Anda di halaman 1dari 3

Nama : Thahtia Rahma

NIM : 180140069

Kelas : A2

MK : Teknik Reaksi Kimia I

Tanggal : 27 Oktober 2020

Judul Jurnal : KINETIKA REAKSI PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI

SABUT SIWALAN DENGAN OKSIDATOR H2O2

Penulis : Retno Dewati

Ringkasan

Kinetika reaksi adalah suatu cabang dari ilmu kimia yang mempelajari tentang
mekanisme reaksi yaitu bagaimana reaksi itu terjadi dan kecepatan terjadinya reaksi.,
Pada jurnal ini dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi
oksidasi sabut siwalan menjadi asam oksalat dengan menggunakan peroksid pada
tekanan satu atmosfer secara batch. Kinetika rekasi dapat diterapkan pada pembuatan
asam oksalat dari sabut siwalan. Siwalan atau yang dikenal dengan nama lontar
sejenis palma yang tumbuh di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sabut siwalan yang
merupakan salah satu dari sekian banyak limbah pertanian yang mengandung
selulose, hemiselulose, lignin, karbohidrat, air dan abu dengan pesentase selulose
yang cukup tinggi, yaitu 89,2%. Salah satu cara untuk membuat sabut siwalan
memiliki nilai jual yang tinggi adalah dengan mengolah sabut siwalan tersebut
menjadi asam oksalat. Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus
H₂C₂O₄ dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam oksalat memiliki struktur
kristal anhidrous, berbentuk piramida rombik, tidak berbau, higioskopis, dan
berwarna putih. Sebagaimana asam-asam organik yang lain asam oksalat juga
mengalarni reaksi penggaraman dengan basa dan esterifikiasi dengan alkohol. Dalam
membuat asam oksalat dari selulosa terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
yaitu peleburan dengan hidroksida logam alkali, peragian dan oksidasi dengan
peroksid. Dalam membuat asam oksalat berbahan baku sabut siwalan dilakukan
dengan proses oksidasi. Proses oksidasi dengan menggunakan peroksida sebagai
perantara hasilnya cukup baik dan hasil samping yang ditimbulkan tidak berbahaya.
Peroksida dengan rumus bangun HOOH merupakan larutan tidak berwama dan dapat
larut dalam air dan alkohol, serta merupakan zat pengoksidasi yang baik. Sebelum
dilakukan proses oksidasi, selulose dihidrolisis lebih dahulu dalam suasana basa.
Tujuannya supaya pori-pori selulose mengembang dan hancur, sehingga mudah
bereaksi dengan peroksid. Asam oksalat yang dihasilkan dalam proses oksidasi ini
merupakan larutan tidak berwarna, dan apabila diproses lebih lanjut dengan cara
pengeringan akan menghasilkan kristal yang tidak berwarna. Dalam industry, asam
okslaat banyak digunakan sebagai bahan pembuat seluloid, rayon, bahan peledak,
penyamakan kulit, pemurnian gliserol dan pembuatan zat warna. Selain itu asam
oksalat juga dapat digunakan sebagai pembersih peralatan dari besi, katalis, reagen
laboratorium. Ada bebrapa factor yang mempengaruhi proses oksidasi dengan
peroksid antara lain suhu reaksi, waktu reaksi, konsentrasi pereaksi dan kecepatan
pengadukan. Semakin tinggi suhu dan waktu reaksi untuk proses oksidasi maka
semakin besar konversi selulosa menjadi asam oksalat. Dari beberapa hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, konversi selulosa terbesar menjadi asam oksalat
pada waktu oksidasi yang optimum yakni 50 menit, begitu juga jumlah peroksid yang
ditambahkan dapat mempengaruhi proses oksidasi. Jika peroksid yang ditambahkan
semakin besar maka makin besar pula konversi selulosa menjadi asam oksalat. Untuk
membuat asam oksalat dari sabut siwalan dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama
yang dilakukan adalah hidrolisis sabut siwalan menjadi glukosa. Pada tahap ini sabut
dari siwalan yang telah dikeringkan dalam oven (pada suhu 80°C selama 10 menit),
ditambah dengan NaOH 10 % lalu dipanaskan selama 60 menit (dengan pengadukan
1000 rpm) sehingga didapatkan larutan selulose yang kemudian dihidrolisis selama
55 menit. Hasil hidrolisis adalah larutan glukosa. Pada tahap yang ke dua, larutan
glukosa dari hasil hidrolisa dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan ditambah 25 ml
larutan peroksida dengan suhu dan waktu sesuai variabel. Selama proses oksidasi
akan terbentuk asam oksalat yang kemudian dianalisa kadarnya. Pembuatan asam
oksalat ini dilakukan pada suhu 40ºC, 50ºC, 60ºC, 70ºC dan 80ºC dalam variasi
waktu yaitu 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan 60 menit. Hasil penelitian
dalam pembuatan asam oksalat dari sabut siwalan didapat bahwa semakin tinggi suhu
oksidasi maka konversi glukosa menjadi asam oksalat akan bertambah. Semakin
lamanya waktu oksidasi, maka konversi pembentukan glukosa menjadi asam oksalat
juga akan bertambah. Dari hasil penelitian ini didapatkan harga % kesalahan rata-rata
adalah 6,5 %. Dengan % kesalahan < 10 %, maka reaksi pembuatan asam oksalat dari
larutan glukosa (hidrolisa larutan selulosa yang berasal dari sabut siwalan) mengikuti
orde 3, 4.

Anda mungkin juga menyukai