Anda di halaman 1dari 5

HUKUM ACARA PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

KEADVOKATAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keadvokatan


Dosen Pengampu : Yaman Suryaman, SH,. MH.

Oleh :

ADE HANASA SOFARI


AHMAD GUFRON
FAUZAN RAMDANI
SAIFUL IMAM
YUSRIL SIDIK

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS JAWA BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat yang tak
terhingga. Sehingga, kita patut bersyukur. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi kita tercinta Nabi Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarga – Nya, sahabat –
Nya, tabi’in dan kepada kita semua selaku umat – Nya. Amin
Pembuatan makalah ini dilakukan sebagai bentuk pertanggung jawaban mahsaiswa dalam
melaksanakan salah satu tugas pada mata kuliah Keadvokatan. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam
penyusunan makalah ini, baik secara materil maupun spiritual, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sendiri umumnya bagi
para pembaca sekalian. Akhirnya kami mengucapkan banyak terimakasih.

Rancah, 22 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang memerlukan penghasilan agar dapat membeli, memperoleh atau
membiayai segala benda atau sarana yang diperlukan dan juga untuk mempertahankan segala
kekayaan dan sarana yang telah dimiliki untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Dalam
usaha untuk mendapatkan pengahsilan guna dapat memenuhi kebutuhan hidupnya itulah
setiap orang pasti akan memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu – membantu
dalam segala sesatu yang telah dimiliki dan saling memberikan segala sesuatu yang masih
diperlukan dari orang lain.
Seseorang yang kurang memiliki modal atau penghasilan memerlukan pekerjaan
yang dapat memberikan penghasilan kepadanya, sehingga ia dapat memenuhi keperluannya.
Sebaliknya orang yang tergolong telah mampu dan bilapun dia sudah dapat dikatakan
memenuhi keperluannya, namun jelas ia tidak dapat mempertahankan, memelihara atau
merawatnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku
dalam mencapai tujuan pembangunan. Sejalan dengan pembangunan ketenagakerjaan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kontribusinya dalam pembangunan serta
melindungi hak dan kepentingannya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pembangunan ketenagakerjaan diselengarakan atas asas keterpaduan dan kemitraan. Oleh
karena itu, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang – Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 4 bahwa pembangunan ketengakerjaan bertujuan untuk
memenuhi :
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi.
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan nasional dan searah.
3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari Hukum Acara Peradilan Hubungan Industrial.
2. Subjek perselisihan Hubungan Industrial.
3. Objek perselisihan Hubungan Industrial.
4. Alternatif penyelesaian sengketa.
5. Kewenangan pengadilan Hubungan Industrial.
6. Pengajuan gugatan.
7. Tahapan persidangan.
8. Putusan.
9. Upaya hukum.
BAB II
PEMBAHSAN

A. Pengertian dari Hukum Acara Peradilan Hubungan Industrial.


Pengadilan Hubungan Industrial adalah bagian dari upaya reformasi hukum di
Indonesia khususnya di bidang hukum ketenagakerjaan. Hadirnya Pengadilan Hubungan
Industrial ini diharapkan membawa perubahan bagi perjuangan kaum buruh dalam rangka
memperjuangkan hak – haknya yang selama ini dirasakan tidak mendapatkan suatu kepastian
hukum karena diakibatkan perangkat hukumnya yang kurang mendukung.
Imam Soepomo mendefinisikan hukum perburuhan (Arbeidsrecht) sebagai
himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian
dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Hukum perburuhan atau ketenagakerjaan bisa digolongkan dalam dua bagian,
yaitu hukum materil dan hukum formil. Hukum materil adalah seperangkat aturan yang
memuat hak – hak atau kewajiban buruh dan majikan dalam hubungan kerja serta sanksi –
sanksi yang dikenakan apabila ada pihak yang melakukan pelanggaran. Sebagai contoh
adalah Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pada Pasal 165
Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur bahwa pengusaha
dapat melakukan PHK terhadap pekerja atau buruh apabila pailit, dengan ketentuan pekerja
atau buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan uang penghargaan
masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan uang penggantian hak sesuai dengan Pasal 156
ayat (4)Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Anda mungkin juga menyukai