Anda di halaman 1dari 16

1

MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DAN


MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS
DISUSUN OLEH
Pipip Tapipah Surtini

MAJELIS PENGAWAS NOTARIS :


Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri. Dalam melaksanDakan pengawasan tersebut
Menteri membentuk Majelis Pengawas Notaris (pasal 67 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang RI
nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI nomor 2 tahun 2014)

Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris (pasal 1 angka 6 Undang-undang RI
nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI nomor 2 tahun 2014 juncto
pasal 1 angka 3 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Majelis Pengawas Notaris berjumlah 9 (sembilan) orang terdiri atas unsur :


- Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang;
- Organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang dan
- Ahli atau akademisi sebanyak 3 (tiga) orang.
(pasal 67 ayat 3 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-
undang RI nomor 2 tahun 2014).

Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi pemerintah keanggotaan dalam Majelis
Pengawas diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh Menteri. Pengawasan meliputi perilaku Notaris
dan pelaksanaan jabatan notaris, ketentuan mengenai pengawasan berlaku bagi Notaris Pengganti
dan Pejabat Sementara Notaris (pasal 67 ayat 4, ayat 5 dan ayat 6 Undang-undang RI nomor 30
tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI nomor 2 tahun 2014).

Majelis Pengawas terdiri atas :


- Majelis Pengawas Daerah
- Majelis Pengawas Wilayah
- Majelis Pengawas Pusat
(Pasal 68 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004).

MAJELIS PENGAWAS DAERAH

Majelis Pengawas Daerah dibentuk di Kabupaten/ Kota. Keanggotaan Majelis Pengawas Daerah
terdiri atas unsur pemerintah, organisasi Notaris dan ahli atau akademisi. Dalam hal disuatu
kabupaten/ kota jumlah Notaris tidak sebanding dengan jumlah anggota Majelis Pengawas Daerah,
dapat dibentuk Majelis Pengawas Daerah gabungan untuk beberapa Kabupaten/ Kota. Ketua dan
Wakil Ketua Majelis Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh anggota untuk masa jabatan 3 (tiga)
2

tahun dan dapat diangkat kembali. Begitu juga untuk masa jabatan anggota Majelis Pengawas
Daerah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali. Majelis Pengawas Daerah dibantu
seorang sekretaris atau lebih yang ditunjuk dalam Rapat Majelis Pengawas Daerah (pasal 69
Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI nomor 2
tahun 2014).

Majelis Pengawas Daerah berwenang :


- Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris
atau pelanggaran pelaksanaan Jabatan Notaris;
- Melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 satu) kali dalam 1 (satu)
tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu;
- Memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan;
- Menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris yang bersangkutan;
- Menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol
Notaris yang telah berumur 25 (duapuluh lima) tahun atau lebih;
- Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara Protokol Notaris yang
diangkat sebagai Pejabat Negara;
- Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris
atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-undang Jabatan Notaris;
- Membuat dan menyampaikan laporan mengenai hal-hal tersebut diatas kepada Majelis
Pengawas Wilayah.
(pasal 70 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004).

Majelis Pengawas Daerah berkewajiban :


- Mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris dengan menyebutkan
tanggal pemeriksaan, jumlah akta serta jumlah surat dibawah tangan yang disahkan dan yang
dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir;
- Membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya kepada Majelis Pengawas Wilayah
setempat, dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris dan
Majelis Pengawas Pusat;
- Merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan;
- Menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain dari Notaris dan
merahasiakan;
- Memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan menyampaikan hasil pemeriksaan
tersebut kepada Majelis Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tigapuluh) hari, dengan
tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris yang bersangkutan, Majelis Pengawas
Pusat dan Organisasi Notaris;
- Menyampaikan permohonan banding terhadap keputusan penolakan cuti.
(pasal 71 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004).

MAJELIS PENGAWAS WILAYAH

Majelis Pengawas Wilayah dibentuk dan berkedudukan di ibukota provinsi. Majelis Pengawas
Wilayah terdiri atas unsur pemerintah, organisasi Notaris dan ahli atau akademisi. Ketua dan Wakil
Ketua Majelis Pengawas Wilayah dipilih dari dan oleh anggota. Masa jabatan Ketua, Wakil Ketua
dan anggota Majelis Pengawas Wilayah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali. Majelis
Pengawas Wilayah dibantu oleh seorang sekretaris atau lebih yang ditunjuk dalam Rapat Majelis
Pengawas Wilayah (pasal 72 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 ).
3

Pemeriksanaan dalam sidang Majelis Pengawas Wilayah bersifat tertutup untuk umum, Notaris
berhak untuk membela diri dalam pemeriksaan dalam sidang Majelis Pengawas Wilayah (pasal 74
Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004).

Majelis Pengawas Wilayah berwenang :


- Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan atas laporan
masyarakat yang dapat disampaikan melalui Majelis Pengawas Daerah;
- Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas laporan tersebut diatas;
- Memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun;
- Memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis Pengawas Daerah yang menolak cuti yang
diajukan oleh Notaris pelapor.
- Memberikan sanksi baik peringatan lisan maupun peringatan tertulis. Keputusan ini bersifat
final dan terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi dibuatkan berita acara.
- Mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada Majelis Pengawas Pusat berupa
Pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan atau Pemberhentian
dengan tidak hormat, dan terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi dibuatkan berita
acara.
(pasal 73 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI
nomor 2 tahun 2014).

Majelis Pengawas Wilayah berkewajiban :


- Menyampaikan keputusan mengenai hasil pemeriksaan atas laporan masyarakat, pemberian
izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun, pemeriksaan atas keputusan Majelis
Pengawas Daerah yang menolak cuti yang diajukan oleh Notaris pelapor, pemberian sanksi
baik peringatan lisan maupun peringatan tertulis dan pemberian sanksi berupa
Pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan atau Pemberhentian
dengan tidak hormat, sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat 1 huruf a, huruf c, huruf d,
huruf e dan huruf f tersebut diatas kepada Notaris ybs dengan tembusan kepada Majelis
Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris
- Menyampaikan pengajuan banding dari Notaris kepada Majelis Pengawas Pusat terhadap
penjatuhan sanksi dan penolakan cuti.
(pasal 75 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004)

MAJELIS PENGAWAS PUSAT

Majelis Pengawas Pusat dibentuk dan berkedudukan di ibukota Negara. Keanggotaan Majelis
Pengawas Pusat terdiri atas Pemerintah , Organisasi Notaris, Ahli atau akademisi. Ketua dan Wakil
Ketua Majelis Pengawas Pusat dipilih dari dan oleh anggota. Masa jabatan Ketua, Wakil Ketua dan
anggota Majelis Pengawas Pusat adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali. Majelis
Pengawas Pusat dibantu oleh seorang sekretaris atau lebih yang ditunjuk dalam Rapat Majelis
Pengawas Pusat (pasal 76 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004).

Pemeriksanaan dalam sidang Majelis Pengawas Pusat bersifat terbuka untuk umum. Notaris
berhak untuk membela diri dalam pemeriksaan sidang Majelis Pengawas Pusat (pasal 78 Undang-
undang RI nomor 30 tahun 2004).

Majelis Pengawas Pusat berwenang :


4

- Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan dalam tingkat banding
terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti ;
- Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan dan Notaris berhak untuk membela
diri dalam pemeriksaan sidang Majelis Pengawas Pusat;
- Menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara dan
- Mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat kepada Menteri.

Majelis Pengawas Pusat berkewajiban :


Menyampaikan keputusan dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti
kepada Menteri dan Notaris yang bersangkutan dengan tembusan kepada Majelis Pengawas
Wilayah dan Majelis Pengawas Daerah ybs serta Organisasi Notaris (pasal 79 Undang-undang RI
nomor 30 tahun 2004).

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian anggota, susunan
organisasi dan tata kerja, anggaran serta tata cara pemeriksaan Majelis Pengawas diatur dengan
Peraturan Menteri (pasal 81 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan
Undang-undang RI nomor 2 tahun 2014).

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI nomor 61 tahun 2016 mengatur tentang tata
cara penjatuhan sanksi administratif terhadap Notaris sebagai berikut :
- Sanksi Administratif adalah hukuman yang dijatuhkan oleh Pejabat yang berwenang kepada
Notaris karena melakukan pelanggaran yang diwajibkan atau memenuhi ketentuan yang
dilarang oleh peraturan perundang-undangan (pasal 1 angka 1 Permenhumham nomor 61
tahun 2016).
- Menteri berwenang menjatuhkan sanksi administratif kepada Notaris yang telah melakukan
pelanggaran atau kewajiban berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan (pasal 2
ayat 1 Permenhumham nomor 61 tahun 2016). Pelanggaran atau kewajiban administratif bagi
Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Pasal 16 ayat (11) dan ayat (13), Pasal
17 ayat (2), Pasal 19 ayat (4), Pasal 32 ayat (4), Pasal 37 ayat (2), Pasal 54 ayat (2), dan Pasal
65A Undang-Undang Jabatan Notaris (pasal 2 ayat 2 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).
- Sanksi adminstratif terdiri atas Peringatan tertulis, Pemberhentian sementara,
Pemberhentian dengan hormat, atau Pemberhentian dengan tidak hormat (pasal 3 ayat 1
Permenhumham nomor 61 tahun 2016).
- Penjatuhan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang mulai dari sanksi teringan sampai
sanksi terberat, namun dalam hal Notaris melakukan pelanggaran yang berat terhadap
kewajiban dan larangan jabatan dapat langsung dijatuhi sanksi administratif tanpa dilakukan
secara berjenjang (pasal 3 ayat 2 dan ayat 3 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).

- Tata Cara Penjatuhan Sanksi :


 Berdasarkan hasil pemeriksaan, dalam hal terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh
Terlapor, Majelis Pengawas Daerah memanggil Notaris yang bersangkutan (pasal 4 ayat 1
Permenhumham nomor 61 tahun 2016).
Terlapor adalah Notaris yang dilaporkan karena telah melakukan pelanggaran yang
diwajibkan atau memenuhi ketentuan yang dilarang oleh peraturan perundang undangan.
 Majelis Pengawas Daerah membuat berita acara pemeriksaan terhadap Terlapor dan
berita acara temuan hasil pemeriksaan protokol Notaris (pasal 4 ayat 2 Permenhumham
nomor 61 tahun 2016).
5

 Majelis Pengawas Daerah menyampaikan laporan kepada Majelis Pengawas Wilayah dan
Majelis Pengawas Wilayah melakukan pemeriksaan laporan tersebut (pasal 4 ayat 3 dan
ayat 4 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).

- Bentuk sanksi :

 Peringatan Tertulis :

Majelis Pengawas Wilayah dapat menjatuhkan sanksi peringatan tertulis kepada Notaris
dalam hal Notaris:
 tidak menjalankan jabatan secara nyata, menyampaikan berita acara sumpah/janji
jabatan Notaris kepada Menteri, Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas Daerah
serta tidak menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan paraf, serta
teraan cap atau stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri dan
pejabat lain yang bertanggung jawab di bidang pertanahan, Organisasai Notaris, Ketua
Pengadilan Negeri, Majelis Pengawas Daerah, serta Bupati/Walikota di tempat Notaris
diangkat sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris;
 tidak melakukan kewajibannya dalam menjalankan jabatannya sebagai Notaris sesuai
dengan ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf l Undang-Undang
Jabatan Notaris;
 melakukan larangan dalam menjalankan jabatannya sebagai Notaris sesuai dengan
ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris;
 mempunyai alamat kantor lebih dari satu, tempat kedudukan Pejabat Pembuat Akta
Tanah diluar tempat kedudukan Notaris dan menjalankan jabatannya secara berturut-
turut diluar tempat kedudukannya sesuai dengan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang
Jabatan Notaris;
 menjalankan cuti namun tidak menyerahkan Protokol Notaris kepada Notaris
Pengganti, Notaris Pengganti tidak menyerahkan kembali Protokol Notaris kepada
Notaris setelah cuti berakhir dan tidak membuat berita acara serah terima Protokol
Notaris sesuai dengan Pasal 32 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Jabatan
Notaris;
 tidak memberikan jasa hukum dibidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang
yang tidak mampu sesuai dengan ketentuan Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Jabatan
Notaris;
 memberikan, memperlihatkan atau memberitahukan isi Akta, Grosse Akta, Salinan
Akta dan Kutipan Akta kepada orang yang tidak berkepentingan langsung pada
pembuatan Akta sesuai dengan ketentuan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Jabatan
Notaris;
 tidak melakukan pembuatan, penyimpanan, dan penyerahan Protokol Notaris sesuai
dengan ketentuan Pasal 58 dan Pasal 59 Undang-Undang Jabatan Notaris.
(pasal 5 ayat 1 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).

Notaris yang melakukan pelanggaran tersebut diatas dikenakan sanksi tertulis pertama.
Apabila dalam waktu 14 (empat belas) Hari setelah dikenakan sanksi peringatan tertulis,
Notaris belum juga menyelesaikan masalahnya atau melakukan kesalahan lagi selain
kesalahan diatas dikenakan sanksi peringatan tertulis kedua (pasal 5 ayat 2 dan ayat 3
Permenhumham nomor 61 tahun 2016).
6

Apabila dalam waktu 14 (empat belas) Hari setelah dikenakan sanksi peringatan tertulis
kedua, Notaris belum juga menyelesaikan masalahnya atau melakukan kesalahan lagi
selain kesalahan diatas dilaksanakan sanksi peringatan tertulis ketiga (pasal 5 ayat 4
Permenhumham nomor 61 tahun 2016).

Bentuk keputusan pejabat yang berwenang tentang penjatuhan sanksi berupa peringatan
tertulis pertama, kedua, dan ketiga tercantum pada Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran
III Permenhumham nomor 61 tahun 2016 (pasal 5 ayat 5 Permenhumham nomor 61 tahun
2016).

 Pemberhentian sementara

Dalam hal kewajiban tersebut diatas tidak dipenuhi dalam waktu yang ditetapkan atau
melakukan kesalahan lain, Majelis Pengawas Wilayah Notaris dapat mengajukan usulan
pemberhentian sementara kepada Majelis Pengawas Pusat Notaris. Majelis Pengawas
Pusat Notaris melakukan pemeriksaan berdasarkan usulan pemberhentian sementara dan
berdasarkan hasil pemeriksaan menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara kepada
Notaris. Bentuk Keputusan Majelis Pengawas Pusat Notaris tentang pemberhentian
sementara tercantum pada Lampiran IV Permenhumham nomor 61 tahun 2016 (pasal 6
Permenhumham nomor 61 tahun 2016).

Pemberhentian sementara dijatuhkan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 6
(enam) bulan. Dalam keputusan pemberhentian sementara , Majelis Pengawas Pusat
Notaris menetapkan kewajiban yang harus dipenuhi Notaris selama menjalani masa
pemberhentian sementara (pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 Permenhumham nomor 61 tahun
2016).

 pemberhentian dengan hormat; atau pemberhentian dengan tidak hormat

Menteri dapat menjatuhkan sanksi administratif berupa pemberhentian dengan hormat


dan tidak hormat (pasal 10 ayat 1 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).

Dalam hal menjatuhkan sanksi administratif berupa pemberhentian dengan tidak hormat,
Menteri dapat menerima dan mempertimbangkan saran atau pendapat dari Majelis
Pengawas Notaris (pasal 11 Permenhumham nomor 61 tahun 2016). Pemberhentian
dengan tidak hormat diusulkan oleh Majelis Pengawas Pusat. Usulan tersebut
berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Pusat. (pasal 10 ayat 3
dan ayat 4 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).

Pemberhentian dengan tidak hormat dilakukan dalam hal:


 Notaris tidak menjalankan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Notaris sampai masa
pemberhentian sementara telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2); atau
 Notaris yang sedang menjalani masa pemberhentian sementara dan ternyata di
kemudian hari ditemukan melakukan pelanggaran lainnya yang diancam sanksi yang
sama; atau
 Notaris mendapat 3 (tiga) kali sanksi pemberhentian sementara selama periode 12
(dua belas) bulan.
(pasal 10 ayat 2 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).
7

Selain hal tersebut, dalam hal Notaris melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun dan telah diputus bersalah oleh pengadilan serta
memperoleh kekuatan hukum tetap, Menteri dapat menjatuhkan sanksi administratif
berupa pemberhentian dengan tidak hormat (pasal 13 Permenhumham nomor 61 tahun
2016).

- Penyerahan Protokol
 Notaris yang sedang menjalani masa pemberhentian sementara harus menyerahkan
protokol Notaris kepada Notaris lain sebagai pemegang protokol. Penunjukan Notaris
Pemegang Protokol ditetapkan oleh Menteri atas penunjukan Majelis Pengawas Daerah.
Penyerahan Protokol dilakukan di hadapan Majelis Pengawas Daerah Notaris dalam
jangka waktu 14 (empat belas) Hari terhitung sejak keputusan pemberhentian sementara
(pasal 8 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).
 Notaris yang telah selesai menjalani masa pemberhentian sementara dan telah
menyelesaikan kewajibannya, wajib melakukan serah terima protokol Notaris dari Notaris
Pemegang Protokol kepada Notaris yang bersangkutan dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari dengan penandatanganan berita acara serah terima
protokol. Setelah serah terima protokol , Notaris menyampaikan laporan kepada Menteri
yang disampaikan paling lama 14 (empat belas) Hari sejak serah terima dilakukan, dengan
ditembuskan kepada : Majelis Pengawas Pusat Notaris, Majelis Pengawas Wilayah
Notaris, Majelis Pengawas Daerah Notaris, dan Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia
(pasal 9 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).
Notaris yang diberhentikan dengan tidak hormat harus menyerahkan protokol Notaris
kepada Notaris lain sebagai pemegang protokol. Notaris Pemegang Protokol ditetapkan
oleh Menteri berdasarkan penunjukan Majelis Pengawas Daerah Notaris. Penyerahan
Protokol dilakukan di hadapan Majelis Pengawas Daerah Notaris dalam jangka waktu 14
(empat belas) hari terhitung sejak keputusan pemberhentian dengan tidak hormat
diterima (pasal 12 Permenhumham nomor 61 tahun 2016).

MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

PEMBENTUKAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

Semula pasal 66 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menyebutkan
antara lain bahwa untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim
dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang :
- Mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau
Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan
- Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang
dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

Kemudian pasal 66 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 tersebut diatas telah mengalami
beberapa kali perubahan yaitu :
8

- berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 49/PUU-X/2012 tanggal 28 Mei 2013


memutuskan bahwa Pasal 66 ayat 1 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 mengenai frasa
“dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah” dinyatakan tidak mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat.
Pertimbangan Hakim Mahkamah Konstitusi antara lain :
 Bahwa terhadap Notaris sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat 1 Undang-undang
Jabatan Notaris perlakuan yang berbeda dapat dibenarkan sepanjang perlakuan itu
berkaitan dengan tindakan dalam lingkup kode etik yaitu berkaitan dengan sikap, tingkah
laku, dan perbuatan Notaris dalam melaksanakan tugas yang berhubungan dengan
moralitas. Menurut Mahkamah perlakuan berbeda terhadap jabatan Notaris tersebut
diatur dan diberikan perlindungan dalam Kode Etik Notaris, sedangkan Notaris selaku
warga negara dalam proses penegakan hukum pada semua tahapan harus diperlukan
sama dihadapan hukum sebagaimana dimaksud dan dijamin oleh pasal 27 ayat 1 dan
pasal 28D ayat 3 UUD 1945. Oleh karena itu, keharusan persetujuan Majelis Pengawas
Daerah bertentangan dengan prinsip independensi dalam proses peradilan dan
bertentangan dengan kewajiban seorang notaris sebagai warga negara yang memiliki
kedudukan sama dihadapan hukum. Dengan cara demikian akan terhindarkan pula
adanya proses peradilan yang berlarut-larut yang mengakibatkan berlarut-larutnya pula
upaya penegakan keadilan yang pada akhirnya justru dapat menimbulkan pengingkaran
terhadap keadilan itu sendiri. Keadilan yang tertunda adalah keadilan yang tertolak
(“justice delayed justice denied”).
 Bahwa Mahkamah pada sisi lain juga memahami pentingnya menjaga wibawa seorang
notaris selaku pejabat umum yang harus dijaga kehormatannya sehingga diperlukan
perlakuan khusus dalam rangka menjaga harkat dan martabat notaris yang bersangkutan
dalam proses peradilan, termasuk terhadap notaris, diperlukan sikap kehati-hatian dari
penegak hukum dalam melakukan tindakan hukum, namun perlakuan demikian tidak
boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip negara hukum yang antara lain adalah
persamaan kedudukan dihadapan hukum dan prinsip indepedensi peradilan.

- Dengan keluarnya Undang-undang RI nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan Undang-undang


nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tersebut diatas, pasal 66 Undang-undang RI
nomor 30 tahun 2004 telah diubah menjadi sebagai berikut :
Bahwa untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan
persetujuan Majelis Kehormatan Notaris berwenang :
 Mengambil fotocopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta
atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris,
 Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta atau
Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris,
 Pengambilan fotocopi Minuta Akta atau surat-surat dibuat berita acara penyerahan,
 Majelis Kehormatan Notaris dalam waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari kerja terhitung
sejak diterimanya Surat Permintaan persetujuan wajib memberikan jawaban menerima
atau menolak permintaan persetujuan
 Dalam hal Majelis Kehormatan Notaris tidak memberikan jawaban dalam jangka waktu
tersebut, Majelis Kehormatan Notaris dianggap menerima permintaan persetujuan.

Berdasarkan pasal 66 A ayat 1 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan
Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2014 disebutkan bahwa dalam melaksanakan pembinaan,
Menteri membentuk Majelis Kehormatan Notaris. Sedangkan ketentuan mengenai tugas dan
9

fungsi , syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian , struktur organisasi, tata kerja, dan
anggaran Majelis Kehormatan Notaris diatur dengan Peraturan Menteri (pasal 66 A ayat 3 Undang-
undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI Nomor 2 tahun
2014).
Untuk melaksanakan ketentuan pasal 66 A ayat 3 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang
telah diubah dengan Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2014 tersebut diatas, telah dikeluarkan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI nomor 7 tahun 2016 tentang Majelis
Kehormatan Notaris, yang selanjutnya disebut Permenhumham nomor 7 tahun 2016.

PENGERTIAN DAN MASA JABATAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

Majelis Kehormatan Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan pembinaan Notaris dan kewajiban memberikan persetujuan atau penolakan untuk
kepentingan penyidikan dan proses peradilan, atas pengambilan fotokopi Minuta Akta dan
pemanggilan Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan Akta atau Protokol
Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris (pasal 1 angka 1 Permenhumham nomor 7 tahun
2016).

Masa Jabatan Majelis Kehormatan Notaris selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali (pasal
5 ayat 4 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

YANG MEMBANTU DALAM PELAKSANAAN TUGAS MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

Dalam melaksanakan tugasnya Majelis Kehormatan Notaris dibantu oleh majelis pemeriksa dan
sekretariat Majelis Kehormatan Notaris (pasal 12 dan pasal 14 ayat 1 Permenhumham nomor 7
tahun 2016).
Majelis pemeriksa bertugas untuk melakukan pemeriksaan dan majelis pemeriksa dibantu oleh 1
(satu) orang sekretaris (pasal 13 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

Pasal 66 A ayat 2 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-
undang RI Nomor 2 tahun 2014 menyebutkan bahwa Majelis Kehormatan Notaris berjumlah 7
(tujuh) orang yang terdiri atas unsur :
- Notaris sebanyak 3 (tiga) orang
- Pemerintah sebanyak 2 (dua) orang
- Ahli atau akademisi sebanyak 2 (dua) orang

Persyaratan untuk diangkat menjadi anggota Majelis Kehormatan Notaris sebagai berikut :
- Anggota Majelis Kehormatan Notaris dari unsur notaris harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
 Berkewarganegaraan Indonesia
 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Berpendidikan paling rendah sarjana hukum
 Sehat jasmani dan rohani
 Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
10

 Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
 Tidak dalam keadaan pailit.
 Berpengalaman dalam bidang hukum paling singkat 3 (tiga) tahun
(pasal 5 ayat 1 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

- Anggota Majelis Kehormatan Notaris dari unsur ahli atau akademisi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
 Berkewarganegaraan Indonesia
 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Berpendidikan paling rendah sarjana hukum
 Sehat jasmani dan rohani
 Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
 Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
 Tidak dalam keadaan pailit
 Berpengalaman dalam bidang hukum paling singkat 3 (tiga) tahun
 Bukan merupakan advokat atau penasehat hukum.
(pasal 5 ayat 2 Permenhumham nomor 7 tahun 2016)

- Persyaratan tersebut diatas harus dibuktikan dengan melampirkan dokumen sbb :


 Fotokopi kartu tanda penduduk atau tanda bukti diri lain yang sah.
 Fotokopi ijazah sarjana hukum yang disahkan oleh fakultas hukum atau perguruan tinggi
yang bersangkutan.
 Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter rumah sakit pemerintah.
 Surat pernyataan tidak pernah dihukum.
 Surat pernyataan tidak pernah pailit dan
 Daftar riwayat hidup yang dilekatkan pasfoto berwarna terbaru.
(pasal 5 ayat 3 Permenhumham nomor 7 tahun 2016)

Setelah anggota Majelis Kehormatan Notaris diangkat, kemudian melaksanakan sumpah /janji
jabatan sebagai berikut :
- Ketua, wakil ketua dan anggota Majelis Kehormatan Notaris sebelum melaksanakan tugasnya
mengucapkan sumpah/janji jabatan di hadapan pejabat yang mengangkatnya.
- Pengucapan sumpah/ janji jabatan dimaksud dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 30
(tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan pengangkatan sebagai ketua, wakil ketua
dan anggota Majelis Kehormatan Notaris ditetapkan.
(pasal 8 ayat 1 dan ayat 2 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Anggota Majelis Kehormatan Notaris diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena :
- Meninggal dunia
- Telah berakhir masa jabatannya
- Permintaan sendiri
- Pindah wilayah kerja
- Tidak menghadiri rapat dan/atau sidang Majelis Kehormatan Notaris sebanyal 3 (tiga) kali
berturut-turut atau 6 (enam) kali tidak berturut-turut dalam masa 1 (satu) jabatan.
- Kehilangan kewarganegaraan Indonesia.
- Tidak sehat jasmani dan/atau rohani; dan/atau
- Dinyatakan pailit.
11

(pasal 9 ayat 1 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Anggota Majelis Kehormatan Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya karena :
- Dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dengan ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
- Melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan dan
- Telah melanggar sumpah jabatan.
(pasal 9 ayat 2 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Anggota Majelis Kehormatan Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena diduga
melakukan tindak pidana dan ditetapkan sebagai tersangka atau terdakwa sampai dikeluarkannya
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (pasal 9 ayat 3
Permemhumham nomor 7 tahun 2016).

Anggota Majelis Kehormatan Notaris yang berasal dari unsur Notaris karena hukum berhenti
sebagai anggota Majelis Kehormatan Notaris dalam hal Notaris yang bersangkutan diberhentikan
sementara dari jabatannya selaku Notaris berdasarkan ketentuan pasal 9 Undang-undang Jabatan
Notaris atau yang bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya selaku Notaris
berdasarkan ketentuan pasal 12 Undang-undang Jabatan Notaris (pasal 10 Permenhumham nomor
7 tahun 2016).

Dalam hal terjadi kekosongan anggota Majelis kehormatan Notaris karena terjadi pemberhentian
dengan hormat atau tidak dengan hormat , Menteri atau Direktur Jenderal Administrasi Hukum
Umum dapat meminta kepada masing-masing unsur untuk mengajukan calon anggota sebagai
pengganti antar waktu anggota yang diberhentikan, dengan ketentuan tetap memperhatikan
persyaratan pengangkatan sebagai anggota Majelis Kehormatan Notaris tersebut diatas.
Masa Jabatan anggota pengganti antar waktu disesuaikan dengan sisa masa jabatan anggota yang
digantikan (Pasal 11 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERDIRI ATAS :

1. MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS PUSAT

Majelis Kehormatan Notaris Pusat dibentuk oleh Menteri dan berkedudukan di ibukota Negara
Republik Indonesia. Majelis Kehormatan Notaris Pusat terdiri atas unsur :
- Pemerintah,
- Notaris ,
- ahli atau akademisi.
(pasal 2 ayat 1 huruf a, ayat 2 dan pasal 3 ayat 1 permemhumham nomor 7 tahun 2016).

Majelis Kehormatan Notaris Pusat beranggotakan 7 (tujuh) orang terdiri atas :


- 1 (satu) orang ketua,
- 1 (satu) orang wakil ketua dan
- 5 (lima ) orang anggota.
(pasal 3 ayat 2 permemhumham nomor 7 tahun 2016).

Ketua dan wakil Ketua Majelis Kehormatan Notaris Pusat harus berasal dari unsur yang berbeda
dan dipilih dari dan oleh anggota Majelis Kehormatan Notaris Pusat yang dilakukan secara
12

musyawarah. Apabila pemilihan secara musyawarah tidak mencapai kata sepakat, pemilihan ketua
dan wakil ketua Majelis Kehormatan Notaris Pusat dilakukan dengan cara pemungutan suara
(pasal 3 ayat 3 , ayat 4 dan ayat 5 permemhumham nomor 7 tahun 2016).

Pengusulan anggota Majelis Kehormatan Notaris Pusat yang akan diangkat sebagai berikut :
- Unsur pemerintah diajukan oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum atau pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri sebanyak 2 (dua) orang.
- Unsur Notaris diajukan oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia sebanyak 3 (tiga) orang.
Ketua dan anggota Majelis Kehormatan Notaris Pusat dapat diusulkan dan dirangkap oleh
Ketua dan anggota Majelis Pengawas Pusat Notaris.
- Unsur ahli atau akademisi diajukan oleh Dekan Fakultas Hukum perguruan tinggi negeri yang
menyelenggarakan Program Magister Kenotariatan sebanyak 2 (dua) orang.
- Usulan diajukan oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum kepada Menteri dalam
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal surat pengusulan diterima. Jika
Menteri menyetujui, maka Menteri menetapkan anggota Majelis Kehormatan Notaris Pusat
dalam jangka waktu paling lama 20 (duapuluh) hari terhitung sejak tanggal usulan diterima.
(pasal 6 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Majelis Kehormatan Notaris Pusat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan terhadap Majelis
Kehormatan Wilayah yang berkaitan dengan tugasnya (pasal 17 ayat 1 permenhumham nomor 7
tahun 2016).

Dalam melaksanakan tugas tersebut Majelis Kehormatan Notaris Pusat mempunyai fungsi
melakukan pengawasan terhadap Majelis Kehormatan Wilayah (pasal 17 ayat 2 permenhumham
nomor 7 tahun 2016).

Majelis Kehormatan Notaris Pusat dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut berdasarkan
persetujuan Ketua Majelis Kehormatan Pusat (pasal 19 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

2. MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS WILAYAH.

Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dibentuk oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum
atas nama Menteri dan berkedudukan di ibukota Provinsi. Majelis Kehormatan Notaris Wilayah
terdiri atas unsur :
- Pemerintah,
- Notaris ,
- ahli atau akademisi.
(pasal 2 ayat 1 huruf b, ayat 3, pasal 4 ayat 1 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Majelis Kehormatan Notaris Wilayah beranggotakan 7 (tujuh) orang terdiri atas :


- 1 (satu) orang ketua,
- 1 (satu) orang wakil ketua,
- 5 (lima ) orang anggota.
(pasal 4 ayat 2 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Ketua dan wakil Ketua Majelis Kehormatan Notaris Wilayah harus berasal dari unsur yang berbeda
dan dipilih dari dan oleh anggota Majelis Kehormatan Notaris Wilayah yang dilakukan secara
musyawarah. Apabila pemilihan secara musyawarah tidak mencapai kata sepakat, pemilihan ketua
13

dan wakil ketua Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dilakukan dengan cara pemungutan suara
(pasal 4 ayat 3, ayat 4 dan ayat 5 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Pengusulan anggota Majelis Kehormatan Notaris Wilayah yang akan diangkat sebagai berikut :
- Unsur pemerintah diajukan oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenhumham sebanyak 2 (dua)
orang.
- Unsur Notaris diajukan oleh Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia sebanyak 3 (tiga)
orang. Ketua dan anggota Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dapat diusulkan dan dirangkap
oleh Ketua dan anggota Majelis Pengawas Wilayah Notaris.
- Unsur ahli atau akademisi diajukan oleh Dekan Fakultas Hukum perguruan tinggi negeri pada
wilayah propinsi tersebut sebanyak 2 (dua) orang.
- Kepala Kantor Wilayah Kemenhumham menyampaikan usulan kepada Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal surat
pengusulan diterima. Jika disetujui, maka Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum atas
nama Menteri menetapkan anggota Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dalam jangka waktu
paling lama 20 (duapuluh) hari terhitung sejak tanggal usulan diterima.
(pasal 7 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Majelis Kehormatan Notaris Wilayah mempunyai tugas :


- melakukan pemeriksaan terhadap permohonan yang diajukan penyidik, penuntut umum, dan
hakim
- memberikan persetujuan pemanggilan Notaris untuk hadir dalam penyidikan, penuntutan dan
proses peradilan.
(pasal 18 ayat 1 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Dalam melaksanakan tugas tersebut Majelis Kehormatan Notaris Wilayah mempunyai fungsi
melakukan pembinaan dalam rangka :
- menjaga martabat dan kehormatan Notaris dalam menjalankan profesi jabatannya dan
- memberikan perlindungan kepada Notaris terkait dengan kewajiban Notaris untuk
merahasiakan isi akta.
(pasal 18 ayat 2 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Majelis Kehormatan Notaris Wilayah berdasarkan keputusan rapat Majelis Kehormatan Notaris
Wilayah mempunyai kewenangan meliputi :
- Pemeriksaan terhadap Notaris yang dimintakan persetujuan kepada Majelis Kehormatan
Notaris Wilayah oleh penyidik, penuntut umum atau hakim.
- Pemberian persetujuan atau penolakan terhadap permintaan persetujuan pengambilan
fotokopi minuta akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol
Notaris dalam penyimpanan Notaris.
- Pemberian persetujuan atau penolakan terhadap permintaan persetujuan pemanggilan
Notaris untuk hadir dalam penyidikan, penuntutan dan proses peradilan yang berkaitan
dengan akta atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.
(pasal 20 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Notaris, Ketua Majelis Kehormatan Notaris Wilayah
membentuk majelis pemeriksa sebagai berikut :
- Majelis pemeriksa beranggotakan 3 (tiga) orang yang terdiri atas 1 (satu) orang Ketua
merangkap anggota dan 2 (dua) orang anggota dari setiap unsur anggota Majelis Kehormatan
14

Notaris Wilayah, serta dibantu oleh 1 (satu) sekretaris (pasal 21 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3
Permenhumham nomor 7 tahun 2016).
- Majelis pemeriksa dibentuk dalam waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal laporan
diterima atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris diajukan kepada
Ketua Majelis Kehormatan Notaris Wilayah sesuai dengan wilayah kerja Notaris yang
bersangkutan (pasal 21 ayat 4 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).
- Majelis pemeriksa berwenang memeriksa dan memberikan persetujuan atau penolakan
terhadap permintaan penyidik, penuntut umum, atau hakim terkait pengambilan fotokopi
minuta akta dan surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta dan/atau protokol Notaris
dalam penyimpanan Notaris dan pemanggilan Notaris. Setiap hasil pemeriksaan dilaporkan
kepada Ketua Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dan Ketua Majelis Kehormatan Notaris
Wilayah wajib mengirim laporan setiap bulan kepada Ketua Majelis Kehormatan Notaris Pusat
(pasal 21 ayat 5, ayat 6 dan ayat 7 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).
- Majelis pemeriksa wajib menolak untuk memeriksa Notaris yang mempunyai hubungan
perkawinan atau hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan/atau keatas
tanpa pembatatasan derajat, serta dalam garis kesamping sampai derajat ketiga. Dalam hal
terjadi demikian, Ketua Majelis Kehormatan Notaris Wilayah menunjuk penggantinya (pasal
22 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).
-
Tata Cara :

- Pihak penyidik, penuntut umum, atau hakim mengajukan permohonan sebagai berikut :
 Permohonan persetujuan pengambilan minuta akta atau protokol Notaris dan
pemanggilan Notaris oleh pihak penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk hadir dalam
pemeriksaan yang terkait dengan akta atau protokol Notaris yang berada dalam
penyimpanan Notaris diajukan kepada Ketua Majelis Kehormatan Notaris Wilayah sesuai
dengan wilayah kerja Notaris yang bersangkutan.
 Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan tembusan
disampaikan kepada Notaris yang bersangkutan. Permohonan harus memuat paling
sedikit : nama Notaris, alamat kantor Notaris, nomor akta dan/atau surat yang dilekatkan
pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris dan pokok perkara
yang disangkakan.
 Ketua Majelis Kehormatan Wilayah wajib memberikan jawaban berupa persetujuan atau
penolakan terhadap permohonan tersebut dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan. Apabila dalam jangka waktu
terlampaui, dianggap Majelis Kehormatan Notaris Wilayah menerima permintaan
persetujuan.
(pasal 23 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

- Pemanggilan terhadap Notaris oleh Majelis pemeriksa sebagai berikut :


 Berdasarkan permohonan dari penyidik, penuntut umum atau hakim, majelis pemeriksa
berwenang melakukan pemanggilan terhadap Notaris.
 Pemanggilan tersebut dilakukan melalui surat yang ditandatangani oleh Ketua Majelis
Kehormatan Notaris Wilayah. Dalam keadaan mendesak pemanggilan dapat dilakukan
melalui faksiili dan/atau surat elektronik yang segera disusul dengan surat pemanggilan.
 Pemanggilan dilakukan dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari sebelum pemeriksaan
dilakukan.
15

 Notaris wajib hadir memenuhi panggilan dan tidak boleh diwakili. Dalam hal Notaris tidak
hadir setelah dipanggil secara berturut-turut , majelis pemeriksa dapat mengambil
keputusan terhadap permintaan penyidik, penuntut umum, atau Hakim tersebut.
(pasal 24 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

- Keputusan Majelis Pemeriksa sebagai berikut :


 Majelis pemeriksa memberikan persetujuan atau penolakan setelah mendengar
keterangan langsung dari Notaris yang bersangkutan. Keterangan tersebut dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan.
 Apabila Majelis pemeriksa memberikan persetujuan atas permohonan penyidik, penuntut
umum atau hakim tersebut, Notaris wajib Memberikan / menyerahkan fotokopi minuta
akta dan/atau surat surat yang diperlukan kepada penyidik, penuntut umum, atau Hakim,
dan dengan dibuatkan berita acara penyerahan yang ditandatangani oleh Notaris dan
penyidik, penuntut umum atau Hakim dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.
 Pengambilan minuta akta dan/atau surat-surat Notaris dalam penyimpanan Notaris
tersebut diatas dilakukan dalam hal :
 Adanya dugaan tindak pidana yang berkaitan dengan minuta akta dan/atau surat –
surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan
Notaris.
 Belum gugur hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang daluwarsa dalam
peraturan perundang-undangan dibidang hukum pidana.
 Adanya penyangkalan keabsahan tanda tangan dari salah satu pihak atau lebih.
 Adanya dugaan pengurangan atau penambahan atas minuta akta, atau
 Adanya dugaan Notaris melakukan pemunduran tanggal (antidatum).
(pasal 25 dan pasal 26 permenhumham nomor 7 tahun 2016).

 Pemberian persetujuan kepada penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk kepentingan
proses peradilan dalam pemanggilan Notaris, dilakukan dengan syarat :
 Adanya dugaan tindak pidana yang berkaitan dengan minuta akta dan/atau surat-
surat Notaris dalam penyimpanan Notaris.
 Belum gugur hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang daluwarsa dalam
peraturan perundang-undangan dibidang hukum pidana.
 Adanya penyangkalan keabsahan tanda tangan dari salah satu pihak atau lebih.
 Adanya dugaan pengurangan atau penambahan atas minuta akta, atau
 Adanya dugaan Notaris melakukan pemunduran tanggal (antidatum).
(pasal 27 ayat 1 permenhumham nomor 7 tahun 2016).
- Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dapat mendampingi Notaris dalam proses pemeriksaan
dihadapan penyidik (pasal 27 ayat 2 Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

SEKRETARIAT MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris terdiri dari :

a. Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris Pusat

- Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris Pusat mempunyai tugas melakukan pembinaan


administrasi, sumber daya manusia, anggaran dan sarana dan prasarana.
16

- Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris harus mempunyai kantor dalam wilayah kerja
Majelis Kehormatan Notaris, dan tempat kedudukan kantor Sekretariat Majelis
Kehormatan Notaris Pusat berada di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
- Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris Pusat dipimpin oleh 1 (satu) orang sekretaris yang
diangkat oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum.
- Untuk dapat diangkat sebagai sekretaris Majelis Kehormatan Notaris Pusat harus
memenuhi persyaratan yaitu berasal dari unsur Pemerintah yang mempunyai golongan
ruang paling rendah III /d.
- Sekertaris Majelis Kehormatan Notaris Pusat berwenang mengusulkan pengangkatan staf
sekretariat sesuai dengan kebutuhan kepada Direktur Jenderal Administrasi Hukum
Umum.
(pasal 14 ayat 1 , ayat 2, ayat 4, ayat 5 huruf a , pasal 15 ayat 1 , ayat 2, dan pasal 16
Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

b. Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris Wilayah

- Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris Wilayah mempunyai tugas memberikan dukungan


administrasi, teknis pemeriksaan dan penyusunan program kerja, anggaran, dan laporan
kepada Majelis Kehormatan Notaris.
- Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris Wilayah harus mempunyai kantor dalam wilayah
kerja Majelis Kehormatan Notaris dan tempat kedudukan kantor sekretariat Majelis
Kehormatan Notaris Wilayah berada di kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI.
- Sekretariat Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dipimpin oleh 1 (satu) orang sekretaris
yang diangkat oleh Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
- Untuk dapat diangkat sebagai sekretaris Majelis Kehormatan Notaris Wilayah harus
memenuhi persyaratan yaitu berasal dari unsur Pemerintah yang mempunyai golongan
ruang paling rendah III /b.
- Sekertaris Majelis Kehormatan Notaris Wilayah berwenang mengusulkan pengangkatan
staf sekretariat sesuai dengan kebutuhan kepada Kepala Kantor Wilayah Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
(pasal 14 ayat 1 , ayat 3, ayat 4, ayat 5 huruf b, pasal 15 ayat 1, ayat 3 dan pasal 16
Permenhumham nomor 7 tahun 2016).

---- ooooo -----

Anda mungkin juga menyukai