Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KMB III

TENTANG

PENYAKIT LUKA BAKAR

OLEH

KELOMPOK 1

REZKI KURNIAWATI
NERLIS
HERTI HILDA RUTH.S
CERLIN
RINI ARDANI
MUH. AAN ARIFIN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas ke hadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. maka
pada hari ini makalah yang berjudul “ PENYAKIT LUKA BAKAR” dapat diselesaikan.
Secara garis besar, makalah ini berisi tentang DEFENISI, ETIOLOGI, MANIFESTASI
KLINIS, PATOFISIOLOGI, dan dll .

Secara garis besar lingkup makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab I mengenai
konsep medis. Bab II mengenai konsep keperawatan, dan bab III mengenai pembahasan
berdasarkan jurnal pendukung dari kasus penyakit yang di bahas.

Semoga dengan adanya makalah tentang penyakit luka bakar ini pebaca dapat
menambah wawasan pengetahuan mengenai penyakit tersebut. Mohon maaf jika terdapat
kesalahan dalam menyusun makalah ini, penulis mengucapkan terimah kasih.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I KONSEP MEDIS

A. Defenisi.............................................................................................................4
B. Etiologi..............................................................................................................4
C. Manifestasi klinis.............................................................................................4
D. Patofisiologi......................................................................................................6
E. Fase luka bakar................................................................................................7
F. Ukuran luas luka bakar..................................................................................7
G. Penatalaksaan..................................................................................................8
H. Pemeriksaan penunjang..................................................................................8
I. Komplikasi.......................................................................................................8
J. Proses penyembuhan luka bakar...................................................................8

BAB II KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian.......................................................................................................9
B. Diagnosa ..........................................................................................................9
C. Intervensi.........................................................................................................10

BAB III JURNAL PENDUKUNG KASUS.....................................................................13

DAFAR PUSTAKA..........................................................................................................17

3
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Luka bakar adalah cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap
sumber panas, kimia, listrik atau radiasi (Joyce M. Black, 2009).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukupmahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ),
juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari,listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas) banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).

B. Etiologi
Disebakan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi atau
radiasi elektromagntik.berikut penyebab lainya :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panass
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik

C. Manifestassi klinis
Tanda dan gejala penyakit luka bakar tergantung tingkat keperahan luka. Negara
Indonesia menganut klasifikasi Wilson, di mana luka bakar dibagi 3 derajat :
1. Derajat I
Kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial)/epidermal burn.
Kulit hiperemik berupa eritema, sedikit edema, tidak dijumpai bula, dan terasa
nyeri akibat ujung saraf sensoris teriritasi. Pada hari keempat paska paparan sering
dijumpai deskuamasi. Salep antibiotika dan pelembab kulit dapat diberikan dan
tidak memerlukan pembalutan.

4
2. Derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi. Pada derajat ini terdapat bula dan terasa nyeri akibat
iritasi ujung-ujung saraf sensoris.
a. Dangkal/superfisial/superficial partial thickness
Pada luka bakar derajat II dangkal/superficial partial thickness, kerusakan
jaringan meliputi epidermis dan lapisan atas dermis. Kulit tampak kemerahan,
edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar derajat I. luka sangat sensitif
dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat ditemukan folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi secara spontan
dalam 10-14 hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering tidak sama dengan
sebelumnya. Perawatan luka dengan pembalutan, salep antibiotika perlu
dilakukan tiap hari. Penutup luka sementara (xenograft, allograft atau dengan
bahan sintetis) dapat diberikan sebagai pengganti pembalutan.

b. Dalam/deep partial thickness


Pada luka bakar derajat II dalam/deep partial thickness, kerusakan jaringan
terjadi pada hampir seluruh dermis. Bula sering ditemukan dengan dasar luka
eritema yang basah. Permukaan luka berbecak merah dan sebagian putih
karena variasi vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak sehebat derajat II
dangkal. Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal
sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan
meninggalkan jaringan parut. Selain pembalutan dapat juga diberikan penutup
luka sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis).

3. Derajat III
Kerusakan jaringan permanen yang meliputi seluruh tebal kulit hingga jaringan
subkutis, otot, dan tulang. Tidak ada lagi elemen epitel dan tidak dijumpai bula,
kulit yang terbakar berwarna keabu-abuan pucat hingga warna hitam kering
(nekrotik). Terdapat eskar yang merupakan hasil koagulasi protein epidermis dan
dermis. Luka tidak nyeri dan hilang sensasi akibat kerusakan ujung-ujung saraf
sensoris. Penyembuhan lebih sulit karena tidak ada epitelisasi spontan. Perlu
dilakukan eksisi dini untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar derajat II
dalam dan luka bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutupan luka,

5
mencegah infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah komplikasi
sepsis, dan secara kosmetik lebih baik.

D. Patofisiologi
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan pembuluh
darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan permeabilitas ini
mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan intravaskular. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan terjadi akibat penguapan yang
berlebihan di derajat 1, penumpukan cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang
dari 20%, biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika
lebih dari 20% resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda seperti
gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan
produksi urin.4 kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44oC (111oF) relatif selama 6
jam sebelum mengalami cedera termal.

E. Fase luka bakar


1. Fase akut
Fase ini dimulai saat kejadian hingga penderita mendapatkan perawatan di IRD/
Unit luka bakar. Seperti penderita trauma lainnya, penderita luka bakar mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan
gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway dapat terjadi segera atau
beberapa saat seteah trauma, namun obstruksi jalan nafas akibat juga dapat terjadi
dalam 48-72 jam paska trauma. Cedera inhalasi pada luka bakar adalah penyebab
kematian utama di fase akut. Ganguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit akibat cedera termal berdampak sitemik hingga syok hipovolemik yang
berlanjut hingga keadaan hiperdinamik akibat instabilisasi sirkulasi.

2. Fase sub akut


Fase ini berlangsung setelah syok teratasi. Permasalahan pada fase ini adalah
proses inflamasi atau infeksi pada luka bakar,problem penutupan lukan, dan
keadaan hipermetabolisme.

6
3. Fase lanjut
Pada fase ini penderita dinyatakan sembuh, namun memerlukan kontrol rawat
jalan. Permasalahan pada fase ini adalah timbulnya penyulit seperti jaringan parut
yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas, dan adanya kontraktur.

F. Ukuran luas luka bakar


dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode
yaitu :
1. Rule of nine
a. Kepala dan leher : 9%
b. Dada depan dan belakang : 18%
c. Abdomen depan dan belakang : 18%
d. Tangan kanan dan kiri : 18%
e. Paha kanan dan kiri : 18 %
f. Kaki kanan dan kiri : 18 %
g. Genital :1%
2. Diagram

G. Penatalaksanan
1. Penderita luka bakar harus segera dijauhkan dari agens yang dapat
membakar,dandaerah kulit yang terkena harus segera di rendam dalam air dingin
untukmenghentikan kerusakan lebih lanjut. Pemberian es harus di hindari karena
dapatmenurunkan aliran darah ke daerah yang terkena dan memperburuk derajat
luka bakar. Pakaian yang dikenakan tidak boleh di lepas pada luka bakar serius,
karenamelepas luka bakar berarti melepas kulit.
2. Pemberian cairan intravena molekul makro dengan volume besar
sepertialbumin,dextran,dan glukosa, dapat men ingkatkan edema dsaerah yang
tidakterkena luka, tetapi tidak terjadi pada derah yang terkena.
3. Heparin dapat mempertahankan aliran darah pada daerah yang terkena tetapi dapat
juga menimbulkan edema.
4. Luka bakar derajat pertama dapat direndam dalam air dingin atau kompres
dingindan obat anti implamasi dalam waktu yang lama.
5. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial memerlukan balutan khusus
yangmerangsang pembelahan sel dan pertumbuhan.

7
6. Penatalaksanaan nyeri adalah tujuan utama terapi luka bakar. Peredaan nyeri
yangadekuat dapat menghilangkan trauma psikologis akibat luka bakar dan
sebagian bertahan seiring dengan penyembuhan kulit.

H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : Hb, ht, leucosit, gula darah, elektrolit,kreatinin, ureum, albumim,
hapusan luka, AGD.
2. Rontgen : foto torax
3. EKG
4. CVP : untuk mengetahui tekanan darah sentral, diperlukan pada luka bakar lebih
dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.

I. Komplikai
1. Kehilangan fungsi (luka bakar pada wajah, tangan, kaki, genitalia ).
2. Penyumbatan total sirkulasi dalam ekstremitas (akibat edema karena luka
bakaryang melingkar).
3. Obstruksi jalan nafas (luka bakar leher) atau ekspansi respirasi yang terbatas(luka
bakar pada dada).
4. Cedera paru (akibat inhalasi asap atau emboli paru).
5. Sindrom gawat napas dewasa (akibat dekompensasi jantung kiri atau
infarkmiokard).

J. penyembuhan luka meliputi 4 fase yaitu :


1. Fase Hemostasis adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan pada
saat terjadi trauma dan mencegah terjadinya perdarahan spontan yang
berkelanjutan.
2. fase Inflamasi atau peradangan, fase ini merupakan suatu respon perlindungan
oleh jaringan untuk mengeradikasi mikroorganisme penyebab jejas atau
membuang sel dan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh kerusakan sel.
3. fase terakhir yaitu fase remodeling. Tahap ini merupakan fase pematangan luka
yang terdiri atas penyerapan sel-sel radang, pembentukan kolagen lanjut,
penutupan dan penyerapan kembali pembuluh darah baru, pengerutan luka, dan
pemecahan kolagen berlebih. (Sinno, 2013)

8
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anemanesa
Nama:
Jenis kelamin :
Tanggal masuk RS:
Usia :
Alamat :
Agama :
Keluhan utama masuk RS:
Riwayat penyakit sekarang :
Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat penyakit keluarga :

2. Pemeriksaaan fisik :
 Primarry survey
airway:
breathing :
circulasi :
exposure :
 Secondary generalis
3. Hasil laboratorium :
4. Status luka bakar :

B. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit
2. Nyeri akut
3. Gangguan citra tubuh
4. Resiko infeksi
5. Ansietas

9
C. Intervensi

diagnosa noc Nic


Nyeri akut b.d Setelah di lakukan asuhan Pemberian analgesik
saraf yang terbuka. keperawatan selama 1X  Tentukan lokasi, karakteristik,
Kesembuhan luka 24 jam di harapkan nyeri kualitas dan keparahan nyeri
dan penanganan yang terasa segera sebelum mengobati pasien
luka bakar membaik dengan criteria  Pasien berperan serta dalam
hasil : pemilihan analgetik rute dan
1. Intensitas gejala dosis sesuaikebutuhan
ringan  Ajarkan penggunaan
2. Frekuensi gejala analgesic strategi untuk
ringan menurunkan efek amping dan
harapan terkait dalam
keputusan pengurangan nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter
apakah obat, dosis, rute
pemberian atu perubahan
interval di buthkan buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgesic
Gangguan citra Setelah dilakukan asuhan Peningkatan citra tubuh
tubuh b.d keperawatan selama 2X 24  Tentukan perubahan fisik
perubahan pada jam di harapkan gangguan saat ini apakah berkontribusi
penampilan tubuh citra tubuh pada klien dapat pada citra diri pasien
(trauma teratasi dengan criteria  Pasien dapat mengemukakan
hasil : pendapat jika terdapat
1. Dapat menyesuaikan perasaan tidak suka terhadap
perubahan terhadap karakteristik fisik khusus
tampilan fisik yang menciptakan disfungsi
2. Dapat menyesuaikan paralisis social untuk remaja
perubahan fungsi tubuh dengan resiko tinggi lain
3. Dapat menyesuaikan  Bantu pasien untuk
perubahan status mendiskusikan steresor yang

10
kesehatan mempengaruhi cirri diri
terkaitan kondisi congenital,
cedera, penyakit atau
pembedahan
 Identifikasi kelompok
pendukungng tersedia bagi
pasien
Kerusakan Setelah di lakukan asuhan Perawatan luka bakar
integritas kulit b.d keperawatan 1x24 jam  Persiapkan lingkungan yang
luka bakar kerusakan integritas kulit steril dan pertahankan
terbuka dapat teratasi dengan maksimum aseptic selama
kriteria hasil : keseluruhan proses
1. Kesembuhan area  Pastikan keadekuata asupan
luka bakar nutrisi dan ciaran
2. Perfusi jaringan  Diskusikan kepada pasien
uarea luka bakar atau keluarga pasien
membaik mengenai prosedur yang
haru di lakukan
 Diskusikan kepada dokter
obat apa yang akan di
berikan kepada pasien
Ansietas b.d Setelah di berikan asuhan Pengurangan kecemasan
perubahan pada keperawatan selama 1x30  Gunakan pendekatan yang
status kesehatan menit ansietas dapat tenang dan meyakinkan
dan pola interaksi teratasi dengan kriteria  Berada di sisi pasien untuk
hasil : meningkatkan rasa aman dan
1. Vital siggn dalam mengurangi ketakutan
batas normal  Dorong verbalisasi perasaan,
2. Postur tubuh , persepsi, dan ketakutan
expresi wajah,  Intrusikan pasien untuk
bahasa tubuh, dan menggunakan teknik
tingkat aktifitas relaksasi
menunjukan
berkurangnya

11
kecemasan
Noc : tingkat kecemasan
Resiko infeksi b.d Setelah di berikan asuhan Kontrol iinfeksi
hilangnya barier keperawatan selama 1x24  Bersihkan lingkungan
kulit dan jam resiko infeksi dapat dengan baik setelah
terganggunya teratasi dengan kriteria digunakan untuk setiap
respon imun hasil : pasien
1. klien bebas dari  akukan tindakan-tindakan
tanda dean gejala yang bersifat universal
infeksi  Pastikan penaganan aseptik
2. menunjukan dari saluran IV
kemampuan untuk  Ajarkan pasien dan keluarga
mencegah mengenai tanda dan gejala
timbulnya infeksi infeksi dan kapan harus
noc : kontrol resiko melaporkan kepada
penyedian perawatan
kesehatan

12
BAB III
JURNAL PENDUKUNG KASUS
1. Jurnal lokal
a. Judul jurnal : luka bakar sudut pandang dermatologi
Di dalam jurnal tersebut membahas tentang defenisi penyakit luka bakar,
patofisiolofi, fese luka bakar,luas luka bakar, derajat luka bakar sampai
penatalkasaan luka bakar.

b. Judul jurnal : Potensi Batang Pisang (Musa Pardisiaca L.) Dalam


Penyembuhan Luka Bakar
Luka bakar diklasifikasikan pada banyak penentu, salah satunya berdasarkan pada
dalamnya trauma pada lapisan kulit yaitu luka bakar derajat 1 (superficial burns),
derajat 2 (partial thickness burn), dan derajat 3 (full thickness burn). Proses
penyembuhan luka bakar bergantung terhadap kedalaman trauma, yang meliputi
proses inflamasi, proliferasi, dan proses pematangan atau remodeling (Tivari,
2012). Luka bakar tampak menjadi sebuah masalah serius apabila tidak bias
ditangani dengan tepat. Saat ini, ragam tanaman di Indonesia belum banyak
diketahui memliki khasiat dalam berbagai hal dibidang kesehatan. Salah satu
tanaman, yaitu Pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki khasiat dalam
menyembuhkan luka. Pisang merupakan salah satu dari berbagai macam buah
yang ada di Indonesia. Proses penyembuhan akibat luka bakar memiliki variasi
sesuai dengan klasifikasi berdasarkan kedalaman luka bakar. Pada luka bakar
proses penyembuhan luka meliputi 4 fase yaitu, fase hemostasis, fase inflamasi ,
fase proliferasi dan fase remodeling (Sinno, 2013). Hasil penelitian yang di
lakukan ternyata Ekstrak batang pohon pisang memiliki potensi dalam proses
penyembuhan luka bakar yaitu sebagai anti inflamasi, antibiotik dan memiliki
efek antioksidan kuat yang akan membantu dalam proses penyembuhan luka
bakar.

c. Judul jurnal : Pengaruh Binahong terhadap Luka Bakar Derajat II


pada jurnal ini membahas tentang pengaruh dauh binahong terhadap luka bakar
dderajat II. Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah
infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berpoliferasi dan
menutup permukaan luka

13
Penyembuhan luka melewati tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan
fase remodeling. Faktor yang bisa mengganggu dan menghambat proses
penyembuhan ini adalah infeksi. Salah satu tanaman yang sering digunakan
sebagai obat tradisional adalah Anredera cordifolia atau yang dikenal oleh
masyarakat disebut dengan nama Binahong. Binahong merupakan tanaman obat
dari dataran Tiongkok yang dikenal dengan nama asli dheng san chi. Seluruh
bagian tanaman Binahong dapat dimanfaatkan mulai dari akar (umbi), batang, dan
daunnya. Daun Binahong dipercaya berkhasiat untuk mencegah infeksi pada luka
bakar sehingga secara tidak langsung dapat mempercepat proses penyembuhan
luka bakar. Daun Binahong mengandung senyawa yaitu saponin, flavonoid,
alkaloid, polifenol, asam askorbat, asam oleanolik yang dapat membantu
menyembuhkan luka bakar derajat II.

d. Judul jurnal : analisis kerelasi waktu pemebrian resusitasi cairan terhadap


mortalitas pasien luka bakar berat fase emergency.
Luka bakar merupakan suatu jenis cedera traumatik yang paling berat
dibandingkan dengan jenis trauma lainnya dengan tingkat morbiditas dan
mortalitas yang tinggi (Dunne & Rawlins, 2014). Fase emergency dalam kasus
luka bakar merupakan fase yang sangat penting dan layak untuk mendapatkan
perhatian khusus, karena merupakan masa kritis bagi pasien yang mengalami luka
bakar berat (Dunne & Rawlins, 2014). Pada fase emergency tersebut dapat
menyebabkan beberapa komplikasi seperti syok kardiogenik, hipovelemik, dan
syok distributive yang dapat mengancam nyawa pasien (Snell, etal., 2013). Oleh
karena semua tindakan dalam fase emergency berpotensi untuk dapat
meningkatkan angka survival pasien khusunya tindakan pemberian resusitasi
cairan. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara waktu pemberian
resusitasi cairan terhadap mortalitas pasien luka bakar berat pada fase emergency.
Dan tenyata setelah di lakukan peelitian di temukan bahawa terdapat korelasi yang
signifikan antara waktu pemberian resusitasi cairan dengan mortalitas pasien luka
bakar berat pada fase emergency.

14
e. Judul jurnal : perbandingan efektifitas relaksasi nafas, terapi musik,
relaksasi nafas dalam, dan zikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan
pasien luka bakar yang di lakukan perawatan luka di RSUPD DR. Cipto
mangungkusumo.
Respon fisiologis terhadap nyeri berupa stimulasi simpatik (nyeri ringan, moderat, dan
superficial) stimulus parasimpatik (nyeri berat dan dalam). Gangguan fisik seperti nyeri
dapat mempengaruhi rasa nyaman pasien dan mengganggu proses penyembuhan luka
yang disebabkan oleh peningkatan kortisol (Nurachmah dkk, 2011). respon psikologis
pada pasien luka bakar yang mendapat terapi SEFT (Spiritual emotional freedom
technique) perasaan pasien menjadi lebih tenang nyaman, ikhlas dan pasrah, suka cita dan
nyeri berkurang, sedangkan respon fisiologisnya proses penyembuhan luka lebih baik dan
efektif. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa terapi musik dan relaksasi nafas dalam
dapat digunakan sebagai intervensi dalam mengatasi nyeri dan kecemasan. Setelah
beberapa hari dilakukan intervensi baik terapi musik dan nafas dalam maupun dzikir,
pasien telah memiliki kesiapan ketika akan memulai perawatan luka, sehingga perasaan
takut yang timbul menjadi lebih berkurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Musik dengan Relaksasi Nafas Dalam dan Dzikir
efektif terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang dilakukan
perawatan luka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

2. Jurnal internasional
a. Judul jurnal : Manajemen Luka Bakar
Perawatan utama dalam pasien luka bakar adalah perawatan saluran udara untuk
mengetahui Apakah intubasi diperlukan untuk mencegah obstruksi jalan nafas ,
kemudian pernapasan , dan sirkulasi untuk mengetahui tingkat keparahan luka
bakar dan cairan. Perawatan adalah hasil fungsional dan kosmetik yang
memungkinkan pasien merasa nyaman dan produktif saat kembali ke masyarakat.
Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memberikan prinsip dasar penatalaksanaan
yang mengarah pada hasil terbaik bagi pasien dengan luka bakar kecil atau besar.

b. Judul jurnal : Pendekatan dan terapi imunologis pada luka bakar


Kulit adalah salah satu organ terbesar tubuh yang menjalankan berbagai fungsi
termasuk imunologis, neurosensori dan metabolik, homeostasis air, dan
termoregulasi. Peran utama kulit adalah berfungsi sebagai pelindung terhadap
agresi lingkungan. Ketika penghalang ini rusak, patogen menyusup ke dalam

15
tubuh yang dapat menyebabkan infeksi. Setiap jenis luka bakar menentukan
respons penyembuhan luka yang terdiri dari tiga periode evolutif: Peradangan,
proliferasi, dan renovasi. Perbaikan luka tergantung pada proses neoangiogenesis,
aktivasi respon imun lokal dan adanya faktor pertumbuhan epidermal dan
fibroblast. Fibroblas dan sel lain mengisi ruang yang dibentuk oleh lesi, bersama
dengan pembuluh darah baru dan matriks ekstraseluler untuk membentuk jaringan
granulasi, di mana keratinosit akan bermigrasi, untuk mengembalikan integritas
kulit. keterlibatan sistem kekebalan dan peran sel kekebalan spesifik dalam
evolusi lesi jaringan pada luka bakar penting untuk memulihkan keseimbangan
kekebalan, untuk menemukan kemungkinan baru untuk mengobati lesi ini, dengan
penyembuhan luka yang efisien dan untuk mencegah timbulnya komplikasi.
Terapi luka bakar sulit dan kompleks, karena bertujuan, pertama, untuk
memodulasi intensitas dan durasi reaksi pro-inflamasi dan kemudian respon anti-
inflamasi. Tujuan manajemen yang tepat diwakili oleh penurunan fase inflamasi,
memperpendek evolusinya dan, pencegahan fibrosis, jaringan parut restriktif,
masing-masing gangguan fungsional terkait. Penelitian ilmiah ini berfokus pada
mekanisme dan perubahan mikroskopis proses inflamasi kulit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anggowarsito, jose L. 2014. Luka bakar sudut pandang dermatologi. Vol.2 No.2. 115-120
Ananta, Gusti Agung Putu Yogy Veda.2020. Potensi Batang Pisang (Musa Pardisiaca L.)
Dalam Penyembuhan Luka Bakar. Vol 11, No 1. 334-340
Larissa,ulima. Janar, wulan A. Prabowo, yudho A. 2017. Pengaruh Binahong terhadap Luka
Bakar Derajat II. Volume 7 Nomor 1. 130-134.
Laksmi,Ida Ayu Agung.2016.analisis korelasi waktu pemeberian resusitasi cairan terhadap
mortalitas pasien luka bakar berat fase emergency. Volume 5 nomor.11-14
Muliatin,tati.2017.perbandingan efektifitas relaksasi nafas, terapi musik, relaksasi nafas
dalam, dan zikir terhadap skala nyeri dan tingkat kecemasan pasien luka bakar yang di
lakukan perawatan luka di RSUPD DR. Cipto mangungkusumo.1-12
David G. Greenhalgh, MD. 2019. Menejemen luka bakar. 2349-2359
Nurarif,amir huda & kusuma, hardhi.2015.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & nanda nic-noc jilid 2.208-219.

17

Anda mungkin juga menyukai