Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

Dosen: Cici Yusnayanti, S.Kep., Ns., M.Kes

KEPERAWATAN GERONTIK

OLEH:

SITI RAHMA SAVIRA AZZUHRA

P201801005

L1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
BAB I

KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK

a. Definisi Gerontologi
Gerontologi merupakan studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan merupakan proses yang normal,
dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai tahap perkembangan kronologis tertentu. (Stanley, 2007).
Menurut UU NO.13 Tahun 1998 disebutkan bahwa seseorang dikatakan lanjut usia
apabila mereka mencapai umur 60 Tahun ke atas. (Maryam,dkk 2008). Setiap orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup terakhir, dimana pada
masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi
sedikit tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. ( Nugroho, 2000 ).
Seiring bertambahnya usia fungsi fisiologis lansia akan menurun. Perubahan fisiologis
pada lansia meliputi penurunan kemampuan saraf, dimana pada indra pendengaran, peraba,
perasa, dan penciuman mengalami penurunan. Penurunan ini akan mengakibatkan
penurunan pula pada sistem pencernaan, saraf, pernapasan, endokrin, kardiovaskular,
hingga kemampuan muskuluskeletal. Penyakit kardiovaskular merupakan suatu penyakit
yang sering dialami oleh negara maju. Seperti penyakit hipertensi, jantung koroner, jantung
pulmonik, kardiomiopati, dan sebagainya. (Fatmah, 2010)
b. Definisi Geriatrk
Kata geriatri berasal dari kata dalam bahasa Yunani, geron, yang berarti orang tua, dan
iatreia yang berarti penanganan terhadap penyakit. Dalam dunia medis, kesehatan geriatri
adalah cabang ilmu kesehatan yang berfokus pada diagnosis, penanganan, serta pencegahan
penyakit dan gangguan kesehatan tertentu akibat penuaan.
Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia
lanjut. Istilah geriatri pertama kali digunakan oleh Ignas Leo Vascher pada tahun 1909.
Namun ilmu geriatri sendiri, baru berkembang pada tahun 1935. Pada saat itulah diterapkan
penatalaksanaan terpadu terhadap penderita-penderita lanjut usia (lansia) dilengkapi
dengan latihan jasmani dan rohani (Martono dan Pranarka, 2010).
Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang berusia lebih dari 60 tahun serta
mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan gejalanya tidak khas, daya cadangan faali
menurun, dan biasanya disertai gangguan fungsional. Penderita geriatri berbeda dengan
penderita dewasa muda lainnya, baik dari segi konsep kesehatan maupun segi penyebab,
perjalanan, maupun gejala dan tanda penyakitnya sehingga, tatacara diagnosis pada
penderita geriatri berbeda dengan populasi lainnya (Penninx et al., 2004).
Tujuan Pelayanan Geriatrik adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit
atau gangguan kesehatan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan ativitas
mental yang mendukung
3. Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai
4. Melakukan pengobatan yang tepat
5. Memelihara kemandirian secara maksimal
Prinsip-prinsip geriatric adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososial spiritual)
2. Orientasi terhadap kebutuhan klien
3. Diagnosis secara terpadu
4. Team work
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya
c. Definisi Gerontik
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada
ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-psikososio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit
pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014).
Pengertian lain dari keperawatan gerontik adalah praktek keperawatan yang berkaitan
dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987). Sedangkan menurut Lueckerotte
(2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia
yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi
serta evaluasi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keperawatan
gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang ditujukan pada lansia
baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-psiko-sosial dan
spiritual dengan pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Prinsip-
Tujuan Keperawatan Gerontik adalah :
a. Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan produktif.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
c. membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia (Life Support).
d. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit (kronis atau akut).
e. Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin.
d. Apa itu Keperawatan Gerontik ?
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada
ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-psikososio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit
pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014).
Peran dan fungsi keperawatan gerontik :
a. Sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan secara langsung
b. Sebagai pendidik klien lansia
c. Sebagai motivator klien lansia
d. Sebagai advokat klien lansia
e. Sebagai konselor atau memberi konseling pada klien lansia
Ruang lingkup asuhan keperawatan gerontik difokuskan pada tidak terpenuhnya
kebutuhan dasar manusia pada lanjut usia sebagai proses penuaan.
a. Pencegahan ketidakmampuan akibat proses penuaan
b. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kenutuhan akibat proses penuaan
c. Pemulihan yang ditujukan untuk mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan
e. Aging proses
Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan
patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan dapat
meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif hingga kematian. Proses menua
berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan, selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis
pada jaringan tubuh yang akhirnya mempengaruhi kemampuan fisik secara keseluruhan
(Sudirman, 2011).
Berdasarkan pengertian secara umum, seseorang disebut lansia apabila berkisar antara
60-65 tahun (Saptorini, 2011). Menurut WHO (1989) dalam Maryam (2010), batasan lansia
adalah kelompok usia 45-59 tahun sebagai usia pertengahan (middle/ young elderly), usia
60-74 tahun disebut lansia (ederly), usia 75- 90 tahun disebut tua (old), usia diatas 90 tahun
disebut sangat tua (very old).
Menurut Depkes RI (2003), batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu
pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini
(prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun,
kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi
yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup
sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat.
Lansia mengalami proses penuaan secara biologis yang berlangsung terusmenerus yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik dan semakin rentan terhadap penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Peningkatan persentase pasien lansia menyebabkan
pentingnya menilai jumlah perawatan yang diperlukan sebagai strategi pencegahan dan
interseptif untuk mengurangi beban penyakit (Sharma et al., 2012).
Proses penuaan akan menimbulkan berbagai masalah fisik-biologik, psikologik dan
sosial. Proses menua dipengaruhi oleh penyakit-penyakit degeneratif, kondisi lingkungan
serta gaya hidup seseorang yang akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang
berlangsung secara bertahap pada berbagai organ tubuh dan perubahan ini dapat
menimbulkan masalah kesehatan, termasuk penyakit jaringan periodontal pada rongga
mulut. Sekitar 40% para lanjut usia mengeluh tentang mulut kering, massa otot-otot
mastikasi mengecil, yang berpengaruh pada kekuatan mengunyah, gigi banyak yang hilang
mengakibatkan gangguan proses komunikasi dan gangguan estetik (Prawiro, 2012).
Perubahan jaringan periodontal yang terjadi akibat proses penuaan apabila tidak dicegah
menyebabkan penyakit periodontal semakin parah (Lumentut dkk., 2013).
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua
Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Muhith dan Siyoto (2016) penuaan dapat terjadi
secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Fakor
yang mempengaruhi yaitu hereditas atau genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan,
pengalaman hidup, lingkungan, dan stress.
1. Hereditas atau genetic
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan dengan peran
DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara genetik,
perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu
kromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga
perempuan berumur lebih panjang daripada laki-laki.
2. Nutrisi/makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan.
3. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan, sebenarnya bukan
disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebh disebkan oleh faktor luas yang
merugikan yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.
4. Pengalaman Hidup
a. Terpapar sinar matahari : kulit yang tidak terlindungi sinar matahari akan mudah
ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
b. Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan melancarkan srikulasi
darah
c. Mengkonsumsi alcohol : alcohol mengakibatkan pembesaran pembuluh darah kecil
pada kulit dan meningkatkan aliran darah dekat permukaan kulit.
5. Lingkungan
Proses menua secara bilogik berlangsung secara alami dan tidak dapat dihindari, tetapi
seharusnya dapat tetap diperhatikan dalam status sehat.
6. Stress
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun
masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap proses
penuaan.
BAB II
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA PROSES PENUAAN
Persepsi kesehatan dapat menentukan kualitas hidup. Pemahaman persepsi lansia tentang
status kesehatan esensial untuk pengkajian yang akurat dan untuk pengembangan intervensi yang
relevan secara klinis. Konsep lansia tentang kesehatan umumnya bergantung pada persepsi
pribadi terhadap kemampuan fungsional. Karna itu, lansia yang terlibat dalam aktifitas
kehidupan sehari-hari biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan mereka yang aktifitasnya
terbatas karena kerusakan fisik, emosional atau sosial mungkin merasa dirinya sakit (Potter,
2005).
Perubahan fisiologis bervariasi pada setiap lansia, perubahan fisiologis umum yang
diantisipasi pada lansia. Perubahan fisiologis ini bukan proses patologi. Perubahan ini terjadi
pada semua orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan bergantung keadaan dalam
kehidupan.
Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan
sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh
seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun
sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman
berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat pada perubahan
badan menjadi bungkuk, tulang menjadi keropos, masa dan kekuatannya berkurang dan mudah
patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ
didalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung
bekerja tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusut
dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun.
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah :
a. Perubahan Biologis
1) Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi : Terjadinya penurunan jumlah sel, terjadi
perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati,
penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak
menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2) System persyarafan
Perubahan persyarafan meliputi :
Berat otak yang menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel syaraf otaknya
dalam setiap harinya), cepat menurunnya hubungan persyarapan, lambat dalam respon
dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra,
berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan
perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan ketahanan terhadap sentuhan,
serta kurang sensitive terhadap sentuan.
3) System Pendengaran
Perubahan pendengaran meliputi :
Terjadinya presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) yaitu gangguan dalam
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada umur diatas 65 tahun.
Terjadinya otosklerosis akibat atropi membran timpani. Terjadinya pengumpulan
serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratinin. Terjadinya perubahan
penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.
4) System Pengelihatan
Perubahan penglihatan meliputi :
Timbulnya sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk
sferis (bola), terjadi kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak, meningkatnya
ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah
melihat pada cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang,
serta menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau hijau. Pada mata bagian
dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya
berkurang dan juga terhadap akomodasi, lensa menguning dan berangsur-angsur
menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan
untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat,
hitam, dan marun tampak sama.
5) System kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi :
Terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah yang
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi
yang dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk dan dari duduk
ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah perifer.
6) System pengaturan temperature tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi :
Pada pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai thermostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
mempengaruhinya, perubahan yang sering ditemui antara lain temperature suhu tubuh
menurun (hipotermia) secara fisiologik kurang lebih 35oC, ini akan mengakibatkan
metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7) System Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi :
Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru
kehilangan elastisitas, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun,
karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan kemampuan batuk berkurang,
sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema senilis,
kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun seiring
pertambahan usia.
8) System pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi :
Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang bisa terjadi setelah
umur 30 tahun, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap
terhadap rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar nenurun, asam
lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin mengecil
dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
9) System perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat untuk
mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk keginjal disaring
oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tempatnya di glomerulus),
kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan mengkonsentrasi urine
menurun, berat jenis urine menurun.
Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan buang air seni meningkat. Vesika urinaria sulit dikosongkan
sehingga terkadang menyebabkan retensi urine pada pria.
10) Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi:
Produksi semua hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan
daya pertukaran zat menurun, Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormon kelamin,
misalnya progesterone, estrogen, dan testoteron menurun.
11) Sistem Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi :
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, Permukaan kulit
cenderung kusam, kasar, dan bersisi, Timbul bercak pigmentasi, Kulit kepala dan
rambut menipis dan berwarna kelabu, Berkurangnya elestisitas akibat menurunnya
cairan dan vaskularisasi, Kuku jari menjadi keras dan rapuh, Jumlah dan fungsi kelenjar
keringat berkurang.
12) Sistem musculoskeletal
Perubahan pada sistem musculoskeletal meliputi :
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas
tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi lamban, otot kram, dan manjadi tremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan
dengan proses menua.
Semua perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam gerak,
langkah kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak dapat menapak dengan
kuat dan lebih cenderung gampang goyah, perlambatan reaksi mengakibatkan seorang
lansia susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung,
kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.
b. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi kehidupan
dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi
dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh
pengalaman kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keadaan finansial,
perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan fungsional dan
perubahan jaringan sosial.
a. Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan keterbatasan
produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-masa pensiun
akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
b. Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
c. Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
d. Kehilangan teman/kenalan atau relasi
e. Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai berikut:
1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup (memasuki
rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup meningkat
padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
5) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
6) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
7) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri)
c. Perubahan Kultural
Beberapa perubahan kultural yang bisa terjadi pada lansia yaitu :
1. Kolektifitas etnis, adalah kelompok dengan sel yang umum, perasaan identitas dan
memiliki standar prilaku yang sama. Individu yang berdasarkan dalam kelompok
seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan pikiran dan
prilaku mereka (Harwood, 1981).
2. Shock budaya adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar
belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang
menolong ketidaknyamanan dan kondisi disorientasi yang dialami oleh orang luar yang
berusaha beradaptasi secara kompherensif atau secara efektif dengan kelompok yang
berbeda akibat praktek nilai-nilai dan kepercayaan (Leininger, 1976)
3. Pola komunikasi, menurut kluckholm, 1972 bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan
khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan
seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tentang dunia dan penghidupan.
4. Jarak pribadi dan kontak. Pengertian tentang jarak pribadi bagi perawat
kesehatanmasyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi
perawatklien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh
daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan
fisik, perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan
mengenalkebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak
privasi.
5. Pandangan sosiokultural tentang penyakit dan sakit. Budaya mempengaruhi harapan
dan persepsi orang mengenai gejala cara memberi etika kepada penyakit, juga
mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan
masalah- masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam pelayanan. Karena
kesehatan dibentuk oleh faktor - faktor budaya, maka terdapat variasi dari perilaku
pelayanan kesehatan, status kesehatan, dan pola-pola sakit dan pelayanan didalam dan
diantara budaya yang sangat berbeda-beda.
BAB III
PROGRAM KESEHATAN LANSIA
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh
dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan
dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-
Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya.
Teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu
pada masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat,
terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat. Peran serta
masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran serta masyarakat baik sebagai
pemberi pelayanan kesehatan maupun penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi
sumber daya dalam pemecahan masalah usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan
pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut setempat.
Tujuan dan Sasaran Pembinaan :
1. Tujuan Umum :
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan
keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
2. Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
b) Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.
c) Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
d) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
3. Sasaran
a) Kelompok usia menjelang usia lanjut ( tahun ) atau dalam virilitas dalam keluarga
maupun masyarakat luas.
b) Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( tahun ) dalam keluarga, organisasi
masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.
c) Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko
tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita
penyakit berat, cacat dan lain-lain.
d) Keluarga dimana usia lanjut berada.
e) Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.Masyarakat
luas.
Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut
1. Upaya Promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut
merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut
yang antara lain adalah :
a) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas
atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
b) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia
lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
c) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.Pembinaan
mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
d) Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur
dan sesuai dengan kemampuannya.
e) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.Hidup
menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi, kelelahan
fisik dan mental.Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
2. Upaya Preventif, yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit
maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.Upaya preventif dapat
berupa kegiatan :
a) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini
penyakit-penyakit usia lanjut
b) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan
usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
c) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu
pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
d) Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia
lanjut.Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
3. Upaya kuratif, yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan :
a) Pelayanan kesehatan dasar
b) Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
c) Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Yang
dapat berupa kegiatan :
1) Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat
bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan
karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan. .
2) Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita
3) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun
diluar rumah.
4) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
5) Perawatan fisio terapi.
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia
yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat
kesehatan serta optimal.Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan
bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan
penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam rangka menciptakan kemadirian masyarakat.
BAB IV
ISU DAN STRATEGI UNTUK PROMOSI KESEHATAN
Salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada
dipuskesmas sasarannya adalah keluarga yang didalamnya ada keluarga
lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan
banyaknya keluarga yang berisiko tentunya membutuhkan perhatian yang
khusus. Perkembangan yang terjadi tersebut tentunya menuntut perawat
memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini
tentunya tidak berlebihan sebab hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah
dibidang kesehatan untuk membangun “Indonesia Sehat 2010” yang salah
satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan perawatan
yang baik dan perhatian yang selayaknya.
Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia
Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan
kualitas dan kelangsungan hidup sehat. promosi
kesehatan lansia adalah mempertahankan kesehatan dan kemandirian fungsional.
Banyak tujuan yang ditetapkan untuk masyarakat sehat 2000 ( USDHHS, 1991 )
yang dicakupkan ke dalam tujuan Masyarakat sehat 2010. Ketika merencanakan
program promosi kesehatan untuk komunitas lansia perawat komunitas harus
memasukkan area prioritas dan tujuan spesifik yang terdapat dalam masyarakat
sehat 2010. Salah satu tujuan masyarakat sehat 2010 yang dapat diarahkan pada
lansia adalah meningkatkan setidaknya 90 % proporsi individu berusia 65 tahun atau lebih yang
telah berpartisipasi pada tahun sebelumnya pada setidaknya satu
program promosi kesehatan terorganisasi. Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia
memiliki tiga tujuan :
1. Meningkatkan kemampuan fungsional
2. Memperpanjang usia hidup
3. Meningkatkan dan menurunkan penderita
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas
dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus
mengarah pada individu dan keluarga serta kelompok dan
komunitas. Intervensi promosi kesehatan individu
atau keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kompetensi
individu atau keluarga untuk membuat
keputusan kesehatan yang memaksimalkan promosi kesehatan dan
perilaku proteksi kesehatan. Tujuannya adalah mendayagunakan lansia
dan keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan yang rasional.
Beberapa kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi kesehatan
dan proteksi kesehatan dengan target individu dan / atau keluarga adalah :
1. Skrining kesehatan
2. Modifikasi gaya hidup
3. Pendidikan kesehatan
4. Konseling
5. Kelompok pendukung
6. Pelayanan kesehatan primer
7. Imunisasi
8. Keamanan di rumah
9. Perawatan di rumah
Kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia di komunitas :
1. Pelayanan Kesehatan Lansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan pelayanan kesehatan
primer yang teratur untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit kronik
kecacatan serta kondisi yang mengancam hidupnya. Pelayanan promosi kesehatan yang dapat
mendasari intervensi keperawatan komunitas meliputi :
a. Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin, kanker penyakit pneumokokus )
b. Skrining penyakit kardiovaskuler, dan diabetes.
c. Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang ada kronik seperti (pendidikan
kesehatan, manajemen kasus,dan manajemen)
d. Medikasi Pengetahuan tentang praktik penggantian dan tanggungan biaya ( termasuk
biaya pengobatan alternatif ) dari Medicare/Medicare Managed Care, asuransi
Medicare Tambahan, dan program asuransi kesehatan spesifik. Program outreach dan
upaya advokasi untuk menjamin akses lansia pada sumber-sumber yang dibutuhkan;
seperti advokasi kesehatan, pelatihan kesehatan, dan pengendali akses di komunitas,
Personel yang ditugaskan bias karyawan perusahaan swasta, staf gereja, dan karyawan
perudahaan BUMN yang dapat merujuk lansia kepada sumber-sumber yang ada di
komunitas (Florioet al, 1996)
2. Rujukan kepada program bantuan farmasi negara yang ada serta advokasi untuk membuat
program yang mereka butuhkan.
a. Pendidikan mengenai manajemen medikasi ( penjadwalan,kepatuhan, kalender, dan
sebagainya ). Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.
b. One stop shopping untuk pelayanan kesehatan. Hubungan kepada kelompok pendukung
penyakit kronik.
c. Nutrisi adekuat adalah hal paling penting bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatan, mencegah penyakit yang memperlambat perkembangan penyakit kronis
yang di derita. Dalam upaya membantu lansia meningkatkan dan mempertahankan
status nutrisinya, pengkajian nutrisi dan membangun kekuatan yang ada adalah hal
yang sangat membantu.
d. Daftar Periksa Skrining Nutrisi ( Nutrision Screning Checklist ) yang dibuat oleh
American Academy of Family Physicians, American Dietetic Association, dan National
Council on Aging ( Nutrition Screning Initiative, 1992 ) adalah alat pengkajian nutrisi
yang sangat baik. Berikut ini adalah program kemitraan dalam bidang kesehatan nutrisi
yang dapat di pertimbangkan.
Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan Untuk Lansia
Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat ini.
Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi dikalangan lansia – penyakit jantung,
kanker dan stroke merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Namun gambaran suram
tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang mengalami penyakit kronis secara
bertahap telah digantikan oleh konsep baru seperti masa tua dengan penuh kesuksesan ( misalnya
kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap proses penuaan ) dan penurunan morbiditas
( misalnya penundaan awitan terjadinya penyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap
akhir kehidupan ). Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang
mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat
professional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang
dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Depkes RI. (2005).Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan I.Jakarta
Maryam, Siti. 2008. “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Edisi dua. Jakarta: EGC.
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit EGC.
Nugroho. (2006). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik.Jakarta: EGC.
Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta, EGC.
Stanley, M., & Beare, P. G.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai