Anda di halaman 1dari 635

1-100

1 C. Ruptur uretra anterior

• nyeri di bagian selangkangan setelah


membentur bagian tengah sepeda motor
• Ditemukan gambaran sebagai berikut pada
bagian selangkangan pasien

Diagnosis?
Ruptur organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria

Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria


Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma

Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya


disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
Ruptur Uretra Anterior
Jawaban Lainnya
• A. Ruptur buli  gross hematuria, nyeri suprapubik
• B. Ruptur ureter  nyeri menjalar ke selangkangan,
jarang hematuria
• D. Ruptur uretra posterior  PF menunjukkan
adanya floating prostat (prostat melayang)
• E. Ruptur prostat  tidak khas
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

1 C. Ruptur uretra anterior


2 B. Fimosis

• anak laki-laki dengan keluhan BAK


• preputium tidak dapat ditarik ke proksimal
dan ke arah corona glandis
• Tidak ada nyeri yang dirasakan
Diagnosis yang paling mungkin?
Fimosis
• Ketidakmampuan kulit prepusium untuk ditarik ke
belakang
• Klasifikasi:
• Fisiologis  newborn
• Patologis  setelah pubertas atau setelah sebelumya
bisa ditarik
Fimosis vs Parafimosis

Fimosis Parafimosis
• Emergensi
• Bukan emergensi
• Prepusium yang ditarik ke
• Prepusium tidak bisa belakang tidak bisa ditarik
kembali  terjepit dan edema
ditarik ke belakang • Gejala umum  kulit prepusium
edema, terdapat cincin menjepit
• Gejala umum  ujung penis  bisa iskemia
penis menggembung • Tatalaksana:
• Manual reduksi
• Tatalaksana  • Cairan hipertonik kompres
• Pungsi
sirkumsisi • Aspirasi
• Insisi vertikal
• Sirkumsisi  urologi
Jawaban Lainnya
• A. Hipospadia  lubang MUE di ventral
• C. Epispadia  lubang MUE di dorsal
• D. Striktur uretra  BAK bercabang
• E. Anorkismus  ketiadaan kedua testis; penyakit
genetik
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

2 B. Fimosis
3 A. Varikokel

• benjolan di buah pelir kanan sejak 3 bulan


tanpa disertai rasa nyeri
• PF : skrotum kanan lebih besar dan teraba
seperti gumpalan cacing
Diagnosis ?
Varikokel
• Terjadi pada 15-20% laki-laki dan 40% pada laki-laki
infertil
• Keluhan utama  sulit mendapatkan keturunan
• Biasanya asimptomatik
• Ciri khas  bag of worm pada palpasi testis
(gambaran kantung cacing)
Hidrokel vs Varikokel

Hidrokel Varikokel
• Biasanya asimptomatik, • Asimptomatik, namun
hanya teraba testis berhubungan dengan
membesar dan tidak infertilitas dan
simetris terkadang bisa nyeri
• Testis teraba skrotal
• Tes transiluminasi (+) • Teraba kantong cacing
• Tes transiluminasi (-)
Varikokel
Jawaban Lainnya
• B. Hidrokel  transiluminasi (+)
• C. Hernia ingunalis reponibel  benjolan keluar
masuk, tidak ada perabaan seperti kantung cacing,
transiluminasi (-)
• D. Epididimitis  nyeri pada bagian belakang
skrotum, bengkak (+), merah, bisa berlanjut
menjadi orchitis
• E. Hernia skrotalis  benjolan sampai ke skrotum,
transiluminasi (-)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

3 A. Varikokel
4 B. Orchitis

• Tn. Panji , nyeri skrotum kiri dan disertai


bengkak sejak 2 hari yg lalu
• disertai demam dan nyeri saat BAK
• PF : skrotum bengkak, merah, dan sangat
nyeri, tidak ada fluktuasi
• urinalisis : eritrosit +2 dan leukosit +2 
normal
Diagnosis?
Orchitis
• Reaksi inflamasi akut pada testis akibat infeksi virus
maupun bakteri akibat STI atau uretritis
• Paling sering disebabkan infeksi virus mumps
• Bisa didahului dan disertai oleh infeksi epididimis
sehingga menjadi epididimoorchitis
• Tanda dan gejala : bengkak pada satu atau kedua
testis, nyeri, nyeri tekan, demam, mual, muntah
• Tatalaksana bergantung penyebab. Bakteri 
antibiotik, virus  NSAID, bed rest dan elevasi
skrotum, cold pack
Emedicine.medscape
Jawaban Lainnya
• A. Sistisis Akut  nyeri suprapubik, anyang-
anyangan, urinalisis leukosituria
• C. Abses skrotum  teraba fluktuasi pada skrotum
• D. Prostatitis Akut  demam, saat di RT terdapat
nyeri tekan pada prostat
• E. Epididimitis Kronik  sudah lama, sudah tidak
nyeri, massa mungkin(+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

4 B. Orchitis
5 A. Nefrolitiasis

• nyeri pinggang kanan sejak 1 minggu


• nyeri ketok CVA +
• Radiologis : tampak lesi radioopak pada
pyelum berbentuk seperti tanduk rusa
Diagnosis ?
Nefrolitiasis
• Batu berada di ginjal
• Nyeri di pinggang biasanya tidak menjalar
• Gambaran pada foto rontgen bisa didapatkan
tanduk rusa (staghorn)
• Pemeriksaan penunjang sederhana  BNO IVP

Clinical surgery 2nd ed


Harrison 18th ed
Tatalaksana batu saluran kemih

Clinical surgery 2nd ed


Harrison 18th ed
Staghorn
Jawaban Lainnya
• B. Ureterolithiasis ; bukan ini karena umumnya
nyeri menjalar
• C. Vesikolithiasis ; bukan ini karena umumnya
keluhan berupa BAK tersendat dan bisa menjadi
lancar bila berubah posisi
• D. Uretrolithiasis ; bukan ini karena umumnya
keluhan nyeri di sekitar penis
• E. Pyelonephritis ; bukan ini karena keluhan berupa
demam, nyeri saat BAK, leukosituria, bisa CVA (+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

5 A. Nephrolithiasis
6 A. Priapismus

• penis ereksi sejak 1 hari yang lalu


• terasa nyeri dan tanpa disertai rangsangan
seksual
• dapat relaksasi setelah pasien mendapat
suntikan sesuatu dari dokter
Diagnosis ?
Priapismus
• Ereksi penis persisten yang berlangsung hingga
berjam-jam dan tidak terkait dengan stimulasi
seksual
• Umumnya hanya melibatkan corpus cavernosa
• Sesuai guideline AUA, lama priapismus didefinisikan
lebih dari 4 jam

https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm
Jenis Priapismus
• Priapismus Iskemik (veno-oklusif, low flow) adalah ereksi
persisten non seksual dikarakteristikan dengan sedikit atau
tidak ada sama sekali aliran darah di kavernosa dan adanya
gas darah abnormal di kavernosa (hipoksik, hiperkarbik dan
asidosis). Korpus kavernosa kaku dan teraba tender. Nyeri
(+). Merupakan keadaan emergensi
• Priapismus Non iskemik (arterial, high flow) adalah ereksi
persisten non seksual disebabkan oleh aliran arteri
kavernosa yang tidak teregulasi. Gas darah kavernosa tidak
hipoksik ataupun asidosis. Umumnya penis tidak terlalu
kaku dan tidak nyeri. Bukan keadaan emergensi.
• Stuttering (intermittent) priapism adalah bentuk rekuren
priapismus iskemik.
https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm
Tatalaksana priapismus
Priapismus iskemik
- Aspirasi
- Injeksi simpatomimetik secara intrakavernosa, obat
yang direkomendasikan adalah fenilefrin.
Fenilefrin diencerkan dengan normal salin hingga
konsentrasinya 100 sampai 500 mcg/mL kemudian injeksi
1 mL setiap 3 sampai 5 menit selama 1 jam atau sampai
terjadi resolusi
- Kavernogranular shunt (surgical)
Priapismus non iskemik observasi (aspirasi/injeksi tidak
dianjurkan), umumnya resolusi sendiri, bila pasien minta
boleh dilakukan selective arterial embolization
Jawaban Lainnya
• B. Strangulasi penis  jeratan pada penis, terjadi
umumnya karena penggunaan benda-benda
seksual
• C. Torsio testis  nyeri testis akut, phren sign (-)
• D. Epididymitis  nyeri testis akut, phren sign (+)
• E. Hidrocele  benjolan buah zakar, transiluminasi
(+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

6 A. Priapismus
D. Rujuk untuk direncanakan
7 operasi koreksi lubang kencing
(uretroplasti terencana)
• lubang kencing berada di dorsal
Bagaimana penanganan pasien tersebut
selanjutnya?
Epispadia
• Kelainan kongenital dimana meatus
uretra eksternus berada di dorsal
penis
• Jenis :
• Glanular epispadias: MUE pada kepala
penis
• Penile epispadias: MUE pada shaft
penis
• Penopubic epispadias: MUE dekat
tulang pubis
• Tatalaksana : operasi (2 jenis : The
Modified Cantwell Technique dan
The Mitchell Technique)
http://www.urologyhealth.org
Jawaban Lainnya
• A. Diberikan antibiotik  bukan karena infeksi
• B. Sirkumsisi elektif di dokter umum  harus
diuretroplasti
• C. Sirkumsisi cito  bukan disirkumsisi tapi di
uretroplasti, lagipula bukan kasus cito
• E. Ditunggu hingga pasien berusia 17 tahun  tidak
ada batasan umur, namun lebih baik sebelum usia
sekolah. Lagipula tidak ada indikasi menunggu pada
pasien ini
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
D. Rujuk untuk direncanakan
7 operasi koreksi lubang kencing
(uretroplasti terencana)
D. Pembesaran prostat
20 jinak
• Tn. Ucok, usia 70 tahun, harus mengejan saat
ingin buang air kecil sejak 1 minggu yang lalu
• Sebelumnya kencing masih bisa keluar sedikit-
sedikit namun tidak lampias
• BAK tambah sering
• Demam dan penurunan berat badan disangkal
• RT didapatkan prostat teraba membesar,
permukaan halus, tidak bernodul-nodul dengan
konsistensi kenyal.
Diagnosis ?
BPH (benign prostat hyperplasia)
• Pembesaran prostat jinak • α-blocker (terazosin,
doxazosin, prazosin,
• Keluhan sulit kencing tamsulosin, alfulosin,
• RT  lunak, pool atas silodosin) menyebabkan
relaksasi otot polos prostat di
tidak teraba leher buli, kapsul prostat dan
• 2 kelas obat yang dapat uretra pars prostatika.
diberikan • 5α-reductase inhibitor
• α-blocker (finasteride, dutasteride)
• 5α-reductase inhibitor bekerja dengan mengurangi
ukuran kelenjar prostat.
• α-blocker bisa digunakan
untuk hipertensi, yang paling
sering digunakan  prazosin,

EAU Guidelines on the Treatment of Non-neurogenic Male LUTS, 2011


IAUI : Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia.2003
Anatomi prostat
Gejala LUTS - BPH
Assessment
of Symptoms

IPSS and QOL

Mild : 0-7
Moderate : 8-19
Severe : 20-35
Rectal Grading BPH
• Stage 0 : prostat teraba < 1 cm, berat < 10 gr
• Stage 1 : prostat teraba 1-2 cm, berat 10-25 gr
• Stage 2 : prostat teraba 2-3 cm, berat 25-60 gr
• Stage 3 : prostat teraba 3-4 cm, berat 60-100 gr,
tepi atas sulit teraba
• Stage 4 : prostat teraba > 4 cm, berat > 100 gr, tepi
atas tidak teraba
* CC = gr
Jawaban Lainnya
• A. Karsinoma prostat  RT : permukaan bernodul-
nodul/bedungkul, PSA meningkat, BB turun
• B. Prostatitis  demam, saat RT nyeri tekan (+)
• C. TB prostat jarang, tanda dan gejala tidak jelas,
bisa menyerupai uretritis, striktur atau fistula,
umumnya ditemukan secara tidak sengaja saat turp
• E. Abses prostat  saat RT teraba fluktuatif
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

8 D. Pembesaran prostat jinak


9 D. Oligoastenozoospermia

• sudah menikah selama 3 tahun namun


belum mempunyai anak
• Analisis sperma : volume 3 cc, jumlah
sperma 3 juta/cc, motilitas baik 5%, bentuk
normal 50%
Diagnosis ?
Analisis Semen WHO 2010
Parameter Cut Off
Volume semen (ml) 1,5
Konsentrasi sperma (106/ml) 15
Jumlah sperma total (106/ejakulat) 39
Motilitas progresif (%) 32
Motilitas total (%) 40
Vitalitas (live sperms, %) 58
Morfologi normal (%) 4
pH ≥7,2
Leukosit (106/ml) <1
MAR/Immunobead test (%) <50

Sumber : WHO Human Semen


Analysis, 2010
Jawaban Lainnya
• A. Oligozoospermia  jumlah sperma kurang
• B. Astenozoospermia sperma dengan motilitas
bagus kurang dari cut off
• C. Teratozoospermia  sperma dengan morfologi
baik kurang dari cut off
• E. Oligoastenoteratozoospermia  jumlah sperma
kurang, sperma dengan motilitas progresif kurang
dan sperma dengan morfologi baik kurang
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

9 D. Oligoastenozoospermia
10 A. Hidrokel

• membesarnya buah zakar tanpa nyeri


• tes transluminasi (+)
Diagnosis ?
Hidrokel
• Mengumpulnya cairan di skrotum  biasanya karena
patent prosesus vaginalis
• Patent prosesus vaginalis  ada hubungan antara
rongga peritoneal dan skrotum  mengumpul cairan
• Tidak ada konsekuensi fatal biasanya
• Klasifikasi:
• Non komunikans  tidak ada saluran, namun terjadi karena
imbalance produksi dan reabsorpsi cairan
• Komunikans  paling sering, ada saluran patent prosesus
vaginalis
• Tes transiluminasi (+)
Uji
transiluminasi
Hidrokel vs Varikokel

Hidrokel Varikokel
• Biasanya asimptomatik, • Asimptomatik, namun
hanya teraba testis berhubungan dengan
membesar dan tidak infertilitas dan
simetris terkadang bisa nyeri
• Testis teraba skrotal
• Tes transiluminasi (+) • Teraba kantong cacing
• Tes transiluminasi (-)
Jawaban Lainnya
• B. Varikokel  transiluminasi (-), teraba kantung
cacing
• C. Omfalokel  protrusi usus dilapisi selaput
peritoneum
• D. Spermatokel  kantung abnormal/kista yang
terisi cairan dan sperma mati pada bagian
epididimis, asimtomatik, massa di skrotum
• E. Hernia  transiluminasi (-), bisa disertai gejala
obstruksi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

10 A. Hidrokel
11 C. Proteinuria ringan

• An. Dudung, 8 tahun, kencing berwarna


kehitaman sejak 3 hari lalu
• edema palpebra +/+ dan asites minimal
• radang tenggorokan (+) 2 minggu lalu
Hasil laboratorium apakah yang akan
menunjang diagnosis pada kasus di atas?
Diagnosis GNAPS
• Anamnesis • Pemeriksaan penunjang
• Riwyat infeksi saluran napas atas • Urinalisis menunjukkan
1-2 minggu sebelumnya atau proteinuria, hematuria dan
infeksi kulit 3-6 minggu silinder eritrosit
sebelumnya • Ur dan Cr meningkat
• Gross hematuria atau sembab di • ASTO meningkat
kedua kelopak mata dan tungkai
• Komplemen C3 menurun
• Terkadang kejang atau penurunan
kesadaran akibat ensefalopati • Komplikasi GGA: hiperkalemia,
hipertensi asidosis metabolik,
hiperfosfatemia dan hipokalsemia
• Oliguria/anuria akibat gagal ginjal
atau gagal jantung
• Pemeriksaan fisis
• Edema kelopak mata dan tungkai
dan hipertensi
• Lesi bekas infeksi kulit
• Kejang atau penurunan kesdaran
• Gejala hipervolemia: gagal
jantung, edema paru
Tatalaksana
• Tatalaksana GNAPS
Tatalaksana Awal
• Diuretik (furosemid) untuk mengurangi edema jika
terdapat tanda edema berat
Tatalaksana Definitif
• Antibiotik: amoksisilin 50 mg/kgBB/hari tid selama 10
hari atau eritromisin 30 mg/kgBB/hari tid
• Antihipertensi (Captopril) apabila ada hipertensi
• Tirah baring, diet nefritis
Nefritik vs Nefrotik

Nefritik Nefrotik
• Dominan hematuria • Dominan proteinuria
• Hipertensi • Hipoalbuminemia
• Biasanya post- • Gejala yang sering
streptoccal dikeluhkan  bengkak
Jawaban Lainnya
• A. Kolesterol total 350 mg/dl 
hiperkolesterolemia pada sindrom nefrotik
• B. Albumin 1,5  hipoalbuminemia berat khas
pada sindrom nefrotik bukan GNAPS
• D. ASTO menurun  harusnya meningkat
• E. C3 meningkat  harusnya menurun
Jadi, hasil pemeriksaan yang
menunjang diagnosis pasien ini
adalah…
11 C. Proteinuria ringan
E. Gangguan Kesadaran
12 Organik
• Tiba-tiba mengamuk  raptus
• Banyak anak-anak yang mengganggunya
padahal kenyatannya tidak ada  halusinasi
• Lab : ureum 300 dan kreatinin 3,0  ada
kelainan organik yang dialami oleh pasien
• Diagnosis yang paling mungkin ?
Gangguan Kesadaran Organik
• = Gangguan mental organik
• Gangguan dimana terdapat suatu patologi yang dapat
diidentifikasi
• Menurut PPDGJ III :
• berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar
penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit,
cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak.
• Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan
ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau
sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang
menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau
sistem tubuh. Pada kasus  hiperuremia
Jawaban Lainnya
• A. Skizoafektif  pada kasus ada patologi yg jelas
• B. Skizofrenia  pada kasus ada patologi yg jelas
• C. Skizoid  gangguan kepribadian tidak suka
berhubungan sosial, tidak ada teman dekat
• D. Skizotipal  pada kasus ada patologi yg jelas
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
E. Gangguan Kesadaran
12 Organik
13 A. Waham bizarre

• Yang tidak termasuk dalam gangguan


persepsi?
Deskripsi Status Mental
• Deskripsi umum: penampilan, perilaku dan aktivitas
psikomotor, sikap terhadap pemeriksa
• Bicara: intonasi, kecepatan (cepat, lambat)
• Mood: emosi yang bertahan dan mewarnai
persepsi seseorang terhadap dunia, seperti
euforia; iritabel
• Afek: ekspresi yang ditampilkan oleh pasien: luas,
terbatas, dangkal, tumpul. Afek dapat digabungkan
dengan emosi, seperti afek sesuai, afek tidak
sesuai
Deskripsi Status Mental
• Bentuk pikir: produktivitas, arus pikiran
• Isi pikir: waham, preokupasi
• Persepsi: halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi
• Mimpi dan Fantasi
• Sensorium dan fungsi kognitif: di antaranya kesadaran,
orientasi waktu, tempat, orang; konsentrasi, daya ingat
(jangka panjang, pendek, segera), tingkat pengetahuan
• Tilikan
• Daya nilai sosial dan realitas
Jawaban lain
• Ilusi visual, halusinasi taktil, depersonalisasi,dan
derealisasi semuanya termasuk ke dalam gangguan
fungsi persepsi

• Sementara itu, waham (waham bizarre, dalam


option ini) termasuk ke dalam gangguan isi pikir.
Selain waham, preokupasi (pikiran berulang dan
menetap terhadap suatu ide) juga termasuk
gangguan isi pikir
Yang tidak termasuk gangguan
persepsi?
13
A. Waham bizarre
A. Bipolar tipe 1 episode
14 kini manik
• sering keluar berpakaian mencolok, dandan
berlebihan, dan suka membeli barang-
barang yang tidak perlu sejak 2 minggu
• Beberapa hari terakhir tidak pernah tidur
dan malah keluyuran
• 3 bulan lalu, murung dan sering menyendiri

Diagnosis yang paling tepat ?


Sumber: PPDGJ + Medscape
Gangguan Bipolar dan Siklotimia
• Bipolar I
– Minimal satu episode manik, baik dengan maupun tanpa
episode depresi mayor
– Tata laksana: lithium
• Bipolar II
– Minimal satu episode hipomania dan minimal satu
episode depresi mayor, tidak boleh ada episode mania
– Tata laksana: lithium + antidepresan
• Siklotimia
– Beberapa episode hipomania dan beberapa episode
depresi minor dalam 2 tahun terakhir
• Beda depresi mayor dan minor?
– Pada depresi mayor, aktivitas dan fungsi sehari-hari sangat
terganggu, ada suicidal idea
Sumber: PPDGJ + Medscape
Tatalaksana Bipolar
• Episode manik: lithium
• Episode campuran: asam valproat
• Episode depresi: lithium + lamotrigine/antidepresan.
Jadi, jangan beri antidepresan saja.

Sumber: PPDGJ + Medscape


Jawaban Lainnya
• B. Bipolar tipe 2 episode kini manik  HIPOMANIA
dan minimal 1 depresi mayor, tidak boleh ada
episode MANIA
• C. Depresi  anergi, anhedonia, afek datar
• D. Skizofrenia paranoid  waham paranoid (+)
• E. Psikotik akut  waham (+) halusinasi (+) < 2
minggu
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Bipolar tipe 1 episode
14 kini manik
15 C. Parkinsonism
• tangan dan kaki tidak bisa berhenti bergerak 
tremor, terutama saat beristirahat (resting tremor)
• ketika berjalan seringkali tidak tentu arah 
shuffling gait?
• sedang menjalani pengobatan dengan obat-obatan
neuroleptik
• PF : tangan dan kaki tidak berhenti bergerak 
resting tremor
• Ketika diminta berjalan, pasien tampak seperti mau
jatuh.  postural instability
Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus
di atas?
Efek Samping Ekstrapiramidal
Anti psikotik tipikal (contoh: haloperidol) merupakan
antagonis dopamin (mem-blokade dopamin pada
reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal). Efek samping
berupa gangguan ekstrapiramidal, meliputi:
• Akathisia: perasaan gelisah yang menyebabkan pasien
tidak bisa diam (restless leg syndrome).
• Distonia: kontraksi spastis otot (bisa terjadi di mata,
leher, punggung, dan lain-lain)
• Diskinesia tardif: gangguan gerakan involunter
(mioklonus, tik, korea, dll.)  efek samping irreversible
• Sindrom Parkinson: tremor, akinesia/bradikinesia,
rigiditas, postural instability

Sumber: Buku Panduan Penggunaan Klinis Obat Psikotropik


Parkinsonism
Efek samping ekstrapiramidal
Jawaban Lainnya
• A. Akatisia akut  restless leg syndrome, kaki tidak
bisa diam
• B. Distonia akut  spasme otot pada wajah, leher,
badan
• D. Tardive dyskinesia  protrusi lidah, diskinesia
wajah
• E. Neuroleptik malignant syndrome  demam
tinggi, KU sakit berat
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

15 C. Parkinsonism
16 C. Gejala Withdrawal
• lemas seluruh tubuh dan nyeri seluruh
persendian
• cemas, berkeringat, dan gemetar
• menggunakan obat-obatan terlarang jenis
suntik
• terakhir menggunakan obat tersebut 2 hari
yang lalu  berhenti
• PF : pupil midriasis dan tangan tremor, banyak
ingus dari hidung (flu-like syndrome), dan
berkeringat  opioid withdrawal symptom
Kasus ini menampilkan kesan...
Withdrawal symptom narkotika
• Jenis narkotika yang digunakan melalui suntikan contohnya
adalah morfin, heroin/putauw, amfetamin/ekstasi, benzodiazepin
• Golongan opioid mencakup heroin, morfin,
opium,methadone,petidin
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Substance withdrawal (Putus
Zat) :
• A. Terjadinya sindroma zat spesifik karena penghentian
mendadak (atau pengurangan) penggunaan zat yang lama dan
berat.
• B. Sindroma diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam hal sosial,pekerjaan atau area
fungsi-fungsi penting lainnya
• C. Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun
gangguan mental lainnya.
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria
for Opioid withdrawal (Putus Zat)
A. Salah satu dari berikut ini:
1. penghentian mendadak (atau reduksi) penggunaan yang berat dan lama (beberapa
minggu atau lebih)
2. pemberian antagonis opioid setelah suatu periode penggunaan opioid.
B. Tiga atau lebih hal-hal berikut terjadi dalam hitungan menit sampai beberapa hari
setelah kriteria A:
1.mood disforik.
2.nausea atau vomitus
3.nyeri otot.
4.lakrimasi atau rhinorrhea.
5.midriasis,piloerection, atau persipirasi.
6.diare.
7.sering menguap.
8.febris.
9.insomnia.
C. Gejala-gejala kriteria B diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam hal sosial,pekerjaan atau area fungsi-fungsi penting lainnya
D. Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan mental lainnya.
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria
for Benzodiazepin withdrawal (Putus
Zat)
Terdapat beberapa tanda yang timbul pada keadaan penghentian
penggunaan benzodiazepin: mereka menunjukkan gejala kecemasan yang
sebenarnya (rekuren), pemburukan gejala kecemasan yag sebenarnya
(rebound) atau kedaruratan gejala baru (true withdrawal) :
• Perubahan mood dan kognisi
• Cemas, khawatir , disforia, pesimis, iritabilitas, obsessif terhadap masa
lalu, dan paranoid
• Perubahan jam tidur
• Insomnia, perubahan jam tidur dan megantuk pada siang hari.
Tanda dan gejala fisik
• Takikardia dan peningkatan tekanan darah, hiperefleksi, ketegangan
otot, gelisah, tremor, mioklonik, nyeri otot dan persendian, mual,
coryza, diaforesis, ataxia, tinitus dan kejang grand mall.
• Perubahan persepsi
• Hiperakusis, depersonalisasi,penglihatan yang kabur, ilusi dan halusinasi.
Alcohol withdrawal Benzodiazepine withdrawal

Opioid withdrawal

Nicotine withdrawal

Goodman and Gilman Manual of Pharmacology and Therapeutics


Section II Neuropharmacology
chapter 24 Drug Addiction
Jawaban Lainnya
• A. Gejala waham  tidak ada waham pada kasus
• B. Gejala cemas  ada keterangan penggunaan
substansi
• D. Gejala intoksikasi  gejala di kasus lebih
mendekati kasus withdrawal
• E. Gejala depresi  anergia, anhedonia, afek datar
tanpa penggunaan substansi/zat
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

16 C. Gejala Withdrawal
17 B. Somatisasi

• keluhan nyeri punggung, lengan, tungkai


gatal pada kelamin, terasa kebas pada
ekstrimitas dan nyeri perut sejak 1 minggu
 banyak keluhan
• Keluhan hilang timbul sejak 2 tahun terakhir
• Hasil pemeriksaan dalam batas normal
• Sudah sering periksa ke dokter sebelumnya
dan selalu tidak ditemukan kelainan
Diagnosis yang paling mungkin ?
Gangguan Somatisasi
 banyak keluhan fisik, tapi PF tidak ada kelainan
Gangguan-Gangguan Somatoform
• Malingering
– Pura-pura sakit dengan tujuan eksternal, seperti malas
kerja atau mendapatkan narkoba  bukan penyakit
• Factitious disorder
– Pura-pura sakit karena ingin mendapat perhatian atau
perawatan, bukan karena tujuan eksternal  penyakit
• Penyakit psikosomatik
– Penyakit-penyakit fisik yang memiliki aspek mental (co/
hipertensi dengan stres)  pasiennya beneran sakit

Sumber : Gabbard’s Treatment of Psychiatric Disorder


Jawaban Lainnya
• A. Hipokondriasis  yakin dirinya mengidap penyakit
tertentu (biasanya satu penyakit, misalnya penyakit X,
dan sangat yakin terhadap penyakit X tersebut), namun
hasil pemeriksaan normal
• C. Body dysmorphic disorder  merasa bagian
tubuhnya belum sempurna dan selalu kurang;
ketagihan operasi plastik
• D. Gangguan konversi  ada stressor psikis (+)
kemudian muncul gangguan panca indera misal buta
atau lumpuh
• E. Pain disorder  stress psikis menimbulkan nyeri
kronik pada area tertentu, bukan diagnosis yang
spesifik
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

17 B. Somatisasi
A. Haloperidol HCl injeksi
18 IM
• Seorang laki-laki mengamuk  raptus
• sering mendengarkan suara-suara yang
mengajaknya bicara dan mengatakan ada
orang-orang yang ingin membunuhnya 
psikotik
• belum pernah mendapatkan pengobatan
dari psikiater.
Terapi farmakologis apakah yang perlu
diberikan saat ini?
Gangguan Psikotik Akut
Kriteria diagnosis:
• Onset akut, <1 bulan gejala psikotik menjadi nyata dan
mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan fungsi
sosial sehari-hari
• Sindrom yang khas berupa polimorfik (berubah-rubah cepat,
beraneka ragam), atau schizophrenia-like (gejala skiofrenia +)
• Ada stress akut yang berkaitan (tidak selalu harus ada)
• Walaupun mungkin terdapat gejala emosional, tapi tidak
memenuhi kriteria episode manik maupun depresi
• Tidak ada penyebab organik
Tatalaksana psikotik akut dengan agitasi
• Haloperidol 2-5 mg IM short acting
• strain bila perlu

Sumber : Buku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ - III


Haloperidol
• Antipsikotik generasi 1
• Sediaan : oral, IM, IV
• Turunan butirophenone sebagai antagonis dopamin D2
reseptor
• Dapat digunakan untuk :
• Skizofrenia
• Psikotik akut
• Agresi/hiperaktif
• Delirium hiperaktif
• Tic disorder/tourette
• Intractable hiccups
• Jenis :
• Haloperidol HCl inj 5mg/amp (short acting) IM
• Haloperidol Decanoate 50 mg/amp (long acting, 1 amp/3-4 mgg)
Jawaban Lainnya
• B. Haloperidol dekanoat injeksi IM dalam  long
acting, umumnya untuk maintenance
• C. Haloperidol dekanoat injeksi IM dangkal ; bukan
ini  long acting, umumnya untuk maintenance
• D. Haloperidol oral 2 x 5 mg  penggunaan injeksi
lebih terpilih
• E. Haloperidol oral 2 x 2 mg  penggunaan injeksi
lebih terpilih
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
A. Haloperidol HCl injeksi
18 IM
D. Group terapi dengan
19 token ekonomi
• Ny.Susi, usia 38 tahun, keluhan sulit tidur
sejak 2 minggu terakhir.
• Penanganan tepat, kecuali?

• Grup terapi dengan token ekonomi adalah


upaya dimana apabila pasien berhasil, maka
diberikan imbalan berupa token ekonomi
Gangguan Tidur
PARASOMNIA
• Sleep terror: pasien terbangun mendadak dari tidur
sambil berteriak ketakutan, tapi dia tidak mengingat ada
mimpi
• Somnambulisme: berjalan atau beraktivitas sambil tidur
BEDAKAN Narkolepsi dan hipersomnia:
Narkolepsi: Serangan kantuk mendadak yang bisa terjadi
berkali-kali dalam sehari. Namun, di luar serangan,
pasien tidak merasa mengantuk. Bisa disertai katapleksi,
paralisis tidur, dan halusinasi hipnagogik
Hipersomnia: sering merasa mengantuk meskipun
kuantitas dan kualitas tidur di malam hari optimal.
Insomnia: tidak bisa/kekurangan tidur

Sumber: Buku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ - III


Jenis Insomnia
• Early insomnia: sulit untuk memulai tidur
• Middle insomnia: berulang kali terbangun dari tidur
• Late insomnia: mudah terbangun, setelah bangun
sulit untuk tidur lagi

Sumber: Medscape
Tatalaksana Insomnia
• CBT-I (Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia)  dikatakan paling efektif, kombinasi
terapi perilaku dengan kognitif; melibatkan psikoedukasi, strategi perilaku, terapi kognitif,
dan relaxation training
• Terapi relaksasi  cocok untuk pasien yang sulit relaks atau dengan keluhan somatis
multipel, beberapa strategi seperti : abdominal breathing, meditasi, autogenic training
• Terapi kontrol stimulus  termasuk terapi perilaku, menghindari aktivitas-aktivitas yang
tidak boleh dilakukan saat masuk jam tidur dan yang boleh dilakukan untuk mempercepat
masuk ke dalam tidur
• Sleep restriction therapy  memperkecil sleep window, (lama di kasur – lama tidur), sleep
efficacy ([total sleep time/total in bed] × 100) goal for a person with insomnia should be
around 85%
• Sleep hygiene education  edukasi mengenai diet, olahraga, penggunaan substansi-
substansi tertentu, faktor lingkungan tempat tidur meliputi cahaya, bising, temperatur
• Paradoxical intention therapy  cocok untuk pasien dengan preokupasi yang intens ttg
tidur, kekurangan tidur dan konsekuensinya. Dilakukan dengan cara menyuruh pasien
melakukan hal sebaliknya yaitu tetap terjaga di atas kasur sehingga kecemasan/preokupasi
tsb menghilang dengan perlahan hingga tertidur.
• Terapi kognitif  meliputi didactic focus, paradoxical intention, distraction and imagery
techniques, dan cognitive restructuring
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC355497
0/
Jawaban Lainnya
• A. Sleep Hygiene Education salah satu terapi
insomnia
• B. Relaksasi salah satu terapi insomnia
• C. CBT salah satu terapi insomnia
• E. Sleep restriction  mengurangi waktu tidur di
luar jam tidur yang seharusnya
Jadi, tatalaksana yang tidak tepat
untuk pasien ini adalah…
D. Group terapi dengan
19 token ekonomi
D. Gangguan waham
20 menetap
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun suka marah-
marah, cemburu dan menuduh istrinya
selingkuh sejak 3 tahun lalu  kemungkinan
adanya waham curiga
• Pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-
hari dan bergaul dengan orang lain dengan baik
• Pasien hanya curiga pada istrinya saja 
waham curiga
• Pasien tidak memiliki riwayat penyakit atau
pengobatan apapun sebelumnya
Diagnosis yang paling mungkin?
Gangguan Waham Menetap
• Menurut PPDGJ-III kriteria diagnostik untuk gangguan
waham menetap adalah:
• Waham merupakan satu-satunya ciri klinis yang khas atau
gejala yang paling menonjol. Waham tersebut harus sudah
ada sedikitnya tiga bulan lamanya dan harus bersifat khas
pribadi bukan budaya setempat.
• Gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif lengkap
mungkin terjadi secara intermitten, dengan syarat bahwa
waham-waham tersebut menetap pada saat-saatp tidak
terdapat gangguan afektif itu.
• Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
• Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-
kadang saja ada dan bersifat sementara.
• Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham
dikendalikan, siar pikiran, penumpukan afek, dsb)
Jawaban Lainnya
• A. Psikotik akut lir skizofrenia  pada kasus hanya ada
waham, tidak ada halusinasi, dan masih bisa berfungsi sosial
dgn baik. Berlangsung < 1 bulan, sebab jika >1 bulan akan
berubah menjadi skizofrenia
• B. Skizofrenia paranoid  pada kasus hanya ada waham,
tidak ada halusinasi, dan masih bisa berfungsi sosial dgn
baik
• C. Skizoafektif  pada kasus tidak terdapat episode depresif
berat, manik atau campuran yang terjadi secara bersama-
sama
• E. Gangguan penyesuaian  tidak ada waham, Onset
biasanya terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya
kejadian yang “stresful” dan gejala biasanya tidak bertahan
melebihi 6 bulan, bisa dengan mood depresi, kecemasan
atau kombinasi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Gangguan waham
20 menetap
21 C. Reaksi Stres Akut

• Nn. Dinda, menjerit-jerit dan bernafas sesak


seperti tercekik
• sejak 6 jam yang lalu setelah mengetahui
ibunya meninggal dalam kecelakaan
diagnosis yang paling mungkin?
Reaksi Stres Akut
Jawaban Lainnya
• A. Stres pasca trauma timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatis berat, gejala bertahan lebih dari
satu bulan, disertai dengan flashback (+), mimpi buruk
• B. Gangguan penyesuaian  Onset biasanya terjadi dalam
satu bulan setelah terjadinya kejadian yang “stresful” dan
gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, bisa
dengan mood depresi, kecemasan atau kombinasi. Stresor
bukan sesuatu yang katastrofik/berat sekali
• D. Serangan panik  palpitasi, sesak, rasa tercekik namun
tanpa penyebab yang jelas
• E. Gangguan cemas menyeluruh  mencemaskan berbagai
hal terutama terkait masa depan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

21 C. Reaksi stres akut


22 C. Trikotilomania

• sering mencabut bulu rambutnya hingga


botak
• mendapat kepuasan
Diagnosis yang paling mungkin?
Trikotilomania
Pedoman Diagnosis:
• Berulang kali kesulitan menahan diri terhadap impuls
untuk mencabut rambut  kerontokan rambut
tampak jelas
• Pencabutan rambut biasanya didahului oleh
ketegangan yang meningkat dan setelahnya diikuti
dengan rasa lega atau puas
Tatalaksana:
1. Psikoterapi
2. Farmakoterapi (tergantung gejala yang menonjol)
1. Jika terdapat gejala ansietas anti ansietas, misal CBZ
2. Jika depresi  anti depresi, misal SSRI

Sumber: Buku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJI - III


Jawaban Lainnya
• A. Sadisme  mendapat kenikmatan seksual
dengan cara menyakiti partner seksual
• B. Fetihisme  ketergantungan terhadap objek-
objek tertentu untuk menimbulkan gairah seksual :
sepatu, stocking, sarung tangan
• D. Voyeurisme  suka mengintip/melihat orang
lain tanpa busana atau sedang melakukan
hubungan seksual
• E. Masokisme  mendapat kenikmatan seksual
dengan cara disakiti
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

22 C. Trikotilomania
23 D. Aksis IV

• pasien mengeluhkan penghasilannya yang


menurun akhir-akhir ini.
Diagnosis aksis berapa ?
Diagnosis Multiaksial
• Aksis 1 :
• a. Gangguan klinis
• b. Kondisi lain yang menjadi perhatian klinis
• Aksis 2 :
• A. Gangguan kepribadian
• B. Retardasi mental
• Aksis 3 : kondisi medik umum
• Aksis 4 : masalah psikososial, pekerjaan dan lingkungan
• Aksis 5 : penilaian fungsi secara global (GAF)
Axis 5 : Global Assesment of
Fungtioning Scale (GAF)
• 100-91 : gejala tidak ada, fungsi maksimal dan tidak ada masalah yang terganggu.
• 90-81 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, cuma masalah harian yang biasa.
• 80-71 : gejala sementara, dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah
dan lainnya.
• 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan secara fungsi tapi secara
umum baik.
• 60-51 : gejala sedang, disabilitas sedang.
• 50-41 : gejala berat, disabilitas berat.
• 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi.
• 30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir di
semua bidang.
• 20-11 : bahaya mencidera diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan
mengurus diri.
• 10-1 : seperti di atas dan lebih serius.
Jawaban Lainnya
• A. Aksis I  Gangguan klinis, Kondisi lain yang
menjadi perhatian klinis
• B. Aksis II  Gangguan kepribadian, Retardasi
mental
• C. Aksis III  kondisi medik umum
• E. Aksis V  global assesment functioning
Jadi, aksis diagnosis status ekonomi
adalah…
23 D. Aksis IV
24 A. TB – kambuh

• Laki-laki, 45 tahun
• Batuk sejak 1 bulan  disertai dahak
berdarah sejak 3 hari yang lalu
• Riwayat OAT 6 bulan lengkap 2 tahun lalu
• BTA saat ini -/-/+

• Diagnosis pasien?
PNPK TB, 2014
PNPK TB, 2014
Jawaban Lainnya
• B. TB – lost to follow-up  sudah OAT min. 1 bulan
lalu putus berobat 2 bulan atau lebih
• C. TB – gagal pengobatan  jika os TB BTA (+) yang
BTA masih (+) pada akhir bulan ke-5 pengobatan;
atau os TB BTA (-) yang menjadi BTA (+) pada akhir
bulan ke-2 pengobatan atau radiologi ulang
mengalami perburukan
• D. TB – MDR  resisten INH & Rifampisin
bersamaan
• E. Bukan TB  Saat ini cukup 1 dari 3 tes sputum
positif sudah dianggap TB
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

24 A. TB – kambuh
C. Asma episodik sering,
25 serangan sedang
• Anak 6 tahun dengan “ngik”
• Dapat berbicara beberapa kata, gelisah &
duduk  serangan sedang
• Serangan terakhir terjadi 3 minggu lalu 
episodik sering
• Wheezing pada fase ekspirasi  serangan
ringan/sedang

• Diagnosis?
Klasifikasi Asma
pada Anak

Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI, 2008


Klasifikasi Asma
pada Dewasa

PDPI Asma
Tatalaksana
Serangan Asma
pada Anak

Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI, 2008


Tatalaksana
Jangka Panjang
Asma pada
Anak

Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI, 2008


Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
C. Asma episodik sering,
25 serangan sedang
26 A. Tension pneumotoraks

• Laki-laki, 25 tahun  sesak tiba-tiba


• Tinggi, kurus
• TTV tidak stabil
• PF: trakea tidak deviasi, fremitus kanan >>>,
hipersonor kanan, vesikular kanan <<<

• Diagnosis?
Pneumotoraks
• Sering disebut kolaps paru
• Akibat penimbunan udara dalam kavum pleura

• Closed pneumotoraks: pleura • Open pneumotoraks: dinding


dada dan pleura parietal robek 
visceral robek  udara inspirasi terdapat hubungan antara kavum
masuk ke kavum pleura pleura dengan udara luar
– Bila terbentuk suatu klep  – Apabila lubang >2/3 diameter
trakea, udara cenderung lewat
udara masuk tidak bisa keluar lubang dibanding traktus
 udara menumpuk dalam respiratorius yang seharusnya
rongga pleura  mendorong – Inspirasi: tekanan rongga dada
turun, udara masuk kavum
ke kontralateral  tension pleura lewat lubang  kolaps
pneumotoraks paru ipsilateral
– Ekspirasi: tekanan rongga
dada meningkat, udara dari
kavum pleura keluar lewat
lubang
Spontan vs traumatik
• Pneumotoraks spontan
• Primer: pasien tidak punya penyakit paru. Misal bleb
atau bulla yang pecah (sering pada pria berpostur tinggi
kurus usia 20-40 tahun)
• Sekunder: komplikasi penyakit paru, misal PPOK, asma,
TB, dll

• Pneumotoraks traumatik
• Akibat cedera traumatik pada dada (tajam dan tumpul)
atau akibat tindakan medis
Tension pneumotoraks
• Dikatakan tension jika ada gg. pernapasan &/
kardiovaskular yang hanya membaik dengan
dekompresi
• Tanda vital tidak stabil
• Bisa ditemukan keadaan tension tanpa deviasi trakea!
• Jangan lakukan foto toraks, karena diagnosis harus
dapat ditegakkan dari klinis pasien!
• Tindakan paling utama adalah needle decompression
• Gunakan jarum infus, misalnya, dan tusukkan di sela iga
kedua linea midclavicularis pada sisi paru yang dicurigai
tension pneumotoraks
• Jika benar, akan terdengar udara yang keluar dari jarum
• Jangan lupa untuk pasang WSD setelah tindakan awal ini

Manual WSD, FKUI, 2011


Needle Decompression
Jawaban Lainnya
• B. Efusi pleura  perkusi paru redup,
meniscus sign
• C. Emfisema  pink puffer (kurus,
kulit merah, pursed-lip breathing),
barrel chest, ekspirasi memanjang,
perkusi hipersonor, mengi pada
ekspirasi
• D. Bronkitis  low pitched wheezing
yang menghilang setelah pasien batuk
• E. Asma bronkiale  mengi, PF paru
dalam batas normal
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

26 A. Tension pneumotoraks
27 D. Streptomisin

• 36 tahun
• Pusing berputar setelah bangun
tidur/berjalan
• Pandangan tiba-tiba gelap
• Pengobatan OAT Kategori 2

• Obat yang menyebabkan keluhan?


Efek Samping OAT
• INH  neuritis perifer, sindroma Pellagra, hepatitis
• Rifampisin  warna merah pada air seni/keringat/air
mata/air liur, sindroma flu, gastritis, purpura, anemia
hemolitik, gagal ginjal, hepatitis
• Pirazinamid  hepatitis (paling hepatotoksik), nyeri
sendi, serangan gout akibat ekskresi as. urat <<<
• Etambutol  gg. penglihatan, buta warna merah &
hijau
• Streptomisin  kerusakan N.VIII (keseimbangan &
pendengaran), dapat menembus plasenta

PDPI TB, 2011


Jawaban Lainnya
• A. Isoniazid  neuritis perifer, sindroma Pellagra,
hepatitis
• B. Pirazinamid  hepatitis (paling hepatotoksik),
nyeri sendi, serangan gout akibat ekskresi as. urat <<<
• C. Rifampisin  warna merah pada air
seni/keringat/air mata/air liur, sindroma flu, gastritis,
purpura, anemia hemolitik, gagal ginjal, hepatitis
• E. Etambutol  gg. penglihatan, buta warna merah &
hijau
Jadi, obat yang menyebabkan
keluhan pada pasien ini adalah…

27 D. Streptomisin
28 B. Pneumonia aspirasi

• Laki-laki, 70 tahun  sesak sejak 1 minggu


• Riwayat stroke  imobilisasi & sering
tersedak
• PF: ronkhi basah kasar di basal paru
• CXR: infiltrat

• Diagnosis?
Pneumonia aspirasi
• Gangguan refleks
menelan  risiko
aspirasi
• Flora normal mulut +
asam lambung iritatif
• Komplikasi : abses paru.
Tatalaksana
• Stabilisasi jalan nafas
• Antibiotik , dipertimbangkan pada pasien :
- Tidak ada perbaikan dalam 48 jam
- Obstruksi usus bawah
- Pasien pengguna antasid
• Pilihan antibiotik :
- Inisial :
1) Tanpa gejala toksik : seftriakson + makrolid atau quinolon
respirasi
2) Dengan gejala toksik : imipenem/cilastatin + vankomisin
3) Aspirasi kronik, sekret batuk berbau busuk  curiga
anaerob : tambahkan klindamisin

EMEDICINE : Aspiration pneumonia


Jawaban Lainnya
• A. Pneumonia komunitas  infiltrat, demam, batuk
dengan/tanpa perubahan dahak, leukositosis/penia
• C. Hospital acquired pneumonia  pneumonia yg
terjadi setelah pasien dirawat 48 jam di RS & sudah
disingkirkan infeksi sebelum masuk RS
• D. Ventilator associated pneumonia  pneumonia
yg terjadi 48 jam setelah pemasangan intubasi ETT
• E. TB paru  batuk > 2 minggu, batuk darah, BB
turun, sputum (+), ronkhi apeks paru
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

28 B. Pneumonia aspirasi
29 D. PPOK eksaserbasi akut

• Laki-laki, 65 tahun  batuk & sesak sejak 3


minggu lalu
• Riwayat merokok lama  faktor risiko PPOK
• Barrel chest
• CXR: corak bronkovaskular menurun & sela
iga melebar

• Diagnosis?
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
• Definisi: • Manifestasi Klinis:
• Hambatan aliran udara yang tidak • Sesak progresif, persisten,
sepenuhnya reversibel, progresif, memberat dengan aktivitas, berat,
berhubungan dengan respon inflamasi sukar bernapas
paru terhadap partikel/gas berbahaya, • Batuk kronik
• Batuk kronik berdahak
disertai efek ekstraparu
• Riwayat faktor risiko
• Gabungan antara obstruksi saluran
napas kecil & kerusakan parenkim
• Pemeriksaan Penunjang:
• Spirometri
• Faktor Risiko: • DPL & AGD
• Asap rokok, polusi udara, stres • Radiologi toraks
oksidatif, genetik, tumbuh kembang (hiperinflasi/hyperaerated lungs,
hiperlusens, ruang retrosternal
paru, sosial ekonomi melebar, diafragma mendatar,
jantung pendulum)
PDPI PPOK, 2010
Foto toraks PPOK dijumpai:
• Hiperinflasi/Hiperlusen
• Diafragma mendatar
• Corakan bronkovaskuler
meningkat
• Jantung pendulum
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Jawaban Lainnya
• A. Asma kronik  sesak, wheezing, riwayat atopi
• B. Gagal jantung  DOE/OP/PND, JVP >>>, edema
tungkai, ro kardiomegali
• C. Edema paru  sesak, pink frothy sputum, CHF,
ronkhi basah halus
• E. Bronkiektasis  keluhan batuk berdahak >>>,
sputum 3 lapis, ronkhi basah kasar, CXR honeycomb
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

29 D. PPOK eksaserbasi akut


30 D. Efusi pleura

• Laki-laki, 58 tahun  sesak napas memberat


• Riwayat batuk lama, demam, penurunan BB
• PF: gerakan napas dada kiri tertinggal,
perkusi dada kiri redup, suara napas dada
kiri menurun
• CXR: sinus kostofrenikus kiri tumpul

• Diagnosis?
Efusi pleura
• Sudut kostofrenikus
menghilang
• Meniskus sign (+) 
concave surface of the
fluid level due to
surface tension with
pleura
• Densitas homogen
• Hilangnya siluet jantung
dan diafragma
Analisis cairan pleura
• Normal: • Purulen: empyema
• Jernih • Bau busuk: anaerobic
• pH 7.60-7.64 empyema
• Protein < 2% (1-2 g/dL) • Seperti susu, opalescent:
• WBC < 1000/mm3 chylothorax
• Glukosa sama dengan • Darah (Grossly bloody
plasma
• LDH < 50% nilai plasma fluid): trauma, keganasan,
asbestosis
• Ht cairan pleura > 50% 
hematothorax
• Hitam: Aspergillus niger,
Rizopus oryzae, melanoma
maligna, Ca paru
• Kuning (seroxantokrom) 
TBC
Medscape, 2016
Light Criteria for Pleural Effusion
Jawaban Lainnya
• A. Bronkhitis akut  batuk berdahak, demam, low
pitched wheezing yang menghilang setelah pasien
batuk
• B. Bronkhopneumonia  ronkhi basah halus,
demam, ro infiltrat, sering pada anak & usia tua
• C. Bronkhiektasis  batuk dahak >>>, sputum 3
lapis, ronkhi basah kasar, CXR honeycomb
• E. Pneumotoraks  perkusi kanan (di soal)
seharusnya hipersonor, ro hiperlusen
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

30 D. Efusi pleura
31 B. Bordetella pertusis

• Anak, 4 tahun  batuk sejak 3 hari


• Batuk terus-menerus sampai muntah
• Riwayat imunisasi tidak jelas  imunisasi
DPT?

• Diagnosis?
Pertusis
• Diagnosis: klinis (batuk persisten, whooping cough,
konjungtiva kemerahan).
Pertusis
• Etiologi: Bordetella pertusis

http://www.cdc.gov/pertussis/images/pertussis-timeline.jpg
• Tatalaksana • Perawatan penunjang
• Antibiotik: azitromisin 10 • Hindarkan sejauh mungkin segala
tindakan yang dapat merangsang
mg/kgBB selama 5 hari, terjadinya batuk
eritromisin oral (12.5 • Jangan memberi penekan batuk,
mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) obat sedatif, mukolitik atau
selama 10 hari atau jenis antihistamin.
makrolid lainnya. • Obat antitusif dapat diberikan bila
batuk amat sangat mengganggu.
• Oksigen: bila pernah terjadi • Jika anak demam (≥ 39º C) yang
sianosis atau berhenti napas dianggap dapat menyebabkan
atau batuk paroksismal berat. distres, berikan parasetamol.
• Tatalaksana jalan napas: • Beri ASI atau cairan per oral. Jika
anak tidak bisa minum, pasang
Selama batuk paroksismal, pipa nasogastrik dan berikan
letakkan anak dengan posisi makanan cair porsi kecil tetapi
kepala lebih rendah dalam sering untuk memenuhi kebutuhan
posisi telungkup, atau miring, harian anak.
untuk mencegah aspirasi
muntahan dan membantu
pengeluaran sekret. PPM IDAI, Jilid 2
Jawaban Lainnya
• A. Streptococcus pneumonia  pneumonia
(demam, batuk, retraksi, takipnea)
• C. Ebstein-barr virus  Karsinoma Nasofaring
(obstruksi hidung, epistaksis, gg. penglihatan, gg.
pendengaran, tinnitus)
• D. H. Influenza  dapat menyebabkan pneumonia
• E. Rhinovirus  selesma (common cold, batuk
pilek)
Jadi, jawaban soal ini adalah…

31 B. Bordetella pertusis
32 E. H5N1

• Laki-laki, 35 tahun  batuk pilek sejak 5 hari


• Riwayat ke Tiongkok & unggas mati
mendadak

• Etiologi?
Singkatnya..
• Suspek:
• klinis + kontak
• Probable:
• Suspek + serologi tidak spesifik (misal: hanya H5 saja)
• Suspek yang meninggal
• Confirmed:
• terbukti serologi spesifik H5N1
Terapi Flu Burung

• Oseltamivir oral
• Terapi: 2 x 75mg selama 5 hari dalam 2 hari setelah gejala
influenza
• Profilaksis: diberikan pada kontak. 1 x 75mg minimal 7 hari
(diberikan dalam 2 hari setelah kontak)
• Zanamivir inhalasi
• Dosis: 2x10mg (2 puff) selama 5 hari

Pharmaceutical care flu burung, Depkes 2007


Jawaban Lainnya
• A. SARS (severe Acute Respiratory Syndrome)
dahulu wabah di Singapura dan Hongkong
• B. Virus Zika  Congenital microcephaly,
belakangan banyak terjadi di Amerika Latin (Brazil)
• C. H1N1  swine flu / Flu babi pertama kali terjadi
di Mexico dan United States
• D. MERS  (Middle East Respiratory syndrome)
disebut juga flu unta, banyak di Timur Tengah
seperti Arab
Jadi, jawaban soal ini adalah…

32 E. H5N1
33 B. Hipertrofi adenoid

• Anak 4 tahun
• Riwayat keluar cairan dari telinga & hidung
sejak 2 bulan
• Bernapas pakai mulut
• PF mulut terbuka, gigi atas prominen,
pandangan kosong

• Diagnosis?
Adenoid facies
Hipertrofi Adenoid
• Adenoid merupakan
organ limfoid
• Dapat mengalami
pembesaran  gejala
obstruksi
Hipertrofi Adenoid
• Adenoid: jar. limfoid pada dinding posterior nasofaring,
termasuk rangkaian cincin Waldeyer
• Normalnya, adenoid membesar pada anak usia 3 tahun
& mengecil-hilang pada usia 14 tahun
• Bila sering terjadi infeksi sal. napas atas, adenoid dapat
membesar  gejala sumbatan koana, sumbatan tuba,
dan gangguan tidur
• Akibat sumbatan koana, pasien akan bernapas melalui mulut
sehingga (a) fasies adenoid, (b) faringits & bronchitis, (c)
gangguan ventilasi & drainase sinus paranasal  sinusitis
kronik
• Akibat sumbatan tuba, terjadi OMA berulang  OMSK
• Gangguan tidur kronis menurunkan asupan O2  retardasi
mental & pertumbuhan fisik berkurang

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI, 2012


Jawaban Lainnya
• A. Abses submandibular  demam, bengkak di bawah
mandibula/lidah, trismus
• C. Sinusitis  salah 1 komplikasi tersering dari
hipertrofi adenoid pada anak, akibat mucociliary
clearance yang jelek, nyeri daerah sinus, post-nasal drip
• D. Faringitis akut  PF faring hiperemis, KGB
membesar (jika EBV/GAS)
• E. Abses peritonsilar (Quinsy)  komplikasi tonsillitis
akut, odinofagia, hot potato voice, foeter exore, tonsil
tampak membengkak dan uvula terdorong
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

33 B. Hipertrofi adenoid
34 C. Malignansi paru

• 65 tahun
• Batuk darah sejak 3 bulan, sesak nafas
• Riwayat merokok lama
• CXR: konsolidasi hemitoraks kiri yang
mendorong trakea

• Diagnosis?
Deviasi Trakea
• Trakea tertarik ke sisi paru yang bermasalah
• Atelektasis
• Fibrosis paru
• Aplasia paru
• Pneumonektomi
• Trakea terdorong menjauhi sisi paru yang
bermasalah
• Pneumotoraks
• Efusi pleura
• Keganasan
Karsinoma Paru
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Batuk dengan/tanpa dahak • Hemitoraks tertinggal,
• Batuk darah fremitus mengeras, suara
napas menghilang (akibat
• Sesak napas pemadatan)
• Serak • Cek KGB untuk staging
• Nyeri dada
• Sakit menelan CXR
• Benjolan di pangkal leher • Gambaran konsolidasi
• Penurunan BB • Efusi pleura
• Rokok sebagai faktor risiko • Atelektasis bisa terjadi

PDPI Kanker Paru, 2003


Jawaban Lainnya
• A. TB paru  CXR: kavitas/infiltrat dominan pada
apeks, sputum BTA (+), batuk > 2 minggu
• B. Bronkiektasis  keluhan batuk berdahak >>>,
sputum 3 lapis, ronkhi basah kasar, CXR honeycomb
• D. Edema paru  sesak, pink frothy sputum, CHF,
ronkhi basah halus
• E. Asma  sesak, wheezing, riwayat atopi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

34 C. Malignansi paru
35 C. Croup

• Anak 3 tahun  batuk sejak 3 hari


• Batuk menggonggong & demam
• CXR: steeple sign

• Diagnosis?
Croup (Laringotrakeobronkitis)
• Etiologi utama: parainfluenza virus type 1
• Gambaran “steeple sign/wine bottle”
Croup (Laringotrakeobronkitis)
• Infeksi pada saluran napas atas, sebagain besar
karena virus (parainfluenza virus tipe 1, 2, 3)
• Penyebab tersering stridor pada anak
• Gejala: barking cough, stridor inspirasi, demam,
suara serak; pada kasus berat (penggunan otot
bantu napas dan retraksi sela iga)
• Rontgen: didapatkan penyempitan area glotis dan
subglotis  steeple sign

Croup. Medscape, 2016


Croup vs Trakeitis Bakterial
• Sama-sama terdapat batuk, sesak, demam, sore
throat, rhinorrhea, barky cough, stridor
Croup Trakeitis bakterial
6 bulan – 3 tahun 6 bulan – 14 tahun
Pasien tampak sakit Pasien tampak toksik (severe)
Demam low grade Demam high grade
Onset batuk tidak jelas Onset batuk akut
Respons dengan epinefrin Tidak respons dengan
epinefrin
Kultur darah (-) Kultur darah (+)
Bronkoskopi: bengkak Brokoskopi: membran
Jawaban Lainnya
• A. Pneumonia  sesak napas, batuk, demam, CXR
infiltrat
• B. Pertusis  whooping cough
• C. Bronkiolitis  anak < 2 tahun, hiperinflasi
• E. Laringomalasia  kongenital, stridor in infancy
(saat fase inspirasi)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

35 C. Croup
36 B. Pembayaran per kapita

• dokter layanan primer berusaha melayani


pasien dan masyarakat sehat yang berada
di wilayahnya
• harus melayani dan memberikan
pelayanan terbaik sesuai wilayahnya

Jenis pembayaran paling tepat ?


Sistem Pembiayaan Jasa
Kesehatan
• Fee for service : pembayaran jasa kesehatan berasal
dari uang pasien sendiri sesuai dengan besarnya
pelayanan yang diberikan oleh dokter
• Sistem Pembiayaan Kapitasi : sistem pembiayaan
pelayanan kesehatan yang dilakukan di muka
berdasarkan jumlah tanggungan kepala per suatu
daerah tertentu dalam kurun waktu tertentu tanpa
melihat frekuensi kunjungan tiap kepala
tersebut. Budget yang diterima tersebut akan dikelola
oleh dokter tersebut untuk meningkatkan kualitas
kesehatan warga di wilayah cakupannya baik melaui
tindakan pencegahan (preventive), pengobatan
(curative) maupun rehabilitasi.
Sistem Pembiayaan Jasa
Kesehatan
• Gaji : sang dokter akan menerima penghasilan tetap di tiap
bulannya sebagai balas jasa atas layanan kesehatan yang
telah diberikan. Termasuk di dalamnya sistem pembayaran
pada penyedia layanan kesehatan yang bekerja di instansi
dimana dokternya dibayarkan berdasar gaji bulanan di
instansi tersebut, bukan dari jenis layanan kesehatan yang
diberikannya.
• Sistem reimbursement: sistem penggantian biaya kesehatan
oleh pihak perusahaan berdasar layanan kesehatan yang
dikeluarkan terhadap seorang pasien. Metode ini pada
dasarnya mirip dengan fee for service, hanya saja dana yang
dikeluarkan bukan oleh pasien, tapi pihak perusahaan yang
menanggung biaya kesehatan pasien, namun berbeda
dengan kapitasi karena metode ini melihat jumlah
kunjungan dan jenis layanan yang diberikan oleh provider.
Kelebihan dan Kekurangan masing-
masing sistem pembiayaan
Jawaban Lainnya
• A. Fee for Service  bayar sesuai besarnya pelayanan
yang diberikan saat kunjungan
• C. Reimbursement  jasa kesehatan dibayarkan oleh
pihak lain (bukan pasien) misal kantor sesuai dengan
pelayanan yang diberikan saat kunjungan
• D. Honorarium  upah/honor bukan istilah yang tepat
untuk pembiayaan kesehatan seperti ini
• E. INA-CBGs  sistem klaim pembiayaan kesehatan
pada penyelenggaraan jaminan kesehatan yang bukan
layanan primer, melainkan layanan spesialistik,
menggunakan sistem "paket", berdasarkan penyakit
yang diderita pasien
Jadi, jenis pembayaran yang paling
tepat adalah…

36 B. Pembayaran per kapita


D. Merawat pasien namun
37 menggunakan klaim BPJS

• An. Susi, ke PUSKESMAS karena diare


• Hanya mempunyai kartu JKNPuskesmas
menggunakan asuransi BPJS
Apa yang seharusnya dilakukan oleh dokter ?
JKN (jaminan kesehatan nasional)
• Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat
wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah.
http://www.jkn.kemkes.go.id
BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) Kesehatan
• Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan kesehatan.
• Khusus untuk BPJS kesehatan, program ini memberlakukan
seluruh warga negara indonesia wajib menjadi peserta BPJS
kesehatan dan harus membayar iuran bulanan yang besarnya
sudah ditentukan.
• BPJS kesehatan menyediakan satu jenis kepesertaan PBI
(Penerima bantuan iuran) yang iurannya dibayarkan oleh
Pemerintah yang diperuntukan bagi warga miskin dan kurang
mampu sehingga mereka tidak harus membayar iuran bulanan.
• Peserta yang sudah terdaftar sebagai peserta JAMKESMAS dan
JAMKESDA semuanya akan dialihkan menjadi peserta BPJS PBI
dengan kartu identitas yaitu KIS (Kartu Indonesia Sehat)

http://www.jkn.kemkes.go.id
Jenis Kartu yang termasuk dikelola/klaim BPJS Kesehatan
Jawaban Lainnya
• A. Mengobati pasien dan meminta untuk membayar 
tidak usah, karena bisa diklaim secara BPJS
• B. Merujuk ke fasilitas kesehatan yang menerima JKN
 umumnya petugas kesehatan keliru mengartikan
jenis kartu karena ada tulisan JKN, apapun kartunya bila
ada tulisan JKN berarti terkelola oleh BPJS
• C. Meminta pasien datang ke fasilitas JKN  tidak
tepat, karena puskesmas secara otomatis menerima
JKN
• E. Menyuruh pasien membuat kartu BPJS  tidak usah,
kartu pasien bisa digunakan untuk klaim
Jadi, yang seharusnya dilakukan
dokter adalah…

37 D. Merawat pasien menggunakan


klaim BPJS
38 C. DC Shock

• 35 tahun  tidak sadar, tidak ada nadi


• EKG: VF

• Penanganan?
4 Gambaran EKG yang perlu diingat saat kasus
Henti jantung / Cardiac arrest (Tanpa Nadi)

Ventricular
Tachycardia (VT)

Ventricular
Fibrillation (VF)
Asystole

Pulseless Electric
Activity (PEA)
Semua gambaran EKG tanpa nadi kecuali VT dan VF
adalah PEA
Jawaban Lainnya
• A. Adenosin IV  untuk kasus takikardia stabil
reguler
• B. Pijat Karotis  untuk kasus takikardia stabil
dengan QRS sempit
• D. Kardioversi  untuk kasus takikardia tidak stabil
• E. Epinefrin IV  dilakukan setelah defib
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

38 C. DC Shock
39 E. II, III, aVF

• Laki-laki, 56 tahun  angina


• Riwayat DM & HT sejak 10 tahun lalu
• EKG: AV blok & ST depresi

• Lead bermasalah?
Dasar teori
• ACS  spektrum gejala klinis PJK akibat
penurunan mendadak aliran darah ke jantung 
iskemi miokard •Nyeri dada
• 2 dari: •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
-Lama Nyeri 1 jam
• Perubahan EKG -Gejala sistemik: mual + keringat dingin
• Kenaikan marker enzim jantung
(Troponin/CKMB)
• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin-‐oksigen-‐
nitrogliserin -‐aspirin -‐clopidogrel
No Segmen Jantung Lead EKG Pembuluh darah
yang mengalami
gangguan
1 Anteroseptal V1 – V3 LAD
2 Anterior V1 – V4 LAD

3 Anterior ekstensif V1 – V6 LMA

4 Anterolateral V5 – V6, I, dan aVL LCA

Inferior II, III, aVF RCA

6 Posterior V1 – V2 (tall R wave, RCA


• Patogenesis:
– Iskemia AV node akibat gangguan arteri AV node yang 80%
diperdarahi RCA
– Bezold-‐Jarisch reflex (peningkatan tonus vagal e.c iskemia)

• First-‐degree AV block
– Prolongasi interval PR lebih dari 0.20 detik .
– Terjadi pada 15% kasus IMA, terutama inferior
• Second-‐degree AV block
– Mobitz type I/Wenckebach terjadi pada, 10% kasus IMA dan 90%
kasus IMA dengan AV blok derajat 2.Paling banyak terkait IMA inferior
– Mobitz type II terjadi pada < 1% kasus IMA, terkait infark anterior
• Third-‐degree AV block
– 5-‐15% kasus IMA dapat terjadi karena infark anterior atau inferior

Emedicine Complica`on of Myocard Infarc`on


• IMA Inferior + 3rd degree AV block

hLp://lifeinthefastlane.com/ecg-‐library/
basics/inferior-‐stemi/
Jawaban Lainnya
• A. V1-4  anterior
• B. V1-6  anterior ekstensif
• C. V5-6  lateral, gejala lebih ke penurunan CO &
LHF
• D. I, aVL, V5-6  anterolateral, lebih ke penurunan
CO & LHF
Jadi, letak EKG bermasalah adalah…

39 E. II, III, aVF


B. Injeksi adrenaline 0.3
40 mg IM
• 25 tahun  tidak sadar setelah konsumsi
amoxicillin
• TD 70/50 mmHg, HR 140 x/menit lemah 
syok
• Terdengar stridor
• Dx: syok anafilaktik

• Tatalaksana terbaik?
Syok Anafilaksis
• Reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE)
• Terjadi sistemik di seluruh tubuh
- Sistem saluran napas: hiperaktivitas bronkus,
edema laring
- Sistem kardiovaskuler: perubahan vaskuler,
vasodilatasi sistemik
- Sistem saluran cerna: mual, muntah, diare
- Mata: angioedema, konjungtivitis
- Kulit : urtikaria, angioedema
http://science.unctv.org/content/peanut-solution-0
Syok Anafilaktik
pada anak

PPK Dept. IKA FKUI/RSCM,2015


Jawaban Lainnya
• A. Injeksi difenhidramin 20 mg IV  Bukan terapi
utama
• C. Injeksi norepinefrin 4 mcg/min IV  untuk
penanganan syok sepsis atau kardiogenik dengan
TD < 70 mmHg
• D. Resusitasi cairan RL 20 cc/kg secepatnya 
untuk syok hipovolemik
• E. Antibiotik intravena  syok sepsis
Jadi, tatalaksana terbaik adalah…
B. Injeksi adrenaline 0.3
40 mg IM
41 D. Hipertensi grade II

• Laki-laki, 67 tahun  nyeri kepala dan


tengkuk berat
• Riwayat tekanan darah tinggi
• PF: TD 150/110 mmHg
• Lab: GDS 125, Ur 10, Cr 0.9

• Diagnosis?
• Penegakan diagnosis hipertensi: 2 pengukuran
pada 2 kunjungan yang berbeda
• Berdasarkan JNC 7

JNC VII, 2003


JNC VIII, 2015
• Krisis hipertensi: Keadaan hipertensi yang membutuhkan penurunan
TD segera. TD sistolik >180 mmHg atau diastolic >120 mmHg
• Hipertensi emergensi  ada kerusakan organ target akut atau
progresif (nyeri dada, sesak nafas, nyeri kepala, pandangan kabur)
 turunkan dengan obat parenteral segera
• Hipertensi urgensi  tanpa gejala berat atau kerusakan organ target
progresif  turunkan TD dalam beberapa jam dengan obat oral
JNC VII, 2003
Jawaban Lainnya
• A. Hipertensi emergensi  TD >180/120 mmHg,
target organ damage (+)
• B. Hipertensi urgensi  TD > 180/120 mmHg, tidak
ada target organ damage
• C. Hipertensi grade I  TDS 140-159/TDD 90-99
mmHg
• E. Pre hipertensi  TDS 120-139/TDD 80-89 mmHg
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

41 D. Hipertensi grade II
42 D. Limfangitis

• 24 tahun  benjolan di ketiak kanan sejak 5


hari
• Benjolan panas, nyeri, tidak keras
• Riwayat bahu kanan tergores ranting hingga
berdarah & belum sembuh
• Plak eritematosa linear menghubungkan
benjolan di ketiak, teraba hangat & lunak

• Diagnosis?
Limfangitis
• Infeksi pembuluh limfe
yang mengaliri suatu lokus
inflamasi

• Organisme patogen
memasuki saluran limfatik
langsung melalui abrasi atau
luka atau sebagai komplikasi
infeksi.

• Biasanya didahului trauma medscape


Limfangitis
• Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara
asimetrik, dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya
tampak erimatosa.

• Goresan merah dari daerah terinfeksi ke ketiak atau pangkal


paha
• Demam
• Nyeri lokal
• Sakit kepala
• Kehilangan nafsu makan
• Nyeri otot

Gejala khas  terdapat jejak benjolan dari bekas trauma


menuju ke KGB terdekat, demam dan pembesaran KGB
terkait
Jawaban Lainnya
• A. Limfoma Hodgkin  tumor
kelenjar limfe, ditemukan sel reed-
sternberg (owl’s eye)
• B. Limfoma non Hodgkin  tumor
kelenjar limfe, sel limfosit matur,
difus
• C. Limfadenopati  kelainan
kelenjar limfe (tidak spesifik)
• E. Limfedema  pembengkakan
kelenjar limfe
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

42 D. Limfangitis
43 B. UAP

• 37 tahun  nyeri dada menjalar bahu kiri


• Durasi nyeri 30 menit  sudah lebih dari 20
menit! Singkirkan Stable Angina
• EKG T wave inversion, Troponin T 0,03
• Trop T normal < 0.1 ng/ml, Trop I normal < 1
ng/ml

• Diagnosis?
Spektrum penyakit jantung iskemik
• Angina pektoris stabil

• Sindroma koroner akut (Acute Coronary Syndrome)


• Angina pektoris tidak stabil (UAP / unstable angina
pectoris)
• Non STEMI (NSTEMI)
• STEMI (STEMI)
Angina Pektoris Stabil
• Aterosklerosis di pembuluh darah koroner jantung
• Saat aktivitas  Penyempitan pembuluh darah 
supply darah tidak adekuat  timbul gejala
Angina Pektoris Stabil
• Gejala “nyeri dada” yang muncul dapat diprediksi
oleh pasien
• Saat aktivitas fisik
• Saat stres emosional
• Nyeri dada “kardiak” berlangsung sebentar, dapat
diredakan dengan nitrat.
• Perlu pemeriksaan lebih lanjut: EKG exercise
(treadmill)
Sindroma Koroner Akut
• Sindroma koroner akut  spektrum gejala klinis
PJK akibat penurunan mendadak aliran darah ke
jantung  iskemi miokard
•Nyeri dada
• 2 dari: •Di dada, terasa berat
•Menjalar ke lengan kiri, punggung, dan
• Gejala Iskemik rahang
•Lama nyeri 1 jam
• Perubahan EKG •Gejala sistemik: mual + keringat dingin

• Kenaikan marker enzim jantung (Troponin


T/CKMB)

• Tatalaksana awal : MONACO ; Morfin- oksigen-


nitrogliserin - aspirin - clopidogrel
Unstable
Angina NSTEMI STEMI

Trombus Sumbatan trombus  Oklusi trombus secara


parsial/intermiten kerusakkan jaringan total
dan nekrosis minimal
miokard

EKG tidak spesifik ST depresi +/- ST elevasi atau


T inversi, atau EKG yang LBBB baru pada EKG
tidak spesifik lainnya
Enzim jantung
normal Peningkatan enzim Peningkatan enzim
Jantung Jantung
Jawaban Lainnya
• a. NSTEMI  infark subendokondral, tidak ada ST
elevasi, marker (+)
• c. Angina Pectoris stabil  angina diinduksi
aktivitas berlebih/emosi, membaik dengan
istirahat, kurang dari 20 menit
• d. Angina prinzmetal  angina ec vasospasm,
dipicu dingin/istirahat, lainnya dbn (treadmill,
marker, EKG)
• e. STEMI  infark transmural, ST elevasi, marker (+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

43 B. UAP
44 D. Cor pulmonale
• Laki-laki, 60 tahun  sesak napas memberat 1
bulan terakhir
• Nyeri perut kanan atas  kongestif di liver?
• Riwayat perokok berat & sering batuk berdahak
• S2 mengeras  hipertensi pulmonal?
• Gallop (+)
• JVP meningkat, pitting edema  tanda kongesti
• CXR: hiperinflasi paru  (dengan risk rokok =
PPOK?)

• Diagnosis?
• EKG
– Right axis deviation
– P pulmonal
– Low QRS voltages (most obvious in
the limb leads).
– RVH
Cor pulmonale
• Perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan akibat
gangguan pada sistem respirasi

• Gangguan paru  peningkatan tekanan arteri pulmonal


 HT pulmonal  RVH  gagal jantung kanan
• Gangguan paru yang dimaksud dapat berupa PPOK, penyakit
paru interstisial, OSA (obstructive sleep apnea), dan lainnya

• Gejala:
• Gejala gangguan paru: sesak napas, batuk lama
• Peningkatan tekanan RV: peningkatan JVP, hepatomegali,
edema perifer
Cor Pulmonale
• Pemeriksaan
• PF jantung: S2 mengeras, murmur e.c insufisiensi
trikuspid dan pulmonal, gallop S3 dan S4 mengeras saat
inspirasi

• Rontgen:
• Gangguan paru yang mendasari: PPOK paling sering
• Pembesaran ventrikel kanan
• Pembesaran arteri pulmonal
Jawaban Lainnya
• A. Gagal jantung kongestif  Ro tampak hilus melebar
& corakan vascular meningkat, tidak ada tanda-tanda
keterlibatan paru
• B. Gagal jantung kanan  lebih ke kongesti saja (edema
tungkai, tidak nyaman di perut kanan atas ec
pembesaran hati, JVP >>>)
• C. Gagal jantung kiri  DOE, OP, PND, ronkhi basah
halus, S2 mengeras, gallop S3 (gg. sistolik), gallop S4
(gg. diastolic)
• E. Penyakit jantung koroner  angina pain, enzim
jantung, abnormalitas di ST segmen EKG dan Q wave
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

44 D. Cor pulmonale
45 B. Atrial flutter

• 40 tahun  datang dengan keluhan


berdebar-debar.
• EKG:

• Diagnosis?
Narrow QRS
(masalah dari atas ventrikel)
Atrial Fibrilasi Atrial Flutter
• Ireguler (jarak R-R) • Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P • Saw-tooth appearance
menghilang (gigi gergaji)
Narrow QRS
• Supraventrikular takikardi
• Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P tidak jelas (tertutup oleh T)
Wide QRS
(masalah di ventrikel)

Ventricular tachycardia (VT)


monomorfik

Torsade de Pointes (suatu subtipe


Ventricular Tachycardia polimorfik)
Jawaban Lainnya
• A. Atrial fibrilasi  sama-sama QRS sempit,
irregular (jarak R-R), P tidak jelas yang mana
• C. Supraventrikular takikardia  Reguler (jarak R-
R), Gelombang P tidak jelas (tertutup oleh T)
• D. AV blok  pemanjangan QT interval
• E. ventricular takikardia  QRS lebar, seperti
rumput berbentuk rapi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

45 B. Atrial flutter
46 A. Deep vein thrombosis

• Laki-laki, 45 tahun  bengkak pada betis


kanan
• Riwayat umrah beberapa minggu yang lalu
• PF: tungkai bawah kanan hiperemis &
edema

• Diagnosis?
Deep Vein Thrombosis (DVT)
• Adanya trombus pada vena dalam yang menghalangi
aliran darah ke jantung
• Jika tidak ditangani, dapat terjadi emboli paru
• Gejala: nyeri, swelling, kemerahan, hangat, dan
pembesaran vena superfisial, unilateral
• Pencegahan : Heparin
Virchow’s Triad
Homan’s sign
Nyeri yang timbul saat
dorsofleksi pasif dari kaki

Trias Virchow  thrombosis


• Hiperkoagulabilitas
• Stasis
• Jejas endotel
CVI  peningkatan tekanan di vena, sehingga terjadi
ekstravasi cairan ke jaringan di ekstrimitas  umumnya
terjadi akibat gangguan katup vena
DVT  terbentuknya trombus di vena dalam

• Lily textbook
Insufisiensi vena kronik
• Insufisiensi katup vena  darah mengalir kembali
(tidak ke jantung)
• Gejala umum  hiperpigmentasi pada kulit
(biasanya ekstremitas bawah), bengkak yang
membaik bila pasien berjalan dan tungkai dielevasi,
nyeri memberat terutama saat darah mengumpul
di vena (stasis vena semakin jelas dan
menimbulkan gejala)
• Tempat paling sering  area medial kaki atau tumit
(drainase melalui vena safena magna)
Limfangitis
• Infeksi pembuluh limfe
yang mengaliri suatu lokus
inflamasi

• Organisme patogen
memasuki saluran limfatik
langsung melalui abrasi atau
luka atau sebagai komplikasi
infeksi.

• Biasanya didahului trauma


• Medscape
Tromboangitis obliterans
• Merokok kuat
• Spasme arteri
ekstremitas  iskemi
• Klaudikasi = nyeri
menjalar bila
beraktivitas, membaik
dengan istirahat.
• Bisa timbul gangren
• Tx : stop rokok,
vasodilator, bedah.
Jawaban Lainnya
• B. Sindrom kompartemen  riwayat fraktur tanpa
penanganan tepat, nyeri, paresthesia, CRT
melambat
• C. Flebitis  klinis menyerupai DVT tapi terjadi di
vena superfisial, risiko clot naik lebih rendah,
etiologi trauma (infus)
• D. Selulitis  merah batas difus, bengkak, nyeri,
faktor risiko trauma, demam
• E. Insufisiensi vena kronik  hiperpigmentasi pada
kulit di ekstremitas bawah, bengkak yang membaik
bila pasien berbaring dan elevasi tungkai
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

46 A. Deep vein thrombosis


47 E. Perikarditis

• Laki-laki, 40 tahun  nyeri dada sejak 1 hari


• Nyeri memberat saat menarik napas &
mendingan saat duduk membungkuk
• PF: friction rub
• EKG: ST elevasi di hampir semua lead

• Diagnosis?
Perikarditis
• Inflamasi pada pericardium
• Etiologi 
• Inflamasi  SLE, rheumatoid
arthritis
• Infeksi  viral, bacterial,
tuberculosis
• Metabolik  renal failure,
hypothyroidism,
hypercholesterolemia
• Neoplasma, obat-obatan,
trauma dll

Pericarditis. Medscape, 2016


• Gejala:
• Bermacam-macam  tergantung etiologi
• Gejala khas :
• Nyeri dada pleuritik  nyeri pada dada yang timbul saat
menarik napas atau saat batuk, berkurang apabila duduk
membungkuk
• Pericardial friction rub
• EKG  ST elevasi hamper di semua lead kecuali V1 dan AVR
• Efusi pericardial
EKG pada Pericarditis
Jawaban Lainnya
• A. Penyakit jantung rematik  JONES criteria
• B. STEMI  nyeri dada angina, ST elevasi spesifik
area, enzim jantung >>>
• C. Endokarditis  DUKE criteria
• D. Miokarditis  gagal jantung, EKG diffuse T
inverted & prolong QT
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

47 E. Perikarditis
48 B. Trikuspid regurgitasi

• Anak, 4 tahun  keluhan biru di bibir &


ujung jari
• Sejak balita
• Sesak & biru memberat saat menangis &
anak jongkok (squat) untuk meringankan
• CXR: boot-shaped heart

• Yang bukan ada di pasien?


PJB - Klasifikasi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

Asianotik Sianotik

L-R Shunt R-L shunt


PDA
ASD TOF, TGA
VSD
Tetralogy of Fallot (TOF)
• R-L shunt  Cyanotic
• VSD, pulmonary stenosis,
overriding aorta and right
ventricular hypertrophy
• Cyanotic spell: biru 
sistemik perifer resistance
↓ (nangis). Dapat
diperbaiki dengan cara ↑
resistensi perifer (jongkok)
• PF: single S2 (akibat
stenosis pulmonal)
• Foto thoraks: boot shape

• ejeksi sistolik 3/6 pada sela iga II kiri  murmur akibat


stenosis pulmonal
Ventricular septal defect (VSD)
• Left to right shunt
• LA, LV, dan PA
enlargement 
pulmonary vascular
obstructive disease 
pulmonary hypertension
(PH)  eisenmenger
syndrome
• PF: murmur pansistolik
di sela iga ke 3 dan ke 4
tepi kiri sternum
menjalar ke sepanjang
tepi kiri sternum.
Atrial Septal Defect (ASD)
• Left to right shunt
• RA, RV, dan PA enlargement 
pulmonary vascular obstructive
disease  pulmonary
hypertension (PH) 
eisenmenger syndrome
• Tidak bergejala s/d 20-30 th
• PF: Fixed split S2, sistolik
ejection murmur (relative
pulmonal stenosis [PS]), mid
diastolic murmur (relative
tricuspid stenosis [TS])
Paten Duktus Arteriosus (PDA)

• Duktus arteriosus yang


menghubungkan aorta
dan arteri pulmonal
tidak menutup saat
lahir
• Left to right shunt
• PF: continuous
murmur
Koarktasio aorta

• Obstruksi aorta akibat


penyempitan yang sebagian
besar terletak di distal
percabangan a. subclavia
sinistra

• Cepat lelah, nyeri dada, sakit


kepala, perbedaan tekanan
darah antar ekstremitas atas
dan bawah

• Foto thorax: rib notching 


pelebaran arteri interkostal

Medscape
Transposition of Great Arteries
TGA
• Kesalahan posisi 
• Aorta yang keluar dari
ventrikel kanan
• Arteri Pulmonalis yang keluar
dari ventrikel kiri
• Sianosis dari lahir
• Darah kotor dari sistemik melewati
RV dan kembali ke sistemik
• Darah bersih dari vena pulmonalis
melewati LV dan kembali ke arteri
pulmonalis ke paru, tanpa
melewati aliran sistemik
Transposition of Great Arteries
Signs:
• S2 tunggal dan keras 
katup aorta berada di
depan pulmonal
• Murmur (-)  tidak ada
perbedaan tekanan
bermakna di dalam
jantung setelah bayi
dilahirkan
• Foto  Egg shaped Heart
(khas untuk TGA)

Pathophysiology of heart
disease Lilly
Jadi, jawaban soal ini adalah…

48 B. Trikuspid regurgitasi
C. Penyakit jantung
49 rematik
• Perempuan, 16 tahun  sesak saat
beraktivitas sejak 6 bulan yang lalu
• Nyeri sendi sejak 2 tahun yang lalu
• Riwayat radang tenggorok saat kecil
• PF: pansistolik murmur di apeks
• Riwayat nodul subkutan

• Diagnosis?
Rheumatic RHD merupakan komplikasi dari Rheumatic
heart disease fever (RF). Salah satu gejala RF yaitu faringitis
yang disebabkan oleh group A beta-
hemolytic streptococcal.
Manifestasi RHD: poliartritis, karditis, nodul
subkutan, eritema marginatum, dan
Sydenham chorea
Bacterial Infeksi pada endocardial jantung,
endocarditis menyebabkan gangguan katup. FR: riwayat
cabut gigi  katup mitral (Strep. Viridans),
riwayat jarum suntik  katup tricuspid
(Staph. Aureus)

Demam reumatik yang sudah menyebabkan kerusakan struktur


katup jantung  RHD
Jawaban Lainnya
• A. Demam reumatik  JONES criteria
• B. Endokarditis infektif  insufisiensi
katup/vegetasi, riwayat cabut gigi/jarum suntik,
DUKE criteria
• D. ASD  fixed split S2, pembesaran jantung sisi
kanan
• E. VSD  murmur pansistolik di sela iga ke 3 dan ke
4 tepi kiri sternum
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
C. Penyakit jantung
49 rematik
50 C. Raynaud’s disease

• Perempuan, 44 tahun  nyeri pada ujung


jari
• Keluhan disertai pucat dan kebiruan
• Pemicu dingin

• Diagnosis?
Penyakit Raynaud
• Gejala khas  ujung-ujung jari baik kaki maupun
tangan membiru karena udara dingin
• Etiologi masih belum jelas. Patofisiologi karena
adanya vasospasme pada pembuluh darah perifer
akibat paparan suhu dingin
• Sering terjadi pada pekerja kantoran yang berada di
ruangan AC
• Tatalaksana  hindari faktor risiko, gunakan sarung
tangan, dihangatkan, kurangi merokok
3 fase pada Reynaud:
• Awal: saat terjadi vaskonstrksi (putih/pucat – skin pallor)
• Hipoksia: ditandai dengan kebiruan (cyanosis)
• Eritema reperfusi: merah
Raynaud’s 

 Buerger’s
Jawaban Lainnya
• A. Tromboflebitis  Peradangan dan pembekuan
darah di dalam suatu vena superfisial
• C. Tromboangitis obliterans  FR: rokok, nyeri bila
beraktivitas, ujung jari kehitaman
• D. Buerger’s disease = trombogangitis obliterans
• E. Arteritis takayasu  tekanan darah kanan dan
kiri berbeda, akibat vaskulitis pada pembuluh darah
relatif besar
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

50 C. Raynaud’s disease
51 A. Classic Migrain

• Wanita 20 tahun
• Nyeri kepala sebelah kiri, berdenyut
• Disertai mual dan muntah
• Nyeri ketok wajah (-)
• Melihat cahaya, sekitar 30 menit
International Clasification of
Headache Disorder
Sakit kepala Primer Sakit kepala sekunder
Migrain Sakit kepala karena
Tension type • Trauma kepala danleher
Cluster • Kelainan neurovaskular
Other: (cold stimulus headache) • Penyakit psikitiarik
• Infeksi
• Penggunaan zat
• Penyakit THT dan sinus

Red flag
Imunosupresi, gejala neurologis, kaku kuduk, pasca
trauma, papillaedema, sakit kepala lebih sakit dari
biasanya
Klasifikasi sakit kepala primer
Migrain
• Mnemonic Migrain: POUND
Pulsatile quality, One day duration, Unilateral,
Nausea and Vomitng, Disabling Intensity
• Kriteria diagnosis
• Nyeri kepala 4 – 72 jam
• Disertai 2 dari gejala berikut
• Diperberat oleh aktivitas
• Nyeri sedang hingga berat
• Pulsatil
• Unilateral
• Salah satu: mual muntah atau fotofobia/afonofobia
Migrain dengan Aura (Classic)
• Penyakit kepal berulang mengikuti gejala neurologis
yang muncul perlahan 5- 20 menit dan bertahan
hingga 60 menit
• Aura, dapat berupa (tanpa kelemahan motor)
• Gangguan bicara disfasik yang reversible
• Gejala sensoris reversible: ditusuk tusuk (pin and
needles) atau kebas
• Gejala visual: melihat cahaya atau garis, atau kehilangan
penglihatan
Jawaban Lainnya
• B. Common migrain  tanpa aura
• C. Stroke  gejala neurologis irreversible, akibat
kelainan neurovaskular
• D. Tension type headche  nyeri bilateral, seperti
terikat
• E. Cluster headache  nyeri retroorbita , disertai
injeksi, lakrimasi (gejala otonom di sisi unilateral
tersebut)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

51 A. Classic Migrain
D. A. serebral media
52 dextra
• Bicara pelo
• Kelemahan sesisi kiri, dengan lebih
dirasakan di ekstremitas atas
• Hilang lapang pandang separuh sisi kiri 
hemianopia homonim
• Sadar dan koheren  sugestif non
hemoragik
• Dx: Stroke non-hemoragik
(Stroke . 2013;44:2064-2089.)
Jawaban Lainnya
• A. a. serebral anterior dextra  gangguan visual
tidak ada
• B. a. basiler  gangguan visual tidak ada. Dominan
gangguan nervus kranial sesuai level batang otak,
dengan dapat timbul gejala vertigo sentral
• C. a. serebral medial sinistra  seharusnya
hemiparese dextra
• E. a. serebral posterior sinistra  keluhan visual
tanpa hemiparese
Jadi, lesi vaskular pada pasien ini
adalah…
52 D. A. Serebral Media
E. Pada CT scan kepala ditemukan
53 penebalan mukosa rongga sinus
maksilaris
• Nyeri hilang timbul sisi kanan
• Belakang bola mata
• Mata merah, berair hidung tersumbat
• Dx: Cluster headache
Headache Classification Subcommittee of the International Headache Society. Cephalalgia.
2004; 24(suppl 1):9-160.
Jacqueline WA. Am Fam Physician. 2013;88(2):122-128
Am Fam Physician. 2013;88(2):122-128
Penebalan mukosa sinus pada
sinusitis kronik
Jawaban Lainnya
• A. Salah satu terapi pilihan utama pada kasus ini
adalah sumatriptan  betul
• B. Pemeriksaan TIO menunjukkan nilai normal 
diagn  betul, karena diagnosis kerja cluster, tidak
terkait dengan patologi pada mata
• C. Frekuensi keluhan dapat dikendalikan dengan
pemberian verapamil  betul
• D. Tatalaksana awal dapat diberikan terapi oksigen
sungkup 10 lpm  betul
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
E. Pada CT scan kepala ditemukan
53 penebalan mukosa rongga sinus
maksilaris
54 C. Tiamin

• Pasien tidak sdar penuh, bicara meracau


• Riw. alkoholisme
• GDS: 65 mg/dl
• Dx: Wernicke ensefalopati ec Defisiensi
Tiamin
Martin PR. NIH. 2014. https://pubs.niaaa.nih.gov/publications/arh27-2/134-142.htm
Mengapa alkohol menyebabkan defisiensi tiamin?

Tiamin berperan dalam metabolisme glukosa. Defisiensi tiamin sebabkan sel kekurangan energi
sehingga menyebabkan kematian sel, khususnya sel syaraf

Martin PR. NIH. 2014. https://pubs.niaaa.nih.gov/publications/arh27-2/134-142.htm


Jawaban Lainnya
• A. Glukosa 40%  Metabolisme glukosa
membutuhkan tiamin sehingga memperberat
gejala defisiensi tiamin
• B. Piridoksin  defisiensi menyebabkan neuropati
perifer
• D. Glukosa oral  Pemberian glukosa dihindari
pada pasien dengan kecurigaan defisiensi tiamin
• E. Drip glukosa 10%  Pemberian glukosa dihindari
pada pasien dengan kecurigaan defisiensi tiamin
Jadi, tatalaksana pada pasien ini
adalah…
54 C. Tiamin
B. Pemberian terapi trombolitik
55 segera dibawah awitan 3 jam

• Kelemahan sesisi mendadak 2 jam


• Mual muntah
• Faktor risiko CVD: HT & DM
• Hemiparese kiri  stroke
• CT scan tidak ada perdarahan  non-
hemoragik
• Dx: Stroke non hemoragik
2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Jawaban Lainnya
• A. Pemberian antiemetik  hanya simtomatik
bukan tatalaksana utama
• C. Target tekanan darah dibawah 25% tekanan
darah awal  terlalu rendah. Untuk SNH turunkan
hanya jika TD S>220 mmHg
• D. Pemberian mannitol intravena  bukan terapi
utama. Dapat diberikan jika terdapat tanda edema
serebral
• E. Konsul bedah saraf CITO  dilakukan jika
kecurigaan stroke hemoragik atau midline shift
karena edema luas
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
B. Pemberian terapi trombolitik
55 segera dibawah awitan 3 jam
B. Riwayat perdarahan
56 intrakranial sebelumnya
• Awitan <3 jam
• CT-scan: lesi hipodense
• Dx: Stroke non hemoragik
• Tx: Trombolitik
del Zoppo GJ, Saver JL, Jauch EC, Adams HP Jr. Expansion of the time window for treatment of acute ischemic
stroke with intravenous tissue plasminogen activator: a science advisory from the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke. 2009;40:2945-2948.
Jawaban Lainnya
• A. Awitan di bawah 3 jam  Indikasi
• C. Riwayat hematuria dalam 3 minggu terakhir 
kontraindikasi relatif
• D. Tekanan darah >150 mmHg  bukan
kontraindikasi
• E. Pasien sedang dalam terapi antiplatelet 
bukan kontraindikasi
Jadi, kontraindikasi absolut adalah…
B. Riwayat perdarahan
56 intrakranial sebelumnya
57 B. Ethosuximide

• Anak 6 tahun
• Sering melamun & pandangan kosong 5-10
detik
• Kembali normal seperti sediakala
• Dx: Absans tipikal
Jawaban Lainnya
• A. Carbamazepine  bukan terapi kejang absans
• C. Gabapentin  bukan terapi kejang absans
• D. Tiagabine bukan terapi kejang absans
• E. Valproate   bukan terapi lini pertama kejang
absans
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

57 B. Ethosuximide
D. Parese N. VII sinistra
58 tipe (UMN)
• Bibir mencong ke kanan  kelemahan sisi
kiri
• Kerutan dahi simetris  lesi sentral
• Kelemahan ekstremitas sisi kiri
• Mual muntah (-)
• Dx: Stroke non hemoragik
Jawaban Lainnya
• Analisis: mencong ke kanan  lemah sisi kiri
• Dikonfirmasi lagi dengan kelemahan pada anggota
gerak kiri
•  lokasi lesi di hemisfer kanan
• Namun soal ini menanyakan tentang temuan yang pailng
tepat pada kasus ini
• Terdapat kelemahan n. VII kiri (karena mencong ke kanan), dan
terdapat pula kelemahan anggota gerak sehingga kemungkinan
besar tipe UMN (tipe sentral)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Parese N. VII sinistra
58 (UMN)
59 B. Tumor intrakranial

• Kejang tangan kanan saja (fokal) 3 jam SMRS


• Sakit kepala sejak 3 bulan terakhir, semakin
berat terutama pagi hari
• TTV normal, kaku kuduk (-)
• Serum Elektrolit: hiponatremia (124 meq/L)
• Elektrolit urin: hipernatremia
• Dx: Suspek SOL + SIADH
Jawaban Lainnya
• A. Sindrom Bartter  tanda dehidrasi tidak ada
• C. Krisis hiperglikemia  GDS dalam batas normal
• D. Sirosis hepatis  sklera anikterik
• E. Perdarahan subaraknoid  kaku kuduk (-)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

59 B. Tumor intrakranial
A. Plasma hipotonik, urin
60 hipertonik, status volume
euvolemia
• Penurunan kesadaran 2 hari setelah kejadian
• Post trauma
• Hiponatremia 118 meq/L
• Dx: SIADH post trauma
Jawaban Lainnya
• B. Plasma hipotonik, urin hipertonik, status volume
hipervolemia  seharusnya euvolemia
• C. Plasma isotonik, urin hipertonik, status volume
hipovolemia  seharusnya hipotonik, euvolemia
• D. Plasma hipertonik, urin hipotonik, status volume
hipovolemia  seharusnya hipotonik, urin
hipertonik, euvolemia
• E. Plasma hipertonik, urin hipotonik, status volume
euvolemia  seharusnya hipotonik, urin hipertonik
Jadi, keadaan pasien ini adalah…
A. Plasma hipotonik, urin
60 hipertonik, status volume
euvolemia
C. Melakukan persiapan tindakan
61 bedah CITO untuk mengevakuasi
hematoma intrakranial
• Pasca benturan kepala
• Sadar penuh koheren
• Nyeri kepala & penurunan kesadaran
beberapa jam kemudian  lucid interval
• CT scan: lesi hiperdens bikonveks
• Dx: Hematoma epidural
• Memerlukan tindakan penurunan TIK
surgikal CITO
Jawaban Lainnya
• A. Seharusnya dimintakan kepada keluarga inti jika
ada
• B. Pemberian mannitol bersifat suportif namun
bukan tatalaksana utama
• D. Dapat dilakukan jika tidak ada indikasi bedah
• E. Pemeriksaan GDS, elektrolit, dan fungsi ginjal 
persiapan pemberian mannitol
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
C. Melakukan persiapan tindakan
61 bedah CITO untuk mengevakuasi
hematoma intrakranial
62 A. Tumor otak

• Nyeri kepala 5 bulan (kronis) yang


memberat
• Nyeri tidak berdenyut
• Terutama pagi hari, disertai mual
• Riwayat trauma disangkal
• Dx: Sefalgia progresif ec susp. SOL
Jawaban Lainnya
• B. Cluster headache  keluhan akut dan
melibatkan mata dan hidung
• C. Perdarahan epidural  Riwayat trauma atau
keluhan akut
• D. Migrain tanpa aura  tidak berdenyut dan
unilateral
• E. Perdarahan subarakhnoid  nyeri kepala luar
biasa (thunderclap headache) dan kaku kuduk
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

62 A. Tumor otak
B. Pasang semirigid collar
63 neck
• Pasca KLL
• Tidak sadar penuh  CKS/CKB
• Darah mengalir dari telinga (otorrhea) dan
hidung (rhinorrhea)  susp. fr. Basis kranii
• Jejas pada dada dan perut kiri
• Dx: Traumatic brain injury
Jawaban Lainnya
• A. Evaluasi jalan napas, lakukan head tilt-chin lift 
NO HEAD TILT pada kasus multiple trauma. Curigai
cedera servikal sampai terbukti sebaliknya
• C. Lakukan pemeriksaan status neurologis  pada
secondary survey
• D. Lakukan pemeriksaan CT-Scan CITO  setelah
primary survey
• E. Lakukan pemeriksaan FAST  setelah primary
survey
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
B. Pasang semirigid collar
63 neck
64 D. CKB, GCS 8

• E: Rangsang nyeri – membuka mata  2


• M: Rangsang nyeri – tidak mampu
melokalisasi nyeri  4
• V: Rangsang nyeri – mengerang  2
• Dx: CKB – GCS 8
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

64 D. CKB, GCS 8
65 A. Penyakit Meniere

• Pusing berputar  vertigo vestibular


• Telinga berdenging & gangguan
pendengaran
• Dx: Penyakit Meniere
Jawaban Lainnya
• B. Labirinitis  vertigo, tinnitus, bisa disertai
gangguan pendengaran
• C. BPPV  vertigo saja,
• D. Migraine  Disertai gejala nyeri kepala
• E. Vertigo vestibular  akut, vertigo saja, fungsi
pendengaran baik, diperberat gerakan kepala
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

65 A. Penyakit Meniere
A. Dislokasi panggul
66 posterior kiri
• Pasca KLL
• Tungkai kiri terbentur aspal
• PF: adduksi, endorotasi
• Dx: Dislokasi panggul posterior kiri
 Anterior hip dislocation

Posterior hip dislocation 


Jawaban Lainnya
• B. Dislokasi panggul anterior kiri  ekstensi, rotasi
eksternal
• C. Fraktur collum femur  perdarahan, shortening,
tungkai lunglai ke sisi medial, umumnya pada lansia
• D. Fraktur corpus femur  perdarahan, bengkak
pada tungkai atas, shortening
• E. Sprain  tidak terjadi dislokasi, deformitas (-),
ROM normal dengan nyeri
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Dislokasi panggul
66 posterior kiri
D. Fr terbuka derajat 3B
67 pada 1/3 tibia anterior
• Pasca KLL
• Luka terbuka >1cm (12 cm), dasar tulang
• Tampak shortening & angulasi  fraktur
• Krepitasi (+)
• Klasifikasi Gustillo-Anderson : Derajat 3B
Periosteum 
Jawaban Lainnya
• A. Fr terbuka derajat 1  luka >1 cm
• B. Fr terbuka derajat 2  dasar tulang
• C. Fr terbuka derajat 3A  jaringan lunak minim,
dasar tulang
• E. Fr terbuka derajat 3C  NVD baik
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Fr terbuka derajat 3B
67 pada 1/3 tibia anterior
68 C. Fraktur klavikula

• Pasca KLL, jatuh mengenai bahu kanan


• Tampak tonjolan pada daerah tulang
selangka kanan  deformitas/angulasi 
susp. fraktur
• Kesulitan fleksi lengan atas
• Dx: Fraktur klavukula
Displaced/overlapped >20 mm

Minimally displaced 
Jawaban Lainnya
• A. Dislokasi anterior humerus 
• B. Dislokasi posterio humerus 
• D. Fraktur radius  lengan kanan bawah dbn
• E. Fraktir scapula  jarang terjadi, perlu tenaga
besar, kerap disertai fraktur dinding dada, tampak
deformitas dari inspeksi punggung
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

68 C. Fraktur klavikula
69 B. Vulnus laseratum

• Luka terbuka, tepi tidak rata


• Dasar otot
• Dx: Vulnus laseratum
Jawaban Lainnya
• A. Vulnus ekskoriatum  diskontinuitas epitel
• C. Vulnus punctum  luka tusuk
• D. Vulnus insivum  luka sayat, tepi rata
• E. Vulnus morsum  luka gigitan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

69 B. Vulnus laseratum
C. Anterior cruciate
70 ligament injury
• Pasca KLL, tidak stabil untuk berjalan di
daerah lutut & bengkak
• Lachman test (+)  anterior drawing test (+)
• Dx: ACL injury
Jawaban Lainnya
• A. Ruptur tendon achiles  Thompson test (+)
• B. Ruptur tendon patela  patella tertarik ke
proksimal, tungkai bawah tidak bisa ekstensi
• D. Posterior crutiate ligamen injury  posterior
drawing test (+)
• E. Medial collateral ligamen injury  valgus test (+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
C. Anterior cruciate
70 ligament injury
71 B. Paget disease

• Laki-laki, 55 tahun
• Nyeri paha kanan
• Xray: fraktur femur, resorpsi tulang,
penebalan korteks & deformitas tulang
• Lab: Peningkatan alkalin fosfatase
• Dx: Paget disease
Popcorn appearance
Jawaban Lainnya
• A. Osteokondroma  tidak tampak massa eksofitik
dari korteks
• C. Osteosarkoma  massa (-), reaksi periosteal
(sunburst) tidak ada
• D. Granuloma eosinofilik  Histiositosis sel
Langerhans, lesi litik, umumnya anak & dewasa
muda
• E. Kondrosarkoma  tidak disertai penebalan
korteks, popcorn appearance (-)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

71 B. Paget disease
72 C. Rontgen genu bilateral

• Nyeri lutut bilateral terutama pagi


• Nyeri mereda <30 menit
• Memberat dengan aktifitas
• PF: krepitasi genu bilateral. Radang (-)
• Dx: Osteoartritis
Jawaban Lainnya
• A. Serum faktor reumatoid  RA
• B. Analisis cairan sendi  artritis septik, gout,
umumnya unilateral, tanda radang (+)
• D. ANA  suspek SLE, usia dewasa muda, wanita,
sendi kecil
• E. Kadar asam urat darah  gout, unilateral, tanda
radang (+)
Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

72 C. Rontgen genu bilateral


73 D. Rickets

• Anak, 5 tahun
• Tungkai bawah deformitas menyerupai
busur
• Tulang iga menonjol seperti manik-manik
(Rosary beads)
• Lab: Kadar vit D rendah
• Dx: Rickets (BUKAN RICKETSSIA)
Blue sclerae

Osteogenesis imperfecta:
Kelainan pada kolagen tipe I
Jawaban Lainnya
• A. Osteogenesis imperfecta  tanpa deformitas,
sklera biru (-)
• B. Displasia fibrosa  tumbuhnya jaringan ikat
pada tulang, menyebabkan tulang lebih lemah
rentan fraktur, umumnya hanya satu tulang bukan
sistemik, umumnya anak/dewasa muda
• C. Osteoporosis  sesudah cakram epifisis
menutup dan usia lanjut
• E. Akondroplasia  tidak ada gangguan
mineralisasi, tidak ada tulang melengkung sampai
seperti busur
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

73 D. Rickets
74 E. Ruptur Meniskus

• Pasca benturan olahraga


• Lutut kanan bengkak
• Bunyi pop pada saat prosedur McMurray
eksorotasi
• Dx: Ruptur meniskus
Jawaban Lainnya
• A. Ruptur ligamen krusiatum anterior  anterior
drawer test (90 der) & Lachman test (20-30 der)
• B. Ruptur ligamen krusiatum posterior  posterior
drawer test
• C. Ruptur ligamen krusiatum lateral  valgus/varus
test
• D. Ruptur tendon achilles  thomson test (+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

74 E. Ruptur Meniskus
D. Osteogenesis
75 imperfecta
• Anak, 4 tahun. Bengkak betis setelah
terjatuh
• Krepitasi  fraktur
• Bekas fraktur lama multipel
• PF: sklera biru
• Dx: Osteogenesis imperfecta
Blue sclerae

Osteogenesis imperfecta:
Kelainan pada kolagen tipe I
Jawaban Lainnya
• A. Osteoporosis  usia lanjut
• B. Osteopeni  setelah cakram epifisis menutup
• C. Child abuse  Tampak bekas trauma pada
jaringan lunak sekitar tulang
• E. Displasia fibrosa  lesi tulang tidak banyak,
umumnya tunggal
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Osteogenesis
75 imperfekta
76 C. Pheniramin maleat
• keluhan mata merah, gatal, terasa mengganjal, dan
berair.
• Banyak benjolan di balik palpebra superior yang
menyerupai tumpukan batu bata.

• Tatalaksana apa yang paling tepat saat ini ?


Konjungtivitis
Konjungtivitis
Patologi Etiologi Tanda dan gejala Tatalaksana
Bakteri Staphylococci Mata merah, terasa berpasir, Antibiotik topikal
streptococci, sensasi terbakar, biasanya bilateral, Air mata buatan
Gonocci kelopak mata susah membuka,
Corynebacteri injeksi konjungtiva difus, discharge
um strains mukopurulen, papil (+)
Virus Adenovirus, Mata berair unilateral, merah, rasa Memburuk pada hari 3-5,
Herpes tidak nyaman, fotofobia, edema sembuh sendiri dalam 7-14
simplex virus kelopak mata, limfadenopati hari
or varicella- preaurikular, konjungtivitis Air mata buatan: mencegah
zoster virus folikular, pseudomembran (+/-) kekeringan dan mengurangi
inflamasi
Antiviral  herpes simplex
virus atau varicella-zoster
virus
Patologi Etiologi Tanda dan Gejala Tatalaksana
Jamur Candida sp., Jarang, pasien imunokompromais, Antijamur topikal
Blastomyces pasien yang mendapat terapi
dermatitidis, antibiotic
Sporothrix schenckii

Vernal Alergi Peradangan konjungtiva Hindari alergen


kronis, riwayat keluarga Antihistamin topikal,
atopik, gatal, fotofobia, mast cell stabilizer,
sensasi benda asing, simptomatik
blefarospasme, cobblestone
pappilae, horner trantas dot
Inklusi Chlamydia Mata merah dan nyeri selama Doxycycline 100 mg bid
trachomatis beberapa minggu/bulan, sekret for 21 hari atau
mukopurulen, lengket, sensasi benda Erythromycin 250 mg PO
asing, mata berair, kelopak mata qid 21 days
bengkak,kemosis,Folikel Antibiotik topikal
Konjungtivitis Vernalis
• Gejala dan tanda :
- Mata merah, gatal, dan berair
- Injeksi konjungtiva
- Cobblestone appearance
- Horner trantas dots
Horner trantas dots
TATALAKSANA :
1. Menghindari alergen
2. Mast cell stabilizer
3. Antihistamin
4. Steroid
Cobblestone app
Konjungtivitis Vernal Vs Atopik
Characteristics VKC AKC
Generally presents at a younger age
Age at onset Second to third decade
than AKC' first decade

Sex Males are affected preferentially. No sex predilection

Seasonal variation Typically occurs during spring months Generally perennial

Discharge Thick mucoid discharge Watery and clear discharge

Moderate incidence of conjunctival Higher incidence of conjunctival


Conjunctival scarring
scarring scarring

Horner-Trantas dots and shield ulcers Presence of Horner-Trantas dots is


Horner-Trantas dots
are commonly seen. rare.

Not present, unless secondary to Deep corneal neovascularization


Corneal neovascularization
infectious keratitis tends to develop

Conjunctival scraping reveals


Presence of eosinophils in
eosinophils to a greater degree in VKC Presence of eosinophils is less likely
conjunctival scraping
than in AKC

http://emedicine.medscape.com/article/1191467-differential
Pilihan Lain
• A. Dexametason  steroid, terutama untuk
mencegah kekambuhan, penggunaan jangka
panjang menimbulkan ES >>>
• B. Kloramfenikol  antibiotik
• D. Fenilefrin  vasokonstriktor
• E. Asiklovir  antiviral
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

76 C. Pheniramin maleat
77 B. Pterigium
• Mata terasa mengganjal dan sering berair
• Bekerja sebagai pengupas keras di pinggir pantai.
• Gambaran selaput fibrovaskular kekuningan di
medial mata.

• Diagnosis yang tepat ?


Pterigium
• Pterigium adalah
pertumbuhan jaringan
konjungtiva bentuk segitiga ,
bervaskular, dan bisa meluas
hingga limbus dan pupil.
• Seringnya asimptomatik;
keluhan lain: mata kering
(burning, itching or tearing).
Manajemen pterigium
• Menghindari pajanan sinar UV adalah tindakan
awal, namun tidak menghilangkan pterigium yang
sudah ada
• Dengan kacamata hitam, topi
• Artificial tears dapat mengurangi gejala
• Kortikosteroid topikal, bila ada indikasi (yakni;
adanya inflamasi yang sedang terjadi)
• Pembedahan adalah tindakan definitif, namun
kekambuhan masih munkgin terjadi

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/963/treatment/details.html
Pilihan Lain
• A. Pinguekula  nodul kekuningan, akibat iritasi
kronik
• C. Pseudopterigium  seperti pterigium, tetapi
masih bisa dilalui dengan tes sonde.
• D. Hordeolum  nodul kecil yang hiperemis (+),
nyeri (+)
• E. Kalazion  nodul, hiperemis (-), nyeri (-)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

77 B. Pterigium
78 E. Presbiopia
• Usia 53 tahun
• Pandangan kabur untuk membaca dekat
• Segmen anterior mata dalam batas normal. Visus
ODS 6/6.

• Diagnosis yang tepat?


Presbiopi
• Daya akomodasi mata
lemah
• Usia tua
• Sulit melihat jarak dekat
• Tatalaksana: lensa positif

ADISI LENSA
Usia 40 – 44 th Usia 45-49 th Usia 50 – 54 th Usia 55 – 59 th > Usia 60 th
+1.0 D +1.5 D +2.0 D +2.5 D +3.0 D
Jaeger Test/ Chart/ Card
• Untuk pemeriksaan visus jarak dekat/ membaca.
• Terdiri dari 7 paragraf; ukuran J10 (terbesar) sampai J1
(terkecil).
• Jarak baca sekitar 14 inch
Pilihan Lain
• A. Astigmatisme  dikoreksi dengan lensa silinder.
• B. Hiperopia = hipermetropia = rabun dekat 
dikoreksi dengan Sferis positif terkuat
• C. Hipermetropia
• D. Miopia = rabun jauh  dikoreksi dengan Sferis
negatif terlemah.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

78 E. Presbiopia
79 B. Skleritis
• Nyeri disertai pandangan buram pada mata kanan.
• Mata kanan merah, berair, dan tampak injeksi
sklera profunda
• Nodul sklera yang tidak dapat digerakkan.

• Kemungkinan diagnosis ?
Episkleritis Skleritis

Sering berkaitan dengan


Sering idiopatik
penyakit sistemik

Mata kemerahan-pink, sering Mata kemerahan-lebih gelap,


asimptomatik nyeri dan visus turun
Pelebaran pembuluh darah Neovaskularisasi dan kongesti
ringan dan superfisial-tidak vessels lebih berat dan dalam
ada neovaskularisasi
Tes fenilefrin 2,5 % tidak ada
Tes fenilefrin 2,5%  perubahan
vasokonstriksi
Pilihan Lain
• A. Episkleritis  visus normal, injeksi sklera (+),
nyeri (-)
• C. Konjungtivitis  visus normal, injeksi
konjungtiva
• D. Keratitis  visus turun, injeksi silier
• E. Perdarahan subkonjungtiva  visus normal,
gumpalan darah di salah satu kuadran mata.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

79 B. Skleritis
80 B.Dakriosistitis
• Bengkak pada daerah sakus lakrimalis mata kanan,
hiperemis, nyeri dan keluar sekret putih kekuningan
dari punctum lakrimalis.

• Diagnosis yang tepat ?


Dakriosistitis
• Adalah inflamasi sakus lakrimalis
• Obstruksi duktus lakrimalis: primer (idiopatik stenosis)
atau sekunder (trauma, infeksi, neoplasma, dll)
• Akut dan kronik
• Nyeri mendadak, eritem dan edema daerah sakus
lakrimalis, epifora
• Tatalaksana:
• Akut:
• Hindari probing dan irigasi pada masa akut/ infeksi aktif, sangat nyeri
• Antibiotik oral / parenteral
• Aspirasi sakus lakrimalis pada kasus pyocele/mucocele  kultur
kuman
• Abses insisi
• Kronik:
• Masase
• Operatif
Pemeriksaan (Tes Anel)
Irigasi melalui punctum
dan kanalikuli lakrimal,
bila cairan mencapai
rongga hidung , maka
sistem eksresi berfungsi
baik
TATALAKSANA
• Pasien dengan keadaan umum baik: Cephalexin 500 mg
peroral tiap 6 jam, alternatif Amoxicillin /clavulanate 500
mg peroral tiap 8 jam
• Pasien KU jelek, demam dan akut dirawat di rumah sakit
dengan penanganan cefazolin 1gr iv tiap 8 jam
• Kompres air hangat dan massase di bawah area kantus
• Analgesik bila perlu
• Insisi dan drainase pada abses
Pilihan Lain
• A.Dakrioadenitis  gambaran ptosis S terbalik
• C.Blefaritis  palpebra edema, paling sering
dijumpai ulkus, skuama
• D.Hordeolum interna  benjolan merah, nyeri di
kelopak mata sebelah dalam
• E.Hordeolum eksterna  benjolan merah, nyeri di
sudut kelopak mata.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

80 B.Dakriosistitis
81 D. Blefaritis anterior
• Kedua mata merah dan pedih
• Konjungtiva hiperemis
• Inspeksi margo palpebra tampak edema, ditemukan
lesi berbentuk kolaret, skuama, dan ulkus.

• Diagnosis yang tepat?


Blefaritis: peradangan kelopak mata
(1) anterior : ulseratif (karena stafilokokus), nonulseratif (karena seboroik)
(2) Posterior (kelainan kelenjar meibom)
• Terdapat dua tipe:
• ulseratif (karena
stafilokokus)
• nonulseratif (karena
Kelainan kelenjar meibom seboroik)
• Terapi: seka dengan air hangat untuk mempermudah
evakuasi pus (kompres hangat)
• Bersihkan tepi palpebra untuk membersihkan dengan krusta
(juga dengan kain hangat)
• Antibiotik
Pilihan Lain
• A. Keratitis dermatofagoides  keratitis karena
tungau demodex, biasanya higieninya kurang baik
• B. Hordeolum interna  benjolan merah, nyeri di
kelopak mata sebelah dalam
• C. Konjungtivitis sika  mata kering (dry eye)
• E. Blefaritis posterior  mata kering, sekret
berminyak/ berbusa akibat obstruksi kelenjar
meibom.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

81 D. Blefaritis anterior
82 C Rujuk Spesialis Mata
• Mata berair dan perih, terasa mengganjal
• Bekerja sebagai tukang las
• Korpus alienum di daerah kornea, melewati limbus.

• Tindakan yang paling tepat ?


TATALAKSANA BENDA ASING DI
KORNEA
• Patients who present to the emergency
department with emergent conditions should be
referred to an ophthalmologist on the day of
presentation. Patients with urgent conditions can
be seen the following day.
• Emergent conditions include the • Urgent conditions include the
following: following:
• Hyphema (blood in the anterior • Significant lid edema
chamber)
• Diffuse subconjunctival hemorrhage
• Diffuse corneal defect or opacity
• Laceration of the cornea or sclera
• Single dilated pupil or an abnormally
shaped pupil
• A more deep or shallow anterior
chamber (when compared to the
other eye)
• Possible penetration of the globe
• Multiple foreign bodies
• Extremely uncooperative patient (eg,
young child, intoxicated individual,
patient with mental disability)
Benda asing di mata
• Keluhan: nyeri, mata merah, berair, sensasi benda
asing, fotofobia
• Tatalaksana untuk benda asing di konjungtiva :
• Tetes mata tetrakain 2% (atau anestesi topikal lain) 1-2 tetes
• Gunakan lup
• Angkat benda asing dengan lidi kapas/ cottonbud atau jarum
suntik 23G
• Lidi kapas/cotton tip applicator terutama pada benda yang
superfisial dan tidak menembus
• Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan povidon iodin pada
tempat bekas benda asing
• Berikan antibiotik topikal, misalnya Kloramfenikol tetesmata 1
tetes tiap 2 jam selama 2 hari
Pilihan Lain
• A. Irigasi dengan NaCl 0,9%  pada trauma kimia
mata
• B Ekstraksi dengan menggunakan kapas lidi  bila
benda asing di konjungtiva
• D. Beri salep antibiotic
• E. Observasi
Jadi, tindakan pada pasien ini
adalah…
82
C Rujuk Spesialis Mata
83 C. Hifema derajat 3
• Mata merah dan nyeri setelah matanya terkena
lemparan bola tenis
• VOD 6/60, VOS 6/6
• OD: konjungtiva bulbi hiperemis, kornea jernih,
terdapat darah di setinggi ¾ bilik mata depan.

• Diagnosis?
HIFEMA
• Darah di bilik mata depan, sering akibat trauma
tumpul.
Tatalaksana
Suportif :
• Acetaminophen  kurangi nyeri
• Antifibrinolytic / As.tranexamat  mencegah
perdarahan sekunder
• Antiglaukoma topical / oral menurunkan TIO
• Tirah baring total
• Posisi tidur tegak dengan sudut minimal 45◦

Hifema grade >2  operatif


Pilihan Lain
• A. Hifema derajat 1  ketinggian ¼ bilik mata
depan
• B. Hifema derajat 2  ketinggian ½ bilik mata
depan
• D. Hifema derajat 4  sudah seluruh bilik mata
depan
• E. Perdarahan subkonjungtiva
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

83 C. Hifema derajat 3
D. Glaukoma primer sudut
84 tertutup
• Pandangan kabur, melihat seperti pelangi, dan
terasa cekot-cekot.
• Pada pemeriksaan ditemukan pupil midriasis, iris
bombe (+).

• Diagnosis yang mungkin adalah ?


Jenis Glaukoma
• Glaukoma Primer: idiopatik
• Sudut terbuka
• Sudut tertutup
• Glaukoma Sekunder: akibat penyakit / kondisi lain
yang menyertai
• Sudut tertutup
• Sudut terbuka
Glaukoma Akut
• Disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler
yang mendadak. Sering merupakan glaukoma
primer sudut tertutup.
• Tanda dan gejala:
• mata merah dan nyeri
• visus turun mendadak
• mual muntah – akibat tekanan bola mata yang sangat
tinggi
• edema kornea
• bilik mata depan dangkal
• pupil middilatasi, refleks pupil negatif
• Iris bombe
Iris bombe = perlengketan iris 
pupil blok
• Glaukoma Akut: kegawatan! Segera turunkan TIO dengan
Asetazolamid 500 mg, timolol eyedrop, dan pilokarpin
eyedrop. Lanjutkan dengan rujuk ke spesialis Mata untuk
terapi definitif.
• Terapi awal glaukoma akut  DOC asetazolamid
• Terapi definitive glaukoma primer akut  iridotomi
• Glaukoma Kronik: seringkali merupakan glaukoma sudut
terbuka, visus turun perlahan, lapang pandang sempit,
tunnel vision, PF: mata tenang, TIO normal/ agak tinggi,
funduskopi tampak hilangnya cup/ disc ratio
(“menggaung”).
ASETAZOLAMID IV atau oral (DOC)
Dapat pula diganti dengan latanoprost, timolol
0.25-0.5%)
• Pilokarpin  kontraksi siliar dan pupil  miosis 
buka sudut COA. Sudah jarang dipakai.
• Timolol  mengurangi produksi aqueous humour.
• Steroid topikal  mengurangi inflamasi intraokuler
sekunder.
• Zat hiperosmolar (manitol, gliserin)  mengurangi
volume vitreous.
Kontraindikasi pada glaukoma akut sudut tertutup:
midriatikum-siklopegik

• Midriatikum: obat yg digunakan untuk memperbesar pupil mata


• Siklopegia untuk melemahkan otot siliaria sehingga memungkinkan
mata untuk fokus pada objek yang dekat.
• Contoh: tropicamide, atropin, homatropine
• Midriatikum  sudut COA semakin tertutup  memperberat
glaukoma.
Pilihan Lain
• A. Iridosiklitis  mata merah, injeksi silier, pupil
miosis, keratik presipitat.
• B. Uveitis anterior = iridosiklitis
• C. Glaukoma primer sudut terbuka = glaukoma
kronik  visus perifer berkurang perlahan (“tunnel
vision”).
• E. Ablasio retina  visus turun mendadak seperti
tertutup tirai, FR = myopia tinggi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Glaukoma primer sudut
84 tertutup
C. Age Related Macular
85 Degeneration
• Tampak bayangan kehitaman pada lapang
pandangnya
• Funduskopi: tampak di area makula berwarna
kuning kehijauan dikelilingi lingkaran berwarna abu-
abu dan drusen (+).

• Apakah diagnosa tepat?


Degenerasi Makula
• Paling sering pada
orang tua
• Kerusakan makula
• Dibedakan menjadi tipe
“kering” dan “basah”
• Timbul gejala defek
lapang pandang sentral
(skotoma)
Gambaran khas degenerasi
makula  badan drusen
Pilihan Lain
• A. CMV retinitis  akibat infeksi CMV
• B. Ablasio retina  visus turun mendadak seperti
tertutup tirai
• D. Polypoid choroidal vasculopathy  akibat
kerusakan pembuluh darah koroid, pada orang tua,
perdarahan subretina, defek pigmen epitel retina
• E. Hipertensi maligna  TD diastolic > 120 mmHg,
dengan perdarahan pada retina
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
C. Age Related Macular
85 Degeneration
86 C. Anisometropia
• Nyeri kepala dan pandangan kabur pada kedua
mata.
• Pemeriksaan visus: OS 6/20 dikoreksi S-1,00
menjadi 6/6. OD 6/28 dikoreksi S-5,00 menjadi 6/6.

• Diagnosis yang tepat ?


Anisometropia
• Kekuatan refraksi kedua mata berbeda, baik
perbedaan besar miopia, hipermetropia, atau
antimetropia, serta astigmatisma.
• Keluhan utama mata cepat lelah dan diplopia.
Komplikasi: ambliopia karena secara alamiah mata
SSP akan ”menekan” fungsi mata yang jauh dari
emetropia.
• Tatalaksana: kacamata dengan koreksi iseikonik
(penyesuaian besar gambar yang dihasilkan kedua
mata) atau lensa kontak.
Pilihan Lain
• A. Hipermetropia = hiperopia = rabun dekat 
dikoreksi dengan Sferis positif terkuat
• B. Ambliopia = mata malas  terutama pada anak,
visus tidak dapat 6/6
• D. Miopia = rabun jauh  dikoreksi dengan Sferis
negatif terlemah
• E. Antimetropia  Sferis positif pada mata kiri dan
Sferis negatif pada mata kanan, atau sebaliknya.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

86 C. Anisometropia
B. Non-proliferative
87 diabetic retinopathy
• Riwayat DM selama 10 tahun
• Neovaskularisasi (-), dot hemorrhagic (+), hard
exudates (+), macula edema (-), refleks fovea
normal.

• Diagnosis yang tepat?


Retinopati Diabetikum (RD)
• Komplikasi diabetes pada • Faktor risiko:
mata: • Diabetes
• Retinopati  paling • Kehamilan
sering dan berpotensial • Hipertensi
menyebabkan kebutaan
• Nefropati
• Hordeolum rekuren
• Hiperlipidemi
• Katarak
• Merokok
• Glaukoma
• Obesitas
• Neovaskularisasi iris
• Dan lain lain
• Tanda dan gejala: • Pemeriksaan:
• Melihat titik atau floaters • Tajam penglihatan
• Penurunan tajam penglihatan • Funduskopi dalam
• Terdapat titik hitam di tengah keadaan pupil dilatasi:
lapang pandang direk/indirek
• Sulit melihat dalam gelap • Foto Fundus
• Pada pemeriksaan funduskopi: • USG bila ada perdarahan
cotton wool spot, flame vitreus
hemorrhages, dot-blot
hemorrhages, hard exudates

Tatalaksana:
• Cegah progresivitas penyakit,
terutama kontrol diabetes dan
faktor risiko lainnya
• Fotokoagulasi laser
• Injeksi intraviteral antiVEGF
• Stemsel (dalam penelitian)
Stadium RD
Stadium Hasil oftalmoskopi

Nonproliferatif Mikroaneurisma, pendarahan intraretina (dot & blot


hemorrhage; flame hemorrhage), cotton wool spot
Preproliferatif Nonproliferatif + soft & hard exudate

Proliferatif stadium dini Neovaskularisasi

Proliferatif stadium lanjut Proliferatif stadium dini + pendarahan viterus


Pilihan Lain
• A. Proliferative diabetic retinopathy  sudah ada
neovaskularisasi (+)
• C. Central retinal vein occlusion  gambaran
perdarahan (flame shape)
• D. Central retinal artery occlusion  gambaran
cherry red spot.
• E. Retinal detachment = ablasio retina  gambaran
sobekan retina
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B. Nonproliferative
87 diabetic retinopathy
88 B. Kelenjar meibom
• Nyeri pada mata kanan.
• Di palpebra superior terdapat nodul, eritem, nyeri,
berbatas tegas.

• Kelenjar apakah yang terlibat dalam kelainan pada


pasien ?
Hordeolum

• Interna dan eksterna


• Akibat sumbatan kelenjar zeis dan moll
(eksterna) atau kelenjar meibom (interna)
• Sering disebabkan oleh Stafilokokus
aureus
• Tanda radang (+)
• Tatalaksana: insisi dan drainase;
kompres hangat; antibiotik
Kalazion
• Kalazion: seringkali berasal dari hordeolum yang
kronik  membentuk jaringan granulasi  tanda
inflamasi (-)
• Kalazion tidak nyeri, benjolan tidak hiperemis
Pilihan Lain
• A. Kelenjar zeis, moll  kelainan pada hordeolum
eksterna
• C. Kelenjar sebasea
• D. Kelenjar apokrin
• E. Kelenjar endokrin
Jadi, kelainan kelenjarnya adalah…

88 B. Kelenjar meibom
89 D. Ceftriaxone
• Mata merah sejak lahir
• Kotoran mata kental berwarna kekuningan disertai
edem palpebra.
• Pemeriksaan swab konjungtiva terdapat diplococus
gram negatif.

• Terapi apa yang paling tepat diberikan?


Konjungtivitis
Neonatorum
• Konjungtivitis neonatorum timbul pada masa
sebulan kehidupan.
• Penyebab: aseptik (sering: kimia (silver nitrate))
atau septik (sering: virus, bakteri (sering:
gonokokus dan klamidia))

Severe purulent discharge and


eyelid edema in a newborn
with gonococcal conjunctivitis
(confirmed with Gram stain
and culture).
Masa Inkubasi
• Konjungtivitis kimia akibat silver nitrat sering muncul
pada hari pertama kehidupan, sembuh spontan dalam
2-4 hari.
• Konjungtivitis gonore sering muncul hari ke 2-7 setelah
lahir.
• Onset konjungtivitis klamidia sering terlambat
daripada konjungtivitis gonore; masa inkubasi 5-14
hari.
• Konjungtivitis herpes sering muncul dalam 2 minggu
pertama setelah lahir dengan masa inkubasi 6-14 hari.
• Klinis konjungtivitis gonore seringkali lebih berat
daripada penyebab lain. Khasnya adalah konjungtivitis
purulen bilateral.
Konjungtivitis Neonatorum
• Prinsip pengobatan untuk bayi:
• Terlebih dulu diberikan pengobatan untuk gonore
• Bila 3 hari tidak ada perbaikan  DIIKUTI pengobatan
untuk klamidiosis

Pengobatan Konjungtivitis Pengobatan Konjungtivitis


Gonore Klamidia
• Seftriakson 50-100 mg/kgbb • Sirop eritromisin basa 50
IM, dosis tunggal ATAU mg/kgbb/hari peroral 4x
• Kanamisin 25 mg/kgbb (max perhari selama 14 hari
75 mg, IM dosis tunggal)
Pilihan Lain
• A. Eritromisin  untuk konjungtivitis klamidia, atau
bila tidak ada perbaikan dengan seftriakson.
• B. Amoxicillin
• C. Penisilin
• E. Ciprofloxacin
Jadi, terapi pasien ini adalah…

89 D. Ceftriaxone
90 C. Vitamin A 200.000 IU
• Anak 3 tahun dengan keluhan penurunan
pandangan terutama saat menjelang sore hari.
• Ditemukan bitot spot pada konjungtiva.

• Tatalaksana yang tepat ?


Xeroftalmia
Akibat defisiensi vitamin A
Xeroftalmia

Xerosis konjungtiva Bitot Spot Xerosis kornea


Tatalaksana
Berikan suplemen vitamin A
• Usia < 6 bulan : 50.000 IU
• Usia 6 – 12 bulan : 100.000 IU
• Usia > 12 bulan : 200.000 IU

Diberikan pada
hari ke 1, 2, dan 14
Pilihan Lain
• A. Vitamin A 50.000 IU  untuk usia < 6 bulan
• B. Vitamin A 100.000 IU  untuk usia antara 6
bulan -12 bulan
• D. Vitamin C
• E. Asam folat
Jadi, terapi pasien ini adalah…

90 C. Vitamin A 200.000 IU
91 D. Snowball sampling
• Meneliti tentang hubungan homoseksual dengan
kejadian infeksi menular seksual
• Populasi homoseksual di daerah itu kurang dari 1
persen.
• Terdapat keterbatasan waktu, dana dan sedikitnya
populasi yang akan dipilih menjadi subjek penelitian

• Teknik pengambilan sampel apakah yang


sebaiknya dipilih?
Teknik Pengambilan Sampel
Probability – berdasarkan peluang
• Acak sederhana
• Acak sistematik
• Acak stratifikasi
• Kluster sederhana
Non Probabel – tidak berdasarkan peluang
• Convenient / accidental
• Consecutive
• Purposive
• Snowball
Probability
Non Probability
• Convenient = memilih siapa
yang “kebetulan” ada
• Consecutive = setiap yang
memenuhi kriteria inklusi
langsung dijadikan sampel
• Purposive = berdasarkan
keputusan peneliti semata
(umumnya untuk uji kualitatif)
• Snowball = satu subjek
merekrut subjek yang lain 
biasanya untuk kasus yang
langka
Pilihan Lain
• A. Simple random sampling  pengambilan sampel
secara acak sederhana. Pada populasi homogen
yang kerangka sampelnya jelas.
• B. Stratified random sampling  dikelompokkan,
lalu diambil beberapa bagian dari kelompok itu
• C. Cluster random sampling  populasi terbagi
menjadi cluster dan dipilih cluster secara acak.
Cluster dianalisis secara utuh
• E. Systematic random sampling  pengambilan
acak dengan metode tertentu (misal urutan genap)
Jadi, teknik samplingnya adalah…

91 D. Snowball sampling
92 D. Uji korelasi Pearson
• Meneliti tentang apakah berat bayi lahir berkaitan
dengan kenaikan berat badan ibu saat hamil.

• Berkaitan  mengesankan penelitian yang akan


dilakukan bersifat korelasi
• Anggap BBL adalah data numerik, dan kenaikan BB ibu
selama hamil adalah numerik pula

• Uji statistik manakah yang paling tepat digunakan?


Prinsip Dasar
• Mencari seberapa besar hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tergantung  uji korelasi.
• Uji korelasi akan menghasilkan koefisien korelasi (r).

Variabel 1 Variabel 2 Uji hipotesis


Numerik Numerik Pearson
Ordinal Spearman
ANALISIS SOAL
• Meneliti tentang seberapa besar hubungan berat
bayi lahir dengan kenaikan berat badan ibu saat
hamil.
• Variabel bebas : berat bayi lahir (numerik)
• Variabel tergantung : kenaikan berat ibu (numerik)

• Seberapa besar hubungan antara variabel numerik


dengan numerik dinyatakan dengan uji korelasi
pearson.
Jadi, uji statistiknya adalah…

92 D. Uji korelasi Pearson


93 B. Case control
• Penelitian mengenai faktor kepatuhan minum obat
pada pasien skizofrenia.
• Variabel bebas : pengawas minum obat dan jarak
rumah ke puskesmas.
• Variabel tergantung : efektivitas pemulihan gejala
skizofrenia.
• Penelitian yang efisien waktu dan biaya.

• Desain penelitian apa yang sesuai digunakan


olehnya?
Case report DESKRIPTIF:
tidak ada
pembanding
Case series

Observasional Cross sectional


Desain ANALITIK:
Penelitian ada
Eksperimental:
Case control pembanding
ada perlakuan

Cohort
KOHORT KASUS POTONG
• 2 Jenis: KONTROL LINTANG
• Prospective cohort
• Retrospektif • Deskriptif, sewaktu
• Retrospective/historic
• Dapat melihat kausalitas • HUBUNGAN ASOSIASI
al cohort
• Umum digunakan pada  TIDAK KAUSALITAS
• Subjek diikuti untuk
KASUS LANGKA • CEPAT DAN MURAH
periode tertentu
• Menghitung ODDS • Menghitung RELATIF
• SANGAT BAIK
RATIO (OR) RISK (RR)
menilai KAUSALITAS
• Relatif LAMA dan
MAHAL
• Menghitung RELATIF
RISK (RR)
ANALISIS SOAL
• Ingin dilakukan penelitian yang efisien waktu dan
biaya  desain penelitian yang sesuai : cross
section , case control.
• Pada soal telah ditetapkan variabel bebas dan
variabel tergantung. Artinya, penelitian tersebut
tetap ingin mencari hubungan sebab akibat.
• Mencari hubungan sebab akibat secara efisien
waktu dan biaya  desain penelitian case control.
Pilihan Lain
• A. Case study = laporan kasus
• C. Cohort  dapat mencari hubungan sebab
akibat, tetapi perlu waktu dan biaya besar.
• D. Cross sectional  tidak dapat mencari hubungan
sebab akibat
• E. Case report = laporan kasus
Jadi, design penelitiannya adalah…

93 B. Case control
94 D. 25%
• Subjek 400 pasien penderita karsinoma tyroid, dan
400 pasien sehat.
• Didapatkan 100 hasil positif diantara pasien yang
terdeteksi karsinoma tyroid oleh hasil biopsi, serta
didapatkan 50 hasil positif pada pasien sehat.

• Berapakah nilai sensitivitas alat uji diagnostik


tersebut?
GOLD STANDAR GOLD
(Biopsi +) STANDAR
(Biopsi -)
A
UJI BARU (+) 100 (A) 50 (B) PPV = A + B

D
UJI BARU (-) 300 (C) 350 (D) NPV = C + D
Total 400 400

SENSITIVITAS SPESIFISITAS
A D
A+C B+ D
Uji Diagnostik

Sensitivitas a
Dari yang sakit, berapa yang
hasilnya positif? a+c

Spesifisitas d
Dari yang tidak sakit, berapa b+d
yang hasilnya negatif?
Uji Diagnostik

Nilai duga positif/PPV a


Dari yang positif, berapa yang
sebenarnya sakit? a+b

Nilai duga negatif/NPV d


Dari yang negatif, berapa yang c+d
sebenarnya tidak sakit?
ANALISIS SOAL
• Sensitivitas = A / (A+C)

• Maka, sensitivitas = 100/(100+300)


= 25 %
Jadi, sensitivitasnya adalah…

94 D. 25%
95 D. Bias recall
• Pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan angka
kejadian dermatitis atopik.
• Setelah menetapkan kriteria inklusi dan melakukan
validasi kuesioner, penelitian dilakukan selama 7
hari.
• Selama proses pengisian kuesioner, responden
didampingi oleh peneliti.
• Setelah terkumpul, ternyata banyak bagian yang
tidak terisi.

• Apa kekurangan penelitian tersebut yang paling


mungkin ?
Sumber-sumber bias
1. Proses seleksi atau partisipasi subyek ( bias
seleksi)
2. Proses pengumpulan data ( bias informasi)
3. Tercampurnya efek pajanan utama dengan efek
faktor risiko eksternal lainnya ( perancu/
confounding)
3 karakteristik penting bias seleksi
1. Terjadi ketika menggunakan kriteria yang
berbeda dalam prosedur seleksi subyek
2. Besar dan arahnya seringkali tidak dapat
diperkirakan
3. Bias ini, sekali terjadi tidak dapat dikendalikan,
melainkan hanya dapat dicegah.
Bias informasi
• Bias informasi (information bias) atau bias
observasi (observation bias) atau bias pengukuran
(measurement bias) adalah bias yang terjadi karena
perbedaan sistematik dalam mutu dan cara
pengumpulan data
• (misalnya karena menggunakan kriteria atau
metode pengukuran yang tidak sahih) tentang
pajanan atau penyakit/masalah kesehatan dari
kelompok-kelompok studi.
Bias informasi
• Bias lainnya yg terkait dengan kesalahan pengukuran yg
dapat berujung pada misklasifikasi penyakit atau pajanan
adalah:
• Recall bias (bias mengingat kembali) dari subyek penelitian yg
terjadi karena misalnya kemampuan pasien mengingat informasi
pajanan berbeda pada kelompok kasus dan kontrol.
• Interviewer bias (bias pewawancara) terjadi karena subyektifitas
atau sugesti pewawancara dalam proses pengumpulan data.
• Clever Hans effect yg terjadi karena subyek merubah respons
agar sesuai dengan apa yg (dianggap oleh subyek)
menyenangkan peneliti/ pewawancara.
ANALISIS SOAL
• Secara umum bias dapat berupa bias seleksi
maupun bias informasi.
• Setelah menetapkan kriteria inklusi dan melakukan
validasi kuesioner, penelitian dilakukan 
kemungkinan bukan bias seleksi
• Selama mengisi kuesioner, responden didampingi.
Namun, masih ada bagian kosong  kemungkinan
ada kesulitan mengingat kembali  bias recall.
Jadi, kekurangan penelitiannya
adalah…

95 D. Bias recall
96 A. Uji chi square
• Meneliti hubungan jenis-jenis pekerjaan ibu-ibu
dalam memilih kontrasepsi.
• Pekerjaan dibagi menjadi pegawai negeri, pegawai
swasta, dan wiraswasta
• Kontrasepsi dibagi menjadi memakai kontrasepsi
dan tidak memakai kontrasepsi.

• Uji hipotesis yang tepat adalah ?


Uji Statistik
Variabel tergantung

Jumlah variabel bebas Jenis variabel Tidak berpasangan


tergantung berpasangan
Variabel 2 kelompok Nominal Chi square McNemar
bebas :
kategorik Ordinal Mann Wilcoxon
Whitney
Numerik T-Unpair T-pair

>2 Nominal Chi square Cochran


kelompok
Ordinal Kruskal-wallis Friedman

Numerik ANOVA Related-


ANOVA
ANALISIS SOAL
• Ingin meneliti hubungan jenis-jenis pekerjaan ibu-ibu dalam
memilih kontrasepsi.
• Variabel bebas : jenis pekerjaan (termasuk variabel
kategorik).
Pekerjaan dibagi menjadi pegawai negeri, pegawai swasta,
dan wiraswasta  > 2 kelompok.
• Variabel tergantung : Kontrasepsi
Kontrasepsi dibagi menjadi memakai kontrasepsi dan tidak
memakai kontrasepsi  nominal

• Uji yang tepat untuk variabel kategorik yang tidak


berpasangan itu  uji chi square.
Jadi, uji statistiknya adalah…

96 A. Uji chi square


97 C. (100x50)/(200x150)
• Penelitian tentang hubungan antara kualitas tidur
terhadap sistem imunitas tubuh.
• Jumlah sampel adalah 500. Dari 250 orang yang
memiliki kualitas tidur buruk, 100 di antaranya
memiliki imunitas yang buruk. sedangkan dari 200
orang yang memiliki imunitas baik, 50 di antaranya
memiliki kualitas tidur yang baik.

• Berapakah nilai odd ratio penelitian tersebut?


Case report DESKRIPTIF:
tidak ada
pembanding
Case series

Observasional Cross sectional


Desain ANALITIK:
Penelitian ada
Eksperimental:
Case control pembanding
ada perlakuan

Cohort
KOHORT KASUS POTONG
LINTANG
• 2 Jenis:
• Prospective cohort
KONTROL • Deskriptif, sewaktu
• Retrospective/historic • HUBUNGAN ASOSIASI 
al cohort • Retrospektif
TIDAK KAUSALITAS
• Subjek diikuti untuk • Dapat melihat • CEPAT DAN MURAH
periode tertentu kausalitas • Menghitung RELATIF RISK
• SANGAT BAIK • Umum digunakan (RR)
menilai KAUSALITAS pada KASUS
• Relatif LAMA dan LANGKA
MAHAL
• Menghitung RELATIF • Menghitung ODDS
RISK (RR) RATIO (OR)
ODDS RATIO

penyakit Odds Ratio

+ - axd
+ a b
Faktor
risiko

bxc
- c d
Imunitas Imunitas
baik buruk
Kualitas 50 200 250
tidur baik
Kualitas 150 100 250
tidur buruk
200 300 500

OR = (100x50) : (150x200)
Jadi, nilai OR adalah…

97 C. (100x50)/(200x150)
98 A. Pasien sendiri
• Dibawa ke UGD dengan menggunakan ambulans
setelah mengalami kecelakaan.
• Pasien diantar istri dan adik perempuannya.
• Pasien kompos mentis, tampak luka terbuka
multipel di kedua tangan dan kaki.
• Dokter hendak melakukan tindakan.

• Siapa yang berhak mengisi inform consent?


Peraturan Menteri Kesehatan No. 290
Tahun 2008

• Semua tindakan harus dengan persetujuan pasien yang


kompeten
– Kompeten: usia cukup (18 tahun ke atas) atau telah/pernah menikah,
sadar, tidak cacat mental
– Bila pasien tidak kompeten, maka persetujuan berhak diberikan oleh
keluarga terdekat (suami/istri, orang tua kandung, anak kandung,
saudara kandung) atau wali

• Tindakan berisiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis


• Untuk keadaan gawat darurat (mengancam jiwa) dimana pasien
tidak kompeten dan tidak ditemukan yang berhak mewakilinya,
dokter dapat melakukan tindakan tanpa persetujuan
• PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 pasal 3
ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3 :
setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang kuat
tentang perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan
dengannya (telah terjadi informed consent).
ANALISIS SOAL
• Dokter hendak meminta persetujuan medis.
• Karena pasien masih sadar, pasien masih
berkompeten untuk dimintai persetujuan.
• Bila pasien tidak sadar, maka persetujuan akan
dimintakan kepada pasangannya (suami/istri).
Pilihan Lain
• B. Istri
• C. Adik perempuan
• D. Orang tua
• E. Petugas ambulance

• Pilihan B, C, D:
• Bila pasien tidak kompeten, maka persetujuan berhak diberikan
oleh keluarga terdekat (suami/istri, orang tua kandung, anak
kandung, saudara kandung) atau wali
Jadi, yang berhak adalah…

98 A. Pasien sendiri
C. Non maleficience vs
99 autonomi
• Dirawat dengan penurunan kesadaran.
• Telah dipasang ventilator sebagai alat bantu.
• Namun, keluarga pasien meminta dokter untuk
melepaskan ventilator karena tidak ada biaya.

• Apakah pertentangan kaidah bioetik yang terjadi ?


Kaidah Dasar Bioetik
by Beauchamp and Childress

Beneficence

• Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien.


• Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik.
• Contoh: memberikan obat generik

Non-maleficence

• First do no harm.
• Sering dalam keadaan cito.
• Dokter harus memberikan yang terbaik diantara yang buruk.
• Contoh: menolak aborsi tanpa indikasi medis
Autonomi

• Dokter menghormati hak/ keputusan pasien (yang


kompeten).
• Contoh: menjaga rahasia medis pasien.

Justice

• Dokter memegang prinsip sama rata.


• Menghormati hak masyarakat/ kepentingan bersama.
• Prinsip keadilan.
• Contoh: dokter memberikan pelayanan medis yang sama
dengan pasien yang berbeda suku maupun agama.
ANALISIS KASUS
• Pasien dirawat dengan penurunan kesadaran dan
dipasang ventilator sebagai alat bantu. Namun,
keluarga pasien meminta dokter untuk melepaskan
ventilator karena tidak ada biaya.
• Dalam diri dokter terjadi dilema antara autonomy
dengan non-maleficence.
• Autonomy  menghormati keputusan keluarga
pasien.
• Nonmaleficence  memikirkan kelangsungan
hidup pasien bila tanpa ventilator.
Jadi, pertentangannya adalah…
C. Non-maleficience vs
99 autonomi
D. Menolak karena tidak
100 sesuai dengan kode etik
• Seorang model cantik, datang ke dokter dengan
keluhan jerawat.
• Namun pasien tersebut meminta dokter agar
menulis diagnosis alergi di surat asuransi supaya
lebih mudah untuk mengajukan klaim.

• Apa yang seharusnya dokter lakukan?


ANALISIS SOAL
• Pasien tersebut meminta dokter agar menulis diagnosis
alergi di surat asuransi supaya lebih mudah untuk
mengajukan klaim.

• Hal ini bertentangan dengan KODEKI :


- Pasal 2 (dokter mengambil keputusan secara
profesional).
- Pasal 3 (tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang
mengganggu kebebasan profesi)
- Pasal 7 (surat keterangan hanya berdasarkan
pemeriksaan)
Jadi, tindakan dokter adalah…
D. Menolak karena tidak
100 sesuai dengan kode etik

Anda mungkin juga menyukai