Memintaku tidur awal untuk bangun pagi. Sambil menahan kantuk yang meracuni matamu.
Apakah kau masih peduli padaku ?
Ketika kau cemas kesehatanku. Cemaskanlah aku, selalu.
Lampu – lampu berkelipan di Jakarta yang sepi.
Kota kita berdua yang tua dan terlena dalam mimpinya. Ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita. Kau dan aku berbicara. Dengan tatap, dengan suara.
Apakah kau masih berkata ?
Tentang cita – cita keluar kota. Bukan tetap bersamaku di Jakarta.
Hari yang malam.
Kulihat semuanya sungguh muram. Jutaan tetes air berjatuhan dari langit kelam. Yang secara terpaksa membawa kita ke basement. Hanya sekedar berbincang. Sambil menunggu langit berduka.
Kekasihku, aku akan jalan terus.
Membawa ratusan kenangan dan jutaan harapan. Bersama hidup yang begitu biru. Cahaya bulan menusukku . Dengan berbagai pertanyaan. Yang takkan pernah aku tahu dimana jawabannya.
Seperti amarah ombak yang tiada henti
Membangunkan diri dari mimpi Sudah waktunya berdiri Dari segala kegelisahan hati