Anda di halaman 1dari 737

101-200

101 A. Taeniasis
• Laki laki 24 tahun
• Mual, pusing, lemas 1 minggu
• Memakan daging sapi
• Telur berbentuk radial

• Diagnosis
CACING PITA  perlu HOSPES PERANTARA
Babi (Taenia Solium) BASO SASA !!!!
Sapi (Taenia Saginata)
Menelan telur  sistiserkosis
(otakneurosistisekosis), paru, mata)  gejala diluar
GI tract
Menelan sistiserkus di daging mentah  Taeniasis
(Gejala GI tract)
• Diagnosis Taeniasis yang utama adalah
menemukan telur berbentuk radial
Tatalaksana Taeniasis
DOC : Prazikuantel
Pilihan lainnya
• a. taeniasis
• b. Schistostomiasis  telur ellips, ada “durinya”
• c. Ancylostomiasis  telur dinding tipis
• d. Necatoriasis telur dinding tipis
• e. Ascariasis  telur berdinding tebal
Jadi, terapi kasus ini adalah…
101
A. Taeniasis
102 C. Analgesik
• Wanita, 36 tahun
• Nyeri perut kanan atas 3 hari
• Suhu 38
• Leukosit 12.000
• Bil tot 10 dengan dominan direk  curiga tanda
obstruksi post hepatik

• Terapi awal
Kata Kunci:
✓Jika terdapat ikterus
 Koledokolitiasis atau
Batu 
Kolelitiasis
kolangitis
✓Jika murphy sign
Inflamasi 
Kolesistitis positif  Kolesistitis
atau Kolangitis
Batu  ✓Faktor risiko
Koledokolitia kolesistitis 
sis
kolelitiasis
✓Faktor risiko
Inflamasi  kolangitis 
Kolangitis koledokolitiais
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis

Nyeri kolik + + +/- +/-

Nyeri - - + +
tekan/Murphy’s
sign

Demam - - + (low- + (high-


grade) grade)

Ikterus - + - +
Kolelitiasis - Koledokolitiasis
• Faktor risiko yaitu 4F (fat, female, forty, fertile).
• Berdasarkan kandungan zat: batu kolesterol (70-
80%), batu pigmen (20-30%), dan sisanya kalsium.
• Tahapan dalam pembentukan batu:
✓Supersaturasi kolesterol
✓Nukleasi kristal
✓Pertumbuhan batu
• Diagnosis: USG
(acoustic shadow)
Patogenesis Kolesistitis

Menyumbat
Batu di vesica felea duktus sistikus
(asimptomatik) (simptomatik)

Inflamasi vesica felea


(kolesistitis)
Tatalaksana
• Eksplorasi menggunakan ERCP
• Kolesistostomi  dekompresi dan drainase
kandung empedu dengan menggunakan
kateter/drain
• Kolesistektomi  pengangkatan kandung empedu
• Terapi awal: Rehidrasi, Antibiotik, Analgesik
Jawaban lain
• a. Asam ursodeoksikolat  membantu aliran
empedu namun bukan pengobatan awal rutin
• b. Anti lipid
• d. Anti piretik  bukan pengobatan utama
• e. Anti spasmodic
Jadi, terapi awal kasus ini
102 adalah…
C. Analgesik
103 A. Subunit vaccine
• Laki laki 54 tahun
• HbsAg (+) IgM anti Hbc (+).
• Jenis vaksin untuk mencegah?
• Diagnosis
Hepatitis B
• Transmission
• parenteral (Kontak dengan cairan tubuh)
• sex
• mother-to-fetus
• Infeksi perinatal
• 20% chance if mother is HBeAg negative, 95% chance if
mother is HBeAg positive
• Risiko lebih besar bila ibu terinfeksi di trimester 3
• Bisa menyebabkan cancer diusia 20-40
Tatalaksana
• Indikasi
• Hep B kronik dengan indikasi
• Nilai DNA VHB serum
• HbeAg (+)
• Kadar enzim hepar
• Pengobatan
• Drugs IFN
• nucleoside analogs (e.g., lamivudine)
• adefovir, tenofovir, entecavir, telbivudine
Pencegahan
• Vaksin
• recombinant vaccine
• contains HBsAg (antigen only without DNA or capsid)
subunit
• also recommended for household contacts of HBV
patients
• blood screened for virus
• infants born to infected mothers also get passive
immunization with hepatitis B immune globulin at
birth
Jawaban lain
• b. Inactivated vaccine  IPV
• c. toxoid vaccine  vaksin difteri
• d. conjugated vaccine  vaksin pneumococcal
• e. live vaccine  vaksin polio, BCG
Jadi, pencegahan kasus
103 pasiendalah
A. Subunit vaccine
104 B. Kelainan philadelphia
• Laki laki 40 tahun
• Pucat dan lemas
• Hb 9 & trombosit 110.000
• Leukosit 120.000
• Diff count tampak dominan basofil dan eosinofil

• Penyebab kondisi pasien


Leukemia akut  Sel blas (+), lebih
dari 20%. Bukan dari lamanya gejala
Jawaban lain
• a. Mutasi gen JAK  polisitemia vera
• c. X link resesif
• d. Mutase factor VIII  koagulopati
• e. Trisomy 21  down syndrome
Jadi, penyebab yang mungkin
104 kondisi pasien adalah

B. Kelainan Philadelphia
104 c. DHF grade 3
• An 10 tahun
• Demam dan gusi berdarah
• Trombosit 80.000
• TD 100/80  pulse pressure menyempit, hati-
hati menggambarkan syok pada anak!

• Diagnosis yang tepat


Evaluasi Dengue menurut WHO

PF
• Anamnesis • Status mental
• Karakteristik demam • Status hidrasi
• Oral intake
• Adanya warning sign
• Hemodinamik
• Diare • Tanda takipnea, efusi
• Perubahan status • Tanda hepatomegali,
mental asiters
• Urin output
• Riwayat lainnya • Tourniquet test
Evaluasi Dengue

Laboratorium
• Full blood count
• Hematocrite
• Penurunan leukosit
• Penurunan platelet disertai peningkatan Ht
• Tambahan : fungsi hepar, glukosa, elektrolit,
fungsi ginhak, bikarbonak, laktat, EKG
Kriteria Dengua
Who handbooks: Dengue management (Child and Infant)

^Colloid is preferable if the


patient has already received
previous boluses of crystalloid
Jawaban lain
• a. DHF grade 1  belum ada tanda shock
• b. DHF grade 2  belum ada tanda shock
• c. DHF grade 3
• d. DHF grade 4  profound shock
• e. Demam Dengue
105 Jadi, diagnosis yang tepat adalah

c. DHF grade 3
b. Anemia Makrositer
106 megaloblastik

• Wanita 23 tahun
• Pucat
• Hb 9
• Riwayat reseksi gaster  potensi kekurangan
faktor intrinsik gaster

• Diagnosis
Jawaban Lain
• a. anemia defisiensi besi  anemia mikrositik
hipokrom
• c. anemia aplastik  pansitopenia
• d. anemia penyakit kronik  anemia normositik
normokrom
• e. anemia makrositer non megaloblastik  anemia
akibat konsumsi alkohol
Jadi, diagnosis yang mungkin
106 adalah

B. Anemia makrositer megaloblastik


A. Hemoroid Interna
107 Grade II/III

• Keluar darah saat BAB


• Benjolan anus arah jam 4
• Terkadang bisa masuk sendiri  II
• Terkadang harus didorong tangan  III
Hemorroid
• Pelebaran plexus vena berasal dari
• Vena hemoroid superior : hemoroid Interna
• Vena hemoroid inferior : hemoroid eksterna
• Faktor Predisposisi
• Kehamilan
• Mengedan saat BAB
• Konstipasi
• Hipertensi ports
• Gejala
• Interna : masa keluar dari dubur, berdarah
• Eksterna : nyeri, gatal, berdarah
• Trombosis : perburukan rasa nyeri, warna kulit membiru
Derajat Hemorroid
Tatalaksana Hemorroid
• Konservatif
• Diet tinggi serat
• Sitz bath
• Pelunak tinja
• Krim kortison
• Terapi Definitif
• Banding
• Kriosurgery
• Sclerotherapy
Terapi hemorroid sesuai grade

HAL : hemorroid artery ligation


SH: Stapled hemorroidopexy
Jawaban lain
• A. Hemoroid Interna Grade IV  tidak bisa masuk
• B. Hemoroid Interna Grade III/IV
• C. Hemoroid Interna Grade III  selalu harus didorong
dengan jari
• E. Hemoroid Interna Grade II  masuk spontan
107 Jadi, diagnosis Tn Wildan adalah…

D. Hemoroid interna grade II/III


B. Kegagalan penyatuan
108 prominentia maksila dan prosesus
nasal medial
• Anak 2 tahun karena sulit bertambah berat
badan
• Sulit menyusu
• Kelainan bawaan
• Patofisiologi?
Labiopalatognatoschisis
• Labioschisis = Cleft lip, terdapat celah di bibir

• Palatoschisis = Terdapat celah langit-langit pasien


sehingga terdapat hubungan antara hidung dan mulut.

• Gnathoschisis = cleft jaw  a congenital facial anomaly


of the jaw resulting from failure of fusion of the
mandibular prominences.
Cleft Lip and Palate
• Penyebab multifaktorial
• Insiden
• Malformasi kepala terbanyak
• Cleft lip 1:1000, lebih banyak pada anak laki laki
• Cleft palate 1:2000, banyak pada perempuan
• Faktor Risiko
• Alkohol
• Tembakau
• fenitoid
• Cleft Lip : Kegagatan fusi prominentia maksidal dan nasal
medial
• Cleft palate
• Anterior : Kegagalan fusi lempeng palatum dan palatum primer
• Posterior : Kegagalan fusi lempeng palatum dan septum nasal
Waktu Koreksi
Jawaban lain
• A. Kegagalan penyatuan antara lempeng palatum
 palatoschisis
• C. Kegagalan penyatuan prominentia maksila dan
prosesus nasal lateral  harusnya nasal medial
• D. Kegagalan penyatuan lempeng palatum dengan
prosesus nasal media  semestinya prominentia
maksila dan prosesus nasal
• E. Kegagalan penyatuan lempeng palatum dengan
prosesus nasal lateral  tidak ada
108 Jadi, Patofisologi kelainan anak
sulastri adalah…

B. Kegagalan penyatuan
prominentia maksila dan prosesus
nasal media
109 A. Genetik

• Laki laki 40 tahun


• Diare cair sejak 1 bulan
• Berat badan dan nafsu makan turun
• PF dbn
• Kolonoskopi : ulkus, cobblestone, skip lesion
• Faktor yang mempengaruhi
Inflammatory Bowel Disease
• “genetic susceptibility” + environment factors
• Risk factors
• Family history and genetic  strongest component
• Caucasian and Jews
• As early as 20-years-old
Management

Pemeriksaan Tatalaksana
• Barium enema • Imunomodulator
• Kolonoskopi • Prednison
• Sulfasalazin
• Pemeriksaan • Azathiopitin
laboratorium (B12
defisiensi pada chron) • Pembedahan bisa risiko
perforasi
Jawaban lain
• B. Pola diet
• C. Gaya hidup
• D. Trauma
• E. Infeksi

BCDE bisa saja mempengaruhi sebagai “environment


factor”
109 Jadi, faktor yang mempengaruhi
kondidi pasien ini adalah…

A. Genetik
110 D. Timoma
• Wanita 38 tahun
• Lelah bila mengunyah dan pandangan ganda
• Ptosis bila melihat objek dalam waktu lama
 wartenberg (+)
• Massa mediastinum anterior

• Diagnosis?
Thymoma
• Masa muncul di mediastinum anterior
• Epidemiology
• Umumnya diusia 40 -60 tahun
• Tidak ada predileksi jenis kelamin
• Berkaitan dengan sindrom paraneoplastik
(myasthenia gravis, imunodefisiensi, good
syndrome)
• Gejala
• Suara serak bila mengenai nervus laringeal
• Disfagia
• Nyeri dada
Therapy
• Operatif
• Pilihan utama
• Reseksi total
• Kemoterapi neoadjuvan atau kemoradiasi
• Radiasi/ kemoterasi
Jawaban lain
• A. Adenoma parathyroid mediastinum 
hyperparathiroid
• B. Mediastinum Goiter  tidak berkaitan dengan
MG
• C. Mediastinum limphangioma  tidak berkaitan
dengan MG
• E. Thymolipoma  jarang, lipoma pada daerah
timus, tidak berkaitan dengan MG
Jadi, diagnosis yang tepat pada pasien
110 tersebut adalah..

D. Timoma
111 C. Anemia Sel Sabit
• Anak 9 tahun
• Penurunan kesadaran
• Hemiparese dektra dan afasia
• Konjungtiva pucat
• Peningkatan retikulosit

• Diagnosis?
Anemsia Sel Sabit
• Kelainan autosomal resesif menghasilkan
abnormalitas hemoglobin
• Polimer tetramer HbS  sel darah merah
mengalami “deoxygenated”
• Homozigot  manifestasi sistemik
Implikasi klinis
• Bentuk sel sabit
menyebabkan eritrosit mudah
menyangkut di pembuluh
darah dan menimbulkan
gejala
• Krisis vaso-oklusif dipicu oleh
infeksi, hipoxia, atau dehidrasi
• Nyeri dada
• Demam
• Stroke
• Priapismus
• Autosplenectomy
Pemeriksaan
• Laboratorium
• Anemia mikrositik atau normositik
• Retikulosit meningkat
• Histologi
• Ditemukan sel sabit
• Hiperselular sumsum tulang
• Howell Jolly bodies
• Imaging
• Chest syndrome
• Fish mouth vertebrae
Tatalaksana
• Kondisi akut diatasi dengan
• Hidrasi
• Oksigen
• analgesik
• Transfusi tukar pada kasus berat
• Vaksin pneumokokal
• Hydroxyuria
Jawaban lain
• A.Thalasemia  tidak mengakibatkan hemiparase
• B. Stroke Hemoragic  tidak mengakibatkan
peningkatan retikulosit
• D. Polisitemia  peningkatan Hb
• E. Stroke Iskemik
Jadi, diagnosis yang tepat pada pasien
111 tersebut adalah..

C. Anemia Sel Sabit


112 D. DILI

• Wanita 40 tahun
• Mata kuning 1 minggu, mual muntah
• Mengkonsumsi obat TB
• PF: sklera ikterik, nyeri epigastrium, hepar
membesar
• OT PT meningkat, bilirubin 5,5
• Diagnosis
Drug Induced Liver Injury
Jawaban lain
• A. Hepatitis akut  tidak spesifik
• B. Hepatitis kronik  SGOT/SGPT > 1
• C. Hepatitis autoimun
• E. Fatty liver  obesitas, alkohol
112 Jadi, diagnosis pasien Tn Surya
adalah....

D. DILI
113 B. EIEC

• Anak 1 tahun
• Diare berdarah dan berlendir  menyerupai
disentri!
• Demam dan menggigil
• McConkey: koloni berwarna hijau
E.coli

• Flora normal, bisa menjadi


patogenik
• Penyebab diare paling sering
• Basil gram (-), golongan
enterobacteriaceae
• Memfermentasi laktosa di agar
MacConkey
• Positif tes indole
• Strain pathogen yang dapat
Kultur pada Agar MAC
diidentifikasi lab hanya jenis
EHEC, sisanya membutuhkan
(MacConkey) fasilitas riset
Kiri – fermentasi laktosa
Kanan – tidak memfermentasi
laktosa
Pathogenic E.coli
• E.coli dibagi menjadi 6 patotipe yang berhubungan
dengan diare, disebut sebagai E.coli diaregenik
• Shiga toxin producing E.coli (STEC) atau Verocytotoxin-
producing E.coli (VTEC) atau enterohemorrhagic E.coli
(EHEC)
• Enterotoxigenic E.coli (ETEC)
• Enteropathogenic E.coli (EPEC)
• Enteroaggregative E.coli (EAEC)
• Enteroinvasivei E.coli (EIEC)
• Diffusely adherent E.coli (DAEC)
E.Coli
Patogen
• Enterotoxigenic E coli (ETEC): watery without blood,
mucous, or fecal leukocytes
• Enterohemorrhagic E coli (EHEC): mild watery
diarrhea to severe hemorrhagic colitis, abdominal
cramping and vomiting. Fever is present in about a
third of cases.
• Enteroinvasive E coli (EIEC): watery diarrhea,
dysentery, fever, vomiting, painful abdominal
cramps, and tenesmus. Stools often contain blood
and leukocytes.
• Enteropathogenic E coli (EPEC) and
Enteroaggregative E coli (EAEC): watery diarrhea
and dysentery. May cause dehydration or become
chronic and lead to failure to thrive.

http://textbookofbacteriology.net/e.coli_
4.html
Emedicine Pediatric Escherisia coli
infection
http://article.sapub.org/10.5923.j.ajmms.20140405.03.html
Pilihan lainnya
• A. ETEC  watery diarrhea, sering ditemukan pada
travellers/pelancong
• C. EHEC  bloody diarrhea, jarang demam
• D. EAEC  diare persisten pada
anak/immunocompromised
• E. Vibrio cholera  profuse diarrhea, diare seperti
air cucian beras
Jadi, bakteri penyebab adalah…
113
B. EIEC
B.Menerangkan bahwa komplikasi
114 penyakit ini ke infertilitas ke depan
• Anak 7 tahun
• Benjolan di leher kiri
• Masa 4 cm suhu 38
• Angulus mandibularis tidak terlihat

• Edukasi
Mumps
• Transmisi via droplet
• Disebabkan oleh virus RNA, negative stranded-
paramyxovirus
• Reservoar di Traktur respiratorius
• Menyebar hematogen
Manifestasi
• Mumps
• Parotitis: pembengkakan kelenjar parotid
• Pada kasus lebih berat
• Orchitis: inflamasi testits, mengakibatkan infertilitas bila
setelah pubertas
• Meningitis aseptik
• Pankreatitis
Terapi
• Pencegahan Dengan Vaksin
• Terapi : supportif
• Antipiretik
• Bed rest
• Tidak ada antiviral spesifik
Jawaban lain
• A. Menerangkan untuk menjaga oral higien,
kebersihan gigi, dan konsul ke dokter gigi  tidak
berhubungan dengan kebersihan gigi
• C. Menerangkan agar diberikan vaksin morbili dan
rubella  vaksin Mumps
• D. Menyarankan agar dirawat inap agar bisa
dibiopsi  tidak perlu biopsi
• E. Menerangkan agar konsumsi antibiotik selama 7
hari  terapi simtomatik
Jadi, edukasi pasien ini adalah…
114
B.Menerangkan bahwa komplikasi
penyakit ini ke infertilitas ke depan
115 B. Virus EBV

• Laki laki bengkak di leher


• Tidak nyeri
• Sering demam
• Sel red stenberg sell

• Penyebab
Limfoma Hodgekin
• Keganasan sel B
• Berkaitan dengan infeksi infeksi
mononukleosis dan EBV
• Epidemiologi bimonal (dewasa muda
dan lansia)
• Tipe
• Nodular sklerosing
• Mixed cellularitu
• Limphocyte rich
• Lymphocyte depleted
Manifestasi
• Gejala
• Gejala sel B
• Demam
• Keringat malam
• Penurunan BB
• Penyebaran
• Persistent painless lymphadenophaty
• Pemeriksaan Fisik
• KGB tidak nyeri, lunak, mobile
• Area servikal, supraklavikular, aksilar
• Bisa mengalami sindrom vena kava
• Biopsi: reed-stenberg sel
Jawaban lain
• A.Virus HPV  kanker serviks
• C. Virus HIV sarkoma kaposi
• D. Hepatitis virus
• E. Influenza virus
Jadi, penyebab kondisi pasien ini
115 adalah…

B. Virus EBV
D. Pemeriksaan retikulosit
116 setelah 2 minggu

• Laki laki 25 tahun


• Lemas
• Hb 7,8
• Serum besi menurun, peningkatan TIBC
• Diagnosis: ADB
• Terapi suplementasi besi

• Follow up?
Pendekatan Anemia
Jawaban lain
• A. Pemeriksaan Hb setelah 2 Minggu pengobatan
 pemeriksaan Hb dan Hct setelah retikulosit ( 1
bulan )
• B. Pemeriksaan hct setelah 2 Minggu pengobatan
 pemeriksaan Hb dan Hct setelah retikulosit
• C. Pemeriksaan apusan darah tepi setelah 2 Minggu
pengobatan
• E. Pemeriksaan darah lengkap setelah 2 Minggu
pengobatan  bersamaan pemeriksaan Hb ( 1
bulan )
116 Jadi, monitor terapi untuk kasus
diatas adalah…
D. Pemeriksaan retikulosit imatur
setelah 2 Minggu pengobatan
C. Infeksi sekunder virus
117 serotipe berbeda

• Anak 7 tahun
• Demam 4 hari disertai tanda perdarahan
• TD 80/palpasi, N 120
• Trombosit 38.000

• Patomekanisme?
Patogenesis Dengue
Pathogenesis DHF
Hipothesis: infeksi serotip berbeda vs serotip sam
Pemeriksaan Penunjang Dengue
Jawaban lain
• a. Infeksi den 3  DF bila infeksi primer
• b. Infeksi sekunder virus dengan serotipe sama 
imunitas protektif
• d. Infeksi tersier virus dengan serotipe sama
• e. Infeksi primer
117 Jadi, patomekanisme penyakit pasien
ini adalah…

C. Infeksi sekunder virus


serotipe berbeda
B. Gastroesofago-
118 duodenografi
• Laki laki 24 tahun
• Sulit menelan makanan padat 
kemungkinan obstruksi
• Muntah
• Penurunan berat badan

• Pemeriksaan penunjang
Esofagogastroduodenografi
(endoskopi)
• Gastroesophageal endoscopy provides the best
assessment of the esophageal mucosa.
• Masses or other lesions identified by barium studies
should initiate esophagogastroscopy with biopsy and
cytology.
• gastroesophageal endoscopy can directly remove an
impacted food bolus and dilate strictures.
• a consensus panel making final diagnoses in patients
with dysphagia found that for all dysphagia diagnoses,
gastroesophageal endoscopy is more sensitive (92
percent versus 54 percent) and more specific (100
percent versus 91 percent) than double-contrast upper
gastrointestinal radiography.
Endoskopi pada Gerd
Jawaban Lainnya
• A. Urea Breath Test  gastritis ec H pylori
• B. Gastroesofagoduodenografi
• C. USG
• D. Enteroskopi
• E. Barium swallow  pemeriksaan awal pada
disfagia obstruktif
Jadi, pemeriksaan yang tepat pada
118 pasien tersebut adalah..

A. Gastroesofago-
duodenografi
119 B. Anti-Sm
• Wanita 19 tahun
• Nyeri sendi
• Makula eritem di wajah,
• Anemia
• Ulkus di mulut

• Pemeriksaan paling spesifik


BRAIN SOAP MD
SLE • Blood disorder: anemia hemolitik,
leukopenia, trombositopenia
• Renal involvement: proteinuria (+),
cellular cast
• Antinuclear : ANA (+)
• Immunologic phenomena : dsDNA (+)
• Neurologic disorder : kejang, psikosis
• Serositis : pleuritis, perikarditis
• Oral ulcer : ulkus oral yang tidak nyeri
• Arthritis : artritis non-erosif
• Photosensitivity : reaksi kulit apabila
terkena cahaya
• Malar rash
• Discoid rash
Test Description

Screening test; sensitivity 95%; not diagnostic


ANA
without clinical features

Anti-dsDNA High specificity; sensitivity only 70%; level


is variable based on disease activity

Most specific antibody for SLE; only 30-40%


Anti-Sm
sensitivity

Present in 15% of patients with SLE and other


Anti-SSA (Ro) or Anti-SSB (La) connective-tissue diseases such as Sjögren
syndrome; associated with neonatal lupus

Uncommon antibodies that may correlate with


risk for CNS disease, including increased hazards
Anti-ribosomal P of psychosis in a large inception cohort,
although the exact role in clinical diagnosis is
debated[90]

Included with anti-Sm, SSA, and SSB in the ENA


profile; may indicate mixed connective-tissue
Anti-RNP
disease with overlap SLE, scleroderma, and
myositis
IgG/IgM variants measured with ELISA are among the
antiphospholipid antibodies used to screen for
Anticardiolipin
antiphospholipid antibody syndrome and pertinent in SLE
diagnosis

Multiple tests (eg, direct Russell viper venom test) to


Lupus anticoagulant screen for inhibitors in the clotting cascade in
antiphospholipid antibody syndrome

Coombs test–positive anemia to denote antibodies on


Direct Coombs test
RBCs

Drug-induced lupus ANA antibodies are often of this type


Anti-histone (eg, with procainamide or hydralazine; p-ANCA–positive
in minocycline-induced drug-induced lupus)
Jadi, pemeriksaan paling spesifik pada
119 pasien tersebut adalah..

B. Anti-Sm
120 A. Bilas lambung
• Wanita 21 tahun
• Meminum pembersih kloset
• TD 100/80 N 98 RR 20, T 38

• Tindakan yang dikontraindikasikan?


Dont
• Do not administer emetics because of risks of re-
exposure of the vulnerable mucosa to the caustic agent.
This may result in further injury or perforation.
• Gastric lavage by traditional methods using large-bore
orogastric Ewald tubes are contraindicated in both acidic
and alkaline ingestions because of risk of esophageal
perforation and tracheal aspiration of stomach contents.
• In large-volume liquid acid ingestions, nasogastric tube
(NGT) suction may be beneficial if performed rapidly
after ingestion.
• Activated charcoal is relatively contraindicated in caustic
ingestions because of poor adsorption and endoscopic
interference.
Jawaban lain
• B. IVFD  therapy
• C. Pasang NGT  boleh bila early, atau dipandu
endoskopi
• D. Pemberian PPI  bagian dari terapi
• E. Antibiotik  tidak kontraindikasi
Jadi, tindakan yang
120 dikontraindikasikan pada pasien
tersebut adalah..
A. Bilas lambung
A. Karsinoma caput
121
pankreas
• Laki laki 50 tahun
• Nyeri ulu hati 1 bulan
• Bab pucat
• Sklera ikterik
• Masa epigaster
• Alt 80, AST 60
• Bil dir 12
• Ca 19-9: 400

• Diagnosis?
Jawaban lain
• a. Karsinoma gaster
• b. Ulkus peptikum  nyeri ulu hati
• d. Pancreatitis akut  ditandai nyeri ulu hati hingga
kepunggung, muntah muntah
• e. Cholangitis  demam, kuning
Jadi, Diagnosis yang tepat untuk
121 pasien adalah …

C. Ca Caput Pankreas
122 B. Fascilopsis Buski

• Laki laki 54 tahun


• BAB berair
• Mikroskopis : telur ditemukan
dengan operkulum
• Etiologi :?
Fasciolopsis
Daur hidup
Fasciolopsiasis
• Infeksi fasciolopsis buski
• Penularan dari konsumsi tanaman air atau daging
hewan dengan kista
• Reservoir umumnya babi atau manusia
• Manifestasi
• Abdominal pain
• Diare
• Obstruksi intestinal pada kasus berat
• Reaksi alergi
• Diagnosis : telur di feses atau muntahan
• Terapi praziquantel
Pilihan lainnya
• Ascaris lumbricoides  telur dinding tebal
• Fascilopsis buski
• Blastocystis hominis  protozoa
• Tricuris trichura  telur tempayan
• Oxyuris vermicularis  dinding asimetris
122 Jadi, etiologi kasus diatas
adalah

B. Fascilopsis buski
123 C. Metoklopramid
• Laki laki 30 tahun
• Badan kaku, bergerak sendiri EPS
• Riwayat diare dan muntah, konsumsi obat

• Obat yang menimbulkan keluhan


Jawaban lain
• A. Loperamide  menimbulkan ileus
• B. Domperidone  lebih jarang dibanding
metoclopramid dalam menimbulkan EPS
• D. Ondansetron  dizziness
• E. Omeprazole
123 Jadi, etiologi kasus diatas
adalah

C. Metoklopramid
124 A. TNF Alfa
• Wanita 47 tahun
• Sesak napas dan batuk
• Penurunan kesadaran
• TD 80/60 RR 28 N 120
• Diberikan cairan TD tidak naik
• Mediator yang berperan
Kriteria SIRS dan Sepsis
• SIRS (≥2 kriteria berikut)
• Temperature >38ºC or <36ºC
• Heart rate >90 beats/min
• Respiratory rate >20 breaths/min or PaCO2 <32 mmHg
• WBC >12,000 cells/mm3, <4000 cells/mm3, or >10
percent immature (band) forms
• Sepsis: SIRS + bukti infeksi (kultur atau hasil lab)
• Syok sepsis: tanda syok + sepsis
The Third International Consensus
Definitions for Sepsis and Septic
Shock (Sepsis-3)
• Syok hipovolemik  kekurangan
cairan absolut (diare, muntah,
perdarahan) atau ekstravasasi (syok
dengue)

• Syok kardiogenik  masalah pada:


fungsi sistolik, diastolik, preload
(volume dan tekanan yang dialami
ventrikel pada fase akhir pengisian),
afterload (tahanan yg harus dilawan
ventrikel untuk pengosongan), atau
irama
• Obstruksi aliran  emboli paru,
tamponade, stenosis katup
• Syok distributif  total cairan
tubuh tetap namun volume
intravaskular relatif tidak
seimbang dengan kapasitas
vaskular misalnya pada
anafilaksis, sepsis, dan
neurogenik

• Syok hemoragik (perdarahan)


adalah bagian dari syok
hipovolemik, tapi tidak semua
syok hipovolemik disebabkan
oleh hemoragik (perdarahan).
Misalnya pada kasus ini.
Tatalaksana
Jenis Syok Tatalaksana
Hipovolemik Resusitasi cairan
(termasuk hemoragik) Kristaloid (NaCl/RL) 20 ml/kgBB bolus cepat

Septik Resusitasi cairan


Vasokonstriktor (norepinefrin)
Antibiotik spektrum luas
Kardiogenik Obat inotropik (seperti dopamin, dobutamin)

Anafilaktik Resusitasi cairan


Epinefrin
Kortikosteroid
Surviving Sepsis Campaign
Jawaban lain
• A. TNF alpha
• B. IL-1
• C. Platelet derived growth factor
• D. Transforming growth factor
• E. Interferon gamma
124 Jadi, mediator berperan adalah

A. TNF alpha
125 A. Ulcerative Colitis
- Wanita 54 tahun
- BAB berdarah
- Mual, penurunan BB
- Lesi ulserasi mulai dari rektum hingga kolon
sigmoid, abses kripta
- diagnosis
Inflammatory Bowel Disease
• Inflamasi dari saluran cerna
• Sebetulnya Idiopatik dipercaya dipengaruhi
“genetic susceptibility”
• Faktor Risiko
• Riwayat keluarga
• Ras kulit putih dan Jews
• Muncul di usia 20-an
Management

Pemeriksaan Tatalaksana
• Barium enema • Imunomodulator
• Kolonoskopi • Prednison
• Sulfasalazin
• Pemeriksaan • Azathiopitin
laboratorium (B12
defisiensi pada chron) • Pembedahan bisa risiko
perforasi
Jawaban lain
• b. Pseudomembranous colitis  riwayat
penggunaan antibiotik
• c. Crohns disease  skipping lesion (kasus ini
menggambarkan kelainan difus dari rektum hingga
sigmoid)
• d. Polyp colon  ditemukan masa bertangkai
• e. IBD  tidak spesifik
Jadi, diagnosis pasien yang
125 tepat adalah

A. Ulcerative colitis
126 C. 24 – 28 minggu

• Hamil 3 bulan
• Anak pertama lahir 4100 gram
• Keluhan (-), GDP 86 mg/dL, GDS 150 mg/dL.
• Sarankan TTGO untuk mengonfirmasi
diagnosis.

• Kapan waktu terbaik dilakukan TTGO ?


Pedoman ANC WHO
Diabetes Gestasional
Tatalaksana
• Target  glukosa darah puasa <95mg/dl dan kadar
glukosa 2 jam sesudah makan <120 mg/dl

• Pemberian insulin dilakukan di rumah sakit dan


dipertimbangkan bila pengaturan diet selama 2
minggu tidak mencapai target kadar glukosa darah.

• Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu


0,5-1,5 unit/kgBB/ hari.
126 Jadi, waktu terbaiknya adalah…

C. 24 – 28 minggu
127 C. Keton +

• Mual muntah sejak 2 minggu


• Lemah, compos mentis, berat badan turun,
mata tampak cekung, turgor kulit menurun.

• Apakah hasil laboratorium yang diharapkan


?
Hiperemesis gravidarum
• Terjadi hingga usia 20 minggu; keadaan yang berat dapat
membuat dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit,
ketosis  hiperemis gravidarum

• Diagnosis hiperemesis gravidarum


• Mual dan muntah hebat
• BB turun >5% dari BB sebelum hamil
• Ketonuria
• Dehidrasi
• Ketidakseimbangan elektrolit

Keluhan mual muntah disebabkan oleh kenaikan kadar


hCG dimana pada trimester I kadar hCG dapat mencapai
100 mIU/ml
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes RI.
Derajat Hiperemesis Gravidarum
• Grade I : Muntah terus menerus, penurunan nafsu
makan, penurunan berat badan, nyeri epigastrium,,
mata cekung, lidah kering, turgor kulit menurun, TD
sistolik menurun, nadi 100x/menit.
• Grade II : Gejala lebih berat memuntahkan segala yang
dimakan dan diminum, berat badan turun secara
cepat, rasa haus yang hebat, Nadi 100 – 140x/menit
(kecil dan cepat), TD sistolik turun, pasien apatis,
pucat, lidah kotor, dapat ditemukan keton dan bilirubin
di dalam urin, oligouria
• Grade III : merupakan kelanjutan grade II disertai
dengan penurunan kesadaran (delirium atau koma),
muntah berhenti, ikterus, sianosis, gangguan jantung,
bilirubin dan proteinuria dalam urin.
Hiperemesis Gravidarum
• Tatalaksana Umum
– Pertahankan kecukupan nutrisi ibu
– Anjurkan istirahat cukup dan hindari
kelelehan
• Tatalaksana Khusus
– Bila tidak terjadi dehidrasi:
• Metoklorpramid 5-10mg per oral atau IM tiap
8 jam (bila tidak terjadi dehidrasi)
– Bila terjadi dehidrasi:
• Cairan kristaloid diberikan untuk koreksi
dehidrasi, ketonemia, defisit elektrolit, dan
ketidakseimbangan asam-basa
• dimenhidrinat 50 mg dalam 50 mlNaCl 0,9% IV
selama 20 menit, setiap 4-6 jam sekali
• Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
Hiperemesis Gravidarum
• Diet
• Makan ketika lapar, tanpa memperdulikan waktu makan
normal
• Makan sedikit tetapi sering
• Hindari makan makanan berlemak dan pedas. Banyak
makan makanan kering atau hambar
• Jangan minum vitamin besi
• Biskuit di pagi hari
127 Jadi, hasilnya adalah…

C. Keton +
128 B. Inertia uteri primer
• Kenceng-kenceng
• Pemeriksaan pertama: pembukaan 3 cm,
effacement 70%.
• Pemeriksaan kedua: pembukaan 5-6 cm,
effacement 80%, janin di Station 0, kontraksi 1-
2x dalam 10 menit lama 10-15 detik. DJJ
140x/menit.
• Pemeriksaan ketiga: tidak ditemukan kemajuan.

• Apa diagnosis yang tepat ?


• Cervical Effacement
• Penipisan  0- 100%

• Cervical Dilatation
• Pembukaan  1-10cm
KLASIFIKASI
• Inersia uteri hipotonik :
- Inersia uteri primer
- Inersia uteri sekunder

• Inersia uteri hipertonik tidak terkoordinasi


Inertia uteri dapat memicu partus
lama
ANALISIS
• Pemeriksaan pertama: pembukaan 3 cm,
effacement 70%.
• Pemeriksaan kedua: pembukaan 5-6 cm,
effacement 80%, janin di Station 0, kontraksi 1-2x
dalam 10 menit lama 10-15 detik. DJJ 140x/menit.

 Kecepatan pembukaan tidak adekuat, janin masih


di station 0  kemungkinan besar kelainan his sudah
terjadi dari awal fase laten dan terus berlanjut 
inertia uteri primer
128 Jadi, diagnosisnya adalah…

B. Inertia uteri primer


129 C. Pemberian tokolitik

• Hamil 32 minggu
• His teraba 1x dalam 10 menit lamanya 5
detik.
• Janin dalam kondisi sehat
• OUE tertutup, pembukaan 2 cm.

• Tatalaksana yang tepat ?


Tatalaksana
• Prinsip  Bila mungkin, hindari persalinan sebelum
kehamilan 34 minggu

• Tokolisis
• Tujuan: Mencegah kelahiran prematur dengan mengurangi
kontraksi rahim yang reguler
• Ca-antagonis: Nifedipin 10mg/oral
• Sympathomimetics (Terbutalin, Ritrodine, Salbutamol)
• Magnesium sulfat
• Inhibitor PG synthetase (Indomethacin)

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


Tatalaksana
• Kortikosteroid
• Untuk pematangan surfaktan paru janin
• Menurunkan insiden RDS
• Mencegah perdarahan intraventikuler
• Hanya diberikan bila usia kehamilan <35 minggu
• Obat yang diberikan:
• Deksametason 6 mg IM, jarak pemberian 12 jam, sebanyak 4x
• Betametason 12 mg IM, jarak pemberian 24 jam, sebanyak 2x
• Antibiotik
• Jika terdapat resiko infeksi (KPD)

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


129 Jadi, terapinya adalah…

C. Pemberian tokolitik
130 E. Manual plasenta

• Setelah melahirkan 1 jam yang lalu di bidan,


plasenta belum berhasil dikeluarkan
• Sudah dilakukan manajemen aktif kala 3.

• Tindakan apakah yang paling tepat


dilakukan?
Hemorrhagic Post Partum
Manajemen Aktif Kala III
• Pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir
• Melakukan peregangan tali pusat terkendali
• Masase fundus uteri

3 Tanda Lepasnya Plasenta


1. Perubahan bentuk dan tinggi
uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan
singkat
• Pada pasien ini merupakan rujukan bidan 
dianggap sudah dilakukan manajemen aktif kala III
 namun tidak terjadi tanda lepasnya plasenta

• Maka tatalaksana selanjutnya adalah ...

• Manual Placenta
130 Jadi, tindakannya adalah…

E. Manual plasenta
C. Berikan suntikan vaksin
131 hepatitis B dan HBIG

• Bayi lahir preterm


• Pada pemeriksaan bayi gerak aktif, tonus
otot simetris, tampak kemerahan.
• Ibu HbsAg hasilnya positif

• Apa tindakan yang tepat pada bayi?


Jawaban Lainnya
• A. Berikan suntikan vaksin hepatitis B sesuai jadwal
 pada ibu HbsAg negatif
• B. Suntikan vaksin hepatitis B harus ditunda hingga
berat badan bayi 10 kg.
• D. Berikan suntikan TT
• E. Tidak perlu diberikan suntikan apapun
131 Jadi, tindakannya adalah…

C. Berikan suntikan vaksin


hepatitis B dan HBIG
132 E. Polip serviks

• Periksa IVA
• Sudah punya 5 orang anak
• Mukosa serviks tampak benjolan warna
putih bertangkai

• Apakah diagnosis yang tepat pada pasien di


atas?
Polip Serviks
• Tumor jinak pada serviks .
Sering terjadi pada usia 40
hingga 60 tahun.
• Gejala klinis
• Paling sering asimptomatik
• Kadang – kadang
menyebabkan postcoital
spotting atau keputihan saja
• Terapi
• Treatment is removal, which
can usually be accomplished
by twisting the polyp with
ringed forceps if the pedicle is
slender. Smaller polyps may be
removed with punch biopsy
forceps. Polyps with a thick
stalk may require surgical
removal.

Sumber. Emedicine medsacpe


Jawaban Lainnya
• A. Kista bartholini  arah jam 5 atau 7, labia mayor
• B. Kista Gartner  arah jam 12, anterolateral
vagina
• C. Kista nabothi  mengkilap/kekuningan, di
serviks, asimtomatik
• D. Ca serviks  massa eksofitik berdarah
132 Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

E. Polip serviks
B. Kuretase hisap dan
133 pantau HCG serial

• Hamil 12 minggu
• Perdarahan banyak disertai keluarnya
jaringan bulat bulat
• Gambaran honey comb appearance.

• Tindakan apa yang paling tepat dilakukan


pada pasien tersebut?
• Mola Hidatidosa
• bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh
kelainan pada villi khorionik yang disebabkan oleh proliferasi trofoblastik
dan edem

• Diagnosis
• Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah banyak
• Mual dan muntah hebat
• Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan (setinggi pusat20
minggu)
• Tidak ditemukan janin intrauteri
• Nyeri perut
• Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
• Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)
• Pemeriksaan dengan HCG

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


Mola Hidatidosa
• Hampir seluruh vili korialis
mengalami degenerasi
hidropik

• Gambaran klinis:
• Uterus lebih besar dari usia
kehamilan
• Perdarahan minggu ke 12-14

• Diagnosis: gambaran klinis +


peningkatan hCG
• USG snowflake / honeycomb
Mola Hidatosa
Pemantauan HCG

Perlu diwaspadai kemungkinan berkembang


menjadi koriokarsinoma.
133 Jadi, tindakannya adalah…
B. Kuretase hisap dan
pantau HCG serial
134 E. Sefotaksim IM

• Demam sejak 8 hari terutama menjelang


sore hari dan malam hari
• Mual dan muntah
• Suhu 39, lidah kotor dengan tepi hiperemis.
• Saat ini pasien sedang hamil 20 minggu.

• Tatalaksana yang Anda berikan ?


Tifoid Pada Kehamilan
• Penegakkan diagnosis sama dengan kasus yang
bukan kehamilan
• Demam
• Gangguan GI : nyeri perut, nafsu makan berkurang
• Coated tongue
• Sakit kepala
• Terapi
• Berikan sefotaksim 200 mg/kgBB IV per 24 jam dibagi
menjadi 3-4 dosis, ATAU seftriakson 100 mg/kgBB IV per
24 jam (maksimal 4 g/24 jam) dibagi menjadi 1-2 dosis.
• Berikan parasetamol 3x500 mg per oral bila demam.
Jawaban Lainnya
• A. Klaritromisin PO
• B. Ampicilin PO
• C. Kotrimoksazol PO  kontraindikasi
• D. Siprofloksasin PO  kontraindikasi
134 Jadi, terapinya adalah…

E. Sefotaksim IM
135 E. Ruptur uteri komplit

• Nyeri perut makin sering


• Pembukaan 6 cm, ketuban masih utuh, TFU
33 cm, bundle ring sign (+), bagian janin
teraba jelas.
• Riwayat HT dan DM

• Apa diagnosis pada pasien ?


Tanda bandle  obstruksi
persalinan
Isi uterus (janin) keluar ke
abdomen  komplit
Faktor risiko : makrosom, kelainan
plasenta, multigravid, hipertensi,
bekas SC

PENUNJANG : USG transabdomen


135 Jadi, diagnosisnya adalah…

E. Ruptur uteri komplit


136 B. Oligomenorea

• Menstruasi dirasakan jarang


• Hanya mendapatkan haid tiap 3 bulan sekali.
• Saat ini sedang sibuk menyusun skripsi.

• Diagnosis yang tepat ?


GANGGUAN HAID

Jumlah Perdarahan di luar haid


Menoragia (hipermenorea) Metroragia
hipomenorea Menometroragia

Kelainan interval siklus Gangguan lain


Polimenorea Premenstrual tension
Oligomenorea Mittelschmerz (nyeri ovulasi)
Amenorea Dismenorea
Kelainan dalam banyak darah & lama perdarahan pada haid
• Hipermenorea atau menoragia
• Perdarahan lebih banyak dari normal/ lebih lama dari normal (lebih dari
8 hari)
• Hipomenorea
• Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasanya

Kelainan siklus
• Polimenorea
• Siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Jumlah
perdarahan kurang lebih sama/ lebih banyak dari haid biasa.
• Oligomenorea
• Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari, perdarahan biasanya
berkurang.
• Amenorea
• Keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut
• Perdarahan di luar haid
• Metroragia  Perdarahan yang terjadi di luar haid, bersifat
bercak, terus menerus dan berkepanjangan

• Gangguan lainnya
• Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
• Keluhan yang biasanya mulai 1 minggu sampai beberapa hari sebelum
datangnya haid, dan menghilang setelah haid datang, walau kadang-
kadang berlangsung terus sampai haid berhenti
• Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
• Nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid pada
saat ovulasi
• Dismenorea
• Nyeri haid
136 Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. Oligomenorea
B. Malposisi oksiput
137 posterior

• Hamil 40 minggu
• Pembukaan lengkap dan teraba ubun-ubun
kecil ke arah sakrum, ketuban masih utuh.

• Apa yang terjadi pada pasien ini adalah?


Malposisi  Posisi abnormal verteks kepala janin (dengan
ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
137 Jadi, diagnosisnya adalah…
B. Malposisi oksiput
posterior
B. Hipertensi kronis dalam
138 kehamilan

• Tekanan darah 160/90 mmHg namun


proteinuria negatif.
• Usia kehamilan pasien 12 minggu.

• Apa kemungkinan diagnosis?


Hipertensi Dalam Kehamilan
• Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya
140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua
kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi.

• Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai


dengan proteinuria pada umur kehamilan lebih dari 20
minggu atau seger setelah persalinan

• Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai kejang tonik


klonik disusul dengan koma
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Hipertensi dalam Kehamilan
• Hipertensi kronik
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg
• Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
• Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
• Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Hipertensi dalam Kehamilan
• Preeklampsia Ringan
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20
minggu
• Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam

• Preeklampsia Berat
• Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20
minggu
• Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24
jam
• Atau disertai keterlibatan organ lain:
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
• Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
• Sakit kepala , skotoma penglihatan
• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
• Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
• Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Hipertensi dalam Kehamilan
• Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
• Pasien dengan riwayat hipertensi kronik
• Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit
<100.000 sel/uL pada usia kehamilan > 20 minggu

• Impending eklamsia  PEB disertai salah satu gejala


dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah2,
nyeri epigastrium, atau kenaikan tekanan darah yang
progresif

• Eklampsia
• Kejang umum dan/atau koma
• Tanda dan gejala preeklampsia
• Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid, dan meningitis)
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
DOSIS PEMBERIAN
Dosis • Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml
awal larutan MgSO4 40%) dan larutkan
4g dengan 10 ml akuades
MgSO4 • Berikan larutan tersebut secara
perlahan IV selama 5-10 menit
• Jika akses intravena sulit, memberikan
masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri
dan kanan

Dosis • Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan


rumatan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500
6g ml larutan Ringer Laktat/ Ringer
MgSO4 Asetat, lalu berikan secara IV dengan
kecepatan 28 tetes/menit selama 6
jam, dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang
berakhir (bila eklampsia)
138 Jadi, diagnosisnya adalah…

B. Hipertensi kronis dalam


kehamilan
E. Segera mulai terapi
139 antivirus

• Hamil 37 minggu
• Riwayat menderita HIV(+)
• Pada pemeriksaan viral load ditemukan
50.000 kopi.

• Apa edukasi yang tepat untuk ibu sesuai


kasus di atas ?
Stadium Klinis berdasarkan WHO
• Stadium 1: asimtomatik, limfadenopati generalisata
persisten
• Stadium 2: BB turun <10%, herpes zoster, ulkus oral
berulang, dermatitis seboroik, infeksi jamur kuku
• Stadium 3: BB turun >10%, diare kronik >1 bulan,
demam >1 bulan, kandidiasis oral, TB paru
• Stadium 4: HIV wasting syndrome (BB turun
>10%+diare kronik >1 bulan+demam >1 bulan),
PCP, TB ekstra paru
Pilihan persalinan pada pasien
HIV
• Persalinan Pervaginam • Persalinan
• ARV dimulai pada <14 Perabdominam
minggu • Viral load > 1000
• Viral load < 1000 • Pemberian ARV dimulai
pada usia kehamilan 36
minggu
Usia kehamilan ≤ 14 minggu, namun stadium klinis 2,3,4 atau jumlah CD4 < 350 mm3,
ARV dapat segera diberikan
Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui sesaat menjelang persalinan, segera
diberikan ART
ARV pada ibu hamil dengan HIV >
36 minggu
• In an HIV-infected pregnant woman who has never been
exposed to antiretroviral medication, HAART should be
started as soon as possible
• All HIV-infected women with HIV RNA ≥400 copies/mL (or
unknown HIV RNA) near delivery should be administered
IV zidovudine (ZDV) during labor
• If the patient is having a planned cesarean delivery, the ARV
IV infusion should begin 3 hours before the procedure
• ZDV is given intravenously during labor at a dose of 2 mg/kg
infused over 1 hour, followed by a continuous infusion of 1
mg/kg throughout labor.
• ZDV IV + Single dose 200 mg nevirapine + lamivudine 150
mg every 12 hours
Jawaban Lainnya
• A. Antivirus diberikan pada trimester I  usia
kehamilan < 14minggu, stadium klinis 2,3,4 atau
jumlah CD4 < 350 mm3, ARV dapat segera
diberikan
• B. Risiko infeksi menular ke janin saat trimester III
 trimester berapapun risiko menular ke janin
tetap ada
• C. Kemungkinan infeksi menular saat trimester II 
bisa terjadi pada trimester berapapun
• D.Lahirkan bayi dengan cara SC  akan dilakukan
setelah diberikan terapi ARV secara IV
139 Jadi, edukasinya adalah…
E. Segera mulai terapi
antivirus
140 E. Vasa previa

• Hamil 37 minggu
• Keluar darah merah terang dari vagina tanpa
disertai nyeri
• Pembuluh darah pada selaput ketuban di
depan ostium uteri internum.

• Apa diagnosis yang tepat ?


Vasa Previa
Pembuluh darah janin melintasi • Manifestasi klinis
• Perdarahan diatas 20 mgg
atau berada di dekat ostium
• Darah berwarna merah segar
uteri internum (cervical os)
• Tidak disertai atau dapat disertai
nyeri perut (kontraksi uterus)
• Perdarahan segera setelah ketuban
pecah dan karena perdarahan ini
berasal dari anak maka dengan
cepat bunyi jantung anak menjadi
buruk.
• USG  pembuluh darah pada selaput ketuban
didepan ostium uteri internum.
• Tatalaksana
• Suportif/resusitasi
• SC
PERDARAHAN ANTEPARTUM
(Perdarahan usia gestasi > 20
minggu)
KLASIFIKASI DEFINISI KLINIS TATA LAKSANA
PLASENTA PREVIA Implantasi plasenta Perdarahan Sectio Caesaria
menutupi jalan lahir pervaginam tanpa
nyeri.
VT tidak boleh
dilakukan.
USG untuk
diagnosis pasti.
SOLUSIO PLASENTA Plasenta lepas dari Perdarahan Stabilisasi
uterus sebelum pervaginam, nyeri hemodinamik + SC
waktunya. perut (+)
Penunjang: USG
VASA PREVIA Pembuluh darah Perdarahan berat Stabilisasi
janin menutupi ketika ketuban hemodinamik + SC
jalan lahir pecah.
140 Jadi, diagnosisnya adalah…

E. Vasa previa
141 B. Gemeli

• Hamil 28 minggu
• Uterus lebih besar daripada usia kehamilan
• Pemeriksaan leopold ditemukan bagian
keras memanjang di perut ibu sebelah kiri
dan kanan.

• Kemungkinan diagnosis yang tepat ?


Uterus lebih besar dari usia
kehamilan
• Gemelli
• Polihidramnion
• Giant baby
• Mola Hidatidosa  terdeteksi pada kehamilan usia
muda, gambaran badai salju pada USG
Giant Baby
• Giant baby / Big baby syndrome / Makrosomia
• Didiagnosis apabila bayi lahir dengan berat badan
lebih dari 4000 gram, tanpa melihat usia
gestasional
Hidramnion

• Hidramnion atau poli hidramnion 


jumlah air ketuban melebihi dari batas
normal
• Volume ketuban normal: 1-2 liter
• Oligohidramnion  kekurangan air
ketuban
• Gejala hidramnion:
• Pembesaran uterus dengan
kesulitan meraba bagian kecil janin /
mendengar denyut janin
• Akibat overdistensi  dispnea,
edema ekstremitas bawah, vulva
Hidrops fetalis

• Adalah suatu kondisi edema pada


janin
• Gambaran klinis: abnormalitas
akumulasi cairan dalam rongga tubuh
(pleural, percardial dan peritoneal)
dan jaringan lunak tubuh dengan
ketebalan dinding lebih dari 5 mm • Dengan USG tampak gambaran:
• Edema anasarka
• Sering berhubungan dengan • Penumpukan cairan dalam rongga
hidramnion dan penebalan plasenta ( tubuh seperti pleura – perikardium
> 6 mm) pada 30 – 75% kasus dan rongga peritoneal
• Hidramnion
• Terjadi akibat gangguan
• Plasenta yang tebal
keseimbangan cairan  akumulasi
cairan lebih banyak dibandingkan
dengan yang diabsorbsi
Gemeli
Kehamilan multipel (Gemeli)
• TFU lebih besar dari usia
kehamilan

• Teraba 3 bagian besar (bokong


dan kepala)

• Teraba 2 ballotement (bokong


dan kepala)
Jawaban Lain
• A. Makrosomia  berat janin > 4000 gram
• C. Hidramnion
• D. Hidrops fetalis  edem anasarka janin dan
diketahui melalui USG
• E. Hidrosefalus
141 Jadi, diagnosisnya

B. Gemeli
C. Peningkatan hormon
142 FSH

• Tidak menstruasi 1 tahun


• Keluhan disertai wajah terlihat panas dan
memerah, serta sering berkeringat.

• Hasil pemeriksaan hormon yang


diharapkan?
Definisi
• Klimakterium (perimenopause): masa peralihan
antara masa reproduksi dan masa postmenopause.

• Menopause: haid terakhir atau saat terjadinya haid


terakhir. Diagnosis dibuat setelah amenore minimal 1
tahun.

• Senium (postmenopause): masa setelah menopause,


telah tercapai keseimbangan sehingga tidak ada lagi
gangguan vegetatif maupun psikis.

Wiknjosastro H. Ilmu kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009.


Klimakterium
• Mulai sekitar 6 tahun sebelum menopause; berakhir sekitar
4-7 tahun setelah menopause.

• Gejala diawali dengan menstruasi ireguler hingga akhirnya


amenorea

• Terjadi gangguan vegetatif dan psikis.


• Gangguan neurovegetatif: hot flushes, keringat banyak, kedinginan,
sakit kepala, desing dalam telinga, berdebar-debar, sulit bernafas,
dan gangguan usus.
• Gangguan psikis: mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat
berkurang, susah tidur.

Wiknjosastro H. Ilmu kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009.


The Stage of Reproductive Aging

Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams gynecology. New York: McGraw-
Hill’s. 2008.
142 Jadi, hasilnya
C. Peningkatan hormon
FSH
143 C. Nifedipin

• Hamil 36 minggu
• Keluhan pandangan kabur dan nyeri ulu hati
• TD 170/110mmHg, nadi 100x/m, RR 24x/m,
suhu 37°C.
• Pemeriksaan urinalisis ditemukan protenuria
(+++)

• Apa antihipertensi yang paling tepat untuk


pasien ?
DOSIS PEMBERIAN
Dosis • Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml
awal larutan MgSO4 40%) dan larutkan
4g dengan 10 ml akuades
MgSO4 • Berikan larutan tersebut secara
perlahan IV selama 5-10 menit
• Jika akses intravena sulit, memberikan
masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri
dan kanan

Dosis • Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan


rumatan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500
6g ml larutan Ringer Laktat/ Ringer
MgSO4 Asetat, lalu berikan secara IV dengan
kecepatan 28 tetes/menit selama 6
jam, dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang
berakhir (bila eklampsia)
REKOMENDASI pada preeklamsia
• Hindari antihipertensi pada hipertensi ringan dan sedang pada
pasien preeklamsia, karena tidak terbukti bermanfaat bagi ibu
dan fetus. Apalagi mengingat ada potensi efeks samping
penurunan perfusi pada janin.
• Mulai terapi antihipertensi untuk mencegah komplikasi, jika TD
sistolik >= 150 mmHg dan diastolik >= 100 mmHg. Pada pasien
dengan gejala perburukan (nyeri ulu hati, pandangan ganda),
terapi antihipertensi dapat mulai diberikan pada batas tekanan
darah sistol dan diastol lebih rendah dari kriteria di atas.

• Untuk menurunkan tekanan darah secara akut, dapat digunakan


: labetalol, hidralazin, nifedipin long acting. Hindari nifedipin
sublingual.
• Target tekanan darah : systolic pressure of 140 to 150 mmHg and
diastolic pressure of 90 to 100 mmHg.

Uptodate.com
REKOMENDASI kontrol TD Jangka
panjang pada preeklamsi
• Gunakan metildopa atau labetalol. Bisa
ditambahkan nifedipin jika perlu
REKOMENDASI pada HT kronik
• Perempuan dengan hipertensi dan sudah
menggunakan antihipertensi dapat menghentikan
pengobatannya selama kehamilan bila TD < 120/80.
Indikasi menggunakan kembali antihipertensi bila :
TD sistol ≥150 mmHg, persisten diastol >=100, atau
tanda organ damage.
• Obat antihipertensi yang disarankan : metildopa,
labetalol, bila perlu tambahkan nifedipin.
• Target : sistolik < 160 mmHg dan diastol < 100
mmHg. Perempuan dengan target organ damage
sebaiknya <140/90 mmHg
Uptodate.com
Pilihan Lain
• A. Tiazid  sebaiknya dihindari karena memicu
deplesi volume
• B. Kaptopril  kontraindikasi
• D. Metildopa  untuk jangka panjang
• E. Propanolol  bukti keamanannya masih
kontroversial
143 Jadi, antihipertensinya adalah

C. Nifedipin
144 C. Marsupialisasi

• Benjolan pada bibir kemaluan


• Nyeri
• Riwayat keputihan
• Benjolan berukuran 2x3 cm unilokuler di
labia minora, fluktuatif, hiperemis (-).

• Tatalaksana yang tepat ?


Kista Bartholin  akibat sumbatan kel
bartholini (arah jam 5, jam 7)
• Gejala klinis
• Nyeri saat berjalan, duduk,
beraktifitas fisik atau
berhubungan seksual.
• Umumnya tidak diserati
demam kecuali jika terifeksi
dengan organisme yang
ditularkan melaui hubungan
seksual.
• Pembengkakan pada vulva
selama 2-4 hari.
• Biasanya ada secret di
vagina.
• Dapat terjadi rupture
spontan

Tatalaksana  Marsupialisasi (pengeluaran isi kista diikuti penjahitan


dinding kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka
Teknik marsupialisasi
Kateter word dipasang sesudah insisi
drainase  untuk memicu
reepitelisasi. ES : iritasi, kateter bisa
ekspulsi  kurang nyaman
Jawaban Lainnya
• A. Observasi  bila asimtomatik dan tidak
mengganggu pasien
• B. Insisi, drainase, dan antibiotik topikal
• D. Kateter word  punya kerugian bisa ekspulsi
sendiri. Seringkali insisi drainase dikombinasikan
dengan kateter word.
• E. Kortikosteroid topikal
144 Jadi, tatalaksananya

C. Marsupialisasi
145 C. Endometriosis

• Belum memiliki keturunan


• Saat mens pasien merasa sangat nyeri,
• Nyeri juga dirasakan hebat ketika pasien
berhubungan seksual
• Portio serviks di posterior dan uterus
terfiksir.

• Apakah diagnosis yang tepat pada pasien di


atas ?
Endometriosis
• Definisi : merupakan suatu gangguan ginekologi yang
ditandai dengan adanya jaringan endometrium di luar
kavum uteri yang dapat memicu terjadinya reaksi
inflamasi
• Tanda dan gejala : nyeri haid, nyeri pelvik kronik,
dispareuni, infertilitas, nyeri BAB saat sedang haid
• Diagnosis : laparoskopi
• Tatalaksana :
• Analgetik
• Terapi hormonal
• Pembedahan
Jawaban Lainnya
• A. Salpingitis  keputihan, nyeri perut bawah,
nyeri goyang serviks
• B. KET  hamil < 20 minggu, perdarahan
pervaginam
• D. Endometritis  postpartum, nyeri perut bawah,
demam, lokia berbau
• E. Trichomoniasis
145 Jadi, diagnosisnya adalah…

C. Endometriosis
D. G2P1A0 hamil 39 minggu,
146 inpartu, kala 1 fase aktif dengan
CPD
• Hamil 39 minggu
• DJJ 150x/menit, presentasi kepala, kontraksi 4x
dalam 10 menit lamanya 40 detik.
• Pembukaan 8 cm, pendataran 75%, konsistensi
lunak, ketuban (-), presentasi kepala Hodge 1
• Dalam evaluasi selama 4 jam, tidak terdapat
kemajuan persalinan. Terdapat molase
maksimal, caput(+).

• Diagnosis ?
Persalinan dipengaruhi oleh tiga Tanda-tanda CPD
aspek (3P) :
• Power yaitu kekuatan his dan Pemeriksaan abdominal
kekuatan mengedan • Ukuran anak besar
• Pelvis yaitu keadaan jalan • Kepala anak menonjol di simphisis
lahir. pubis.
• Passenger yaitu keadaan Pemeriksaan pelvis
janin yang dikandung • Servik mengecil setelah pemecahan
ketuban
• Edema servik
• Arrest of descent: Failure of • Penempatan kepala tidak baik lagi di
the presenting fetal part to servik
continue to descend during
the second stage of labor • Kepala belum dipegang pintu atas
despite uterine contraction panggul
and maternal effort (pushing) • Ditemukan kaput
• Cephalopelvic Disproportion • Ditemukan molage
(CPD) merupakan 50% • Ditemukan kepala defleksi
penyebab Arrest of descent • Ditemukan asinklitismus
pada nulipara dan pada
multipara hanya 29,7%
146 Jadi, diagnosisnya adalah…

D. G2P1A0 hamil 39 minggu,


inpartu, kala 1 fase aktif dengan
CPD
147 C. Servisitis gonorea

• Nyeri perut pada sisi bawah disertai dengan


keputihan berbau
• Serviks hiperemis, erosif, nyeri tekan
adneksa, keputihan berupa cairan purulen
kekuningan.
• Riwayat penggunaan IUD.

• Apa diagnosis yang tepat ?


Cervicitis
• Merupakan inflamasi serviks yang ditandai dengan
• Eksudat endoserviks yang purulen atau mukopurulen
• Serviks mudah berdarah
• Etiologi infeksius berhubungan dengan Chlamidiosis
, gonorrhea dan HSV
• Gejala klinis
• Biasanya asimptomatik, bila bergejala yang ditimbulkan
tidak spesifik , seperti vaginal discharge, dysuria,
frequency, dan postcoital bleding.
Faktor risiko duh tubuh vagina
Jawaban Lain
• A. Bakterial vaginosis  keputihan abu-abu
homogen, berbau amis
• B. Trikomoniasis  keputihan hijau berbusa,
berbau, strawberry cervix
• D. Kandidiasis vaginal  keputihan seperti
keju/susu
• E. Ulkus mole
147 Jadi, diagnosisnya adalah…

C. Servisitis gonorea
E. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
148 selama 3 hari

• Luka pada kelamin, nyeri, dasar kotor, tepi


bergaung.
• Riwayat berhubungan seksual dengan PSK.
• Gambaran school of fish

• Tatalaksana pasien ini ?


Sifilis vs Ulkus
mole
Sifilis (ulkus durum)
•Ulkus genitalis tidak
sakit
•Etiologi : Treponema
pallidum
Ulkus mole
•Ulkus genitalis : sakit
•Etiologi Hemophillus
ducreyi
Pedoman IMS 2011 Depkes
148 Jadi, tatalaksananya adalah…
E. Ciprofloxacin 2 x 500 mg
selama 3 hari
149 B. TPHA

• Bintik-bintik kemerahan di telapak tangan


dan kaki
• Pernah ada sebuah luka di alat kelamin yang
tidak nyeri dan sembuh dengan sendirinya
• Makula eritema multipel di telapak tangan
dan kaki

• Apa pemeriksaan penunjang yang tepat ?


149 Jadi, penunjangnya adalah…

B. TPHA
150 C. Chlamydia trachomatis

• Duh tubuh dari kemaluan


• Riwayat berhubungan dengan PSK
• Leukosit > 5/LPB, badan inklusi (+) pada
pewarnaan giemsa.

• Apa penyebab kasus di atas?


Pendekatan
berbasis
sindroma:

Jika ditemukan
duh tubuh uretra
dan tidak
dilakukan
pemeriksaan
gram, lakukan tx
untuk gonore dan
klamidiosis.

Panduan Penatalaksanaan IMS, 2015


Bagaimana jika
dilakukan
pemeriksaan gram
sederhana?

Jika ditemukan
diplokokus gram
negatif  obati
sebagi DUA DUA-
nya.

Jika tidak
ditemukan, obati
sebagai
klamidiosis.

Panduan Penatalaksanaan IMS, 2015


150 Jadi, penyebabnya adalah…

C. Chlamydia trachomatis
151 E. Bolus glukosa 40%

• Pria, 53 tahun, dengan penurunan


kesadaran sejak 20 menit yang lalu.
• Gemetar dan berkeringat dingin.
• Riw DM (+), Riw obat DM (+)
• Jarang makan malam
• Pemeriksaan GDS 45 mg/dl.

• Apa tatalaksana yang tepat?


Hipoglikemia

• Whipple’s triad: Tanda dan Gejala Hipoglikemia


• Gejala yang menandakan • Manifestasi neuroglikopenia:
hipoglikemia • Perubahan perilaku
• Konsentrasi gula darah yang rendah • Kebingungan, lemah
(diukur secara presisi)
• Kejang, penurunan kesadaran
• Gejala tersebut hilang setelah kadar
gula darah meningkat • Manifestasi otonom = gejala
adrenergic dan kolinergik
• Tiga penyebab hipoglikemia paling • Palpitasi, tremor, ansietas (adrenergic)
sering: • Berkeringat, rasa lapar, dan
• Obat antidiabetes: insulin dan kesemutan (kolinergik)
sulfonylurea • Keringat dingin
• Alkohol • Pucat
• Penyakit kritis: gagal hepar, ginjal,
jantung; sepsis

Sumber: Harrison’s 19th ed


Tatalaksana Hipoglikemia

Hipoglikemia ringan; pasien sadar Hipoglikemia berat; pasien sadar


• Konsumsi makanan tinggi gula  gula • Glukosa 20 g yang dilarutkan
murni dalam air
• Glukosa 15 g yang dilarutkan dalam air • Cek GDS dengan glucometer 15
jika pasien masih sadar menit setelah terapi
• Cek GDS dengan glucometer 15 menit • Sudah > 70 mg/dL pasien
setelah terapi diminta utk makan
• Sudah > 70 mg/dL pasien • Masihh < 70 mg/dL 
diminta utk makan tambah 15 g lagi
• Masih < 70 mg/dL  tambah 15 g
lagi Sumber: http://guidelines.diabetes.ca/browse/chapter14#sec4
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM 2015
Tatalaksana Hipoglikemia

• Hipoglikemia berat; pasien tidak sadar


• Ada akses IV: 50 cc Dextrose 20% atau 25 cc Dextrose 40%
bolus (dosis: 10 – 25 g glukosa)
• Secara simultan: infus D5% atau D10%
• Cek GDS 15 menit  ulangi 50 cc Dextrose 20% jika masih
< 70 mg/dL
• Monitoring gula darah/1 – 2 jam untuk mengantisipasi
hipoglikemia berulang

Sumber: http://guidelines.diabetes.ca/browse/chapter14#sec4
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM 2015
151 Jadi, tatalaksana yang paling tepat
adalah…

E. Bolus glukosa 40%


152 D. Prolaktinoma

• Anemore (6 bulan)
• Dispareuni
• Infertil
• Galaktore
• Akne >>>
• BB 45 kg, TB 156 cm

Diagnosisnya...
HIPERPROLAKTINEMIA
• Prolaktin adalah hormon yang dipoduksi oleh kelenjar pituitari anterior,
berfungsi dalam perkembangan payudara selama hamil dan induksi
laktasi. Sekresinya pulsatil: meningkat saat tidur, stres, hamil, trauma.
• Hiperprolaktinemia sering berkaitan dengan adenoma pituitari =
prolaktinoma (>40% dari seluruh tumor pituitari).
MANIFESTASI
• Wanita: oligo/amenorea, infertil, akibat prolaktin mensupresi GnRH.
Galaktore (+) akibat efek langsung prolaktin terhadap epitel mammae.
• Pria: disfungsi seksual, ginekomastia.
• Gangguan lapang pandang, nyeri kepala: akibat prolaktinoma.
Tanda-Gejala
1. Gangguan siklus menstruasi, libido menurun, infertil
2. Galactorrhea
3. Hypoestrogenism dyspareunia, osteopenia
4. Hypogonadism small testicles
5. Bila prolaktinoma terlalu massive, dapat
menyebabkan defisiensi hormon lain pada hipofisis
(TSH, GH, ACTH, GnRH)
6. Efek massa akibat makroprolaktinoma: nyeri kepala,
gangguan lapang pandang, neuropati kranialis,
hipopituitarisme, kejang, dll.
J Hum Reprod Sci. 2013 Jul-Sep; 6(3): 168–175.
doi: 10.4103/0974-1208.121400
TATALAKSANA
• Sesuai etiologi:
• Hentikan obat pencetus hiperprolaktinemia.
• Pasien dengan hiperprolaktinemia akibat hipotiroidisme: berikan
terapi hormon tiroid.
• Jika asimptomatik: observasi, tidak perlu medikasi. Jika simptomatik 
bromokriptin mesilat sebagai DOC.
• Prolaktinoma: operasi &/ radioterapi.
• Indikasi operasi:
• Intoleransi atau resisten terhadap obat.
• Gangguan lapang pandang persisten.
• Tumor kistik besar atau pendarahan.

Tatalaksana
berdasarkan
etiologi
Jawaban lainnya
• A. PCOS: salah karena ini berkaitan dengan
resistensi insulin, obesitas, kista ovarium multipel,
dan hiperandrogenisme.
• B. Diabetes melitus tipe 2: salah karena tidak
berkaitan dengan galaktore, kondisi ini akibat
resistensi insulin.
• C. Adenoma hipofisis: tumor pada hipofisis secara
general
• E. Cushing syndrome: hiperkortisolisme
152 Jadi, diagnosisnya adalah...

B. Hiperprolaktinemia
B.Papillary thyroid
153 carcinoma
• Wanita, 21 thn
• Benjolan di leher yang semakin membesar sejak 1
tahun yang lalu.
• Kesulitan menelan dan terkadang terasa sulit
bernapas.
• BB turun drastis
• Masa yang ikut saat menelan dengan ukuran 4x3x3
cm, nodul soliter, konsistensi keras, nyeri (-)
• “Orphan Annnie eyes”

• Diagnosis pada kasus ini?


Thyroid Carcinoma
• a painless, palpable, solitary thyroid
nodule.
• Nodul tiroid curiga keganasan: usia >60
thn dan < 30 thn
• Gejala tidak berat kecuali anaplastik
(cepat membesar dalam hitungan
minggu)
• Diagnosis : FNAB, TSH level, USG
Papillary Thyroid Carcinoma
Papillary thyroid carcinoma
• PTC is a major differentiated adenocarcinoma which consists of 90% of thyroid
cancers
Pilihan lainnya
• A.Follicular thyroid carcinoma : sering metastasis ke
tulang/paru dibandingkan PTC
• C.Medullary thyroid carcinoma : lebih jarang
terjadi, histologi: oval, spindle, or polyhedral.
Terdapat deposit amyloid.
• D. Anaplastic thyrois carcinoma: sangat agresif,
histologi: pleomorphic
giant cells menyerupai osteoclasts
• E. Hurthle cell carcinoma : varian FTC yang invasif,
dengan prognosis yang lebih buruk
Anaplastic thyroid
cardinoma: sel tumor
pleomorphic,
multinucleated giant
cell seperti osteoklas

Medullary thyroid
cardinoma: sel tumor
berbentuk spindle oval,
dengan deposit amyloid
153 Jadi, diagnosisnya adalah...

B.Papillary thyroid
carcinoma
154
E. Porfiria kutanea
tarda
• Wanita, 30 tahun,
• Kulit pada bagian wajah, leher, telinga, dan
tangan melepuh jika terkena paparan sinar
matahari.
• Kulit pasien makin menghitam dan rambut-
rambut di kulit semakin tumbuh lebat.
• BAK teh
• Defisiensi enzim urophorphyrinogen
dekarboksilase pada pasien.

Diagnosisnya adalah...
Porfiria Kutanea Tarda
• Bentuk porfiria yang paling sering.
• Terjadi akibat defisiensi enzim uroporfirinogen
dekarboksilase di liver  penumpukan metabolit
intermediate porfirinogen yang larut air  distribusi
terutama ke jaringan subkutis yang kaya pembuluh
darah dan ginjal.
• Porfirin di kulit  reaksi kimia fotooksidatif jika
terpapar sinar matahari  lesi kulit.
• Ginjal  diekskresikan, urin berwarna coklat
kemerahan.
• Etiologi:
• Familial
• Didapat, dengan trigger berupa: alkohol,
estrogen eksogen, overload besi, infeksi virus
hepatitis, merokok.
www.dermnetnz.org/systemic/porphyria-cutanea-tarda.html
http://emedicine.medscape.com/article/1103643-overview#showall
Pilihan lainnya
Epidermolisis bulosa

• A. Epidermolisis bulosa simpleks: salah karena kelainan


ini berkaitan dengan mutasi genetik gen keratin
sehingga kulit menjadi sangat rapuh, mudah
membentuk bula kendur, sering muncul mulai bayi.
• B. Epidermolisis bulosa akuisita: serupa dengan
epidermolisis bulosa simpleks namun bukan herediter.
• C. SLE: lupus BRAIN SOAP MD
• D. Pemfigoid bulosa: salah karena penyakit ini khas
berupa bula dinding tegang, sering pada orang tua.
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…
154
E. Porfiria kutanea
tarda
A.Kolkisin 3 x 0,6 mg, ganti
155 obat HCT, hentikan allopurinol
• Pria 55 thn
• bengkak pada ibu jari kaki kiri, nyeri,
merah,
• Asam urat 8,2 mg/dL.
• Pasien rutin minum HCT dan
allopurinol 1 x 100 mg

Terapinya adalah...
Hiperurisemia
• Etiologi:
ketidakseimbangan
antara metabolisme purin
dan ekskresi asam urat
• Asimptomatik
Hiperurisemia
• Simptomatik
Hiperurisemia
1. Gout arthritis
2. Nefrolitiasis
Tatalaksana

• Farmakologi:
1. Xanthine Oxidase Inhibitor
allopurinol
2. Uricosuric agent probenecid
3. Antigout agent kolkisin (acute
gout)
• Non-farmakologi:
Diet rendah purin gula, tepung,
telur, keju
Hindari daging, ikan, makanan
laut, jeroan, alkohol, kacang-
kacangan
CHRONIC GOUT

http://annals.org/aim/fullarticle/2578528/manage
ment-acute-recurrent-gout-clinical-practice-
guideline-from-american-college
2014 guidelines for hypertension JAMA
Pilihan lainnya
• B.Stop allopurinol, tambahkan celecoxib 1 x 200
mg, HCT teruskan : HCT harus distop
• C.Kolkisin 3 x 0,6 mg dan allopurinol 1 x 100 mg,
HCT teruskan : HCT harus distop
• D.Probenesid dan allopurinol, HCT ganti Losartan :
terapi akut harus diberikan kolkisin atau NSAID
terlebih dahulu
• E.Allopurinol 3 x 100 mg dan lanjutkan HCT. : HCT
harus distop, dan harus diberikan kolkisin atau
NSAID untuk seragan akut
155 Jadi, terapi yang tepat adalah…

A.Kolkisin 3 x 0,6 mg, ganti


obat HCT, hentikan allopurinol
E. Defisiensi
156 absolut
insulin

• Anak denan penurunan kesadaran


• Polifagia dan polidipsi + BB turun drastis
• GDS 400 mg/dl
• Diabetes melitus tipe 1

Penyebab kondisi pasien?


Diabetes Melitus Tipe 1
• Destruksi sel beta pankreas  Diagnosis
defisiensi insulin absolut
• Gula darah: GDS, GDP, HbA1c
• Genetik + faktor lingkungan/ infeksi 
inisiasi proses autoimun  destruksi sel • Keton urin: starvation state, jika
beta pankreas. positif, kemungkinan DKA↑
• Onset biasanya < 20 tahun, tetapi bisa
kapan saja.

MANIFESTASI
• Hiperglikemia: Glikosuria → Diuresis
osmotic → polyuria + nokturia →
dehidrasi → polydipsia dan rasa haus
• Penurunan berat badan akibat
peningkatan gluconeogenesis. Sumber: Harrison’s 19th ed
emedicine.medscape.com/article/919999-workup#c10
• Malaise nonspesifik.
Diabetes Care. 2015;38(suppl1):S1-S93
Pilihan lainnya
• A. Penurunan glukoneogenesis : SALAH, harusnya
meningkat
• B. Defek insulin
• C. Resistensi insulin : patof DM tipe 2
• D. Radang pada pankreas : salah satu penyebab
dari DM tipe lain
156 Jadi, penyebab yang tepat adalah…

E. Defisiensi insulin
absolut
157 A. Wernicke syndrome
• Pria 54 tahun
• Keluhan baal pada kedua kaki.
• Terlihat bingung dan tampak sempoyongan.
• Gerakan bola mata tidak terkoordinasi dengan
baik.
• Pasien merupakan pecandu alkohol berat.
• Ataksia pada kedua lengan.

diagnosisnya adalah...
Effects of Deficiency and
Nutrient Principal Sources Functions
Toxicity
Asam Folat Raw green leafy vegetables, Maturation of RBCs Deficiency: Megaloblastic
fruits, organ meats (eg, liver), Synthesis of purines, anemia, neural tube birth
enriched cereals and breads pyrimidines, and defects, confusion
methionine
Development of fetal
nervous system
Niasin (nicotinic Liver, red meat, fish, poultry, Oxidation-reduction Deficiency: Pellagra (dermatitis,
acid, legumes, whole-grain or reactions glossitis, GI and CNS
nicotinamide) enriched cereals and breads Carbohydrate and cell dysfunction)
metabolism Toxicity: Flushing
Riboflavin Milk, cheese, liver, meat, eggs, Many aspects of Deficiency: Cheilosis, angular
(vitamin B2) enriched cereal products carbohydrate and protein stomatitis, corneal
metabolism vascularization
Integrity of mucous
membranes
Tiamin (vitamin Whole grains, meat (especially Carbohydrate, fat, amino Deficiency: Beriberi (peripheral
B1) pork and liver), enriched cereal acid, glucose, and alcohol neuropathy, heart failure),
products, nuts, legumes, metabolism Wernicke-Korsakoff syndrome
potatoes Central and peripheral
nerve cell function
Myocardial function
Effects of Deficiency and
Nutrient Principal Sources Functions
Toxicity
Vitamin A As preformed vitamin: fish liver Formation of rhodopsin (a Deficiency: Night blindness,
(retinol) oils, liver, egg yolks, butter, photoreceptor pigment in perifollicular hyperkeratosis,
vitamin A–fortified dairy the retina) xerophthalmia, keratomalacia,
products Integrity of epithelia increased morbidity and
As provitamin carotenoids: dark Lysosome stability mortality in young children
green and yellow vegetables, Glycoprotein synthesis Toxicity: Headache, peeling of
carrots, yellow and orange fruits skin, hepatosplenomegaly, bone
thickening, intracranial
hypertension, papilledema,
hypercalcemia

Vitamin B Organ meats (eg, liver), whole- Many aspects of nitrogen Deficiency: Seizures, anemia,
group grain cereals, fish, legumes metabolism (eg, neuropathies, seborrheic
(pyridoxine, transaminations, porphyrin dermatitis
pyridoxal, and heme synthesis, Toxicity: Peripheral neuropathy
pyridoxamine) tryptophan conversion
to niacin)
Nucleic acid biosynthesis
Fatty acid, lipid, and amino
acid metabolism

Vitamin B12 Meats (especially beef, pork, Maturation of RBCs, neural Deficiency: Megaloblastic
(cobalamins) and organ meats [eg, liver]), function, DNA synthesis, anemia, neurologic deficits
poultry, eggs, fortified cereals, myelin synthesis and repair (confusion, paresthesias, ataxia)
milk and milk products, clams,
oysters, mackerel, salmon
Nutrient Principal Sources Functions Effects of Deficiency and Toxicity
Vitamin C Citrus fruits, tomatoes, potatoes, Collagen formation Deficiency: Scurvy (hemorrhages,
(ascorbic acid) broccoli, strawberries, sweet Bone and blood vessel health loose teeth, gingivitis, bone
peppers Carnitine, hormone, and defects)
amino acid formation
Wound healing

Vitamin D Direct ultraviolet B irradiation of Calcium and phosphate Deficiency: Rickets (sometimes
(cholecalciferol, er the skin (main source), fortified absorption with tetany), osteomalacia
gocalciferol) dairy products (main dietary Mineralization and repair of Toxicity: Hypercalcemia, anorexia,
source), fish liver oils, fatty fish, bone renal failure, metastatic
liver Tubular reabsorption of calcifications
calcium
Insulin and thyroid function,
improvement of immune
function, reduced risk of
autoimmune disease

Vitamin E (alpha- Vegetable oils, nuts Intracellular antioxidant Deficiency: RBC hemolysis,
tocopherol, other Scavenger of free radicals in neurologic deficits
tocopherols) biologic membranes Toxicity: Tendency to bleed

Vitamin K Green leafy vegetables (especially Formation of prothrombin, Deficiency: Bleeding due to
(phylloquinone, collards, spinach, and salad other coagulation factors, and deficiency of prothrombin and
menaquinones) greens), soy beans, vegetable oils bone proteins other factors, osteopenia
Bacteria in the GI tract after
neonatal period
Jawaban Lainnya
B.Korsakoff syndrome : gangguan memori karena
defisiensi vit B1.
C.Wernicke-Korsakoff syndrome: kombinasi wernicke
dengan korsakoff syndrome
D.Vitamin B12 deficiency : anemia megaloblastik
dengan defisit neurologis
E. Diabetes neuropathy : neuropati karena DM
Jadi, diagnosis kasus tersebut
157 adalah…

A. Wernicke syndrome
158 A.<70 mg/dL
• Wanita 50 tahun
• Riw: DM dan PJK
• Jarang kontrol dan minum obat.
• LDL 165 mg/dL, trigliserida 120
mg/dL, GDS 110

Target LDL-nya adalah..


Pengelompokan Risiko
• Risiko sangat tinggi target LDL<70

• Risiko tinggi target LDL <100

Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013


Pengelompokan Risiko
• Risiko menengah
• Risiko rendah target LDL <190

Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013


Intervensi Farmakologi

Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013


Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013
Intervensi Farmakologi

Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013


Jadi, target LDL yang tepat adalah…
158

A.<70 mg/dL
159 A. Alopesia areata
• Pria, 29 tahun
• Kebotakan pada daerah temporalis.
• Bagian kebotakan sewarna dengan kulit
sekitar. Berbentuk numular berdiameter 4
cm.
• Masih ada rambut halus pada bagian
tengah dan semakin tipis pada bagian
ujungnya (exclamation mark hair)
• Daerah di sekitar kebotakan masih
ditumbuhi rambut tebal.

Diagnosisnya adalah...
Alopecia areata

• Kerontokan rambut yang berbentuk


bercak, dapat terjadi di kulit kepala,
alis, janggut.
• Pada tepi daerah yang mengalami
kebotakan ada rambut yang
terputus seperti tanda seru
(exclamation mark hair)
• Exclamation mark hair : batang
rambut yang semakin ke pangkal
semakin halus, rambut sekitar
tampak normal tetapi mudah
dicabut
Pilihan Lainnya

B.Alopesia universalis : kerontokan rambut pada seluruh


tubuh
C.Alopesia androgenik : penipisan rambut yang gradual
D.Alopesia difus: menyerupai tellogen effluvium
E. Alopesia totalis : kerontokan rambut 100% pada kulit
kepala
Jadi, diagnosis pada pasien ini
159 adalah…

A.Alopesia areata
D.Obat seluruh anggota
160 keluarga

• Anak perempuan 7 tahun


• Bintik-bintik merah dan gatal di
badan, bahu, sela-sela jari tangan.
• Gatal terutama malam hari.
• PF: terowongan di sela-sela jari
tangan pasien. Papul eritematous,
krusta, dan ekskoriasi.

• Edukasi yang tepat ?


Skabies
• Sinonim: gudik, budukan, gatal agogo
• Etiologi: Sarcoptes scabiei
• Gejala klinis  2 dari 4 tanda kardinal:
• Pruritus nocturna
• Menyerang sekelompok orang
• Ditemukan terowongan/ kunikuli
• Ditemukan tungau
• Pemeriksaan penunjang:
• Congkel papul di ujung terowongan  taruh di kaca objek
 lihat dengan mikroskop
• Menyikat kulit  tamping di kertas putih  lihat dengan kaca pembesar
• Biopsi irisan  lihat dengan mikroskop
• Biopsi eksisional  periksa dengan pewarnaan HE
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Tatalaksana
• Sulfur presipitatum 10%: dioleskan 3x24 jam; tidak efektif untuk
stadium telur sehingga harus digunakan >3 hari
• Emulsi benzil benzoas 20%: efektif untuk semua stadium,
diberikan malam hari selama 3 hari; sulit ditemukan
• Gameksan 1%: efektif untuk semua stadium, dihindari untuk
anak <6 tahun dan wanita hamil, efek neurotoksik dan
teratogenik
• Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium tungau),
dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci
bersih. Bila belum sembuh, diulang 1 minggu kemudian.
Kontraindikasi: anak kurang dr 2 bulan
Pilihan lainya
• A.Menggunakan pakaian yang bersih  infeksi
jamur
• B.Ganti pakaian jika berkeringat  infeksi jamur
• C.Hindari makanan pencetus  urtikaria,
dermatitis
• E. Jaga kelembaban kulit  dermatitis atopi, infeksi
jamur
160 Jadi, edukasi yang tepat adalah…

D.Obat seluruh anggota


keluarga
161 C.Asam salisilat 5%

• Pria 30 tahun
• Bercak kemerahan, bersisik tebal, dan
berwarna putih seperti mika di kulit
• Bercak terdapat pada bokong, siku,
dan lutut

Tatalaksananya adalah...
Psoriasis

• Disebabkan oleh autoimun, kronik – residif


• Bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama kasar berlapis-lapis dan
transparan, gatal ringan, piting nail, kelainan sendi
• 3 tanda:
• Fenomena tetesan lilin (khas) skuama berubah jadi putih dengan
goresan
• Fenomena auspitz (khas) bila skuama dikerok maka akan
memperlihatkan gambaran bintik-bintik perdarahan
• Fenomena kobner trauma pada lokasi tubuh lain dapat menimbulkan
kelainan sama

• PENUNJANG : BIOPSI histopatologi  gambaran hiperkeratosis dan


papilomatosis (meskipun secara klinis diagnosis bisa ditegakkan) Sumber
FKUI
: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Lokasi predileksi
• Salicylic acid is the most commonly used as keratolytic
compounds. In concentrations of 5% and above, it
exerts an increasingly potent, rapid, and deep
keratolytic effect on the stratum corneum which leads
to descaling
Klasifikasi Steroid Topikal
Pilihan lainnya
• A.Asam salisilat 0,1%
• B.Asam salisilat 1% : bersifat keratoplasti
• D.Salep 2-4
• E.Antibiotik salep
Jadi, terapi yang tepat adalah…
161

C.Asam salisilat 5%
162 C. Neuralgia
• Pria 45 tahun
• Gelembung-gelembung kecil berisi cairan
di sekitar dada sisi kiri sejak 2 hari yang
lalu.
• Keluhan disertai dengan rasa panas dan
nyeri.
• Vesikel-vesikel dengan dasar eritem di
sepanjang dada kiri.

Komplikasinya adalah...
Herpes Zoster

• Infeksi virus varicela zoster yang


menyerang kulit dan mukosa
• Reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varisela
• Sebelum timbul gejala kulit, timbul
gejala prodormal.
• Lokasi unilateral dan dermatomal.

• Penunjang: Tzanck test  sel datia berinti banyak


• Tatalaksana: asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari atau
valasiklovir 3x1000 mg
Tzank test: giant cell
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Terapi
AVERAGE COST
MEDICATION DOSAGE (GENERIC)*
Acyclovir (Zovirax)† 800 mg orally five times daily for $174 to 248 (129 to 200)
7 to 10 days 10 mg per kg IV
every 8 hours for 7 to 10 days‡

Famciclovir (Famvir)† 500 mg orally three times daily 140


for 7 days
Valacyclovir (Valtrex)† 1,000 mg orally three times 84
daily for 7 days
Prednisone (Deltasone) 30 mg orally twice daily on days 2 (2 to 4) for days 1
1 through 7; then 15 mg twice through 7 2 (1 to 3) for
daily on days 8 through 14; days 8 through 14 1 (1 to
then 7.5 mg twice daily on days 2) for days 15 to 21
IV = intravenously. 15 through 21
*—Estimated cost to the pharmacist based on average wholesale prices (rounded to the nearest dollar), for seven days of therapy, in Red book. Montvale,
N.J.: Medical Economics Data, 2000. Cost to the patient will be higher, depending on prescription filling fee.
†—Antiviral therapy has been shown to be beneficial only when patients are treated within 72 hours of onset of the herpes zoster rash. Antiviral agents are not
used in combination, and selection of an agent is based on dosage schedule and cost.
‡—Acyclovir can be administered IV to severely immunocompromised patients or patients who are unable to take medications orally.
J Turk Acad Dermatol 2011; 5 (2): 1152r1.
162 Jadi, komplikasi terseringnya adalah…

C. Neuralgia
163 B. Sekunder
• Pria 60 thn,
• Cacat di jari tangan kanan dan kesulitan berjalan.
• Riwayat bercak putih dengan hipestesi.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan dominasi otot ekstensor
digitorum komunis digiti IV dan V, kelemahan nervus
peroneus, dan nervus tibialis posterior
• Jari kaki kaku

Tipe kecacatannya adalah...


Morbus Hansen = Lepra
• Infeksi Mycobacterium leprosum
• Tanda kardinal:
• Bercak kulit yang mati rasa
• Penebalan saraf tepi dengan/tanpa gangguan subjektif: mencakup n. aurikularis magnus, n.
ulnaris, dan n. Peroneus.
• Pemeriksaan BTA
• Spesimen: sayatan kulit
• Jumlah: 3 spesimen, biasanya dari lesi kulit paling aktif, cuping telinga kanan, dan kiri.
• Parameter: indeks bakteri (IB) yang dinilai dalam 100 lapang pandang (LP)
+1 = 1 – 10 BTA dalam 100 LP
+2 = 1 – 10 BTA dalam 10 LP
+3 = 1 – 10 BTA rata-rata dalam 1 LP
+4 = 11 – 100 BTA rata-rata dalam 1 LP
+5 = 101 – 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
+6 = > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Klasifikasi Lepra

PB MB
Lesi kulit, dapat berupa: • Jumlah 1 – 5 lesi • Jumlah > 5 lesi
• Makula • Berupa • Lebih sering lesi yang
• Papul meninggi hipopigmentasi/eritema menimbul
• Infiltrat, plak eritem (lesi cenderung tidak • Distribusi simetris
• Nodul menimbul)
• Distribusi tidak simetris

Kerusakan saraf, ditandai • Hilang sensasi jelas • Hilang sensasi kurang


dengan: • Hanya melibatkan satu jelas
• Hilangnya sensasi cabang saraf • Melibatkan banyak
• Kelemahan otot cabang saraf

Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.


PRIMER

SEKUNDER

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Kusta 2012


Pilihan lainnya
• A.Primer : kecacatan belum terlihat
• C.Tersier  tidak ada istilah ini
• D. Kuartenet  tidak ada istilah ini
• E. Gabungan  tidak ada istilah ini
163 Jadi, tipe kecacatan yang tepat
adalah…

B. Sekunder
C.Hifa pendek dengan
164 spora bergerombol
• Bercak-bercak di bahu dan lengan atas,
• Gatal terutama saat berkeringat
• PF: Makula hipopigmentasi dengan
skuama halus.

Hasil temuan pada pemeriksaan KOH


adalah...
Pitiriasis Versikolor
• PV: infeksi jamur superfisial (di stratum korneum)
• Etiologi: Malassezia furfur; M. Sympodialis; or M.
Globosa
• Malassezia adalah flora normal di kulit, namun
pada saat patologis, ditemukan flora tersebut
dalam fase spora dan hifa. Patologis pada kondisi
lembab dan hangat, imunosupresi, malnutrisi,
predisposisi genetik, kehamilan, cushing.
PV
• Makula hipo/hiperpigmentasi, bulan/oval, batas tegas, dengan skuama
halus diatasnya predileksi di dada dan punggung tapi bisa dimana saja.
• Jarang menimbulkan keluhan, sering masalah kosmetik atau pruritus.
• DD: psoriasis gutata; pitiriasis alba; dermatitis seboroik; tinea corporis;
eritrasma; vitiligo.
• PP: lampu wood (menyala oranye-emas kekuningan); Kerokan kulit
dengan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora bulat
berkelompok (spageti and meatball appearance)
PV - Tatalaksana
• Topikal: selenium sulfida; zink-pyrithione; sodium
sulfacetamide; antifungi azol topikal; dll.
• Selenium sulfida 2x/hari selama 2 minggu, biarkan
selama 10 menit baru dibilas.
• Topikal gol.azol oleskan tiap malam selama 2 minggu.
• Cara pemakaian: dioleskan seluruh badan, lengan dan
tungkai  biarkan 10 – 15 menit  dicuci
• 2-3 kali seminggu; selama 2 – 4 minggu
• Oral: flukonazol 150-300 mg/minggu utk 2-4
minggu OR itrakonazol 200 mg/hari utk 5-7 hari.
• Bisa rekuren.
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Dermatomikosis superfisialis | PEDOSKI 2004
Pilihan lainnya
• A.Pseudohifa dengan artrospora
• B.Pseudohifa dengan blastopora : pada infeksi
Candida sp.
• D.Hifa panjang dengan artrospora : pada infeksi
jamur Dermatofita
• E. Hifa pendek bersepta
164 Jadi, temuan yang tepat adalah…

C.Hifa pendek dengan spora


bergerombol
A.Memakai pakaian yang
165 menyerap keringat, serta menjaga
kebersihan diri
• Wanita usia 26 tahun
• Gatal pada lipat paha terutama saat
berkeringat.
• Kebiasaan memakai celana ketat saat bekerja.
• PF: plak eritematosa disertai papul multipel
di sekitarnya

Edukasi yang tepat adalah...


Candidiasis Cutaneus
• Predisposisi: area lembab, pakaian terlalu ketat,
lipatan kulit, higienitas buruk, bayi jarang ganti
popok, pasien imun rendah, penggunaan antibiotik
jangka lama.
• Ruam, skuama, gatal, hingga edema, gambaran lesi
satelit (+)
• Candida termasuk flora normal di tubuh. Pada
kondisi tertentu, misal kelembaban tinggi  tumbuh
berlebih  patologis.
• Terapi: antifungi topikal (nistatin, golongan azol).
• Bila luassistemik (fluconazole (100 mg PO qd for 1-
2 wk) or itraconazole (100 mg PO qd for 1-2 wk)
Pilihan lainnya
• B.Memakai lotion dan sabun mandi yang
mengandung triclosan
• C.Mandi air hangat dan usahakan di ruangan berAC
• D.Oleskan lotion dan antibiorik pada daerah
kemerahan
• E.Batasi aktivitas fisik yang menyebabkan keringat
berlebih
165 Jadi, edukasi yang tepat adalah…

A.Memakai pakaian yang


menyerap keringat, serta menjaga
kebersihan diri
166 C. Melasma
• Wanita, 35 tahun,
• Bercak kecoklatan pada pelipis, pipi, dagu, hingga leher
• Awalnya bercaknya di pipi saja merah kecil lalu berubah jadi
coklat dan melebar.
• KB hormonal
• PF: makula hiperpigmentasi, bentuk irreguler, batas tegas,
ukuran numular hingga plakat, sebagian diskret sebagian
konfluens.

Diagnosisnya adalah...
Melasma
• Definisi: Hipermelanosis yang terjadi pada area
wajah yang ter-ekspos sinar matahari
• Etiologi: genetik, hormonal (paling utama), paparan
sinar UV
• Faktor predisposisi: wanita, kehamilan, perubahan
hormonal
• Tatalaksana:
1. Sun protector
2. Hypopigmenting agent: hidrokuinon, tretinoin,
Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Pilihan lainnya
• A.Hiperpigmentasi
paska inflamasi
• B.Lentigo
• D.Melanoma maligna
• E.Keratosis seboroik
166 Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

C. Melasma
167 E. Hiperpigmentasi pasca inflamasi
• Wanita 22 tahun
• Bercak kecokelatan di punggung kaki yang
sulit hilang.
• Awalnya daerah tersebut digigit serangga
hingga luka dan muncul lenting yang gatal.
• PF: makula hiperpigmentasi di dorsum
pedis

Diagnosisnya adalah...
Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi

• Melanosis epidermis (warna


kecoklatan) atau dermis (warna lebih
gelap).
• Proses inflamasi  aktivasi asam
arakinodat menjadi prostaglandin,
leukotriene, dll  aktivasi sel imun
dan melanosit.
• Pigmentasi temporer setelah terjadi
kecelakaan atau penyakit kulit
(dermatitis, infeksi, akne, dll).
• Lebih sering terjadi pada pasien
dengan warna kulit lebih gelap, di area
tubuh yg paling terpapar sinar UV.
Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi
• Pemeriksaan lampu wood untuk membedakan
hiperpigmentasi dermal (batas tidak tegas) atau
epidermal (batas lebih tegas).
• Tatalaksana:
• 6-12 bulan untuk mencapai hasil depigmentasi.
• Prognosis sangat baik pada hipemelanosis epidermal namun
kurang pada dermal.
• Terapi:
• hidrokuinon, asam azelat, krim vitamin C, krim tretinoin, krim
kortikosteroid, asam glikolat.
• Laser fototermolisis.
• Pencegahan: sunscreen.
Pilihan lainnya

• A. Dermatitis venenata
• B. Neurodermatitis sirkumskripta
• C. Dermatitis numularis
• D. Lentiginosis : spotty skin pigmentation
167 Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

E. Hiperpigmentasi pasca
inflamasi
168 B. Ulkus varikosus
• Wanita 25 tahun
• Luka di betis yang dialami 3 minggu terakhir.
• Bengkak yang bertambah jika berdiri lama.
• Ulkus soliter tepi tidak rata, dasar ukus
jaringan granulasi dan eksudat disertai
edema di tibia dengan hiperpigmentasi
disekitarnya

Diagnosis apa yang tepat...


Extremity Ulcer
Venous Ulcer vs Arterial Ulcer

Venous Ulcer Arterial Ulcer


• Dangkal • Full thickness wound atau dalam
• Superficial • Penampakan: punched out
• Bentuk irregular • Tepi luka rata/tidak
• Kecil s/d besar • Nyeri di malam hari, berkurang bila kaki
diletakkan lebih rendah dari jantung (misal
• Nyeri terkait edema, phlebitis, atau menggantung di sisi tempati tidur)
infeksi
• Biasanya di lateral kaki
• Biasanya di tungkai bawah dan • Akral ekstremitas bawah dingin
ankle/pergelangan kaki
• Kulit pucat, mengkilat, dan tipis
• Sering juga pasien menjadi
mengalami dermatitis kontak • Sedikit atau tidak ada rambut di ekst bawah
• Hemosiderin staining • Dasar lukaL jaringan granulasi merah terang
• Lipodermatosclerosis • Biasanya sekunder akibat peripheral arerial
disease
Tatalaksana Ulkus Vena

• Obat: pentoxyfilline, aspirin, iloprost


• Pembedahan
Tatalaksana ulkus arteri
• Tujuan: meningkatkan aliran darah ke perifer
• Definitif: bedah rekonstruksi atau angioplasty
• Indikasi op: luka tidak sembuh, gangren, nyeri saat
istirahat, klaudikasio yang progresif
• Stop merokok, kontrol DM, HT, dislipidemia
• Tidur dengan kepala lebih tinggi
• Anjurkan banyak berjalan
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1363917/
Pilihan lainya
• A. Ulkus tropikus ulkus berbau dan cepat
berkembang, biasanya terjadi pada anak dengan
kekurangan gizi
• C. Ulkus arteriosus terdapat tanda 5P (pain,
pallor, parestesi, pulseless, paralisis)
• D. Ulkus neurotic Ulkus DM
• E. Ulkus piogenik Ulkus karena infeksi bakteri
gram +
168 Jadi, diagnosisnya adalah…

B. Ulkus varikosus
169 B. Sifilis grade 2
• Pria, 32 tahun
• Ruam kemerahan di kedua telapak tangan dan
telapak kaki, tidak gatal.
• Diawali dengan luka kecil di kemaluan namun
sembuh dengan sendirinya.
• Makula eritema ukuran bervariasi, bentuk bulat
sampai dengan oval, batas tegas, eksfoliatif kulit (+).

Diagnosis yang tepat adalah...


SIFILIS

• Penyakit sistemik akibat infeksi Troponema pallidum (gram


negatif, berbentuk spiral teratur yang bergerak)

• Klasifikasi
• Sifilis kongenital : dini, lanjut, stigmata
• Sifilis akuisita (didapat) : stadium I (primer), II (sekunder), III
(tersier)

• Berdasarkan epidemiologi
• Stadium dini menular : dalam 1 tahu sejak infeksi mencakup
sifilis primer, sekunder, stadium rekuren dan laten dini
• Stadirum lanjut tidak menular : setelah 1 tahun sejak infeksi
mencakup sifilis tersier dan stadium laten lanjut
Medscape
• Diagnosis
• Pemeriksaan T.pallidum (sediaan berupa serum dari lesi kulit)
• Mikroskop lapangan gelap (dark field) : troponema
terlihat berwarna putih bergerak memutar terhadap
sumbunya
• Pewarnaan Burry
• Test serologi sifilis (TSS)
• Test nontreponemal (test reagin) : test fiksasi
komplemen, test flokuasi (veneral disease research
laboratory/VDRL, rapid plasma reagin/RPR,
automated reagin test/ART, reagin screen test/RST
• Tes troponemal : test imobilisasi (troponemal
pallidum immobilization test/TPI), test fiksasi
komplemen, test immunoflouresens (FTA-Abs), test
hemaglutinasi (troponemal pallidum
haemoglutination assay/TPHA, solid phase
hemabsorption assay/SPHA, hemagglutionation
troponemal test for syphillis/HATTS,
microhemagglutination assay for antibodies to
VDRL TPHA FTA-Abs Interpretasi

IgG IgM

- - + + S1 dini bellum diterapi atau baru saja diterapi

+ + + + S1 dini bellum diterapi atau baru saja diterapi, khususnya S1


dini, juga termasuk reinfeksi
Sifilis lanjut asimptomatis belum diterapi
Sifilis lanjut simptomatis yang diterapi 5 tahun sebelumnya
Sifilis laten

+ + + - Sifilis lanjut yang diterapi


Old yaws
Sifilis laten
- + + - Sifilis dini yang diterapi
Old yaws
Tabes dorsalis
Sifilis laten
- - + - S1 yang diterapi
Infeksi troponema burn out atau kasus lama
+ - - +/- Reaksi positif semu biologik
• Tatalaksana
• Penisillin G benzatin
• Penisillin G prokain
• SI, SII, sifilis laten dini kurang dari 2 tahun : penisillin G
benzatin IM 2.4juta unit 1x/minggu
• Sifilis laten lebih dari 2 tahun atau masa infeksi tidak
diketahui : penisillin G benzatin dosis total 7.2jt unit
• SIII : penisillin G benzatin dosis total 9.6jt unit
• Sifilis kardiovaskular : penisillin G benazatin 9.6jt unit
• Neurosifilis : penisillin G prokai IV 12-24jt unit/hari
• Sifilis kongenital dini : penisillin G prokain IM 100.000-
150.000 unit/kg/hari
• Sifilis kongenital lanjut : penisillin G prokain IV 200.000-
300.000 unit/kg/hari
Jawaban lainnya
Eritema

• A. Morbili: sama dengan measles, rubeola, akibat virus,


multiforme

demam tinggi, khas 3C (cough, coryza, conjunctivitis),


patognomonik koplik spot, eksantema ruam eritem
mulai dari kepala dan leher ke seluruh tubuh.
• C. Viral exanthema: erupsi kemerahan pada kulit, paling
sering akibat infeksi virus. Biasanya disertai gejala
demam, malaise, sakit kepala.
• D. Erupsi obat morbiliformis: muncul setelah minum
obat tertentu, lesi kulit serupa morbili.
• E. Eritema multiforme: sering akibat alergi obat, lesi
bulat/ oval dengan bintik di tengahnya, khas berupa lesi
target, kambuh-kambuhan.
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…
169

B. Sifilis grade 2
170 B.Onychauxis
• Kuku terasa semakin tebal seperti terangkat
• Sebelumnya pasien sering mengalami kondisi
kedua siku dan tengkuk gatal bersisik tebal,
namun kondisi tersebut hilang timbul, kambuh
saat pasien sedang stress.
• Tampak dasar kuku menebal tanpa ada
perubahan warna kuku

Diagnosisnya adalah...
Terminologi Kelainan pada Kuku
Onycholysis:
Bagian putih/ distal kuku terangkat. Berkaitan dengan tirotoksikosis,
psoriasis, trauma, dermatitis kontak, porphyria cutanea tarda, dll.
Onychauxis:
Penebalan kuku, berkaitan dengan psoriasis, trauma, atau infeksi kuku
akibat jamur.
Onychogryphosis:
Kuku menebal dan tumbuh terus secara eksofitik hingga membentuk
seperti kurva. onikolisis

onychauxis
onikogrifosis
Onychorrhexis:
Garis garis longitudinal di kuku, berkaitan dengan proses penunaan, atau
penyakit sistemik lain seperti rheumatoid artitis, penyakit vaskuler perifer,
liken planus, dan penyakit Darier
Onychomycosis:
Infeksi kuku oleh jamur. Dapat disebabkan oleh dermatofita, candida,
maupun golongan mould.
paronikia
Onychocryptosis:
= paronikia.

onikoreksis onikomikosis
Onychauxis
• Abnormal thickening of the nail plate on either the
fingers or toes.
• The nail turns white or yellow and the edges begin
falling off.
• Onychauxis is not a form of toenail fungus and the nails
grow thick without the presence of deformity
• Caused by trauma or underlying health conditions like
acromegaly (a hormonal disorder), Darier’s disease,
diabetes, impaired circulation, infection, pityriasis rubra
pilaris or psoriasis.
• Treatment: partial or complete removal of the
thickened nail
Jawaban Lainnya

• A. Onycholysis: istilah ini menggambarkan


rusak dan pecahnya kuku.
• C. Onychogryphosis: kuku menebal dan
tumbuh terus hingga membentuk seperti
kurva.
• D. Onychocryptosis: nama lain dari
paronikia.
• E. Onychorrhexis: kelainan pada kuku
berupa garis longitudinal di kuku.
Jadi, diagnosis yang benar adalah…
170

B.Onychauxis
171 D. Keratosis seboroik
• Pria 70 thn
• Bercak kecokelatan di punggungnya
yang membesar.
• Nyeri (-), gatal (-), mudah berdarah (-)
• Nodul hiperpigmentasi berbatas tegas,
imobile, permukaan verukosa, ulkus (-)

Diagnosisnya adalah...
Keratosis
Seboroik
• Proliferasi sel epidermis dengan atau tanpa
pigmentasi. Berkaitan dengan proses aging,
ditemukan + 90% usia > 64 tahun
• Area predileksi:
• Batang tubuh
• Punggung tangan
• Wajah dan leher Tatalaksana
• Bedah listrik
• Manifestasi klinis: • Bedah beku
• Awalnya biasanya makula kecoklatan • Bedah laser
berbatas tegas
• Berkembang menjadi papul/nodul
dengan permukaan verukosa, lebih
terpigmentasi.
• Folikel rambut sekitar lesi tidak
berkembang
Sumber : Medscape; Panduan pelayanan medis PERDOSKI 2011
Jawaban Lainnya

• A. Melanoma maligna: khas dari MM adalah perubahan tahi lalat dengan karakteristik
ABCDE.
• B. Keratosis aktinik: lesi pre kanker akibat paparan sinar matahari berlebihan, lesi
yang terus tumbuh, kadang nyeri saat disentuh/ digaruk, kadang terasa gatal/
terbakar/ pedih, bisa pada mukosa. Thick, scaly, or crusty skin.
• C. Karsinoma sel skuamosa: karakter lesi ini berupa ulkus yang berkembang dari luka,
mudah berdarah dan tidak kunjung sembuh, histopatologi mutiara tanduk.
• E. Keratosis solaris: sama dengan B.
Keratosis
aktinik

KSS
Keratosis
aktinik
171 Jadi, diagnosisnya adalah…

D.Keratosis seboroik
172 B. Fixed drug eruption

• Bercak kehitaman di leher sejak dua hari


yang lalu dan terasa pedih seperti
terbakar.
• Keluhan serupa pernah terjadi satu
tahun lau di tempat yang sama.
• Riw konsumsi obat analgesik

Diagnosisnya adalah
Fixed Drug Eruption - FDE

• Berupa eritema dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong, dan


biasanya numular
• Meninggalkan bercak hiperpigmentasi
• Kelainan timbul berkali-kali pada tempat yang sama
• Predileksi: sekitar mulut, di daerah bibir, daerah penis pada laki-laki

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Fixed Drug Eruption

• Obat penyebab tersering :


analgesik, silfonamid,
barbiturat, trimetroprim
• Pengobatan
• Sistemik : prednison 3 x 10
mg; antihistamin
• Topikal :
• Kulit kering (eritema,
urtikaria) : bedak salisilat 2%
+ menthol 0,5-1%
• Kulit basah : kompres larutan
as.salisilat 1%
Jawaban lainnya

• A. Morbus hansen: lesi hipo/hiperpigmentasi anhidrosis, tak


gatal, tak nyeri, sering disertai penebalan saraf tepi.
• C. Dermatitis numularis: lesi bulat/ oval yang polimorfik, tampak
oozing, gatal.
• D. Eritema multiforme : erupsi obat, lesi target (+)
• E. Hypersensitivity syndrome reaction: klasifikasi umum dari
reaksi alergi.

Lesi target
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…
172

B. Fixed drug eruption


B.Derajat 2A dan 2B,
173
36%
• Luka bakar di dada, perut, dan
seluruh kedua lengan.
• Tampak beberapa bagian kulit merah
terang dengan bulla, nyeri hebat,
dan beberapa bagian tampak pucat

Derajat dan Luas luka bakarnya


adalah...
Derajat luka bakar
• Derajat I  hanya eritema, nyeri (+)
• Derajat IIA  merah (pucat dengan penekanan),
bula (+) dasar merah, nyeri (+)
• Derajat IIB  merah pucat, tidak pucat dengan
penekanan, bula (+/-) dasar pecah, nyeri (-)
• Derajat III  cokelat/hitam, bula (-), nyeri (-)
Luka Bakar
• Pasien luka bakar = pasien trauma  protocol ATLS.
• Airway  cedera inhalasi!
• Breathing  luka bakar IIB/III yang melingkar dada
• Circulation  syok hipovolemik
• Cedera inhalasi dicurigai apabila:
• Terperangkap di dalam ruang tertutup
• Flash burn
• Gejala: batuk, suara serak, sesak
• Pada PF:
sputum terdapat bercak2 hitam
Mukosa nasal dan oral merah tua
Laring: terdapat jelaga
• Luka bakar derajat I (superficial thickness)
• Melibatkan epidermis
• Merah; Nyeri (+)
• Sembuh dalam waktu 3 – 5 hari
• Terapi: analgesic dan obat topical yang
mengakselerasi reepitelisasi dan
memberikan kenyamanan
• Luka bakar derajat II (partial-thickness)
IIA
• Epidermis +Dermis superfisial
• Merah terang; eksudat (+); nyeri (+)
• Sembuh dalam 2 minggu, tanpa scarring,
biasanya menyebabkan gangguan
pigmentasi
• Terapi: analgesic; dressing lembab
(berminyak) dengan antibiotik ointment
IIB
• Epidermis + dermis s.d. zona retikularis
• Kombinasi merah pucat dan putih
• Penyembuhan spontan  scarring,
kontraksi, dan kontraktur
• Sembuh dalam 3 – 8 minggu, bergantung
pada struktur adnexa yg tersisa
• Jika reepitelisasi belum sempurna pada
minggu ke-3: eksisi dan skin graft!
• Luka bakar derajat III (full-thickness)
• Epidermis + seluruh dermis
• Coklat-kehitaman (“leathery”); sensorik
(-)
• Terapi: eksisi dan skin graft
Luas Luka Bakar

• Rule of 9
Di soal :
• Luas luka bakar:
- Seluruh kedua
lengan= 18 %
- Seluruh dada =
9%
- Seluruh perut=
9%
Jadi, derajtat dan luas luka bakarnya
173 adalah…

B.Derajat 2A dan 2B,


36%
D.Tirah baring, pemberian vitamin A,
174 antipiretik, nutrisi dan cairan yang
memadai
• An laki-laki 9 thn
• Bintil-bintil kemerahan di seluruh tubuh
• Awalnya demam tinggi, batuk pilek, disertai nyeri menelan,
dan diare cair beberapa kali.
• Bintil kemerahan kemudian muncul dari daerah belakang
telinga dan meluas hingga ke wajah, badan, lengan, dan kaki.
• Riwayat imunisasi tidak lengkap.
• Bercak makulopapular eritematous dengan bentuk tidak
teratur multipel tersebar generalisata, ukuran bervarias

Terapi yang tepat adalah...


Rubeola/Rubella/Campak
• Infeksi virus morbili (paramyxovirus) yang sangat menular pada anak usia 4-9 th
• Infeksi saluran pernapasan  kelenjar getah bening lokal  sel-sel jaringan
limforetikuler  sel epitel kulit dan mukosa (saluran napas, saluran cerna, saluran
kemih).
• Stadium inkubasi: 12-14 hari

• Stadium prodromal : peradangan selaput mukosa hidung, mulut, tenggorok, saluran


cerna yang ditandai dengan demam, batuk, pilek, bercak Koplik (patognomonis)
konjungtivitis dan diare

• Stadium erupsi : Adanya ruam eritromakulopapular yang timbul mulai di belakang


telinga, menyebar ke wajah, tubuh dan ekstremitas

• Masa penyembuhan : Setelah gejala klinis berkurang, terjadi hiperpigmentasi dan


deskuamasi.
Rubeola/Rubella/Campak

• Diagnosis  gejala klinis yang khas


• Laboratorium (biasanya tidak perlu)
• Complement Fixation Test
• Haemagglutination Inhibition Test
Rubeola/Rubella/Campak
• Tata Laksana
• Campak tanpa penyulit:
• Rawat jalan
• Antipiretika
• Nutrisi: cukup cairan dan kalori
• Campak dengan penyulit
• Rawat inap
• Nutrisi: cukup cairan dan kalori
• Vitamin A 200.000 U
• Mengatasi penyulit
Jadi, tatalaksana yang sesuai adalah…
174
D.Tirah baring, pemberian vitamin A,
antipiretik, nutrisi dan cairan yang
memadai
175 D. Insisi dan drainase
• Benjolan di ketiak kiri yang
membesar dan bertambah
nyeri.
• Demam (+)
• Nodul soliter di aksila sinistra
berukuran 2 x 3 cm, hiperemis,
fluktuasi (+), nyeri tekan (+),
saat ditekan keluar pus

Tatalaksana yang tepat adalah...


Hidradenitis supurativa
• = acne inversa • Lesi tipikal dapat berupa:
• papul/nodul eritema,
• Penyakit kulit inflamatorik pada nyeri (+)
kulit yang memiliki kelenjar apokrin
• Abses berisi nanah
• Didahului trauma/mikrotrauma, • Kontraktur kulit
misalnya banyak keringat, • Double-ended comedones
pemakaian deodoran, atau rambut
• Distribusi: ketiak, perineum
ketiak digunting
• Disertai gejala konstitusi
Manifestasi Klinis (demam, malese)
• Terdapat 3 komponen yang penting • Terdapat leukositosis
untuk diagnosis:
• Pengobatan: antibiotik sistemik.
• Lesi tipikal Jika telah berbentuk abses,
• Ditribusi khas diinsisi.

• rekurensi Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Jawaban Lainnya
• A. Antibiotik sistemik: kurang tepat karena sudah
terbentuk abses jadi sebaiknya diinsisi.
• B. Injeksi steroid intralesi: untuk keloid, bukan
pilihan terapi untuk akne inversa.
• C. OAT 6 bulan: untuk skrofuloderma atau TB kutis
jenis lain.
• E. Ekstirpasi : untuk kista
175 Jadi, tatalaksana yang sesuai adalah…

D. Insisi dan drainase


176 B. Manuver dix-hallpike
177 C. Otolith di kanal semisirkularis
posterior
• Wanita keluhan pusing berputar, terutama
saat bangun tidur dan menoleh  faktor
pemicu: gerakan/ posisi.
• Manuver untuk membantu menegakkan
diagnosis  nistagmus (+).

• Manuver yang dimaksud adalah…


• Patofisiologi kasus di atas adalah...
176 B. Manuver dix-hallpike
177 C. Otolith di kanal
semisirkularis posterior
• Wanita keluhan pusing berputar, terutama
saat bangun tidur dan menoleh  faktor
pemicu: gerakan/ posisi.
• Manuver untuk membantu menegakkan
diagnosis  nistagmus (+).

• Manuver yang dimaksud adalah…


• Patofisiologi kasus di atas adalah...
Pendekatan Vertigo
• Pusing berputar  vertigo
• Bedakan dengan dizziness atau
melayang!!
• Vertigo pasien merasa
dirinya/lingkungannya yang berputar.
• Dizziness = seperti di atas kapal, melayang
Vertigo dibagi menjadi dua, yaitu:
• Vertigo sentral
• Onset gradual
• Keluhan less-intense, keluhan mual muntah
lebih ringan
• Gejala telinga/ gangguan pendegaran  jarang
• Ada riwayat hipertensi, stroke, gangguan
keseimbangan/ koordinasi , defisit neurologi
(+)
• Vertigo perifer
• Onset mendadak
• Disertai mual/ muntah yang hebat
• Keluhan telinga (tinnitus/ penurunan
pendengaran) (+)
• Defisit neurologi (-)
BPPV
• Adalah sensasi abnormal (umumnya berupa pusing
berputar) yang dipicu oleh gerakan mendadak
(paroksismal).
• Patofisiologi: ada 2 teori, yakni adanya otolith/ debris di
kanal semisirkularis (=kanalitiasis, teori utama) atau kupula
krista ampularis (=kupulolitiasis).
• Tersering adalah kanalitiasis di kanalis semisirkularis
posterior. Paling jarang adalah anterior.
• Pemeriksaan standar klinis dari BPPV adalah dengan
manuver dix-hallpike. Patognomonik  nistagmus (+)
seringkali rotasional/ geotropik, dengan latensi dan durasi
terbatas. Dix-hallpike positif mengindikasikan BPPV
posterior, bila negatif bisa jadi BPPV di kanal lain atau
disebabkan oleh kupulolitiasis..
• Terapi BPPV:
• Observasi: bila gejala ringan dan umumnya remisi
spontan dalam beberapa minggu-bulan.
• Medikasi vestibulosupresan, misalnya antihistamin:
hanya untuk meringankan gejala.
• Reposisi kanalith dengan berbagai manuver.
• Operasi.
Brandt-Darrof Maneuver
Semont Maneuver
Jawaban Lainnya
• A. Manuver epley: salah karena manuver ini untuk
terapi utama BPPV.
• B. Manuver dix-hallpike: jawaban yang benar.
• C. Manuver semont: salah karena ini adalah salah
satu manuver terapi BPPV.
• D. Manuver CRP (canalith repositioning procedure):
salah karena ini adalah nama lain dari manuver
epley.
• E. Manuver brandt-daroff: salah karena ini adalah
salah satu manuver terapi BPPV.
Jawaban Lainnya

• A. Hidrops endolimfe: salah karena ini


patofisiologi dari penyakit meniere.
• B. Otolith di kanal semisirkularis anterior: salah
karena BPPV anterior paling jarang terjadi dan
jarang ditemukan nistagmus (+) pada manuver
dix-hallpike.
• C. Otolith di kanal semisirkularis posterior
• D. Atrofi epitel, sel rambut, dan sel penunjang
organ korti: salah karena ini patofisiologi dari
persbiakusis.
• E. Kekakuan tulang stapes: salah karena ini
patofisiologi dari otosklerosis.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

176 B. Manuver dix-hallpike


C. Otolith di kanal
177 semisirkularis posterior
D. Serumen prop; gliserin
178 10% 3 hari
• Anak 13 tahun, gangguan pendengaran
pada kedua telinga, sejak kemarin.
• Berenang (+). Keluhan lain (-).
• PF: massa berwarna kecoklatan di kedua
liang telinga.

Diagnosis dan terapi farmakologis yang


sesuai adalah...
SERUMEN PROP
IMPAKSI SERUMEN: ADANYA SUMBATAN LIANG TELINGA OLEH
SERUMEN (KASUS TERSERING)
• FAKTOR RISIKO: manipulasi mekanik liang telinga kronik
• GEJALA DAN TANDA: gangguan pendengaran tipe konduktif
• DIAGNOSIS: ditemukan serumen dengan otoskop

BUKU AJAR THT FK UI


Tatalaksana

• Hindari membersihkan telinga secara berlebihan


• Hindari memasukkan air atau benda asing apapun ke
dalam telinga
• Indikasi mengeluarkan serumen:
• sulit melakukan evaluasi membran timpani
• otitis eksterna
• eklusi serumen  tuli konduktif
• Serumen yang lembek  dapat langsung dikeluarkan,
contoh alatnya (curettes, forceps, spoons, hook)

• Serumen yang keras  dilunakkan lebih dahulu dengan


tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam
liang teling dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air
hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
Jawaban Lainnya

• A. Serumen prop, gliserin 50% 3 hari: salah dosis


• B. Kolesteatoma, H2O2: salah karena di kasus keluhan mendadak,
tidak ada riwayat sekret, dan tinitus (-) sehingga kemungkinan
kecil kolesteatoma.
• C. Serumen prop, air hangat: salah karena air hangat kurang tepat
untuk terapi awal serumen prop, terlebih bila membran timpani
sulit dievaluasi intak atau tidak.
• D. Serumen prop, gliserin 10% 3 hari: jawaban yang benar.
• E. Kolesteatoma, NaCl 0.9%: salah karena di kasus keluhan
mendadak, tidak ada riwayat sekret, dan tinitus (-) sehingga
kemungkinan kecil kolesteatoma.
178 Jadi, jawaban yang tepat adalah…

D. Serumen prop; gliserin


10% 3 hari
179 E. Azitromisin
• Wanita 56 tahun, nyeri telinga kanan, sejak 3
hari.
• PF: nyeri tekan tragus (+), MAE hiperemis
dan edema 2/3 bagian dalam, sekret (+).

Diagnosis : OE difusa
Tatalaksana?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar  adnexa kulit (+)  furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar) saat menekan
perikondrium atau membuka mulut, ggn
pendengaran
• DIFUS
OE AKUT
– 2/3 dalam  kulit liang telinga hiperemis dan
edema tidak jelas batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
KLASIFIKASI – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga sempit,
OTITIS EKSTERNA sekret bau

• Infeksi difus
OE MALIGNA
• Terutama pada orang tua atau imunokompromise
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
• GEJALA: rasa gatal + nyeri, pembekakan liang telinga,
paralisis facial jika iritasi n.VII, dapat ditemui
pertumbuhan abnormal jaringan granulasi (massa) di
liang telinga luar
TATALAKSANA
• BERSIHKAN LIANG TELINGA  langkah awal untuk
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya
penetrasi obat
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih efektif
• Topikal antibiotik
• Kombinasi Neomisin & Polimiksin B
• Ofloxacin atau ciprofloxacin
• Gentamicin
• Topikal steroid  membantu megurangi inflamasi
• Hydrokortison
• Dexametason
• Prednison
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
179
E. Azitromisin
180 E. Arteri faringeal ascendens
A. Pemasangan tampon
181 anterior selama 2 hari
• Anak 9 tahun, mimisan.
• Rinoskopi anterior  hiperemis dan
darah (+).
• Rinoskopi posterior  normal.

Sumber pendarahan di kasus, KECUALI…


Tindakan yang tepat adalah...
EPISTAKSIS

EPISTAKSIS ANTERIOR EPISTAKSIS POSTERIOR


• UNILATERAL (umumnya darah berhenti • SERING BILATERAL SAMPAI TERLIHAT DI
spontan) FARING (biasa pada ORANG TUA)
• PEMBULUH: PLEKSUS KIESSELBACH • PEMBULUH: A. ETMOIDALIS
ATAU A.ETMOIDALIS ANTERIOR POSTERIOR, A. SFENOPALATINA
• PENCETUS: PANAS, UDARA DINGIN DAN • PENCETUS = EPISTAKSIS ANTERIOR +
KERING, MENGOREK-NGOREK HIDUNG ASPIRIN JANGKA LAMA, LEUKEMIA
• TATALAKSANA: TEKAN CUPING HIDUNG • TATALAKSANA: PASANG TAMPON
(10-15 MENIT); TAMPON ANTERIOR (+ BELLOCQ 72 JAM (+ tampon anterior).
vaselin, salep antibiotic, epinefrin) INDIKASI RAWAT !!

Pemasangan tampon anterior dan posterior


https://www.youtube.com/watch?v=SCLkvQPrFlc
Jawaban Lainnya
• A. Arteri palatina mayor: salah karena ini termasuk
dalam cabang pleksus kiesselbach.
• B. Arteri etmoidalis posterior: salah karena ini
termasuk dalam cabang pleksus kiesselbach.
• C. Arteri etmoidalis anterior: salah karena ini
termasuk dalam cabang pleksus kiesselbach.
• D. Arteri sfenopalatina: salah karena ini termasuk
dalam cabang pleksus kiesselbach.
• E. Arteri faringeal ascending: jawaban yang benar.
Jawaban Lainnya
• A. Pemasangan tampon anterior selama 2 hari:
jawaban yang benar.
• B. Pemasangan tampon anterior selama 4 hari: kurang
tepat dalam waktu pemasangan, terlalu lama.
• C. Pemasangan tampon anterior dan posterior selama 2
hari: kurang tepat karena kasus adalah epistaksis
anterior saja.
• D. Pemasangan tampon posterior selama 2 hari: salah
karena rinoskopi posterior normal.
• E. Pemasangan tampon posterior selama 4 hari: salah
karena rinoskopi posterior normal.
Jadi, jawaban yang tepat adalah…

180 E. Arteri faringeal ascendens


A. Pemasangan tampon
181 anterior selama 2 hari
A. Corynebacterium diphteria, batang
182 gram positif, aerob, tidak berspora

B. Eritromisin 25-50mg/kgBB/hari selama


183 14 hari
• Anak 9 tahun, demam batuk pilek, 4 hari.
• Nyeri menelan.

Lapisan putih, bila


diangkat, mukosa di
bawahnya mudah
berdarah

Diagnosis yang tepat adalah...


Medikasi yang sesuai adalah...
Tonsilitis Difteri
• Penyebab:
Corynebacterium
diphteriae
• Gejala dan tanda klinis:
• Demam
• Nyeri menelan
• Tonsil membesar ditutupi Bakteri gram
positif
bercak putih kotor. Non motil
• Membran akan berdarah Tidak berspora
Aerob
bila diangkat. Menghasilkan
• Komplikasi: limfadenopati toksin
servikal  bull neck
Tonsilitis Difteri
• Diagnosis: klinis dan/atau pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari permukaan
bawah membran semu
• Terapi:
• ADS (anti difteri serum) 20.000-100.000 unit 
diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur.
• Antibiotik  penisilin/ eritromisin 25-50 mg/kgBB
dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.
• Kortikosteroid 1,2mg/kgBB per hari untuk mempercepat
penyembuhan. BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI
• Antipiretik analgetik.
Tonsilitis Akut Vs Kronik
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik
Etiologi EBV atau streptococcus β hemolitikus Streptococcus β hemolitikus, dengan faktor
risiko: perokok, higienitas mulut jelek,
makanan tertentu, cuaca, kelelahan,
pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat
Gejala Disfagia, odinofagia, demam, lesu, Rasa mengganjal di tenggorokan, rasa
nyeri sendi, otalgia kering, halitosis
PF Tonsil bengkak, hiperemis, detritus Tonsil membesar, permukaan tidak rata,
(leukosit PMN): folikel/ lakuna, kripta melebar, terisi detritus
membran semu, limfadenopati, nyeri
tekan (+)
Terapi Viral: istirahat, minum cukup, Menjaga higien mulut, tonsilektomi jika:
analgetik or antivirus jika berat. infeksi berulang, gejala sumbatan, curiga
Bakteri: penisilin, eritromisin, neoplasma
antipiretik dan obat kumur.
Tonsilitis
lakunaris

Tonsilitis kronik: tonsil membesar,


kripta melebar
Tonsilitis Folikularis
Jawaban Lainnya
• A. Antidifteri serum 5000 Unit IM: salah karena
seharusnya 20000 Unit
• B. Eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari selama 14 hari:
jawaban yang benar.
• C. Insisi dan drainase + kultur: salah karena insisi
drainase bukan terapi tonsilitis difteri dan yang
ditanyakan adalah medikasi.
• D. Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali selama 10 hari: salah
karena ibuprofen adalah terapi ajuvan sebagai
analgetik+antipiretik.
• E. Penisilin25-50 mg/kgBB/hari selama 14 hari: alergi
Jadi, jawaban yang tepat adalah…

A. A. Corynebacterium diphteria, batang


182 gram positif , aerob, tidak berspora
B. Eritromisin 25-
183 50mg/kgBB/hari selama 14 hari
184 D. Otitis Media Efusi
Laki 35 th
Pendengaran berkurang
Riwayat batuk pilek +
Hidung mukosa pucat, tonsil normal, faring
hiperemis.
MT tampak suram tidak hiperemis dengan refleks
cahaya menurun, tes valsava (-), tampak air fluid
bubble dalam cavum timpani

Apa diagnosa kasus tersebut?


OTITIS
MEDIA EFUSI • Anamnesa14
• Telinga terasa penuh, terasa
ada cairan (grebeg-grebeg
• Pendengaran menurun
• Peradangan non bakterial mukosa kavum
timpani • Terdengar suara dalam telinga
sewaktu menelan atau
• Ditandai terkumpulnya cairan yang tidak menguap
purulen (serous atau mucus) tanpa tanda • Pemeriksaan fisik :
infeksi
• imobilitas gendang telinga pada
• Etiologi penilaian otoskop pneumatik.
• Kegagalan fungsi tuba eustachius • MT terlihat lebih kusam dan
keruh.
• Alergi
• Maleus tampak pendek, retraksi
• Otitis media yang belum sembuh sempurna dan berwarna putih kapur.
• Infeksi virus • reflek cahaya berubah atau
menghilang
• garpu tala : untuk membuktikan
adanya tuli konduksi10

TATALAKSANA
:
DEKONGESTAN, MIRINGOTOMI, PIPA
GROMET
Otosklerosis
• Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalamai spongiosis
di daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak
dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
• Awal penyakit akan muncul tuli konduktif yang dapat menjadi tuli
campur bila penyakit sudah menyebar ke koklea
• Gejala :
• Pendengaran terasa berkurang secara progresif
• Keluhan lain: tinitus dan terkadang vertigo
• Lebih sering bilateral, perempuan lebih banyak dari laki-laki, antara 11-
45 tahun
• Pemeriksaan :
• Membran timpani intak, tuba paten
• Dapat ditemukan gambaran membran timpani yang kemerahan karena
pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign)
• Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising
(paracusis willisii)
Schwartze sign  otosklerosis
Pilihan lainnya
• A. Otitis eksterna  infeksi liang telinga luar
• B. Otitis media supuratif kronis  perforasi
membran timpani, keluar sekret berulang
• C. Otitis media akut  infeksi akut telinga tengah
• D. Otitis media efusi
• E. Otosklerosis  khas ada Schwartze sign
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

184 D. Otitis media efusi


185 A. Laringitis Akut

• Pria 33 tahun, Keluhan suara hilang


sejak 3 minggu
• Demam +, nyeri tenggorokan,
batuk kering, suara serak.

• Apa diagnosa kasus tersebut?


Laringitis
• Akut / Kronis (>3 minggu)
• Penyebab : infeksi virus/bakterial, vocal misuse,
eksposur bahan kimia/ asam lambung
• Dapat bermanifestasi ISPA lainnya (batuk,
demam, nyeri tenggorok) dengah khas yaitu :
suara serak/hilang
• Diagnosa : laringoscopy  laringoedema
dengan tanda radang. Singkirkan DD lainnya
• Terapi : Antibiotik gram+, PPI, analgesic,
istirahat suara, O2. Penggunaan
steroid/antihistamin tidak terbukti bermanfaat.
Medscape
Pilihan lainnya
• B. Faringitis akut: nyeri menelan
• C. Rinitis akut: konka hiperemis
• D. Tonsilitis akut: nyeri menelan, tonsil edem,
hiperemis
• E. Epiglotitis akut: thumb sign, suara serak nyeri
menelan, stridor
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

185 A. Laringitis Akut


B. Rinitis alergi persisten
186 ringan

• Pria 21 tahun, sering bersin. Atopi (+).


• Hampir setiap hari dan >4 minggu.
• Tidak mengganggu aktivitas.

Diagnosis yang tepat adalah…


Rhinitis Alergi
• Atopi  • PF:
• Allergic shiner
Hypersensitivitas Tipe • Allergic crease
I • Allergic salute
• Gejala • Mukosa konka pucat/
• Bersin berulang livid
• Hidung tersumbat • Sekret cair, bening
• Rhinorea + gatal • Tatalaksana
• Konjungtivitis alergi • Hindari pencetus
• Post nasal drip • Antihistamin
• Steroid intranasal
ARIA 2007
Jawaban Lainnya
• A. Rinitis alergi intermiten ringan: salah karena
intermiten <4 hari perminggu atau <4 minggu.
• B. Rinitis alergi persisten ringan: jawaban yang benar.
• C. Rinitis alergi persisten sedang: salah karena tidak ada
klasifikasi ‘sedang’.
• D. Rinitis alergi persisten sedang berat: salah karena di
kasus disebutkan tidak mengganggu aktivitas sehari
hari.
• E. Rinitis alergi persisten berat: salah karena tidak ada
klasifikasi ‘berat’.
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…
186
B. Rinitis alergi persisten
ringan
187 B. Hiperakusis

• Tn. Rano, 38 tahun, sehari-hari


bekerja sebagai DJ club malam
selama 15 tahun. Hasil tes penala:
Tes rinne (+) telinga kiri dan
kanan. Tes Weber lateralisasi
telinga kanan. Swabach kiri
memendek, kanan normal.
• Dx ke arah NIHL
• Fenomena sangat sensitif terhadap
frekuensi tertentu? Hiperakusis
NIHL
• Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced
hearing loss / NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising
yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja
• Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural
yang paling sering dijumpai setelah presbiakusis.
• Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea
terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena
adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi
kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap
stimulasi.
NIHL  Tuli sensorineural
Noise induce hearing loss
PATOGENESIS
- Stimulasi bising
- Intensitas sedang perubahan silia dan hensen body
- Intensitas keras dan lama kerusakan struktur sel
rambut spt mtokondria, granula lisosom, lisis sel dan
robekan membran reisner
NIHL
• DIAGNOSIS
• Riwayat bekerja di lingkungan bising
• Tes penala tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiologi khusus fenomena rekrutmen
(pendengaran lebih sensitif thp kenaikan intensitas
bunyi yang kecil
• Sulit komunikasi dengan latar belakang bising (Cocktail
party deafness)
• Hiperakusis sering terjadi
Nilai Ambang Batas Bising
• Efek tergantung
• Intensitas
• Frekuensi
• Lama paparan
• Jenis bising
• Sensitivitas individu
• Peraturan
• Permenakertrans No,
13 Tahun 2011
Jawaban Lain
• Cocktail party effect • Ambylaudia
• Kemampuan • Perbedaan telinga
memfokuskan (“tune kanan dan kiri dalam
in”) pada satu orang, mendiskriminasi kata-
dibandingkan dengan kata
bising lain
• Tonal deafness
• Absolute pitch • Buta nada,
• Kemampuan seseorang ketidakmampuan
memproduksi frekuensi melakukan persepsi
nada yang tepat terhadap frekuensi
suatu suara
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…
187

B. Hiperakusis
188 D. Tuli sensorineural telinga kiri

• Pria Usia 38 tahun


• Bekerja sebagai DJ club malam
selama 15 tahun
• Tes rinne (+) telinga kiri
• Tes Weber lateralisasi telinga kanan

• Bagaimana interpretasi tes penala


?
Tes penala Buku ajar ilmu THT
FKUI

Tuli konduktif Tuli Normal


sensorineural

Rinne - + +

Weber Lateralisasi ke Lateralisasi ke Di tengah


telinga sakit telinga sehat

Swabach Memanjang Memnedek Sama dengan


(dibanding (dibanding pemeriksa
pemeriksa) pemeriksa)
Tes Rinne
UNTUK MENGETAHUI ADANYA TULI KONDUKSI

Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga

Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang
telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi

Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan

Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di
bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras

Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga  normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri  tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan  tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Swabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)

Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien

Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  tidak terdengar lagi  normal atau tuli konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  masih terdengar  tuli sensorineural (BC
memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  tidak terdengar lagi  normal atau tuli sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  masih terdengar  tuli konduktif (BC memanjang)
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…
188

D. Tuli sensorineural telinga kiri


E. Edukasi perubahan
189 perilaku
• Pria 33 tahun, manager, menderita sindrom
metabolik.
• Hobi makan fastfood dan minum kopi > 3
gelas/ hari.
• Perokok aktif.

Edukasi yang paling sesuai adalah…


Sindrom Metabolik

• Merupakan kumpulan
abnormalitas metabolik
yang meningkatakan risiko
penyakit kardiovaskular
dan DM.
• Sebelum memberikan
tatalaksana farmakologi 
perubahan gaya hidup dan
perilaku
• Obesitas merupakan asal
muasal sindrom metabolik
 penurunan BB krusial!
Jawaban Lainnya
• A. Edukasi mengenai sosial ekonomi: salah karena tidak
ada kaitannya dengan ekonomi.
• B. Edukasi mengenai budaya: salah karena tidak ada
kaitannya dengan budaya.
• C. Edukasi perubahan lingkungan: salah karena sindrom
metabolik lebih berhubungan dengan gaya hidup.
• D. Edukasi mengenai kelainan genetik: kurang tepat
karena sindrom metabolik tidak berkaitan dengan
genetik.
• E. Edukasi perubahan perilaku: jawaban yang benar.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…
189
E. Edukasi perubahan
perilaku
190 C. Berkesinambungan

• 1 pasien, ditangani oleh dokter


berbeda, namun data rekam
medis tidak lengkap dan tidak ada
catatan rencana kesehatan pasien.

Prinsip pelayanan kesehatan yang


DILANGGAR adalah…
Prinsip Pelayanan
Kedokteran Keluarga
• Komprehensif: meliputi kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
• Holistik: mengatasi masalah fisik, psikologis, sosial, dll.
• Berkesinambungan
• Koordinatif: misalnya ketika pasien memerlukan beberapa
konsultasi spesialis dan pemeriksaan penunjang dalam
waktu bersamaan, juga koordinasi dilakukan kepada
keluarga.
• Kolaboratif: bekerja sama dengan berbagai pihak berkaitan
dengan pelayanan kesehatan.
• Patient centered
• Mencakup seluruh usia
Jadi, jawaban yang benar adalah…
190
C. Berkesinambungan
191 D. Psychological barrier

• Pasien berobat ke dokter yang


wajahnya mirip dengan mantan
suami pasien.
• Pasien korban KDRT oleh suami.

Penghalang komunikasi dokter-pasien


yang paling mungkin adalah…
Penghalang Komunikasi
• Physical barrier: penghalang yang bersifat fisik, misal
bising, ruang periksa kotor, dll.
• Cultural barrier: perbedaan budaya antara dokter dan
pasien.
• Language/ semantic barrier: perbedaan tata bahasa,
dialek, jargon, dll.
• Perceptual barrier: perbedaan persepsi antara dokter dan
pasien.
• Interpersonal barrier: pribadi yang tidak mampu
menangkap informasi secara jelas, anamnesa kurang jelas.
• Gender barrier: perbedaan jenis kelamin antara dokter dan
pasien.
• Emotional/ psychological barrier: adanya emosi yang
terlibat antara dokter dan pasien, simpati bukan empati.
Jadi, jawaban yang tepat adalah…
191
D. Psychological barrier
A. Jumlah peserta senam
192 pagi

• Program prolanis: senam pagi dan


penyuluhan rutin setiap minggu.

Indikator termasuk indikator output


adalah…
Indikator Kinerja
• Input
• Sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
kegiatan, misal: dana yang dibutuhkan, tenaga yang terlibat,
peralatan yang digunakan, dll.
• Proses
• Serangkaian kegiatan yang dirancang sesuai standar.
• Misal: frekuensi proses, ketaatan terhadap jadwal, ketaatan
terhadap standar.
• Output
• Hasil yang dicapai dalam jangka pendek/ hasil langsung.
• Kuantitas, kualitas, dan efisiensi.
• Misal: jumlah orang yang divaksin, jumlah permohonan yang
terselesaikan, jumlah peserta latihan, jumlah jam latihan
dalam sebulan, jumlah barang yang dihasilkan, dll.
• Outcome
• Indikator ini lebih utama daripada output,
walaupun produk/ output berhasil dicapai belum
tentu outcome kegiatan juga tercapai.
• Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas
hasil yg lebih tinggi yang menyangkut kepentingan
banyak pihak.
• Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan
jangka pendek, baik dampak maupun manfaatnya.
• Perbaikan kualitas, peningkatan efisiensi dan
efektivitas, peningkatan pendapatan, dll.
• Misal: tingkat pemahaman peserta atas materi
pelatihan, tingkat kepuasan pasien, persentase
kemenangan tim dalam setiap pertandingan
selama satu bulan, kenaikan prestasi siswa,
penurunan tingkat kemacetan, dll.
Jawaban Lainnya
• A. Jumlah peserta senam pagi: jawaban yang benar.
• B. Persentase perbaikan kualitas hidup para peserta:
salah karena ini indikator outcome.
• C. Dana yang diperlukan untuk materi penyuluhan:
salah karena ini indikator input.
• D. Penurunan tingkat kematian akibat tekanan darah
tidak terkontrol: salah karena ini indikator outcome.
• E. Anggaran biaya untuk konsumsi panitia dan peserta:
salah karena ini indikator input.
Jadi, indikator outputnya adalah…
192
A. Jumlah peserta senam
pagi
193 B. Organizing

• Kasus DBD meningkat + korban jiwa.


• Program fogging dan penyuluhan
tidak terlaksana dengan baik.
• Tidak ada staf/ tim untuk program
tersebut.

Kasus di atas termasuk dalam


kegagalan fungsi manajemen…
4 Fungsi Manajemen
P-O-A-C
• PLANNING
• Perencanaan - Proses mendefinisikan tujuan kegiatan/
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan,
penyusunan anggaran belanja.
• Faktor pertimbangan planning:
• S-specific: jelas, tidak mengundang multiinterpretasi.
• M-measurable: keberhasilannya dapat diukur.
• A-achievable: dapat dicapai, masuk akal.
• R-realistic: sesuai dengan sumber daya yang ada, hasilnya
bermanfaat.
• T-time: ada batas waktu jelas, tepat waktu, bisa dinilai dan
dievaluasi.
• ORGINIZING
• Pengorganisasian - Menyusun struktur organisasi, staf, ,
pembagian tugas dan jabatan/ tanggung jawab sesuai
kemampuan.
• ACTUATING
• Pelaksanaan – Mengusahakan agar perencanaan
bisa terwujud dengan baik sesuai harapan, upaya
menggerakkan orang mau bekerja, kerja nyata,
mengarahkan, mengkoordinasikan, membimbing.
• CONTROLLING
• Pengawasan – mengamati, menilai, mengkoreksi,
memberikan solusi, termasuk menyusun laporan.
Jawaban Lainnya
• A. Planning: salah karena contoh bagian ini
seharusnya membuat jadwal fogging.
• B. Organizing: jawaban yang tepat.
• C. Actuating: salah karena bagian ini adalah
pelaksanaan program secara nyata.
• D. Controlling: salah karena pengawasan
seharusnya bagian dari evaluasi program yang
sudah terlaksana.
• E. Distribution: salah karena tidak ada istilah ini
dalam fungsi manajemen.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…
193
B. Organizing
194 A. Upaya kesehatan
• Perbaikan jalan (akses) dari Desa A ke
Pusat Yankes agar menjadi lebih mudah
sehingga kasus gawat darurat dapat
tertangani lebih baik.

Kasus di atas merupakan bagian dari


program SKN…
SKN
• Adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
setinggi tingginya.
• Pelaksanaan SKN: pasal 4 perpres 72 / 2012.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
2012
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat
Jawaban Lainnya
• A. Upaya kesehatan: jawaban yang tepat.
• B. Pemberdayaan masyarakat: penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan, baik perorangan,
kelompok, maupun masyarakat secara terencana,
terpadu, dan berkesinambungan.
• C. Sarana farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
• D. Sumber daya manusia kesehatan: upaya
perencanaan, pendidikan, dan pelatihan serta
pendayagunaan tenaga kesehatan.
• E. Penelitian dan pengembangan kesehatan.
Jadi, termasuk dalam program SKN…
194
A. Upaya kesehatan
195 E. Human resource

• Berikut adalah faktor menentukan


efektivitas dan efisiensi, KECUALI…
Efektivitas dan Efisiensi Jalan
Keluar
• Efektivitas jalan keluar tergantung pada seberapa
besar masalahnya (Magnitude); seberapa penting
jalan keluar tersebut (Important); dan seberapa
mudah masalah tersebut diatasi (Vulnerable).
• Efektif belum tentu dapat dilakukan bila tidak
efisien.
• Efisiensi turut mempertimbangkan biaya (Cost)
yang diperlukan.
• Prioritas = MxVxI dibagi C
Jawaban Lainnya
• A. Biaya: termasuk dalam faktor efisiensi.
• B. Magnitude: termasuk dalam faktor efektivitas.
• C. Vulnerable: termasuk dalam faktor efektivitas.
• D. Important: termasuk dalam faktor efektivitas.
• E. Sumber daya manusia: jawaban yang benar.
195 Jadi, faktor yang salah adalah…

E. Human resource
196 D. Xerosis mortis

• Berikut ini yang BUKAN tanda pasti


kematian adalah...
TANDA KEMATIAN
• Tidak Pasti : pernafasan berhenti, sirkulasi
berhenti, kulit pucat, tonus otot menghilang dan
relaksasi, pembuluh darah retina tersegmentasi,
pengeringan kornea (xerosis)
• Pasti : lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor
mortis), penurunan suhu tubuh (algor mortis),
pembusukan (dekomposisi, putrefaksi), adiposera
(lilin mayat), mummifikasi

Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI


Jawaban Lainnya
• A. Putrefaksi: pembusukan.
• B. Rigor mortis: kaku mayat.
• C. Adiposera: lilin mayat.
• D. Xerosis mortis: jawaban yang benar.
• E. Livor mortis: lebam mayat.
Jadi, tanda tidak pasti kematian
196 adalah…
D. Xerosis mortis
197 C. Pola luka akibat pembekapan
• Jenazah bayi ditempat pembuangan sampah
dan diantar ke RS untuk diotopsi
• PF: luka lecet berbentuk seperti bulan sabit di
sekitar mulut, hidung dan pipi, luka lecet
berwarna kemerahan, perabaan kasar.
Memar ditemukan disekitar luka lecet dan
selaput mukosa bibir
• Wajah tampak gelap, sklera mata merah,
mukosa bibir dan ujung jari kebiruan.
Dtemukan bendungan pembuluh darah di
semua organ dalam  asfiksia
Pola luka pada jenazah bayi tersebut adalah?
Pembekapan (smothering)

• Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke


paru-paru
• Mekanisme kematian: asfiksia

• Tanda: perbendungan sirkulasi pada


organ dalam, petekie, darah lebih gelap
dan encer, busa halus di sal. pernapasan
• Cara kematian:

• Bunuh diri
• Kecelakaan (neonatus yang mulutnya
tertutup bantal)
• Pembunuhan (biasa terjadi pada kasus
pembunuhan anak sendiri/pada orang
dewasa yang tidak berdaya)
Pencekikan

• Pencekikan: penekanan leher dengan tangan dinding


saluran napas tertekan penyempitan saluran napas
udara tidak lewat
• Mekanisme kematian: asfiksia dan refleks vagal
• Pemeriksaan:
• Perbendungan pada muka dan kepala
• Adanya tanda kekerasan pada leher (luka lecet pada kulit,
berbentuk bulan dabit akibat penekanan kuku jari)
• Luka memar pada kulit akibat penekanan jari
• Fraktur tulang lidah
• Tanda asfiksia bila mekanisme kematiannya asfiksia
Kenapa bukan pencekikan?
• Pada kasus tidak ada tanda-tanda kekerasan pada
leher
• Tanda-tanda yang ditemukan lebih cocok dalam
kasus pembekapan
Jawaban lainnya
• A. Pola luka akibat penjeratan garis jerat
mendatar
• B. Pola luka akibat pencekikan patah tulang hyoid
• C. Pola luka akibat pembekapan
• D. Pola luka gantung diri garis jerat, simpul
menuju ke atas berbentuk V
• E. Pola luka akibat trauma mekanik ada
memar/patah tulang akibat trauma mekanik
Jadi, pola luka tersebut sesuai
197 dengan

C. Pola luka pembekapan


198 D. Sekum, Clostridium welchii

• Kasus: mayat yang tenggelam


sudah terjadi pembusukan.
Bagian yang paling awal
membusuk?
• Decomposition: proses degradasi jaringan terutama
protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk
terutama Klostridium welchii. Mulai tampak 24 jam
setelah mati berupa warna kehijauan pada perut
kanan bawah (SEKUM). Larva lalat muncul 36-48
jam setelah kematian, menetas 24 jam kemudian.

Sumber : Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Tanda pasti kematian
(tanatologi) -1
• Algor mortis: penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan pengeluaran
panas secara terus-menerus
• Livor mortis/lebam mayat: suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide)
pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit. Mulai tampak 20-30 menit
setelah meninggal, menetap setelah 8-12 jam.
• Rigor mortis/kaku mayat: kekakuan yang terjadi pada otot yang terjadi setelah periode
pelemasan/ relaksasi primer. Mulai tampak setelah 2 jam, dari luar ke tengah, lengkap setelah 12
jam, dipertahankan setelah 12 jam, kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Tanda Pasti Kematian
(Tanatologi)-2
• Cadaveric spasme/instantenous rigor mortis: kekakuan otot segera
setelah kematian somatis tanpa relaksasi primer
• Decomposition: proses degradasi jaringan terutama protein akibat
autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii.
Mulai tampak 24 jam setelah mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah. Larva lalat muncul 36-48 jam setelah
kematian, menetas 24 jam kemudian.
• Adiposera: terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik dalam jaringan lunak tubuh pasca
kematian
• Mumifikasi: terjadi akibat penguapan jaringan dan dehidrasi
jaringan yang cukup berat

Sumber : Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Jadi, bagian awal yang membusuk dan bakteri
198 penyebabnya adalah

D. Sekum, Clostridium welchii


A. Lebam pada ujung-ujung
199 ekstremitas

• Tn. X, 20 tahun, ditemukan meninggal


gantung diri di kamar kosnya
• Ia langsung diturunkan dan
dibaringkan terlentang di lantai
segera setelah ditemukan
• Terakhir kali terlihat sedang berbicara
8 jam sebelumnya
• 2 jam setelahnya ia dikirimkan ke
rumah sakit untuk di periksa
• Hasil pemeriksaan?
Visualisasi skenario
H H+8 jam H +10 jam
Terakhir kali terlihat Ditemukan Dibawa ke
berbicara meninggal RS

Perkiraan waktu kematian


= 8 jam sebelum Dibaringkan
ditemukan

H+30 menit: muncul lebam pada H+8 jam: lebam yang ada (pd ujung-ujung
ujung-ujung jari, (lokasi terendah jari) menetap, TIDAK berubah dengan
tubuh) karena poisisi tergantung perubahan posisi (misal dibaringkan). Kecuali
dibaringkan sebelum lebam menetap
Pilihan lainnya

• B. Suhu diraba masih hangat


• Suhu tubuh kurang baik menjadi patokan, karena sangat bergantung kepada keadaan lingku
ngan sebelum meninggal
• C. Terdapat pembusukan di perut
• Muncul setelah 24 jam setelah mati, berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah
• D. Terdapat kaku mayat lengkap
• Rigor mortis/kaku mayat: kekakuan yang terjadi pada otot yang terjadi setelah periode pele
masan/ relaksasi primer
• Terjadi setelah 14 jam (kaku muncul 2 jam setelah waktu kematian, lengkap 12 jam setelahn
ya, dipertahankan setelah 12 jam, kemudian menghilang dalam urutan yang sama.)
• E. Lebam hanya ditemukan pada punggung
• Livor mortis/lebam mayat: suatu bercak merah kebiruan pada lokasi terendah tubuh mayat
akibat penumpukan eritrosit. Mulai tampak 20-30 menit setelah meninggal, menetap setel
ah 8-12 jam
• Terjadi apabila mayat SEGERA dibaringkan setelah meninggal dunia
Jadi, hasil pemeriksaan yang paling
199 mungkin ditemukan adalah

A. Lebam pada ujung


ekstremitas
200 B. Luka sedang, 351 KUHP

• Alida, 34 tahun, ke dokter  luka terbuka uk. 8 cm


di lengan atas kiri bagian dalam, 3 cm dari ketiak
• Sebagian luka sudah tertutup, namun sebagian
bernanah, permukaan kulit sekitar luka kuning
kehijauan  Anam: luka karena jatuh saat sibuk di
dapur
• Ada memar kebiruan di pergelangan tangan dan
pipi.
• Dokter menduga kekerasan dalam rumah tangga.
• Menurut KUHP, luka ini termasuk? Pasal yang
mendasari
Luka derajat II
Pasal 351 KUHP
• Apakah luka
memerlukan perawatan
medis seperti memberi
infus atau penjahitan Jika YA:
luka?
Luka derajat II
• Apakah luka (pasal 351 KUHP)
menyebabkan gangguan
fungsi?
• Apakah lokasinya di Jika TIDAK:
tempat rawan seperti
mulut, hidung, leher, Luka derajat I
skrotum? (pasal 352 KUHP)
• Apakah lukanya banyak?
• Pasal 352  penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan.
• Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
• Dari ketentuan pasal-pasal tersebut di atas jelas bahwa apabila penganiayaan itu
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, maka si pelaku dapat dikenakan Pasal 352 ayat (1) KUHP
tentang penganiayaan ringan, bukan Pasal 351 ayat (1) KUHP.
• Namun, jika korban penganiayaan ringan tersebut adalah orang yang bekerja
pada, atau menjadi bawahan si pelaku, maka pidananya dapat ditambah
sepertiganya. Mengenai Pasal 352 ayat (1) KUHP, R. Soesilo dalam buku Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal berkomentar bahwa jika korban penganiayaan adalah ibu atau
keluarga si pelaku (Pasal 356 KUHP) maka tidak lagi termasuk penganiayaan
ringan.
Analisis soal

Pasien mengalami luka:


1. Luka terbuka 8x3 cm
2. Memar kebiruan di
pergelangan tangan dan Luka derajat
pipi
3. Korban diduga
II
mengalami kekerasan
dalam rumah tangga 
pelaku: keluarga
Jawaban lainnya
• A. Luka ringan, 351 KUHP (luka tidak sesuai)
• B. Luka sedang, 351 KUHP
• C. Luka sedang, 90 KUHP (pasal salah, pasal 90 luka
berat)
• D. Luka berat, 352 KUHP (salah luka dan pasal,
pasal 352, luka ringan)
• E. Luka berat, 351 KUHP (salah derajat luka)
Jadi, derajat luka dan pasal yang mendasari?
200

B. Luka sedang, 351 KUHP


Pendekatan Vertigo
• Pusing berputar  vertigo
• Bedakan dengan dizziness atau
melayang!!
• Vertigo pasien merasa
dirinya/lingkungannya yang berputar.
• Dizziness = seperti di atas kapal, melayang
Vertigo dibagi menjadi dua, yaitu:
• Vertigo sentral
• Onset gradual
• Keluhan less-intense, keluhan mual muntah
lebih ringan
• Gejala telinga/ gangguan pendegaran  jarang
• Ada riwayat hipertensi, stroke, gangguan
keseimbangan/ koordinasi , defisit neurologi
(+)
• Vertigo perifer
• Onset mendadak
• Disertai mual/ muntah yang hebat
• Keluhan telinga (tinnitus/ penurunan
pendengaran) (+)
• Defisit neurologi (-)
BPPV
• Adalah sensasi abnormal (umumnya berupa pusing
berputar) yang dipicu oleh gerakan mendadak
(paroksismal).
• Patofisiologi: ada 2 teori, yakni adanya otolith/ debris di
kanal semisirkularis (=kanalitiasis, teori utama) atau kupula
krista ampularis (=kupulolitiasis).
• Tersering adalah kanalitiasis di kanalis semisirkularis
posterior. Paling jarang adalah anterior.
• Pemeriksaan standar klinis dari BPPV adalah dengan
manuver dix-hallpike. Patognomonik  nistagmus (+)
seringkali rotasional/ geotropik, dengan latensi dan durasi
terbatas. Dix-hallpike positif mengindikasikan BPPV
posterior, bila negatif bisa jadi BPPV di kanal lain atau
disebabkan oleh kupulolitiasis..
• Terapi BPPV:
• Observasi: bila gejala ringan dan umumnya remisi
spontan dalam beberapa minggu-bulan.
• Medikasi vestibulosupresan, misalnya antihistamin:
hanya untuk meringankan gejala.
• Reposisi kanalith dengan berbagai manuver.
• Operasi.
Brandt-Darrof Maneuver
Semont Maneuver
Jawaban Lainnya
• A. Manuver epley: salah karena manuver ini untuk
terapi utama BPPV.
• B. Manuver dix-hallpike: jawaban yang benar.
• C. Manuver semont: salah karena ini adalah salah
satu manuver terapi BPPV.
• D. Manuver CRP (canalith repositioning procedure):
salah karena ini adalah nama lain dari manuver
epley.
• E. Manuver brandt-daroff: salah karena ini adalah
salah satu manuver terapi BPPV.
Jawaban Lainnya

• A. Hidrops endolimfe: salah karena ini


patofisiologi dari penyakit meniere.
• B. Otolith di kanal semisirkularis anterior: salah
karena BPPV anterior paling jarang terjadi dan
jarang ditemukan nistagmus (+) pada manuver
dix-hallpike.
• C. Otolith di kanal semisirkularis posterior
• D. Atrofi epitel, sel rambut, dan sel penunjang
organ korti: salah karena ini patofisiologi dari
persbiakusis.
• E. Kekakuan tulang stapes: salah karena ini
patofisiologi dari otosklerosis.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…

176 B. Manuver dix-hallpike


C. Otolith di kanal
177 semisirkularis posterior
D. Serumen prop; gliserin
178 10% 3 hari
• Anak 13 tahun, gangguan pendengaran
pada kedua telinga, sejak kemarin.
• Berenang (+). Keluhan lain (-).
• PF: massa berwarna kecoklatan di kedua
liang telinga.

Diagnosis dan terapi farmakologis yang


sesuai adalah...
SERUMEN PROP
IMPAKSI SERUMEN: ADANYA SUMBATAN LIANG TELINGA OLEH
SERUMEN (KASUS TERSERING)
• FAKTOR RISIKO: manipulasi mekanik liang telinga kronik
• GEJALA DAN TANDA: gangguan pendengaran tipe konduktif
• DIAGNOSIS: ditemukan serumen dengan otoskop

BUKU AJAR THT FK UI


Tatalaksana

• Hindari membersihkan telinga secara berlebihan


• Hindari memasukkan air atau benda asing apapun ke
dalam telinga
• Indikasi mengeluarkan serumen:
• sulit melakukan evaluasi membran timpani
• otitis eksterna
• eklusi serumen  tuli konduktif
• Serumen yang lembek  dapat langsung dikeluarkan,
contoh alatnya (curettes, forceps, spoons, hook)

• Serumen yang keras  dilunakkan lebih dahulu dengan


tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam
liang teling dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air
hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
Jawaban Lainnya

• A. Serumen prop, gliserin 50% 3 hari: salah dosis


• B. Kolesteatoma, H2O2: salah karena di kasus keluhan mendadak,
tidak ada riwayat sekret, dan tinitus (-) sehingga kemungkinan
kecil kolesteatoma.
• C. Serumen prop, air hangat: salah karena air hangat kurang tepat
untuk terapi awal serumen prop, terlebih bila membran timpani
sulit dievaluasi intak atau tidak.
• D. Serumen prop, gliserin 10% 3 hari: jawaban yang benar.
• E. Kolesteatoma, NaCl 0.9%: salah karena di kasus keluhan
mendadak, tidak ada riwayat sekret, dan tinitus (-) sehingga
kemungkinan kecil kolesteatoma.
178 Jadi, jawaban yang tepat adalah…

D. Serumen prop; gliserin


10% 3 hari
179 E. Azitromisin
• Wanita 56 tahun, nyeri telinga kanan, sejak 3
hari.
• PF: nyeri tekan tragus (+), MAE hiperemis
dan edema 2/3 bagian dalam, sekret (+).

Diagnosis : OE difusa
Tatalaksana?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar  adnexa kulit (+)  furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar) saat menekan
perikondrium atau membuka mulut, ggn
pendengaran
• DIFUS
OE AKUT
– 2/3 dalam  kulit liang telinga hiperemis dan
edema tidak jelas batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
KLASIFIKASI – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga sempit,
OTITIS EKSTERNA sekret bau

• Infeksi difus
OE MALIGNA
• Terutama pada orang tua atau imunokompromise
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
• GEJALA: rasa gatal + nyeri, pembekakan liang telinga,
paralisis facial jika iritasi n.VII, dapat ditemui
pertumbuhan abnormal jaringan granulasi (massa) di
liang telinga luar
TATALAKSANA
• BERSIHKAN LIANG TELINGA  langkah awal untuk
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya
penetrasi obat
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih efektif
• Topikal antibiotik
• Kombinasi Neomisin & Polimiksin B
• Ofloxacin atau ciprofloxacin
• Gentamicin
• Topikal steroid  membantu megurangi inflamasi
• Hydrokortison
• Dexametason
• Prednison
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
179
E. Azitromisin
180 E. Arteri faringeal ascendens
A. Pemasangan tampon
181 anterior selama 2 hari
• Anak 9 tahun, mimisan.
• Rinoskopi anterior  hiperemis dan
darah (+).
• Rinoskopi posterior  normal.

Sumber pendarahan di kasus, KECUALI…


Tindakan yang tepat adalah...
EPISTAKSIS

EPISTAKSIS ANTERIOR EPISTAKSIS POSTERIOR


• UNILATERAL (umumnya darah berhenti • SERING BILATERAL SAMPAI TERLIHAT DI
spontan) FARING (biasa pada ORANG TUA)
• PEMBULUH: PLEKSUS KIESSELBACH • PEMBULUH: A. ETMOIDALIS
ATAU A.ETMOIDALIS ANTERIOR POSTERIOR, A. SFENOPALATINA
• PENCETUS: PANAS, UDARA DINGIN DAN • PENCETUS = EPISTAKSIS ANTERIOR +
KERING, MENGOREK-NGOREK HIDUNG ASPIRIN JANGKA LAMA, LEUKEMIA
• TATALAKSANA: TEKAN CUPING HIDUNG • TATALAKSANA: PASANG TAMPON
(10-15 MENIT); TAMPON ANTERIOR (+ BELLOCQ 72 JAM (+ tampon anterior).
vaselin, salep antibiotic, epinefrin) INDIKASI RAWAT !!

Pemasangan tampon anterior dan posterior


https://www.youtube.com/watch?v=SCLkvQPrFlc
Jawaban Lainnya
• A. Arteri palatina mayor: salah karena ini termasuk
dalam cabang pleksus kiesselbach.
• B. Arteri etmoidalis posterior: salah karena ini
termasuk dalam cabang pleksus kiesselbach.
• C. Arteri etmoidalis anterior: salah karena ini
termasuk dalam cabang pleksus kiesselbach.
• D. Arteri sfenopalatina: salah karena ini termasuk
dalam cabang pleksus kiesselbach.
• E. Arteri faringeal ascending: jawaban yang benar.
Jawaban Lainnya
• A. Pemasangan tampon anterior selama 2 hari:
jawaban yang benar.
• B. Pemasangan tampon anterior selama 4 hari: kurang
tepat dalam waktu pemasangan, terlalu lama.
• C. Pemasangan tampon anterior dan posterior selama 2
hari: kurang tepat karena kasus adalah epistaksis
anterior saja.
• D. Pemasangan tampon posterior selama 2 hari: salah
karena rinoskopi posterior normal.
• E. Pemasangan tampon posterior selama 4 hari: salah
karena rinoskopi posterior normal.
Jadi, jawaban yang tepat adalah…

180 E. Arteri faringeal ascendens


A. Pemasangan tampon
181 anterior selama 2 hari
A. Corynebacterium diphteria, batang
182 gram positif, aerob, tidak berspora

B. Eritromisin 25-50mg/kgBB/hari selama


183 14 hari
• Anak 9 tahun, demam batuk pilek, 4 hari.
• Nyeri menelan.

Lapisan putih, bila


diangkat, mukosa di
bawahnya mudah
berdarah

Diagnosis yang tepat adalah...


Medikasi yang sesuai adalah...
Tonsilitis Difteri
• Penyebab:
Corynebacterium
diphteriae
• Gejala dan tanda klinis:
• Demam
• Nyeri menelan
• Tonsil membesar ditutupi Bakteri gram
positif
bercak putih kotor. Non motil
• Membran akan berdarah Tidak berspora
Aerob
bila diangkat. Menghasilkan
• Komplikasi: limfadenopati toksin
servikal  bull neck
Tonsilitis Difteri
• Diagnosis: klinis dan/atau pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari permukaan
bawah membran semu
• Terapi:
• ADS (anti difteri serum) 20.000-100.000 unit 
diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur.
• Antibiotik  penisilin/ eritromisin 25-50 mg/kgBB
dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.
• Kortikosteroid 1,2mg/kgBB per hari untuk mempercepat
penyembuhan. BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI
• Antipiretik analgetik.
Tonsilitis Akut Vs Kronik
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik
Etiologi EBV atau streptococcus β hemolitikus Streptococcus β hemolitikus, dengan faktor
risiko: perokok, higienitas mulut jelek,
makanan tertentu, cuaca, kelelahan,
pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat
Gejala Disfagia, odinofagia, demam, lesu, Rasa mengganjal di tenggorokan, rasa
nyeri sendi, otalgia kering, halitosis
PF Tonsil bengkak, hiperemis, detritus Tonsil membesar, permukaan tidak rata,
(leukosit PMN): folikel/ lakuna, kripta melebar, terisi detritus
membran semu, limfadenopati, nyeri
tekan (+)
Terapi Viral: istirahat, minum cukup, Menjaga higien mulut, tonsilektomi jika:
analgetik or antivirus jika berat. infeksi berulang, gejala sumbatan, curiga
Bakteri: penisilin, eritromisin, neoplasma
antipiretik dan obat kumur.
Tonsilitis
lakunaris

Tonsilitis kronik: tonsil membesar,


kripta melebar
Tonsilitis Folikularis
Jawaban Lainnya
• A. Antidifteri serum 5000 Unit IM: salah karena
seharusnya 20000 Unit
• B. Eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari selama 14 hari:
jawaban yang benar.
• C. Insisi dan drainase + kultur: salah karena insisi
drainase bukan terapi tonsilitis difteri dan yang
ditanyakan adalah medikasi.
• D. Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali selama 10 hari: salah
karena ibuprofen adalah terapi ajuvan sebagai
analgetik+antipiretik.
• E. Penisilin25-50 mg/kgBB/hari selama 14 hari: alergi
Jadi, jawaban yang tepat adalah…

A. A. Corynebacterium diphteria, batang


182 gram positif , aerob, tidak berspora
B. Eritromisin 25-50mg/kgBB/hari
183 selama 14 hari
184 D. Otitis Media Efusi
Laki 35 th
Pendengaran berkurang
Riwayat batuk pilek +
Hidung mukosa pucat, tonsil normal, faring
hiperemis.
MT tampak suram tidak hiperemis dengan refleks
cahaya menurun, tes valsava (-), tampak air fluid
bubble dalam cavum timpani

Apa diagnosa kasus tersebut?


OTITIS
MEDIA EFUSI • Anamnesa14
• Telinga terasa penuh, terasa
ada cairan (grebeg-grebeg
• Pendengaran menurun
• Peradangan non bakterial mukosa kavum
timpani • Terdengar suara dalam telinga
sewaktu menelan atau
• Ditandai terkumpulnya cairan yang tidak menguap
purulen (serous atau mucus) tanpa tanda • Pemeriksaan fisik :
infeksi
• imobilitas gendang telinga pada
• Etiologi penilaian otoskop pneumatik.
• Kegagalan fungsi tuba eustachius • MT terlihat lebih kusam dan
keruh.
• Alergi
• Maleus tampak pendek, retraksi
• Otitis media yang belum sembuh sempurna dan berwarna putih kapur.
• Infeksi virus • reflek cahaya berubah atau
menghilang
• garpu tala : untuk membuktikan
adanya tuli konduksi10

TATALAKSANA
:
DEKONGESTAN, MIRINGOTOMI, PIPA
GROMET
Otosklerosis
• Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalamai spongiosis
di daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak
dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
• Awal penyakit akan muncul tuli konduktif yang dapat menjadi tuli
campur bila penyakit sudah menyebar ke koklea
• Gejala :
• Pendengaran terasa berkurang secara progresif
• Keluhan lain: tinitus dan terkadang vertigo
• Lebih sering bilateral, perempuan lebih banyak dari laki-laki, antara 11-
45 tahun
• Pemeriksaan :
• Membran timpani intak, tuba paten
• Dapat ditemukan gambaran membran timpani yang kemerahan karena
pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign)
• Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising
(paracusis willisii)
Schwartze sign  otosklerosis
Pilihan lainnya
• A. Otitis eksterna  infeksi liang telinga luar
• B. Otitis media supuratif kronis  perforasi
membran timpani, keluar sekret berulang
• C. Otitis media akut  infeksi akut telinga tengah
• D. Otitis media efusi
• E. Otosklerosis  khas ada Schwartze sign
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

184 D. Otitis media efusi


185 A. Laringitis Akut

• Pria 33 tahun, Keluhan suara hilang


sejak 3 minggu
• Demam +, nyeri tenggorokan,
batuk kering, suara serak.

• Apa diagnosa kasus tersebut?


Laringitis
• Akut / Kronis (>3 minggu)
• Penyebab : infeksi virus/bakterial, vocal misuse,
eksposur bahan kimia/ asam lambung
• Dapat bermanifestasi ISPA lainnya (batuk,
demam, nyeri tenggorok) dengah khas yaitu :
suara serak/hilang
• Diagnosa : laringoscopy  laringoedema
dengan tanda radang. Singkirkan DD lainnya
• Terapi : Antibiotik gram+, PPI, analgesic,
istirahat suara, O2. Penggunaan
steroid/antihistamin tidak terbukti bermanfaat.
Medscape
Pilihan lainnya
• B. Faringitis akut: nyeri menelan
• C. Rinitis akut: konka hiperemis
• D. Tonsilitis akut: nyeri menelan, tonsil edem,
hiperemis
• E. Epiglotitis akut: thumb sign, suara serak nyeri
menelan, stridor
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

185 A. Laringitis Akut


B. Rinitis alergi persisten
186 ringan

• Pria 21 tahun, sering bersin. Atopi (+).


• Hampir setiap hari dan >4 minggu.
• Tidak mengganggu aktivitas.

Diagnosis yang tepat adalah…


Rhinitis Alergi
• Atopi  • PF:
• Allergic shiner
Hypersensitivitas Tipe • Allergic crease
I • Allergic salute
• Gejala • Mukosa konka pucat/
• Bersin berulang livid
• Hidung tersumbat • Sekret cair, bening
• Rhinorea + gatal • Tatalaksana
• Konjungtivitis alergi • Hindari pencetus
• Post nasal drip • Antihistamin
• Steroid intranasal
ARIA 2007
Jawaban Lainnya
• A. Rinitis alergi intermiten ringan: salah karena
intermiten <4 hari perminggu atau <4 minggu.
• B. Rinitis alergi persisten ringan: jawaban yang benar.
• C. Rinitis alergi persisten sedang: salah karena tidak ada
klasifikasi ‘sedang’.
• D. Rinitis alergi persisten sedang berat: salah karena di
kasus disebutkan tidak mengganggu aktivitas sehari
hari.
• E. Rinitis alergi persisten berat: salah karena tidak ada
klasifikasi ‘berat’.
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…
186
B. Rinitis alergi persisten
ringan
187 B. Hiperakusis

• Tn. Rano, 38 tahun, sehari-hari


bekerja sebagai DJ club malam
selama 15 tahun. Hasil tes penala:
Tes rinne (+) telinga kiri dan
kanan. Tes Weber lateralisasi
telinga kanan. Swabach kiri
memendek, kanan normal.
• Dx ke arah NIHL
• Fenomena sangat sensitif terhadap
frekuensi tertentu? Hiperakusis
NIHL
• Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced
hearing loss / NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising
yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja
• Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural
yang paling sering dijumpai setelah presbiakusis.
• Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea
terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena
adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi
kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap
stimulasi.
NIHL  Tuli sensorineural
Noise induce hearing loss
PATOGENESIS
- Stimulasi bising
- Intensitas sedang perubahan silia dan hensen body
- Intensitas keras dan lama kerusakan struktur sel
rambut spt mtokondria, granula lisosom, lisis sel dan
robekan membran reisner
NIHL
• DIAGNOSIS
• Riwayat bekerja di lingkungan bising
• Tes penala tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiologi khusus fenomena rekrutmen
(pendengaran lebih sensitif thp kenaikan intensitas
bunyi yang kecil
• Sulit komunikasi dengan latar belakang bising (Cocktail
party deafness)
• Hiperakusis sering terjadi
Nilai Ambang Batas Bising
• Efek tergantung
• Intensitas
• Frekuensi
• Lama paparan
• Jenis bising
• Sensitivitas individu
• Peraturan
• Permenakertrans No,
13 Tahun 2011
Jawaban Lain
• Cocktail party effect • Ambylaudia
• Kemampuan • Perbedaan telinga
memfokuskan (“tune kanan dan kiri dalam
in”) pada satu orang, mendiskriminasi kata-
dibandingkan dengan kata
bising lain
• Tonal deafness
• Absolute pitch • Buta nada,
• Kemampuan seseorang ketidakmampuan
memproduksi frekuensi melakukan persepsi
nada yang tepat terhadap frekuensi
suatu suara
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…
187

B. Hiperakusis
188 D. Tuli sensorineural telinga kiri

• Pria Usia 38 tahun


• Bekerja sebagai DJ club malam
selama 15 tahun
• Tes rinne (+) telinga kiri
• Tes Weber lateralisasi telinga kanan

• Bagaimana interpretasi tes penala


?
Tes penala Buku ajar ilmu THT
FKUI

Tuli konduktif Tuli Normal


sensorineural

Rinne - + +

Weber Lateralisasi ke Lateralisasi ke Di tengah


telinga sakit telinga sehat

Swabach Memanjang Memnedek Sama dengan


(dibanding (dibanding pemeriksa
pemeriksa) pemeriksa)
Tes Rinne
UNTUK MENGETAHUI ADANYA TULI KONDUKSI

Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga

Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang
telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi

Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan

Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di
bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras

Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga  normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri  tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan  tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Swabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)

Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien

Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  tidak terdengar lagi  normal atau tuli konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  masih terdengar  tuli sensorineural (BC
memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  tidak terdengar lagi  normal atau tuli sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  masih terdengar  tuli konduktif (BC memanjang)
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…
188

D. Tuli sensorineural telinga kiri


E. Edukasi perubahan
189 perilaku
• Pria 33 tahun, manager, menderita sindrom
metabolik.
• Hobi makan fastfood dan minum kopi > 3
gelas/ hari.
• Perokok aktif.

Edukasi yang paling sesuai adalah…


Sindrom Metabolik

• Merupakan kumpulan
abnormalitas metabolik
yang meningkatakan risiko
penyakit kardiovaskular
dan DM.
• Sebelum memberikan
tatalaksana farmakologi 
perubahan gaya hidup dan
perilaku
• Obesitas merupakan asal
muasal sindrom metabolik
 penurunan BB krusial!
Jawaban Lainnya
• A. Edukasi mengenai sosial ekonomi: salah karena tidak
ada kaitannya dengan ekonomi.
• B. Edukasi mengenai budaya: salah karena tidak ada
kaitannya dengan budaya.
• C. Edukasi perubahan lingkungan: salah karena sindrom
metabolik lebih berhubungan dengan gaya hidup.
• D. Edukasi mengenai kelainan genetik: kurang tepat
karena sindrom metabolik tidak berkaitan dengan
genetik.
• E. Edukasi perubahan perilaku: jawaban yang benar.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…
189
E. Edukasi perubahan
perilaku
190 C. Berkesinambungan

• 1 pasien, ditangani oleh dokter


berbeda, namun data rekam
medis tidak lengkap dan tidak ada
catatan rencana kesehatan pasien.

Prinsip pelayanan kesehatan yang


DILANGGAR adalah…
Prinsip Pelayanan
Kedokteran Keluarga
• Komprehensif: meliputi kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
• Holistik: mengatasi masalah fisik, psikologis, sosial, dll.
• Berkesinambungan
• Koordinatif: misalnya ketika pasien memerlukan beberapa
konsultasi spesialis dan pemeriksaan penunjang dalam
waktu bersamaan, juga koordinasi dilakukan kepada
keluarga.
• Kolaboratif: bekerja sama dengan berbagai pihak berkaitan
dengan pelayanan kesehatan.
• Patient centered
• Mencakup seluruh usia
Jadi, jawaban yang benar adalah…
190
C. Berkesinambungan
191 D. Psychological barrier

• Pasien berobat ke dokter yang


wajahnya mirip dengan mantan
suami pasien.
• Pasien korban KDRT oleh suami.

Penghalang komunikasi dokter-pasien


yang paling mungkin adalah…
Penghalang Komunikasi
• Physical barrier: penghalang yang bersifat fisik, misal
bising, ruang periksa kotor, dll.
• Cultural barrier: perbedaan budaya antara dokter dan
pasien.
• Language/ semantic barrier: perbedaan tata bahasa,
dialek, jargon, dll.
• Perceptual barrier: perbedaan persepsi antara dokter dan
pasien.
• Interpersonal barrier: pribadi yang tidak mampu
menangkap informasi secara jelas, anamnesa kurang jelas.
• Gender barrier: perbedaan jenis kelamin antara dokter dan
pasien.
• Emotional/ psychological barrier: adanya emosi yang
terlibat antara dokter dan pasien, simpati bukan empati.
Jadi, jawaban yang tepat adalah…
191
D. Psychological barrier
A. Jumlah peserta senam
192 pagi

• Program prolanis: senam pagi dan


penyuluhan rutin setiap minggu.

Indikator termasuk indikator output


adalah…
Indikator Kinerja
• Input
• Sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
kegiatan, misal: dana yang dibutuhkan, tenaga yang terlibat,
peralatan yang digunakan, dll.
• Proses
• Serangkaian kegiatan yang dirancang sesuai standar.
• Misal: frekuensi proses, ketaatan terhadap jadwal, ketaatan
terhadap standar.
• Output
• Hasil yang dicapai dalam jangka pendek/ hasil langsung.
• Kuantitas, kualitas, dan efisiensi.
• Misal: jumlah orang yang divaksin, jumlah permohonan yang
terselesaikan, jumlah peserta latihan, jumlah jam latihan
dalam sebulan, jumlah barang yang dihasilkan, dll.
• Outcome
• Indikator ini lebih utama daripada output,
walaupun produk/ output berhasil dicapai belum
tentu outcome kegiatan juga tercapai.
• Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas
hasil yg lebih tinggi yang menyangkut kepentingan
banyak pihak.
• Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan
jangka pendek, baik dampak maupun manfaatnya.
• Perbaikan kualitas, peningkatan efisiensi dan
efektivitas, peningkatan pendapatan, dll.
• Misal: tingkat pemahaman peserta atas materi
pelatihan, tingkat kepuasan pasien, persentase
kemenangan tim dalam setiap pertandingan
selama satu bulan, kenaikan prestasi siswa,
penurunan tingkat kemacetan, dll.
Jawaban Lainnya
• A. Jumlah peserta senam pagi: jawaban yang benar.
• B. Persentase perbaikan kualitas hidup para peserta:
salah karena ini indikator outcome.
• C. Dana yang diperlukan untuk materi penyuluhan:
salah karena ini indikator input.
• D. Penurunan tingkat kematian akibat tekanan darah
tidak terkontrol: salah karena ini indikator outcome.
• E. Anggaran biaya untuk konsumsi panitia dan peserta:
salah karena ini indikator input.
Jadi, indikator outputnya adalah…
192
A. Jumlah peserta senam
pagi
193 B. Organizing

• Kasus DBD meningkat + korban jiwa.


• Program fogging dan penyuluhan
tidak terlaksana dengan baik.
• Tidak ada staf/ tim untuk program
tersebut.

Kasus di atas termasuk dalam


kegagalan fungsi manajemen…
4 Fungsi Manajemen
P-O-A-C
• PLANNING
• Perencanaan - Proses mendefinisikan tujuan kegiatan/
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan,
penyusunan anggaran belanja.
• Faktor pertimbangan planning:
• S-specific: jelas, tidak mengundang multiinterpretasi.
• M-measurable: keberhasilannya dapat diukur.
• A-achievable: dapat dicapai, masuk akal.
• R-realistic: sesuai dengan sumber daya yang ada, hasilnya
bermanfaat.
• T-time: ada batas waktu jelas, tepat waktu, bisa dinilai dan
dievaluasi.
• ORGINIZING
• Pengorganisasian - Menyusun struktur organisasi, staf, ,
pembagian tugas dan jabatan/ tanggung jawab sesuai
kemampuan.
• ACTUATING
• Pelaksanaan – Mengusahakan agar perencanaan
bisa terwujud dengan baik sesuai harapan, upaya
menggerakkan orang mau bekerja, kerja nyata,
mengarahkan, mengkoordinasikan, membimbing.
• CONTROLLING
• Pengawasan – mengamati, menilai, mengkoreksi,
memberikan solusi, termasuk menyusun laporan.
Jawaban Lainnya
• A. Planning: salah karena contoh bagian ini
seharusnya membuat jadwal fogging.
• B. Organizing: jawaban yang tepat.
• C. Actuating: salah karena bagian ini adalah
pelaksanaan program secara nyata.
• D. Controlling: salah karena pengawasan
seharusnya bagian dari evaluasi program yang
sudah terlaksana.
• E. Distribution: salah karena tidak ada istilah ini
dalam fungsi manajemen.
Jadi, jawaban yang sesuai adalah…
193
B. Organizing
194 A. Upaya kesehatan
• Perbaikan jalan (akses) dari Desa A ke
Pusat Yankes agar menjadi lebih mudah
sehingga kasus gawat darurat dapat
tertangani lebih baik.

Kasus di atas merupakan bagian dari


program SKN…
SKN
• Adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
setinggi tingginya.
• Pelaksanaan SKN: pasal 4 perpres 72 / 2012.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
2012
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat
Jawaban Lainnya
• A. Upaya kesehatan: jawaban yang tepat.
• B. Pemberdayaan masyarakat: penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan, baik perorangan,
kelompok, maupun masyarakat secara terencana,
terpadu, dan berkesinambungan.
• C. Sarana farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
• D. Sumber daya manusia kesehatan: upaya
perencanaan, pendidikan, dan pelatihan serta
pendayagunaan tenaga kesehatan.
• E. Penelitian dan pengembangan kesehatan.
Jadi, termasuk dalam program SKN…
194
A. Upaya kesehatan
195 E. Human resource

• Berikut adalah faktor menentukan


efektivitas dan efisiensi, KECUALI…
Efektivitas dan Efisiensi Jalan
Keluar
• Efektivitas jalan keluar tergantung pada seberapa
besar masalahnya (Magnitude); seberapa penting
jalan keluar tersebut (Important); dan seberapa
mudah masalah tersebut diatasi (Vulnerable).
• Efektif belum tentu dapat dilakukan bila tidak
efisien.
• Efisiensi turut mempertimbangkan biaya (Cost)
yang diperlukan.
• Prioritas = MxVxI dibagi C
Jawaban Lainnya
• A. Biaya: termasuk dalam faktor efisiensi.
• B. Magnitude: termasuk dalam faktor efektivitas.
• C. Vulnerable: termasuk dalam faktor efektivitas.
• D. Important: termasuk dalam faktor efektivitas.
• E. Sumber daya manusia: jawaban yang benar.
195 Jadi, faktor yang salah adalah…

E. Human resource
196 D. Xerosis mortis

• Berikut ini yang BUKAN tanda pasti


kematian adalah...
TANDA KEMATIAN
• Tidak Pasti : pernafasan berhenti, sirkulasi
berhenti, kulit pucat, tonus otot menghilang dan
relaksasi, pembuluh darah retina tersegmentasi,
pengeringan kornea (xerosis)
• Pasti : lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor
mortis), penurunan suhu tubuh (algor mortis),
pembusukan (dekomposisi, putrefaksi), adiposera
(lilin mayat), mummifikasi

Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI


Jawaban Lainnya
• A. Putrefaksi: pembusukan.
• B. Rigor mortis: kaku mayat.
• C. Adiposera: lilin mayat.
• D. Xerosis mortis: jawaban yang benar.
• E. Livor mortis: lebam mayat.
Jadi, tanda tidak pasti kematian
196 adalah…
D. Xerosis mortis
197 C. Pola luka akibat pembekapan
• Jenazah bayi ditempat pembuangan sampah
dan diantar ke RS untuk diotopsi
• PF: luka lecet berbentuk seperti bulan sabit di
sekitar mulut, hidung dan pipi, luka lecet
berwarna kemerahan, perabaan kasar.
Memar ditemukan disekitar luka lecet dan
selaput mukosa bibir
• Wajah tampak gelap, sklera mata merah,
mukosa bibir dan ujung jari kebiruan.
Dtemukan bendungan pembuluh darah di
semua organ dalam  asfiksia
Pola luka pada jenazah bayi tersebut adalah?
Pembekapan (smothering)

• Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke


paru-paru
• Mekanisme kematian: asfiksia

• Tanda: perbendungan sirkulasi pada


organ dalam, petekie, darah lebih gelap
dan encer, busa halus di sal. pernapasan
• Cara kematian:

• Bunuh diri
• Kecelakaan (neonatus yang mulutnya
tertutup bantal)
• Pembunuhan (biasa terjadi pada kasus
pembunuhan anak sendiri/pada orang
dewasa yang tidak berdaya)
Pencekikan

• Pencekikan: penekanan leher dengan tangan dinding


saluran napas tertekan penyempitan saluran napas
udara tidak lewat
• Mekanisme kematian: asfiksia dan refleks vagal
• Pemeriksaan:
• Perbendungan pada muka dan kepala
• Adanya tanda kekerasan pada leher (luka lecet pada kulit,
berbentuk bulan dabit akibat penekanan kuku jari)
• Luka memar pada kulit akibat penekanan jari
• Fraktur tulang lidah
• Tanda asfiksia bila mekanisme kematiannya asfiksia
Kenapa bukan pencekikan?
• Pada kasus tidak ada tanda-tanda kekerasan pada
leher
• Tanda-tanda yang ditemukan lebih cocok dalam
kasus pembekapan
Jawaban lainnya
• A. Pola luka akibat penjeratan garis jerat
mendatar
• B. Pola luka akibat pencekikan patah tulang hyoid
• C. Pola luka akibat pembekapan
• D. Pola luka gantung diri garis jerat, simpul
menuju ke atas berbentuk V
• E. Pola luka akibat trauma mekanik ada
memar/patah tulang akibat trauma mekanik
Jadi, pola luka tersebut sesuai dengan
197
C. Pola luka pembekapan
198 D. Sekum
• Kasus: mayat yang tenggelam
sudah terjadi pembusukan.
Bagian yang paling awal
membusuk?
• Decomposition: proses degradasi jaringan terutama
protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk
terutama Klostridium welchii. Mulai tampak 24 jam
setelah mati berupa warna kehijauan pada perut
kanan bawah (SEKUM). Larva lalat muncul 36-48
jam setelah kematian, menetas 24 jam kemudian.

Sumber : Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Tanda pasti kematian
(tanatologi) -1
• Algor mortis: penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan pengeluaran
panas secara terus-menerus
• Livor mortis/lebam mayat: suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide)
pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit. Mulai tampak 20-30 menit
setelah meninggal, menetap setelah 8-12 jam.
• Rigor mortis/kaku mayat: kekakuan yang terjadi pada otot yang terjadi setelah periode
pelemasan/ relaksasi primer. Mulai tampak setelah 2 jam, dari luar ke tengah, lengkap setelah 12
jam, dipertahankan setelah 12 jam, kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Tanda Pasti Kematian
(Tanatologi)-2
• Cadaveric spasme/instantenous rigor mortis: kekakuan otot segera
setelah kematian somatis tanpa relaksasi primer
• Decomposition: proses degradasi jaringan terutama protein akibat
autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii.
Mulai tampak 24 jam setelah mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah. Larva lalat muncul 36-48 jam setelah
kematian, menetas 24 jam kemudian.
• Adiposera: terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik dalam jaringan lunak tubuh pasca
kematian
• Mumifikasi: terjadi akibat penguapan jaringan dan dehidrasi
jaringan yang cukup berat

Sumber : Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Jadi, bagian awal yang membusuk dan bakteri
198 penyebabnya adalah

D. Sekum, Clostridium welchii


A. Lebam pada ujung-ujung
199 ekstremitas

• Tn. X, 20 tahun, ditemukan meninggal


gantung diri di kamar kosnya
• Ia langsung diturunkan dan
dibaringkan terlentang di lantai
segera setelah ditemukan
• Terakhir kali terlihat sedang berbicara
8 jam sebelumnya
• 2 jam setelahnya ia dikirimkan ke
rumah sakit untuk di periksa
• Hasil pemeriksaan?
Visualisasi skenario
H H+8 jam H +10 jam
Terakhir kali terlihat Ditemukan Dibawa ke
berbicara meninggal RS

Perkiraan waktu kematian


= 8 jam sebelum Dibaringkan
ditemukan

H+30 menit: muncul lebam pada H+8 jam: lebam yang ada (pd ujung-ujung
ujung-ujung jari, (lokasi terendah jari) menetap, TIDAK berubah dengan
tubuh) karena poisisi tergantung perubahan posisi (misal dibaringkan). Kecuali
dibaringkan sebelum lebam menetap
Pilihan lainnya

• B. Suhu diraba masih hangat


• Suhu tubuh kurang baik menjadi patokan, karena sangat bergantung kepada keadaan lingku
ngan sebelum meninggal
• C. Terdapat pembusukan di perut
• Muncul setelah 24 jam setelah mati, berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah
• D. Terdapat kaku mayat lengkap
• Rigor mortis/kaku mayat: kekakuan yang terjadi pada otot yang terjadi setelah periode pele
masan/ relaksasi primer
• Terjadi setelah 14 jam (kaku muncul 2 jam setelah waktu kematian, lengkap 12 jam setelahn
ya, dipertahankan setelah 12 jam, kemudian menghilang dalam urutan yang sama.)
• E. Lebam hanya ditemukan pada punggung
• Livor mortis/lebam mayat: suatu bercak merah kebiruan pada lokasi terendah tubuh mayat
akibat penumpukan eritrosit. Mulai tampak 20-30 menit setelah meninggal, menetap setel
ah 8-12 jam
• Terjadi apabila mayat SEGERA dibaringkan setelah meninggal dunia
Jadi, hasil pemeriksaan yang paling
199 mungkin ditemukan adalah

A. Lebam pada ujung


ekstremitas
200 B. Luka sedang, 351 KUHP

• Alida, 34 tahun, ke dokter  luka terbuka uk. 8 cm


di lengan atas kiri bagian dalam, 3 cm dari ketiak
• Sebagian luka sudah tertutup, namun sebagian
bernanah, permukaan kulit sekitar luka kuning
kehijauan  Anam: luka karena jatuh saat sibuk di
dapur
• Ada memar kebiruan di pergelangan tangan dan
pipi.
• Dokter menduga kekerasan dalam rumah tangga.
• Menurut KUHP, luka ini termasuk? Pasal yang
mendasari
Luka derajat II
Pasal 351 KUHP
• Apakah luka
memerlukan perawatan
medis seperti memberi
infus atau penjahitan Jika YA:
luka?
Luka derajat II
• Apakah luka (pasal 351 KUHP)
menyebabkan gangguan
fungsi?
• Apakah lokasinya di Jika TIDAK:
tempat rawan seperti
mulut, hidung, leher, Luka derajat I
skrotum? (pasal 352 KUHP)
• Apakah lukanya banyak?
• Pasal 352  penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan.
• Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
• Dari ketentuan pasal-pasal tersebut di atas jelas bahwa apabila penganiayaan itu
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, maka si pelaku dapat dikenakan Pasal 352 ayat (1) KUHP
tentang penganiayaan ringan, bukan Pasal 351 ayat (1) KUHP.
• Namun, jika korban penganiayaan ringan tersebut adalah orang yang bekerja
pada, atau menjadi bawahan si pelaku, maka pidananya dapat ditambah
sepertiganya. Mengenai Pasal 352 ayat (1) KUHP, R. Soesilo dalam buku Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal berkomentar bahwa jika korban penganiayaan adalah ibu atau
keluarga si pelaku (Pasal 356 KUHP) maka tidak lagi termasuk penganiayaan
ringan.
Analisis soal

Pasien mengalami luka:


1. Luka terbuka 8x3 cm
2. Memar kebiruan di
pergelangan tangan dan Luka derajat
pipi
3. Korban diduga
II
mengalami kekerasan
dalam rumah tangga 
pelaku: keluarga
Jawaban lainnya
• A. Luka ringan, 351 KUHP (luka tidak sesuai)
• B. Luka sedang, 351 KUHP
• C. Luka sedang, 90 KUHP (pasal salah, pasal 90 luka
berat)
• D. Luka berat, 352 KUHP (salah luka dan pasal,
pasal 352, luka ringan)
• E. Luka berat, 351 KUHP (salah derajat luka)
Jadi, derajat luka dan pasal yang mendasari?
200

B. Luka sedang, 351 KUHP

Anda mungkin juga menyukai