ciocca RG, Rettie CS. Learning surgery: the clerkship manual. New York: Springer; 2005. p. 468-78.
Jawaban Lainnya
• A. Hemoroid interna gr I  hanya darah menetes
(hematokezia), benjolan (-)
• B. Hemoroid interna gr II  darah menetes,
benjolan (+) keluar-masuk sendiri
• C. Hemoroid interna gr III  darah menetes,
benjolan (+) dapat masuk dengan bantuan
• E. Hemoroid eksterna  benjolan tampak di sekitar
anus
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Hemoroid Interna
107 Grade IV
A. Hernia Inguinalis
108 lateralis inkarserata

• Tn. Effendi, 70 tahun, benjolan di lipat paha


kanan hingga kantong kemaluan sejak 2 hari
• Mual, muntah, perut kembung  obstruktif
• PF: BU meningkat, darm contour, darm
steifung, metallic sound (+)  ileus
obstruktif

• Diagnosis?
Hernia – Klasifikasi Kondisi
TIPE HERNIA MENURUT KONDISI

• Reponibilis : bisa dimasukkan


• Ireponibilis : tidak bisa dimasukkan
• Inkarserata : terjadi obstruksi (muntah, konstipasi),
tanda nyeri belum ada
• Strangulata : terjadi iskemia (nyeri)
http://www.healthcare-
online.org/images/10404493/HerniasType.jpg
Hernia – Diagnosis, Tatalaksana
PF Penunjang
Masukkan jari dari skrotum ke arah Tidak rutin dilakukan, kecuali ada
kanalis inguinalis. Bila hernia komplikasi atau untuk
menyentuh ujung jari, maka hernia menyingkirkan diagnosis banding.
tersebut adalah indirek. Bila hernia
menyentuh sisi jari, maka hernia
tersebut adalah hernia direk. Tata laksana
Hernia skrotalis sudah pasti • Reduksi manual kalau belum
merupakan hernia inguinalis strangulata
lateralis, tidak perlu pemeriksaan di
atas. • Operasi elektif (reponibilis dan
ireponibilis)
• Operasi cito (inkarserata dan
Hernia femoralis teraba di bawah strangulata)
ligamentum inguinal, biasanya
perempuan usia tua
HIM vs HIL, direk vs indirek
Hubungan Dibungkus
Onset
dengan vasa oleh fascia
Tipe Deskripsi biasanya
epigastrica spermatica
pada waktu
inferior interna

Penojolan melewati
cincin inguinal, biasanya
Hernia ingunalis
merupakan kegagalan
lateralis / Hernia Lateral Ya Anak
penutupan prosesus
inguinalis indirek
vaginalis setelah
penurunan testis

Keluarnya langsung
Hernia inguinalis
menembus fascia
medialis / Hernia Medial Tidak Dewasa
dinding abdomen lewat
inguinalis direk
trigonum Hesselbach
Jalur turunnya beragam hernia
• Hernia inguinalis direk/medialis
• Medial dari vasa epigastrica
inferior
• lewat Hesselbach triangle
• Biasanya pada dewasa (daerah
locus minoris)

• Hernia inguinalis
indirek/laterallis
• Lateral dari vasa epigastrica
inferior
• lewat kanalis inguinalis
• Biasanya pada anak (karena
prosesus vaginalis gagal
menutup)

• Hernia femoralis
• lewat kanalis femoralis
Jawaban Lainnya
• B. Hernia inguinalis lateralis strangulata  pada
pasien tidak disebutkan nyeri, diasumsikan tidak
ada nyeri yang dialami oleh pasien
• C. Hernia inguinalis lateralis irepondibilis  pada
pasien sudah ada gejala obstruktif
• D. Hernia femoralis irepondibilis  benjolan dari
lipat paha hingga kemaluan, sehingga mengarah ke
inguinalis lateralis (skrotalis)
• E. Hernia medial strangulata  benjolan dari lipat
paha hingga kemaluan, bukan langsung daerah
abdomen, nyeri pada pasien (-)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Hernia inguinalis
108 lateralis inkarserata
109 A. Anemia megaloblastik

• Nn. Rinta, 20 tahun, lemas sejak 2 bulan


• Kaki-tangan kram, pasien jarang makan
daging dan susu
• PF: konjungtiva pucat, lidah merah dan halus
• ADT: eritrosit makrositik normokrom

• Diagnosis?
Anemia
• Pendekatan awal dalam hal pucat/anemia adalah
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan laboratorium yang cukup bermanfaat
adalah nilai morfologi eritrosit (MCV, MCH, dan
MCHC) serta hitung retikulosit
• Indikatornya:
• MCV: rata-rata volume eritrosit (femtoliter  μm3)
• MCH: rata-rata massa hemoglobin per eritrosit (pikogram)
• MCHC: rata-rata hemoglobin pada sel-sel darah merah dengan
volume tertentu (g/dl)
• RDW: koefisien variasi volume sel darah merah.
Ukuran
• Anemia mikrositik : defisiensi Fe, thalassemia,
penyakit kronik (gangguan utilisasi Fe), anemia
hemolitik.
• Anemia normositik : perdarahan akut, anemia
penyakit kronik, anemia aplastik, gagal ginjal
• Anemia makrositik : defisiensi folat, defisiensi B12
• Anemia : Hb < 13 g%
pada pria dan di
bawah 12 g% pada
wanita
• Berdasarkan
pendekatan
morfologi, anemia
diklasifikasikan
menjadi:
1. Anemia makrositik
2. Anemia mikrositik
3. Anemia normositik
Pendekatan Berdasarkan Penyakit
• Anemia defisiensi Besi: • Anemia aplastik:
• Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, • Pansitopenia. Tidak ada organomegali.
• Serum Iron ↓, Feritin↓, TIBC ↑
• Pemeriksaan tambahan : BMP – gambaran
• sel pensil hipoplastik.
• Terapi suplementasi besi.
• Anemia hemolitik (Thalassemia): • Anemia penyakit kronis (infeksi kronis):
• Anemia mikrositik hipokrom. • Karena gangguan utilisasi besi.
• Sel target dan anisopoikilositosis(bentuk • Anemia mikrositik hipokrom
sel bermacam-macam karena lisis),
• Bilirubin indirek ↑. • Anemia ec penyakit ginjal kronis (CKD):
• Ikterik, splenomegali. • anemia normositik normokrom karena
• Pemeriksaan tambahan : elektroforesis gangguan produksi eritropoietin
Hb.
• Anemia perdarahan:
• Anemia ec keganasan (Leukemia): • Normositik normokrom.
• Pansitopenia, leukosit meningkat namun
abnormal. • Anemia makrositik:
• Blast +, hepatomegali.
• karena defisiensi B12 (pada post-op
• Pemeriksaan tambahan : Bone Marrow gastrointestinal), asam folat, liver disease
Puncture (BMP).
• Tx : kemoterapi.
Anemia Megaloblastik:
Defisiensi Vit B 12
• Vit B12 (kobalamin) berfungsi untuk hematopoiesis
dan fungsi neuron
• Banyak didapat dari protein hewani
• Membutuhkan factor intrinsik (IF) untuk absorpsi
• Penyebab defisiensi:
• Berkurangnya sekresi IF pada mukosa gaster  karena
gastrektomi, atrofi gaster  anemia pernisiosa
• Malabsorbsi di usus halus: reseksi ileum, small intestine
disease
• Kurang asupan protein hewani
…(2)
• Gejala: • Lab:
• Anemia makrositik
• Glositis • Normal konsentrasi vit
• Neuropati perifer B12: 180-914 ng/L
• Kelemahan • <180 anemia
• Hiperrefleksia megaloblastik +
• Ataksia neuropati perifer
• Gangguan persepsi • < 150  defisiensi B12
• Gangguan koordinasi • Cek Intrinsic Factor
• Perubahan perilaku
• Biasanya pasien
mengeluhkan anemia +
defisit neurologis
Jawaban Lainnya
• B. Anemia defisiensi besi  mikrositik hipokrom
• C. Anemia hemolitik  normositik normokrom
dengan peningkatan retikulosit, ex. AIHA
• D. Anemia penyakit kronis  riwayat sakit kronis (-
), mikrositik hipokrom
• E. Thalasemia  mikrositik hipokrom,
hepatomegali (+), facies Cooley
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

109 A. Anemia megaloblastik


110 C. SLE

• An. Anita, 15 tahun, lemas sejak 5 bulan


• Demam terus-menerus, muncul ruam di
kedua pipi  butterfly rash
• PF: malar rash

• Diagnosis?
SLE
Test Description
Screening test; sensitivity
ANA 95%; not diagnostic without IgG/IgM variants measured
clinical features with ELISA are among the
antiphospholipid antibodies
High specificity; Anticardiolipin used to screen for
Anti-dsDNA sensitivity only 70%; level is antiphospholipid antibody
variable based on disease syndrome and pertinent in
activity SLE diagnosis
Most specific antibody for SLE; Multiple tests (eg, direct
Anti-Sm
only 30-40% sensitivity Russell viper venom test) to
Present in 15% of patients with screen for inhibitors in the
Lupus anticoagulant
SLE and other connective- clotting cascade in
Anti-SSA (Ro) or Anti-SSB (La) tissue diseases such as Sjögren antiphospholipid antibody
syndrome; associated syndrome
with neonatal lupus Coombs test–positive
Uncommon antibodies that Direct Coombs test anemia to denote
may correlate with risk for CNS antibodies on RBCs
disease, including increased Drug-induced lupus ANA
Anti-ribosomal P hazards of psychosis in a large antibodies are often of this
inception cohort, although the type (eg, with
exact role in clinical diagnosis is procainamide or
debated[90] Anti-histone
hydralazine; p-ANCA–
Included with anti-Sm, SSA, and positive in minocycline-
SSB in the ENA profile; may induced drug-induced
Anti-RNP indicate mixed connective- lupus)
tissue disease with overlap
SLE, scleroderma, and myositis
Jawaban Lainnya
• A. Butterfly rash  bukan diagnosis
• B. AIHA  anemia hemolitik, tes coomb (+)
• D. Arthritis rheumatoid juvenile  nyeri sendi
multipel, simetris, pada anak-anak, RF (+)
• E. Angiofibroma juvenile  mimisan/epistaksis,
terlihat massa mudah berdarah
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

110 C. SLE
111 A. Peritonitis generalisata

• Tn. Indro 60 tahun, nyeri perut sejak 3 jam


• Sebelumnya, nyeri ulu hati, mual, menjalar
ke perut kanan bawah  curiga apendisitis
akut
• PF: nyeri tekan seluruh lapang abdomen,
defans muscular, nyeri titik McBurney 
peritonitis ec ruptur apendiks

• Diagnosis?
Apendisitis Akut
• PEMERIKSAAN LAB:
• WBC > 10.000/ul
• Neutrofilia
• CRP meningkat
• PEMERIKSAAN RADIOLOGI:
• USG dan CT scan
• TATALAKSANA: apendektomi
• KOMPLIKASI: ruptur apendik bila tidak ditangani
dalam 24 jam peritonitis (demam dan
peningkatan WBC semakin jelas, defans
muskular). Perforasi saluran cerna (pada foto
polos tegak abdomen  udara subdiafragma)
Tanda Apendisitis akut
• Blumberg Sign
• Nyeri yg muncul setelah penekanan pd abdomen
dilepaskan secara tiba-tiba (nyeri lepas). Indikasi
peritonitis (lokal)
• Rovsing Sign
• Palpasi pada LLQ  nyeri pada RLQ (McBurney)
• Obturator Sign
• Nyeri RLQ saat internal/eksternal rotasi sendi
panggul pada posisi fleksi
• Psoas Sign
• Nyeri RLQ saat ekstensi panggul kanan
• Dunphy Sign
• Nyeri RLQ (sensasi tajam) saat batuk
• Ten Horn Sign
• Nyeri RLQ saat traksi lembut pada spermatic cord
kanan
USG pada kondisi apendisitis
• Findings supportive of the
diagnosis of appendicitis
include:
• Aperistaltic, noncompressible,
dilated appendix ( >6 mm outer
diameter)
• Appendicolith
• Periappendiceal hyperechoic
structure (PHS) is an ultrasound
finding described as an
amorphous hyperechoic
structure (usually greater than
10mm) seen surrounding a
noncompressible appendix with
a diameter greater than 6mm
radiopedia.com
• Periappendiceal fluid collection
Pada kondisi dengan komplikasi
peritonitis
• Acute abdomen
memerlukan pemeriksaan
penunjang awal berupa foto
polos abdomen 3 posisi
• Mengetahui proses akut
abdomen yang sedang terjadi
• Mencari tanda-tanda
obstruksi/paralisis usus
• Peritonitis lokal (maupun
umum)

Gambaran udara bebas (free air)


subdiafragma
Jawaban Lainnya
• B. Abses hepar  biasa diawali disentri amuba,
nyeri perut kanan atas
• C. Apendisitis akut  kurang tepat, karena saat ini
pasien sudah mengalami komplikasi yaitu
peritonitis
• D. Ulkus gaster  nyeri epigastrium, tidak membaik
setelah makan, biasa ada riwayat minum jamu-
jamuan/ NSAID berkepanjangan
• E. Kolesistitis akut  4F + demam + nyeri kolik +
Murphy sign (+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

111 A. Peritonitis generalisata


A. Suportif diberikan karena
112 tidak ada pengobatan spesifik
• Tn. Bobi 25 tahun, nyeri perut kanan atas sejak
1 minggu yang lalu
• Mata kuning, lemas, mual, muntah, demam
• Teman sekantor mengalami keluhan serupa
• PF: suhu febris, sklera ikterik, hepar membesar,
kulit ikterik
• Lab: IgM anti-HAV (+)

• Diagnosis: Hepatitis A
• Tatalaksana?
Hepatitis A Akut
• Demam • Tatalaksana:
• Keluhan sistemik tidak • Suportif
khas (mual, muntah, - Antipiretik
nyeri perut). - Asupan kalori cukup
• Kencing seperti air teh.
• Faktor risiko fekal oral - Hepatoprotektor dapat
diberikan bila ada
• PF: ikterus, indikasi (suportif)
hepatomegali, nyeri
tekan perut kanan atas.
• Lab : SGPT, SGOT, IgM
anti HAV.
Serologi
Hepatitis
Jawaban Lainnya
• B. Antiviral  tidak perlu diberikan
• C. USG  tidak terlibat dalam pemeriksaan untuk
hepatitis A tanpa komplikasi
• D. Cek HIV  kurang tepat, biasa menyertai dan
perlu dipikirkan jika pasien terkena hepatitis B
• E. Cek Anti-HBs  kurang tepat, biasa jika pasien
infeksi hepatitis B, nilai (+) pada yang pernah
terinfeksi atau post-vaksinasi
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
A. Suportif diberikan karena
112 tidak ada pengobatan spesifik
113 B. Kolelitiasis

• Ny. Noni 42 tahun, mual muntah 3 hari


• Nyeri perut kanan atas
• Riwayat makan makanan berlemak
• PF: nyeri tekan hipokondrium kanan, hepar
membesar, Murphy sign (-)

• Diagnosis?
Batu 
Kolelitiasis
Inflamasi 
Kolesistitis

Batu 
Koledokolitia
sis

Inflamasi 
Kolangitis
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis

Nyeri kolik + + +/- +/-

Nyeri - - + +
tekan/Murphy’s
sign

Demam - - + (low- + (high-


grade) grade)

Ikterus - + - +
Kolelitiasis 
Kolesistitis

Koledokolitiasis
 Kolangitis
Kolesistitis
• Nyeri perut berawal di
ulu hati kemudian
terlokalisir di kanan atas
• Nyeri dapat menjalar ke
bahu kanan / skapula
• Mual muntah
• Demam
• Kantung empedu teraba
(~30-40% pasien)
• Ikterik (~15% pasien)
Medscape.com
Kolangitis
• Obstruksi duktus bilier, yang dilanjutkan dengan stasis
bilier, hingga sepsis bilier
• Utamanya akibat koledokolitiasis, dapat pula
disebabkan oleh striktur, neoplasma, dan lainnya
• Charcot triad: demam, nyeri perut kanan atas, dan
kuning (+ hipotensi dan altered mental status =
reynold’s pentad)
• Leukositosis, dengan kemungkinan kulur darah positif
• Gambaran obstruksi (ALP dan GGT yang meningkat)
• Tx: suportif dan dekompresi bilier (ERCP), dilanjutkan
kolesistektomi
Kolesistitis vs. Kolangitis
• Kolesistitis = nyeri perut kanan atas, murphy sign (+),
faktor risiko : kolelitiasis.
• Kolangitis =
Trias Charcot : demam, ikterik, nyeri perut kanan atas
Pentad Reynaud: demam, ikterik, nyeri perut kanan atas,
penurunan kesadaran, hipotensi.
Faktor risiko : koledokolitiasis.

Demam dan ikterik bisa dijumpai pada kolesistitis, tetapi


biasanya lebih ringan.
Jawaban Lainnya
• A. Kolesistitis  4F + nyeri kolik + demam + Murphy
sign (+)
• C. Koledokolitiasis  nyeri kolik + ikterik
• D. Kolangitis  nyeri kolik + ikterik + demam +
Murphy sign (+)
• E. Abses hepar  riwayat diare lendir dan darah
(disentri amoeba), nyeri perut kanan atas
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

113 B. Kolelitiasis
114 B. Ludwig Sign
115 C. Entamoeba hystolitica
• Tn. Tono 38 tahun, nyeri perut kanan atas 2
hari SMRS
• Demam
• Riwayat diare lendir dan darah  disentri
• PF: suhu demam

• Dx: abses hepar


• PF khas?
Abses Hepar
• Klinis:
• Nyeri perut kanan atas
• Diare
• Demam
• Gejala paru
• Hematologi: leukositosis
• Chemistry: hiperbilirubinemia, akut  peningkatan
SGPT, peningkatan alkaline phosphatase
• USG: tes diagnostik awal terpilih
• Lesi bulat, batas tegas, hipoechoic
Emedicine Amebic hepatic abscess
Pemeriksaan fisik
• Ludwig sign
• penekanan sela iga 6/7
sepanjang linea
aksilaris anterior kanan
 abses hepar.
Tatalaksana :
Drainase (jika > 5cm, lobus
kiri, tidak merespons terapi)
antibiotik (metronidazol IV)
Disentri amoeba
Gambaran Klinis
Disentri
• Klinis:
• Nyeri perut
• Diare
• Demam
• Turun berat badan
• Gejala gradual
• Hematologi: leukositosis, anemia ringan, ALP
meningkat
• Mikroskopik tinja segar: trofozoit yang menelan
eritrosit, leukosit lebih sedikit dibanding infeksi
shigella, eritrosit banyak, occult blood test (+)
Emedicine Amebic hepatic
abscess
Kista Amoeba
Jawaban Lainnya
• A. Murphy sign  kolesistitis, kolangitis
• C. Dunphy sign  apendisitis akut, nyeri RLQ pada
saat pasien batuk
• D. Blumberg sign  apendisitis akut, nyeri lepas
RLQ
• E. Ten Horn sign  apendisitis akut, nyeri RLQ saat
spermatic cord ditarik
Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

114 B. Ludwig Sign


Jawaban Lainnya
• A. Shigella flexneri  disentri basiller
• B. Schistosoma japonicum  schistosomiasis
• D. Ancylostoma duodenale  hookworm, anemia, gizi
buruk, gatal, perut kembung, diare
• E. Clostridium  bakteri, bias menyebabkan tetanus
(C. tetani) atau infeksi botulinum (C. botulinum)
Jadi, penyebab keluhan pasien ini
adalah…
115 C. Entamoeba hystolitica
116 C. MAT
• Tn. Anugerah 30 tahun nyeri betis 3 hari
• Demam mendadak, mual, muntah, nyeri
kepala
• PF: demam, sklera ikterik, perbesaran KGB,
hepatomegaly
• Lab: bilirubin meningkat

• Diagnosis: Leptospirosis
• Penunjang?
Leptospirosis
• Infeksi yang disebabkan oleh Leptospira.

Sumber: Harrison
Leptospirosis
• Leptospirosis adalah zoonosis yg
disebabkan L. Interrogans .
Penyakit ini harus dicurigai pada
pasien yg berkontak dgn air,
tanah, atau lumpur yg
terkontaminasi urin binatang.
• Gejala klinis leptospirosis:
demam, menggigil, sakit kepala,
mual, muntah, nyeri abdomen,
nyeri otot betis, ikterus,
hepatomegali, anoreksia,
fotofobia, gagal ginjal.

Sumber : PPM Penyakit Dalam


RSCM
Manifestasi Klinis
• Manifestasi klinis dari • Pemeriksaan Penunjang
leptospirosis adalah: yang dapat dilakukan
• Sakit kepala untuk menegakkan
• Demam leptospirosis:
• Ikterik • Kultur darah (dalam 7-14
• Rigors hari setelah terpajan)
• Nyeri otot (betis) • Microscopic
• Mual dan muntah Agglutination Testing
• Diare (MAT)
• Batuk
• Faringitis
• Konjungtivitis
• Nonpruritic skin rash
Sumber: Medscape
Sumber: Medscape
Tata Laksana Leptospirosis

Tatalaksana : doksisiklin 2 x 100 mg

Berat : injeksi penisilin G 1,5 juta unit/6 jam IV

Sumber : PPM Penyakit Dalam RSCM


Tatalaksana Leptospirosis
• Sebagian besar kasus self limiting, dengan
keparahan mild-moderate
• Antibiotik terbukti mengurangi lama sakit dan
mencegah progresivitas menjadi leptospirosis berat
• Leptospirosis berat: perdarahan, uveitis, ARDS,
gagal ginjal
Jawaban Lainnya
• A. ADT  malaria
• B. Serologi virus  dengue (IgM, IgG)
• D. SGOT/SGPT  fungsi hati, dapat dilakukan tapi
bukan yang utama
• E. USG hepar  dapat dilakukan, bukan yang
utama
Jadi, penunjang pasien ini adalah…

116 C. MAT
117 C. Hepatoma
118 D. Ligasi dengan endoskopi
• Tn. Jin 50 tahun, muntah darah segar 3 jam
• Riwayat hepatitis B 3 tahun lalu
• PF: TD 90/60, HR 105, spider nevi, asites,
hepar tidak teraba, edema tungkai
• Lab: Hb 6, trombosit 76.000

• Diagnosis: PVO ec sirosis hepatis


• Komplikasi jangka panjang?
Sirosis Hepatis
• Fibrosis dan nodul regeneratif hepar
• Tanda: hipertensi portal, ensefalopati hepatik,
varises esofagus, hipoalbuminemia
• Penyebab:
• Alkohol
• Obat-obatan (seperti asetaminofen)
• Hepatitis kronis (B, C)
• Penyakit hepar lain( Wilson, amiloidosis)
• Penyakit sistemik lain (gagal jantung kongesntif,
tromobsis vena hepatik, dan lain-lain)
Penyebab utama?
• Sirosis hepatis mengakibatkan peningkatan tekanan di
sistem vena porta hepatis
• Termasuk di antaranya peningkatan tekanan di v.
gastrika sinistra (sistem portal)
• Peningkatan di sistem portal mengakibatkan darah
berusaha “dialirkan” ke sistem kaval, dalam hal ini v.
azygos
• Akibat dari ini, v. esofagus yang berada di antar kedua
pembuluh darah ini melebar, sehingga terjadi varises.
Varises dapat berujung menjadi ruptur varises esofagus
dan menimbulkan keluhan pada pasien.
HIPERTENSI PORTA  BYPASS ke vena
gastrik sinistra  varises esofagus
Pecah Varises Esofagus
• Pemeriksaan terbaik: endoskopi
(esofagoduodenoskopi)
• Penatalaksanaan:
• Jika hemodinamik tidak stabil: resusitasi cairan,
transfusi darah, antibiotik, lindungi jalan napas,
pemberian octreotide atau somatostatin
• Ligasi secara endoskopi
• Profilaksis: propanolol (untuk menjaga HR
<55x/menit), tatalaksana sirosis hepatis dengan
adekuat
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
Hepatocellular carcinoma =
kanker hati
• Penyebab
• penyakit hati
kronis, misal
akibat infeksi
hepatitis kronis
(hep C >> hep B)
• sirosis hepatis
• Alkohol
• Kondisi lain
Gejala klinis Diagnosis
• Single mass (atau • Tanda infeksi hepatitis
multipel), tumbuh besar kronik (serologi
membuat perut kanan hepatitis)
terlihat membesar
• Nyeri abdomen di kuadran • Pemeriksaan AFP
kanan, sering terlihat ada (alfa-fetoprotein)
massa
• Kulit kuning • USG: modalitas
• Kembung radiologi pertama –
• Mual dan muntah dilanjutkan CT dan MRI
• Letih/lelah dan gejala non- jika mengarahkan
spesifik lainnya
• Patologi anatomi
Jawaban Lainnya
• A. PVO ec sirosis hepatis  diagnosis pasien saat
ini
• B. Hepatitis B kronik replikatif  sekarang sudah
menjadi sirosis hepatis, keluhan demam, ikterik,
hepar teraba membesar
• D. Sindrom Mallory Weiss  asimptomatik, tiba-
tiba muntah darah segar, biasa pada pasien
alkoholik atau hernia hiatus
• E. Steatosis  perlemakan hati, biasa pada
alkoholik (maupun non-alkoholik / fatty liver)
Jadi, komplikasi pasien ini adalah…

117 C. Hepatoma
Jawaban Lainnya
• A. Resusitasi cairan dengan RL  tatalaksana awal
• B. Transfusi PRC  tatalaksana awal
• C. Propanolol  antihipertensi untuk profilaksis
pecah varises esofagus pada sirosis hepatis
• E. Hepatoprotektor  bukan terapi utama
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
D. Ligasi dengan
118 endoskopi
B. Ganti ranitidin dengan
119 lansoprazole

• Nn. Alexa 22 tahun, perut terasa terbakar 2


hari
• Mual, muntah, kembung (-)
• Riwayat konsumsi ranitidin, membaik sesaat

• Diagnosis: Sindrom dispepsia


• Tatalaksana yang tepat?
Sumber : konsensus dispepsia
Dispepsia belum diinvestigasi
• Memberikan terapi empirik selama 1-4 minggu
sebelum ada hasil investigasi awal, berdasarkan
dominasi keluhan dan riwayat pengobatan:
• Perubahan gaya hidup
• PPI
• Antasida
• H2RA
• Prokinetik
• Sitoprotektor (rebamipide)
Jawaban Lainnya
• A. Tambah sucralfate  belum perlu, biasa
ditambahkan untuk ulkus peptikum untuk melapisi
mukosa lambung
• C. Ganti H2RA lain  terbukti kurang efektif pada
pasien, lebih baik PPI karena lini pertama
• D. Tambah antasida  lebih baik diganti PPI karena
lini pertama
• E. Tambah domperidone  tidak perlu, karena
tidak ada keluhan gangguan dismotilitas seperti
kembung, mual, dan muntah
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
B. Ganti ranitidn dengan
119 lansoprazole
120 E. Defisiensi cobalamin

• Nn. Andalusi 24 tahun BAB cair 5 minggu


• Ampas pucat, tidak berlendir tidak berdarah
• Mual (+)
• Riwayat operasi bariatric (gastric bypass) 2
bulan lalu

• Kondisi yang mungkin terjadi?


Overview: vitamin
Vitamin Fungsi khas Defisiensi Toksisitas
Larut Lemak
Vitamin A Mata: Night vision Rabun senja (niktalopia) Kulit kering
(retinoid) Kulit Mata kering (xerophthalmia) terkelupas
Vitamin D Tulang: Homeostasis Ca Osteoporosis, rakhitis, Gejala
(kalsiferol) dan Fosfat osteomalasia hiperkalsemia
Vitamin E Antioksidan eritrosit Anemia hemolitik prematur, Gangguan kerja
(tokoferol) Reproduksi klaudikasio intermitten, vitamin larut
hemolisis kronik pada G6PD lemak lain
Vitamin K Hemostasis sekunder, Perdarahan, Anemia
(kuinon) terutama aPTT, TT hipoprotrombinemia hemolitik,
severe jaundice
Overview: vitamin
Vitamin Larut Fungsi khas Defisiensi Toksisita Keterangan
Air s
B1 (Tiamin) Beri-beri (saraf + jantung)
B2 (riboflavin) Stomatitis angularis,
Metabolisme
keilosis, dermatitis
makronutrien
seboroik
B3 (niasin) Pellagra
B6 (piridoksin) Metabolisme asam Kebas [akibat isoniazid] Tidak ada
amino karena
B9 (asam folat) Anemia megaloblastik bisa Dibutuhkan
Kelemahan umum diekskres terutama
i melalui
Metabolisme asam Spina bifida pada ibu
urin hamil
nukleat (DNA-RNA)
B12 (kobalamin) Anemia pernisiosa Biasanya pada
Anemia megaloblastik vegetarian
Vitamin C Antioksidan, Scurvy
kolagen Hiperkeratosis kulit
Pembekuan darah
Anemia Megaloblastik:
Defisiensi Vit B 12
• Vit B12 (kobalamin) berfungsi untuk hematopoiesis
dan fungsi neuron
• Banyak didapat dari protein hewani
• Membutuhkan factor intrinsik (IF) untuk absorpsi
• Penyebab defisiensi:
• Berkurangnya sekresi IF pada mukosa gaster  karena
gastrektomi, atrofi gaster  anemia pernisiosa
• Malabsorbsi di usus halus: reseksi ileum, small intestine
disease
• Kurang asupan protein hewani
Jawaban Lainnya
• A. Defisiensi niasin (B3)  pellagra
• B. Defisiensi riboflavin (B2)  stomatitis, keilitis
• C. Defisiensi tiamin (B1)  beri-beri
• D. Defisiensi piridoksin (B6)  kebas, akibat
isoniazid
Jadi, kondisi pasien ini adalah…

120 E. Defisiensi cobalamin


121 A. Schistosoma japonicum

• Nelayan, lemas sejak 1 bulan


• Mual, cepat Lelah
• Tinggal di Sulawesi, sering pergi ke Danau
Lindu

• Diagnosis: schistosomiasis
• Organisme penyebab?
Skistosomiasis
• Disebabkan oleh • Cacing Schisto ini endemik di
Schistosoma japonicum dataran tinggi Lindu dan
Napu, Sulawesi Tengah
• Manifestasi klinis: • Dikenal juga sebagai
• Akut (2-8 minggu post
bilharziasis, demam siput,
infeksi): anorexia, muntah, demam Katayama
nyeri abdomen, diare
(berdarah), demam, rash,
hepato- splenomegali • Stadium infektif: serkaria –
• Kronik: fibrosis hepar, menembus jaringan bawah
hipertensi portal kulit

Sumber: CDC
Diagnosis dan Pengobatan
• Diagnosis:
• Ditemukan telur di feses, biopsi jaringan
• Pemeriksaan imunologi:
• Circum oval Precitipitin Test
• ELISA

• Tatalaksana:
• Praziquantel 60 mg/kgBB

Sumber WHO
Jawaban Lainnya
• B. Schistosoma malayi  tidak ada
• C. Schistosoma mansoni  biasa di Afrika, Amerika
Selatan, Karibia, dan Timur Tengah, siklus hidup
sama seperti Schistosoma japonicum
• D. Schistosoma duodenale  tidak ada
• E. Schistosoma caninum  tidak ada
Jadi, penyebab keluhan pasien ini
adalah…

121 A. Schistosoma japonicum


122 C. Malaria Ovale

• Tn. Daud 40 tahun demam menggigil


berkeringat 5 hari
• ADT: mikroorganisme dengan eritrosit
sedikit lebih besar dari normal, schuffner
dot, dan kromatin besar, tampak pula
fimbriasi

• Diagnosis?
Malaria
• Infeksi eritrosit oleh parasite Plasmodium
• Infeksi di manusia umumnya: falciparum, vivax, ovale,
malariae
• Trias malaria: demam, menggigil, berkeringat
• Gejala lain: mual, muntah
• Diagnosis malaria: klinis + deteksi parasite di darah
• Diagnosis di tempat endemis: demam 1 hari + anemia
• Diagnosis di tempat rendah risiko: riwayat pajanan ke
daerah endemis
Gejala dan tanda
• Trias malaria (demam, menggigil, dan berkeringat)
• Pemeriksaan dengan mikroskop sediaan darah
tebal dan tipis  infeksi plasmodium
• Etiologi malaria dapat diidentifikasi dari pola
demam dan apusan darah tepi

Medscape
Identifikasi etiologi malaria melalui
pola demam
• Malaria dengan pola demam selang tiga hari
(tiap 72 jam)  malariae (kuartana)

• Malaria dengan pola demam selang dua hari


(tiap 48 jam)  vivax/ovale (tertiana)

• Malaria dengan pola demam tidak teratur 


falciparum (penyebab tersering malaria berat)
Morfologi
ACT 3 + PQ
1st line
SD
Falciparum
Kina 7 + Doxy
2nd line
7 + PQ SD

1st line ACT 3 + PQ 14

Malaria tanpa Vivax & ovale


komplikasi Kina 7 + PQ
2nd line
14

Seperti vivax,
Relaps vivax
dosis PQ naik

Malariae ACT 3 hari


Jawaban Lainnya
• A. Malaria falciparum  ukuran eritrosit sama
dengan normal, titik maurer, gametosit seperti
pisang
• B. Malaria vivax  sama seperti ovale, trofozoit
amoeboid/berbentuk cincin
• D. Malaria knowlesi  malaria yang biasa pada
primate, endemic di Kalimantan, morfologi sama
seperti plasmodium malariae
• E. Malaria malariae  ukuran eritrosit tidak
membesar, trofozoit berbentuk pita/band form
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

122 C. Malaria Ovale


123 B. Invaginasi

• An. Kevin 3 bulan, menangis kencang 12 jam


• BAB red currant jelly
• Mual, muntah
• Barium enema: gambaran coil spring

• Diagnosis?
• Diagnosis • Tatalaksana
• Paling sering umur 6 bulan-1 • Barium enema
tahun • Diagnosis: gambaran
meniskus.
• Gambaran klinis: • Tekanan cairan barium akan
• Awal: kolik yang sangat mereduksi intususepsi.
• Reduksi berhasil bila
hebat disertai muntah. beberapa bagian usus halus
Anak menangis telah terisi barium/udara.
kesakitan. • Pasang NGT
• Lebih lanjut: kepucatan • Resusitasi cairan.
pada telapak tangan, • Antibiotik jika ada tanda
perut kembung, tinja infeksi (demam, peritonitis)
berlendir bercampur • Lakukan PEMERIKSAAN
ULANG SEGERA oleh dokter
darah (currant jelly bedah.
stool) dan dehidrasi. • Pembedahan jika reduksi
• Palpasi abdomen teraba dengan enema gagal.
• Jika terdapat bagian usus
massa seperti sosis. yang iskemi atau mati, reseksi
• Ultrasonografi: tampak perlu dilakukan.
tanda donat/pseudo-kidney. Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, WHO
Coil Spring
Hipertrofi stenosis pilorus
• Terjadinya obstruksi akibat hipertrofi dari muscular
layer pilorus.
• Tanda dan gejala :
• Muntah tidak bercampur cairan empedu pada usia 4-8
minggu
• Muntah terjadi beberapa saat setelah menyusu
• Terkadang muncul sedikit hematemesis atau bright-red
flecks atau a coffee-ground appearance (bercak kopi)
• Pasien tidak tampak sakit, bayi akan tetap menyusu kuat
setelah muntah

Aschraft pediatric surgery, emedicine


String sign
ATRESIA ESOFAGUS (AE)

DEFEK KONGENITAL:
TIDAK ADA HUBUNGAN ESOFAGUS BAGIAN
PROXIMAL DAN DISTAL
• CURIGA AE:
• Ibu polihidramnion
• Dominan bayi liur banyak dan sering
tersedak saat minum
• TIPE atresia esofagus tersering: Atresia
esofagus + fistula distal transesofageal
(+86%) sehingga terdapat udara dalam
saluran cerna, namun berasal dari saluran
napas.

• DIAGNOSIS: Foto polos x-ray: coiled


nasogastric tube (NGT tergulung)
• TATALAKSANA: bedah emergensi
Jawaban Lainnya
• A. Volvulus  gejala obstruktif seperti muntah
bilier, terdapat kidney sign/coffee bean sign
• C. Stenosis pylorus  massa seperti buah zaitun,
string sign, single bubble sign
• D. Atresia esofagus  drooling, gambaran coiling
NGT
• E. Atresia duodenum  gejala obstruktif, double
bubble sign
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

123 B. Invaginasi
124 D. Hemofilia

• An. Patoni 3 tahun, lebam di kedua lutut


• Paman keluhan serupa
• APTT memanjang

• Diagnosis?
Hemostasis & Kaskade Koagulasi
• Hemostasis primer: dari
perdarahan sampai terbentuk
thrombocyte primary plug. Defek
pada proses ini menyebabkan
penyakit Von Willebrand dengan
perdarahan lama (prolonged
bleeding)
• Hemostasis sekunder: dari
thrombocyte primary plug hingga
terbentuk cross-linking fibrin.
Defek pada proses ini
menyebabkan penyakit Hemofilia
dengan perdarahan tertunda
(delayed bleeding).
FDP: Fibrin
degradation
products
Hemofilia
Aktifitas Perdara
• Patogenesis: defek secondary hemostasis Klinis
FVIII/FIX han
akibat defisiensi FVIII atau FIX Trauma
Ringan 5-25%
• X-linked resesif; hanya pada laki-laki berat
• Klasifikasi Sedang 1-5%
Trauma
ringan
• Hemofilia A: ↓ FVIII (1:10.000)
• Hemofilia B: ↓ FIX (1:30.000-50.000) Berat <1% Spontan

Dasar diagnosis
•Anamnesis: delayed bleeding, soft tissue bleeding,
epistaksis, hematuria
•PF:
•Neonatus: perdarahan umbilikus
•Anak: hemarthrosis
•TRM (+) bila terjadi perdarahan intrakranial
•PP: trombosit (N), BT (N), CT ↑, PT (N), APTT ↑,
↓FVIII/FIX, inhibitor FVIII/FIX
www.nhs.uk/conditions/haemophilia/Pages/Introduction.aspx
Skrining hemofilia
Tatalaksana
Tatalaksana
Terbaik: faktor konsentrat (konsentrat faktor VIII untuk
hemofilia A dan faktor IX untuk hemofilia B)
Pilihan lain:
• Fresh frozen plasma, berisi seluruh faktor pembekuan
dan protein serum. Mudah didapat, namun
konsentrasinya rendah
• Cryoprecipitate, dari plasma darah yang disentrifugasi
kemudian diambil endapannya  mengandung
fibrinogen, faktor VIII, IX, vWF, dan beberapa protein
pembekuan lain. Lebih pekat sehingga konsentrasi
yang dibutuhkan lebih sedikit  lebih dipilih
Jawaban Lainnya
• A. von Willebrand disease  perdarahan lama, BT
memanjang
• B. Sindrom Ehlers Danlos  penyakit jaringan ikat
keturunan, jarang, gangguan pembentukan kolagen
• C. ITP  ptekie yang didahului infeksi virus,
trombosit menurun
• E. Thalassemia  ikterik, hepatosplenomegali,
anemia hemolitik
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

124 D. Hemofilia
125 B. Leukemia limfositik akut

• An. Anisa 6 tahun, pucat 2 bulan terakhir


• Demam, mudah sakit, lebam, mimisan
• PF: memar seluruh tubuh, konjungtiva
pucat, hepar membesar
• Lab: Hb 7, leukosit 80.000, trombosit 30.000

• Diagnosis?
Lelah : Anemia

Demam, mudah
sakit: banyak
leukosit tapi ga
berfungsi normal

Memar:
trombositopenia
Leukemia akut  Sel blas (+)
ALL

• Malignant (clonal) disease, tersering mengenai anak.


• Gejala: demam, penurunan jumlah neutrofil, anemia,
perdarahan, infeksi, nyeri tulang, massa mediastinum,
dst.
• Diagnosis: darah rutin, apusan darah tepi, bone marrow
aspiration and biopsy (definitif untuk leukemia)
• Penyebab tersering: genetik (sindrom Down – 10-20%)
AML vs. CLL
Jawaban Lainnya
• A. AML  dewasa, Auer Rods (+)
• C. CML  sel matur, WBC > 200.000-1.000.000,
mayoritas eosinophil dan basofil
• D. CLL  smudge cell (+)
• E. Anemia aplastik  pansitopenia, tanpa
perbesaran organ
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

125 B. Leukemia limfositik akut


126 B. Uretritis Gonokokus
• Keluar cairan berwarna kuning dari ujung
penis
• Berhubungan seksual dengan PSK
• Febris 38°C
• Status dermatologis ditemukan orificium
uretra eksterna eritem, edema, tampak
discharge purulen
• Pemeriksaan gram : bakteri diplokokus gram
negatif intraseluler dan extraseluler

• Diagnosis yang tepat adalah ...


Infeksi Saluran Kemih / Menular
Seksual (Uretritis)
Definisi Manifestasi klinis
• ISK non-komplikata: sistitis • Sistitis: disuria, urgensi,
pada perempuan tidak frekuensi (gejala LUTS), urin
hamil imunokompeten keruh, NT suprapubik,
tanpa penyakit struktural demam (-)
atau neurologik yang • Uretritis: mirip sistitis, tapi
mendasari ada kencing nanah
• ISK komplikata: • Prostatitis: demam, nyeri
• ISK atas pada perempuan perineum, NT prostat pada
• ISK apapun pada pria atau RT
perempuan hamil
• ISK dengan kelainan • Pielonefritis: demam tinggi,
struktural atau imunosupresi nyeri pinggang, mual
muntah, nyeri ketok CVA
Infeksi Saluran Kemih / Menular
Seksual (Uretritis)
Etiologi Tata laksana
• Non-komplikata: E. coli • Sistitis: fluorokuinolon atau
• Komplikata: E. coli, cotrimoxazole PO selama 3
enterococci, pseudomonas hari (non-komp) atau 2
minggu (komp)
• Uretritis: C. trachomatis, N. • Uretritis: ceftriaxon 250 mg
gonorrhoeae IM 1x (untuk Neisseria) +
doxycycline 2x100 mg PO
atau azithromycin 1 g PO 1x
Penunjang (untuk Chlamydia)
• Urinalisis: pyuria, bakteriuria • Prostatitis: fluorokuinolon
• Urinalisis penting pada wanita atau cotrimoxazole PO 2-4
hamil untuk mencari minggu
bakteriuria asimptomatik • Pielonefritis: ceftriaxone IV
selama 14 hari
Infeksi Menular Seksual
• Duh Tubuh Uretra (nanah dari saluran Kelamin)
Pedoman IMS 2015
Analisi Soal
• Pada soal ditemukan bakteri diplokokus gram
negatif intraseluler dan extraseluler  lebih
mengarah ke urethritis GO, tetapi untuk
tatalaksana harus di berikan terapi GO dan Non-GO
• Sedangkan jika tidak ditemukan diplokosis gram
negatif intaseluler dan extraseluler  maka lebih
mengarah ke Uretritis Non-GO dan terapi hanya
untuk Non-GO
• Jika tidak terdapat pemeriksaan Lab  maka terapi
GO dan Non-GO
Jawaban Lainnya
• A. Uretritis non gonokokus  tidak ditemukan
diplokokus gram negatif intraseluler dan
ekstraseluler, leukosit PMN > 5 LPB
• C. Sifilis  pada genital ditemukan ulkus durum
tidak nyeri , ulkus bersih
• D. Chancroid  nama lain dari ulkus mole ,
ditemukan nyeri, ulkus bernanah
• E. Kondiloma akuminata  infeksi virus HPV pada
genital, ditemukan gambaran seperti bunga kol
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

126 B. Uretritis Gonokokus


127 A. Atonia Uteri

• Keluar darah pervaginam


• Kontraksi uterus lemah
• Plasenta lengkap, tidak ada robekan jalan
lahir

• Diagnosis yang tepat adalah ....


Haemorragic Postpartum (HPP)

• Tone: Atonia uteri kontraksi uterus lemah.


Tatalaksana: uterotonika (oxytocin, metergin)
• Tissue: Sisa plasenta  jaringan plasenta tidak lengkap.
Th/ kuret
• Tear: Laserasi jalan lahir  darahnya merah segar
• Thrombocyte: Gangguan koagulasi  HELLP
Th/ kompresi bimanual, balon, ligasi arteri hipogastrik,
histerektomi
Hemorrhagic Post Partum
Jawaban Lainnya
• B. Sisa plasenta  biasanya terjadi pada
perdarahan pasca persalinan lambat > 24jam,
dimana selaput plasenta tertinggal, diagnosis USG
• C. Trauma jalan lahir  pada soal tidak didapatkan
laserasi jalan lahir
• D. Ruptur uteri  perdarahan intra abdominal atau
pervaginam, nyeri perut hebat, kontraksi tidak
teraba
• E. Inversio uteri  fundus uteri tidak teraba pada
palpasi, uterus berada pada vagina
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

127 A. Atonia uteri


D. Pernah terkena Rubella
128 dan sudah sembuh

• Pasien datang untuk premarital screening


• Pemeriksaan Rubella
• IgM : Non reaktif
• IgG : Reaktif

• Interpretasi pemeriksaan yang tepat adalah ....


TORCH Infection
• Infeksi virus pada kehamilan yang dapat
menyebabkan kelainan kongenital

• Terdiri dari
• Toxoplasma
• Others
• Rubella
• CMV
• Herpes

Others Parvovirus B19, HZV , Syphilis , Hepatitis B


Diagnosis Rubella pada Wanita
Hamil

Sumber SOGC
Jawaban Lainnya
• A. Infeksi Akut  IgM (+) , IgG (-)
• B. Infeksi kronis  tidak ada pada infeksi Rubella
• C. Tidak memiliki antibodi terhadap Rubella  IgG
prenatal (+) status immune
• E. Belum pernah terinfeksi Rubella  IgM (-) ,
IgG (-) tanpa riwayat infeksi
Jadi, jawabannya adalah…
D. Pernah terkena Rubella
128 dan sudah sembuh
129 A. Metronidazol

• Keputihan gatal dan berbau amis


• Clue cell (+)

• Mengarahkan kepada kasus BV (Bacterial


Vaginosis)

• Tatalaksana yang tepat adalah ....


Keputihan
Klinis Khas Penunjang Terapi
Bakterial vaginosis keputihan berbau “clue cell” Metronidazol 2 x 500
(etiologi: amis Whiff test (+) mg selama 7 hari
Gardnerella) pH > 5

Trikomoniasis keputihan kehijauan, Pewarnaan basah Metronidazol2 x 500


(etiologi : berbuih, dispareunia, dengan NaCl mg selama 7 hari
Trichomonas ) “strawberry servix
appearance”

Kandidiasis keputihan kental Pewarnaan KOH : Klotrimazol


vulvovaginal seperti keju / susu, pseudohifa intravaginal,
(etiologi : Candida) gatal, eritema vulva Nistatin intravaginal
vagina
Pedoman IMS 2015
Jawaban Lainnya
• B. Klindamisin  dapat diberikan, namun bukan lini
pertama
• C. Ceftriaxone  Diberikan pada servisitis
Gonokokus
• D. Doksisiklin  pada servisitis non Gonokokus
• E. Cefixime  lini pertama pada servisitis
Gonokokus
Jadi, tatalaksana yang tepat pada
pasien ini adalah…
129
A. Metronidazole
C. Ruptur perineum
130 derajat 3

• Perdarahan pervaginam setelah melahirkan


anak pertama
• Robekan jalan lahir sampai sfingter ani
eksterna.
•  Ruptur pernieum derajat 3B
• Sfingter ani interna dan mukosa rektum intak

Diagnosis yang tepat adalah ...


Robekan Perineum
Jawaban lainnya
• A. Ruptur perineum grade 1  laserasi epitel kulit
vagina
• B. Ruptur perineum grade 2 hanya pada otot
perineum
• D. Ruptur perineum grade 4  epitel anus
• E. Ruptur perineum grade luas  tidak ada
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
C. Ruptur perineum
130 derajat 3
131 E. MgSO4

• Kejang setelah melahirkan


• Nyeri kepala , pandangan kabur dan nyeri
ulu hati
• TD 160/100 mmHg,
• Proteinuria +++

• Tatalaksana yang tepat adalah ...


• Eklampsia didefinisikan sebagai onset baru kejang grand
mal dan/atau koma yang tidak dapat dijelaskan selama
kehamilan pada wanita dengan preeklampsia, pada usia
kehamilan di atas 20 minggu
• Tata laksana definitif adalah partus
• Terapi farmakologi:
• DOC: MgSO4 dengan loading dose 4-6 g (15-20
min) dan maintenance dose 1-2 g per jam dalam IV solution
 Lini kedua: Benzodiazepin atau fenitoin
• Antihipertensi  nifedipine, hydralazine, labetalol

http://www.guideline.gov/content.aspx?id=39384
Jadi..
• MgSO4 diberikan IV pada kasus eklampsia untuk
tatalaksana kejang, dan pada PEB sebagai pencegahan
kejang.

• Dosis awal 4-6 g MgSO4, tergantung sediaan


• 20%(25cc)  20 g dalam 100 cc, diambil 4 g ~ 20cc
• 40 % (25cc) 40 g dalam 100 cc, jadi diambil 4g ~10 cc
• Diencerkan dengan akudes lalu diberikan secara IV
perlahan

• Dosis rumatan: 1-2g per jam via Infus RL hingga 24 jam


post partum
• Preeklampsia ringan : hipertensi pada usia gestasi > 20
minggu + proteinuria.
HT < 160, proteinuria +1
Antihipertensi terpilih : Metildopa, nifedipin
Edukasi: Tirah baring, kurangi garam

• Preeklampsia berat :
HT > 160, proteinuria +2, biasanya diikuti gejala nyeri
perut, pandangan kabur, nyeri kepala.
Tatalaksana : MgSO4 IM / IV  untuk mencegah
kejang.
Jawaban Lainnya
• A. Nifedipin  diberikan untuk mengatasi
hipertensi, tidak untuk mengatasi kejang
• B. Perdipin  tidak disarankan pada kehamilan,
dapat diberikan sebagai lini kedua pada post
partum, tidak untuk mengatasi kejang
• C. Oksitosin IM  uterotonika untuk manajemen
aktif kala III
• D. Nitrogliserin  merupakan terapi antihipertensi
yang diberikan bila disertai pulmonary edema,
bukan untuk tatalaksana kejang
Jadi, tatalaksana yang tepat pasien
ini adalah…
131
E. MgSO4
132 C. 24 November 2017

• Terlambat datang bulan


• HPHT tanggal 17 Februari 2017 (siklus haid
teratur 28 hari)

• Perkiraan waktu persalinan pada pasien ini


adalah...
Taksiran Partus (Rumus Naegele)

TP = bulan – 3, hari + 7, tahun + 1


Berlaku untuk siklus 28 hari
Pada kasus
• HPHT  17-02-2017
• TP
• 17+7 = 24
• 02 (Februari) - 3 = 11 / November (tahun 2017)

TP  24-11-2017
Jadi, jawaban pada kasus ini adalah…

132 C. 24 November 2017


E. Segera mulai terapi
133 antivirus

• Pasien hamil G3P2A0 39 minggu dengan


HIV+
• Viral load 50.000 kopi

• Edukasi yang tepat adalah ....


HIV/AIDS
Stadium Klinis berdasarkan WHO
• Stadium 1: asimtomatik, limfadenopati generalisata
persisten
• Stadium 2: BB turun <10%, herpes zoster, ulkus oral
berulang, dermatitis seboroik, infeksi jamur kuku
• Stadium 3: BB turun >10%, diare kronik >1 bulan,
demam >1 bulan, kandidiasis oral, TB paru
• Stadium 4: HIV wasting syndrome (BB turun
>10%+diare kronik >1 bulan+demam >1 bulan),
PCP, TB ekstra paru
Pilihan persalinan pada pasien HIV
• Persalinan Pervaginam • Persalinan
• ARV dimulai pada <14 Perabdominam
minggu • Viral load > 1000
• Viral load < 1000 • Pemberian ARV dimulai
pada usia kehamilan 36
minggu
Usia kehamilan ≤ 14 minggu, namun stadium klinis 2,3,4 atau jumlah CD4 < 350 mm3,
ARV dapat segera diberikan
Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui sesaat menjelang persalinan, segera
diberikan ART
ARV pada ibu hamil dengan HIV >
36 minggu
• In an HIV-infected pregnant woman who has never been
exposed to antiretroviral medication, HAART should be
started as soon as possible
• All HIV-infected women with HIV RNA ≥400 copies/mL (or
unknown HIV RNA) near delivery should be administered
IV zidovudine (ZDV) during labor
• If the patient is having a planned cesarean delivery, the ARV
IV infusion should begin 3 hours before the procedure
• ZDV is given intravenously during labor at a dose of 2 mg/kg
infused over 1 hour, followed by a continuous infusion of 1
mg/kg throughout labor.
• ZDV IV + Single dose 200 mg nevirapine + lamivudine 150
mg every 12 hours
Jawaban Lainnya
• A. Antivirus diberikan pada trimester I  usia
kehamilan < 14minggu, stadium klinis 2,3,4 atau
jumlah CD4 < 350 mm3, ARV dapat segera
diberikan
• B. Risiko infeksi menular ke janin saat trimester III
 trimester berapapun risiko menular ke janin
tetap ada
• C. Kemungkinan infeksi menular saat trimester II 
bisa terjadi pada trimester berapapun
• D.Lahirkan kandungan dengan SC  akan dilakukan
setelah diberikan terapi ARV secara IV
Jadi, jawaban yang tepat pada pasien
ini adalah…
133 E. Segera mulai terapi
antivirus
134 D. Abortus mengancam

• Hamil 8 minggu perdarahan yang keluar dari


jalan lahir sejak 1 hari yang lalu
• Nyeri perut (-)
• Ostium uteri tertutup

• Diagnosis yang tepat adalah ....


Abortus
• Ancaman pengeluaran hasil konsepsi sblm janin
dapat hidup di luar kandungan (20/22 minggu atau
BJ kurang dari 500 gram)
• Diagnosis:
• Perdarahan pervaginam
• Perut nyeri dan kaku
• Pengeluaran sebagian produk konsepsi
• Serviks dapat tertutup atau terbuka
• Ukuran uterus menjadi lebih kecil
• Dibantu USG
Abortus (Berdasarkan Tingkatan)
• Abortus iminens: portio tertutup, jaringan (-)
• Abortus insipiens: portio terbuka, jaringan (-)
• Abortus inkomplit: portio terbuka, jaringan (+)
• Abortus komplit: portio tertutup, jaringan (+)
• Abortus habitualis: telah terjadi abortus selama min
3 kali berturut-turut
• Abortus septik: abortus yang diikuti dengan
komplikasi dan tanda-tanda infeksi
Tata Laksana
• Iminens: tirah baring sampai perdarahan berhenti,
spasmolitik, progesteron
• Insipiens: evakuasi hasil konsepsi + kuretase
• Kompletus: biasanya tidak ada tindakan khusus
• Inkompletus: evakuasi hasil konsepsi dengan
manual, kuretase hati2, anjuran: kuretase vakum

Sumber: Buku Ajar Kebidanan FKUI, 2010


Jawaban Lainnya
• A. Abortus komplit  portio menutup, jaringan
sudah keluar seluruhnya ke vagina
• B. Abortus inkomplit  portio terbuka, nyeri perut,
jaringan keluar sebahagian
• C. Abortus habitualis  tidak ada data pada soal,
terjadi 3kali berturut turut
• E. Abortus insipiens  portio terbuka, tidak ada
jaringan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

134 D. Abortus mengancam


135 B. Hipotiroid kongenital

• Ny Mari 20 tahun , hamil 16 minggu


• Riwayat penyakit hipertiroid (+)
• Pengobatan adekuat

• Komplikasi yang mungkin terjadi ....


Hipertiroid dalam kehamilan
• Hormon tiroid • Tiromegali
diperlukan untuk • Eksoftalmus
perkembangan otak dan • Bb tidak bertambah
fungsi mental normal. • Pemeriksaan
• Obat yang diminum ibu laboratorium
akan mempengaruhi • FT4 meningkat, TSH
kelenjar tiroid ibu dan turun, TRH turun
janin. Etiologi tersering 
Penyakit Graves
• Gejala klinis
• Takikardia
Komplikasi
• Pada ibu yang tidak mendapat pengobatan atau
tetap hipertiroid 
• Maternal  resiko eklampsia dan gagal jantung
• Janin  meninggal karena goiter tirotoksikosis janin,
pertumbuhan janin terhambat, gagal jantung , central
hypothyroidism
• Pada ibu yang mendapat pengobatan
• Janin  congenital hipotiroid pada janin

Sumber Sarwono Ilmu Kebidanan 2016


Sumber : Medscape
Orphanet J Rare Dis (2010)
Jawaban Lainnya
• A. Hipotalamic hipotiroid  merupakan jenis
hipotiroid kongenital yang disebabkan oleh defek
kongenital pada TRH dan TSH, pada ibu hipertiroid
tidak terkont
• C. Pituitary hipertiroid  hipertiroid yang
diakibatkan gangguan pituitari, contoh adenoma
pituitary
• D. Hipertiroid kongenital  pada ibu dengan
antibodi terhadap thryoid (TrAb) yang tinggi
• E. Down Syndrome  trisomi kromosom 21 , tidak
berkaitan dengan hipertiroid
Jadi, komplikasi yang mungkin
terjadi pada pasien ini adalah…
135
B. Hipotiroid kongenital
136 E. Preeklampsia berat

• G5P4A0 gravid 24 minggu


• TD 170/110mmHg
• urinalisis proteinuria +3
• Pandangan kabur, nyeri ulu hati , nyeri
kepala disangkal
• Nilai lab dalam batas normal
Preekalampsia
• Preeklampsia Ringan
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
• Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam

• Preeklampsia Berat
• Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu
• Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam
• Atau disertai keterlibatan organ lain:
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
• Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
• Sakit kepala , skotoma penglihatan
• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
• Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
• Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Jawaban Lainnya
• A. Impending Eklampsia  ada pandangan kabur,
nyeri ulu hati, dan nyeri kepala disertai tanda PEB
• B. Preeklampsia ringan  TD > 140/90 , proteinuria
+1
• C. Eklampsia  kejang pada kehamilan > 20
minggu, disertai TD yang tinggi
• D. HELLP  Hemolysis ,Elevated liver enzyme , low
platelete count
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

136 E. Preeklampsia Berat


137 D. Manual Plasenta

• Perdarahan pasca persalinan


• Post melahirkan di bidan 1 jam yang lalu
• Plasenta belum keluar

• Tatalaksana definitif pada pasien tersebut di


atas adalah
Haemorragic Postpartum (HPP)

• Tone: Atonia uteri kontraksi uterus lemah.


Tatalaksana: uterotonika (oxytocin, metergin)
• Tissue: Sisa plasenta  jaringan plasenta tidak lengkap.
Th/ kuret
• Tear: Laserasi jalan lahir  darahnya merah segar
• Thrombocyte: Gangguan koagulasi  HELLP
Th/ kompresi bimanual, balon, ligasi arteri hipogastrik,
histerektomi
Hemorrhagic Post Partum
Manajemen Aktif Kala III
• Pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir
• Melakukan peregangan tali pusat terkendali
• Masase fundus uteri

3 Tanda Lepasnya Plasenta


1. Perubahan bentuk dan tinggi
uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan
singkat
• Pada pasien ini merupakan rujukan bidan 
dianggap sudah dilakukan manajemen aktif kala III
 namun tidak terjadi tanda lepasnya plasenta

• Maka tatalaksana selanjutnya adalah ...

• Manual Placenta
Jawaban Lainnya
• A. Injeksi oksitosin  manajemen aktif kala III
• B. Injeksi ergometrin  bila oksitosin tidak
tersedia, pada kasus atonia uteri
• C. Peregangan tali pusat terkendali  Dilakukan
pada manajemen aktif kala III
• E. Kompresi bimanual  tatalaksana atonia uteri
Jadi, Tatalaksana definitif pasien ini
adalah…
137
D. Manual Plasenta
138 E. Setinggi umbilikus

• Ny Tiara G1P0A0 Hamil 20 minggu


• Datang untuk ANC

• Tinggi fundus uteri yang sesuai umur


kehamilan ...
Jawaban Lainnya
• A. Setinggi simfisis  12 minggu
• B. Di atas umbilikus  24 minggu
• C. Setinggi prosesus xyphoideus  36 minggu
• D. Pertengahan simfisis dan umbilikus  16 minggu
Jadi, TFU pada pasien ini adalah…

138 E. Setinggi umbilikus


139 C. Hidramnion

• Ny Eli 27 tahun, hamil 28 minggu


• Uterus lebih besar daripada usia kehamilan
• Tubuh anak sulit diraba

• Diagnosis yang tepat adalah


Uterus lebih besar dari usia
kehamilan
• Gemelli
• Polihidramnion
• Giant baby
• Mola Hidatidosa  terdeteksi pada kehamilan usia
muda, gambaran badai salju pada USG
Giant Baby
• Giant baby / Big baby syndrome / Makrosomia
• Didiagnosis apabila bayi lahir dengan berat badan
lebih dari 4000 gram, tanpa melihat usia
gestasional
Hidramnion

• Hidramnion atau poli hidramnion 


jumlah air ketuban melebihi dari batas
normal
• Volume ketuban normal: 1-2 liter
• Oligohidramnion  kekurangan air
ketuban
• Gejala hidramnion:
• Pembesaran uterus dengan
kesulitan meraba bagian kecil janin /
mendengar denyut janin
• Akibat overdistensi  dispnea,
edema ekstremitas bawah, vulva
Hidrops fetalis

• Adalah suatu kondisi edema pada


janin
• Gambaran klinis: abnormalitas
akumulasi cairan dalam rongga tubuh
(pleural, percardial dan peritoneal)
dan jaringan lunak tubuh dengan
ketebalan dinding lebih dari 5 mm • Dengan USG tampak gambaran:
• Sering berhubungan dengan • Edema anasarka
hidramnion dan penebalan plasenta ( • Penumpukan cairan dalam rongga
> 6 mm) pada 30 – 75% kasus tubuh seperti pleura –
perikardium dan rongga
• Terjadi akibat gangguan peritoneal
keseimbangan cairan  akumulasi • Hidramnion
cairan lebih banyak dibandingkan • Plasenta yang tebal
dengan yang diabsorbsi
Jawaban Lainnya
A. Makrosomia (giant baby)  berat janin > 4000
gram
B. Gemeli  teraba 3 bagian besar janin
D. Hidrops fetalis  edem anasarka janin dan
diketahui melalui USG
E. Hidrosefalus  uterus dapat lebih besar dari usia
kehamilan, diagnosis pasti dengan USG terdapat
pembesaran ventrikel otak
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

139 C. Hidramnion
140 E. Polip Serviks

• Pasien 55 tahun datang untuk pemeriksaan


IVA Rutin
• Pada saat inspekulo ditemukan
• Mukosa serviks tampak benjolan warna
putih bertangkai

• Diagosis pasien di atas adalah


Polip Serviks
• Tumor jinak pada serviks . Sering
terjadi pada usia 40 hingga 60
tahun.
• Gejala klinis
• Paling sering asimptomatik
• Kadang menyebabkan postcoital
spotting atau keputihan saja
• Terapi
• Treatment is removal, which can
usually be accomplished by twisting
the polyp with ringed forceps if the
pedicle is slender. Smaller polyps may
be removed with punch biopsy
forceps. Polyps with a thick stalk may
require surgical removal.

Sumber. Emedicine medsacpe


Kista Bartolin
• Kista pada kelenjar
bartolin di labia mayor.
Arah jam 5 dan 7
• Nyeri, eritema
• Tatalaksana :
marsupialisasi
Kista Gartner
• Berasal dari saluran mesonefredikus
wolffi yang terdapat pada dinding
lateral – anterolateral vagina sampai
pada vulva dekat urethra dan klitoris.
• Gejala : biasanya asimptomatik (tidak
ada nyeri) yang seringkali ditemukan
pada pemeriksaan rutin genitalia,
terdapat massa pada vagina di arah
jam 12.
• Dapat pula keluar dari introitus vagina,
dan dapat masuk sendiri
Kista Nabothi/ Retensi
• Epitel kel endoserviks sangat rentan
terhadap infeksi  metaplasia
skuamosa  kel endoserviks
tertutup  sekret tertahan dan
menajadi kantong kista

• Gambaran klinis
• Tidak ada gangguan
• Inspekulo: penonjolan kistik di daerah
endoserviks dgn warna lebih muda

• Terapi: tidak ada terapi khusus


Kanker Serviks
• Definisi : keganasan pada leher rahim
• Etiologi : HPV 16 dan 18 (paling sering)
• Faktor Risiko :
• Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari
20 tahun).
• Berganti-ganti pasangan seksual
• Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti
pasangan
• Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul.
• Perempuan yang melahirkan banyak anak.
• Merokok aktif/pasif
• Pemeriksaan Penunjang
• IVA dan Pap Smear : untuk deteksi dini lesi pra kanker (tidak
dilakukan pada lesi kanker)
• Biopsi

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Leher Rahim (Depkes RI) 2013
Jawaban Lainnya
• A. Kista Bartolini  pada labia arah jam 5 dan 7
• B. Kista Gartner  massa pada vagina arah jam 12
• C. Kista nabothi  penonjolan kistik pada mukosa
serviks
• D. Ca Serviks  keganasan serviks, perdarahan
pervaginam tidak nyeri
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

140 E. Polip Serviks


141 B. Ketuban Pecah Dini

• Ny Dewi G1P0A0 gravid 37 minggu, keluar


cairan jernih dari jalan lahir
• Tidak dapat ditahan
• Tidak ada kontraksi
• Tidak ada pembukaan

• Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut


adalah
Ketuban Pecah Dini
• Definisi
• Pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau
dimulainya tanda inpartu
• Ketuban pecah dini sebelum kehamilan 37 minggu
 Ketuban Pecah Dini Prematur
Ketuban Pecah Dini
• Anamnesis
– Merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba
– Anamnesis mencari faktor risiko
• Pemeriksaan fisik
– Inspekulo: melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau
menggenang di forniks posterior
– Tercium bau khas cairan ketuban
• Pemeriksaan Penunjang
– Tes Lakmus (merah menjadi biru)/Pemeriksaan pH vagina
didapatkan hasil basa
– Ferning (+) pada pemeriksaan mikroskopis
– Pemeriksaan LEA cairan ketuban untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi intrauterin (LEA +2 atau lebih curiga
infeksi)
Ketuban Pecah Dini
• Tatalaksana Umum
• Ampisilin 4 x 500 selama 7 hari/Eritromisin 4x250 mg selama 10 hari mg
dan metronidazol2 x 500 mg selama 7 hari
• Rujuk ke fasilitas yang memadai
• Tatalaksana Khusus
• Usia kehamilan lebih dari 34 minggu
• Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi
• Usia kehamilan 24-33 minggu
• Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin
lakukan persalinan segera
• Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam
• Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
• Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan
32-33 minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru
dan hasil menunjukkan bahwa paru sudah matang
Jawaban Lainnya
• A. Ketuban pecah dini dalam persalinan  tidak
ada istilah, bila sudah inpartu tidak dianggap
ketuban pecah dini
• B. Partus prematurus iminen  tanda persalinan
atau inpartu pada < 37 minggu
• D. Kala I fase laten  pembukaan 0 – 3 cm
• E. Kala I Fase aktif  pembukaan 4 – 10 cm
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

141 B. Ketuban pecah dini


B. G2P1A0 hamil
142 postterm inpartu

• Ny Miya 28 tahun hamil 42 – 43 minggu


• Keluar cairan bening dari jalan lahir 6 jam
yang lalu
• Perut kencang – kencang
• Keluar cairan bercampur darah disangkal
• Hamil anak kedua, belum pernah abortus

• Diagnosis yang tepat adalah ...


Kehamilan Post Term
• Definis : WHO mendefinisikan kehamilan lewat
waktu sebagai kehamilan usia ≥ 42 minggu penuh
(294 hari) terhitung sejak hari pertama haid
terakhir
• Faktor resiko dari kehamilan post term antara lain:
• Primiparitas
• Riwayat kehamilan post term sebelumnya
• Anensephali janin
• Jenis kelamin bayi adalah laki-laki
• Predisposisi genetik
Kehamilan Post Term
• Pemeriksaan penunjang :
• Pemeriksaan USG untuk menentukan berat janin, posisi
janin, air ketuban, dan usia kehamilan
• Usia kehamilan paling baik ditentukan melalui USG di
usia kehamilan 12 minggu atau kurang
• Pemeriksaan CTG untuk menilai kesejahteraan janin
• Oligohidramnion digambarkan pada USG melalui Indeks
Cairan Amnion (AFI) ≤ 5
Jawaban Lainnya
• A. G2P1A0 hamil aterm inpartu  aterm 37 – 41
minggu
• B. G2P1A0 hamil aterm KPD  kalau sudah ada
tanda inpartu tidak dikatakan KPD
• D. G2P1A0 hamil post term KPD  kalau sudah ada
tanda inpartu tidak dikatakan KPD
• E. G2P1A0 hamil preterm KPD preterm
kehamilan dibawah 37 minggu
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B.G2P1A0 hamil postterm
142 inpartu
143 A. Plasenta previa totalis

• Ny Layla 30 tahun, G4P3A0 mengalami


perdarahan dari jalan lahir sejak 1 hari
• Tidak nyeri dan merah segar
• USG  plasenta menutupi OUI

• Diagnosis yang tepat pada pasien di atas


adalah....
Perdarahan Antepartum
Plasenta Previa
• Darah warna merah segar, tidak nyeri,
janin tidak distress (DJJ baik).
Perdarahan 100 cc yg keluar darahnya
100cc. Ibu tidak kesakitan. Sering
terjadi pada hamil muda (30%)
• Prinsip: tunggu sampai anak bisa
hidup diluar, atau ada indikasi mutlak
SC
• Pemeriksaan: USG. Jika perdarahan
tidak boleh VT, inspekulo terlebih
dahulu
• Tatalaksana : SC
Perdarahan Antepartum

Solutio Plasenta
• Darah warna
gelap/kecokelatan
• Perdarahan banyak
namun tidak bisa keluar
• Ibu tampak sangat sakit
perut dan pucat
• DJJ janin dapat tidak
ada/distress, tidak teraba
bagian janin
• Tatalaksana : SC CITO!
Perdarahan Antepartum
Vasa
Previa
• Pembuluh darah janin
berada dalam selaput
ketuban dan mekewati
ostium uteri internum yang
kemudian sampai ke dalam
insersinya di tali pusat
• Gejala keluar air – air yang
diikuti dengan darah, nyeri
perut minimal
• Angka kematian janin tinggi
• Bila dapat dideteksi
sebelum persalinan 
sectio caesarea
Jawaban Lainnya
• B. Plasenta letak rendah  implantasi plasenta <
2cm dari OUI
• C. Vasa previa  pembuluh darah menutupi OUI,
nyeri perut minimal, keluar air campur darah
• D. Solutio plasenta  perut tegang seperti papan,
nyeri abdominal
• E. Plasenta akreta  implantasi plasenta
menembus desidua basalis
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

143 A. Plasenta previa totalis


144 D. Amoksisilin

• Ny Nana 20 tahun, sedang hamil anak


pertama
• Nyeri berkemih dan tidak lampias
• Tanda vital S 38
• PF nyeri suprapubik
• Uranilisis leukosit urin ++, nitrit +

• Diagnosis yang tepat adalah


ISK pada kehamilan
Alternatif terapi untuk Infeksi
Saluran Kemih pada Kehamilan
Antibiotik Ibu Hamil
Jawaban Lainnya
• A. Siprofloksasin  gangguan lempeng
pertumbuhan , kontraindikasi
• B. Kotrimoksasol  hanya boleh pada trimester
kedua, dan bukan lini pertama
• C. Metronidazol  mutagenesis, kontraindikasi
• E. Kloramfenikol  gray baby syndrome ,
kontraindikasi
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

144 D. Amoksisilin
A. Hiperemesis
145 gravidarum

• Ny Harianti 23 tahun
• Hamil anak pertama usia kehamilan 9 minggu
• Mual muntah pagi yang hebat
• Tidak bisa makan dan minum
• Berhenti bekerja karena lemas
• Tanda vital TD 90/60mmHg, nadi 100x/menit,

• Diagnosis pada pasien adalah ...


Hiperemesis gravidarum
• Terjadi hingga usia 20 minggu; keadaan yang berat dapat
membuat dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit,
ketosis  hiperemis gravidarum

• Diagnosis hiperemesis gravidarum


• Mual dan muntah hebat
• BB turun >5% dari BB sebelum hamil
• Ketonuria
• Dehidrasi
• Ketidakseimbangan elektrolit

Keluhan mual muntah disebabkan oleh kenaikan kadar


hCG dimana pada trimester I kadar hCG dapat mencapai
100 mIU/ml
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes RI.
Hiperemesis gravidarum
• Klasifikasi secara klinis
• Tingkat I
• Muntah terus menerus, intoleransi makanan, BB menurun
• PF : nadi hingga 100x/menit, TD sistolik menurun, mata
cekung, lidah kering, turgor berkurang, UO normal
• Tingkat II
• Haus hebat, suhu meningkat subfebris , nadi 100-140x/menit,
TD sistolik <80mmHg, apatis kulit pucat, lidah kotor, ikterik,
nafas bau aseton, bilirubin + dalam urin
• Tingkat III
• Gangguan kesadaran delirium hingga koma, muntah
berkurang atau berhenti, ikterik, sianosis, gangguan jantung ,
proteinuria
Emesis gravidarum / Morning
sickness
• 50% diderita oleh ibu hamil, mencapai puncak pada 8
– 12 minggu
• Keluhan semakin berat pada pagi hari (morning
sickness)
• Derajat keluhan dipengaruhi oleh ketegangan emosi
• Terapi emesis gravidarum:
• Makan sedikit dan sering
• Dukungan emosional
• Vitamin B6
• Anti muntah diberikan sebagai pilihan akhir
Pseudocyesis = false pregnancy =
phantom pregnancy = hysterical
pregnancy
• Perempuan dapat mengalami gejala sebagaimana
kehamilan, yakni:
• Terlambat haid
• Perut membesar
• Perubahan pada payudara dan putting
• Sensasi merasakan bayi bergerak
• Mengidam
• Mual – muntah
• Kenaikan berat badan
Jawaban Lainnya
• B. Dyspepsia  kumpulan gejala tidak nyaman
pada ulu hati
• C. Ulkus peptikum  keadaan borok
esofagus,lambung dan duodenum, disertai
hematemesis melena
• D. Emesis gravidarum  tidak menyebabkan
dehidrasi
• E. Pseudocyesis  kehamilan palsu, tidak
terdeteksi dengan USG
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Hiperemesis
145 gravidarum
146 E. 8 kali

• Ny Anisa 29 tahun, datang untuk ANC


• DJJ (+)

• Menurut WHO, berapa kali minimal Ny


Anisa harus melakukan ANC ?
Pedoman ANC WHO 2016
Jadi, jawabannya pada pasien ini
adalah…
146 E. 8 kali
147 D. Kontrasepsi mantap

• Ny Grace 36 tahun, ingin ber KB


• Sudah memiliki 3 orang anak
• Riwayat tekanan darah tinggi (+)

• Pilihan jenis KB yang tepat adalah ..


Kontrasepsi
• Alamiah: koitus interuptus & pantang senggama
(metode kalender tengah siklus haid, lendir servix
lebih kental, dan peningkatan suhu basal)
• Mekanik: kondom (wanita, pria), IUD (5-8 tahun).
IUD Cu-T dengan reaksi peradangan menghambat
fertilisasi dan implantasi ke endometrium
• Hormonal: pil, suntik, implan, patch: bisa
progresteron saja, bisa kombinasi dengan estrogen
• Kontap (KB mantap): tubektomi, vasektomi (untuk
usia wanita >35 tahun)
Karakteristik KB
• IUD  Hindari pada pasien dengan riwayat KET atau
penyakit radang panggul.
• Sediaan hormon  Hindari pada pasien dengan
riwayat hipertensi / gangguan vaskular.
• Khusus ibu menyusui  hindari sediaan yang
mengandung estrogen.
• Pil KB : (1) kombinasi (2) progestin only /minipill
• Suntik KB : (1) 1 bulan / kombinasi (2) 3 bulan /Depo
medroxyprogesteron
• Pasien dengan faktor risiko kardiovaskular /
cerebrovascular merupakan kontraindikasi
penggunaan kontrasepsi hormonal.
• Tubektomi merupakan kontrasepsi mantap dan akan
sulit lagi dilakukan reanastomosis tuba kembali
apabila masih ingin memiliki anak
• Kondom dapat terjadi kegagalan seperti karet yang
bocor dan pemakaian yang tidak tepat sehingga
pencegahan kehamilan tidak dapat diprediksi
• IUD atau AKDR dapat bertahan 5-8 tahun dan
mudah untuk kembali ingin mempunyai anak (hanya
dengan mengeluarkan AKDR dari rahim) sehingga
perencanaan kehamilan dapat diprediksi
PENGGUNAAN KONTRASEPSI BERDASARKAN TUJUAN

342
Jawaban Lainnya
• A. Pantang berkala  tidak dianjurkan, karena
resiko kegagalan tinggi
• B. Pil KB kombinasi  mengandung hormon ,tidak
dianjurkan
• C. IUD  bukan pilihan pertama
• E. Implan  mengandung hormon ,tidak
dianjurkan
Jadi, KB yang tepat pada pasien ini
adalah…
147 D. Kontrasepsi Mantap
B. Mengganti ASI dengan
148 susu formula

• Ny Sandy 25 tahun, melahirkan anak


pertama di dukun
• Nyeri pada kedua puting payudara dan
tampak lecet
• Menarik puting secara paksa

• Edukasi yang benar , kecuali ...


Cracked nipple/puting lecet
• Terjadi akibat perlekatan ibu – bayi
sewaktu menyusui tidak benar dan
seringkali juga disebabkan oleh infeksi
Candida.
• Tatalaksana :
• Periksa perlekatan ibu dan bayi saat menyusui
• Periksa apakah terdapat infeksi candida (kulit
merah, berkilat, dan sakit)
• Ibu terus memberikan ASI
• Olesi puting susu dengan ASI dan biarkan
kering
• Jangan mencuci daerah puting dan areola
dengan sabun
Pilihan jawaban lainnya
A. Memeriksa perlekatan ibu dan bayi
B. Mengganti ASI dengan susu formula Ibu harus
menerukan ASI
C. Ibu terus memberikan ASI
D. Olesi putting susu dengan ASI dan dibiarkan kering
E. Jangan mencuci daerah putting dan areola dengan
sabun

Semua pilihan jawaban sesuai untuk tatalaksana


cracked nipple kecuali mengganti ASI dengan susu
formula
Jadi, jawabannya adalah…
B. Mengganti ASI dengan
148 susu formula
149 A. Salpingitis
• Ny Meri 26 tahun P1A0 keluhan Nyeri perut
bagian bawah dan demam
• Siklus menstruasi lebih cepat dan lebih banyak
• Disparaeunia (+)
• PF Suhu tubuh 38.3
• Pemeriksaan genitalia serviks hiperemis + nyeri
goyang serviks (+)
• Kehamilan (-)

Diagnosis?
Penyakit Radang Panggul
• Definisi : Gangguan inflamasi traktus genitalia atas
perempuan, dapat meliputi endometritis,
salpingitis, abses tuboovaria dan peritonitis pelvik
• Etiologi :
• Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea dan Chlamydia trachomatis
• Flora normal vagina seperti Gardnerella vaginalis,
Haemophilus influenzae, batang ram negatif dari usus
dan streptococcus agalactiae
• Dapat juga disebabkan oleh CMV, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urelayticum
PID biasanya dimulai oleh servisitis (A). Hal ini diikuti oleh perubahan
kondisi mikroba di vagina dan serviks (B). Mengakibatkan vaginosis
bakterial (C) Patogen (baik yang awal maupun BV akan naik ke
traktus genital atas.
Bagian yang berwarna abu-abu adalah bagian yang terkena
Penyakit Radang Panggul
• Tanda dan Gejala :
• Gejala sangat bervariasi, tergantung lokasi, intensitas,
serta daya tahan tubuh.
• Nyeri/ketegangan abdomen bagian bawah
• Demam
• Gangguan berkemih
• Nyeri goyang serviks
• Nyeri pada adneksa
• Discharge vagina yang berlebihan
• Massa di pelvik pada pemeriksaan USG
Penyakit Radang Panggul
• Pemeriksaan Penunjang :
• Laboratorium
• Leukosit darah
• LED
• CRP
• Pewarnaan Gram
• Kuldosentesis purulenta
• Kultur
• USG
• Laparoskopi : Cairan purulen dari fimbrae
Penyakit Radang Panggul
• Pada wanita dengan PRP ringan  terapi rawat jalan

Pasien dengan PRP dirawat bila


• Kecurigaan kedaruratan bedah
• Pasien dalam keadaan hamil
• Tidak respon terapi oral
• Tidak dapat meminum terapi oral
• Tampak sakit berat, mual dan muntah atau demam
yang tinggi
• Pasien dengan abses tuboovaria
Penyakit Radang Panggul
Tatalaksana Rawat Inap Tatalakasana Rawat Jalan
Penyakit Radang Panggul
• Pasien harus menunjukkan perbaikan klinis dalam 3
hari pengobatan
• Bila tidak, pasien harus dirawat bila sebelumnya
terapi rawat jalan
• Penilaian ulang terapi antibiotik, bila perlu
melakukan laparoskopi diagnostik untuk mencari
penyebab lainnya
Jawaban Lainnya
B. KET  nyeri goyang serviks, nyeri perut, test
kehamilan (+)
C. Endometriosis  nyeri saat menstruasi, tidak
disertai demam
D. Endometritis  demam, muncul setelah
melahirkan
E. Trikomonniasis  terdapat keputihan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

149 A. Salpingitis
150 E. Abses Mammae

• Ny Amel 20 tahun, nyeri pada payudara kiri


• Sedang menyusui
• Status lokalis kemerahan, batas tegas, nyeri
dan fluktuasi +

• Diagnosis yang tepat ....


Mastitis
• Definisi : peradangan pada payudara yang terjadi
pada 1 – 3 minggu masa nifas akibat sumbatan
saluran susu
• Faktor risiko : kurang nya ASI yang
diisap/dikeluarkan atau pengisapan ASI yang tidak
efektif, kebiasaan menekan payudara dengan jari
atau karena tekanan baju/BH.
• Tanda dan gejala : payudara merah dan bengkak,
nyeri, demam, mialgia.
• Diagnosis abses ditegakkan apabila didapatkan
adanya fluktuasi
Mastitis
• Tatalaksana :
• Tetap lanjutkan laktasi
• Kompres hangat untuk melancarkan ASI saat menyusui
• Kompres dingin apabila nyeri untuk analgetik
• Rangsan oxytocin
• Analgetik
• Antibiotik : flucoxacillin atau erythromycin 7 – 10 hari
• Jika terjadi abses  insisi dan drainase dan tidak
dianjurkan untuk menyusui dari payudara yang sakit
Fibroadenoma Mammae
• Menyerang usia muda (<30 tahun)
• Gejala : benjolan tidak dipengaruhi siklus
menstruasi, tidak disertai nyeri
• Tanda : massa soliter/multiple, gampang
digerakkan, berbentuk licin/lobulated, tidak
terfiksir, tidak ada nyeri tekan
• Tatalaksana : biopsy dan eksisi
Kelainan Fibrokistik Payudara/Mamari
Displasia / Mastitis Kronis
• Definisi : massa multiple di payudara yang
dapat tumbuh bilateral pada kedua payudara
dengan 3 ciri gambaran patologik
• Kista multiple
• Proliferasi epitel
• Fibrosis
• Gejala dan tanda : benjolan di payudara
dirasakan nyeri terutama saat menstruasi,
benjolan multiple dengan konsistensi kenyal
• Pemeriksaan penunjang :
• USG mammae > 35 tahun
• Mamografi < 35 tahun
• Biopsi
• Tatalaksana : Eksisi
Jawaban Lainnya
• A. Mastitis  fluktuasi (-)
• B. FAM  benjolan payudara tidak dipengaruhi
siklus mens
• C. Fibrokistik mammae  benjolan payudara yang
dipengaruhi siklus mens
• Ca Mammae  keganasan payudara, benjolan
konsistensi keras, terfiksir, tidak nyeri, cepat
bertambah ukuran, sekret dapat disertai darah,
penurunan BB
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

150 E. Abses Mammae


151 B. Graves Disease
• Wanita 40 tahun, berdebar, gemetar, berat badan turun
meski nafsu makan baik.
• PF: kedua mata menonjol.
• Teraba benjolan di leher bagian depan, kenyal, permukaan
rata, tidak ada nyeri tekan, dan bergerak saat menelan.
• fT4 22,7 ng/dl (normal: 0.7-1.9 ng/dl) dan TSH 0.001 U/ml
(normal: 0.3-5.0 U/ml ).

Diagnosis kasus di atas adalah ...


Penyakit Tiroid
• Adalah pembesaran kelenjar tiroid
Goiter • Defisiensi iodium (struma difus nontoksis/ goiter endemik)
• Goiter sporadik (jarang)

• GRAVES DISEASE
• Struma nodular toksis
Hipertiroidisme • Adenoma toksik
• Lain-lain (tiroiditis destruktif, tumor hipofisis, dll)

• Defisiensi iodium berat


• Tiroiditis hashimoto
Hipotiroidisme • Iatrogenik
• Lain-lain (hipopituitari kongenital, dll )

• Jinak (misal adenoma folikular)


Neoplasma • Ganas (misal adenokarsinoma tiroid)
Hipertiroidisme VS Hipotiroidisme
GRAVES
DISEASE

Pada Graves Disease terdapat antibodi


terhadap reseptor TSH  Memacu produksi
T4 di tiroid Kadar T4 tinggi Negative
Feedback ke Piutari TSH turun
Jadi T4 meningkat, TSH rendah
Jawaban Lainnya
• A. Tiroiditis hashimoto: salah, karena penyakit autoimun
terhadap TPO ini menyebabkan hipotiroid dan tidak ada
eksoftalmos.
• B. Graves disease: jawaban yang benar.
• C. Karsinoma tiroid: salah, karena hasil PF khas dari
keganasan tiroid adalah nodul soliter, cepat membesar,
keras, dan terfiksasi dengan jaringan sekitar/ mobilisasi
(-).
• D. Goiter: salah, karena ini adalah istilah umum untuk
menggambarkan pembesaran kelenjar tiroid.
• E. Adenoma tiroid: salah, karena adenoma tiroid adalah
neoplasma jinak tersering yang sebagian besar
pasiennya kondisi eutiroid, jadi jarang ditemukan tanda
tirotoksikosis, PF leher teraba nodul soliter, batas tegas,
kenyal, tidak nyeri, mobilisasi (+).
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

151 B. Graves disease


152 A. Kretinisme
• Anak 1.5 tahun tampak lebih kecil dari anak lain
seusianya.
• Bentuk tubuh tidak proporsional, lidah tampak
besar dan menonjol, hidung datar.
• Baru belajar duduk posisi tripod dan sangat jarang
merespon saat dipanggil  usia 18 bulan
seharusnya sudah bisa ......

Diagnosis yang tepat adalah...


Kretinisme
An infant with
cretinism. Note the
• Merupakan bentuk berat dari defisiensi iodin/ hypotonic posture,
coarse facial
hipotiroidisme kongenital berat features, and
umbilical hernia.
• Terdapat 2 jenis kretinisme:
• Kretinisme neurologis
• Retardasi mental.
• Gangguan neurologis lain: bisu-tuli; gangguan gerakan
motorik volunter berupa diplegia spastis; abnormal
gait.
• Tanpa goiter maupun klinis hipotiroid pada anak.
• Kretinisme hipotiroid/ myxedematous type
• Tanda hipotiroidisme menonjol: goiter, short stature/ kerdil/
dwarfisme, retardasi mental, miksedema, kulit tebal dan
kering, suara kasar, gangguan pertumbuhan tulang, organ
reproduksi, rambut, kulit; refleks tendon dalam <<.
Kretinisme tipe Kretinisme tipe
neurologis miksedema
Jawaban Lainnya
• A. Kretinisme: jawaban yang benar
• B. Akromegali: salah, kondisi ini merupakan
pertumbuhan melebihi normal, serupa dengan
gigantisme, namun terjadi pada dewasa/ sesudah
epifisis menutup.
• C. Gigantisme: salah, karena ini berkaitan dengan
pertumbuhan melebihi normal akibat kelebihan
insulin-like growth factor 1 (IGF-1), terjadi sejak
masa kanak/ epifisis masih terbuka.
• D. Akondroplasia: salah karena ini merupakan
kondisi short stature yang berkaitan dengan Typical features of
mutasi genetik, intelegensi normal. person with
achondroplastic
• E. Dwarfisme: salah, ini merupakan istilah umum dwarfism, including
normal trunk with
menggambarkan orang bertubuh kerdil (short rhizomelic shortening
and genu varum.
stature), bisa disebabkan berbagai kelainan,
tersering adalah akondroplasia.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

152 A. Kretinisme
153 A. NaCl 0,9%
• Anak 16 tahun, penurunan kesadaran mendadak.
• TD 90/60 mmHg, laju nafas 28 kali/menit cepat
dan dalam, suhu 38.3 C, GDS 470 mg/dl, ketonuria
(+).

Kasus mengarah ke komplikasi diabetes melitus 


ketoasidosis diabetikum (KAD)
Tatalaksana awal?
Komplikasi Diabetes Melitus

AKUT KRONIK
• Hipoglikemia • Makrovaskular
• Ketoasidosis diabetikum • Penyakit jantung
/ DKA • Penyakit vaskuler perifer
• Stroke
• Koma hiperglikemi
• Mikrovaskular
hiperosmolar non- • Retinopati
ketotik / HHS • Nefropati
• Neuropati
• Ulkus diabetikum
Hiperglikemia Berat = gula darah > 300
mg/dL
• Assess: kestabilan kondisi klinis, kesadaran, dan
hidrasi
• Berkaitan dengan: defisiensi insulin relatif,
kekurangan cairan, dan abnormalitas asam-basa

Sumber: Harrison’s 19th ed


Parameter Nilai normal
Oksigenasi (PaO2) 80 – 100 mmHg
pH 7,35 – 7,45
PaCO2 35 – 45 mmHg
HCO3- 22 – 26 mmol/L
• Terjadi akibat:
• Defisiensi insulin DAN
• Hormon counterregulatory
berlebihan (glucagon,
katekolamin, kortisol, dan
hormone pertumbuhan)
• Hiperglikemia  glukosuria
 kekurangan cairan 
takikardia, hipotensi, dan
vasodilatasi perifer.
• Tanda khas: napas Kussmaul
dan bau aseton / fruity odor
• INFEKSI sering menjadi
pemicu  segera tangani
TATALAKSANA DKA

Correction of
Correction of Treatment of
Correction of electrolyte Correction of
fluid loss with concurrent
hyperglycemia with disturbances, acid-base
intravenous infection, if
insulin particularly balance
fluids present
potassium loss

Langkah tatalaksana DKA:


1. Sambil sampel darah untuk keperluan
laboratorium sebelum mulai rehidrasi IV;
2. Loading 1 L NaCl 0.9% dalam 1 jam;
3. Jaga kadar Kalium >= 3.3 mEq/L sebelum mulai
terapi insulin (koreksi Kalium IV, bila perlu);
4. Mulai terapi insulin;
Segera: IV NaCl 0,9% 1 L/jam

Tentukan status hidrasi


• Dehidrasi berat: lanjutkan IV fluid sampai tertangani, tunda pemeriksaan Na
• Dehidrasi ringan: lanjutkan IV fluid, periksa Na  tentukan ulang jenis cairan IV
berdasarkan hasil Na

Insulin: ditambahkan 1-2 jam setelah IV fluid


• Bolus 0,1 U/kg, lanjutkan dengan
• IV drip 0,1 U/kg/jam
• Target: kadar glukosa serum ↓ 10% dalam 1 jam pertama
(Koreksi elektrolit) Kalium
• Pastikan fungsi ginjal baik: diuresis min 50ml/jam
• > 5,2 mEq/L  tidak perlu kalium tambahan
• > 3,3 – 5,2 mEq/L  20 – 30 mEq/L  target K+ 4 – 5 mEq/L
(Koreksi asam-basa) HCO3-
• pH > 6,9 : tidak perlu HCO3
• pH < 6,9 : larutkan 100 mEq HCO3 dalam 400 mL IV fluid yang mengandung 20 mEq K+
 IV drip 200 ml/jam
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher JN. Hyperglycemic crisis in adult patients with
diabetes. Diabetes Care. 2009;32(7):1339. Copyright 2009 American Diabetes Association.
Jawaban Lainnya
• A. Rehidrasi dengan NaCl 0,9%: jawaban yang benar
• B. Insulin: salah, ini bukan tatalaksana awal karena
komplikasi pasien terutama adalah kondisi hiperosmolar &
dehidrasi sehingga tindakan awal adalah rehidrasi.
• C. Oksigen: salah, terapi ini bukan bagian tatalaksana DKA.
• D. Natrium bikarbonat: salah, ini bukan terapi awal dan
pemberian BikNat tergantung dari pH.
• E. Parasetamol: salah, terapi ini bukan bagian tatalaksana
DKA.
Jadi, tatalaksana awal yang tepat adalah…

153 A. Rehidrasi
154 C. Cushing disease
• Pria 45 tahun, badan mudah lelah dan terdapat luka
di punggung kaki yang tak kunjung sembuh.
• TD 150/80 mmHg.
• Tampak moon face, akne pustular, dan buffalo
hump.

Diagnosis yang sesuai adalah...


Cushing
Syndrome
Vs
Cushing
Disease
Dexamethasone
suppression test
Low-dose dexamethasone
suppression test
Suppression is absent in
Cushing syndrome.
Suppression is present in
healthy subjects.

High-dose dexamethasone
suppression test
Suppression is absent in
patients with Cushing
syndrome due to ectopic
ACTH secretion or adrenal
abnormalities. Suppression
is present in patients with
Cushing disease.
Jawaban Lainnya
• A. Weil disease: salah, ini adalah penyakit
leptospirosis yang berat hingga menyebabkan
kegagalan multiorgan.
• B. Graves Basedow disease: salah, ini adalah
kondisi hipertiroidisme, eksoftalmos (+), T4/T3
meningkat, TSH menurun.
• C. Cushing disease: jawaban yang benar.
• D. Paget’s disease: salah karena ini adalah
penyakit genetik remodelling tulang, reabsorbsi
tulang berlebih hingga menyebabkan tulang
mudah fraktur, nyeri, dan deformitas, serum ALP
meningkat.
• E. Addison disease: salah karena kondisi ini
berkebalikan dari Cushing, yaitu insufisiensi
adrenal, fatigue, hiperpigmentasi kulit, TD
menurun, hipoglikemia, rambut rontok, dll.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

154 C. Cushing disease


155 A. Gula darah puasa
• Pria 47 tahun tidak ada keluhan.
• TD 150/100 mmHg
• TB 161 cm, BB 89 kg  IMT: 34.2 kg/m2
• Lingkar pinggang 95 cm

Kasus di atas mengarahkan ke Sindrom Metabolik,


jadi pemeriksaan penunjang yang tepat adalah...
Sindrom Metabolik
• Sinonim: sindrom X,
sindrom resistensi insulin
• adalah kumpulan
abnormalitas metabolik
yang meningkatakan risiko
penyakit kardiovaskular.
• Manifestasi utama:
• Obesitas sentral
• Dislipidemia
• Hiperglikemia
• Hipertensi

Sumber: Harrison’s 19th ed


Sumber: Harrison’s 19th ed

Kriteria Sindrom Metabolik

Pada kolom sebelah kanan, cut off lingkar perut berbeda-beda antar ras
Kriteria berdasarkan: TD, HDL, LDL, GDP, LP
Kadar TGA Kategori
< 150 mg/dL Normal
150 – 199 mg/dL Borderline
high
200 – 499 mg/dL High
> 500 mg/dL Very high

Sumber:
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/
003493.htm
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/magazine/iss
ues/summer12/articles/summer12pg6-7.html
Tatalaksana
• PERUBAHAN GAYA HIDUP LEBIH SEHAT
• Obesitas  penurunan BB PENTING!
• Restriksi kalori untuk menurunkan BB awal
• Aktivitas fisik untuk mempertahankan BB ideal
• Tidak boleh turun BB dengan drastis
• Dislipidemia: terutama menurunkan LDL  First line:
STATIN
• Statin poten (atorvastatin dan rosuvastatin) juga menurunkan
trigliserida
• Jika belum berhasil, tambahkan ezetimibe (penghambat absorpsi
kolesterol)
• Gol. fibrat: jika LDL dan trigliserida ↑ (fenofibrat)
• HATI2 Kolestiramin bisa ↑ trigliserida

Sumber: Harrison’s 19th ed


Tatalaksana
• Hipertensi:
• First line: ACE-inhibitor atau angiotensin-II receptor blocker
• Jangan lupa: restriksi sodium, perbanyak konsumsi serat
• Gula darah puasa terganggu
• Modifikasi gaya hidup: turunkan BB dan restriksi lemak
• Metformin
• Resistensi insulin:
• Biguanida (metformin) dan tiazolidinedion

Sumber: Harrison’s 19th ed


Jawaban Lainnya
• A. Gula Darah Puasa: jawaban yang benar
• B. Gula Darah Sewaktu: salah karena GDS tidak termasuk
dalam kriteria diagnosis sindrom metabolik
• C. Low-density Lipoprotein: salah karena LDL tidak termasuk
dalam kriteria diagnosis sindrom metabolik
• D. Gula Darah 2 jam Post Prandial: salah karena GD2PP tidak
termasuk dalam kriteria diagnosis sindrom metabolik
• E. Thyroid-stimulating Hormone: salah karena TSH tidak
berkaitan dengan sindrom metabolik, melainkan untuk
pemeriksaan kondisi hiper/hipotiroid
Jadi, pemeriksaan penunjang yang
tepat adalah…

155 A. GDP
156 B. Defisiensi energi kalori

• Anak 4.5 tahun, tampak sangat kurus.


• Tulang iga tampak menonjol dan kulit
keriput sehingga tampak seperti orang tua.

Diagnosis  malnutrisi tipe Marasmus.


Penyebabnya adalah...
Gizi Buruk
(Kurang Energi Protein/ KEP)

• Diagnosis gizi buruk ditegakkan atas dasar klinis


dan atau antoprometri
1. Terlihat sangat kurus dan atau edema  tahun 2013, WHO
update severe acute malnutrition hanya memasukkan edema
bilateral sebagai tanda malnutrisi berat yang dapat dijadikan
dasar diagnosis. Pasien yang “tampak sangat kurus” harus
memenuhi salah satu kriteria antropometri di bawah untuk
dinyatakan sebagai malnutrisi berat.
2. Antropometri
a. Anak usia <5 tahun (WHO): z-score BB/TB < -3,00 SD
b. Anak dengan organomegali: LLA < 11,5 cm atau LLA/U < 70%

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit | Kemenkes RI


Update on management of severe acute malnutrition | WHO 2013
Marasmus
Kwashiorkor

Campuran
• Edema kedua • Wajah seperti • Ditemukan
punggung kaki orang tua tanda marasmus
• Rambut • Kulit terlihat dan kwashiorkor
kemerahan/ longgar, baggy
rambut jagung pants
dan mudah • Iga gambang
dicabut
• Anak tidak aktif
atau rewel
• Crazy pavement
dermatosis

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit | Kemenkes RI


Manifestasi Klinis Kwashiorkor Marasmus
Gagal tumbuh + +
Kurus (wasting) + + (sangat jelas)
Edema + (terkadang tidak terlalu jelas) -
Perubahan rambut + (sering) + (jarang)
Perubahan status mental + (sangat sering) + (sangat jarang)
Dermatosis flaky paint + (sering) -
Nafsu makan - +
Anemia + (berat) + (tidak terlalu berat)
Lemak subkutan + tapi berkurang -
Wajah Edematosa Kulit mengkerut, seperti
monyet/orang tua
Infiltrasi hepar oleh lemak + -

Derajat edema Perhatikan: malnutrisi energi protein 


• + : kedua punggung kaki hypoalbuminemia  edema punggung kaki bilateral
dan/atau asites. Namun, edema punggung kaki
• ++: tungkai dan lengan bawah bilateral penting utk diagnosis MEP karena asites
• +++: seluruh tubuh (Wajah dan dapat merupakan false positive (misalnya: karena
perut) organomegali)
Defisiensi Vitamin
Jawaban Lainnya
• A. Defisiensi energi & protein: salah karena jawaban ini
merupakan penyebab malnutrisi tipe campuran.
• B. Defisiensi energi kalori: jawaban yang benar
• C. Defisiensi protein: salah karena merupakan penyebab
malnutrisi tipe kwashiorkor
• D. Defisiensi multivitamin: kurang tepat.
• E. Defisiensi mineral: kurang tepat.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

156 B. Defisiensi energi kalori


157 C. Biguanid
• Wanita 54 tahun, polifagia, polidipsia, mudah lelah
dan mengantuk.
• Belum pernah konsumsi obat apapun.
• TD 150/80 mmHg, IMT 27.8 kg/m2 , bercak
kemerahan, gatal, bentuk lesi satelit  kandidiasis
• GDS 267 mg/dl, HbA1c 7.8%

Terapi yang sesuai adalah...


Diabetes Mellitus
• Sekelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya.
• Klasifikasi etiologi DM:
• Tipe 1: destruksi sel beta akibat defisiensi insulin
absolut.
• Tipe 2: dominan resistensi insulin dan/atau defek sekresi
insulin.
• Tipe lain: defek genetik fungsi sel beta, defek genetik
kerja insulin, gangguan eksokrin pankreas, akibat
obat/zat kimia, infeksi, imunologi.
• Gestasional.

Sumber: Konsensus DM Tipe 2 PERKENI 2015


DIAGNOSIS

Sumber: Konsensus DM Tipe 2 PERKENI 2015


Terapi DM tipe 2
Terapi dimulai dari • Metformin dapat dimulai saat
diagnosis, bersamaan dengan
perubahan gaya hidup perubahan gaya hidup
(promosi hidup sehat, • Pasien dengan hiperglikemia berat
nutrisi, latihan jasmani)  (>300-350 mg/dL dan/atau A1C >
10-12%) dan gejala katabolik sangat
jika target glikemik tidak menonjol (penurunan BB ekstrem,
ketosis)  INSULIN dengan/tanpa
tercapai  mulai terapi obat hipoglikemik oral (OHO)
farmakologi. • Apabila stlh 3 bulan monoterapi
OHO gagal mencapai target A1C 
• Prinsip terapi farmakologi: tambah OHO kedua, agonis GLP1,
atau insulin basal
• Terapi farmakologi dimulai • Pilihan OHO kedua: lihat bagan
dengan monoterapi • Obat lain termasuk inhibitor a-
METFORMIN apabila dapat glucosidase tidak dianjurkan
karena efektivitasnya terbatas
ditoleransi dan tidak ada dan/atau efek samping
kontraindikasi

Sumber: ADA Guideline 2015


Jawaban Lainnya
• A. Glimepirid: salah, karena bukan OHO pilihan utama
untuk DM terutama pasien obesitas
• B. Insulin: salah karena bukan OHO pilihan utama untuk
DM terutama pasien obesitas
• C. Biguanid: jawaban yang benar
• D. DPP 4 inhibitor: salah karena bukan OHO pilihan
utama untuk DM, tidak lebih efektif menurunkan
HbA1c dibandingkan metformin
• E. Akarbose: salah, bukan OHO pilihan utama untuk DM
karena efek sampingnya dan kurang efektif
menurunkan HbA1c dibandingkan metformin
Jadi, terapi yang tepat adalah...

157 C. Biguanid
158 C. Defisiensi vitamin D
• Anak 3 tahun, pertumbuhan terlambat, tulang kaki
tampak bengkok, dan anak sering mengeluh nyeri
pada pinggul dan kaki.
• Hasil rontgen 

Penyebab keluhan pasien adalah...


DEFISIENSI VITAMIN D
• Vitamin D adalah vitamin larut lemak yg berfungsi:
• Absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
• Supresi pelepasan hormon paratiroid, hormon yang berfungsi untuk
resorpsi tulang.
• Defisiensi vitamin D pada anak  rickets; pada dewasa 
osteomalasia.
• Penyebab:
• Intake kurang, paparan sinar matahari inadekuat
• Malabsorpsi vitamin D dari usus
• Gangguan metabolisme vitamin D pada penyakit hati atau ginjal
• Diagnosis:
• Pengukuran kadar 25-hydroxyvitamin D (25[OH]D) serum.
• 21-29 ng/mL (52.5-72.5 nmol/L): Vitamin D insufficiency
• < 20 ng/mL (< 50 nmol/L): Vitamin D deficiency
• Manifestasi:
• Anak : terlambat tumbuh
kembang
• Dewasa : nyeri/ ngilu pada
badan
PF:
• Anak : tungkai bawah
melengkung
• Dewasa : nyeri tulang
periosteal, nyeri tekan
sternum/ tibia
REKOMENDASI PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN D:
Anak 0–1 tahun: 400 IU/hari.
Anak >= 1 tahun: 600 IU/hari.
Dewasa 19–50 tahun: 600 IU/hari.
Dewasa 50–70 tahun: 600 IU/hari.
Dewasa >=70 tahun: 800 IU/hari.
Wanita hamil dan menyusui: 600 IU/hari.

Supplementation of 400 IU per day is recommended for:


All breastfed infants unless they are weaned to a minimum of 1 L per day (33.8 fl oz) of vitamin
D–fortified formula or milk
All infants who are not breastfed and who are ingesting less than 1 L per day of vitamin D–
fortified formula or milk
All children and adolescents who do not get regular sunlight exposure; who do not ingest a
minimum of 1 L per day of vitamin D–fortified formula or milk; or who do not take a daily
multivitamin supplement containing at least 400 IU of vitamin D
Jawaban Lainnya
• A. Defisiensi vitamin B12
• B. Defisiensi vitamin C
• C. Defisiensi vitamin D: jawaban yang benar
• D. Defisiensi vitamin B6
• E. Defisiensi vitamin K
Jadi penyebab keluhan pasien ini
adalah…
158 C. Defisiensi vitamin D
159 E. Pemeriksaan KOH 10%
160 B. Ketokonazol topikal
• Bercak di perut, gatal.
• Riwayat DM (+).
• Bercak makula eritem bentuk polisiklik dengan
sentral healing.

Pemeriksaan penunjang yang sesuai adalah...


Tinea
Korporis
= dermatofitosis,
• Infeksi jamur dermatofita pada badan, tungkai, dan ringworm
lengan, tidak termasuk lipat paha, lengan, kaki.
• Dermatofita: trichophyton, microsporum, dan
epidermophyton.
• Manifestasi klinis:
• Gatal
• Lesi bulat, batas tegas: tepi lebih aktif dengan central
healing
• Lesi berkonfluensi  konfigurasi polisiklik
• Disertai tanda radang; jk inflamasi berat ada lesi
vesikel hingga pustul
• Pemeriksaan mikroskopik: hifa bercabang atau
artrospora

Dermatomikosis superfisialis PERDOSKI


2004
PPK PERDOSKI 2011
Tatalaksana
• First line: antijamur topikal
Diaplikasikan 2x/hari selama minimal 2 – 4 minggu
• Golongan imidazole:
• Clotrimazole cream 1%
• Ketoconazole cream 2%
• Mikonazole cream 2%
• Terbinafine cream 1%
• Terapi antijamur oral
Indikasi: jika terapi topikal gagal atau lesi luas
• Griseofulvin 500 – 1000 mg/hari selama 2 – 6 minggu
• Ketoconazole 200 mg/hari selama 4 minggu
• Itrakonazole 100 mg/hari selama 2 minggu
• Terbinafine 250 mg/hari selama 1 – 2 minggu

Sumber: Dermatomikosis superfisialis PERDOSKI 2004


Jawaban Lainnya
• A. Skin prick test: salah karena pemeriksaan ini dilakukan
pada kasus dermatitis alergi/ atopi
• B. Skin patch test: salah karena pemeriksaan ini merupakan
penunjang kasus dermatitis kontak
• C. Pewarnaan gram: salah karena pemeriksaan ini digunakan
untuk penunjang infeksi bakteri
• D. Lampu wood: salah karena tinea tidak menunjukkan
gambaran khas pada pemeriksaan lampu wood kecuali
etiologi microsporum (sering pada tinea kapitis tipe
greypatch)
• E. Pemeriksaan KOH 10%: jawaban yang benar
Jawaban Lainnya
• A. Asiklovir topikal: salah karena ini digunakan untuk infeksi
virus
• B. Ketokonazol topikal: jawaban yang benar
• C. Kortikosteroid topikal: salah, terapi ini sering digunakan
untuk dermatitis
• D. Permetrin topikal: salah, terapi ini digunakan untuk
skabies atau pedikulosis
• E. Mupirocin topikal: salah, antibiotik topikal ini sering
digunakan untuk infeksi bakteri, seperti impetigo krustosa
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

159 E. KOH 10%


160 B. Ketokonazol topikal
E. Luka bakar derajat II,
161 luas 27%
• Luka bakar mengenai seluruh lengan sisi depan kiri
dan kanan juga seluruh dada depan dan perut.
• Kulit kemerahan dan lepuh yang dikeluhkan sangat
nyeri.

Bagaimana klasifikasi luka bakar tersebut?


Penentuan luas luka bakar

• Rule of nine (anak dan dewasa berbeda)


• Palmar method
Derajat Luka Bakar

Derajat I Derajat IIA Derajat IIB Derajat III


• Kulit eritema • Kulit eritema • Kulit eritema • Kulit pucat/
• Nyeri (+) • Blanching (+) • Bula banyak kehitaman
= pucat pecah • Bula (-)
dengan • Blanching (-) • Nyeri (-)
penekanan • Nyeri (-)
• Bula dasar
merah
• Nyeri (+)
• KASUS:
• Lengan depan kiri dan
Tatalaksana
kanan  4.5 + 4.5 = 9%
• Dada depan  9%
• Perut  9%

Total 27%

Kulit eritem + bula + nyeri


 derajat IIA
Jadi, klasifikasi yg sesuai adalah…
E. Luka bakar derajat II,
161 luas 27%
B. Hidrokortison asetat
162 1% krim
• Anak 5 bulan, bercak merah, gatal di kedua pipi.
• Ayah pasien memiliki riwayat alergi.
• PF: makula, papula eritem, vesikel multipel, dan eksoriasi di
kedua pipi  lesi polimorfik.

Diagnosis mengarahkan pada Dermatitis Atopik/ Eczema


Tatalaksana apa yang paling sesuai?
Dermatitis Atopi
Inflamasi kulit kronis dan
residif
Tampilan klinis
• Gejala utamanya adalah
gatal, kulit kering, dan tanda
radang (terutama eritema)
• Bentuknya polimorfik,
bergantung pada fase:
• Akut
• Subakut
• Kronis
• Sering disertai rinitis alergi
dan asma (riwayat atopi) 
pada diri sendiri maupun
keluarga Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI; Panduan
pelayanan medis PERDOSKI 2011
Klasifikasi
berdasarkan usia

• Dermatitis atopi tipe infantil (2 bulan - 2 tahun)


– Lesi akut: Eritema dengan papul dan vesikel yang
halus, eksudatif (basah)  menjadi krusta
– Predileksi: pipi, leher, ekstremitas sisi ekstensor

• Dermatitis atopi tipe anak (2 – 12 tahun)


– Lesi subakut – kronis: Lesi lebih kering, papuler, ada
sedikit likenifikasi dan skuama. Ekskoriasi dan erosi
tampak prominen
– Predileksi: lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan
bagian fleksor  dapat meluas.

• Dermatitis atopi remaja dan dewasa (> 12 tahun)


– Lesi kronis: Plak papular eritematosa dengan
likenifikasi yang lebih jelas; hiperpigmentasi dan
hyperkeratosis (skuama) Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI; Panduan pelayanan medis
– Predileksi: ekstensor ekstremitas dan tengkuk PERDOSKI 2011
Tatalaksana
• Non medikamentosa • Medikamentosa: topikal
Steroid topikal:
• Hindari faktor pencetus!
Anak: potensi lemah s.d.
• Menjaga kelembaban sedang (kompres dulu
kulit dengan untuk lesi basah)
menggunakan sabun pH Dewasa: potensi sedang
netral, hindari antiseptic s.d. kuat
• Inhibitor kalsineurin:
• Stress management yang pimekrolimus cream 1%;
baik tacrolimus oint 0,03%;
tacrolimus oint 0,1%
• Medikamentosa: Prinsip • Emolien: Pelembab dengan krim
hidrofilik urea 10%; pakai
• Mengurangi gatal emolien 4x/hari yang kaya
• Menekan inflamasi seramida
• Lainnya: wet dressing untuk lesi
• Menjaga kelembaban kronik refrakter; ter untuk lesi
kulit likenifikasi; fototerapi untuk lesi
luas dan refrakter
• Medikamentosa: Sistemik
• Antihistamin: yg sedatif lebih dianjurkan pada anak
Bersifat sebagai adjuvant
Hanya bila gatal sangat mengganggu
• Antibiotik bila ada infeksi sekunder
• Steroid: hanya pemberian singkat
• Imunosupresan lain: siklosporin A, mofetil mikofenolat, metotreksat, dan azatioprin

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI; Panduan pelayanan medis
PERDOSKI 2011
POTENSI STEROID TOPIKAL

• Pemilihan potensi steroid:


• kulit anak/ bayi dan kulit tipis, misal lipatan kulit  potensi rendah sampai sedang
• Kulit dewasa . Lesi kronik  steroid potensi sedang – kuat sampai kuat

• Krim  sesuai untuk kulit tipis atau lesi akut/ oozing


• Salep  penetrasi lebih kuat daripada krim, cocok untuk lesi kronik, misal likenifikasi.
Jawaban Lainnya
• A. Betamethason dipropionate 0.05% krim: steroid potensi
sangat kuat, hindari untuk anak/ bayi.
• B. Hidrokortison asetat 1% krim: jawaban yang benar.
• C. Clobetasol propionate 0.05% krim: steroid potensi sangat
kuat, dihindari untuk kulit bayi/ anak.
• D. Mometasone furoate 0.01% salep: steroid potensi kuat,
hindari untuk anak/ bayi.
• E. Triamcinolone acetonide 0.1% salep: steroid potensi
sedang-kuat, hindari untuk anak/ bayi.
Jadi, tatalaksana yang sesuai untuk
pasien ini adalah…
B. Hidrokortison asetat
162 1% krim
163 C. Infeksi Mycobacterium sp.
A. Rifampisin 600 mg/bulan + Dapson
164 100 mg/hari selama 6 bulan
• Keluhan: bercak berwarna pucat di punggung.
• PF: dua makula hipopigmentasi, 3 cm x 4 cm, bulat, batas
tegas , anestesi, anhidrosis.
• Tes KOH 10% negatif  eksklusi infeksi jamur.
• BTA negatif
• Pembesaran nervus ulnaris dekstra
Diagnosis mengarahkan ke Lepra jenis PB
Penyebab dan tatalaksana kondisi di atas?
Pembersaran
N.aurikularis

MORBUS HANSEN magnus

Lepra = Kusta

• Infeksi Mycobacterium leprosum


• Tanda kardinal:
• Bercak kulit yang mati rasa
• Penebalan saraf tepi dengan/tanpa gangguan subjektif:
mencakup n. aurikularis magnus, n. ulnaris, dan n.
Peroneus.
• Pemeriksaan BTA
• Spesimen: sayatan kulit
• Jumlah: 3 spesimen, biasanya dari lesi kulit paling aktif, cuping
telinga kanan, dan kiri.
• Parameter: indeks bakteri (IB) yang dinilai dalam 100 lapang
pandang (LP)
+1 = 1 – 10 BTA dalam 100 LP
+2 = 1 – 10 BTA dalam 10 LP
+3 = 1 – 10 BTA rata-rata dalam 1 LP
+4 = 11 – 100 BTA rata-rata dalam 1 LP
+5 = 101 – 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
+6 = > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Klasifikasi Lepra (WHO)
PB MB
Lesi kulit, dapat • Jumlah 1 – 5 lesi • Jumlah > 5 lesi
berupa: • Berupa • Lebih sering lesi yang
• Makula hipopigmentasi/erite menimbul
• Papul meninggi ma (lesi cenderung • Distribusi simetris
• Infiltrat, plak eritem tidak menimbul)
• Nodul • Distribusi tidak simetris
Kerusakan saraf, • Hilang sensasi jelas • Hilang sensasi kurang
ditandai dengan: • Hanya melibatkan satu jelas
• Hilangnya sensasi cabang saraf • Melibatkan banyak
• Kelemahan otot cabang saraf

Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.


Tatalaksana  multidrug therapy WHO

• Rejimen MB (lesi > 5 buah) atau BTA positif


(terlepas klasifikasi klinis)
Dapson Rifampisin Klofazimin
Dewasa 100 mg/hari 600 mg/bulan • 50 mg/hari DAN
diawasi • 300 mg/bulan diawasi
Anak (10 – 14 tahun) 50 mg/hari 450 mg/bulan • 50 mg selang sehari
diawasi DAN
• 150 mg/bulan diawasi
Anak < 10 tahun 25 mg/hari 300 mg/bulan • 50 mg 2 kali seminggu
(1-2 mg/kg BB) Diawasi DAN
(5 – 15 mg/kg) • 100 mg/bulan diawasi
(1 mg/kg BB/hari)

Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.


• Rejimen PB (lesi 2 – 5 buah)
Dapson Rifampisin
Dewasa 100 mg/hari 600 mg/bulan diawasi
Anak (10 – 14 tahun) 50 mg/hari 450 mg/bulan diawasi
Anak < 10 tahun 25 mg/hari 300 mg/bulan diawasi
(1-2 mg/kg BB) (5 – 15 mg/kg)

• Rejimen PB (lesi tunggal)


• Rifampisin 600 mg dosis tunggal
• Ofloksasin 400 mg dosis tunggal
• Minosiklin 100 mg dosis tunggal
Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.
Jawaban Lainnya
• A. Infeksi Streptococcus sp.: salah karena ini adalah penyebab tersering
impetigo krustosa, ektima, selulitis, dll
• B. Infeksi Staphylococcus sp.: salah karena ini adalah penyebab tersering
impetigo bulosa, furunkel, karbunel, dll.
• C. Infeksi Mycobacterium sp.: jawaban yang benar.
• D. Infeksi Microsporum sp.: salah karena ini adalah jenis dermatofita,
penyebab tinea.
• E. Infeksi Malassezia sp.: salah karena ini adalah penyebab pytiriasis
versicolor, khas berupa makula hipopigmentasi dengan skuama halus di
atasnya, hasil tes KOH: hifa pendek dengan spora bulat bergerombol.
Jawaban Lainnya
• A. Rifampisin 600 mg/ bulan + Dapson 100 mg/ hari selama 6 bulan:
jawaban yang benar.
• B. Rifampisin 600 mg/ bulan + Dapson 100 mg/ hari selama 12 bulan:
salah, 12 bulan adalah lama pengobatan MH tipe MB.
• C. Rifampisin 300 mg/ bulan + Dapson 100 mg/ hari selama 6 bulan:
salah pada dosis rifampisin.
• D. Rifampisin 300 mg/ bulan + Dapson 100 mg/ hari + Clofazimine 50
mg/ hari selama 6 bulan: salah pada dosis rifampisin dan terapi tipe PB
tanpa clofazimine.
• E. Rifampisin 600 mg/ bulan + Dapson 100 mg/ hari + Clofazimine 300
mg/ hari selama 6 bulan: salah karena MH tipe PB tanpa clofazimine.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

163 C. Infeksi Mycobacterium sp.


A. Rifampisin 600 mg/bulan + Dapson
164 100 mg/hari selama 6 bulan
D. Neurodermatitis sirkumskripta
165 (= LSK = Liken Vidal)

• Pria 29 tahun, bercak gatal di siku kanan.


• Sejak lama dan hilang timbul.
• Makin nyaman bila terus digaruk sehingga lama
kelamaan lecet dan pedih.
• Plakat hiperpigmentasi, batas tegas, permukaan
terdapat multipel papul, erosi, dan likenifikasi.

Diagnosis yang sesuai adalah...


Liken Simpleks Kronik (= Liken
Vidal)
• = neurodermatitis sirkumskripta
• Peradangan kulit kronik, berbatas tegas (sirkumskripta),
gatal, dengan likenifikasi (kulit tebal + garis kulit tampak
jelas)
• Sering pada dewasa 30 – 50 tahun
• Berhubungan dengan ansietas dan gangguan obsesif-
kompulsif
• Lesi terjadi akibat garukan dan gesekan repetitif.

http://www.dermnetnz.org/dermatitis/lichen-simplex.html
Panduan Pelayanan Medis PERDOSKI 2011
• Plak biasanya soiter, berbatas tegas, seringkali
berbentuk linear atau oval.
• Lesi awal: eritema, edema, atau papul eritemtosa
berkonfluensi
• Sangat gatal  bekas garukan (+)
• Garis kulit tampak sangat jelas, kulit menebal 
leathery induration
• Permukaan kulit kering dan bersisik
• Predileksi: di tempat yang mudah dijangkau/ digaruk
• Bagian belakan leher/kulit kepala
• Alat kelamin
• Pergelangan tangan dan lengan bawah
• Tungkai bawah
Tatalaksana

• Tujuan: menghambat siklus gatal-garuk


• Steroid topikal potensi kuat
• Dilanjutkan sampai plak hilang  biasanya 4 –6 minggu
• Ditambah tar  “menipiskan kulit”
• Emolien  melembabkan kulit  ↓ gatal
• Injeksi kortikosteroid intralesi (Triamcinolone acetonide) setiap
4 – 6 minggu
• Antihistamin sedatif atau antidepresan TCA pada malam hari

http://www.dermnetnz.org/dermatitis/lichen-simplex.html
Panduan Pelayanan Medis PERDOSKI 2011
Jawaban Lainnya
• A. Dermatitis numularis: salah karena seharusnya lesi
polimorfik dan ‘basah’/ oozing, bentuk lesi seperti koin/ Tinea korporis
numular.
• B. Tinea corporis: salah karena lesi khas tinea berupa
annular/ polisiklik dan tepi aktif.
• C. Psoriasis vulgaris: salah karena psoriasis berupa plak
dengan skuama tebal, khas Auspit sgn (+), Fenomena
tetesan lilin, Koebner (+).
• D. Neurodermatitis sirkumskipta: jawaban yang tepat. Psoriasis
• E. Kandidiasis kutis: salah karena infeksi kandida khas
berupa lesi satelit/ hen and chicken, predileksi di area
lembab seperti lipatan-lipatan kulit, pasien DM/ Kandidiasis
imunokompromais.

Dermatitis numularis
Jadi, diagnosis yg sesuai adalah…
D. Neurodermatitis
165 sirkumskripta (Liken vidal)
166 A. Infeksi HPV
• Papul multipel, batas tegas, permukaan kasar di
tangan kiri pasien yang tampak seperti gambar di
bawah.

Penyebab keluhan tersebut adalah...


Veruka Vulgaris
• Kutil/ common warts terutama di ekstremitas (ekstensor)
• Papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit,
permukaan kasar/ verukosa dan berbatas tegas, dapat tunggal
maupun berkelompok
• Etiologi: human papilloma virus tipe 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57, dan
63.
• Penularan: kontak langsung dan tidak langsung, atau
autoinokulasi.
• Terapi:
• Bedah kaustik: larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 50%, fenol
likuifaktum
• Bedah beku: CO2, N2, N2O
• Bedah skalpel, bedah listrik, dan bedah laser

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Jawaban Lainnya
• A. Infeksi HPV: jawaban yang benar.
• B. Infeksi Streptococcus: salah, karena infeksi bakteri ini
sering berupa lesi radang, misal selulitis, impetigo krustosa,
dll.
• C. Reaksi hipersensitivitas tipe I: salah karena veruka tidak
berkaitan dengan imunologis.
• D. Reaksi hipersensitivitas tipe IV: salah karena veruka tidak
berkaitan dengan imunologis.
• E. Infeksi Candida albicans: salah karena infeksi kandida
khas berupa lesi kulit kemerahan dan gatal, bentuk lesi
satelit.
Jadi, penyebab keluhan pasien ini
adalah…

166 A. Infeksi HPV


167 D. Koebner (+)
168 B. Permetrin topikal
• Anak 9 tahun, gatal di kedua tangan dan kaki, terutama
malam hari.
• Tinggal di asrama dan teman mengalami keluhan serupa.
• PF: papul eritem dan vesikel di sela jari tangan dan kaki,
eksoriasi bekas garukan (+).

Berikut merupakan tanda kardinal skabies, kecuali...


Tatalaksana yang tepat adalah...
Skabies
• Sinonim: gudik, budukan, gatal agogo
• Etiologi: Sarcoptes scabiei
• Gejala klinis  2 dari 4 tanda kardinal:
• Pruritus nocturna
• Menyerang sekelompok orang
• Ditemukan terowongan/ kunikuli
• Ditemukan tungau
• Pemeriksaan penunjang:
• Congkel papul di ujung terowongan  taruh di kaca objek
 lihat dengan mikroskop
• Menyikat kulit  tamping di kertas putih  lihat dengan kaca pembesar
• Biopsi irisan  lihat dengan mikroskop
• Biopsi eksisional  periksa dengan pewarnaan HE
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Tatalaksana
• Sulfur presipitatum 10%: dioleskan 3x24 jam; tidak
efektif untuk stadium telur sehingga harus digunakan >3
hari
• Emulsi benzil benzoas 20%: efektif untuk semua stadium,
diberikan malam hari selama 3 hari; sulit ditemukan
• Gameksan 1%: efektif untuk semua stadium, dihindari
untuk anak <6 tahun dan wanita hamil, efek neurotoksik
dan teratogenik
• Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium
tungau), dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam
kemudian dicuci bersih. Bila belum sembuh, diulang 1
minggu kemudian. Kontraindikasi: anak kurang dr 2
bulan

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Jawaban Lainnya
• A. Kunikulus (+): merupakan salah satu tanda kardinal, terowongan.
• B. Mengenai sekelompok orang: merupakan salah satu tanda kardinal,
akibat penularan mudah melalui penggunaan barang bergantian atau
kontak langsung.
• C. Pruritus nokturna: merupakan salah satu tanda kardinal, gatal
terutama malam hari.
• D. Koebner (+): jawaban yang tepat karena bukan bagian dari tanda
kardinal skabies, bisa ditemukan pada veruka maupun psoriasis.
• E. Ditemukan tungau: adalah tanda kardinal paling pasti.
Kobner
phenomenon
Jawaban Lainnya
• A. Ivermectin: salah, karena merupakan obat antiparasit yang lebih
sering digunakan untuk kasus filariasis atau strongilodiasis, bukan terapi
pilihan untuk skabies.
• B. Permetrin: jawaban yang benar.
• C. Sulfur: salah karena bukan terapi utama skabies, dapat diberikan
pada kasus kontraindikasi permetrin.
• D. Gameksan: salah karena bukan terapi utama skabies, dapat diberikan
pada kasus kontraindikasi permetrin, untuk usia diatas 6 tahun dan
bukan wanita hamil.
• E. Benzil benzoat: salah karena bukan terapi utama skabies dan sulit
didapatkan di indonesia.
Jadi, jawaban yang tepat adalah…

167 D. Koebner (+)


168 B. Permetrin topikal
C. Albendazole 400 mg
169 PO, untuk 3 hari
• Gatal di paha kanan sejak 2 hari.
• Riwayat berlibur di Pantai Pacitan.
• PF: papul dan vesikel eritem di paha kanan,
serpiginosa, panjang 4 cm, sangat gatal.

Tatalaksana yang sesuai adalah...


CREEPING ERUPTION/ CUTANEUS LARVA MIGRANS

• Etiologi: Ancylostoma
braziliense, ancylostoma
caninum
• Saat masuknya larva terasa
gatal dan panas.
• Muncul papul, lalu lesi linier
atau berkelok-kelok,
kemerahan. Lesi serpiginosa.
Rasa gatal biasanya lebih
hebat pada malam hari.

http://www.cdc.gov/parasites/zoonotichookworm/health_professionals/index.html#tx; Buku Kulit FKUI


• Bentuk infektif: larva
filariform
• Cutaneous larva migrans is
self-limiting; migrating
larvae usually die after 5–6
weeks. Albendazole is the
treatment of choice.
Ivermectin is effective but
not approved for this
indication.

Drug Adult Dose Pediatric Dose


Children aged > 2 years: 400 mg per
400 mg per day by mouth for day by mouth for 3 days
Albendazole
3 to 7 days This drug is contraindicated in
children younger than 2 years age.
200 mcg/kg by mouth as a Children over 15 kg weight: 200
Ivermectin
single dose mcg/kg by mouth as a single dose
Jawaban Lainnya
• A. Metronidazole 500 mg po, 3 hari: salah karena
metronidazol merupakan antibiotik.
• B. Pirantel pamoat 400 mg po, 3 hari: salah karena pirantel
pamoat bukan terapi untuk CLM.
• C. Albendazole 400 mg po, 3 hari: jawaban yang benar.
• D. Ivermectin 500 mg po, 3 hari: salah karena ivermectin
bukan terapi pilihan pertama dan dosis seharusnya single
dose.
• E. Mebendazole 400 mg po, 3 hari: salah karena
mebendazole bukan terapi untuk CLM.
Jadi, terapi yang sesuai adalah…
C. Albendazole 400 mg
169 PO, 3 hari
170 B. Psoriasis vulgaris
• Wanita 39 tahun, bercak tebal di kedua siku,
kadang terasa gatal.
• Dialami berulang kali.
• PF: plak di area kedua siku dengan skuama tebal di
atasnya, menyerupai tetesan lilin, auspitz
sign (+).

Diagnosis yang paling mungkin adalah...


Pitting nail

Psoriasis

• Disebabkan oleh autoimun, kronik – residif


• Bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama kasar
berlapis-lapis dan transparan, gatal ringan, pitting nail, kelainan
sendi (psoriasis artritis)
• 3 tanda:
• Fenomena tetesan lilin (khas)  skuama berubah jadi putih
dengan goresan
• Fenomena auspitz (khas)  bila skuama dikerok maka akan
memperlihatkan gambaran bintik-bintik perdarahan
• Fenomena koebner  trauma pada lokasi tubuh lain dapat
menimbulkan kelainan sama
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
PENUNJANG : BIOPSI histopatologi  gambaran
hiperkeratosis dan papilomatosis (meskipun
secara klinis diagnosis bisa ditegakkan)

TATALAKSANA: steroid topikal potensi kuat, kalsineurin inhibitor


(takrolimus, pimekrolimus) topikal, sinar UV, steroid injeksi
intralesi, anthralin.
Eritema
multiforme

Jawaban Lainnya
• A. Pityriasis rosea: salah karena tanda khas dari penyakit ini adalah herald patch
dan lesi berbentuk cemara terbalik.
• B. Psoriasis vulgaris: jawaban yang tepat.
• C. Pemphigus vulgaris: salah karena lesi penyakit ini berupa bulae mudah pecah,
nikolsky (+), sering pada orang tua.
• D. Pemphigoid: salah karena lesi khas ini berupa bulae tegang, nikolsky (-).
• E. Eritema multiforme: salah karena lesi khas EM adalah lesi target dan sering
berkaitan dengan reaksi alergi obat.

Pemphigus bullosa
Pemphigoid
Jadi, jawaban yang tepat adalah…

170 B. Psoriasis vulgaris


171 A. Dehidrasi
• Wanita usia 33 tahun, lepuh di badan.
• Prodromal: demam, nyeri tenggorokan, mata merah, dan
seluruh badan ngilu. Hematemesis melena disangkal.
• Riwayat konsumsi antibiotik (+).
• PF: bulae kendur, nikolsky sign (+), erosi dan eksoriasi
dengan dasar eritem. Bibir tampak erosi dengan krusta
kehitaman.

Komplikasi akut tersering adalah...


Stevens Johnson Syndrome/
Toxic Epidermal Necrolysis
(SJS/TEN)
• Reaksi kulit fatal, akut, dan jarang berupa pengelupasan
kulit dan lapisan mukoa. Hampir selalu disebabkan obat.
• TEN = Lyell disease
• Obat yang paling sering menyebabkan:
• Sulfonamides: cotrimoxizole;
• Beta-lactam: penicillins, cephalosporins
• Anti-convulsants: lamotrigine, carbamazepine, phenytoin,
phenobarbitone
• Allopurinol
• Paracetamol/acetominophen
• Nevirapine (non-nucleoside reverse-transcriptase inhibitor)
• Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) (oxicam type
mainly)

• Patogenesis belum diketahui dengan pasti


http://www.dermnetnz.org/reactions/sjs-ten.html
• Onset: paling sering dalam minggu • Jenis lesi
pertama setelah konsumsi obat • Makula, plak, vesikel, bula, atau
(biasanya kalau obat berupa papul berkonfluensi
antibiotik). • Purpura
• SJS-TEN akibat obat antikejang bisa • Eritema difus
muncul 2 bulan setelah inisiasi obat. • Targetoid
• Prodromal signs and symptoms • Keterlibatan mukosa: mata, mulut
(cheilitis, stomatitis), faring-
• Demam esophagus, respiratory tract, GIT
• Nyeri tenggorokan
• Sekret hidung meningkat, batuk
• Konjungtivitis
• Lesi kulit
• Ruam kemarahan dan lepuh:
dimulai di badan  menyebar ke
wajah dan ekstremitas
Perbedaan SJS dan TEN
Clinical entity SJS SJS-TEN overlap TEN
Primary lesions Dusky red lesions Dusky red lesions Poorly delineated
erythematous plaques
Flat atypical targets Flat atypical targets Epidermal detachment
Dusky red lesions
Flat atypical targets

Distribution Isolated lesions Isolated lesions Isolated lesions (rare)


Confluence (+) on face Confluence (++) on face Confluence (+++) on
and trunk and trunk face, trunk, and
elsewhere

Mucosal involvement Yes Yes Yes

Systemic symptoms Usually Always Always

Detachment (%body < 10 10-30 > 30


surface area)
Tatalaksana
• Tatalaksana umum
• Stop konsumsi obat yang diduga menyebabkan SJS/TEN
• Terapi cairan dan nutrisi via NGT
• Termoregulasi  ruangan hangat 30 – 32oC
• Kontrol nyeri
• Skin care
• Antiseptik topical: silver nitrat, chlorhexidine (NOT silver
sulfadiazine)
• Dressing lembab dengan petrolatum jel
• Jangan gunakan adhesive tape

Bisa dipertimbangkan kortikosteroid sistemik, IVIG, TNF antagonis,


thalidomid, siklosporin, dll (imunosupresan)
Komplikasi Akut
• Dehidrasi dan malnutrisi akut
• Infeksi membran mukosa maupun paru (pneumonia),
septikemia
• Acute respiratory distress syndrome
• Ulserasi dan perforasi GIT  pendarahan  syok
hemoragik, hipovolemik
• Gagal organ multipel, termasuk gagal ginjal
• Tromboemboli dan DIC
Sekuele / Komplikasi kronik
Sebagian besar mengenai kulit dan mukosa, seperti:
• Hiper/hipopigmentasi, dianjurkan menggunakan sunblock
• Distrofi kuku atau kuku tidak tumbuh lagi
• Hipohidrosis (sekresi keringat berkurang)
• Skar, alopesia
• Xerostomia
• Striktur esofagus
• Sinekia vulvovaginal, fimosis
• Mata: keratinisasi abnormal pada konjungtiva, sjorgen-like
syndrome (mata kering, abrasi kornea, skar), sinekia
palpebra, entropion, simblefron, kebutaan.
Jawaban Lainnya
• A. Dehidrasi: jawaban yang benar
• B. Gagal ginjal: salah karena komplikasi ini terjadi kronik
• C. Syok hemoragik: salah karena syok umumnya terjadi bila
terjadi pengelupasan atau iritasi mukosa berat, sedangkan
hematemesis melena disangkal.
• D. Buta: salah karena ini merupakan sekuele/ komplikasi
kronik.
• E. Skar dan alopesia: salah karena hal ini seringkali
merupakan sekuele dari lesi kulit luas.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

171 A. Dehidrasi
172 A. Fexofenadine
• Gatal di tangan dan badan yang muncul mendadak.
• Riwayat makan telur dan udang goreng.
• Bekerja sebagai supir travel.
• PF: plak di tangan dan dada, kemerahan, batas
tegas, menyerupai pulau-pulau. Blanching (+).

Ta Talaksana yang paling tepat adalah...


URTIKARIA
• Bisa terjadi di kulit mana saja.
• Berkaitan dengan reaksi alergi.
• Onset cepat, umumnya remisi dalam 24 jam tanpa
terapi khusus, tanpa bekas kecuali bekas garukan
(eksoriasi).
• AKUT dan KRONIK
• Akut: bisa bertahan hingga 6 minggu.
• Kronik: >6 minggu.

Angioedema lebih berat daripada urtikaria, edema kulit dan


mukosa
• Bentuk polimorfik, bisa membesar dan koalesens.
• Berupa edema/ plak, batas tegas, permukaan
serupa dengan kulit atau eritema, sangat gatal,
dermografisme (+), blanching (+).
Tatalaksana
• Chlorpheniramine; Dimenhydrinate;
Generasi 1 Promethazine; Diphenhydramine;
Doxylamine; Hydroxyzine

• Cetirizine; Loratadine
Generasi 2 • Levocetirizine

• Fexofenadine
Generasi 3 • Norastemizole; Descarboethoxyloratadine

• Bila berat  berlanjut angioedema &/ syok anafilaktik  epinefrin IM.


• Ringan : antihistamin H1; kortikosteroid; antileukotrien; trisiklik antidepresan.
• Antihistamin generasi 1 = sangat lipofilik sehingga mudah menembus barier otak (BBB), menyebabkan efek
SSP berupa sedasi, drowsiness. Generasi pertama juga mempunyai waktu paruh pendek sehingga perlu
diberikan berulang dalam sehari.
Jawaban Lainnya
• A. Fexofenadine: jawaban yang tepat
• B. Chlopheniramine maleate: kurang tepat karena termasuk
dalam generasi 1, sedatif, tidak sesuai untuk pasien yang
pekerjaannya supir.
• C. Dimenhydrinate: kurang tepat karena termasuk dalam
generasi 1, sedatif, sering diberikan untuk motion sickness.
• D. Diphenhydramine: kurang tepat karena termasuk dalam
generasi 1, sedatif, sering diberikan untuk motion sickness.
• E. Doxylamine: kurang tepat karena termasuk dalam
generasi 1, sedatif, sering diberikan untuk hiperemesis
gravidarum.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

172 A. Fexofenadine
E. Karsinoma sel
173 skuamosa
• Wanita 56 tahun, luka menyerupai koreng di pipi
yang mudah berdarah.
• PF: nodul soliter, 3x4 cm, batas tidak tegas,
permukaan verukosa dan mudah berdarah.
• PA: keratinisasi dan mutiara tanduk.

Diagnosis yang paling mungkin adalah...


Karsinoma Sel Skuamosa
• Prekursor KSS: keratosis aktinik
• KSS in situ: Bowen disease
• Faktor risiko: riwayat trauma kulit (ulkus,
sinus tracts), paparan radiasi, sinar UV,
immunosuppression, and xeroderma
pigmentosa.
• Tumor besar (diameter >2 cm) lebih sering
metastasis 3x lipat. KSS di bibir, telinga, kulit
bekas trauma, dan pasien imunosupresi juga
sering mengalami metastasis.
• Histopatologi: sel tersusun secara fokal dan
konsentris disertai massa keratin, sehingga
terbentuk mutiara tanduk (horn pearls) yg
khas pada KSS berdiferensiasi baik.
Jawaban Lainnya
• A. Lentigo solar: adalah makula pigmentasi batas
tegas. Beda dengan efelis (frekles), lesi ini tidak
hilang saat musim tertentu.
• B. Karsinoma sel basal: salah karena keganasan ini
khasnya berupa nodul, dengan luka di bagian
tengah, mudah berdarah, tepi luka menggulung, Lentigo solaris
“ulkus rodent”
• C. Xanthoma: lesi berupa akumulasi lipid di kulit,
bisa berupa papul/ plak, kekuningan atau sewarna
kulit, khas pada palpebra disebut xanthelasma.
Frekles
• D. Melanoma maligna: salah karena keganasan ini
khasnya berupa perubahan nevus/ tahi lalat yang xanthelasma
mengalami perubahan warna, ukuran, batas tidak
tegas, dll.
• E. Karsinoma sel skuamosa: jawaban yang benar.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
E. Karsinoma sel
173 skuamosa
B. Segera cuci bersih seluruh
174 sprei dan pakaian dengan air
panas
• Anak 7 bulan, gatal di leher, ketiak dan dada, terutama
punggung
• Muncul sejak 2 hari. Sebelumnya demam.
• PF vesikel kecil multipel, dasar eritem, uniform, tidak
berkonfluensi.

Edukasi berikut tepat, kecuali...


Miliaria
• Blokade saluran keluar kelenjar keringat ekrin yangterjadi
akibat cuaca panas dengan kelembaban tinggi.
• Blokade → sekret kelenjar ekrin bocor ke lapisan kulit
sekitarnya.
• Terdapat 3 jenis miliaria:
• Miliaria kristalina
• Miliaria rubra → jika berubah menjadi pustul : miliariapustulosa
• Miliaria profunda
• Karakteristik demografis:
• M. kristalina: bayi < 2 minggu; org dewasa yang sedang demam
• M. rubra: bayi 1 – 3 minggu; org dewasa baru pindah ke iklim tropis

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI ; Panduan pelayanan medis PERDOSKI 2011
• Miliaria Kristalina → • Miliaria Rubra →
obstruksi di stratum korneum obstruksi di epidermis
• Lesi berupa vesikel bergerombol yang lebihdalam
berukuran 1-2mm tanpa tanda • Lebih berat dari
radang miliaria kristalina
• Tempat predileksi terutama pada • Terdapat pada badan yang
tempat tertutuppakaian sering terkena tekanan atau
• Muncul terutama saat setelah gesekan
banyak berkeringat • Lesi berupa papul merah
• Umumnya tidak memberi atau papulvesikular
keluhan dan sembuh dengan ekstrafolikular
sisik yanghalus • Terasa sangat gatal dan pedih

Miliaria crystallina. Note the water-drop


appearance of the lesions. Miliaria rubra

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI ; Panduan pelayanan medis PERDOSKI 2011
• Miliaria Profunda→
obstruksi di
dermoepidermal junction
• Biasanya timbul setelah miliaria
rubra, ditandai papul putih, keras Miliaria pustulosa (miliaria rubra + pustul)
berukuran 1-3mm
• Terutama pada badan dan
ekstremitas
• Lesi lebih banyak papul
dibandingkan vesikel
• Tidak gatal dan tidak terdapat eritema

Miliaria profunda
Tatalaksana
• Miliaria kristalina  asimptomatik, tidak perlu tatalaksana khusus,
self limited
• Menghindari lingkungan yang terlalu panas dan lembab, gunakan
pakaian berbahan mudah menyerap keringat, kompres dingin,
batasi aktivitas berkeringat lebih untuk sementara, atasi demam
bila ada.
• Topikal: bedak kocok kalamin + mentol/kamfer, lanolin topikal,
• Antihistamin sedatif per oral
Jawaban Lainnya
• A. Gunakan pakaian berbahan mudah menyerap keringat: edukasi yg
sesuai untuk kasus miliaria karena keringat berlebih akan memperberat
keluhan.
• B. Segera cuci bersih seluruh sprei dan pakaian dengan air panas:
jawaban yang sesuai, merupakan edukasi untuk pasien skabies
maupun pediculosis.
• C. Lotion calamin berguna untuk mengurangi keluhan: edukasi yg sesuai
untuk miliaria.
• D. Kondisi ini bisa terjadi berulang, terutama saat udara panas: edukasi
yg tepat pada kasus miliaria, dimana udara panas sekresi keringat
berlebih  miliaria makin berat.
• E. Setiap pasien berkeringat segera berganti pakaian: edukasi yg sesuai
dengan miliaria.
Jadi, jawaban yg sesuai adalah…
B. Segera cuci bersih seluruh sprei
174 dan pakaian dengan air panas
175 A. Hemangioma
• Bayi 10 bulan, bercak kemerahan di dahi seperti di
gambar.
• Sudah ada sejak lahir, membesar

Diagnosis yang sesuai adalah…


H. kapiler

Hemangioma
• Tumor jinak pembuluh darah, terdiri dari proliferasi sel
endotel, bisa terjadi di kulit, mukosa, maupun organ lain.
• Umumnya muncul sejak lahir. Bisa muncul di mana saja,
tersering di kepala/ leher.
• Klasifikasi berdasarkan histopatologis:
• Hemangioma kapiler (lebih sering)
• Terdiri dari pembuluh darah kecil dan superfisial, lunak, dan hilang
dengan penekanan.
• Hemangioma kavernosa
• Pembuluh darah lebih besar dan dalam, warna lebih gelap
dibandingkan H.kapiler.
Tatalaksana
• Sebagian hemangioma kapilaris mampu regresi spontan 
observasi.
• Bila tidak terjadi regresi, dipertimbangkan:
• Pembedahan, bisa dengan eksisi, bedah beku, embolisasi dan
kompresi, maupun teknik lain.
• Medikamentosa: steroid sistemik atau intralesi, propanolol.
Jawaban Lainnya
• A. Hemangioma: jawaban yg benar.
• B. Urtikaria akut: salah, karena khas dari lesi ini berupa edema/plak
kemerahan menyerupai pulau, gatal (+), muncul akut setelah factor
pemicu tertentu.
• C. Lipoma: salah karena lesi ini seharusnya berupa benjolan, ukuran
bervariasi, kenyal, tidak nyeri, mobilisasi (+).

urtikaria

lipoma
Nevus pigmentosus
• D. Keratosis seboroik: adalah tumor jinak yg
berasal dari proliferasi epidermis dan keratin
menumpuk di atas permukaan kulit, tampak
“menempel”, pada usia diatas 40 tahun,
asimptomatik kecuali masalah kosmetik.
• E. Nevus pigmentosus: adalah tumor jinak yg
tersusun dari sel-sel nevus, bisa datar, papuler,
atau papilomatosa; secara histopatologis
dibedakan menjadi nevus junctional,
compound, dan dermal, tipe junctional paling
berisiko menjadi ganas (melanoma maligna).

Keratosis
seboroik
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

175 A. Hemangioma
176 D. Amoxicillin-Clavulanate

• An. Unyil, 7 tahun


• KU: Gg. Pendengaran sejak 10 hari yang lalu
• Riw. sakit serupa (-)
• Riw. faringitis akut 3 minggu yll  ab:
amoxicillin 5 hari
• PF: MT bulging (+)

• Antibiotik?
Otitis media
Otitis Media Akut
STADIUM TATALAKSANA

OKLUSI: Retraksi membran timpani Tetes hidung (efedrin hcl 0.5%)

HIPEREMIS: membran timpani hiperemis +


Antibiotik + tetes hidung + analgetik
edema

SUPURASI: BULGING + SANGAT NYERI Antibiotik + miringotomi


PERFORASI: membran timpani RUPTUR,
Antibiotik + cuci dengan H2O2 3%
pasien merasa ‘sembuh’ karena nyeri
(3-5 hari)
berkurang
RESOLUSI: membran timpani menutup.
Resolusi gagal jadi otitis media supuratif antibiotik
kronik (OMSK) > 6 minggu
Untuk Anak
• Tatalaksana :
• First line : Amoxicillin  dosis 90mg/kg/hari di bagi 2 dosis
(max. 3 gram perhari)
• Risiko beta-lactam resisten : amoxicillin-clavulanate  dosis
amoxicillin 90mg/kg/hari dan clavulanate 6.4 mg/kg perhari
dibagi 2 dosis (max. amoxicillin 3 gram perhari)
• Risiko resisten : mendapat beta-lactam dalam 30 hari, rekuren
OMA
Contemporary Pediatrics.modernmedicine
Jadi, tatalaksana pada kasus ini
adalah…
176
D. Amoxicillin-clavulanate
A. Weber lateralisasi ke
177 Telinga Kanan

• Tn. Trolls, 41 tahun


• Riwayat keluar cairan dari telinga kanan (+),
pendengaran menurun (+)
• PF: membran timpani kanan perforasi
• Hasil tes penala?
Tes Rinne
UNTUK MENGETAHUI ADANYA TULI KONDUKSI

Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga

Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi

Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala dipindahkan ke depan
lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan

Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke telinga kiri
ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras

Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga  normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli konduktif
bilateral
Lateralisasi ke kiri  tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif bilateral) atau tuli
konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan  tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif bilateral) atau tuli
konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Swabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)

Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala segera dipindahkan ke prosesus
mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid pemeriksa terlebih dahulu, baru
ke pasien

Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  tidak terdengar lagi  normal atau tuli konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  masih terdengar  tuli sensorineural (BC memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  tidak terdengar lagi  normal atau tuli sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  masih terdengar  tuli konduktif (BC memanjang)
• Tuli Sensorineural  Tidak ada GAP
• Tuli Konduktif  Ada GAP
Tes Batas Atas Batas Bawah
• Semua garpu tala dibunyikan dari frekuensi terendah
sampai tertinggi, lalu diperdengarkan kepada pasien
pada jarak 1-2cm di depan MAE
• Normal : semua frekuensi garpu tala dapat didengar
• Konduktif : batas bawah naik (frekuensi rendah tidak
terdengar)
• Sensorineural : batas atas turun (frekuensi tinggi tidak
terdengar)
Tes Berbisik
Kuantitatif (tajam pendengaran)
• Normal : dapat mendengar kata-kata yang dibisikkan pada
jarak 6 meter

Kualitatif (jenis ketulian)


• Konduktif : tidak bisa mendengar huruf lunak (frekuensi
rendah) contoh m - n - w
• Sensorineural : tidak bisa mendengar huruf desis (frekuensi
tinggi) contoh : s - sy - c
Jawaban Lainnya

• B. Rinne telinga kanan positif


 normal atau sensorineural
• C. Schwabach telinga kanan memendek
 sensorineural
• D. Tidak ada gap antara AC dan BC
 normal atau sensorineural
• E. Tes berbisik telinga kanan tidak bisa mendengar
bunyi mendesis
 sensorineural
Jadi, jawabannya adalah…
A. Weber lateralisasi ke
177 Telinga Kanan
178 A. Abses Peritonsil

• KU: nyeri tenggorokan dan sulit menelan


• Demam (+)
• Suara kumur-kumur  hot potato voice
• PF: Uvula terdorong ke kanan

• Diagnosis?
Abses Peritonsil = Abses Quinsy
• Komplikasi dari tonsillitis akut
• Gejala
• Demam
• Nyeri tenggorok
• Disfagia
• Hot potato voice
(suara kumur-kumur)
• PF: Uvula terdorong ke sisi
kontralateral
• Tx: Antibiotik, Insisi/Drainase
abses
Jawaban Lainnya
• B. Tonsilitis akut  radang tonsil (≤ 2 minggu)
• C. Faringitis akut  faring hiperemis
• D. Epiglotitis akut  thumb print sign
• E. Abses dental 
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

178 E. Abses Peritonsil


179 A. Pemeriksaan KOH 10%

• Jodi, 51 tahun
• KU: Keluar cairan dari telinga kanan sejak 3
hari yll
• Telinga kanan sangat gatal sejak 10 hari yll
• PF: sekret (+), benjolan (-), liang telinga
eritema, debris berwarna putih seperti
kapas, MT sulit dinilai
• Pemeriksaan penunjang yang tepat?
Otomikosis

• Radang liang telinga akibat infeksi jamur


• Etiologi: Aspergilus, Candida

• Gejala: gatal, rasa penuh, (kadang) nyeri telinga


• PF: redness dan edema liang telinga, massa putih;
penurunan pendengaran dan tinnitus dapat jg terjadi akibat
penyumbatan telinga oleh massa

• Tx: antimikotik
Jawaban Lainnya
• B. Pemeriksaan KOH 20%  harusnya 10%
• C. Pemeriksaan Ziehl Nielsen  TB
• D. Pemeriksaan tinta india  Infeksi Cryptococcus
• E. Pemeriksaan gram  bakteri
Jadi, pemeriksaan penunjang yang
tepat pada pasien ini adalah…
179 A. Pemeriksaan KOH 10%
180 A. Furunkel Nasi

• Tn. Ferdi, 29 tahun


• KU: Nyeri hidung kiri
• Riwayat sering mencabut rambut hidung (+)
• PF: vestibulum nasi hiperemis dan edema,
pustule (+), tepi kemerahan di vestibulum 
rudolph sign

• Diagnosis?
Furunkel hidung
• Tanda:
• Infeksi lokal vestibula nasal
yang berambut • Nyeri terlokalisasi di
• Furunkel: area nyeri lubang hidung
terlokalisasi akibat selulitis yang
mengelilingi folikel rambut • Nyeri tekan dari luar
• Penyebab: S. aureus. • Hidung kemerahan
• Sebagian besar pasien carries
S.aureus  Rudolph sign
• Terapi: • Pustul jarang
• local heat compresses
• elimination of digital muncul, tampak
manipulation area eritema yang
• topical antibiotic ointments
• systemic antibiotics directed nyeri
against S. aureus: dicloxacillin,
second-generation • Pencetus: mengorek
cephalosporins, or rifampin.
hidung
Jawaban Lainnya
• B. Furunkulosis  banyak furunkel, tersebar
• C. Angiofibroma  massa kemerahan, usia muda,
mudah berdarah
• D. Polip nasi  massa bertangkai, mudah
digerakkan, tidak mengecil dengan vasokonstriktor
• E. Karbunkel  banyak furunkel yang berkonfluens
Jadi, diagnosis yang tepat pada
pasien ini adalah…
180 A. Furunkel Nasi
D. Benda asing hidung
181 kanan
• An. Ariel, 5 tahun
• KU: cairan berbau busuk + kental keluar dari
lubang hidung kanan sejak 4 hari yll
• Keluhan demam (-).
• Riwayat serupa sebelumnya (-).
• Riwayat dermatitis atopi (+).
• PF: Benda bulat seperti kacang warna cokelat
pada hidung kanan
• Kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah...

• Diagnosis?
Benda Asing (Corpus Alienum)
• Umumnya terjadi pada anak
• Diagnosisnya berdasarkan kecurigaan (presumtif)
• Gejala dan tanda :
- hidung tersumbat
- sekret purulen berbau busuk unilateral

Pemeriksaan fisik : rinoskopi anterior, posterior


Tatalaksana : ekstraksi
Jawaban Lainnya
• A. Rinitis medikamentosa  akibat obat-obatan
tetes/semprot hidung berkepanjangan
• B, Rinitis vasomotor  idiopatik, hidung tersumbat
bergantian sesuai posisi
• C. Rinitis alergi  mukosa livid, konka pucat, gatal,
bersin, hidung tersumbat
• E. Rinitis Akut  konka edema, mukosa eritema,
sekret (+), gejala sistemik (flu-like syndrome)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Benda asing hidung
181 kanan
182 A. Steroid

• Susan, 32 tahun
• KU: pilek sejak 5 hari yll
• Hidung tersumbat (+), sulit mengeluarkan ingus
• PF: massa putih bertangkai dengan permukaan
licin, mengkilat, tidak nyeri
• Diagnosis: Polip nasal

• Tatalaksana medikamentosa?
• Polip VS Hipertrofi Konka
Polip Nasal • Bertangkai
• Mudah digerakkan
• Pertumbuhan massa bertangkai • Lunak
jinak di hidung (putih keabu- • Tidak nyeri
abuan) • Tidak mengecil dengan
vasokonstriktor
• Predisposisi: • Tidak mudah berdarah
• Rhinitis alergi
• Terapi:
• Sinusitis kronik • Steroid intranasal
• Iritasi • Operasi
• Kelainan anatomi hidung: deviasi
septum, hipertrofi konka
• Gejala:
• Hidung terasa tersumbat;
progresif
• Gangguan penciuman
• Nyeri kepala
Jawaban Lainnya

• B. Polipektomi  terapi non medikamentosa


definitif bila steroid gagal
• C. Antibiotik oral
• D. Tampon adrenalin  untuk membedakan polip
vs hipertrofi konka
• E. Dekongestan
Jadi, tatalaksana medikamentosa
definitif pasien ini adalah…
182 A. Steroid
183 E. Sinusitis Kronik

• Steven, 33 tahun
• KU: nyeri area pipi sejak 5 bulan yll
• Nyeri semakin berat, sering kambuh.
• Keluhan pilek (+).
• PF:nyeri tekan sinus maksila (+) dan
transiluminasi (+).
• Diagnosis yang tepat?
SINUSITIS
• KUMAN TERSERING: STREPTOCOCCUS
PNEUMONIA, HAEMOPHILUS INFLUENSA

• PENUNJANG:
• FOTO POLOS (OPASIFIKASI PADA
SINUS)
• WATERS (MAXILA, FRONTALIS)
• CALDWELL (ETMOID, FRONTAL)
• Sinusitis akut < 4 minggu
• LATERAL (SPHENOID)
• CT-SCAN  GOLD STANDAR • Sinusitis Subakut (4-12 minggu)
• Sinusitis Kronik (>3 bulan)
TATALAKSANA
• SINUSITIS AKUT • SINUSITIS KRONIK
- Simptomatik - Antibiotik
(dekongestan, - Irigasi sinus
analgetik, mukolitik)
- Steroid
- Antibiotik
- Amoxicillin - Pembedahan
- Amoxicillin-clavulanat
Jawaban Lainnya
• A. Rinitis Akut  common cold : salesma, kavum
nasi edema, merah
• B. Rinitis Kronik  rinitis alergi, rinitis vasomotor
 3 bulan
• C. Sinusitis Akut  < 4 minggu
• D. Sinusitis Subakut  4-12 minggu
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

183 E. Sinusitis Kronik


184 A. Rhinitis Vasomotor

• Tn. Galau, 31 tahun


• KU: sering bersin dan hidung tersumbat
sejak 7 bulan yll
• Pencetus: mencium parfum, terpapar sinar
matahari, debu maupun hal lainnya.
• Riwayat atopi sebelumnya (-).
• Diagnosis?
Rinitis Vasomotor
• Inflamasi mukosa hidung non-alergi
• Keluhan menyerupai R. Alergi
• Dicetuskan rangsangan non-spesifik
 udara dingin, bau-bauan, kelembapan udara
• Gejala klinis
• Hidung tersumbat bergantian kiri-kanan
• Sekret mukoid / serosa
• Golongan
• Bersin
• Rinore
• Tersumbat
Rinitis Vasomotor
• Terapi:
• Hindari stimulus + Dekongestan
• Pengobatan simptomatis
• Golongan bersin  antihistamin, glukokortikosteroid topikal
• Golongan rinore  antikolinergik topikal
• Golongan tersumbat  glukokortikosteroid topikal,
vasokonstriktor oral
• Operasi
• Neurektomi N. vidianus
Jawaban Lainnya

• B. Rinitis akut  common cold, mukosa hiperemis


• C. Rinitis medikamentosa  riwayat penggunaan
obat vasokonstriktor topikal lama
• D. Rinitis alergi  ada allergen, stigmata atopi, skin
prick (+)
• E. Rinitis atrofi  nafas berbau, ingus kental hijau,
crusta (+)
Jadi, diagnosis pada pasien ini adalah…

184 A. Rhinitis Vasomotor


185 B. Tampon Bellocq 3 hari
• Ny. Megain, 43 tahun
• Mimisan sekitar satu jam yll
• Riwayat antiphospolipid syndrome (+) dengan
pengobatan antikoagulan rutin.
• Rinoskopi anterior  darah di hidung kiri dan kanan.
• Pem. faring  darah di tenggorokan.
• Diagnosis: Epistaksis posterior

• Tindakan yang perlu dilakukan?


EPISTAKSIS

EPISTAKSIS ANTERIOR EPISTAKSIS POSTERIOR


• UNILATERAL (umumnya darah berhenti • SERING BILATERAL SAMPAI TERLIHAT DI
spontan) FARING (biasa pada ORANG TUA)
• PEMBULUH: PLEKSUS KIESSELBACH • PEMBULUH: A. ETMOIDALIS POSTERIOR,
ATAU A.ETMOIDALIS ANTERIOR A. SFENOPALATINA
• PENCETUS: PANAS, UDARA DINGIN DAN • PENCETUS = EPISTAKSIS ANTERIOR +
KERING, MENGOREK-NGOREK HIDUNG ASPIRIN JANGKA LAMA, LEUKEMIA
• TATALAKSANA: TEKAN CUPING HIDUNG • TATALAKSANA: PASANG TAMPON
(10-15 MENIT); TAMPON ANTERIOR (+ BELLOCQ 72 JAM (+ tampon anterior).
vaselin, salep antibiotic, epinefrin) INDIKASI RAWAT !!

Pemasangan tampon anterior dan posterior


https://www.youtube.com/watch?v=SCLkvQPrFlc
Tampon Posterior
Jawaban Lainnya
• A. Tekan cuping hidung selama 10-15 menit 
epistaksis anterior
• C. Tampon Bellocq 5 hari  harusnya 3 hari
• D. Kauterisasi arteri sfenopalatina anterior
• E. Ligasi pleksus kiesselbach
Jadi, tindakan yang perlu dilakukan
adalah…
185 B. Tampon Bellocq 3 hari
186 E. Pseudomonas sp.
• Ny. Maria Mercides, 49 tahun
• Cairan berwana kuning kehijauan keluar dari telinga
sejak 6 bulan yll
• PF: membran timpani perforasi sentral.

• Bakteri yang mungkin ditemukan di kultur cairan?


OMSK
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus menerus atau hilang timbul yang
berlangsung lebih dari 2 bulan / >6 minggu

KLASIFIKASI OMSK:

OMSK TIPE AMAN/BENIGNA OMSK TIPE


• PERADANGAN HANYA BAHAYA/MALIGNA/TULANG
MUKOSA • PERADANGAN SAMPAI TULANG
• PERFORASI SENTRAL • PERFORASI MARGINAL / ATIK
• KOLESTEOTOMA (-) • KOLESTEOTOMA (+)
• TATALAKSANA: • TATALAKSANA: BEDAH !!
NEOMISIN+POLIMISIN B
TOPIKAL + EAR TOILET
http://emedicine.medscape.com/article/859501-overview#a5
Jadi, bakteri yang mungkin ditemukan di
kultur cairan adalah…
186 E. Pseudomonas sp.
187 D. Hematoma Aurikuler

• Tn. Aming, 35 tahun


• KU: bengkak di daun telinga kiri
• Riwayat trauma (+).
• PF: daun telinga kanan hiperemis, fluktuasi
(+)  aspirasi: darah

• Diagnosis ?
Hematoma aurikuler
• Etiologi : trauma
• Penumpukan bekuan darah pada perikondrium
telinga
• Perlu aspirasi , bila tindakan ini tidak steril berisiko
perikondritis.
Pseudokista
• Kumpulan cairan kekuningan di antara lapisan perikondrium dan
tulang rawan telinga
• Nyeri (-), tidak diketahui etiologi nya
• Tatalaksana: keluarkan cairan secara steril (mencegah
perikondritis)  balut tekan dengan gips 1 minggu (untuk
melekatkan perikondrium ke tulang rawan)
Perikondritis  Cauliflower ear
• Infeksi pada perikondrium kartilago daun telinga.
• Inflamasi lama merusak tulang rawan telinga.
• Faktor risiko : trauma, gigitan serangga, luka bakar, menindik
telinga pada tulang rawan.

Komplikasi : telinga kisut (cauliflower ear)

KOMPLIKASI
Jawaban Lainnya
• A. Perikondritis: infeksi perikondrium kartilago
daun telinga
• B. Cauliflower ear: radang tulang rawan 
destruksi tulang rawan sehingga struktur aurikula
menjadi tidak berbentuk, komplikasi dari
perikondritis
• C. Pseudokista: kumpulan cairan kekuningan dalam
perikondrium, trauma (-), nyeri (-)
• E. Mastoiditis: radang pada daerah mastoid
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

187 D. Hematoma aurikuler


188 C. Abses Bezold

• Ibu Nirmala, 54 tahun


• KU: nyeri di belakang telinga.
• Riw. OMSK (+), pengobatan tidak rutin di
klinik
• PF: benjolan di M. Sternocleidomastoid, uk.
2cmx3cm, eritema, nyeri tekan (+), dan
fluktuasi (+).
• Diagnosis?
Abses Bezold
• Komplikasi masoiditis yang menyebar antara digastric ridge
dan sternocleidomastoid muscles.
• Komplikasi yang serius  dapat menyebar sampai
mediastinum
• Tx: insisi, drainase, dan antibiotik
Jawaban Lainnya
• A. Abses Subperiosteal  dibelakang telinga, daun telinga terdorong ke luar
• B. Abses Citelli  di daerah oksipital
• D. Abses Luc  sepanjang dinding posterior kanalis auditoris eksternal
(abses meatus)
• E. Abses Parafaringeal & Retrofaringeal  penyebaran infeksi sepanjang
tuba eustachius dan menyebar ke area retrofaringeal dan parafaringeal

Abses Subperiosteal Abses Citelli Abses Luc


Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

188 C. Abses Bezold


189 C. Persepsi

• Dokter Riki Ibu Rino mengalami Multiple


Sclerosis yang merupakan gangguan saraf
berupa demielinisasi sistem saraf pusat.
• Tn Rino  berpikir istrinya mengalami
gangguan jiwa.
• Hambatan komunikasi?
Jadi, hambatan komunikasi pada
kasus ini adalah…

189 C. Persepsi
190 B. Anger

• Pasien: “Oh, Tuhan, kenapa harus saya yang


mengalami penyakit ini? Mengapa bukan
orang jahat di penjara saja yang menderita?
Kenapa saya?”
• Pernyataan tersebut merupakan pernyataan
karena penyakit terminal pada tahapan..
Jadi, pernyataan tersebut
merupakan pernyataan tahapan...

190 B. Anger
191 A. Pandemi

• Tahun 2003, Severe Acute Respiratory


Syndrome mengakibatkan kematian hampir
800 orang di seluruh dunia.
• Kondisi ini dikenal dengan...
Jawaban Lainnya
• B. Endemi  malaria, kaki gajah (selalu ada)
• C. Epidemi  peningkatan insidensi kasus yang
melebihi ekspektasi normal
• D. Sporadis  hal yang sering terjadi tapi tidak
konstan/reguler
• E. Polemik  tidak ada
Jadi, kondisi ini dikenal dengan...

191 A. Pandemi
192 C. Collateral Referral
• Tn. Cakep, 62 tahun  sakit gigi.
• Dokter gigi  pencabutan segera gigi
geraham berlubang
• PF: TD 170/100
• Riwayat hipertensi sebelumnya (+)
• Dokter gigi  merujuk ke dokter umum untuk
kasus hipertensi, kontrol perawatan gigi tetap
dilakukan.
• Jenis rujukan?
Rujukan Antar-Dokter > Interval
*Jangka waktu tertentu
Rujukan Antar-Dokter > Split
*Jangka waktu tertentu
Rujukan Antar-Dokter > Collateral
Rujukan Antar-Dokter > Cross
*Alih Rawat
Rujukan Antar Dokter
• Interval: memberi wewenang ke 1 Dokter
Konsultan dalam jangka waktu tertentu
• Split: memberi wewenang ke BEBERAPA Dokter
Konsultan dalam jangka waktu tertentu
• Collateral: Rawat Bersama (RABER)
• Cross: wewenang dialihkan sepenuhnya ke dokter
lain (ALIH RAWAT)
Jadi, kondisi ini dikenal dengan...

192 C. Collateral Referral


193 B. Manager

• Membantu memimpin klinik 24 jam di


kompleks tempat tinggalnya
• Kegiatan 5 star doctor yang dilakukan?
Manager
• Membantu mengelola klinik untuk mencapai
tujuan tertentu seperti kesehatan
masyarakat yang paripurna.
Jawaban Lainnya
• A. Care provider  memberikan layanan kesehatan
yang berkualitas
• C. Communicator  mengkomunikasikan informasi-
informasi ke masyarakat
• D. Community leader  memimpin
masyarakat/daerah yang membutuhkan
• E. Decision maker  berani mengambil keputusan
apabila diperlukan, dan terutama dalam memutuskan
dilema keputusan klinis
Jadi, kegiatan 5 star doctor yang
dilakukan adalah…

193 B. Manager
B. Kematian bayi < 1 tahun /
194 1.000 bayi lahir hidup

• Dr. Taruna  penelitian hubungan kematian


bayi dengan diare.

• Cara perhitungan angka kematian bayi?


Infant Mortality Ratio
(Angka Kematian Bayi)

kematian bayi*
1.000bayi lahir hidup

* Kematian <1 tahun


Jadi, cara menghitung angka kematian
bayi adalah…
B. Kematian bayi < 1 tahun
194 / 1.000 bayi lahir hidup
195 A. 15/200.000

• Data penderita DBD


= tanggal 1 Jan - 31 Des 2015
• Jumlah penduduk = 200.000 orang
• Penderita kasus DBD yang baru = 15 orang
• 3 orang meninggal dunia

• Incidence rate?
Incidence Rate?
• Insidens : jumlah kasus baru pada periode tersebut

• Perlu diingat bahwa outcome pasien tidak perlu


dipertimbangkan pada kasus tersebut
• Apakah pasien menjadi sembuh
• Apakah pasien menjadi mati/meninggal

• Jadi bila dari tanggal X sampai tanggal Y terdapat 15


kasus baru, dan 3 orang meninggal dunia (atau sembuh
dll), insidens-nya tetap 15 kasus, karena terdapat 15
kasus baru per tanggal X hingga tanggal Y tersebut.
Jadi, incidence rate adalah…

195 C. 15/200.000
D. Cadangan glikogen
196 habis

• Jenazah ditemukan di ladang tempat ia


bekerja sehari-hari.
• Terdapat kekakuan pada sendi yang
disebabkan oleh...
Rigor Mortis
• Kekakuan pada tubuh setelah kematian karena tidak ada
ATP dalam otot.
• Awal kematian, tubuh flaksid  1-3 jam kaku meningkat 
imobilisasi sendi
• Kelenturan otot setelah kematian masih ada karena
metabolisme tk. seluler masih berjalan berupa pemecahan
cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi yg
mengubah ADP menjadi ATP. Selama ATP masih ada, serabut
aktin dan miosin tetap lentur.
• Cadangan glikogen di otot habis  energi tidak terbentuk
 aktin & miosin menggumpal  otot kaku.
Jadi, kekakuan pada sendi
disebabkan oleh…
196 D. Cadangan glikogen
habis
D. Adanya suatu persetubuhan
197 dengan kekerasan 5 jam yang lalu
(ganti jawaban)
• Molly, 27 tahun, mengadu mengalami perkosaan
ke kantor kepolisian.
• Polisi membawa Molly untuk pembuatan VeR.
• Ditemukan luka-luka lecet dan memar akibat
kekerasan tumpul, robekan baru di selaput dara
pada lokasi pukul lima sesuai dengan arah jarum
jam.
• Didapatkan juga adanya sel mani (spermatozoa)
yang tampak masih bergerak di liang senggama.
• Hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa...
Pemeriksaan Korban Pemerkosaan
• Selaput dara  ruptur atau tidak  ruptur baru/lama, lokasi
ruptur apakah hingga ke insertio/tidak.
• Besar orifisium atau ukuran lingkaran orifisium  perawan (2,5
cm), yang memungkinkan persetubuhan (min 9 cm)
• Tidak ada robekan selaput dara  bukan tanda pasti tidak ada
penetrasi
• Tanda pasti persetubuhan : ejakulasi & ejakulat mengandung
sperma (sperma di liang vagina)  enzim a. fosfatase, kolin,
spermin
• Perlukaan selaput darah arah jarum jam 5 dan 7 dan
menunjukkan adanya suatu persetubuhan dengan kekerasan
• Waktu persetubuhan:
• 4-5 jam postkoital sperma di dalam liang vagina masih dapat bergerak
• 24-36 jam postkoital sperma masih dapat ditemukan namun tidak
bergerak
• 7-8 hari postkoital sperma masih dapat ditemukan bila wanita yang
menjadi korban meninggal.
Jadi, hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa..
197
D. Adanya suatu persetubuhan
dengan kekerasan 5 jam yang lalu
198 B. Pemeriksaan Benzidin

• Dr. Medikra sedang melakukan


pemeriksaan terhadap sampel yang
diduga merupakan bercak darah.
• Pemeriksaan pertama kali yang
dilakukan oleh Dr Medikra adalah...
Pemeriksaan untuk sesuatu yang
dicurigai merupakan bercak darah
• Pemeriksaan awal dengan pemeriksaan benzidin /
fenolftalein
• Selanjutnya, setelah hasil positif, dilakukan uji
konfirmasi (untuk menentukan apakah darah
manusia atau bukan) dengan reaksi Wagenaar,
Teichmann, atau Takayama
PEMERIKSAAN PENYARING
BENZIDINE :
• reagen : lar. Jenuh kristal benzidine dalam as.acetat
glacial
•  (+) biru gelap
PHENOPHTHALIN :
• reagen : phenophthalin 2 gr + 100 ml NaOH 20%, dipanaskan
dg butiran Zn
•  (+) merah muda
Reaksi Benzidine/ Phenolphtalin
= pemeriksaan yang “sensitif”
Prinsip :
Darah + H2O2  H2O + On
On + Reagen  perubahan warna

Prosedur :
1. Gosok kertas saring pada darah/bercak yang dicurigai.
2. Tambahkan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen pada kertas
tersebut.
3. Munculnya warna merah menunjukkan hasil positif

Interpretasi :
Hasil (+)  mungkin darah
Hasil (-)  PASTI BUKAN DARAH
Pemeriksaan Penentuan
Tujuan :
Memastikan darah atau bukan

Bahan Pemeriksaan :
Darah kering pada senjata, lantai, kursi, dll/bercak
pada pakaian

Pemeriksaan :
• Reaksi Takayama
• Reaksi Teichmann
• Reaksi Wagenaar
Jawaban Lain
Reaksi Takayama
Prinsip :
Pembentukan kristal Pyridine Hemochromogen

Hasil positif tampak :


• kristal Pyridine Hemochromogen
• berwarna merah dadu/jingga
• berbentuk seperti bulu-bulu.

Interpretasi :
Hasil (+)  PASTI DARAH
Jawaban Lain

Reaksi Teichmann Reaksi Wagenaar


Prinsip : Prinsip :
Pembentukan pigmen/kristal
Hematin HCl Pembentukan kristal Aceton-
hemin
Hasil positif tampak :
• kristal hemin hidroklorida
Hasil positif tampak :
• berbentuk batang-batang warna
coklat. • kristal aceton-hemin,

Interpretasi :
• berbentuk batang warna
coklat
Hasil Positif  PASTI DARAH
Jawaban Lain
ALUR PEMERIKSAAN CAIRAN MANI DAN SPERMA

Sampel

Bilas & Swab Bercak


Vagina

Sperma Mani Mani Sperma

Langsung Malachite Berberio Fosfatase Asam Baecchi


green Florence
Jadi, pemeriksaan yang pertama kali
dilakukan adalah…
198 B. Pemeriksaan Benzidin
199 C. Cadaveric spasme

• Jenazah Tn. Montak yang mati tenggelam


ditemukan dengan kondisi dimana tangan
kanannya memegang dahan pohon,
sedangkan tangan kirinya lemas.
• Temuan ini di kenal dengan...
Jawaban Lain
• Rigor mortis • Algor mortis

Psych and Crime


Jawaban Lain
• Livor Mortis • Dekomposisi
• Pembusukan
• Yang terjadi >24 jam
post-mortem
• Awal mulanya ditandai
dengan daerah
kehijauan di sekum
(abdomen, kanan
bawah)
Temuan pada mayat adalah…

199
C. Cadaveric spasme
200 B. Luka Sedang
• Nn. Wonderland, 32 tahun, PRT
• KU: luka terbuka uk. 15x2 cm di tungkai atas kiri
bagian luar, sebagian tampak tertutup, sebagian
tampak bernanah disertai permukaan kulit berwarna
kuning kehijauan.
• Dokter menganjurkan rawat inap untuk
mengobservasi luka.
• Pasien mengaku majikannya melakukan kekerasan
saat tidak puas dengan hasil pekerjaannya 4 hari yang
lalu.
• Pasien juga pernah mengalami keguguran akibat
kekerasan yang dilakukan oleh majikannya 6 bulan
yang lalu.
• Menurut KUHP, luka ini termasuk luka...
Hukum Pidana Indonesia terkait
penganiayaan:

Penganiayaan yang
Penganiayaan ringan (Pasal
Penganiayaan sedang (Pasal menimbulkan luka berat (Pasal
352 (1) KUHP)  Penganiayaan
351 (1) KUHP)  penganiayaan 351 (2) KUHP)  penganiayaan
yang tidak menimbulkan
yang menyebabkan ‘penyakit’ yang menimbulkan luka berat.
penyakit atau halangan untuk
akibat kekerasan tersebut Batasan “luka berat”
menjalankan jabatan atau
pada penderita dideskripsikan dalam Pasal 90
pekerjaan.
KUHP

Sumber:
Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka (Maj Kedokt Indon, Vol 60, 2010)
Luka Berat Menurut Pasal 90
KUHP
Luka berat adalah luka yang memenuhi satu atau lebih kriteria
berikut:
• Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya
maut;
• Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencariaan;
• Kehilangan salah satu panca indera;
• Mendapat cacat berat;
• Menderita sakit lumpuh;
• Terganggunya daya pikir selamat empat minggu lebih; atau
• Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
Sumber:
Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka (Maj Kedokt Indon, Vol 60, 2010)
Analisis soal
Pasien mengalami luka:
1. Luka terbuka 8x3 cm,
permukaan kulit
berwarna kuning
kehijauan Luka sedang
2. Korban diduga
mengalami kekerasan
dalam rumah tangga 
pelaku: majikan

• Deskripsi luka pada kasus tidak dapat digolongkan pada luka ringan,
karena telah menimbulkan penyakit pada pasien akibat
kekerasan yang dialami.
• Luka pada kasus tidak memenuhi kriteria luka berat berdasarkan Pasal
90 KUHP
Jadi, luka ini termasuk…

200 B. Luka Sedang

Anda mungkin juga menyukai