Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ISU ISU KEBIJAKAN PENDIDIKAN


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Kebijakan Pendidikan
Dosen Pengampu : Muliatul Maghfiroh, M.PD.I

Oleh:

1. Fahromi Nashihuddin
2. Hamdani
3. Maimunah

KELAS I (SATU)
JURUSAN TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MA’ARIF SAMPANG
2019-2020
Kata Pengantar

Ucapan hamdalah serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu Isu Kebijakan Pendidikan” pada waktu yang
telah ditetapkan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bunda Muliatul Maghfiroh
dalam mata kuliah Kebijakan Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang isu isu kebijakan pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bunda Muliatul Maghfiroh yang telah mempercayakan tugas ini
sebagai bekal pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Sampang yang
telah menyediakan ruang keilmuwan sehingga saya dapat mengkaji makalah ini dengan baik sesuai
kehendak yang saya harapkan.

Saya mengakui makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna, banyak terdapat kekurangan bahkan
kesalahan mendasar di dalamnya. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat konstruksional selalu kami
nantikan sebagai jalan mencapai kesempurnaan.

Sampang, 26 Oktober 2019.

Fahromi Nashihuddin
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A...Latar Belakang Masalah ................................................................ 1


B...Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C...Tujuan Pembahasan ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A...Pengertian dan hakikat isu kebijakan pendidikan........................... 3


B...Penyusunan agenda setting............................................................. 4
C...Kekuasaan terhadap isu kebijakan.................................................. 4
D...Meta Analisis dan isu kebijakan..................................................... 5

BAB III PENUTUP

A...Kesimpulan...................................................................................... 7
B...Saran................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan tak satupan hal dimuka bumi ini yang dapat terlepas dari stigma negatif
yang menimbulkan pro kotra dan lahirnya isu isu miring di tengah khalayak. Tak ada
pengecualian dalam hal ini, baik agama, ras, negara, politik, pemerintahan, ekonomi, dan bidang
lainnya yang sering menjadi topik nikmat untuk diperbincangkan dalam suatu tulisan, berita dan
ataupun pembicaraan di masyarakat.

Namun, secara objektif dari sekian banyak titik sorot perbincangan, ranah pendidikan
merupakan salah satu central penting dalam kehidupan. Buktinya hampir setiap manusia di
bumi ini yakin betul bahwa pendidikan adalah kebutuhan yang sangat dekat dengan
kehidupannya. Tak heran jika tingkat responsive masyarakat terhadap isu isu pendidikan begitu
besar.

Terkait keberlangsuangan pendidikan di Indonesia saat ini , banyak upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah (Kemendikbud) untuk memajukan pendidikan melalui beberapa kebijkannya.
Meski demikian, tak sedikit kebijakan pemerintah yang mengundang pro kontra dari beberapa pihak.
Berikut beberapa kebijakan pendidikan yang sempat viral di jejaring sosial dan menjadi perbincangan
hangat bagi masyarakat.

Pertama, tentang penerapan Kurikulum 2013 (K-13).  Awal penerapan kurikulum 2013,
langsung menjadi perbincanngan hangat yang menarik perhatian banyak kalangan. Terutama
kaum guru.

Sebagai masyarakat biasa, ketika mendengar suatu isu. Maka yang pertama ingin diketahui
adalah apa masalahnya. Artinya rentan yang akan dipahami lebih dulu adalah tentang
masalahnya, bukan apa hal  (objek) yang dibicarakan itu.

Misalnya dalam hal ini K-13. Ketika muncul perdebatan tentang pro-kontra penerapan K-
13. Yang ingin diketahui masyarakat adalah bahwa K-13 telah menambah beban guru dan juga
siswa. Yang kebetulan alasan ini menjadi salah satu topik yang berkembang saat itu, sehingga
kurikulum ini sempat diberhentikan. Tetapi bukan tentang, apa itu K-13, dan mengapa K-13
perlu diterapkan.  Ibaratnya sudah memberikan komentar tanpa mengetahui secara jelas tentang
K-13 secara keseluruhan.

Dengan adanya pro-kontra ini, Menteri yang baru pada masa itu, Anies Baswedan,
memberhentikan penerapan K-13.  Dengan alasan akan ditinjua ulang.  Namun, kemudian
kurikulum ini diterapkan kembali hingga saat ini. Masih oleh menteri Anies.

Pada dasarnya, penerapan adanya K-13 saat itu, sangat kuat dasarnya, bahwa tepat untuk
diterapkan di dunia pendidikan Indonesia. Melihat perkembangan jaman dan tuntutan teknologi.
Namun karena berada masa transisi jabatan Menteri Pendidikan, K-13 ini  seakan menjadi
kebijakan yang tidak berdasar, karena sempat diberhentikan.

Kedua, penerapan Sistem Zonasi yang sudah diterapkan sejak 2016 yang lalu. Pada tahun
2019 ini   mungkin manjadi puncak, adanya keluhan sebagian masyarakat tentang  penerapan
sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang diterapkan di pendidikan dasar
dan menengah.
Menteri pendidikan akhirnya meninjau kembali penerapan sistem ini. Alhasil, terjadi
beberapa perubahan tentang kuota jalur prestasi yang di tambah dari 5% menjadi 5% -15%.

Berikut beberapa alasan  yang diutarakan oleh Menteri Pendidikan, Muhadjir Effendi,
yang  bisa dikutip oleh penulis  dari berbagai media sebagai alasan penerapan sistem zonasi.

Pertama, tujuan kesataraan dan keadilan, bahwa tidak boleh  diskriminasi, hak eksklusif,
kompetisi yang berlebihan untuk mendapatkan layanan pemerintah, hal ini juga berkaitan
dengan upaya untuk menghilangkan status "sekolah unggulan".  Dan untuk mendukunng
penguatan pendidikan karakter, Kompas.com, 20 juni 2019.

Kedua, bahwa sistem zonasi ini sudah diterapkan di negara-negara maju seperti  Amerika,
Australia, Jepang,  dan negara-negara Skandinavia, Jerman dan Malaysia, Detik.com 21 Juni
2019.

Dan masih banyak lagi sebetulanya alasan-alasan yang disampaikan olen Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang menjabat sejak tahun 2016 ini dalam beberapa jumpa pers.

Menurut penulis, sejauh ini masyarakat masih belum bisa percaya kebijakan ini. Jika
hanya dengan alasan yang berupa "argumentasi". Ya, bisa kita cermati bersama, jika dibaca di
berbagai media bahwa kebijakan ini seakan hanya bersumber dari  pendapat semata dari pihak
Kemendikbud.

Yang diharapkan masyarakat sebetulnya adalah alasan yang mendasar adanya penerapan
sistem zonasi ini. Alasan dasar yang dimaksud adalah bahwa harus adanya bukti ilmiah yang
jelas. Adanya kajian yang bisa dipertanggungjawabkan oleh pemerintah untuk menjawab semua
keluhan dan komentar masyarakat.

Misalnya, jika berdasarkan hasil riset. Seberapa kuat hasil riset menunjukkan bahwa sistem
zonasi sangat tepat untuk diterapkan. Mungkin saja dalam bentuk persentasi. Hal-hal seperti ini
yang bisa menjadi alasan yang sangat kuat meyakinkan masyarakat.

Ini hanya segelintir kebijakan dalam dunia pendidikan yang menurut sudut pandang
penulis bersifat kontroversial. Masih banyak lagi pro kontra yang pernah dan pasti akan muncul
jika kita mau lebih jauh mengkaji dunia pendidikan. Memang suatu kuadrat yang benar untuk
mencapai suatu hal yang baik banyak aral piral, rintangan, dan bahkan kritik yang dirasa
menjatuhkan akan menghadang. Namun, intinya kita tidak bisa menfonis salah terhadap suatu
pihak, sebab setiap tindakan yang dilakukan pasti ada alasan tersendiri yang hanya pemangku
kebijakan yang memahami dan mengetahui arah jalan yang dituju.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan hakikat kebijakan pendidikan
2. Penyusunan agenda setting
3. Kekuasaan terhadap isu kebijakan
4. Meta analisis dan isu kebijakan

C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsi pengertian dan hakikat kebijakan pendidikan
2. Mendeskripsi penyusunan agenda seting
3. Mendeskripsi kekuasaan terhadap isu kebijakan
4. Mendeskripsi meta analisis dan isu kebijakan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan hakikat kebijakan pendidikan


Definisi kebijakan pendidikan sebagaimana adanya dapat dipahami melalui beberapa uraian
berikut ini.

Kebijakan (policy) secara etimologi (asal kata) diturunkan dari bahasa Yunani, yaitu “Polis”
yang artinya kota (city). Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi
dan merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah/lembaga sehingga dengan hal itu
mereka berusaha mengejar tujuannya (Monahan dalam Syafaruddin, 2008:75).

Abidin (2006:17) menjelaskan kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat umum
dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat. Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan
keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur prilaku dengan tujuan untuk
menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para
anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berprilaku (Dunn, 1999).

Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum
(Law) dan Peraturan (Regulation), kebijakan lebih adaptif dan interpratatif, meskipun kebijakan
juga mengatur “apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat
bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi
peluang diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.

Selain itu, kebijakan juga berartikan aturan yang tertulis dari hasil keputusan formal
organisasi. Contoh kebijakan adalah : (1) Undang-Undang, (2) Peraturan Pemerintah, (3) Keppres,
(4) Kepmen, (5) Perda, (6) Keputusan Bupati, dan (7) Keputusan Direktur. Setiap kebijakan yang
dicontohkan disini adalah bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh objek kebijakan. Contoh
ini juga memberi pengetahuan pada kita bahwa ruang lingkup kebijakan dapat bersifat makro,
meso, dan mikro.

Ali Imron dalam bukunya Analisis Kebijakan Pendidikan menjelaskan bahwa kebijakan
pendidikan adalah salah satu kebijakan Negara. Carter V Good (1959) memberikan pengertian
kebijakan pendidikan (educational policy) sebagai suatu pertimbangan yang didasarkan atas sistem
nilai dan beberapa penilaian atas faktor-faktor yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut
dijadikan sebagai dasar untuk mengopersikan pendidikan yang bersifat melembaga. Pertimbangan
tersebut merupakan perencanaan yang dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan,
agar tujuan yang bersifat melembaga bisa tercapai.

Kebijakan pendidikan sangat erat hubungannya dengan kebijakan yang ada dalam lingkup
kebijakan publik, misalnya kebijakan ekonomi, politik, luar negeri, keagamaan dan lain-lain.
Konsekuensinya kebijakan pendidikan di Indonesia tidak bisa berdiri sendiri. Ketika ada
perubahan kebijakan publik maka kebijakan pendidikan bisa berubah. Ketika kebijakan politik
dalam dan luar negeri, kebijakan pendidikan biasanya akan mengikuti alur kebijakan yang lebih
luas.

Kesimpulannya, kebijakan pendidikan merupakan kebijakan pemerintah yang menjadi


panduan dan landasan dasar dalam ranah pendidikan, sehingga setiap lembaga pendidikan dapat
mempunyai tujuan, prinsip dan aturan-aturan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
(Tupoksi) penyelenggara pendidikan itu sendiri. Dan dari kebijakan ini, diharapkan terciptanya
sistem pendidikan ideal, manajerial, dan berkualitas.
B. Penyusunan agenda setting

Penyusunan agenda setting merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam
pembuatan kebijakan . Tahapan ini merupakan langkah kunci yang harus dilalui sebelum isu
kebijakan diangkat dalam agenda kebijakan pemerintah dan akhirnya menjadi suatu kebijakan.

Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang strategis dalam realitas kebijakan
publik. Proses inilah yang memiliki ruang untuk memaknai apa yng disebut sebagai masalah
publik. Top leader menyiapkan rancangan undang-undang dan mengirim ke staf untuk dibicarakan
atau dimusyawarahkan.

C. Kekuasaan terhadap isu kebijakan

Kekuasaan adalah kewenangan yang dimiliki pemangku kebijakan untuk menyikapi isu
kebijakan yang ada. Oleh karena itu, diharapkan seorang pemangku kebijakan mampu memahami
betul isu kebijakan, mulai dari latar belakang, pokok masalah, dan hal-hal lain terkait isu kebijakan
sehingga mampu mempertimbangkan, merencanakan, dan menentukan langkah-langkah yang tepat
sebagai solusi dari segala permasalahan.

Sebenarnya, kekuasaan terhadap isu kebijakan tidak hanya berlaku dan harus dimiliki satu
pihak saja, seluruh elemen masyarakat juga turut andil terkait hal ini. Alhasil, suasana yang
kondusif akan tercipta tanpa adanya kegaduhan dalam menyambut datangnya isu kebijakan. Pro
kontra adalah hal biasa, namun bukan alasan untuk saling menyalahkan melaikan kritik dan solusi
yang membangunlah yang diharapkan.

Adapun makna Isu Kebijakan, isu dalam pemahamannya memiliki makna yang berbeda-beda.
Dalam pembicaraan sehari-hari isu sering diartikan sebagai kabar burung dalam pemahamannya
bagi orang awam, sedangkan dalam analisis kebijakan publik (public policy analysis) dalam makna
yang terkandung bukanlah seperti apa yang umum dipahami oleh orang awam. Sekalipun harus
diakui dalam berbagai literatur istilah isu itu tidak pernah dirumuskan dengan jelas, namun sebagai
suatu “technical term”, utamanya dalam konteks kebijakan publik, muatan maknanya lebih kurang
sama dengan apa yang kerap disebut sebagai masalah kebijakan (policy problem).

Istilah isu di sini bukanlah apa yang menjadi kabar burung yang sedang berkembang tetapi
isu di sini diartikan sebagai masalah kebijkan dalam konteks analisis kebijakan publik yang
menempati posisi sentral.

Kebijakan publik apa pun pada umumnya berawal dari adanya awareness of a
problem(kesadaran akan adanya masalah tertentu).Misalnya, gagalnya kebijakan tertentu dalam
upayanya mengatasi suatu masalah pada suatu tingkat yang dianggap memuaskan. Tapi, pada
situasi lain, awal dimulainya proses pembuatan kebijakan publik juga bisa berlangsung karena
adanya masalah tertentu yang sudah sekian lama mengakar dan belum pernah tersentuh atau
ditanggulangi lewat kebijakan pemerintah.

Isu kebijakan (policy issues) pada intinya lazimnya muncul karena telah terjadi silang
pendapat diantara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan di tempuh, atau
pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan itu sendiri.

Isu bukan hanya mengandung makna adanya masalah atau ancaman, tetapi juga peluang-
peluang bagi tindakan positif tertentu dan kecenderungan-kecenderungan yang dipersiapkan
sebagai memiliki nilai potensial yang signifikan.Pemahaman dari Alford dan Friedland
dalamWahab yang menyatakan bahwa:Isu bisa jadi merupakan kebijakan-kebijakan alternatif, atau
suatu proses yang dimaksudkan untuk menciptakan kebijakan baru, atau kesadaran suatu
kelompok mengenai kebijakan-kebijakan tertentu yang dianggap bermanfaat bagi mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas maka isu merupakan masalah baru yang timbul dari adanya
perbedaan permasalahan yang memiliki potensi yang berbeda-beda dalam penanganannya di suatu
masalah. Singakatnya timbulnya isu kebijakan publik terutama karena telah terjadi konflik atau
perbedaan persepsional di antara para aktor atau suatu situasi problematik yang dihadapi oleh
masyarakat pada suatu waktu tertentu.

D. Meta analisis dan isu kebijakan

  Meta-analisis merupakan suatu teknik statistika yang menggabungkan dua atau lebih
penelitian sejenis   sehingga diperoleh paduan data secara kuantitatif. Dilihat dari prosesnya, meta-
analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif, dalam artian peneliti membuat
rekapitulasi data tanpa melakukan manipulasi eksperimental.

Meta-analysis lebih tidak bersifat subjektif dibandingkan dengan metode tinjauan lain. Meta


analysis tidak fokus pada kesimpulan yang didapat pada berbagai studi, melainkan fokus pada data,
seperti melakukan operasi pada variabel- variabel, besarnya ukuran efek, dan ukuran sampel. Untuk
mensintesis literatur riset, meta-analysis statistikal menggunakan hasil akhir dari studi-studi yang
serupa seperti ukuran efek, atau besarnya efek. Fokus pada ukuran efek dari penemuan empiris ini
merupakan keunggulan meta-analysis dibandingkan dengan metode tinjauan literatur lain.

Meta-analysis memungkinkan adanya pengkombinasian hasil-hasil yang beragam dan


memperhatikan ukuran sampel relatif dan ukuran efek. Hasil dari tinjauan ini akurat mengingat
jangkauan analisis ini yang sangat luas dan analisis yang terpusat. Meta-analysis juga menyediakan
jawaban terhadap masalah yang diperdebatkan karena adanya konflik dalam penemuan-penemuan
beragam studi serupa.

Meta analisis adalah suatu analisis integratif sekunder dengan menerapkan prosedur statistik
terhadap hasil-hasil pengujian hipotesis penelitian. Analisis sekunder itu merupakan analisis ulang
(reanalysis) terhadap data untuk tujuan menjawab pertanyaan penelitian dengan teknik-teknik
statistik yang lebih baik atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baru dengan data lama yang
dimiliki.  Analisis sekunder merupakan suatu ciri-ciri penting terhadap riset dan kegiatan evaluasi.

Berikut Beberapa pengertian Meta Analysis yang dikemukakan oleh ahli:\


·         Glass, 1981
Meta analisis merupakan analisis kuantitatif dan menggunakan sejumlah data yang cukup
banyak serta menerapkan metode statistik dengan mempraktekkannya dalam mengorganisasikan
sejumlah informasi yang berasal dari sampel besar yang fungsinya untuk melengkapi maksud-
maksud lainnya.

·         Sugiyanto, 2004


Meta-analisis merupakan studi dengan cara menganalisis data yang berasal dari studi primer.
Hasil analisis studi primer dipakai sebagai dasar untuk menerima atau mendukung
hipotesis, menolak/menggugurkan hipotesis yang diajukan oleh beberapa peneliti.

Meta Analisis dalam Kebijakan Publik


Meta Analisis merupakan metode atau pendekatan yang digunakan dalam studi kebijakan
publik, yang mempunyai tujuan untuk memahami dan mengkritisi gagasan, ide, bahasa, asal usul,
asumsi, model, dan signifikansi yang digunakan dalam melakukan sebuah analisis kebijakan publik.
Dalam melakukan meta analisis kebijakan publik diawali dengan memahami makna dan gagasan
tentang publik. Istilah publik merupakan segala aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk
diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama.
Melalui metode ini dapat ditekan kesalahan menjadi sekecil mungkin. Analisis kebijakan
dilakukan untuk menciptakan secara kritis, menilai dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
relevan  dengan kebijakan dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan kebijakan. Dunn (2004),
merumuskan 5 metode analisis kebijakan yang sangat membantu kita dalam memformulasikan
kebijakan publik.

Kelima metode dimaksud adalah :


(1) perumusan masalah (problem structuring),
(2) peramalan (forecasting),
(3) rekomendasi (recommendation),
(4) pemantauan (monitoring),
(5) evaluasi (evaluation).

Perumusan masalah akan membantu untuk menghasilkan masalah apa yang hendak
dipecahkan; peramalan akan membantu untuk menghasilkan formulasi atau hasil-hasil kebijakan
yang diharapkan; rekomendasi akan membantu untuk menghasilkan adopsi kebijakan; monitoring
akan membantu untuk menghasilkan hasil-hasil akibat implementasi kebijakan; dan evaluasi akan
membantu untuk menghasilkan kinerja kebijakan.

Perumusan masalah, peramalan, dan rekomendasi merupakan metode yang digunakan


sebelum (ex ante) kebijakan diadopsi dan diimplementasikan,  sedangkan metode monitoring dan
evaluasi digunakan setelah (ex post) kebijakan diadopsi dan diimplementasikan.

Perlu ketahui, apa itu ex ante dan ex post:


·Ex ante adalah penelitian dan analisis terhadap suatu kebijakan yang belum ada/belum terjadi.
·ex-post analysis adalah penelitian dan analisis terhadap sesuatu kebijakan yang telah ada.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Isu isu kebijakan pendidikan merupakan hal yang penting untuk terciptanya suatu kebijakan
yang baik. Terlepas dari dampak negatif timbulnya sebuah isu, peran isu kebijakan sebagai kritik
dan bahan koreksi sangat dibutuhkan dalam penetapan kebijakan yag bersifat makro, meso, dan
mikro.

Lantas, negatif atau positifkah isu isu kebijakan pendidikan? Jawabannya !Semua itu kembali
kepada setiap personaliti seseorang atau sebuah lembaga dalam menanggapi setiap isu yang
menimpa dirinya. Jika dianggap positif, dalam artian isu dianggap sebagai kritik dan bahan
itrropeksi sebuah kebijakan dalam penetapannya, maka kebijakan tersebut akan lahir sebagai
kebijakan yang positif dan dampak positifnya pun akan dirasakan semua pihak dan elemen
masyarakat.

Namun sebaliknya, jika isu diasumsikan sebagai hal yang negatif, maka isu tersebut akan
berdampak buruk dan akan membuahkan penolakan dari berbagai instansi, kelompok dan seluruh
masyarakat pada umumnya.

Oleh sebab itu, sudut pandang seseorang terhadap isu kebijakan pendidikan sangatlah penting
dampaknya pada kebijakan pendidikan yang akan dibentuk ataupun yang telah ditetapkan. Selain
itu, semua pokok pembahasan yang telah dijelaskan oleh penulis, meliputi pengertian dan hakikat
kebijakan pendidikan, penyusunan agenda setting, kekuasaan terhadap isu kebijakan, dan Meta
analisis dan isu kebijakan merupakan tahapan-tahapan yang juga teramat penting dan menetapkan
atau menerapkan kebijakan pendidikan.

B. Saran

Demikianlah makalah sederhana yang dapat kami tulis, semoga dapat bermanfaat bagi diri
kami sendiri dan para pembaca yang budiman. Kritik dan sarang yang membangun selalu kami
nantikan.

Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, sudi kiranya pembaca yang budiman
memberikan maaf dan memaklumi diri kami yang hanyalah seorang hamba yang tak pernah luput
dari salah maupun dosa.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Strategi Pendidikan Islam, Karya, Prof. Dr. Mujamil Qomar, M. Ag.

Kompasiana.com

www.rijal09.com/2016/03/kebijakan -pendidikan

digilib.unila.ac.id/2220/10/BAB%20II

indrycanthiq84.wordpress.com/kebijakan-pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai