DARURAT
Disusun oleh:
Kelompok 4 Tim 5
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal
mungkin.Adapun makalah yang berjudul “Perilaku Kerja Perawat di Ruang
Instalasi Gawat Darurat” untuk menambah pengetahuan kami terkait materi
tersebut dan juga untuk memenuhi tugas praktik klinik Managemen Keperawatan.
Besar harapan kami makalah ini dapat berguna serta bermanfaat dalam
menambah wawasan dalam bidang Managemen Keperawatan dari pembaca.
Makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan sehingga diharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kami selaku kelompok 4 tim 5 yang telah
menyusun makalah ini agar makalah ini dapat lebih baik lagi kedepannya.
Kelompok 4 Tim 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………… 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Perilaku perawat dengan kemampuan perawat sangat berperan penting
dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa,
kurangnya perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang
tidak memperdulikan dan menjaga keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya
kesalahan dan akan mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near Miss
(Kejadian Nyaris Cedera/KNC) atau Adverse Event (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan
memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan tindakan
yang mengutamakan keselamatan pasien[ CITATION Lom16 \l 1033 ](halaman 2
paragraf 2).
Hasil penelitian Demak (2013) mengenai analisis penyebab perilaku aman
bekerja pada perawat di Rumah Sakit Islam Asshobirin Tangerang Selatan
menyatakan bahwa bentuk perilaku tidak aman pada perawat yaitu tidak memakai
sarung tangan ketika tindakan menyuntik dan memasang infuse serta tidak
menggunakan sepatu yang sesuai. Faktor yang menyebabkan perawat berperilaku
tidak aman yaitu sikap negative perawat yang tidak disiplin dalam menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku
di RS Islam Asshobirin belum sesuai dengan standar [ CITATION Naz17 \l 1033 ]
(halaman 2 paragraf 6)
Pelayanan keperawatan di Gawat Darurat menjadi salah satu area yang
paling sensitive diantara pelayanan keperawatan yang lain karena adanya factor
urgency dan crowding (Aacharyaet, 2011 dalam Kurniawan 2018) (Halaman 1
paragraf 1). Beban kerja, keramian, bencana, kemtian dan kondisi pasien yang
kritis mengakibatkan lingkungan kerja di IGD lebih kompleks dan penuh stress
(Healy dan Tyrell, 2011 dalam Kurniawan 2018) (Halaman 1 paragraf 1).Hal
tersubut dapat mempengaruhi perawat dalam menerapkan perilaku kerja saat
berada di ruangan Instalasi Gawat darurat.
1
2. Rumusan Masalah
1. Defenisi perilaku kerja Perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat
2. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kerja perawat di
ruang Instalasi Gawat Darurat
3. Bagaimana perilaku kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Defenisi perilaku kerja Perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat
Perilaku perawat dalam pelayanan keperawatan merupakan suatu tanggapan
dan tindakan terhadap kebutuhan dan keinginan dari para pasien. Perilaku perawat
pelaksana dalam asuhan keperawatan merupakan kinerja perawat yang
menerapkan perilaku caring dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu individu,
psikologis, dan organisasi[ CITATION Sup15 \l 1033 ] halaman 192 paragraf 2.
Persepsi perilaku caring perawat merupakan manifestasi memberi perhatian
kepada pasien, berpusat pada pasien, menghormati harga diri dan kemanusiaan,
komitmen untuk mencegah terjadinya status yang memburuk, memberi perhatian
dan konsen, dan menghormati orang lain. Perawat menunjukkan perilaku persepsi
caring melalui perhatian, intervensi untuk mempertahankan kesehatan pasien dan
energi positif yang diberikan pada pasien.Perilaku persepsi caring meliputi
komitmen untuk memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan. Dalam praktiknya, perawat ditantang untuk tidak ragu dalam
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik keperawatan
[CITATION Nat20 \l 1033 ](halaman 60 paragraf 2)
3
Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan
pertolongan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan
kecacatan, atau pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan yang sangat
penting (Time saving is life saving) bahwa waktu adalah nyawa. Salah satu
indikator mutu pelayanan berupa response time atau waktu tanggap, hal ini
sebagai indikator proses untuk mencapai indicator hasil yaitu kelangsungan hidup
(Br Kaban & Rani, 2018) (halaman 21 paragraf 3).
a. Stress
b. Beban Kerja
4
Beban kerja dapat berupa beban kerja fisikdan beban kerja psikologis. Beban
kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat,
mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat
keahlian dan prestasi kerja yang dimilikiindividu dengan individu (Sari & Rayni,
2020) (halaman 4 paragraf 3).
c. Berfikir Kritis
5
Menurut Fitriani, Jafar, & Gobel (2020) (halaman 29 di hasil dalam abstrak)
bentuk perilaku aman bekerja pada perawat di ruang IGD Rumah sakit Bahagia
Makassar yaitu menggunakan alat pelindung diri, mengikuti standar operational
prosedur, mengambil posisi kerja yang aman dan hati-hati saat bekerja. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh perawat sudah
cukup baik, mereka mendapatkan pengetahuan tersebut dari ilmu yang diperoleh
dari perkuliahan, membaca, serta sosialisasi oleh kepala ruangan untuk bertindak
aman ketika bekerja. Adanya motivasi yang tinggi untuk selamat dari
bahaya.Selain itu didukung juga dengan sikap positif perawat terhadap
ketersediaan alat pelindung diri dengan selalu menggunakan alat pelindung diri
saat bekerja.
6
pemasangan gelang tidak efisien. Serta kurangnya waktu untuk menjelaskan
kepada pasien tentang manfaat gelang karena kurangnya perawat yang bekerja
pada saat itu tidak seimbang dengan banyaknya pasien yang gawat darurat.
Menurut penelitian Eliwarti (2016 dalam Febrina & Sholehat, 2018) (di
halaman 143 paragraf 2), salah satu cara untuk meningkatkan keselamatan pasien
adalah dengan identifikasi pasien dengan tepat. Identifikasi pasien dengan
membedakan pasien dengan pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar
dan mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Keamanan
pelayanan dirumah sakit salahsatunya dimulai dari ketepatan identifikasi pasien.
Kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak pada kesalahan
pelayanan pada tahap selanjutnya
3.2 Perilaku kerja perawat dalam melaksanakan Triage di Ruang Instalasi Gawat
Darurat
Menurut Oman (2008 dalam Febrina & Sholehat, 2018) (halaman 139
paragraf 2) Triage merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
mengelompokkan pasien yang datang untuk mendapatkan pelayanan ke Instalasi
Gawat Darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana.
Selain itu, triage juga meliputi cara menentukan diagnosis serta memilih pasien
berdasarkan terapi yang dibutuhkan serta sumber daya yang tersedia. Triage yang
aman, efektif, dan efesiensi hanya dapat dilaksanakan oleh seorang perawat
profesional (RN) dan sudah terlatih dalam prinsip-prinsip triage dengan
pengalaman kerja minimal selama 6 bulan dibagian keperawatan kedaruratan.
Menurut Andrayoni, Martini, Putra, & Aryawan (2019) (di halaman 301
paragraf 4-5) Mayoritas perawat memiliki sikap positif dengan pelaksanaan triage
dan sebagian besar perawat melaksanakan triage sesuai dengan SOP. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ada hubungan peran dan sikap perawat IGD dengan
pelaksanaan triage berdasarkan prioritas. Namun berdasarkan observasi yang
dilakukan dalam penelitian Febrina & Sholehat (2018) (halaman 139 paragraf ke
5) menemukan di ruang triage tidak terdapat perawat triage atau triage officer, di
7
sana hanya terdapat seorang satpam yang menunggu, perawat triage tidak ada di
tempat nya sehingga pasien yang dating di terima oleh satpam dan dibawa ke
dalam Instalasi Gawat Darurat.
8
pasien, meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa, perencanaan tindakan,
implementasi dan evaluasi dalam proses perawatan (Sitinjak, 2015 dalam Erna,
Dewi, & Azis, 2020) (halaman 2 paragraf 1). Dokumentasi memiliki fungsi
penting jika ditinjau dari beberapa aspek seperti pada aspek hukum, kualitas
pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian serta akreditasi
(Nursalam, 2012 dalam Erna, Dewi, & Azis, 2020) ( halaman 2 paragraf 1).
9
BAB III
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Febrina, W., & Sholehat, O. I. (2018). Experience of Nursing Assosiate to
Implement Triage in Emergency Room Installation. Jurnal Endurance ,
138-
145.http://ejournal.lldikti10.id/index.php/endurance/article/view/2579/932
Fitriani, Jafar, N., & Gobel, F. A. (2020). Konsep Perilaku Aman Bekerja Pada
Perawat di Ruang IGD dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bahagia
Makassar Tahun 2020. Journal of Muslim Community Health (JMCH) , 29-
40.http://pasca-umi.ac.id/index.php/jmch/article/view/219/233
Hangewa, N., Kantuuk, M. E., & Bawotong, J. S. (2020). STRESS KERJA
DENGAN PERSEPSI PERILAKU CARING PADA PERAWAT. Jurnal
Keperawatan (JKp) Vol.8 No.1.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/28412/27781
Lombogia, A., Rottie, J., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Perilaku dengan
Kemampuan Perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient
Safety) di Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. Kandou
Manado. e-journal Keperawatan (e-Kp) , 1-8.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/12916/12503
Kurniawan, W. A. (2018). HUBUNGAN INTENSI DENGAN PERILAKU
PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT. J.K.
Mesencephalon, vol.3 No.3
Nazirah, R., & Yuswardi. (2017). Perilaku Perawat dalam Penerapan Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Aceh. Idea Nursing Journal,
VIII.http://202.4.186.66/INJ/article/view/9578/8131
Nurbiantoro, D. A., Septimar, M. Z., & Winarni, L. M. (2021). Hubungan
Pengetahuan dengan Keterampilan Perawat dalam Pelaksanaan Triase di
RSUD Kota Tangerang. Jurnal Health Sains , 44-
55.http://jurnal.healthsains.co.id/index.php/jhs/article/view/75/126
Sari, I. P., & Rayni. (2020). HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES
KERJA PERAWATDI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN.
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol.12 No. 1.
12
Supriatin, E. (2015 ). Perilaku Caring Perawat berdasarkan faktor Individu dan
Organisasi. Jurnal keperawatan Indonesia , 192-198.
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/425/527#
Tari, C. (2019). PENTINNGNYA PENGAPLIKASIAN BERPIKIR KRITIS
BAGI. Literature Review, DOI 10.31227/osf.io/fr7c3.
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28