Oleh:
1. Muzammil
2. Maimina
3. Ubaidil Qudus
KELAS I (SATU)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MA’ARIF SAMPANG
2019-2020
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam ciptaan-Nya.
Sholawat serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua Nabi Muhammad
Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberitahu kepada kita jalan yang benar
berupa ajaran agama yang sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena dapat merampungkan makalah yang menjadi tugas
dalam mata pelajaran management penddidikan dengan judul
Selain itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
sudah membantu sampai makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada
kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima
kasih.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................II
III
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
1. Tantangan Internal
2. Tantangan Eksternal
1
a. Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi
informasi.
2
BAB II
TEORI
Pendekatan Humanis
2. PENDEKATAN SAINTIFIK
3
ilmiah dalam pembelajaran. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan
dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang
ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan
fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan
simpulan umum.
(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat
4
pendekatan saintifik [9]
1. Mengamati
persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika
2. Menanya
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
baik.
5
pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah
tanggapan verbal. Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat dan jelas,
3. Menalar
Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih
aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan
bermanfaat.
menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks
6
peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi
yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari
konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau
dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan
4. Mencoba
7
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan.
Cara-Cara di atas dapat kita sosialisasikan melalui dunia nyata dan dunia
8
BAB III
FORMULASI KEBIJAKAN
FORMULASI KEBIJAKAN
Adapun menurut Nigro and Nigro (Islamy; 1991, 25), faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses formulasi kebijakan adalah :
9
c. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi.
Aktivitas-aktifitas sekitar
10
BAB IV
IMPLEMENTASI
Sistem pendidikan semacam itu tidak mungkin dipenuhi tanpa adanya suatu
perencanaan pendidikan nasional yang handal. Perencanaan itu juga bukan
perencanaan biasa, tetapi suatu bentuk perencanaan yang mampu mengatasi
perubahan kebutuhan dan tuntutan, yang bisa terjadi karena perubahan
lingkungan global. Globalisasi yang menjangkau seluruh bagian bumi membuat
Inonesia tidak bisa terisolasi. Perkembangan teknologi telekomunikasi dan
informasi, membuat segala hal yang terjadi di dunia internasional berpengaruh
juga berpengaruh ke Indonesia.[5]
11
masyarakat, sekaligus sebagai sarana peningkatan efisiensi pendidikan.
Tanggung jawab pengelolaan pendidikan bukan hanya oleh pemerintah tetapi
juga oleh sekolah dan masyarakat dalam rangka mendekatkan pengambilan
keputusan ke tingkat yang paling dekat dengan peserta didik. MBS ini sekaligus
memperkuat kehidupan berdemokrasi melalui desentralisasi kewenangan,
sumber daya dan dana ke tingkat sekolah sehingga sekolah dapat menjadi unit
utama peningkatan mutu pembelajaran yang mandiri (kebijakan langsung,
anggaran, kurikulum, bahan ajar, dan evaluasi). Program MBS sendiri
merupakan program nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 51 (1):
“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”
12
BAB V
EVALUASI
Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran,
sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.[7]
Menurut Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Sedangkan, Lessinger
(Gibson, 1995: 374) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan
membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan atau prestasi nyata yang
dicapai. Gibson dan Mitchell (Indrakusuma, 1993) juga berpendapat bahwa proses evaluasi
adalah untuk mencoba menyesuaikan data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan
program sebagai dasar penilaian terhadap tujuan program
Evaluasi kebijakan pendidikan dapat digolongkan sesuai dengan berbagai macam sudut tinjau.
Penggolongan dengan berbagai macam sudut tinjau ini, justru akan memperkaya khazanah
dan perspektif evaluasi kebijakan. Dengan demikian, hakikat evaluasi kebijakan ini akan
tertangkap secara jelas.[8]
Ditinjau dari segi waktu mengevaluasi, evaluasi kebijakan pendidikan dapat digolongkan
menjadi dua. Pertama, yang berasal dari pandangan linier, evaluasi dilaksanakan setelah
implementasi kebijakan.Berarti, menurut pandangan linier ini, yang dievaluasi terutama adalah
implementasi kebijakan. Kedua, yang berasal dari pandangan komprehensif, evaluasi
dilaksanakan di hampir setiap tahap proses kebijakan. Evaluasi dilaksanakan baik pada saat
perumusan, legitimasi, komunikasi, implementasi, partisipasi bahkan terhadap evaluasinya
sendiri. Setiap tahapan proses kebijakan senantiasa dievaluasi, dan setelah itu kemudian
diadakan perbaikan.
Ditinjau dari kriteria evaluasi, dapat dibedakan atas dua golongan, antara lain:
1. Evaluasi yang menggunakan kurikulum. Kriterium ini lazimnya berupa kriterium mengacu
kepada yang sudah terstandar (standard criteria reference). Yang pertama ini berarti telah
dibuat patokan secara nasional dan daerah-daerah yang melaksanakan kebijakan tersebut
harus menjadikannya sebagai patokan.
2. Kriterium yang dibuat berdasarkan acuan norma (norm criteria reference). Yang kedua
lebih menunjuk kepada, apakah suatu daerahyang melaksanakan kebijakan tersebut, berada
dibawah atau di atas rata-rata daerah-daerah secara rasional.
13
BAB VI
KESIMPULAN
14
mencapai tujuan-tujuannya sebagian besar bersumber pada
ketidaksempurnaan pengolaan tahap formulasi.
REKOMENDASI
Atas dasar hasil penelitian mengenai peran kepala sekolah dalam implementasi
3).Perlu penelitian lebih lanjut terhadap solusi yang mungkin dapat dilakukan
kurikulum 2013.
15
DAFTAR PUSTAKA
[2] Ibid.,
[6] Ibid.,
16
[7] Arikunto, Suharsimi, .Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.(Jakarta: Bumi
Aksara,2004).
17