Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Tugas disusun untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah


Keperawatan Komunitas II

Dosen : Ns. Asmadi, M.Kep., Sp. Kom

Disusun oleh :

1. Andriani Regita (CKR0180228)


2. Atin Liyatin (CKR0180229)
3. Dayuni (CKR0180230)
4. Diah Komalasari F.R (CKR0180231)
5. Dova Sintia (CKR0180232)
6. Fathkhah Maulidah H.Z (CKR0180236)
7. Hilman Rizqi (CKR0180238)
8. Rizki Amaliyah A.F (CKR0180254)

KELAS B SEMESTER VI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS 2 STIKKU RS. CIREMAI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan kami limpahan rahmat sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah tentang “Kesehatan Reproduksi Remaja” ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Komunitas II dengan baik.

Dalam penyusunannya, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Bapak Ns. Asmadi,
M.Kep., Sp.Kom yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna,
karena itulah kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat kami
harapkan.

Cirebon, 14 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3. Tujuan....................................................................................................................................2
1.4. Manfaat..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2. 1. Uraian Teori...........................................................................................................................3
2. 2. Data Kasus Kesehatan Reproduksi Pada Remaja...................................................................6
2. 3. Identifikasi Faktor Penyebab Kesehatan Reproduksi Remaja................................................6
2. 4. Program Prevensi Kesehatan Reproduksi Remaja.................................................................7
2.5. Peranan Perawat Dalam Penanganan Kesehatan Reproduksi Remaja....................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................9
3.2. Saran......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Definisi mengenai remaja ternyata mempunyai beberapa versi sesuai dengan
karakteristik biologis ataupun sesuai dengan kebutuhan penggolongannya. Pada
umumnya remaja didefinisikan sebagai masaperalihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah
12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia
tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi
remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke
dalam kelompok remaja.
Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa yang
melibatkan perubahan berbagai aspek seperti biologis, psikologis, dan sosial-budaya.
WHO mendefinisikan remaja sebagai perkembangan dari saat timbulnya tanda seks
sekunder hingga tercapainya maturasi seksual dan reproduksi, suatu proses pencapaian
mental dan identitas dewasa, serta peralihan dari ketergantungan sosioekonomi menjadi
mandiri. Secara biologis, saat seorang anak mengalami pubertas dianggap sebagai
indikator awal masa remaja. Namun karena tidak adanya petanda biologis yang berarti
untuk menandai berakhirnya masa remaja, maka faktor-faktor sosial, seperti pernikahan,
biasanya digunakan sebagai petanda untuk memasuki masa dewasa.
Rentang usia remaja bervariasi bergantung pada budaya dan tujuan penggunaannya.
Di Indonesia berbagai studi pada kesehatan reproduksi remaja mendefinisikan remaja
sebagai orang muda berusia 15-24 tahun. Sedangkan menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) remaja berusia 10-24 tahun. Sementara Departemen
Kesehatan dalam program kerjanya menjelaskan bahwa remaja adalah usia 10-19 tahun.
Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menganggap remaja adalah mereka yang
belum menikah dan berusia antara 13-16 tahun, atau mereka yang bersekolah di sekolah
menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan reproduksi, kesehatan reproduksi dan kesehatan
reproduksi remaja?
2) Apa saja penanganan dalam aspek sosial yang menunjang penanganan reproduksi?

1
3) Bagaiamana data kasus kesehatan reprodusi di tingkat kabupaten atau kota, provinsi
dan nasional?
4) Apa saja identifikasi faktor penyebab kesehatan reproduksi pada remaja?
5) Bagaimana peran perawat dalam penanganan kesehatan reproduksi pada remaja?

1.3. Tujuan
1) Memahami pengetahuan dan masalah reproduksi pada remaja
2) Memahami penanganan dalam aspek sosial yang menunjang penanganan reproduksi
remaja secara paripurna
3) Memahami masalah-masalah kesehatan reproduksi
4) Mengetahui gambaran data kasus kesehatan reproduksi remaja di Kabupaten atau
Kota, provinsi dan Nasional
5) Mengetahui identifikasi faktor penyebab kesehatan reproduksi pada remaja
6) Mengetahui peranan perawat dalam penanganan kesehatan reproduksi pada remaja

1.4. Manfaat
1) Untuk menambah wawasan keluarga dan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi
pada remaja
2) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana peranan perawat dalam penanganan
kesehatan reproduksi pada remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Uraian Teori
a. Pengertian Reproduksi
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi =
membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan
manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.
b. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi.
c. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga
sehat secara mental serta sosial kultural.
d. Tahapan Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
1) Masa remaja awal/dini (early adolescence)
Umur 11 – 13 tahun. Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman
sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya.
2) Masa remaja pertengahan (middle adolescence)
Umur 14 – 16 tahun.Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan
untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
mendalam.
3) Masa remaja lanjut (late adolescence)
Umur 17 – 20 tahun. Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif
dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.
Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang
jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.

3
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu
peningkatan
massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang
terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya
berbeda. Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan payudara
pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.
e. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam
kesehatan reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat
cepat untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga
mampu melaksanakan fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi yaitu :
1) Munculnya tanda-tanda seks primer; terjdi haid yang pertama (menarche) pada
remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
2) Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a. Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah
besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih
besar, badan berotot, tumbuh kumis diatas bibir, cambang dan rambut di
sekitar kemaluan dan ketiak.
b. Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar.
f. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan berdampak
pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan seksualitas terintegrasikan
ke dalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah
diupayakan oleh sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non pemerintah
(NGO), dan juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan Nasional),
untuk memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi
Remaja’; namun hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem riil yang
dihadapi remaja.
Faktanya, masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak
dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1) Perkosaan.

4
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak
hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan
rentan
mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk
menunjukkan bukti cinta.

2) Free sex.
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks
bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat
memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV
(Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel
kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17
tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu,
seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di
kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang
dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3) Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos
seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan
pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan seksual hanya
sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun
hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan
dalam masa subur.
4) Aborsi.
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum
waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori
aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun
begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal
ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan
yang mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara
psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak
sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.
5) Perkawinan dan kehamilan dini
5
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Di beberapa daerah, dominasi
orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini
remaja perempuan. Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas
seperti hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini,
baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak
sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat melahirkan.
Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan sering
mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan distribusi
makanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih dalam tahap proses
pertumbuhan.
6) IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan
HIV/AIDS.
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang ditularkan
melalui
hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar menular melalui
hubungan
seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa
menular dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang dikandungnya.
Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sekali, mulai dari gangguan
organ reproduksi, keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada
bayi dan kematian.
2. 2. Data Kasus Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
Hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI,2012) mendapatkan
29,5% remaja laki-laki dan 6,2% remaja perempuan pernah meraba atau merangsang
pasangannya, 48,1%. remaja laki-laki dan 29,3% remaja perempuan pernah berciuman
bibir, serta 79,6% remaja laki-laki dan 71,6% remaja perempuan pernah berpegangan
tangan dengan pasangannya. Persentase remaja yang pernah melakukan hubungan seks
pranikah mengalami peningkatan dari 16,9% pada tahun 2007, menjadi 21,6% pada
tahun 2012. Di kota Cirebon 67,9% remaja memiliki pacar, diantara mereka 50%
remaja pernah berciuman, 23,8% meraba-raba dada, 14,2% meraba alat kelamin, 7,1%
melakukan oral seks, dan 4,1% melakukan hubungan seksual.
Perilaku seksual tersebut akan menyebabkan berbagai hal diantaranya Kehamilan
Tidak

6
Diinginkan (KTD) yang akan berujung pada aborsi, serta meningkatnya ancaman
HIV/AIDS. Berdasarkan hasil BKKBN tahun 2012 menunjukan bahwa kejadian
kehamilan diluar nikah akibat seks bebas sebanyak 48,1% terjadi pada remaja, diantara
angka tersebut 800 ribu kali aborsi dilakukan oleh remaja. Sedangkan untuk kejadian
HIV/AIDS di Kota Cirebon tahun 2016 terdapat 374 kasus HIV/AIDS dan 22 kasus
diantaranya dialami oleh remaja.
2. 3. Identifikasi Faktor Penyebab Kesehatan Reproduksi Remaja
Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi meliputi Faktor sosial-ekonomi dan
demografi (kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan tentang
perkembangan seksual dan reproduksi, serta tempat tinggal didaerah terpencil). Faktor
budaya dan lingkungan (praktek tradisional, kepercayaan banyak anak banyak rejeki).
Faktor psikologis (akibat dari keretakan orang tua, depresi, kehilangan rasa kebebasan).
Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular
seksual).

2. 4. Program Prevensi Kesehatan Reproduksi Remaja


a) Jelaskan Sistem, Proses, dan Fungsi Reproduksi
Kenalkan tentang sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi. Cobalah untuk
memberikan informasi yang sesuai dengan kesiapan dan usia anak. Sebaiknya hindari
penggunaan istilah-istilah yang belum dimengerti anak, karena dikhawatirkan
maknanya menjadi kabur. Selain itu, anak jadi tidak mengenal secara pasti masalah
reproduksi.
b) Kenalkan Risiko Penyakit Potensial
Kenalkan apa saja risiko penyakit yang mengintai. Topik ini sebaiknya sudah mulai
dikenalkan dan disampaikan pada anak yang sudah remaja, apalagi yang beranjak
dewasa. Jika remaja mengetahui apa saja risiko penyakit yang mungkin terjadi, tentu
ia akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksinya.

c) Jelaskan Tentang Kekerasan Seksual dan Cara Menghindarinya


Penting untuk remaja tahu mengenai hak-hak reproduksi yang dimilikinya. Di
samping itu, remaja perlu mengetahui tentang kekerasan seksual yang mungkin
terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi

2.5. Peranan Perawat Dalam Penanganan Kesehatan Reproduksi Remaja

7
Perawat keluarga dan komunitas berperan dalam memastikan bahwa anggota keluarga
sudah mengetahui dan mengikuti program keluarga berencana, mempunyai masalah apa
tidaknya terkait fungsi reproduksi, dan mencatat jumlah anak di keluarga. Perawat
sebagai pendidik sangat dibutuhkan untuk menjelaskan kepada remaja apa fungsi alat
reproduksinya, hasrat seksual yang sedang terjadi pada dirinya dan bagaimana
menanggulanginya, perilaku seksual negatif serta dampaknya seperti terjadinya
kehamilan di luar nikah, penyakit menular seksual, dan seksual abuse yang dapat terjadi
dari pasangannya. Fungsi lainnya adalah sebagai mediator diskusi terkait permasalahan
yang sedang dialami remaja termasuk perilaku seksual yang berisiko terhadap kesehatan
reproduksinya. Perilaku seksual yang berisiko berat adalah berciuman bibir, meraba alat
kelamin pasangan, menggesek-gesek alat kelamin hingga melakukan penetrasi alat
kelamin (Syamsulhuda, 2010). Perilaku berisiko ini berdampak kepada kehamilan yang
tidak diinginkan dengan belum siapnya fisik dan psikis remaja termasuk ekonomi yang
mana dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan anak yang akan lahir.
Remaja memiliki peran penting dalam melanjutkan masa depan bangsa ini, sehingga
kesehatannya menjadi faktor utama agar mereka dapat berkarya dan berdaya guna bagi
nusantara. Peran perawat komunitas untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi dan perilaku seksual ini berdampak positif dalam mempengaruhi
pola pikir dan sikap remaja untuk bersikap secara baik dan bijak. Kedepannya,
diharapkan perawat dapat menjadi faktor pendorong utama secara tidak langsung bagi
kesehatan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku seksual
cukup rendah yang mengakibatkan banyaknya pelecehan seksual dan hubungan-
hubungan seks pranikah. Pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi perilaku
seseorang. Dalam asuhan keperawatan, pendidikan kesehatan dapat membantu
meningkatkan pengetahuan remaja.
3.2. Saran
1) Mahasiswa diharapkandapat melaksanakan program yang mengajarkan perilaku sehat
kepada para remaja
2) Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Keperawatan Kominutas tentang
kesehatan reproduksi remaja
3) Para pembimbing atau pengajar diharapkan mampu memberi pendidikan kesehatan
secara lebih detail tentang kesehatan reproduksi remaja.

9
DAFTAR PUSTAKA
Mukhatib MD. 2009. Problem Kesehatan Reproduksi Remaja: Tawaran Solusi, disampaikan

pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris,

Juni 2009. Jember-Jawa Timur. Eriyani Linda Dwi. Kesehatan Reproduksi Remaja:
Menyoal Solusi. 2006, disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan

Reproduksi Remaja di PP. Nuris, Juni 2009. Jember-Jawa Timur.

https://www.halodoc.com/artikel/cara-edukasi-kesehatan-reproduksi-pada-anak-remaja
(Diakses pada 14 Juni 2021)

https://www.ipasindonesia.org/peran-perawat-dalam-promosi-kesehatan-reproduksi-pada-
remaja/ (Diakses pada 14 Juni 2021)

https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-reproduksi-remaja-dalam-
aspek-sosial (Diakses pada 14 Juni 2021)

10

Anda mungkin juga menyukai