PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ludah (droplet), dari satu individu ke individu lain dan membentuk kolonisasi
kontrol dokter, buang sputum/lendir, tutup mulut saat batuk, dan lain-lain
diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta
kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara
tahun 2013 menyatakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan
jumlah kematian karena TB mencapai 410.000 kasus termasuk di antaranya
adalah 160.000 orang wanita dengan HIV positif (Kemenkes RI, 2014).
Jumlah kasus baru TB Paru BTA positif di Indonesia pada tahun 2015
terbanyak yaitu Jawa Barat (33.460), Jawa Tengah (20.446) dan Jawa Timur
(23.703), (Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2015 Jawa Timur (22.244)
menjadi tertinggi ke dua setelah Jawa Barat (31,469) kasus (Dinkes Jawa
Tengah, 2016).
Tengah pada tahun 2015 kasus TB BTA positif sebesar 115,17 per 100.000
Kota dengan CNR tuberkulosis BTA positif di Sukoharjo sebesar 66,6 per
100.000 penduduk lebih tinggi dari kota kelaten sebesar 65,6 per 100.000
penduduk dan Boyolali sebesar 52,19 per 100.000 penduduk (Dinkes Jateng,
2016).
Data yang didapatkan bahwa lebih dari 55% pasien TB MDR paru
pengawas minum obat dan jadwal kunjungan rutin kerumah tidak dapat
petugas medis.
Indonesia disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak sehat. Hasil survey di
kali lebih banyak dari orang yang berpengetahuan tinggi, untuk sikap yang
kurang 3,1 kali lebih besar berpeluang tertular dari orang yang memiliki sikap
yang baik.
Hal ini memberikan gambaran bahwa masih banyak penderita TB
adalah PMO atau pengawas menelan obat yang selain dilakukan oleh
keseluruhan TB paru pada tahun 2016 sebesar 955 jiwa dari 100.000
penduduk melonjak menjadi 1.351 kasus pada 2017, hingga triwulan kedua
Kumala Siwi Kudus terjadi kenaikan jumlah pasien dengan kasus TBC dari
tahun 2018 (109 kasus) mengalami kenaikan sampai bulan November 2019
dan gejala TB Paru, cara penularan TB Paru dan cara pencegahan TB Paru,
Paru, tanda dan gejala TB Paru, cara penularan TB Paru dan cara
kesehatan.
Berdasarkan Fenomena Dari Latar Belakang Diatas Peneliti Tertarik
B. Rumusan Masalah
Kudus”
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kudus.
2. Tujuan Khusus
Kudus.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
F. Keaslian Penelitian
Table 1.1
Keaslian Penelitian
Metode
Penelitian Judul Hasil Penelitian Perbedaan
Penelitian
Alfid Tri Efektivitas Peer cross sectional Peer Terdapat
Afandi Group Support population group support perbedaan
(2016) Terhadap based study dapat dari segi
Kualitas Hidup meningkatkan variabel
Klien kualitas hidup terikat dan
Tuberkulosis klien TB dan tempat
Paru Dan dapat penelitian
Penyakit Kronik disarankan
sebagai
salah satu
variasi
intervensi
keperawatan
dalam
mengendalikan
tuberkulosis
paru
Saflin Pengetahuan observasional ada perbedaan Terdapat
Agustina Dan Tindakan analitik - Case perilaku meliputi perbedaan
et al.,2008 Pencegahan Control pengetahuan dari segi
Penularan dan variable
Penyakit tindakan bebas dan
Tuberkulosa Paru pencegahan tempat
Pada Keluarga penularan penelitian
Kontak Serumah penyakit TB
Paru pada
keluarga kontak
serumah.