Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

PREMENOPAUSE

Di Susun Oleh :

Nama : Ridya Listiana

Nim : 2008072

PROFESI NERS

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020 / 2021


A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Periode klimakterium (Premenopause) merupakan masa peralihan antara
masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra
menopause, antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur,
dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak. Premenopause
merupakan bagian dari masa klimakterium yang terjadi sebelum menopause.
Perubahan premenopause dan proses penuaan itu diantaranya seperti
perubahan pola perdarahan, hot flash, gangguan tidur, perubahan atropik,
perubahan psikologi, perubahan berat badan, perubahan kulit, seksualitas dan
perubahan fungsi tiroid.
2. Etilogi

Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium.


Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400 folikel primodial
tubuh menjadi folikel vesikuler dan berevulasi. Sementara beratus ratus dan
ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal
beberapa folikel primodial tetap tertinggal untuk dirangsang oleh FSH dan
LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila jumlah folikel
primodial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat
kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH yang
cukup untuk menyebabkan siklus ovulasi.
Akibatnya, FSH dan LH (terutama FSH) setelah itu dihasilkan dulu
jumlah besar dan tetap. Estrogen dihasilkan dalam jumlah subkritis dalam
waktu pendek setelah menopause, tetapi setelah beberapa tahun, waktu sisa
terakhir. Folikel primodial menjadi atretis, pembentukan estrogen oleh
ovarium turun sampai nol.
3. Manifestasi Klinis

tanda-tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:


a. Gejolak panas

b. Jantung berdebar-debar

c. Gangguan tidur

d. Depresi
e. Mudah tersinggung,merasa takut,gelisah dan mudah marah

f. Sering sakit kepala

g. Cepat lelah,sulit berkonsentrasi,mudah lupa,kurang tenaga

h. Kesemutan

i. Gangguan libido

j. Obstipasi

k. Berat badan bertambah

l. Nyeri tulang dan otot

4. Patofisiologi

Proses penuaan ovarium dimulai dengan aktivasi folikel primordial, maturasi,


dan regresi. Fase folikuler dari siklus menstruasi normal akan berkurang
seiring dengan bertambahnya usia, dimana akan mulai terjadi pada tahap late
reproductive.

Pada tahap early menopausal transition, siklus menstruasi menjadi ireguler


akibat fluktuasi sekresi hormon gonadotropin, penurunan jumlah folikel yang
berfungsi dengan baik, dan terjadi penurunan hormon inhibin B yang bekerja
secara negatif menghambat hipofisis anterior mensekresi follicle stimulating
hormone (FSH) pada awal siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan
peningkatan FSH pada awal siklus menstruasi, lalu akan terjadi rekruitmen
folikel yang lebih awal, periode fase folikuler yang lebih lambat, dan pada
akhirnya akan membuat siklus menstruasi menjadi lebih pendek sehingga
mempercepat terjadinya deplesi folikel.
Penurunan hormon inhibin B juga menyebabkan penurunan hormon
progesteron pada fase luteal siklus menstruasi, sehingga menstruasi menjadi
semakin ringan dan sedikit. Ketika semua folikel deplesi atau habis, ovarium
menjadi tidak responsif terhadap peningkatan drastis FSH dan estradiol.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menopause tidak rutin dilakukan untuk menegakkan


diagnosis. Namun beberapa pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan
kadar hormon inhibin A, inhibin B, estradiol, follicle stimulating hormone
(FSH), dan antimullerian hormone dapat dilakukan

Kadar Hormon

Pada wanita menopause, dapat ditemukan peningkatan serum FSH di atas 40


mIU/mL, namun peningkatan ini tidaklah spesifik untuk menopause. [22]
Kadar estradiol yang bersirkulasi ditemukan jauh lebih rendah sesudah
menopause. Anti mullerian hormone (AMH) adalah hormon yang diproduksi
oleh sel granulosa folikel ovarium. AMH ditemukan bermanfaat dalam
penilaian cadangan ovarium dan dapat memprediksi kapan seseorang akan
mengalami menopause. Kadar AMH ditemukan sangat rendah atau tidak
terdeteksi pada wanita yang mengalami menopause dini dibandingkan dengan
wanita normal. Saat ini pengukuran AMH tunggal lebih bermakna dalam
menilai cadangan ovarium dibandingkan dengan pemeriksaan estradiol, FSH,
atau inhibin B.
6. Patways
7. Komplikasi

a. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)

Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian pada wanita maupun pada
pria. Ketika kadar hormon estrogen menurun, risiko penyakit kardiovaskular
meningkat.

b. Osteoporosis

Kondisi ini menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah, yang


menyebabkan peningkatan risiko patah tulang.Selama beberapa tahun pertama
setelah menopause, wanita dapat kehilangan kepadatan tulang dengan cepat
sehingga meningkatkan risiko osteoporosis.

c. Inkontinensia urin

inkontinensia urin adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat mengontrol


buang air kecil. Dengan kata lain, tidak mampu menahan buang air kecil
sehingga jadi sering mengompol.

d. Fungsi seksual

Kekeringan vagina akibat penurunan produksi air dan hilangnya elastisitas


dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan sedikit pendarahan selama
hubungan seksual.

Juga, penurunan sensasi dapat mengurangi keinginan wanita untuk


aktivitas seksual. Pelembab dan pelumas berbasis air mungkin dapat
membantu.

e. Berat badan bertambah

Banyak wanita menambah berat badan selama transisi menopause, dan


setelah menopause karena metabolisme melambat.

Untuk mempertahankan berat badan, hindarilah makan berlebihan dan


lebih banyak berolahraga.
8. Penatalaksanaan
Tata laksana menopause dapat berupa terapi hormonal dan nonhormonal.
Terapi hormonal diberikan menggunakan preparat estrogen atau kombinasi
estrogen dan progesteron. Terapi nonhormonal dapat berupa obat-obatan
seperti antidepresan, antikonvulsan, clonidine, dan preparat herbal seperti
phytoestrogen.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian fokus
a. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Keadaan umum : compos mentis
2) Kepala : Tampak lesi atau tidak, warna rambut, bentuk kepala,
kotor atau tidak, ada ketombe atau tidak.
3) Mata : konjungtiva anemis / tidak, sklera ikhterik / tidak,
4) Telinga : ada sekret / tidak, mengalami gangguan pendengaran /
tidak
5) Hidung : ada sekret / tidak,bentuk hidung,ada inflamasi / tidak
6) Mulut : bibir sianosis / tidak, gigi bersih / tidak, gusi berdarah /
tidak, lidah bersih / tidak
7) Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid / tidak, ada pembesaran
limfe / tidak
8) Thoraks
Paru
I : bentuk paru – paru simetris / tidak, tampak otot bantu
pernafasan / tidak, tampak lesi / tidak
P : nyeri / tidak,
P : menentukan batas – batas paru – paru, suara normal resonan
A : vesikuler
Jantung
I : bentuk jantung simetris / tidak, ictus cordis tampak / tidak
P : letak jantung, nyeri / tidak
P : batas jantung, pekak
A : lup dup
9) Abdomen
I : bentuk abdomen, ada gerakan dinding perut / tidak,
A : peristaltik usus, bising usus
P : nyeri perut / tidak
P : suara redup
10) Genetalia : kotor / tidak
11) Ektremitas : dapat digerakkan / tidak, odeam / tidak

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Ansietas berhubungan dengan terjadinya pre menopouse
b. Nyeri akut berhubungan dengan perubuhan struktur / fungsi seksual
c. Kurang informasi berhubungan dengan kurang pengetahuan
3. intervensi
Diagnosa 1
a. Terapi relaksasi
b. Dukungan keyakinan
c. Konseling
d. Dukungan pelaksanaan ibadah
e. Teknik distraksi
f. Terapi hipnosis

Diagnosis 2
a. Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi , kualitas intensitas
nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
e. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

Diagnosis 3
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
c. Berikan kesemoatan untuk bertanya
d. Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem resproduksi
e. Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
f. Berikan kesempatan untuk bertan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN PRE MENOPAUSE DI
DESA BEJI RT 06 RW 02

A. PENGKAJIAN
Nama : Ridya Listiana

Tanggal Pengkajian : 29 Desember 2020

Jam : 09.00

I. Identitas

Nama pasien : Ny. S

Umur : 45 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/ bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Desa Beji RT 06 RW 02

Tanggal masuk :

No. Reg :

Diagnosa Medis : PRE MENOPAUSE

Penanggung jawab :

Nama : Tn R

Umur : 47 Tahun
Hubungan dg pasien : Suami

Suku/ bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh

II. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama : pasien mengatakan tidak haid

2. Riwayat kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan sudah 3 bulan tidak haid, disertai perasaan tidak enak seperti
rasa hangat yang menyebar dari badan ke wajah ( hot fluses ), sulit berkonsentrasi,
jantung berdebar – debar, sakit kepala, tangan dan kaki dingin, gelisah, cemas,
cepat lelah, mudah tersinggung, takut, nyeri disekitar vagina pada saat berhubungan
sehingga ia sering menolak jika diajak berhubungan oleh suaminya. Beberapa
bulan terakhir klien mengatakan haid tidak teratur jika haid hanya flek – flek darah
berwarna coklat dan hanya 3 – 4 hari.

3. Riwayat kesehatan yang lalu

Pasien mengatakan pada saat masih remaja mengalami disminore, pola haid yang
kadang tidak teratur, pasien tidak mengalami penyakit kelamin, tumor, pasien haid
pertama kali pada umur 13 tahun, pasien tidak pernah mengalami keguguran /
abortus, semua persalinan dibantu oleh bidan dan lahir spontan, pasien
menggunakan kb suntik 3 bulan sekali.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit kelamin, tumor
pada organ genetalia dan tidak ada keluarga yang mengalami keguguran.

5. Riwayat Reproduksi

Pasien memiliki 3 anak dan tidak pernah mengalami keguguran.


a. Riwayat haid

Menarche: 13 tahun

Siklus haid : 28 – 30 hari

Durasi haid : 5 - 7 hari

Keluhan haid: pasien mengatakan waktu remaja mengalami disminore

b. Riwayat Obsetri

Anak Ke Kehamilan Persalinan Anak


No Tahun Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Jenis BB PJ
Kehamilan Klmn
1 1996 34 minggu spontan Bidan perempuan 3,1 49
desa kg cm

2 2000 34 minggu spotan Bidan perempuan 3,3 50


desa kg cm

3 2003 33 minggu spontan Bidan Laki - laki 3,0 48


desa kg cm

6. Riwayat Keluarga Berencana


Pasien mengatakan menggunakan kb suntik 3 bulan sekali setelah melahirkan anak
3 sampai sekarang.

7. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan merasa cemasdan selalu menanyakan keadaannya apa
mungkin dia hamil lagi atau dia sudah mengalami menopause, pasien
berharap dapat mengetahui mengapa dia tidak haid, pasien merasa malu jika
dia hamil lagi karena usia dia sudah tua dan pasien merasa bersalah terhadap
suaminya jika dia mengalami menopause karena tidak dapat melayani
suaminya dengan baik pada saat berhubungan.
b. Pola nutrisi
pasien mengatakan nafsu makan cukup baik pasien tidak merasa mual atau
muntah, frekuensi makan 3x sehari dan habis satu porsi, jenis makanan nasi
putih sayuran ikan tahu tempe daging ayam minum air putih 7 gelas / hari
frekuensi minum kurang lebih 1,5 liter air per hari dan teh 2 gelas perhari
c. Pola eliminasi
pasien mengatakan BAB dan BAK lancar BAB sehari sekali frekuensinya
sekali setiap hari pada pagi hari dengan konsistensi lunak warna kuning bau
tidak sedap volume kurang lebih 500cc BAK 8x / hari berwarna kuning bau
tidak sedap berbau khas volumenya kurang lebih 500 cc

d. Pola aktivitas dan latihan


pasien mengatakan aktivitas sehari – hari dilakukan secara mandiri

e. Pola persepsi dan kognitif


Pasien mengatakan berfikir dalam tentang apa yang dia alami karena
sudah 3 bulan terakhir tidak haid.

f. Pola tidur dan istirahat


pasien mengatakan mengalami ganguan tidur pasien tidur jam 23.00 dan
bangun jam 03.00 pagi.

g. Pola hubungan sosial


Pasien mengatakan hubungan dengan masyarakat baik, pasien sering
mengikuti kegiatan masyarakat di rumahnya seperti pengajian keliling,
arisan pkk
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien mengatakan sebulan 3 kali berhubungan
i. Persepsi diri dan konsep diri
Pasien mengatakan pasien malu jika hamil lagi dan pasien merasa bersalah
kepada suaminya jika dia tidak dapat melayani suaminya dengan baik pada
saat berhubungan,pasien merasa cemas dan takut jika menopause dia tidak di
sayangi oleh suaminya lagi
j. Pola Mekanisme Koping
Pasien mengatakan akan mencoba menerima kondisinya karena pasien
berfikir semua perempuan pasti akan mengalami menopause.
k. Pola nilai dan kepercayaan/ agama
Pasien mengatakan rajin sholat 5 waktu, sering mengikuti pengajian di
masjid dan pengajian keliling tiap minggu.

8. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/ 85
Nadi : 87 x / menit
Pernafasan : 22 x/ menit
Suhu tubuh : 36,8
BB : 67 kg
TB : 150
LILA : 34

Kepala : warna rambut hitam, mesocephal,rambut bersih tidak rontok tidak


berketombe dan tidak ada luka / lesi.
Mata : respon pupil terhadap rangsang cahaya baik, tidak menggunakan
kacamata, konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikhterik

Hidung : simetris, tidak ada ingus, tidak ada polip tidak terpasang o2 nasal kanul

Telinga : simetris tidak ada serumen dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran

Mulut : tidak ada sianosis, bibir tidak pecah – pecah tidak ada perdarahan gigi
dan gusi, gigi rapi

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Dada

Paru

I : simetris tidak ada benjolan, tidak ada otot bantu pernafasan


P: tidak ada nyeri tekan pada paru – paru
P : sonor
A :vesikuler
Jantung
I : ictus cordis tak nampak, tidak ada lesi
P : ictus cordis di ics 5 sebelah kiri
P : pekak
A : normal terdengar lup dup

Perut

I : tidak acites, tidak ada luka


A : terdengar bising usus 27x / menit
P : tidak ada nyeri tekan
P : timpani

Genitalia : bersih tidak ada luka tidak terpasang kateter tidak ada tanda infeksi,
vagina kering, labia klitoris mengecil, tidak ada tanda – tanda perdarahan, iritasi,
tidak elastis.

Ekstrimitas

Atas : tidak ada luka, kuku tidak panjang, tidak ada kelemahan gerak pada
ektremitas atas
Bawah : tidak ada luka, kuku tidak panjang

Kulit : warna kulit sawo matang kulit agak kering


9. Data Penungjang : -
10. Pemeriksaan Diagnostik : -
11. Program Therapi : -
12. Diit : -

B. ANALISA DATA
Data Fokus Problem Etiologi
Ds : pasien mengatakan cemas Ansietas Kurangnya informasi
akan keadaannya yang sudah 3 tentang pre
bulan tidak haid, pasien tidak menopause
tahu apa yang terjadinya pada
dirinya, pasien takut hamil,
pasien merasa bersalah kepada
suaminya.
Do : pasien tampak gelisah,
takut dan tidak tenang pasien
tampak murung

Ds : pasien mengatakan nyeri Disfungsi seksual Perubahan struktur /


pada saat berhubungan, panas fungsi seksual
pada tubuh dan wajah, sakit
kepala dan jantung berdebar –
debar, pasien mengatakan
sering mengeluh menolak bila
diajak berhubungan
Do : vagina kering dan kurang
elastis

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang pre menopause
2. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur / fungsi seksual
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl / Jam Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Rencana
Hasil
29 Ansietas Setelah dilakukan a. Monitor tanda –
Desember berhubungan tindakan keperawatan tanda ansietas
2020 dengan kurang selama 3 x 24 jam b. Pahami situasi yang
informasi tentang diharapkan ansietas membuat ansietas
pre menopause berkurang dengan c. Dengarkan dengan
kriteria hasil : penuh perhatian
1. Pasien tidak d. Ciptakan suasana
gelisah dan terapeutik untuk
takut menumbuhkan
2. Pasien tampak kepercayaan
tenang e. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
menyakinkan
f. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu kecmasan
g. Diskusikan
perencanaan realitas
tentang peristiwa
yang akan datang
h. Identifikasi
kemampuan
mengambil
keputusan
i. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
j. Jelaskan informasi
tentang apa yang
dialami pasien
k. Berikan pendidikan
kesehatan
l. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
m. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
n. Latih teknik
relaksasi

29 Disfungsi seksual Setelah dilakukan a. Identifikasi tingkat


Desember berhubungan tindakan keperawatan pengetahuan,
2020 dengan perubahan selama 3 x 24 jam masalah sistem
struktur / fungsi diharapkan pasien reproduksi masalah
seksual lebih menerima seksualitas dan
keadaannya dengan penyakit menular
kriteria hasil: seksual.
1. b. Identifikasi waktu
disfungsi seksual
dan kemungkinan
penyebab
c. Monitor stres,
kecemasan depresi
dan penyebab
disfungsi seksual
d. Fasilitasi
komunikasi antara
pasuen dan
pasangan
e. Berikan kesempatan
kepada pasangan
untuk menceritakan
permasalahan
seksual
f. Berikan pujian
terhadap perilaku
yang benar
g. Berikan saran yang
sesuai kebutuhan
pasangan dengan
menggunakan ahasa
yang mudah
diterima, dipahami
dan tidak
menghakimi
h. Jelaskan kesehatan
terhadap disfungsi
seksual
i. Informasikan
pentingnya
modifikasi pada
aktivitas seksual
j. Latih olahraga
untuk
mengencangkan
vagina

E. IMPLEMENTASI
Tgl / Jam No Dx Implementasi Respon TTD
29 1 Monitor ttv DS : -
Desember Do : Tekanan Darah :
2020 jam 120/ 85
10.00 Nadi : 87 x / menit
Pernafasan : 22 x/
menit
Suhu tubuh : 36,8

1 Monitor tanda – tanda


Ds : pasien mengatakan
ansietas
cemas dan takut
Do: pasien tampak
gelisah

Ds : pasien mengatakan
1 Ciptakan suasana terapeutik
percaya kepada
untuk menumbuhkan
mahasiswa
kepercayaan
Do : pasien tampak
percaya

Ds : pasien mengatakan
1 Pahami situasi yang
cemas dengan
membuat ansietas
keadaannya yang sudah
3 bulan tidak haid
Do : pasien tampak
cemas

Ds : pasien mengatakan
1 Berikan pendidikan
paham apa yang
kesehatan tentang masalah
dijelaskan
pasien
Do : pasien tampak
mendengarkan
penjelasan

Ds : pasien mengatakan
2 Identifikasi tingkat
tidak mengetahui
pengetahuan masalah sistem
Do : pasien tampak
reproduksi masalah
bingung
seksualitas dan penyakit
menular seksual
Ds : pasien mengatakan
2 Identifikasi waktu disfungsi
pada saat berhubungan
seksual
Do : pasien tampak
tidak nyaman

Ds : pasien mengatakan
2 Monitor stres, kecemasan
cemas dengan
depresi dan penyebab
keadaannya
disfungsi seksual Do : pasien tampak
cemas

Ds : pasien mengatakan
2 Berikan kesempatan kepada merasa bersalah kepada
pasien untuk menceritakan suaminya
permasalahan seksual Do : pasien tampak
gelisah

30 1 Monitor tanda – tanda Ds : pasien mengatakan


Desember ansietas Cemas
2020 Do : pasien tampak
Jam 10.00 cemas

1 Identifikasi situasi yang Ds :pasien mengatakan


memicu kecemasan mengalami cemas
berlebihan pada saat
akan berhubungan
Do : pasien tampak
gelisah

1 Diskusikan perencanaan Ds : pasien mengatakan


realistis tentang peristiwa akan bercerita tentang
yang akan datang kondisinya kepada
suami
Do : pasien tampak
gugup

1 Latih teknik relaksasi Ds : pasien mengatakan


akan melakukan apa
yang dilatih
Do : pasien tampak
mengikuti

2 Fasilitasi komunikasi antara Ds : pasien mengatakan


pasien dengan pasangan akan bercerita tentang
kondisinya kepada
suami
Do : pasien tampak
gugup

2 Informasikan pentingnya Ds : pasien mengatakan


modifikasi pada aktivitas paham tentang
seksual informasi yang
diberikan
Do : pasien tampak
paham tentang
informasi yang
diberikan

2 Latih gerakan senam untuk Ds : pasien mengatakan


mengencangkan vagina akan mengikuti senam
Do : pasien tampak
mengikuti senam

31 1 Monitor tanda – tanda


Ds : pasien
Desember ansietas mengatakan
2020 Cemas
Jam 10.00 Do : pasien tampak
cemas
1 Anjurkan keluarga untuk Ds :pasien mengatakan
tetap bersama pasien keluarga menemani
pada saat pasien cemas
Do : pasien tampak
ditemani

1 Latih kegiatan pengalihan Ds : pasien mengatakan


untuk mengurangi Dengan melakukan
ketegangan pekerjaan rumah untuk
mengurangi cemas
Do : pasien tampak
menyapu dan mengepel

1 Latih teknik relaksasi Ds : pasien mengatakan


akan melakukan apa
yang dilatih
Do : pasien tampak
mengikuti

2 Fasilitasi komunikasi antara Ds : pasien mengatakan


pasien dengan pasangan akan bercerita tentang
kondisinya kepada
suami
Do : pasien tampak
gugup

2 Informasikan pentingnya Ds : pasien mengatakan


modifikasi pada aktivitas paham tentang
seksual informasi yang
diberikan
Do : pasien tampak
paham tentang
informasi yang
diberikan

2 Latih gerakan senam untuk Ds : pasien mengatakan


mengencangkan vagina akan mengikuti senam
Do : pasien tampak
mengikuti senam

F. EVALUASI
G. Tgl / Jam No Evaluasi TTD
Dx
29 Desember 2020 1 S : pasien mengatakan mengatakan
Jam 11.00 cemas, takut dan merasa bersalah
kepada suaminya
O : pasien tampak cemas
A : masalah belum teratasi
P : berikan pendidikan kesehatan
2 tentang masalah pasien, ajarkan teknik
relaksasi

S : pasien mengatakan nyeri pada saat


berhubungan
O : pasien tampak tidak nyaman
A : masalah belum teratasi
P : fasilitasi komunikasi antara pasien
dengan pasangan, latih senam untuk
mengencangkan vagina

30 Desember 2020 1 S : pasien mengatakan cemas dan


Jam 11.00 merasa bersalah kepada suaminya
O : pasien tampak gelisah dan takut
A : masalah belum teratasi
P : berikan teknik relaksasi untuk
mengurangi cemas, berikan
pendampingan kepada pasien,
anjurkan pasien mengungkapkan apa
yang dirasakan

2 S : pasien mengatakan nyeri pada saat


berhubungan, pasien mengeluh
menolak jika diajak berhubungan
O : pasien tampak tidak nyaman
A : masalah belum teratasi
P : fasilitasi komunikasi antara pasien
dengan pasangan, latih senam untuk
mengencangkan vagina

31 Desember 2020 1 S : pasien mengatakan bersalah


Jam 11.00 kepada suaminya
O : pasien tampak gelisah dan takut
A : masalah belum teratasi
P : berikan teknik relaksasi untuk
mengurangi cemas, berikan
pendampingan kepada pasien,
anjurkan pasien mengungkapkan apa
yang dirasakan, mengajarkan kepada
pasien untuk mengalihkan ketegangan
dengan banyak kegiatan

2 S : pasien mengatakan nyeri pada saat


berhubungan, pasien mengeluh
menolak jika diajak berhubungan
O : pasien tampak tidak nyaman
A : masalah belum teratasi
P : fasilitasi komunikasi antara pasien
dengan pasangan, latih senam untuk
mengencangkan vagina

H. PEMBAHASAN
Pada jurnal Machfudloh (2017) yang berjudul senam aerobik law impact bagi
premenopause sebagai upaya tercapainya hak kesehatan reproduksi di desa banjarsari
kecamatan sayung demak yaitu dilaksanakannya senam aerobik law impact dapat
meningkatkan kesehatan reproduksi pada masa pre menopause.

Menurut jurnal Sriwati (2014) yang berjudul pengaruh psikoedukasi menopause dan
relaksasi untuk menurunkan kecemasan wanita pre menopause didapatkan hasil
psikoedukasi menopause dan relaksasi memberikan pengaruh yang efektif terhadap
penurunan kecemasan wanita perimenopause. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penurunan kecemasannya adalah keaktififan selam proses terapi seperti aktif dalam
latihan relaksasi, antusias dalam mengikuti materi yang diberikan. Selama pemberian
terapi juga peserta mengalami perubahan yang terjadinya dalam dirinya saat
menghadapi perimenoupase sehingga bisa melakukam tindakan preventif untuk
mengurangi kecemasan yang dialami subyek, sehingga sebaiknya peserta pelatihan
untuk bisa terus melatih relaksasi yang sudah bisa dilakukan secara mandiri, serta
membaca buku psikoedukasi yang sudah diberikan sehingga informasi mengenai
menopause tidak dilupakan.

Hal ini sejalan dengan implementasi yang dilakukan yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang pre menopause kemudian mengajarkan relaksasasi otot
progresif untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien dan mengajarkan senam
aerobik untuk mengencangkan otot – otot vagina sehingga tidak mengalami nyeri
pada saat berhubungan dengan suaminya.

I. JURNAL

SENAM AEROBIK LOW IMPACT BAGI PREMENOPAUSE


SEBAGAI UPAYA TERCAPAINYA HAK KESEHATAN
REPRODUKSI DI DESA BANJARSARI
KECAMATAN SAYUNG
KABUPATEN DEMAK

Machfudloh, S.SiT, MH. Kes

Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Sultan Agung Semarang
machfudloh@unissula.ac.id

ABSTRAK

Dalam rangka memenuhi hak atas kesehatan, Pemerintah menyediakan fasilitas dan
pelayanan kesehatan, informasi dan pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan, seperti:
penyuluhan tentang Kesehatan reproduksi. Salah satu cara dalam meningkatkan kebugaran
tubuh dan mengurangi gejala premenopause ini adalah dengan olahraga, diantaranya senam
aerobik low impact. Olahraga dapat meningkatkan produksi endorfin yang dapat berfungsi
untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan ketenangan. Berdasarkan studi pendahuluan di
Desa Banjarsari jumlah wanita usia 40-50 tahun sebanyak 283 orang, wanita usia 50-60 tahun
sebanyak

209 orang dan wanita usia ≥60 tahun sebanyak 189 orang. Kegiatan kesehatan untuk
premenopause seperti olahraga untuk warga masyarakat Desa Banjarsari dianggap hal yang tabu,
malu dan canggung tentang olahraga (senam aerobic). Oleh karena itu pemberdayaan
masyarakat khususnya premenopause perlu ditingkatkan agar tumbuh rasa kepedulian tentang
kesehatan reproduksi wanita.

Tujuan pengabdian masyarakat ini untuk meningkatkan pengetahuan gejala-gejala yang


timbul pada premenopause dan meningkatkan kesadaran wanita premenopause tentang
kesehatan Jasmani. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan mendemonstrasikan
gerakan senam aerobic dengan memutarkan music player (praktek senam), selain itu
memberikan pendidikan kesehatan tentang premenopause. alat dan bahan untuk senam antara
lain: tape recorder, music player, leptope dan LCD. Pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat
update Iptek tentang gejala-gejala yang timbul pada premenopause, meningkatkan kesadaran
dan kepedulian kesehatan jasmani dan terjalinnya komunikasi ilmiah antara UNISSULA dan
masyarakat

Kata Kunci : Senam, Premenopause, Kesehatan Reproduksi.


SENAM AEROBIK LOW IMPACT BAGI PREMENOPAUSE
SEBAGAI UPAYA TERCAPAINYA HAK KESEHATAN
REPRODUKSI DI DESA BANJARSARI
KECAMATAN SAYUNG
KABUPATEN DEMAK

Machfudloh, S.SiT, MH. Kes

Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Sultan Agung Semarang
machfudloh@unissula.ac.id

ABSTRAK

Dalam rangka memenuhi hak atas kesehatan, Pemerintah menyediakan fasilitas dan
pelayanan kesehatan, informasi dan pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan, seperti:
penyuluhan tentang Kesehatan reproduksi. Salah satu cara dalam meningkatkan kebugaran
tubuh dan mengurangi gejala premenopause ini adalah dengan olahraga, diantaranya senam
aerobik low impact. Olahraga dapat meningkatkan produksi endorfin yang dapat berfungsi
untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan ketenangan. Berdasarkan studi pendahuluan di
Desa Banjarsari jumlah wanita usia 40-50 tahun sebanyak 283 orang, wanita usia 50-60 tahun
sebanyak

209 orang dan wanita usia ≥60 tahun sebanyak 189 orang. Kegiatan kesehatan untuk
premenopause seperti olahraga untuk warga masyarakat Desa Banjarsari dianggap hal yang tabu,
malu dan canggung tentang olahraga (senam aerobic). Oleh karena itu pemberdayaan
masyarakat khususnya premenopause perlu ditingkatkan agar tumbuh rasa kepedulian tentang
kesehatan reproduksi wanita.

Tujuan pengabdian masyarakat ini untuk meningkatkan pengetahuan gejala-gejala yang


timbul pada premenopause dan meningkatkan kesadaran wanita premenopause tentang
kesehatan Jasmani. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan mendemonstrasikan
gerakan senam aerobic dengan memutarkan music player (praktek senam), selain itu
memberikan pendidikan kesehatan tentang premenopause. alat dan bahan untuk senam antara
lain: tape recorder, music player, leptope dan LCD. Pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat
update Iptek tentang gejala-gejala yang timbul pada premenopause, meningkatkan kesadaran
dan kepedulian kesehatan jasmani dan terjalinnya komunikasi ilmiah antara UNISSULA dan
masyarakat

Kata Kunci : Senam, Premenopause, Kesehatan Reproduksi.

A. PENDAHULUAN spritual maupun sosial yang


Kesehatan adalah keadaan memungkinkan setiap orang untuk
sehat, baik secara fisik, mental, hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (Pasal 1 angka 1 UU No. Olahraga atau aktivitas fisik
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). merupakan suatu bentuk kegiatan
Dalam rangka memenuhi hak atas fisik yang memberikan pengaruh
kesehatan tersebut pemerintah baik terhadap tingkat kemampuan
menyediakan fasilitas dan pelayanan fisik manusia bila dilaksanakan
kesehatan, informasi dan pendidikan dengan tepat dan terarah (Depkes RI,
yang berhubungan dengan kesehatan, 2010). Fungsi organ tubuh akan
seperti: penyuluhan tentang meningkat bila diberikan latihan fisik
Kesehatan reproduksi. yang memadai. Penelitian Aktivitas
fisik pada usia lanjut dapat dilihat
dari frekuensi partisipasi dalam
kegiatan olahraga, senam, berkebun
dan berenang. Olahraga yang baik
dan benar sesuai takaran secara
teratur paling sedikit
selama 15 – 30 menit, dilakukan 3 sebanyak 283 orang, wanita
kali dalam seminggu (Depkes RI, usia 50-60 tahun sebanyak 209 orang
2010). dan wanita usia ≥60 tahun sebanyak
Masa premenopause adalah 189 orang. Oleh karena itu
masa dimana tubuh mulai bertransisi pemberdayaan masyarakat khususnya
menuju menopause. Pada masa premenopause perlu ditingkatkan
premenopause ini akan terjadi agar tumbuh rasa
perubahan, yaitu mulai menurunnya
fungsi reproduksi, perubahan
hormon, perubahan fisik, maupun
perubahan psikis. Gejala yang sering
menjadi keluhan wanita
premenopause ini adalah hot flushes,
night sweat, mudah lelah, insomnia,
ingatan menurun, mudah merasa
cemas, mudah tersinggung, depresi
dan menurunnya tingkat kebugaran
tubuh. Salah satu cara dalam
meningkatkan kebugaran tubuh dan
mengurangi gejala premenopause ini
adalah dengan olahraga, diantaranya
senam aerobik low impact.
Senam body language
merupakan salah satu olahraga yang
dianjurkan bagi wanita
premenopause, senam body
language memberikan banyak
manfaat, seperti mengencangkan
kembali otot-otot sekitar rahim,
melancarkan peredaran darah
terutama pada organ reproduksi dan
metabolisme tubuh lebih teratur.
Senam body language ini bermanfaat
dalam pembakaran lemak,
meningkatkan keindahan tubuh dan
mempertahankan stamina
(Atmanegara, 2005). Menurut
Nursalam & kurniawati (2007,
h.150) Olahraga dapat meningkatkan
produksi endorfin. Endorfin yang
diproduksi tubuh dapat berfungsi
untuk mengurangi rasa nyeri dan
memberikan ketenangan sehingga
sering dideskripsikan sebagai suatu
kebahagiaan.
Berdasarkan studi
pendahuluan di Desa Banjarsari
jumlah wanita usia 40-50 tahun
kepedulian tentang kesehatan mendemonstrasikan gerakan senam
reproduksi wanita. aerobic low impact (yang terdiri dari
3 tahapan yaitu: gerakan pemanasan,
B. SUMBER INSPIRASI inti dan pendinginan). Dalam
Desa Banjarsari adalah Desa pesisir gerakan pemanasan terpusat pada
laut yang mayoritas penduduk bagian atas badan (kepala, tangan
wanitanya adalah ibu rumah tangga dan
dengan pendidikan terakhir SD.
Desa Banjarsari terdiri dari 9 dukuh
dan 1 Bidan yang menjadi
penggerak kesehatan. Kegiatan yang
ada yaitu kegiatan rutinitas
pengajian, arisan PKK dan belum
adanya posyandu lansia. Dalam
kegiatan tersebut masih belum ada
wadah yang mengarah ke kesehatan
reproduksi khususnya
premenopause. Kegiatan seperti
olahraga (senam) atau sejenisnya
masih menjadi hal yang tabu bagi
masyarakat desa banjarsari karena
malu dan minimnya pengetahuan
akan pentingnya kesehatan
reproduksi wanita premenopause.

C. METODE
Untuk meningkatkan
pengetahuan wanita premenopause
dilakukan dengan pemberikan
pendidikan kesehatan tentang
premenopause dimana peserta dapat
meningkatkan pengetahuan tentang
The pre menopause solution itu
sendiri (pengertian, tujuan, manfaat,
tanda dan gejala, dan pentingnya
cara mengatasi premenopause).
Selain itu bisa menjaga tali
silaturahim dan saling
sharing/berbagi cerita dan
pengalaman dengan sesama
premenopause. Kegiatan dilakukan
dengan cara berdiskusi dan tanya
jawab, yang sebelumnya diawali
dengan apersepsi tentang
premenopause sehingga tidak terjadi
kecanggungan dalam percakapan.
Untuk mempermudah dalam
memahami gerakan senam aerobic
low impact maka kegiatan yang
dilakukan adalah dengan
kaki), gerakan inti terpusat pada Gambar 2. Peserta mengikuti
gerakan dada, perut dan pinggang, gerakan
sedangkan pendinginan adalah
menetralkan kembali otot-otot saraf
yang sudah bergerak. Adapun alat
bantu yang digunakan antara lain:
tape recorder, music player, leptope
dan LCD.

D. KARYA UTAMA Gambar 3. Kegiatan senam


Meningkatnya pengetahuan, E. ULASAN KARYA
kemauan, kebutuhan dan kepedulian Pelaksanaaan kegiatan dilakukan
akan pentingnya kesehatan dengan sangat sederhana dan
reproduksi premenopause diharapkan terbatas, dengan jumlah peserta yang
mampu mengajarkan, mengamalkan sedikit, dan perlengkapan peserta
kepada sesama premenopause secara yang belum layak (tidak memakai
langsung dan berkelanjutan disetiap baju olahraga). Diharapkan
dukuhnya. Untuk memudahkan keberlanjutan dari kegiatan ini yang
dalam mentrasfer IPTEK, setiap akan ditransfer ke masing- masing
dukuh juga diberi booklet tentang dukuh.
premenopause dan video senam F. HASIL DAN KESIMPULAN
aerobic low impact. Hasil yang didapatkan dari
pengabdian masyarakat ini adalah
adanya kecenderungan untuk
mengubah hal yang tabu menjadi
sebuah kebutuhan akan pentingnya
kesehatan reproduksi. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya
peningkatan jumlah keikutsertaan
senam aerobic low impact.

Gambar 1. Pengusul
mendemonstrasikan
gerakan

Grafik 2. keikutsertaan peserta senam Aerobic low Impact bagi premenopause


14
12
10
8
Series 1
6
Series 2
4
Series 3
2
0
DukuhDukuh Mororejo Dukuh Dukuh Banjarsari
Brangsong Moroasem
Dari sejumlah penelitian menyatakan bahwa premenopause adalah usia dimana
akan terjadi perubahan, yaitu mulai menurunnya fungsi reproduksi, perubahan
hormon, perubahan fisik, maupun perubahan psikis sehingga perlu adanya
kesadaran akan pentingnya meenjaga kesehatan reproduksi premenopause. Salah
satucara dalam menigkatkan kebugaran tubuh dan mengurangi gejala premenopause
adalah dengan olahraga, diantaranya senam aerobik low impact.

G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN


Dampak langsung dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
meningkatnya pengetahuan wanita premenopause tentang gejala-gejala yang
timbul dan cara mengatasinya pada masa premenopause. Selain itu juga
meningkatkan kepercayaan diri wanita premenopause dan kesadran akan
pentingnya berolahraga pada masa premenopause

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2012. Profil Kesehatan Semarang. 2012.


2. inas Kesehatan Jawa Tengah. Bank data profil kesehatan 2012 [Diakses
tanggal 18 Desember 2014]. Didapat dari :
httpp://www.dinkesjatengprov.go.id/ profil 2012.com
3. Peraturan Pemerintah No. 61 Th 2014 tentang Kesehatan Reproduksi-
Keehatan keluarga
Keputusn Menteri Kesehatan RI nomor 229/Menkes/SK/II/2010 tentang Pedoman
Asuhan Kebidanaan Masa Preme
PENGARUH PSIKOEDUKASI MENOPAUSE DAN RELAKSASI
UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN WANITA PRE
MENOPAUSE

Ida Sriwaty, Sartini Nuryoto

Rumah Sakit Jiwa Kendari, Jl. Dr. Sutomo No 29 Kendari.


Ida_sunarjo@ymail.com

Abstract
Objective of this research is to see whether psychoeducation and relaxation can reduce
anxiety in pre-menopausal women. Subjects of the research are women live in villages
in Yogyakarta, they experience pre-menopausal symptoms such as irregular menstrual
cycles in the 6 months or at the last-1 year and experience hot flashes, sweating at night
and sleep disorders. subjects were divided into two groups: an experimental group
which consisted of 6 subjects and the control group consisted of 5 subjects. Data
collection tool used in this research is the anxiety scale TMAS (Taylor manifest anxiety
scale). Data were analyzed using non-parametric test with Mann Whitney and Wilcoxon
test. It showed that the experimental group obtained significant results with values p =
0.027 (p <0.05) and the Z value is -2.207 while the control group showed no significant
results with p = 0.102 (p> 0.05) and the Z value is -1.633. The Mann Whitney test
showed significant values
0.021 and Z value is -2.303. In conclusion the provision of psychoeducation and
relaxation menopause can reduce anxiety in pre-menopausal women.

Keywords: anxiety, psychoeducation, relaxation, premenopausal

Abstrak
Tujuan Penelitian untuk melihat apakah psikoedukasi dan relaksasi dapat mengurangi
kecemasan pada wanita pre menopause. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita
yang berdomisili di Kelurahan di daerah Yogyakarta, yang mengalami gejala pre
menopause seperti siklus haid yang tidak teratur dalam 6 bulan atau dalam 1
tahun terakhir serta mengalami hot flashes, keringat dimalam hari dan gangguan
tidur. subjek dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok ekperimen yang terdiri dari 6
subjek dan kelompok kontrol yang terdiri dari 5 subjek. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecemasan TMAS (Taylor manifest anxiety
scale). Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan non parametrik test dengan
uji Mann whitney dan Wilcoxon. menunjukan bahwa kelompok eksperimen diperoleh
hasil yang signifikan dengan nilai p=0.027 (p<0,05) dan nilai Z sebesar -2,207
sementara pada kelompok kontrol menunjukan hasil yang tidak signifikan dengan nilai
p=0,102 (p>0,05) dan nilai Z sebesar -1,633. Pada uji Mann whitney menunjukkan nilai
signifikan 0,021 dan nilai Z sebesar -2,303. Kesimpulannya pemberian psikoedukasi
menopause dan relaksasi dapat menurunkan kecemasan pada wanita pre menopause.

Kata kunci: kecemasan, perimenopaus, psikoedukasi, relaksasi.


30

Pendahuluan atas 50 tahun. Sebagian besar dari mereka


(sekitar 80 persen) tinggal di negara
Pembangunan kesehatan bertujuan
berkembang dan setiap tahunnya populasi
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
wanita menopause meningkat sekitar tiga
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
persen. Perkiraan kasar menunjukkan akan
orang agar terwujud derajat kesehatan
terdapat sekitar 30-40 juta kaum wanita
masyarakat yang setinggi-tingginya.
usia lanjut (wulan) dari seluruh jumlah
Tujuan tersebut diciptakan untuk
penduduk Indonesia yang sebesar 240-250
mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010,
juta. Dalam kategori wulan tersebut (usia
yang merupakan cerminan masyarakat,
lebih dari 60 tahun), hampir 100 persen
bangsa, dan Negara Indonesia, melalui
telah mengalami menopause dengan segala
penduduknya yang hidup dengan perilaku
akibat serta dampak yang menyertainya
dan dalam lingkungan yang sehat,
Achadiat (dalam Sullelu, 2010).
memiliki kemampuan untuk menjangkau
Pada premenopause adalah istilah
layanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata, diseluruh wilayah Negara yang digunakan untuk masa reproduktif
Kesatuan Republik Indonesia. Menurut sampai terjadinya final menstrual period
Departemen Kesehatan Indonesia tahun (FMP), pada pre menopause merupakan
2005 Kesehatan adalah tanggung jawab masa sebelum menopause dimana mulai
bersama dari setiap individu, masyarakat, terjadi perubahan endokrin, biologis, dan
pemerintah, dan swasta. Peran pemeritah gejala klinik sebagai awal permulaan
dalam bidang kesehatan tidak akan berarti dari menopause. Sementara pada
apabila tanpa disertai kesadaran individu postmenopause adalah masa setelah
dan masyarakat untuk secara mandiri terjadinya menopause tidak mengalami
menjaga kesehatannya. menstruasi selama satu tahun, dimana
Manusia mengalami pertumbuhan wanita sudah menyesuaikan diri dengan
dan perkembangan dalam berbagai perubahan fungsi tubuhnya. Gejala umum
tingkatan umurnya. Semakin meningkat perempuan pada waktu menjelang
umurnya maka pertumbuhan dan menopause, biasanya rambut rontok,
perkembangan akan berhenti pada suatu mudah tersinggung, susah tidur malam,
tahap yang mengakibatkan berbagai sering berkeringat, dada terasa panas,
perubahan fungsi tubuh. Perubahan fungsi vagina terasa kering dan gairah seks turun.
tersebut terjadi pada proses menua, Gejala dan perubahan- perubahan tersebut
dimana terjadinya suatu fase menopause. dirasakan dua-tiga tahun sebelum masa
Sebelum masa menopause, wanita berada menopause datang yang dapat
pada tahap premenopause, Tahap ini menimbulkan kecemasan. Perubahan-
adanya penurunan hormon estrogen perubahan yang terjadi saat menjelang
sehingga memunculkannya sindrom pre menopause sangat berpengaruh terhadap
menopause. Pada fase ini dimulai pada kondisi psikis yang dialami oleh seorang
sekitar usia 40 tahun. Siklus haid tidak wanita dalam fungsinya sebagai seorang
teratur, hal ini terjadi karena penurunan istri, yang menimbulkan kecemasan dalam
fungsi indung telur dalam menghasilkan berhubungan suami istri. Hal ini di
Indung telur dan hormon reproduksi dukung oleh penelitian oleh Istiana (dalam
(Proverawati 2009). WHO Maria 2011) tentang perubahan psikologis
memperkirakan ditahun 2030 nanti ada yang dialami pada wanita menopause.
1,2 miliar wanita yang berusia di Dari hasil penelitian bahwa wanita yang
mengalami
masa menopause akan mengalami rasa perceraian, salah satu dampak tersebut
khawatir, cemas dan takut. adalah suami mencari relasi seksual diluar
Barbara & Parry (2007) melakukan rumah, karena umumnya para suami tidak
penelitian di Amerika mengenai gangguan lagi tertarik dan tergairahkan lagi oleh
tidur dan simtom kecemasan pada wanita istrinya yang tampak lusuh jasmaninya,
menopause, dengan usia 46-51 tahun, sebagai akibat dari kemurungan dan
subjeknya terdiri dari 50 premenopause keluhan psikisnya (Kartono,2003).
dan 50 postmenopause. Pengukurannya Pada hasil Assesmen yang dilakukan
menggunakan Hamilton Anxiety Rating peneliti di Kelurahan X di Yogyakarta
Scale, yang sama dengan skala pada tanggal 5-10 September 2014,
kecemasan umum, dengan menunjukan pada ibu-ibu yang akan memasuki masa
adanya gejala hot flashes, tekanan darah premenopause dimana mereka merasakan
yang tinggi, serta gangguan tidur pada adanya perubahan dalam tubuh mereka
wanita premenopause dan seperti gangguan tidur pada malam hari
yang kemudian menganggu kualitas
postmenopause.
tidurnya sehingga pada saat melakukan
Menurut Mustopo (dalam Putika, aktivitas di pagi hari menjadi mudah lelah.
2010) kecemasan yang dirasakan oleh Perubahan tubuh yang dirasakan juga
seorang wanita itu sendiri berbeda-beda, merasakan panas diwajah sampai leher
bagi mereka yang tidak menerima dengan dan merasakan sakit kepala. Perubahan
realistis perubahan-perubahan tersebut tubuh yang terjadi memunculkan
maka akan menimbulkan perasaan khawatir, kecemasan pada wanita premenopause
takut, bahkan cemas, dengan datangnya karena ketidakpahaman mereka akan
menopause, sehingga seringkali orang perubahan yang terjadi ketika berada di
melihat dirinya tua dan akan menambah fase premenopause.
kecemasan mereka, pikiran dan penilaian Menurut Pittsburg (dalam Maria,
diri telah “loyo” dan tidak berarti lagi,
2011) di dapat hasil 80,9% wanita
tersisihkan dan terabaikan dari kehidupan
menopause di dunia tidak mengetahui
sosialnya. Perubahan-perubahan yang
tentang menopause. Menurut
terjadi pada masa menopause dan perasaan
Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau
khawatir, takut, dan cemas inilah yang
kognitif merupakan dominan yang sangat
membawa seorang wanita mudah cemas
penting dalam membentuk tindakan
dalam kehidupan mereka, tidak jarang
seseorang (over behavior). Seseorang
wanita merasa tidak menarik lagi sehingga
yang telah mengetahui tentang
mereka lebih sensitif dan mudah cemburu
menopause, maka akan mengerti tentang
dengan suaminya, karena merasa takut
penanganan pada saat terjadi perubahan
dan khawatir suaminya tidak tertarik lagi
menopause. Dari penelitian yang dilakukan
padanya dan akan mencari wanita lain
oleh Maria (2011) mengenai menopause di
sebagai penggantinya. Apabila
Desa Jendi, Kecamatan Selogiri,
dihadapkan pada suatu masalah maka
Kabupaten Wonogiri. 10 orang yang
wanita tersebut tidak dapat
memasuki masa premenopause dengan usia
menghadapinya dengan bijaksana dan
40 –50 tahun, 3 orang berusia 51 tahun
akan menimbulkan konflik terutama
dan 2 orang yang berusia 55 tahun,
dengan pasangannya. Data statistik
mereka menyatakan bahwa program
membuktikan bahwa pada periode
kesehatan yang terkait dengan
menopause yang dipenuhi duka dan
premenopause belum mendapat perhatian
kelabilan psikis ini banyak terjadi
serius, misalnya belum
ada pendidikan atau penyuluhan kesehatan seseorang mengenai informasi yang
tentang persiapan wanita menghadapi bersifat positif sehingga akan diikuti
premenopause yang dilaksanakan oleh perubahan perilaku yang positif.
pihak Puskesmas. Program kesehatan Psikoedukasi preimenopause diberikan
reproduksi yang di fasilisatasi oleh dalam bentuk pemberian informasi serta
puskesmas masih terbatas pada gejala-gejala yang menyertai, seperti
pemeriksaan kehamilan, pertolongan adanya perubahan- perubahan pada tubuh
persalinan dan pelayanan keluarga yang terjadi karena disebabkan
berencana. Selain itu, dari hasil menurunnya hormon estrogen pada
wawancara 10 orang wanita wanita premenopause, sehingga hal
premenopause dan menopause diketahui tersebut akan diikuti oleh perubahan
bahwa mereka belum mengetahui tentang fisiologis dan psikologis. Ketika wanita
premenopause dan gejala-gejala yang paham akan perubahan yang ada dalam
menyertai, serta tidak mengetahui penyebab dirinya sehingga mampu merubah cara
keluhan-keluhan yang mereka alami. pandang dan perilakunya menjadi lebih
Penelitian yang dilakukan Fitriani (2012) baik.
mengenai hubungan tingkat pengetahuan Relaksasi adalah suatu terapi yang
dengan tingkat kecemasan pada wanita dilakukan untuk menurunkan ketegangan
menopause yang dilakukan di Kota yang dirasakan karena adanya gejala fisik
Semarang, menjelaskan bahwa ada dan psikologis saat menghadapi masa
hubungan antara tingkat pengetahuan dan premenopause. Relaksasi yang di berikan
upaya penanganan ibu dengan kecemasan adalah relaksasi pernafasan, relaksasi
dalam menghadapi menopause di otot dan relaksasi imageri. Relaksasi juga
Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk dipercaya mampu menurunkan ketegangan
Kota Semarang. Pada penelitian yang yang dirasakan ketika wanita mengalami
akan dilakukan, subjeknya adalah wanita gejala premenopause seperti hot flashes
yang berada pada fase premenopause dan dan gangguan tidur serta memberikan
sudah merasakan gejala fisiologis dan dampak adanya perasaan nyaman dan
psikologis pada periode ini. Dari beberapa rileks, sehingga harapannya setelah di
literatur dapat disimpulkan Kecemasan berikan spikoedukasi dan relaksasi dapat
premenopause adalah munculnya gejala menurunkan kecemasan pada wanita
kecemasan pada aspek fisiologis, afektif, premenopause. .
kognitif dan perilaku yang menyebabkan
perasaan tidak menyenangkan disebabkan Metode Penelitian
adanya perasaan takut, khawatir karena
merasa diri sudah tua, tidak produktif Penelitian ini menggunakan metode
lagi dan mudah merasa sensitif sehingga pengumpulan data kuantitatif dan
mengakibatkan individu mudah stress. kualitatif. Alat pengumpul data kuantitatif
Penelitian Wijma, Melin, Nedstran, dan yaitu menggunakan skala kecemasan
Hamma (1997) wanita preimenopause umum TMAS (Taylor manifest anxiety
hampir 70% mengalami simtom scale) yang diadaptasi. Skala kecemasan
vasomotor seperti hot flashes dan keringat TMAS adalah skala kecemasan yang
berlebihan, sehingga hal tersebut dikembangkan oleh Janet A, Taylor (1950)
menganggu kualitas hidup seseorang. Dari yang terdiri dari 50 aitem. Bentuk
hal tersebut bahwa Pentingnya Skalanya Guttman dengan tehnik pilihan
psikoedukasi sebagai sarana untuk jawabannya dikotomi
memberikan pemahaman pada
yaitu “ya” dengan skor 1 dan “tidak” kemampuan mengingat pada suatu hal,
dengan skor 0. Semakin tinggi skor yang kontak mata, komunikasi, ekspresi wajah,
diperoleh semakin tinggi kecemasannya, dan bahasa tubuh. Prosedur observasi juga
semakin rendah skornya semakin rendah didokumentasikan denagn alat perekam
kecemasannya. video dan foto, sehingga hasil observasi
Selain menggunakan skala, dalam bisa lebih maksimal.
penelitian ini juga menggunakan Penelitian menggunakan
wawancara untuk melengkapi data randomized control group pre-test post-test
penelitian yang diperoleh secara design. Desain ini dilakukan dengan
kuantitatif. Maleong (2008) mengelompokkan subjek penelitian
mengemukakan bahwa wawancara menjadi kelompok eksperimen yang
merupakan suatu tehnik pengumpulan mendapat perlakuan berupa pemberian
data untuk mengungkap ide atau Psikoedukasi dan Relaksasi (x) dan
keinginan yang ada dibalik pertanyaan kelompok kontrol yang tidak mendapat
subjek penelitian. Pengetahuan dan perlakuan (-x). screening pada subjek
informasi yang diperoleh melalui hasil berdasarkan kriteria wanita yang
wawancara ini berbentuk cerita termasuk mengalami siklus menstruasi tidak teratur
ungkapan-ungkapan asli subjek penelitian. dalam 2 bulan atau 12 bulan terakhir dan
Metode wawancara menggunakan merasakan hot flashes, setelah itu
wawancara semi terstruktur yaitu adanya subjek di random menjadi
guide wawancara yang disesuaikam 2 kelompok yaitu, kelompok ekspreimen
dengan kondisi subjek dan pertanyaan dan kontrol. Dalam penelitian ini, subjek
bentuknya dapat berkembang sesuai dalam kelompok eksperimen diberikan
dengan kebutuhan data. Wawancara pre-test sebelum pelaksanaan perlakuan
dilakukan sebelum intervensi dan setelah dengan pemberian skala kecemasan
terapi proses intervensi secara individual, TMAS (Taylor manifest anxiety scale),
untuk mengetahui hasil psikoedukasi selanjutnya subjek diberi perlakuan berupa
mengenai menopause dan relaksasi. psikoedukasi dan relaksasi, kemudian
Observasi juga digunanakan dalam diberikan post- test dengan menggunakan
penelitian untuk memperoleh data skala yang sama seperti pre-test untuk
tambahan. Observasi adalah proses melihat perubahan dan hasil yang
pengamatan yang dilakukan terhadap diperoleh setelah para subjek diberi
subjek dengan mencatat segala perilaku perlakuan.
yang ditunjukkan subjek yang bersifat Subjek dalam kelompok kontrol
alamiah saat intervensi berlangsung. juga diberikan pre-test yang sama dengan
Danim (2002) mengemukakan bahwa kelompok eksperimen, tanpa pemberian
observasi adalah proses pengamatan yang perlakuan/treatment dengan jeda waktu
dilakukan terhadap subjek dengan yang sama dengan kelompok eksperimen,
mencatat segala perilaku- perilaku yang lalu diberikan post-test. Setelah pemberian
ditunjukkan subjek pada kehidupan dan post-test, kelompok kontrol baru diberikan
situasi-situasi sosial yang bersifat alamiah. perlakuan berupa psikoedukasi dan
Dalam penelitian ini, observasi yang relaksasi. Pemberian terapi pada kelompok
dilakukan ialah observasi secara khusus, kontrol dilakukan hanya sekali pertemuan
mencakup perilaku subjek yang muncul yang di isi dengan materi psikoedukasi
pada saat pemberian intervensi. Perubahan mengenai premenopause.
– perubahan tersebut bisa terlihat pada
bentuk
Hasil dan Pembahasan terapi diperoleh bahwa, subjek memahami
perubahan-perubahan yang terjadi dalam
Berdasarkan hasil analisis dengan
dirinya saat menghadapi perimenopause
uji Wilcoxon, pada kelompok eksperimen
sehingga bisa melakukan tindakan
menunjukkan nilai Z = -2,207 dengan
preventif untuk mengurangi kecemasan
nilai p=0.027 (p < 0.05), artinya dapat
yang dirasakan oleh subjek. Menurut
disimpulkan bahwa intervensi
Mottaghipour (2005) psikoedukasi adalah
psikoedukasi menopause dan relaksasi
merupakan suatu tindakan yang diberikan
memberikan pengaruh yang signifikan
kepada individu untuk memperkuat
terhadap penurunan kecemasan pada
koping atau suatu cara khusus menangani
wanita premenopause, sedangkan pada
kesulitan perubahan mental. Tindakan
kelompok kontrol menunjukkan nilai Z =
psikoedukasi memiliki media berupa
1,633 dengan nilai p= 0,102 (p > 0.05).
catatan seperti poster, booklet, leaflet,
Hal ini menunjukkan bahwa subyek dalam
video dan beberapa eksplorasi yang
kelompok kontrol tidak mengalami
diperlukan.
penurunan skor skala kecemasan.
Pada teori behavior menekankan
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney
pada pengaruh dari manipulasi
kelompok eksperimen dan kelompok lingkungan. Dimana pada pendekatan
kontrol diperoleh hasil nilai Z= -2.303 dan kognitif fokus pada penguasaan terhadap
p=0.021 (p < 0.05), hal tersebut ketrampilan kognisi-emosi yang menjadi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komponen dari proses psycho-training.
skor skala kecemasan pada kelompok Pada bidang health psychology
eksperimen dan kelompok kontrol. psikoedukasi banyak diterapkan pada
Pemberian psikoedukasi dan relaksasi topik seperti kesehatan reproduksi, bahaya
berpengaruh terhadap penurunan tingkat narkoba, atau kasus kekerasan.
kecemasan wanita premenopause pada Psikoedukasi bagi individu ataupun
kelompok eksperimen. kelompok tidak hanya memberikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi informasi-informasi penting terkait
penurunan skor kecemasan pada subjek dengan permasalahan tetapi mengajarkan
eksperimen antara lain, keaktifan selama ketrampilan yang dianggap penting
proses terapi terutama saat pemberian bagi partisipannya untuk menghadapi
psikoedukasi mengenai menopause serta situasi permasalahannya (Roudhoh,
latihan relaksasi, antusiasme dalam 2010). Psikoedukasi kelompok dapat
menerima materi yang diberikan dan rasa diterapkan pada berbagai kelompok dan
kebersamaan antar subjek selama proses level pendidikan. Psikoedukasi kelompok
intervensi. sementara untuk kelompok lebih menekankan pada proses belajar dan
kontrol tidak terdapat perbedaan pendidikan dimana komponen kognitif
penurunan tingkat kecemasan antara pre- memiliki proprsi yang lebih besar
test dan post- test, Hal ini disebabkan daripada komponen afektif (Brown,
karena peserta kelompok kontrol tidak 2011).
diberikan informasi mengenai psikoedukasi Psikoedukasi merupakan salah satu
menopause sehingga informasi mengenai bentuk pemberian informasi yang sifatnya
hal tersebut tidak dipahami oleh memberikan pendidikan masyarakat
kelompok kontrol sehingga mengenai dampak, tindakan dan langkah
mempengaruhi hasil pretest dan posttes yang harus dilakukan serta coping skill,
nya. Berdasarkan perubahan yang dalam hal ini coping skill yang di berikan
dirasakan oleh subjek selama pemberian kepada subjek adalah relaksasi, karena
ketika subjek mengalami kecemasan mereka cenderung menjadi mudah tegang
perimenopause yang diakibatkan karena karena adanya perubahan pada tubuhnya
ketidakpahaman akan informasi mengenai sehingga membuat mereka cenderung
hal tersebut sehingga memicu adanya menjadi mudah stress atau cemas terhadap
kecemasan yang dialami oleh wanita saat perubahan tersebut. Ketika mengalami
menghadapi masa menopause sehingga cemas, otot-otot dalam tubuhnya
dalam penelitian ini peneliti mengalami ketegangan sehingga
menggabungkan dua intervensi yaitu menyebakan perubahan fisiologis yang
psikoedukasi dan relaksasi. pemberian terjadi seperti detak jantung lebih cepat,
psikoedukasi pada penelitian sebagai nafas tersengal- sengal, keringat yang
informasi dan tindakan preventif agar lebih berlebihan, tangan gemetar dan sulit
paham akan perubahan yang terjadi dalam konsentrasi. Pada wanita perimenopause
diri subjek, serta relaksasi yang diberikan kecemasan yang dirasakan disebabkan
dalam penelitian ini sebagai koping skill karena menurunnya kadar hormon
subjek menurunkan kecemasan yang estrogen yang menyebabkan fungsi
dirasakan. hal ini sejalan dengan dopamine, serotonin dan endorphin
penelitian yang dilakukan oleh Trembley, mempengaruhi perilaku seorang wanita.
Nouk, Sheeren, Aranda, Lis dan Sanchia Dopamine berfungsi mengatur
(2008) mengenai intervensi psikoedukasi fungsi motorik dan meregulasi emosi,
untuk menurunkan hot flashes, penelitian pada serotonin berfungsi mempengaruhi
dilakukan dengan membandingan artikel suasana hati dan suasana tidur serta
dari tahun Januari 1980 sampai Desember endorphin berfungsi mempengaruhi
2006 dengan jumlah 400 studi dan jumlah persepsi nyeri, pernafasan, suhu tubuh,
pasien 475. Hanya lima studi yang tekanan darah, nafsu makan, ingatan dan
digunakan yaitu evaluasi intervensi tingkah laku seksual. karena adanya
psikoedukasi, konseling, strategi kognitif perubahan hormon estrogen ini
behavior, mindfulness untuk mengurangi mempengaruhi fisiologis dan psikologis
stress. Pada psikoedukasi digabungkan wanita perimenopause sehingga wanita
dengan tehnik relaksasi menunjukan cenderung menjadi tidak nyaman dengan
bahwa intervensi psikoedukasi dan latihan perubahan yang terjadi pada tubuhnya,
relaksasi mampu menurunkan hot flashes apalagi ketika seseorang tidak memahami
pada wanita menopause. bahwa hal tersebut menjadi bagian dari
Menurut Clonninger (dalam Safaria, siklus atau perubahan pada masa
2012) stress adalah situasi yang tegang perimenopause (Proverawati, 2010).
ketika seseorang menghadapi masalah Pentingnya psikoedukasi yang mampu
atau tantangan dan belum mempunyai memberikan pemahaman pada seseorang
jalan keluar sehingga menganggu aktivitas mengenai dinamika perubahan yang
yang akan dilakukannya.Individu yang terjadi pada dirinya serta memahami cara
mengalami stress menujukkan gejala otot- untuk mengurangi kecemasan yang
otot tubuh mudah menjadi tegang, seperti dirasakan dengan latihan relaksasi.latihan
dada terasa sesak, tengkuk keram dan relaksasi yang diberikan adalah relaksasi
tekanan darah meningkat, keadaan ini jika pernafasan, otot dan imageri. Pada
dibiarkan akan berdampak pada fisik dan relaksasi ini individu diminta untuk
psikologis individu. menegangkan otot dan melemaskan otot-
Pada wanita perimenopause, dimana
otot, kemudian diminta untuk merasakan
perbedaan antara ketika otot tegang dan
lemas. Individu, pada
situasi tersebut diberi pemahaman untuk bahwa pada kelompok kecil yang
menyadari sensasi yang berhubungan diberikan intervensi dengan psikoedukasi,
dengan kecemasan, dan sensasi tersebut latihan relaksasi dan restrukturisasi
bertindak sebagai isyarat untuk kognitif mengalami penurunan gejala
melemaskan ketegangan. Relaksasi untuk vasomotor yaitu hot flashes. Penelitian
melemaskan otot-otot yang tegang dengan yang dilakukan oleh Garcia dan
cepat membantu individu mampu Calcerrada (2011) melakukan penelitian
mengeluarkan ketegangan yang dirasakan pada wanita menopause yang mengalami
dan akan merasa lebih rileks. simtom klimakterium. Pada kelompok
Pada sistem saraf manusia terdapat eksperiman yang teridiri dari 21 wanita
sistem saraf pusat dan sistem saraf diberikan intervensi psikoedukasi, teknik
otonom. Sistem saraf pusat berfungsi relaksasi, latihan fitness dan latihan
mengendalikan gerakan – gerakan pemecahan masalah. Hasilnya
otomatis misalnya fungsi digestif, menunjukkan bahwa kelompok eksperimen
kardiovaskuler dan gairah seksual. Sistem menunnjukkan penurunan simtom
saraf otonom terdiri dari dua subsistem klimakterium yang dirasakan termasuk
yaitu sistem saraf simpatetis dan adanya penurunan kecemasan dan depresi.
parasimpatetis yang kerjanya saling Penelitian yang dilakukan oleh
berlawanan. Sistem saraf simpatetis yang Ines, Visnu & Selfe (2010) dalam studi
meningkatkan rangasangan atau memacu komparasinya. Pada wanita
organ-organ tubuh akan memacu perimenopause dan post menopause
meningkatnya denyut jantung, dan penelitian tersebut menyatakan bahwa
pernafasan serta menimbulkan intervensi yang dilakukan berupa
penyempitan pembuluh darah tepi meditasi/yoga, tai chi dan latihan relaksasi
(peripheral) dan pembesaran pembuluh terutama relaksasi otot dan pernafasan,
darah pusat, maka sebaliknya sistem menunjukan hasil bahwa latihan relaksasi
saraf parasimpatetis menstimulasi memberikan dampak adanya penurunan
turunnya semua fungsi yang dinaikkan gejala vasomotor pada simtom
oleh sistem simpatetis dan menopause, dan penurunan gangguan
menaikkan semua fungsi yang diturunkan mood dan tidur. Penelitian yang
oleh sistem saraf simpatetis (Utami, dilakukan oleh Irvin, Domar, Clark,
2002). Tubuh individu yang mengalami Zuttemzeister & Friedman (1996) di
kecemasan akan mengeluarkan cairan Amerika, dengan subjek 33 wanita dengan
kimia adrenalin yang dilepaskan kedalam rentang usia 44-66 tahun yang sudah tidak
kedua kelenjar kecil yang terletak diatas lagi mengalami menstruasi selama 6 bulan
ginjal dan tubuh segera memberikan dan mengalami hot flashes selama 24 jam,
kekuatan dan kecepatan untuk melarikan Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
diri. Kondisi tersebut membuat seseorang salah satu kelompok yang diberikan
mudah tegang,sehingga latihan relaksasi perlakukan relaksasi menunjukan adanya
dilakukan untuk mengurangi kecemasan penurunan intensitas hot flashes yang
dan ketegangan yang dirasakan dirasakan serta kecemasan dan depresinya
(Prawitasari, 1998). Pada penelitian yang menurun.
dilakukan Keeffer dan Blanchhard (2005)
mengenai program intervensi behavior Simpulan
pada wanita menopause yang mengalami
hot flashes dan gangguan tidur, Berdasarkan hasil penelitian dan
menunjukkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa psikoedukasi menopause dan Garcia, C. & Calcerrada, S. (2011). Cognitive
relaksasi memberikan pengaruh yang behavior intervention among
efektif terhadap penurunan kecemasan
women with slight menopausal
wanita perimenopause. Faktor-faktor yang
system: A pilot study. The Spanish
mempengaruhi penurunan kecemasannya
of Journal psychology. 14 (2) 344-
adalah keaktififan selam proses terapi
seperti aktif dalam latihan relaksasi, 355.
antusias dalam mengikuti materi yang Ines,K., Selfe,K., Vishnu,A. (2010).
diberikan. Selama pemberian terapi juga Mind-body therapies of menopausal
peserta mengalami perubahan yang symptoms : a systematic review.
terjadinya dalam dirinya saat menghadapi Journal Maturitas, 66 (issue 2) 135-
perimenoupase sehingga bisa melakukam 146.
tindakan preventif untuk mengurangi
kecemasan yang dialami subyek, sehingga Irvin, J., Domar, A., Clark, C., Zuttemzeister,
sebaiknya peserta pelatihan untuk bisa P., Friedman, R. (1996). The effect of
terus melatih relaksasi yang sudah bisa relaxation of training in menopausal
dilakukan secara mandiri, serta membaca symptom. Journal of psychosomatic
buku psikoedukasi yang sudah diberikan obstetrics and gynecology, 7(4) 202-
sehingga informasi mengenai menopause
tidak dilupakan. 207.
Kartono, K.( 2003). Psikologi Wanita Jilid
Daftar Pustaka 2 : Wanita Sebagai Ibu Dan Nenek.
Barbara, L., Parry. (2007). Sleep Bandung : Mandar Maju.
disturbances at menopause are
related to sleep disorder and Keefer L., & Blanchard, E. (2005).
anxiety symptom. Menopause the Behavioral Group treatment
journal of the North American program for menopausal hot
Society, 14 Issue 4, 812- flashes: Result of pilot study.
Journal Applied Psychophysiology
814. and biofeedback, 30 (Issue 1) 21-30.
Brown, N. W. ( 2011). Psychoeducational Maria. (2011). Pengaruh Pendidikan
group third edition: Process and Kesehatan terhadap Pengetahuan
Practice. New York: Routledge Taylor dan Kecemasan pada Wanita Pre
& Francis Group. Menopause di Desa Jendi
Kecamatan Selogiri Kabupaten
Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Wonogiri. Tesis. Perpustakaan
Kualitatif. Jakarta:Rineke Cipta. uns.ac.id.
Fitriani. (2012). Hubungan tingkat Moleong. (2008). Penelitian Kualitatif.
pengetahuan dan upaya penanganan
ibu dengan kecemasan dalam Jakarta: Rineke Cipta.
menghadapi menopause di Mottaghipour, Y. 2005. The pyramid of
kelurahan Genuksari Kecamatan
family care of framework for family
Genuk Kota Semarang. Jurnal
involment with adulth health
Dinamika Kebidanan, 2 no 1 Januari
2012. service. Toronto: prentice Hall
Health.
Notoatmodjo, S. (2003). Sikap dan
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta.
Prawitasari.A.(1998). Pengaruh relaksasi terhadap keluhan fisik suatu studi eksperimental.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Provewati,A. (2009). Menopause dan sindrom pre menopause. Yogyakarta

: Muha Medika.
Putikah, T. (2010). Hubungan antara pengetahuan sikap dan perilaku dengan kecemasan
wanita menopause. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Roudhoh, S.(2010). Psikoedukasi: Intervensi dan rehabilitasi dan prevensi. Bndung: Magister
Profesi Psikologi Universitas Padjajaran.
Safaria, T & Saputra, N. (2012). Manajemen Emosi. Jakarta: PT. Bumi Raksa

Sullelu, D. (2010). Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap wanita tentang


memopause antara cara belajar aktif diskusi kelompok dengan leaflet dibanding
metode dengan ceramah leaflet dikomplek Solobaru. Tesis. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Treambly., Nouk., Sheeran,. Lisa., Sancia. (2008). Psychoeducational interventions to
alleviate hot flashes: A sytematic Review: Journal Menopause, 15 (issue 1) 193-202.
Wijwa, K., Melin, A., Nedstran, E., & Hamma. (1997). Treatment of Menopausal symptoms
with applied relaxation: A pilot study. Journal Behavior and Exsperimental
Psychiatric, 28 (24) 251-261.

Utami, M.S. (1991). Efektivitas relaksasi dan terapi kognitif untuk mengurangi
kecemasan berbicara dimuka umum. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Ma

Anda mungkin juga menyukai